Anda di halaman 1dari 77

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN ABSORBABLE

DARI KOMBINASI KITOSAN – PATI SAGU BERPENGISI


OBAT NATRIUM DIKLOFENAK (C14H10C12NNaO2)
DALAM APLIKASI DRUG DELIVERY SYSTEM (DDS)

SKRIPSI

FRITI AULIA
170204003

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan


hasil karya sendiri kecuali kutipan (baik secara langsung maupun tidak
langsung) saya ambil dari berbagai sumber dan disebutkan sumbernya.
Secara ilmiah saya bertanggung jawab atas kebenaran data dan fakta skripsi
ini.

Pekanbaru, 04 Oktober 2021


Saya yang menyatakan,

Friti Aulia
170204003

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN ABSORBABLE DARI


KOMBINASI KITOSAN – PATI SAGU BERPENGISI OBAT NATRIUM
DIKLOFENAK (C14H10C12NNaO2) DALAM APLIKASI
DRUG DELIVERY SYSTEM (DDS)

Disusun Oleh

Nama Mahasiswa : Friti Aulia


NIM : 170204003
Program Studi : Kimia

TIM PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmadini Syafri, M.Sc Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc


NIDN.1025098501 NIDN. 1001127602

Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri, M.Sc


NIDN.1025098501

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains
pada Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Riau.

Disetujui oleh
Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan

Juli Widiyanto, S.Kep., M.Kes. Epid


NIDN.1002078001

iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Nama Mahasiwa : Friti Aulia


NIM : 170204003
Program Studi : Kimia
Fakultas : MIPA dan Kesehatan
Jenjang Pendidikan : Strata 1 (S1)
Jenis Karya : Skripsi
Judul Penelitian : Sintesis Dan Karakterisasi Membran Absorbable
Dari Kombinasi Kitosan – Pati Sagu Berpengisi
Obat Natrium Diklofenak (C14H10C12NNaO2)
Dalam Aplikasi Drug Delivery Sistem (DDS).

No Nama Dewan Penguji Jabatan Tanda Tangan

1 Hasmalina Nasution, M.Si Ketua Sidang


NIDN. 1011037301

2 Delovita Ginting, M.Si Penguji I


NIDN. 1023128801

3 Prasetya, M.Si Penguji II


NIDN. 1009058701

4 Rahmadini Syafri, M.Sc Penguji III


NIDN. 1025098501

5 Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc Penguji IV


NIDN. 1001127602

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri, M.Sc


NIDN. 1025098501

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah skripsi dengan judul “Sintesis dan
Karakterisasi Membran Absorbable Dari Kitosan – Pati Sagu Berpengisi Obat
Natrium Diklofenak (C14H10C12NNaO2) Dalam Aplikasi Drug Delivery Sistem
(DDS)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam dipanjatkan
oleh penulis kepada Rasulullah Saallahu alaihi wa sallam yang telah menunjukkan
kepada kita jalan lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh ummat manusia Penulis menyadari mengenai
penulisan ini tidak bisa terselesaikan tanpa pihak-pihak yang mendukung baik
secara moril dan juga materil. Maka, penulis menyampaikan banyak-banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Mubarak, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Riau.


2. Bapak Juli Widiyanto, M.Kes, Epid selaku Dekan Fakultas MIPA dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau.
3. Ibu Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc selaku Wakil Dekan Fakultas MIPA dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau dan selaku Dosen Pembimbing
II yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Rahmadini Syafri, M.Sc selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
MIPA dan Kesehatan dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
masukan, support terhadap penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
5. Ibu Delovita Ginting, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
kritik dan sarannya kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Prasetya, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kimia Fakultas MIPA dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau yang telah memberikan
pengetahuan yang bermanfaat selama perkuliahan.

v
8. Orang Tua yaitu Ibu (Erna) dan Papa (Didi Suryadi) tersayang, Abang Febrian
Suryadi, Kakak Fadhilah Tul Hasanah dan adik Febiola Elita serta seluruh
keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan material
9. Teman sepenelitian penulis, Retno Sari Damayanti, S.Si dan Mohammad
Meiviendra Ihsan, S.Si yang telah sama-sama berjuang untuk melakukan
penelitian sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan baik
10. Para kakak dan abang senior tingkatan penulis satu pembimbing yaitu Hardi
Rahayu Saputra, S.Si., Rika Putri Andri Nst, S.Si., Muhammad Rizqi Pratama,
S.Si., Kardina Febriani, S.Si., Muhammad Alfayed, S.Si yang telah memberi
support kepada penulis.
11. Ante Squad Marlian, Ismi Latifah, Norramizawati, Dhea Fitri jenery calon S.Si
dan Novialis Dayumita, S.Si serta seluruh teman – teman kimia angkatan 2017
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah menemani suka duka serta
membantu dan memeriksa skripsi ini.
12. Adik tingkatan penulis Annisa Nadia, Prima Yane, dan Yuli Andriani calon S.Si
yang sudah banyak membantu dalam penelitian penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis buat ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan masukan bahkan
kritik membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, saya berharap semoga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, 04 Oktober 2021

Friti Aulia

vi
HALAMAN PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA KELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Sintesis dan
Karakterisasi Membran Absorbable Dari Kitosan – Pati Sagu Berpengisi Obat
Natrium Diklofenak (C14H10C12NNaO2) Dalam Aplikasi Drug Delivery Sistem
(DDS)” adalah benar karya saya dengan arahan dari tim pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau yang tidak
diterbitkan dari penulis lain terlah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Universitas Muhammadiyah Riau.

