SKRIPSI
FRITI AULIA
170204003
Friti Aulia
170204003
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Disusun Oleh
TIM PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains
pada Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau.
Disetujui oleh
Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan
iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
iv
KATA PENGANTAR
v
8. Orang Tua yaitu Ibu (Erna) dan Papa (Didi Suryadi) tersayang, Abang Febrian
Suryadi, Kakak Fadhilah Tul Hasanah dan adik Febiola Elita serta seluruh
keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan material
9. Teman sepenelitian penulis, Retno Sari Damayanti, S.Si dan Mohammad
Meiviendra Ihsan, S.Si yang telah sama-sama berjuang untuk melakukan
penelitian sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan baik
10. Para kakak dan abang senior tingkatan penulis satu pembimbing yaitu Hardi
Rahayu Saputra, S.Si., Rika Putri Andri Nst, S.Si., Muhammad Rizqi Pratama,
S.Si., Kardina Febriani, S.Si., Muhammad Alfayed, S.Si yang telah memberi
support kepada penulis.
11. Ante Squad Marlian, Ismi Latifah, Norramizawati, Dhea Fitri jenery calon S.Si
dan Novialis Dayumita, S.Si serta seluruh teman – teman kimia angkatan 2017
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah menemani suka duka serta
membantu dan memeriksa skripsi ini.
12. Adik tingkatan penulis Annisa Nadia, Prima Yane, dan Yuli Andriani calon S.Si
yang sudah banyak membantu dalam penelitian penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis buat ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan masukan bahkan
kritik membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, saya berharap semoga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Friti Aulia
vi
HALAMAN PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA KELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Sintesis dan
Karakterisasi Membran Absorbable Dari Kitosan – Pati Sagu Berpengisi Obat
Natrium Diklofenak (C14H10C12NNaO2) Dalam Aplikasi Drug Delivery Sistem
(DDS)” adalah benar karya saya dengan arahan dari tim pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau yang tidak
diterbitkan dari penulis lain terlah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Universitas Muhammadiyah Riau.
Friti Aulia
170204003
vii
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN ABSORBABLE DARI
KOMBINASI KITOSAN – PATI SAGU BERPENGISI OBAT NATRIUM
DIKLOFENAK (C14H10C12NNaO2) DALAM APLIKASI
DRUG DELIVERY SYSTEM (DDS)
FRITI AULIA
170204003
ABSTRAK
Sistem penghantaran obat adalah suatu sistem yang diberikan dalam dosis
tunggal untuk mengantarkan obat sedini mungkin, memberikan efek farmakologis
selama mungkin, dan mengantarkan obat langsung ke tempat kerja (target) dengan
aman. Salah satu metode sistem penghantaran obat adalah dengan edible film
(media transdermal). Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
edible film adalah kitosan dan pati sagu. Obat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah natrium diklofenak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat dan
karakteristik dari edible film Drug Delivery System (DDS). Metode penelitian
terdiri dari pembuatan edible film dengan komposisi polimer kitosan – pati sagu
(4:0, 3:1, 2:2, 1,3 dan 0:4 g) yang ditambahkan dengan CaCl2.2H2O yang
mengandung gliserol dan natrium diklofenak. Parameter DDS yang diukur adalah
ketebalan, kekuatan tarik, elongasi, uji kelarutan, uji aktivitas antibakteri, SEM dan
FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kitosan dan pati sagu
berpengaruh terhadap karakteristik edible film. Uji aktivitas antibakteri
menggunakan metode streak plate menunjukkan bahwa semakin banyak pati sagu
maka semakin sedikit pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus. Hasil analisis
membran DDS pada konstrasi kitosan : pati sagu 1:3 memiliki morfologi yang
sangat baik. Jadi hasil terbaik yaitu pada variasi 1:3 dengan ketebalan 0,199 mm
yang sudah memenuhi standar industri jepang yaitu ≤0,25 mm, kuat tarik 33,17
MPa sudah memenuhi baku mutu SNI yaitu 24,7 – 302 MPa dan elongasi 31,00%
sesuai SNI 21 – 220% dan kelarutan 25,23% dengan hasil yang optimal
.
Kata Kunci : Drug Delivery System, Kitosan, Pati Sagu
viii
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF ABSORBABLE
MEMBRANES FROM THE COMBINATION OF CHITOSAN – SAGO
START FILLED WITH DICLOFENAC SODIUM (C14H10C12NNAO2)
APPLICATION IN DRUG DELIVERY SYSTEM (DDS) APPLICATIONS
FRITI AULIA
170204003
ABSTRACT
Drug delivery system is a system that is given in a single dose to deliver the drug
as early as possible, provide a pharmacological effect as long as possible, and
deliver the drug directly to the target site safely. One method of drug delivery
system is with edible film (transdermal media). One of the materials that can be
used in the manufacture of edible films is chitosan and sago starch. The drug used
in this study was diclofenac sodium. This study aims to study the properties and
characteristics of the edible film Drug Delivery System (DDS). The research
method consisted of making edible film with polymer composition of chitosan –
sago starch (4:0, 3:1, 2:2, 1,3 and 0:4 g) added with CaCl2.2H2O containing
glycerol and sodium diclofenac. DDS parameters measured were thickness, tensile
strength, elongation, solubility test, antibacterial activity test, SEM and FTIR. The
results showed that the addition of chitosan and sago starch had an effect on the
characteristics of the edible film. The antibacterial activity test using the streak
plate method showed that the more sago starch, the less growth of Staphylococcus
aureus bacteria. The results of the analysis of the DDS membrane on the chitosan:
sago starch 1:3 concentration had a very good morphology. So the best results are
the 1:3 variation with a thickness of 0.199 mm which has met the Japanese
industrial standard, namely 0.25 mm, the tensile strength of 33.17 MPa has met the
SNI quality standard of 24.7 – 302 MPa and the elongation is 31.00%. according
to SNI 21 – 220% and 25.23% solubility
Keyword : Chitosan, Drug Delivery System, Sago Starch
ix
DAFTAR ISI
x
Universitas Muhammadiyah Riau
3.4.2 Prosedur Kerja ................................................................................ 19
3.5.1 Jaminan mutu alat dan instrumen ................................................... 22
3.5.2 Jaminan mutu bahan kimia dan reagen .......................................... 23
3.5.3 Jaminan mutu metode..................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 25
4.1 Hasil ........................................................................................................ 25
4.1.1 Hasil pembuatan membran DDS .................................................... 25
4.1.2 Pengujian sifat fisik dan mekanik membran DDS ......................... 26
4.1.3 Karakterisasi membran DDS .......................................................... 30
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 32