Pekanbaru, 04 Oktober 2021

Friti Aulia
170204003

vii
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN ABSORBABLE DARI
KOMBINASI KITOSAN – PATI SAGU BERPENGISI OBAT NATRIUM
DIKLOFENAK (C14H10C12NNaO2) DALAM APLIKASI
DRUG DELIVERY SYSTEM (DDS)

FRITI AULIA
170204003

ABSTRAK

Sistem penghantaran obat adalah suatu sistem yang diberikan dalam dosis
tunggal untuk mengantarkan obat sedini mungkin, memberikan efek farmakologis
selama mungkin, dan mengantarkan obat langsung ke tempat kerja (target) dengan
aman. Salah satu metode sistem penghantaran obat adalah dengan edible film
(media transdermal). Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
edible film adalah kitosan dan pati sagu. Obat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah natrium diklofenak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat dan
karakteristik dari edible film Drug Delivery System (DDS). Metode penelitian
terdiri dari pembuatan edible film dengan komposisi polimer kitosan – pati sagu
(4:0, 3:1, 2:2, 1,3 dan 0:4 g) yang ditambahkan dengan CaCl2.2H2O yang
mengandung gliserol dan natrium diklofenak. Parameter DDS yang diukur adalah
ketebalan, kekuatan tarik, elongasi, uji kelarutan, uji aktivitas antibakteri, SEM dan
FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kitosan dan pati sagu
berpengaruh terhadap karakteristik edible film. Uji aktivitas antibakteri
menggunakan metode streak plate menunjukkan bahwa semakin banyak pati sagu
maka semakin sedikit pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus. Hasil analisis
membran DDS pada konstrasi kitosan : pati sagu 1:3 memiliki morfologi yang
sangat baik. Jadi hasil terbaik yaitu pada variasi 1:3 dengan ketebalan 0,199 mm
yang sudah memenuhi standar industri jepang yaitu ≤0,25 mm, kuat tarik 33,17
MPa sudah memenuhi baku mutu SNI yaitu 24,7 – 302 MPa dan elongasi 31,00%
sesuai SNI 21 – 220% dan kelarutan 25,23% dengan hasil yang optimal
.
Kata Kunci : Drug Delivery System, Kitosan, Pati Sagu

viii
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF ABSORBABLE
MEMBRANES FROM THE COMBINATION OF CHITOSAN – SAGO
START FILLED WITH DICLOFENAC SODIUM (C14H10C12NNAO2)
APPLICATION IN DRUG DELIVERY SYSTEM (DDS) APPLICATIONS

FRITI AULIA
170204003

ABSTRACT

Drug delivery system is a system that is given in a single dose to deliver the drug
as early as possible, provide a pharmacological effect as long as possible, and
deliver the drug directly to the target site safely. One method of drug delivery
system is with edible film (transdermal media). One of the materials that can be
used in the manufacture of edible films is chitosan and sago starch. The drug used
in this study was diclofenac sodium. This study aims to study the properties and
characteristics of the edible film Drug Delivery System (DDS). The research
method consisted of making edible film with polymer composition of chitosan –
sago starch (4:0, 3:1, 2:2, 1,3 and 0:4 g) added with CaCl2.2H2O containing
glycerol and sodium diclofenac. DDS parameters measured were thickness, tensile
strength, elongation, solubility test, antibacterial activity test, SEM and FTIR. The
results showed that the addition of chitosan and sago starch had an effect on the
characteristics of the edible film. The antibacterial activity test using the streak
plate method showed that the more sago starch, the less growth of Staphylococcus
aureus bacteria. The results of the analysis of the DDS membrane on the chitosan:
sago starch 1:3 concentration had a very good morphology. So the best results are
the 1:3 variation with a thickness of 0.199 mm which has met the Japanese
industrial standard, namely 0.25 mm, the tensile strength of 33.17 MPa has met the
SNI quality standard of 24.7 – 302 MPa and the elongation is 31.00%. according
to SNI 21 – 220% and 25.23% solubility
Keyword : Chitosan, Drug Delivery System, Sago Starch

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..........................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ..................................vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
ABSTRACT .......................................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
2.1 Drug Delivery System (DDS) .................................................................. 6
2.2 Kitosan .................................................................................................... 7
2.3 Pati Sagu .................................................................................................. 9
2.4 Natrium Diklofenak ................................................................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 17
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 18
3.3 Alat dan Bahan ........................................................................................ 18
3.3.1 Alat ................................................................................................. 18
3.3.2 Bahan .............................................................................................. 18
3.4 Prosedur ................................................................................................... 18
3.4.1 Prosedur Keselamatan Kerja .......................................................... 18

x
Universitas Muhammadiyah Riau
3.4.2 Prosedur Kerja ................................................................................ 19
3.5.1 Jaminan mutu alat dan instrumen ................................................... 22
3.5.2 Jaminan mutu bahan kimia dan reagen .......................................... 23
3.5.3 Jaminan mutu metode..................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 25
4.1 Hasil ........................................................................................................ 25
4.1.1 Hasil pembuatan membran DDS .................................................... 25
4.1.2 Pengujian sifat fisik dan mekanik membran DDS ......................... 26
4.1.3 Karakterisasi membran DDS .......................................................... 30
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 32
4.2.1 Pengujian sifat mekanik Drug Delivery System (DDS) ................. 32
4.2.2 Karakterisasi membran DDS .......................................................... 39
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 42
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 42
5.2 Saran ........................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
LAMPIRAN ....................................................................................................... 50