4.2.1 Pengujian sifat mekanik Drug Delivery System (DDS) ................. 32
4.2.2 Karakterisasi membran DDS .......................................................... 39
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 42
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 42
5.2 Saran ........................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
LAMPIRAN ....................................................................................................... 50
xi
Universitas Muhammadiyah Riau
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kitosan ........................................................................................... 8
Gambar 2.2 Natrium Diklofenak......................................................................... 11
Gambar 4.1 Grafik FTIR kitosan dan pati sagu .................................................. 30
Gambar 4.2 Hasil Karakterisasi SEM ................................................................. 32
Gambar 4.3 Grafik Ketebalan DDS .................................................................... 32
Gambar 4.4 Grafik Kuat Tarik DDS ................................................................... 34
Gambar 4.5 Grafik Persen Pemanjangan DDS ................................................... 35
Gambar 4.6 Grafik Kelarutan DDS ..................................................................... 36
xii
Universitas Muhammadiyah Riau
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Ringkasan State Of The Art................................................................11
Tabel 3.1. Variasi Pencampuran membran DDS ................................................20
Tabel 3.2 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen ......................................................23
Tabel 3.3 Jaminan Mutu Bahan Kimia dan Reagen ............................................23
Tabel 3.4 Jaminan Mutu Metode ........................................................................24
Tabel 4.1 Hasil Membran DDS...........................................................................25
Tabel 4.2 Hasil Uji ketebalan ..............................................................................27
Tabel 4.3 Hasil Uji Kuat Tarik (Tensile) ............................................................27
Tabel 4.4 Hasil Uji Persen Pemanjangan (Elongasi) ..........................................28
Tabel 4.5 Hasil Uji Kelarutan (Absorbable) .......................................................28
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri ................................................29
Tabel 4.7 Gugus Fungsi Kitosan dan Pati Sagu ..................................................30
xiii
Universitas Muhammadiyah Riau
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Desain Penelitian ............................................................................. 50
Lampiran 2 Skema Kerja .................................................................................... 51
Lampiran 3 Perhitungan ...................................................................................... 52
Lampiran 4 Spektra FTIR ................................................................................... 60
Lampiran 5 Dokumentasi .................................................................................... 61
xiv
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Muhammadiyah Riau
2
aman. Salah satu metode sistem penghantaran obat adalah dengan edible film
(Wahyuningtyas & Dinata, 2018). Dalam dunia farmasi, penghantaran obat
tertarget atau Drug Delivery System (DDS) lebih banyak diminati dari pada
penghantaran obat konvensional. Pemberian obat dengan sistem ini berfokus pada
bioavailabilitas di jaringan-jaringan tertentu di bagian tubuh selama periode waktu
tertentu (Rani & Paliwal, 2014). Pengiriman obat tertarget ini biasanya dipengaruhi
oleh sistem pembawa obat tersebut ke situs target, DDS diharuskan dari bahan
biodegradable dan biokompabilitas yang tinggi, tidak beracun, non imonogenik
seperti bahan polimer, misel, mikrokapsul, liposom dan lipoprotein (Pertiwi et al.,
2018).
Penggunaan bahan polimer dalam proses DDS sedang banyak dikembangkan
ialah bahan polimer alami karena berpotensi sebagai pembawa molekul dalam
formulasi sistem penghantaran obat dan juga bahan-bahan polimer alami baik
polimer tunggal, polimer kombinasi, maupun polimer modifikasi memiliki sifat
biodegradable, tidak beracun, kompabilitas dan stabilitas tinggi serta memiliki
kapasitas pemuatan obat yang baik (Winarti, 2015). Berbeda dengan bahan polimer
sintetik yang bersifat non-biodegradable dan non-biokompatible (Pertiwi et al.,
2018).
Penelitian sebelumnya telah banyak mengusulkan polimer alami sebagai
polimer induk (host) dalam pengembangan DDS, diantaranya penggunaan kitosan
dengan pengisi obat natrium tripolipospat sebagai penghantaran obat tertarget pada
studi penelitian (Susanto, 2019). Pada penelitian tersebut kitosan dari kulit udang
yang ditambahkan pengisi obat natrium tripolipospat dengan kosentrasi 0-0,2%
dapat meningkatkan karakteristik fisiknya yaitu meningkatkan kuat tarik film,
menurunkan fleksibilitas dan menurunkan swelling.
Pada laporan studi penelitian (Hapsari & Puspitasari, 2018) penggunaan
kitosan sebagai penghantaran obat tertarget untuk penyakit hati, ginjal dan paru-
paru. Pada laporan tersebut menunjukkan bahwa kitosan terakumulasi secara
selektif pada jaringan target. Pada studi penelitian (Kistriyani et al., 2016)
penggunaan pektin dari kulit jeruk sebagai edible film berpengisi obat asam salisilat
dengan tambahan crosslinker K2SO4 sebagai drug delivery sistem. Pada penelitian
tersebut menjelaskan bahwa dengan penambahan crosslinker K2SO4 dapat
meningkatkan nilai tarik edible film yang terbentuk dan menurunkan nilai gel
swelling yang menunjukkan semakin kuatnya ikatan edible film. Pada studi
penelitian (Karimah, 2016) penggunaan pati-alginat dari rumput laut coklat sebagai
material DDS dengan perbandingan cangkang kapsul komersil. Laporan penelitian
ini menunjukkan hasil distribusi obat ciprofloxacin pada pH 6,8 dalam waktu 4
menit distribusi obat mencapai 86,86%.
Pati sagu berpotensi untuk dikembangkan sebagai eksipien dalam industri
farmasi (Megawati, 2012). Pati sagu mempunyai kadar amilosa yang relatif tinggi
yaitu 27%. Pati yang mengandung amilosa tinggi dapat digunakan sebagai bahan
baku pati berikatan silang (cross linked) yang terbukti dapat digunakan sebagai
matriks untuk sediaan lepas terkendali (Anwar et al., 2006).
Sifat mekanik dari pati sagu yang memiliki kandungan amilopektin dan
amilosa dapat ditingkatkan dengan modifikasi serta menambahkan filler dan
plasticizer sehingga mampu mengurangi kerapuhan serta meningkatkan
fleksibilitas dan ketahanan film dalam aplikasinya sebagai cangkang kapsul (Ikhsan
et al., 2020). Amilopektin mempunyai sifat granuler dan daya pengikat yang baik.
Sifat dari amilopektin tersebut pada pati sagu dapat diaplikasikan sebagai bahan
baku pembuatan cangkang kapsul (Ihsan et al., 2019).
Dalam review (Crendhuty et al., 2021) dibahas mengenai kitosan sebagai
basis dalam sistem penghantaran obat. Kitosan yang dikombinasi dengan polimer
lainakan meningkatkan sifat fisikokimianya dan memberikan sifat mekanik yang
lebih baik dan penurunan laju difusi obat dari matriks sehingga mampu memberikan
durasi kerja yang lebih lama. Namun jika konsentrasi yang terlalu rendah dapat
meyebabkan pembentukan film yang terputus-putus atau resistensi mekanik yang
buruk, sementara konsentrasi tinggi menghasilkan film yang tebal dan kaku pada
kulit, tidak nyaman digunakan dan dapat menunda pelepasan obat.
Berdasarkan uraian penelitian diatas maka diharapkan optimalnya
pengembangan polimer alami dalam aplikasi penghantaran obat tertarget atau Drug
Delivery System (DDS), oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangan
material absorbable berbasis kitosan yang dikombinasikan dengan pati sagu
berpengisi obat natrium diklofenak sebagai penghantaran obat tertarget.
Pengembangan ini juga diharapkan mengoptimalkan potensi pati sagu yang selama
ini hanya sebagai makanan untuk sumber energi. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat alternatif untuk pengembangan riset dalam bidang
farmasi dan hal ini memberikan solusi untuk menghadapi masalah dan tantangan
dalam bidang kesehatan di Indonesia secara optimal.
6
Universitas Muhammadiyah Riau
7
2.2. Kitosan
Kitosan adalah turunan kitin yang diisolasi dari kulit udang, rajungan,
kepiting dan kulit serangga lainnya. Kitosan merupakan kopolimer alam berbentuk
lembaran tipis, tidak berbau dan berwarna putih (Nurazizah, 2015). Sumber utama
pembuatan serbuk kitosan adalah kitin. Nama kitin (chitin) berasal dari bahasa
Yunani yang artinya jubah atau amplop, kitin diisolasi dari eksoskleton berbagai
crustacean, terutama kepiting dan udang. Kitin merupakan komponen utama dari
struktur tubuh hewan golongan Crustacea, Antropoda, Annelida, Mollusca dan
Nematoda (Nurfitasari, 2018).
Kitosan adalah salah satu biopolimer yang mudah diserap tubuh dan tidak
beracun serta sudah banyak digunakan dalam sistem pelepasan obat (Soe et al.,
2020). Polimer ini yang paling melimpah setelah selulosa pada masanya. Sifat
kation kitosan agak istimewa, karena mayoritas polisakarida biasanya netral atau
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan
menunjukkan lebih cepatnya proses penyembuhannya.
Sebelumnya juga dilakukan penelitian oleh (Morgado et al., 2017) dengan
melakukan sintesis membran dari polyvinyl alcohol - kitosan berpengisi obat
ibuprofen-β-siklodektrin, pengujian dilakukan secara in vitro pada luka kulit
sampel. Penghantaran obat terkontrol oleh β-siklodektrin menunjukkan pelepasan
obat ditarget dengan penyembuhan luka lebih cepat dan luka tidak menimbulkan
kerak setelah kering.
dingin. Hal ini menyebabkan relatif mudah untuk mengekstrak granula pati dari
sumber tanaman. Ketika suspensi pati dalam air dipanaskan, butiran pertama
membengkak sampai tercapai suatu titik di mana terjadinya pembengkakan
ireversibel. Proses pembengkakan ini disebut gelatinisasi (Jabbar, 2017)
Pada umumnya pati sagu digunakan sebagai sumber makanan. Namun, pada
beberapa tahun terakhir banyak peneliti tertarik mengembangkan potensi pati sagu
dalam bidang lain, seperti dalam bidang pengemasan yang diteliti oleh (Wattimena
et al., 2016) pada studi penelitiannya yang berjudul ”karakterisasi edible film pati
sagu alami dan pati sagu posfat dengan penambahan gliserol” dengan konsentrasi
penambahan gliserol 0,5, 1,0, 1,5 % (b/b) dan karakterisasi meliputi uji tensile
strength, elongasi, daya larut, transparansi, dan laju transmisi uap air dengan hasil
masing-masing 3,05 – 31,49 MPa, 3,03 – 20,94%, 33,44 – 42,43%, 0,59 – 4,14%,
7,76 – 15,80 g/m² jam.
Pada studi penelitian (Oktavia et al., 2015) telah dilakukan sintesis pati sagu
dengan kitosan dalam variasi konsentrasi kitosan 20 ml dalam 2%, 3%, 4%, 5%,
dan 6% serta karakterisasi meliputi uji kadar air, ketahanan air, dan biodergadasi
masing-masing konsentrasi dan didapatkan plastik ramah lingkungan terbaik
dengan penambahan kitosan dengan kosentrasi 4% karena memiliki kadar air
terendah dan tingkat degradasi mencapai 81,31%.
Menurut (Ikhsan et al., 2020) sifat mekanik dari pati sagu yang memiliki
kandungan amilopektin dan amilosa dapat ditingkatkan dengan modifikasi serta
menambahkan filler dan plasticizer sehingga mampu mengurangi kerapuhan serta
meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan film dalam aplikasinya sebagai cangkang
kapsul. Amilopektin mempunyai sifat granuler dan daya pengikat yang baik. Dari
sifat tersebut amilopektin pada pati sagu dapat diaplikasikan sebagai bahan baku
pembuatan cangkang kapsul (Ihsan et al., 2019).
5. Meneguin et al., Solving Casting Pati, pektin film ini dapat menjadi
2014 Methode strategi teknologi
yang menjanjikan
untuk pelapisan
bentuk pelapisan
bentuk sediaan padat
yang dimaksudkan
untuk penghantaran
obat spesifik kolon
dibandingkan dengan
membran A dan C
sehingga membran B
memiliki
karakteristik lepas
lambat terhadap
albumin yang lebih
lama.
tablet dan
mikroskapsul sebagai
matriks, film, coating
8. Wahyuningtyas Tahap pertama CMC, pati Penambahan pati
& Dinata, 2018 membuatan jagung jagung pada CMC
larutan polimer (antara 0-4 gram)
induk, tahap mempengaruhi sifat
kedua mekanik edible film,
pencelupan yaitu penurunan nilai
membran polimer kekuatan tarik antara
ke larutan klorida 0,1251-0,5473 MPa
dan peningkatan
persentase elongasi
antara 48,04 –
92,74%.