xi
Universitas Muhammadiyah Riau
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kitosan ........................................................................................... 8
Gambar 2.2 Natrium Diklofenak......................................................................... 11
Gambar 4.1 Grafik FTIR kitosan dan pati sagu .................................................. 30
Gambar 4.2 Hasil Karakterisasi SEM ................................................................. 32
Gambar 4.3 Grafik Ketebalan DDS .................................................................... 32
Gambar 4.4 Grafik Kuat Tarik DDS ................................................................... 34
Gambar 4.5 Grafik Persen Pemanjangan DDS ................................................... 35
Gambar 4.6 Grafik Kelarutan DDS ..................................................................... 36

xii
Universitas Muhammadiyah Riau
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Ringkasan State Of The Art................................................................11
Tabel 3.1. Variasi Pencampuran membran DDS ................................................20
Tabel 3.2 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen ......................................................23
Tabel 3.3 Jaminan Mutu Bahan Kimia dan Reagen ............................................23
Tabel 3.4 Jaminan Mutu Metode ........................................................................24
Tabel 4.1 Hasil Membran DDS...........................................................................25
Tabel 4.2 Hasil Uji ketebalan ..............................................................................27
Tabel 4.3 Hasil Uji Kuat Tarik (Tensile) ............................................................27
Tabel 4.4 Hasil Uji Persen Pemanjangan (Elongasi) ..........................................28
Tabel 4.5 Hasil Uji Kelarutan (Absorbable) .......................................................28
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri ................................................29
Tabel 4.7 Gugus Fungsi Kitosan dan Pati Sagu ..................................................30

xiii
Universitas Muhammadiyah Riau
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Desain Penelitian ............................................................................. 50
Lampiran 2 Skema Kerja .................................................................................... 51
Lampiran 3 Perhitungan ...................................................................................... 52
Lampiran 4 Spektra FTIR ................................................................................... 60
Lampiran 5 Dokumentasi .................................................................................... 61

xiv
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obat merupakan suatu subtansi yang melalui efek kimianya membawa
perubahan dalam fungsi biologi. Molekul obat berinteraksi dengan molekul khusus
dalam sistem biologi yang berperan sebagai pengatur dalam hal ini adalah reseptor.
Untuk berinteraksi secara kimia dengan reseptornya, molekul obat harus
mempunyai ukuran, bentuk, muatan listrik, dan komposisi atom yang sesuai
(Wicita, 2017).
Studi proses dalam perkembangan obat, banyak obat-obatan yang gagal
mencapai outcome clinic yang diinginkan karena kurangnya kemampuan obat
mencapai target dan terdistribusi keberbagai jaringan dan organ normal lainnya
yang tidak terlibat dalam proses patologik penyakit sehingga menyebabkan
terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan atau Adverse Drug Reactions
(ADRs) yang menimbulkan penyakit baru atau kematian pada pasien (Meilani &
Sinuraya, 2018). Selektivitas dalam pengobatan sangat dibutuhkan, sebagai contoh
pengobatan kanker. Kanker merupakan penyakit komplek dimana antara sel kanker
dan sel normal tidak dapat dibedakan, sehingga banyak obat kanker yang
menunjukkan bahwa antara rasio efek samping dan efek bermanfaatnya saling
overlap (Winarti, 2015).
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi hal
tersebut adalah dengan mengembangkan suatu sistem penghantaran obat tertarget
yang dapat mengenali jaringan target dan memperbaiki segi farmakokinetik pada
biodistribusi obat sehingga dapat melepaskan obat pada target secara selektif. Hal
ini dapat mengoptimalkan efek terapeutik dan meniminalkan efek samping obat
yang tidak diinginkan, sehingga juga meningkatkan kepatuhan pasien dalam proses
pengobatan (Hapsari & Puspitasari, 2018).
Sistem penghantaran obat adalah suatu sistem yang diberikan dalam dosis
tunggal untuk mengantarkan obat sedini mungkin, memberikan efek farmakologis
selama mungkin, dan mengantarkan obat langsung ke tempat kerja (target) dengan