9. Susanto, 2019 Solution Casting Kitosan, penambahan NaTPP
NaTPP mempengaruhi sifat
fisik CEF. Ketika
konsentrasi NaTPP
yang ditambahkan
meningkat, nilai kuat
tarik film juga
meningkat, nilai
persen pemanjangan
film menurun, dan
nilai swelling
menurun.
10. Husni et al., Solvent Casting Carbomer formula dengan
2020 940, kappa kombinasi Carbomer
karagenan 940 1,5% dan kappa
karagenan 0,1-0,5%
dapat digunakan
sebagai basis sediaan
edible film.
17
Universitas Muhammadiyah Riau
18
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu, kitosan, gliserol,
aquades, kalsium klorida dihidrat (CaCl2.2H2O), obat natrium diklofenak
(C14H10Cl2NNaO2).
3.4 Prosedur
3.4.1 Prosedur keselamatan kerja
Dalam kegiatan penelitian ilmiah di laboratorium, semua pihak harus
menyadari bahwa setiap kegiatan tersebut mempunyai potensi yang menimbulkan
bahaya dampak lingkungan. sehingga dalam melaksanakan penelitian di
laboratorium harus memerhatikan keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Upaya keselamatan dan kesehatan
kerja harus didukung oleh prosedur kerja. Prosedur kerja dimulai dari pemahaman
akan peraturan keselamatan kerja, menaati ketentuan berpakaian, menjalankan
prosedur cara bekerja aman dengan bahan kimia dan peralatan laboratorium, serta
ketentuan cara pembuangan limbah yang baik. Selain prosedur keselamatan kerja,
pekerja atau laboran juga dihimbau untuk bisa melakukan penanggulangan keadaan
darurat jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kerja.
Keterangan :
W adalah berat akhir, W0 adalah berat awal
masing sampel dan 1 sampel kontrol positif dengan kloramfenikol. Setelah 24 jam
media digores dengan 1 ose bakteri dari biakan bakteri yang sudah diremajakan.
Lalu diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 °C. Kemudian pertumbuhan bakteri
diamati.
Produk Catalog
No Nama Bahan Spesifikasi Merek
Number
Kalsium Klorida Pudak
3. Padatan
Dihidrat (CaCl2.2H2O) Scientific
Natrium Diklofenak
4. Padatan Gratheos
(C14H10C12NNaO2)
5. Gliserol 2507180002 Larutan Merck
Larutan Natrium
6. GKL923050014A1 Larutan Widatra
Klorida NaCl 0,9%
7. Nutrien Agar 1054500500 Padatan Merck
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pembuatan membran DDS
Pembuatan membran DDS dari kitosan : Pati sagu dengan variasi (4:0 ; 3:1 ;
2:2 ; 1:3 ; 0:4 g) berpengisi obat natrium diklofenak (C14H10C12NNaO2) diperoleh
hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1. Hasil membran DDS
Kitosan : Pati Sagu Hasil Keterangan
25
Universitas Muhammadiyah Riau
26
Ketebalan (mm)
CS : PS Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 0,243 0,252 0,248 3.63
3:1 0,221 0,233 0,227 5.29
2:2 0,203 0,213 0,208 4,8 Maks. 0,25 mm
1:3 0,194 0,203 0,199 4.52
0:4 0,172 0,164 0,168 4.76
Keterangan: Nilai standar baku diperoleh dari Japanese Industrial Standart 2-1707
Elongasi (%)
CS : PS Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 25,98 26,29 26,135 1,19
3:1 27,85 28,98 28,415 3,98
2:2 30,18 29,81 29,995 1,23 21 – 220%
1:3 31,02 30,98 31,000 0,13
0:4 32,85 33,98 33,415 3,38
Keterangan: Nilai standar diperoleh dari SNI 7818 : 2014
Absorbable (%)
CS : PS RPD
I II Rata-rata
2:2 0 (-)
1:3 0 (-)
0:4 0 (-)
105
97,5
- Kitosan
90
- Pati Sagu
82,5
75
67,5
60
52,5
45
37,5
30
22,5
15
7,5
-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Kitosan p.a 1/cm
2986,90
2850 - 3000 (Pavia et al., 2001) 2869,24 2944,46
2890,45
2700 – 2800 (Pavia et al., 2001) 2719,75
C-H
1375 – 1450 (Pavia et al., 2001) 1386,88
942,27 991,45
650 – 1000 (Pavia et al., 2001)
891,15 926,84
863,18
2683,10
2400 – 3400 (Pavia et al., 2001) 2570,26
2460,31
O-H
200 - 3600 2311,79
1260 – 1350 (Nandiyanto et al., 1339,62
1318,40
2019) 1239,32
1270,18 1149,62
1204,6
C-O 1000 – 1300 (Pavia et al., 2001) 1152,52
1066,68
1126,48
1030,03
E1 E1
D1 D1
C1 C1
Gambar 4.2. Hasil karakterisasi SEM variasi kitosan-pati sagu 2:2 (C1), variasi
kitosan-pati sagu 1:3 (D1) dan variasi kitosan-pati sagu 0:4 (E1)
dengan perbesaran 500x dan 1000x
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengujian sifat mekanik Drug Delivery System (DDS)
4.2.1.1 Ketebalan DDS
Hasil Ketebalan
0,3
0,248
0,25 0,227
0,208 0,199
ketebalan (mm)
0,2
0,168
0,15
0,1
0,05
0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Kitosan : Pati Sagu
Ketebalan merupakan salah satu karakteritik edible film yang penting karena
berpengaruh pada sifat penghalang (barrier) terhadap uap air serta umur simpan
produk. Semakin tinggi nilai ketebalannya maka sifat edible film yang dihasilkan
akan semakin kaku dan keras (Jacoeb et al., 2014). Peningkatan nilai ketebalan
menurut Nugroho et al., (2013) disebabkan oleh penambahan konsentrasi bahan
penyusun edible film. Hal ini mengakibatkan total padatan terlarut setelah proses
pengeringan mengalami peningkatan karena penyusunan matriks edible film yang
semakin banyak.
Dari gambar 4.3 menunjukkan ketebalan tertinggi terdapat pada variasi
kitosan – pati sagu (4 : 0) sebesar 0,248 mm. sedangkan ketebalan terendah terdapat
pada variasi kitosan – pati sagu (0:4) sebesar 0,168 mm. Semua variasi antara
kitosan-pati sagu termasuk kedalam nilai ketebalan tergolong baik karena masih
memenuhi standar untuk dikategorikan sebagai edible film, sesuai dengan standar
(Japanese Industrial Standart) maksimal ketebalan edible film adalah 0,25 mm.