1
Universitas Muhammadiyah Riau
2

aman. Salah satu metode sistem penghantaran obat adalah dengan edible film
(Wahyuningtyas & Dinata, 2018). Dalam dunia farmasi, penghantaran obat
tertarget atau Drug Delivery System (DDS) lebih banyak diminati dari pada
penghantaran obat konvensional. Pemberian obat dengan sistem ini berfokus pada
bioavailabilitas di jaringan-jaringan tertentu di bagian tubuh selama periode waktu
tertentu (Rani & Paliwal, 2014). Pengiriman obat tertarget ini biasanya dipengaruhi
oleh sistem pembawa obat tersebut ke situs target, DDS diharuskan dari bahan
biodegradable dan biokompabilitas yang tinggi, tidak beracun, non imonogenik
seperti bahan polimer, misel, mikrokapsul, liposom dan lipoprotein (Pertiwi et al.,
2018).
Penggunaan bahan polimer dalam proses DDS sedang banyak dikembangkan
ialah bahan polimer alami karena berpotensi sebagai pembawa molekul dalam
formulasi sistem penghantaran obat dan juga bahan-bahan polimer alami baik
polimer tunggal, polimer kombinasi, maupun polimer modifikasi memiliki sifat
biodegradable, tidak beracun, kompabilitas dan stabilitas tinggi serta memiliki
kapasitas pemuatan obat yang baik (Winarti, 2015). Berbeda dengan bahan polimer
sintetik yang bersifat non-biodegradable dan non-biokompatible (Pertiwi et al.,
2018).
Penelitian sebelumnya telah banyak mengusulkan polimer alami sebagai
polimer induk (host) dalam pengembangan DDS, diantaranya penggunaan kitosan
dengan pengisi obat natrium tripolipospat sebagai penghantaran obat tertarget pada
studi penelitian (Susanto, 2019). Pada penelitian tersebut kitosan dari kulit udang
yang ditambahkan pengisi obat natrium tripolipospat dengan kosentrasi 0-0,2%
dapat meningkatkan karakteristik fisiknya yaitu meningkatkan kuat tarik film,
menurunkan fleksibilitas dan menurunkan swelling.
Pada laporan studi penelitian (Hapsari & Puspitasari, 2018) penggunaan
kitosan sebagai penghantaran obat tertarget untuk penyakit hati, ginjal dan paru-
paru. Pada laporan tersebut menunjukkan bahwa kitosan terakumulasi secara
selektif pada jaringan target. Pada studi penelitian (Kistriyani et al., 2016)
penggunaan pektin dari kulit jeruk sebagai edible film berpengisi obat asam salisilat
dengan tambahan crosslinker K2SO4 sebagai drug delivery sistem. Pada penelitian
tersebut menjelaskan bahwa dengan penambahan crosslinker K2SO4 dapat

Universitas Muhammadiyah Riau


3

meningkatkan nilai tarik edible film yang terbentuk dan menurunkan nilai gel
swelling yang menunjukkan semakin kuatnya ikatan edible film. Pada studi
penelitian (Karimah, 2016) penggunaan pati-alginat dari rumput laut coklat sebagai
material DDS dengan perbandingan cangkang kapsul komersil. Laporan penelitian
ini menunjukkan hasil distribusi obat ciprofloxacin pada pH 6,8 dalam waktu 4
menit distribusi obat mencapai 86,86%.
Pati sagu berpotensi untuk dikembangkan sebagai eksipien dalam industri
farmasi (Megawati, 2012). Pati sagu mempunyai kadar amilosa yang relatif tinggi
yaitu 27%. Pati yang mengandung amilosa tinggi dapat digunakan sebagai bahan
baku pati berikatan silang (cross linked) yang terbukti dapat digunakan sebagai
matriks untuk sediaan lepas terkendali (Anwar et al., 2006).
Sifat mekanik dari pati sagu yang memiliki kandungan amilopektin dan
amilosa dapat ditingkatkan dengan modifikasi serta menambahkan filler dan
plasticizer sehingga mampu mengurangi kerapuhan serta meningkatkan
fleksibilitas dan ketahanan film dalam aplikasinya sebagai cangkang kapsul (Ikhsan
et al., 2020). Amilopektin mempunyai sifat granuler dan daya pengikat yang baik.
Sifat dari amilopektin tersebut pada pati sagu dapat diaplikasikan sebagai bahan
baku pembuatan cangkang kapsul (Ihsan et al., 2019).
Dalam review (Crendhuty et al., 2021) dibahas mengenai kitosan sebagai
basis dalam sistem penghantaran obat. Kitosan yang dikombinasi dengan polimer
lainakan meningkatkan sifat fisikokimianya dan memberikan sifat mekanik yang
lebih baik dan penurunan laju difusi obat dari matriks sehingga mampu memberikan
durasi kerja yang lebih lama. Namun jika konsentrasi yang terlalu rendah dapat
meyebabkan pembentukan film yang terputus-putus atau resistensi mekanik yang
buruk, sementara konsentrasi tinggi menghasilkan film yang tebal dan kaku pada
kulit, tidak nyaman digunakan dan dapat menunda pelepasan obat.
Berdasarkan uraian penelitian diatas maka diharapkan optimalnya
pengembangan polimer alami dalam aplikasi penghantaran obat tertarget atau Drug
Delivery System (DDS), oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangan
material absorbable berbasis kitosan yang dikombinasikan dengan pati sagu
berpengisi obat natrium diklofenak sebagai penghantaran obat tertarget.
Pengembangan ini juga diharapkan mengoptimalkan potensi pati sagu yang selama