Pada gambar 4.3 diatas semakin tinggi penggunaan konsentrasi kitosan dalam
pembuatan edile film, maka ketebalan yang dihasilkan cenderung semakin
bertambah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh konsentrasi kitosan yang semakin
meningkat dapat meningkatkan total padatan pada larutan, sehingga endapan padatan
sebagai bahan pembentuk edible film semakin banyak dan saat zat menguap akan
membentuk edible film yang semakin tebal (Mustapa et al., 2017). Hal ini juga
dikarenakan kitosan dapat membentuk ikatan hidrogen antar rantai polimer sehingga
edible film menjadi lebih rapat (Setiani et al., 2013). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Rosalina (2015) tentang pembuatan edible film dari kitosan dengan pati
ubi kayu yang menyatakan bahwa penambahan konsentrasi kitosan yang semakin
meningkat akan menyebabkan peningkatan nilai ketebalan edible film yang
dihasilkan. Nilai RPD variasi kitosan : pati sagu (4:0, 3:1, 2:2, 1:3, 0:4) berturut-turut
4,08%, 4,44%, 4,88%, 5,13% dan 6,06%, Hasil ini memenuhi syarat keberterimaan
yakni lebih kecil dari 10%.
30
24,9996
25
20
15
10
5
0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Nilai Kitosan : Pati Sagu
Kuat tarik termasuk uji ukuran kekuatan yang dapat dicapai film atau suatu
material secara maksimum sebelum putus atau robek (Fera et al., 2018). Hasil kuat
tarik tertinggi dapat dilihat pada variasi kitosan : pati sagu (4 : 0) sebesar 38,0156
MPa dan terendah yaitu pada variasi kitosan : pati sagu (0 : 4) sebesar 24,9996 Mpa.
Semua variasi membran DDS masuk dalam standar SNI 24,7 – 302 Mpa.
Hubungan antara variasi kitosan terhadap kuat tarik dari edible film dapat dilihat
pada gambar 4.4 bahwa semakin banyak kitosan yang ditambahkan maka nilai kuat
tarik yang didapat cenderung meningkat sesuai dengan penelitian Coniwanti et al.,
(2014). penggunaan kitosan akan mempengaruhi kuat tarik dari edible film. Hal ini
dikarenakan kitosan terlarut mempengaruhi banyaknya interaksi hidrogen baik inter
maupun intermolekuler dalam kitosan. Kitosan memiliki struktur rantai polimer
yang linear, dimana struktur rantai polimer cenderung membentuk fasa kristalin
karena mampu menyusun molekul polimer yang teratur. Fasa kristalin dapat
memberikan kekuatan, kekakuan dan kekerasan namun juga menyebabkan edible
film menjadi lebih getas sehingga mudah putus atau patah (Agustin & Karsono,
2016)
Pada penelitian oleh (Setiani, 2013) nilai kuat tarik berbanding lurus dengan
kitosan yang ditambahkan, semakin besar persentase kitosan maka nilai kuat
tariknya akan cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan akan semakin banyak
interaksi hidrogen yang terdapat dalam edible film sehingga ikatan antar rantai akan
semakin kuat dan sulit untuk diputus karena memerlukan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan tersebut (Widodo et al., 2019). Nilai RPD variasi kitosan : pati
sagu (4:0, 3:1, 2:2, 1:3, 0:4) berturut-turut 1,33%, 2,18%, 0,70%, 1,54% dan 1,10%,
Hasil ini memenuhi syarat keberterimaan yakni lebih kecil dari 10%.
25
20
15
10
5
0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Nilai Kitosan : Pati Sagu
penurunan dan kenaikan elongasi juga dipengaruhi oleh adanya gliserol. Gliserol
berperan sebagai plasticizer sehingga edible film menjadi lebih elastis. Gliserol
memiliki berat molekul yang kecil sehingga dapat masuk kedalam ikatan
antarmolekul amilosa atau bahkan diantara ikatan hidrogen pati. Molekul gliserol
akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan interaksi intermolekuler dan
meningkatkan mobilitas polimer sehingga mengakibatkan peningkatan elongasi.
Interaksi gliserol dengan matrik pati akan mempengaruhi elastisitasnya.
Keberadaan dari plasticizer di dalam pati bisa menyela pembentukan double heliks
dari amilosa dengan cabang amilopektin, lalu mengurangi interaksi antara molekul-
molekul amilosa dan amilopektin, sehingga meningkatkan fleksibilitas
(Kusumawati & Putri, 2013).
Penambahan kitosan yang meningkat menyebabkan persentase pemanjangan
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin rapatnya film sehingga
elastisitasnya berkurang. Hal ini sesuai dengan pandapat menurut (Setiani et al,.
2013) semakin banyak kitosan yang ditambahkan maka nilai elongasinya semakin
menurun. Hal ini dikarenakan kitosan dapat membentuk ikatan hidrogen antar
rantai polimer sehingga edible film menjadi lebih rapat. Hal ini memungkinkan
edible film yang dihasilkan semakin kaku dan sifat fleksibilitas dari edible film
semakin berkurang.
40
30 25,2361
19,162
20
13,9598
10 4,8518
0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Nilai Kitosan : Pati Sagu
Pada spektra FTIR kitosan, terdapat puncak serapan pada daerah 2869,24
yang menandakan munculnya vibrasi ulur C-H, hal ini sesuai dengan penelitian
Azizati, (2019) terdapat gugus C-H (2877 cm-1). Pada bilangan gelombang 2311,79
cm-1 yang menunjukkan adanya gugus O-H dan sesuai menurut penelitian
Pitriani,(2010) menunjukkan gugus O-H (3388,7 cm-1). Penyerapan pada bilangan
1589,41 cm-1 mengindikasikan adanya gugus fungsi N-H, sesuai dengan penelitian
Azizati, (2019) terdapat vibrasi tekuk N-H (1597 cm-1) . Gugus fungsi yang
terindikasi selanjutnya yaitu adanya ikatan antara C-O pada kitosan ditunjukkan
dengan adanya vibrasi pada bilangan 1270,18 cm-1 sesuai dengan penelitian
Dompeipen, (2017) menunjukkan C-O pada pola penyerapan yang sama (1255,56
cm-1). Berdasarkan hasil spektrum FTIR maka senyawa yang terkandung dalam
kitosan adalah gugus fungsi C-H, O-H, C-O dan N-H.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Kitosan dan pati sagu memiliki potensi yang besar untuk
dijadikan membran Drug Delivery Sysytem (DDS)
2. Variasi kitosan dan pati sagu (4:0. 3:1, 2:2, 1:3 dan 0:4) berpengaruh terhadap
karakterisitik membran. Hasil karakteristik membran berpengaruh secara
signfikan terhadap nilai kuat tarik dan elongasi cenderung berbanding
terbalik. Semakin banyak penambahan pati sagu nilai kuat tarik semakin
menurun. Hasil terbaik yaitu pada konsentrasi 1:3. Ketebalan 0,199 mm, kuat
tarik 33,1765 MPa dan elongasi 31,000 dengan hasil yang optimal sudah
memenuhi standar dan mempunyai kekuatan mekanik yang cukup kuat dan
elastis.