Universitas Muhammadiyah Riau


4

ini hanya sebagai makanan untuk sumber energi. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat alternatif untuk pengembangan riset dalam bidang
farmasi dan hal ini memberikan solusi untuk menghadapi masalah dan tantangan
dalam bidang kesehatan di Indonesia secara optimal.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini meliputi :
1. Bagaimana proses sintesis polimer absorbable berbasis kitosan – pati sagu
berpengisi obat natrium diklofenak (C14H10Cl2NNaO2) dalam aplikasi Drug
Delivery System (DDS)?
1. Bagaimana karakterisasi polimer absorbable sebagai Drug Delivery System
(DDS) berbasis kitosan - pati sagu berpengisi obat natrium diklofenak
(C14H10Cl2NNaO2) dalam aplikasi Drug Delivery System (DDS)?
2. Apakah kombinasi kitosan - pati sagu berpengisi obat natrium diklofenak
(C14H10Cl2NNaO2) bisa dijadikan polimer absorbable dalam aplikasi Drug
Delivery System (DDS)?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengetahui proses sintesis polimer absorbable berbasis kitosan - pati sagu
berpengisi obat natrium diklofenak (C14H10Cl2NNaO2) dalam Drug Delivery
System (DDS).
2. Mengetahui karakterisasi polimer absorbable sebagai drug delivery system
(DDS) berbasis kitosan - pati sagu berpengisi obat natrium diklofenak
(C14H10Cl2NNaO2) dalam aplikasi Drug Delivery System (DDS).
3. Mengetahui kombinasi kitosan-pati sagu bisa dijadikan polimer absorbable
berpengisi obat natrium diklofenak (C14H10Cl2NNaO2) dalam aplikasi Drug
Delivery System (DDS).

Universitas Muhammadiyah Riau


5

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan. Karena
dengan mengembangkan media Drug Delivery System (DDS) dari pati sagu yang
biasanya hanya sebagai bahan makanan sumber energi namun sekarang dapat
mengoptimalkan potensinya dalam bidang polimer absorbable dengan kombinasi
kitosan berpengisi obat natrium diklofenak yang dapat menghasilkan biopolimer
yang sifatnya cocok pada aplikasi medis dan farmasi sebagai drug delivery system
(DDS). Penelitian ini juga dapat menambah keilmuan di bidang material dan
pengembangan potensi sagu yang ada di daerah riau untuk aplikasi medis
menghadapi masalah dan tantangan kesehatan masyarakat Riau dan Indonesia pada
umumnya.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Drug Delivery System (DDS)


Penelitian untuk penghantaran obat tertarget telah dikembangkan dalam
kurun waktu yang cukup lama yaitu sejak tahun 1980-an. Pendekatan untuk sistem
penghantaran obat baru dengan metode baru cukup menjadi tantangan di dalam
bidang farmasi. Pada tahun 1990, liposomal amphotericin B telah memasuki pasar
komersial atas izin dari badan administrasi makanan dan obat (FDA) pada masa itu.
Setelah berkembangnya penghantaran obat tertarget ini lebih dari 10 jenis DDS
dikomersilkan untuk menangani kasus kanker, infeksi jamur dan degenerasi otot
(Spitler et al., 2018).
Sistem penghantaran obat tertarge atau DDS menggabungkan sistem
penghantaran obat tradisional dengan kemajuan teknologi. Metode ini menciptakan
kemampuan obat secara khusus menuju ke titik target dimana obat akan dilepaskan.
Setelah penelitian lebih lanjut dalam banyak kasus penghantaran obat terkontrol
oleh DDS banyak manfaat yang ditunjukkan oleh metode ini dalam bidang farmasi
diantaranya:
• Meningkatkan serapan obat oleh target
• Memelihara dan mengendalikan pelepasan obat sesuai sasaran
• Mengurangi efek samping yang ditimbulkan pada saat distribusi obat
• Menghilangkan Adserve Drug Reactions (ADRs) atau efek samping
yang tidak diinginkan pasca terapi (Jeddi & Mahkam, 2019)
DDS memiliki kemampuan meningkatkan kinerja dan kemanjuran
pengobatan seperti peningkatan kinerja antibodi, vaksin, obat-obatan, maupun
enzim. DDS berpotensi meningkatkan kualitas hidup jutaan pasien karena memiliki
kemampuan untuk mengontrol peredaran formulasi obat di dalam tubuh (Sung &
Kim, 2020). Pendapat lainnya Drug Delivery System (DDS) didefinisikan sebagai
formulasi atau sistem yang mampu memediasi penghantaran zat terapeutik dalam
tubuh untuk meningkatkan efek terapi, mengurangi efek samping obat,
meningkatkan bioavaibilitas serta meningkatkan kepatuhan pasien. Proses ini
meliputi pemberian produk terapeutik, pelepasan bahan aktif oleh produk, dan

6
Universitas Muhammadiyah Riau
7

pengangkutan selanjutnya bahan aktif melintasi membran biologis ke lokasi kerja


(Crendhuty et al., 2021).
DDS dalam dunia farmasi sudah banyak dikembangkan mulai dari
modifikasi swelling, cracking, hingga pelepasan obat. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem penghantaran obat tertarget
lebih diminati dibandingkan dengan sistem penghantaran obat konvensional
(Gustian et al., 2013). DDS diharuskan berasal dari bahan yang memiliki sifat
biodegradable dan biokompabilitas tinggi seperti bahan polimer, misel,
mikrokapsul, liposom dan lipoprotein. Polimer berpotensi sebagai molekul
pembawa dalam formulasi sistem penghantaran obat yang efisien karena sifat
stabilitas dan kapasitas pemuatan obat yang baik (Faridah et al., 2018).
Polimer biodegradable dan bioabsorbable merupakan salah satu pilihan
dari banyaknya sistem penghantaran obat tertarget. Polimer ini diharuskan bahan
yang dapat diserap secara biologis oleh tubuh seperti poli asam laktat dan poli asam
glikolat. Polimer yang digunakan sebagai bahan penghantaran obat tertarget
biasanya disintesis dari bahan alami seperti arginine atau asam amino yang disintesi
dari protein, kitosan yang disintesis dari kitin alami, cyclodextrin dari family siklik
oligosakarida, dan polimer polisakarida lainnya (Abdul & Hassan, 2012).