3. Pada pengujian kelarutan hasil yang didapat semakin tinggi konsentrasi pati
sagu semakin tinggi persen kelarutan karena sifat hidroksil yang dimiliki pati
sagu. Sedangkan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode streak plate
menujukkan bahwa semakin besar konsentrasi pati sagu maka semakin tinggi
daya hambat pertembuhan bakteri Staphylococcus Aureus.
4. Dari hasil analisa FTIR bahwa kitosan yang dipakai terbukti murni karena
adanya gugus fungsi C-H, O-H, C-O dan N-H. Dan pati sagu juga terbukti
murni dengan terdapatnya gugus fungsi C-H, C=O, O-H dan C-O. Hasil
analisis membran DDS pada konstrasi kitosan : pati sagu (2:2, 1:3 dan 0:4)
memiliki morfologi yang sangat baik.
5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan uji organoleptik
sebagai uji lanjutan Drug Delivery Sysyem terhadap hewan uji agar efektivitas
nya dapat diketahui lebih baik.
2. Penggnuaan bahan utama akan digunakan ukuran partikel yang sama
sehingga dapat melihat pengaruh yang siginifikan.
42
Universitas Muhammadiyah Riau
43
44
Universitas Muhammadiyah Riau
45
Darni, Y., Sitorus, T.M., & Hanif, M. 2014. Produksi bioplastik dari sorgum dan
selulosa secara termoplastik. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 10 (2)
Dewi, L., Hendrayanti, H., & Nurhayati, C. 2019. Pemeriksaan bahan kimia obat
(bko) natrium diklofenak dalam beberapa sediaan jamu rematik yang beredar
di pasar purwadadi subang. Sabdariffarma. 1 (1)
Dompeipen, E. J. 2017. Isolasi dan identifikasi kitin dan kitosan dari kulit udang
windu (panaeus monodon) dengan spektroskopi inframerah. Majalah BIAM.
13 (1) : 31-41
El-feky, G.S., Sharaf, S.S., Shafei, A.E., & Hegazy, A.A. 2016. Using chitosan
nanoparticles as drug carriers for the development of a silver sulfadiazine
wound dressing. Carbohydrate Polymers. 158 : 11–19.
Elsabee, M. Z & Abdou, E.S. 2013. Chitosan based edible films and coatings : a
review. Materials Science And Engineering. (4) : 1819–41.
Erfan, A. 2012. Sintesis bioplastik dari pati ubi jalar menggunakan penguat logam
ZnO dan penguat alami kitosan. Skripsi. Universitas Indonesia.
Faridah ,H.D & Susanti, T. 2018. Polisakarida Sebagai Material Pengganti Gelatin
Pada Halal Drug Delivery System. Jurnal Of Halal Product And Research.
1 (2) : 15–21.
Fera, M., & Nurkholik. 2018. Kualitas fisik edible film yang diproduksi dari
kombinasi gelatin kulit domba dan agar (Gracilaria sp). Journal Of Food and
Life Sciences, 2 (1).
Ginting, E. 2017. Formulasi dan evaluasi in vitro film transdermal natrium
diklofenak menggunakan polimer kitosan dan polivinil alkohol taut silang
natrim tripolifosfat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Gustian, A.R.P., Alauhdin, M., & Pratjojo, W. 2013. Sintesis dan karakterisasi
membran kitosan-peg (polietilenglikol) sebagai pengontrol sistem pelepasan
obat. Indonesian Journal Of Chemical Science. 2 (2252)
Hapsari, T & Puspitasari, I.M. 2018. Potensi kitosan dalam sistem penghantaran
obat tertarget pada organ paru hati ginjal dan kolon. Farmaka. 16 (2):54 – 63.
Hasanuddin, A., All, I., Rahim, A., & Kadir, S. 2019. Modifikasi pati secara
asetilasi terhadap gugus funsgi asetil dan kristalinitas pati ubi banggai asetat.
Journal of Science & Technology. 12 (2) : 135 - 140
Husni, P., Sihombing, W.G.T., & Rusdiana, T. 2020. Optimasi formula basis
sediaan edible film dengan kombinasi polimer carbomer 940 dan kappa
karagenan. Majalah Farmasetika. 5 (3) : 109 - 115
Ihsan, H., Prabawa, D.G.P., Harsono, D., Nintasari, R., Apriani, R., & Nurcahyo,
A.B. 2019. Pengujian sifat fisik dan cemaran mikroba pada cangkang kapsul
pati sagu rumbia (Metroxylon sagu ROTTB) dan karagenan. Jurnal Riset
Industri Hasil Hutan. 11 (1) : 13 - 22.
Ihsan, H., Amaliyah, D.M., Harsono, D., Hidayati,S., Yuliati, F., & Miyono. 2020.
Morfologi dan keamanan pati sagu rumbia (Metroxylon sagu ROTTB) untuk
gelatin dalam aplikasinya sebagai cangkang kapsul. Jurnal Riset Teknologi
Industri. 14 (2) : 188 - 199
Ilah, F.M. 2015. Pengaruh penambahan ekstrak etanol daun salam (eugenia
polyanta) dan daun beluntas (pluchea indicaless) terhadap sifat fisik, aktifitas
antibakteri, dan antifitas antioksidan pada edible film berbasis pati. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Iriyanto, H.E & Muljannah, I. 2011. Proses dan aplikasi nanopartikel kitosan
sebagai penghantar obat. Squalen. 6 (1) : 1 - 8
Isnaeni, D., Kurniati, R.A., & Lestari, T. 2017.Uji daya hambat ekstrak daging buah
rumbia (Metroxylon sagu Rottb) asal jayapura terhadap Staphylococus
Aereus. Majalah Farmasi. 14(2)
Jabbar, U.F. 2017. Pengaruh penambahan kitosan terhadap karakteristik bioplastik
dari pati kulit kentang (solanum tuberosum. L). Skripsi. UIN Alauddin.