2.2. Kitosan
Kitosan adalah turunan kitin yang diisolasi dari kulit udang, rajungan,
kepiting dan kulit serangga lainnya. Kitosan merupakan kopolimer alam berbentuk
lembaran tipis, tidak berbau dan berwarna putih (Nurazizah, 2015). Sumber utama
pembuatan serbuk kitosan adalah kitin. Nama kitin (chitin) berasal dari bahasa
Yunani yang artinya jubah atau amplop, kitin diisolasi dari eksoskleton berbagai
crustacean, terutama kepiting dan udang. Kitin merupakan komponen utama dari
struktur tubuh hewan golongan Crustacea, Antropoda, Annelida, Mollusca dan
Nematoda (Nurfitasari, 2018).
Kitosan adalah salah satu biopolimer yang mudah diserap tubuh dan tidak
beracun serta sudah banyak digunakan dalam sistem pelepasan obat (Soe et al.,
2020). Polimer ini yang paling melimpah setelah selulosa pada masanya. Sifat
kation kitosan agak istimewa, karena mayoritas polisakarida biasanya netral atau

Universitas Muhammadiyah Riau


8

bermuatan negatif dalam lingkungan asam. Properti ini memungkinkan untuk


membentuk kompleks elektrostatik atau struktur multilayer dengan polimer sintetis
atau alami bermuatan negatif lainnya (Pertiwi et al., 2018). Kitosan bersifat
hidrofilik, dapat terbiodegradasi, dan anti-bakteri. Kitosan telah digunakan di
berbagai bidang industri seperti industri makanan aditif, kosmetika, material
pertanian, dan anti bakterial. Kitosan juga sering digunakan sebagai adsorben pada
ion logam transisi dan spesies organik (Agustina et al., 2015).
Kitosan merupakan polimer rantai panjang yang disusun oleh monomer-
monomer glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa). Biopolimer ini disusun oleh
dua jenis amino yaitu glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa, 70-80%) dan N-
asetilglukosamin (2-asetamino-2deoksi-D-glukosa, 20-30%) (Elsabee & Abdou,
2013). Kitosan yang memiliki struktur mirip dengan selulosa merupakan
biopolimer yang dapat meningkatkan rasio penyembuhan luka, mendukung
pertumbuhan sel dan memberikan hasil yang baik dalam aplikasi pada bidang
rekayasa jaringan. Kitosan juga menunjukkan sifat bakteriostatik dan fungistatik
yang mencegah infeksi (Thariq et al., 2016).

Gambar 2.1 Kitosan


Beberapa penelitian dan pengembangan tentang potensi kitosan telah
dilakukan terus menerus sebagai bahan polimer yang memiliki sifat biodegradable
dan biokompatibilitas dalam bidang farmasi dan kesehatan. Sebelumnya telah
dilakukan penelitian oleh (El-Feky et al., 2016) dengan melakukan sintesis
komposit nanopartikel kitosan dengan sulfadiazin perak untuk aplikasi luka bakar,
peneliti telah berhasil melakukan sintesis dan dilakukan pengujian secara in vitro
terhadap sampel. Metode penghantaran obat terkontrol ini menunjukkan dapat

Universitas Muhammadiyah Riau


9

menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan
menunjukkan lebih cepatnya proses penyembuhannya.
Sebelumnya juga dilakukan penelitian oleh (Morgado et al., 2017) dengan
melakukan sintesis membran dari polyvinyl alcohol - kitosan berpengisi obat
ibuprofen-β-siklodektrin, pengujian dilakukan secara in vitro pada luka kulit
sampel. Penghantaran obat terkontrol oleh β-siklodektrin menunjukkan pelepasan
obat ditarget dengan penyembuhan luka lebih cepat dan luka tidak menimbulkan
kerak setelah kering.

2.3. Pati Sagu


Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik yang juga
merupakan senyawa terbanyak kedua yang dihasilkan oleh tanaman setelah
selulosa. Pati merupakan bahan yang dapat atau mudah terdegradasi menjadi
senyawa-senyawa ramah lingkungan. Komposisi pati pada umumnya terdiri dari
amilopektin sebagai bagian terbesar dan sisanya amilosa. Amilosa merupakan
komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya
komposisi amilosa sebagai penyusun pati adalah 15–30% (Nurfitasari, 2018). Di
industri makanan, pati digunakan sebagai binding dan thickening agent. Oleh
karena itu, karakteristik pati seperti swelling power, solubility, freeze-thaw stability,
paste clarity, dan gel strength berperan penting untuk menghasilkan produk
makanan berbasis pati yang berkualitas (Jading et al., 2011).
Sumber pati di Indonesia khususnya di Riau sangat banyak di antaranya yang
berasal dari pohon. Salah satu jenis pati yang berasal dari pohon yang berpotensi
sebagai penghasil pati adalah sagu. Sagu (Metroxylon sp) merupakan sumber pati
yang sangat potensial di Indonesia. Ketersediaan dan produktivitas sagu di Riau
paling tinggi dibandingkan dengan padi, ubi kayu dan jagung. Areal tanaman sagu
di Provinsi Riau pada tahun 2012 seluas 82.713 Ha dengan jumlah produksi
sebanyak 281.704 ton (Oktavia et al., 2015).
Pati memiliki sifat sebagai granula yang tidak larut dalam air. Granula pati
tersebut terdiri atas daerah amorf dan kristal. Amilosa dalam pati bergabung dengan
lipid dari struktur kristal yang lemah dan memperkuat granula tersebut. Sementara
amilopektin larut dalam air, amilosa dan granula pati sendiri tidak larut dalam air