Jacoeb, A.M., Nugraha, R., Utari,S.P.S.D. 2014. Pembuatan edible film dari pati
buah lindur dengan penambahan gliserol dan karaginan. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 17 (1) : 14-21
Jading, A., Thetool, E., Payung,P., & Gultom,S. 2011. Karakteristik fisikokimia
pati sagu hasil pengeringan secara fluidisasi menggunakan alat pengering
cross flow fluidized bed bertenaga surya dan biomassa. Reaktor. 13 (3) : 155
– 64.
Jeddi, M.K & Mahkam, M. 2019. International journal of magnetic nano
carboxymethyl cellulose-alginate / chitosan hydrogel beads as biodegradable
devices for controlled drug delivery. International Journal of Biological
Macromolecules. 135 : 829–38.
Karimah, M. 2016. Pembuatan dan karakterisasi kapsul pati-alginat dari ekstraksi
rumput laut coklat (sargassum sp.) Sebagai material drug delivery system.
Skripsi. Univeristas Airlangga.
Kistriyani, L., Nugroho, R.D., & Primawan, M. 2016. Pengaruh konsentrasi K2SO4
terhadap drug loading asam salisilat pada pectin edible film. Teknoin. 22 (6)
: 429 – 36.
Kusumawati, D.H & Putri, W.D.R. 2013. Karakteristik fisik dan kimia edible film
pati jagung yang diinkorporasi dengan perasaan temu hitam. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. 1(1) : 90 - 100
Megawaty. 2012. Pengaruh konsentrasi pati pregelatinisasi sgu yang dipaut silang
dengan fosfat terhadap profil disolusi propanol HCL dalam sediaan tablet.
Skripsi. Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Meilani, D & Sinuraya, R.K. 2018. Pharmacovigilance dalam aspek penanganan
reaksi obat yang tidak diinginkan. Farmaka.16 (1) : 103–111
Meneguin, A.B., Cury, B.S.F., & Evangelista, R.C. 2014. Films from resistant
starch-pectin dispersions intended for colonicdrug delivery. Carbohydrate
Polymers. 99 : 140 - 149
Miranda, M., Pratama, Y., & Hintono, A. 2018. Karakteristik edible film aloe vera
dengan emulsi extra virgin olive oil dan kitosan. Agritech. 38 (4) : 381-387.
Morgado, P.I., Sónia, P.M., Ilídio, J.C., & Ana, A. 2017. Ibuprofen loaded PVA /
chitosan membranes : a highly efficient strategy towards an improved skin
wound healing. Carbohydrate Polymers. 159 : 136–45.
Mustapa, R., Restuhadi, F., & Efendi, R. 2017. Pemanfaatan kitosan sebagai bahan
dasar pembuatan edible film dari pati ubi jalar kuning. Jom Faperta. 4(2) : 1
- 12
Nahir, N. 2017. Pengaruh penambahan kitosan terhadap karakteristik bioplastik
dari pati biji asam (tamarindus indica l.). Skripsi. UIN Alauddin Makassar.
Nanaki, S.G., Koutsidis, I.A., Koutri, I., Karavas, E., & Bikiaris, D. 2012.
Miscibility study of chitosan/2-hydroxyethyl starch blends and evaluation of
their effectiveness as drug sustained release hydrogels . Carbohydrate
Polymers. 87 : 1286– 1294
Nandiyanto, A., Oktiani, R., & Ragahita, R. 2019. How to read interpret FTIR
Spectrocopy. Indonesian Journal of Science & Technology. 4 : 97 -118
Nugroho, A., Basito., katri, R.B.A. 2013. Kajian pembuatan edible film tapioka
dengan pengaruh penambahan pektin beberapa jenis kulit pisang terhadap
karakteristik fisik dan mekanik. Jurnal Teknosains pangan. 2(1) ; 73-79
Nurazizah. 2015. Penggunaan kitosan sebagai bahan pengawet pada sirup nanas
(Ananas Comosus L. Merr). Skripsi. Universitas Riau.
Nurfzilah. 2016. Paduan getah jarak pagar dan PVA-GA sebagai bahan baku
benang jahit operasi absorbable. Skripsi. Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahim
Nurfitasari, I. 2018. Pengaruh penambahan kitosan dan gelatin terhadap kualitas
biodegradable foam berbahan baku pati biji nangka (artocarpus
heterophyllus). Skripsi. UIN Alauddin.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., & Kriz, G.S. 2001. Inroduction To Spectroscopy a
Guide For Students Of Organic Chemistry. Western Washington University.
Washington
Pertiwi, I., Zaman, N.N., Arifki, H.H., Silalahi, K., & Wathoni, W.H.P.P.N. 2018.
Kitosan sebagai eksipien dalam sistem penghantaran obat baru. Farmaka.16
(3) : 310 – 321.
Pitriani, P. 2010. Sintesis dan aplikasi kitosan dari cangkang rajungan (portunnus
pelagicus) sebagai penyerap ion besi (Fe) dan mangan (Mn) untuk pemurnian
natrium silikat. Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Rani, K & Paliwal, S. 2014. A review on targeted drug delivery : its entire focus on
advanced therapeutics and diagnostics. Scholars Journal Of Applied Medical
Sciences. 2 (1C) : 328 - 331 .