Universitas Muhammadiyah Riau


10

dingin. Hal ini menyebabkan relatif mudah untuk mengekstrak granula pati dari
sumber tanaman. Ketika suspensi pati dalam air dipanaskan, butiran pertama
membengkak sampai tercapai suatu titik di mana terjadinya pembengkakan
ireversibel. Proses pembengkakan ini disebut gelatinisasi (Jabbar, 2017)
Pada umumnya pati sagu digunakan sebagai sumber makanan. Namun, pada
beberapa tahun terakhir banyak peneliti tertarik mengembangkan potensi pati sagu
dalam bidang lain, seperti dalam bidang pengemasan yang diteliti oleh (Wattimena
et al., 2016) pada studi penelitiannya yang berjudul ”karakterisasi edible film pati
sagu alami dan pati sagu posfat dengan penambahan gliserol” dengan konsentrasi
penambahan gliserol 0,5, 1,0, 1,5 % (b/b) dan karakterisasi meliputi uji tensile
strength, elongasi, daya larut, transparansi, dan laju transmisi uap air dengan hasil
masing-masing 3,05 – 31,49 MPa, 3,03 – 20,94%, 33,44 – 42,43%, 0,59 – 4,14%,
7,76 – 15,80 g/m² jam.
Pada studi penelitian (Oktavia et al., 2015) telah dilakukan sintesis pati sagu
dengan kitosan dalam variasi konsentrasi kitosan 20 ml dalam 2%, 3%, 4%, 5%,
dan 6% serta karakterisasi meliputi uji kadar air, ketahanan air, dan biodergadasi
masing-masing konsentrasi dan didapatkan plastik ramah lingkungan terbaik
dengan penambahan kitosan dengan kosentrasi 4% karena memiliki kadar air
terendah dan tingkat degradasi mencapai 81,31%.
Menurut (Ikhsan et al., 2020) sifat mekanik dari pati sagu yang memiliki
kandungan amilopektin dan amilosa dapat ditingkatkan dengan modifikasi serta
menambahkan filler dan plasticizer sehingga mampu mengurangi kerapuhan serta
meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan film dalam aplikasinya sebagai cangkang
kapsul. Amilopektin mempunyai sifat granuler dan daya pengikat yang baik. Dari
sifat tersebut amilopektin pada pati sagu dapat diaplikasikan sebagai bahan baku
pembuatan cangkang kapsul (Ihsan et al., 2019).

2.4. Natrium Diklofenak


Natrium diklofenak merupakan turunan dari asam fenil asetat, mempunyai
berat molekul 318,13 g/m³ dengan titik didih 188 ºC dan titik leleh 284 ºC. Rumus
kimia natrium diklofenak adalah C14H10Cl2NNaO2 dan sukar larut dalam air namun
mudah larut dalam etanol dan methanol (Astriana & Satria, 2019).

Universitas Muhammadiyah Riau


11

Gambar. 2.2. Natrium Diklofenak


Natrium diklofenak merupakan golongan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
yang dipakai untuk mengobati penyakit rematik dengan kemampuan menekan
tanda-tanda dan gejala-gejala inflamasi. Natrium diklofenak cepat diserap sesudah
pemberian secara oral, tetapi bioavaibilitas sistemiknya rendah hanya antara 30-
70% sebagai efek metabolisme lintas pertama di hati. Natrium Diklofenak masih
satu golongan dengan indometasin yang memiliki paruh waktu dalam plasma
berkisar rata-rata 4-6 jam serta 15% utuh lewat urin (Dewi et al., 2019).
Natrium diklofenak memiliki karakteristik ideal untuk pemberian media
transdermal karena natrium diklofenak memiliki biovaibilitas yang rendah dan
waktu paruh yang pendek. Pemberian dengan media transdermal menyebabkan
konsentrasi yang konstan dan waktu paruh yang panjang sehingga mengurangi
frekuensi pemberian dan mengurangi efek samping (Ginting, 2017)

Tabel 2.1 Ringkasan State Of The Art


No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

1. Iriyanto & metode ikatan Kitosan Aplikasi nanopartikel


Muljannah, silang emulsi, kitosan sebagai
2011 presipitasi, penghantar obat
pengeringan dapat dilakukan
semprot, dengan pemberian
penggabungan secara parenteral,
droplet emulsi,. peroral, okular;

Universitas Muhammadiyah Riau


12

No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

Gelasi ionik sebagai vektor


reverse micellar penghantar gen non-
method, dan viral, penghantar
kompleks vaksin, dan terapi
polielektrolit fotodinamik.

2. Nanaki et al., Solvent Kitosan, pati Formulasi dengan


2012 Evaporation hidroksietil konten CS yang lebih
tinggi, lebih lambat
lepas dan obat
terutama dilepaskan
melalui kombinasi
difusi dan erosi
matriks.