Rosalina, V. 2015. Kitosan sebagai bahan dasar pembuatan edible film dengan
penambahan pati ubi kayu (Manihot esculenta crantz). Skripsi. Universitas
Riau
50
Universitas Muhammadiyah Riau
51
Lampiran 3. Perhitungan
- Ketebalan
Hasil Uji Ketebalan
CS : titik titik titik titik titik Ketebalan (mm) Rata-rata RPD (%) standar
PS 1 2 3 4 5 Rata-rata
0,25 0,242 0,263 0,236 0,225 0,243
4:0 0,248 3,63
0,261 0,242 0,256 0,23 0,272 0,252
0,202 0,231 0,213 0,24 0,221 0,221
3:1 0,227 5,29
0,214 0,235 0,213 0,251 0,255 0,233
0,221 0,193 0,214 0,186 0,204 0,203
2:2 0,208 4,8 Maks. 0,25 mm
0,23 0,214 0,197 0,222 0,205 0,213
0,193 0,176 0,201 0,214 0,186 0,194
1:3 0,199 4,52
0,195 0,223 0,21 0,184 0,203 0,203
0,184 0,152 0,173 0,16 0,194 0,172
0:4 0,168 4,76
0,167 0,151 0,183 0,176 0,144 0,164
1+2+3+4+5
Rata − rata =
5
(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata
- Rata-rata
- RPD
0,252 − 0,243
4: 0 = x 100% = 3.63 %
0,248
0,231 − 0,221
3: 1 = x 100% = 5.29 %
0,227
0,213 − 0,203
2: 2 = x 100% = 4,8 %
0,208
0,203 − 0,194
1: 3 = x 100% = 4.52 %
0,199
0,172 − 0,164
0: 4 = x 100% = 4.76 %
0,168
- Kuat Tarik
CS : PS Kuat Tarik (Mpa) Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 38,2673 37,7639 38,0156 1,33
3:1 36,5378 35,7463 36,1421 2,18
2:2 35,2167 34,9720 35,0944 0,70 24,7 – 302
MPa
1:3 33,4311 32,9219 33,1765 1,54
0:4 25,1371 24,8620 24,9996 1,10
54
Simplo + duplo
Rata − rata =
2
(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata
- Rata-rata
38,2673 + 37,7639
4: 0 = = 38,0156
2
36,5378 + 35,7463
3: 1 = = 36,1421
2
35,2167 + 34,9720
2: 2 = = 35,0944
2
33,4311 + 32,9219
1: 3 = = 33,1765
2
25,1371 + 24,8620
0: 4 = = 24,9996
2
- RPD
38,2673 − 37,7639
4: 0 = x 100% = 1,33 %
38,0156
36,5378 − 35,7463
3: 1 = x 100% = 2,18 %
36,1421
35,2167 − 34,9720
2: 2 = x 100% = 0,70 %
35,0944
33,4311 − 32,9219
1: 3 = x 100% = 1,54 %
33,1765
25,1371 − 24,8620
0: 4 = x 100% = 1,10 %
24,9996
55
Simplo + duplo
Rata − rata =
2
(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata
- Rata-rata
25.98 + 26.29
4: 0 = = 26.135
2
27.85 + 28.98
3: 1 = = 28.415
2
30.18 + 29.81
2: 2 = = 29.995
2
31.02 + 30.98
1: 3 = = 31.000
2
32.85 + 33.98
0: 4 = = 33.415
2
- RPD
26.29 − 25.98
4: 0 = x 100% = 1,19 %
26.135
28.98 − 27.85
3: 1 = x 100% = 3.98 %
28.415
30.18 − 29.81
2: 2 = x 100% = 1.23 %
29.995
56
31.02 − 30.98
1: 3 = x 100% = 0.13 %
31.000
33.98 − 32.85
0: 4 = x 100% = 3.38 %
33.415
- Kelarutan
CS : PS Berat Awal Berat Akhir Kelarutan Rata-rata RPD
0,1163 0,1107 4,8151
4:0 4,8518 1,51
0,1166 0,1109 4,8885
0,0939 0,0804 14,3769
3:1 13,9598 5,97
0,0923 0,0798 13,5427
0,0812 0,0662 18,4729
2:2 19,162 7,19
0,0806 0,0646 19,8511
0,0807 0,0607 24,7831
1:3 25,2361 3,59
0,0798 0,0593 25,6892
0,0795 0,0383 51,8238
0:4 49,4167 9,74
0,0719 0,0381 47,0097
W0 − W
kelarutan = 𝑥 100%
W0
Simplo + duplo
Rata − rata =
2
(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata
4:0
0.1163 − 0.1107
Simplo = 𝑥 100% = 4.8151
0.1163
0.1166 − 0.1109
Duplo = 𝑥 100% = 4.8885
0.1166
4,8151 + 4,8885
Rata − rata = = 4,8518
2
57
4.8885 − 4.8151
RPD = x 100% = 1.51%
4.8518
3:1
0.0939 − 0.0804
Simplo = 𝑥 100% = 14.3769
0.0939
0.0923 − 0.0798
Duplo = 𝑥 100% = 13.5427
0.0923
14.3769 + 13.5427
Rata − rata = = 13.9598
2
14.3769 − 13.5427
RPD = x 100% = 5.97%
13.9598
2:2
0.0812 − 0.0662
Simplo = 𝑥 100% = 18.4729
0.0812
0.0806 − 0.0646
Duplo = 𝑥 100% = 19.8511
0.0806
19.8511 + 18.4729
Rata − rata = = 19.162
2
19.8511 − 18.4729
RPD = x 100% = 7.19%
19.162
1:3
0.0807 − 0.0607
Simplo = 𝑥 100% = 24.7831
0.0807
0.0798 − 0.0593
Duplo = 𝑥 100% = 25.6892
0.0798
24.7831 + 25.6892
Rata − rata = = 25.2361
2
58
25.6892 − 24.7831
RPD = x 100% = 3.59%
25.2361
0:4
0.0795 − 0.0383
Simplo = 𝑥 100% = 51.8238
0.0795
0.0719 − 0.0381
Duplo = 𝑥 100% = 47.0097
0.0719
51.8238 + 47.0097
Rata − rata = = 49.4167
2
51.8238 − 47.0097
RPD = x 100% = 9.74%
49.4167
- Aktivitas Antibakteri
Uji Aktivitas Antibakteri
sampel garis 1 garis 2 garis 3 garis 4 Jumlah Rata-rata
3,3 2,5 2,8 2,5 11,1
4:0 10,8
3,1 2,4 2,7 2,3 10,5
2 2,5 1,5 2,5 8,5
3:1 8,9
2 2,5 2,3 2,5 9,3
2:2 0 0 0 0 0 0
1:3 0 0 0 0 0 0
0:4 0 0 0 0 0 0
59
4:0
- Jumlah simplo = 3,3 + 2,5 + 2,8 + 2,5 = 8.5
8.5 + 9.3
Rata − rata = = 10,8
2
3:1
- Jumlah simplo = 2 + 2,5 + 1.5 + 2,5 = 11,1
11,1 + 10,5
Rata − rata = = 8.9
2
60
105
97,5
90
82,5
75
67,5
2311,79
60
1589,41
1204,60
2869,24
1270,18
891,15
1296,22
1386,88
942,27
1318,40
1126,48
52,5
1152,52
1030,03
45
37,5
30
22,5
15
340,45
7,5
-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Kitosan p.a 1/cm
50
2570,26
45
40
2683,10
2719,75
1617,38
35
2944,46
2986,90
2890,45
30
1239,32
25
863,18
926,84
1149,62
1339,62
1066,68
991,45
20
15
10
5
-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Kitosan 1/cm
No Dokumentasi Keterangan
1. Proses pembuatan larutan
natrium diklofenak
5. Membran DDS
62
RIWAYAT HIDUP