3. Gustian et al., Mencampurkan Kitosan, Hasil uji


2013 larutan kitosan PEG perselektivitas
dengan asam menunjukkan
asetat dengan membran B
PEG pada merupakan membran
komposisi paling selektif.
tertentu. Permeabilitas dan
koefisien difusi
membran B terhadap
model obat albumin
lebih kecil
dibandingkan dengan
membran A dan C
sehingga membran B
memiliki
karakteristik lepas
lambat terhadap

Universitas Muhammadiyah Riau


13

No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

albumin yang lebih


lama.

4. Anggasari, Membran kitosan Kitosan, Permeabilitas dan


2013 TPP diawali Tripolifosfat koefisien difusi
dengan (TPP) membran kitosan-
pembuatan TPP terhadap model
larutan kitosan obat
dan larutan
Albumin lebih kecil
tripolifosfat dibandingkan dengan
dengan berbagai membran kitosan
variasi tanpa TPP sehingga
konsentrasi. membran kitosan-
TPP memiliki
karakteristik lepas
lambat yang lebih
lama daripada
membran kitosan
tanpa TPP

5. Meneguin et al., Solving Casting Pati, pektin film ini dapat menjadi
2014 Methode strategi teknologi
yang menjanjikan
untuk pelapisan
bentuk pelapisan
bentuk sediaan padat
yang dimaksudkan
untuk penghantaran
obat spesifik kolon
dibandingkan dengan

Universitas Muhammadiyah Riau


14

No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

membran A dan C
sehingga membran B
memiliki
karakteristik lepas
lambat terhadap
albumin yang lebih
lama.

6. Wahyuningtyas, Tahap pertama Pektin, Kecepatan pelepasan


2016 membuat larutan gliserol obat mengalami
polimer induk, peningkatan dengan
tahap kedua penambahan
membran plimer konsentrasi gliserol,
dicelupkan dalam yang ditunjukkan
larutan klorida, melalui kenaikan
tahap ketiga konsentrasi obat
metode difusi yang terlepas ke
penyerapan obat cairan dengan
kedalam interval waktu cepat.
membran. Nilai persentase obat
dalam film yang
dapat release ke
cairan rata-rata
sebesar 95,30%.
7. Wicita, 2017 Metode casting Xanthan Dengan sifat-sifatnya
Gum yang unik xanthan
gum banyak
diaplikasikan dalam
sistem penghantaran
obat seperti dalam
formulasi

Universitas Muhammadiyah Riau


15

No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

tablet dan
mikroskapsul sebagai
matriks, film, coating
8. Wahyuningtyas Tahap pertama CMC, pati Penambahan pati
& Dinata, 2018 membuatan jagung jagung pada CMC
larutan polimer (antara 0-4 gram)
induk, tahap mempengaruhi sifat
kedua mekanik edible film,
pencelupan yaitu penurunan nilai
membran polimer kekuatan tarik antara
ke larutan klorida 0,1251-0,5473 MPa
dan peningkatan
persentase elongasi
antara 48,04 –
92,74%.
9. Susanto, 2019 Solution Casting Kitosan, penambahan NaTPP
NaTPP mempengaruhi sifat
fisik CEF. Ketika
konsentrasi NaTPP
yang ditambahkan
meningkat, nilai kuat
tarik film juga
meningkat, nilai
persen pemanjangan
film menurun, dan
nilai swelling
menurun.
10. Husni et al., Solvent Casting Carbomer formula dengan
2020 940, kappa kombinasi Carbomer
karagenan 940 1,5% dan kappa
karagenan 0,1-0,5%

Universitas Muhammadiyah Riau


16

No Peneliti Metode Sampel Hasil Penelitian

dapat digunakan
sebagai basis sediaan
edible film.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan sintesis dan karakterisasi membran Absorbable
yang berasal dari kombinasi pati sagu dan kitosan yang berpengisi obat natrium
diklofenak. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium, Metode yang
digunakan pada penelitian ini mengacu pada metode penelitian wahyuningtyas &
dinata, 2018. Penggunaan bahan alami pati sagu pada penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan memaksimalkan pemanfaat pati sagu yang ada di
daerah Riau.
Penelitian ini diawali dengan persiapan metode penelitian, alat dan bahan
serta Alat Pelindung Diri (APD). Pada penelitian ini, peneliti melakukan preparasi
dalam dua tahapan, Preparasi membran DDS terdapat dua langkah. Pada langkah
pertama, 0,5 g natrium diklofenak dilarutkan dalam 30 ml aquades. Kemudian
ditambahkan 0,04 g CaCl2.2H2O dan 0,04 g polimer, setelah itu diaduk selama 30
menit sampai larutan tercampur sempurna.
Pada langkah kedua dibuat larutan polimer 4 g kitosan : pati sagu dengan
variasi (4:0 ; 3:1 ; 2:2 ; 1:3 ; 0:4 ) dilarutkan dalam 180 ml larutan yang mengandung
gliserol 0,6 ml/g polimer diaduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan tetes
demi tetes larutan natrium diklofenak kedalam larutan polimer induk selama 4 jam
pada suhu 120 °C. Pengadukan dihentikan dan larutan dituangkan pada cetakan
cawan petri kemudian dikeringkan di oven 70 °C selama 12 jam.
Karakterisasi membran Absorbable hasil sintesis pada penelitian ini
menggunakan instrumen SEM. Dilakukan beberapa pengujian pada membran
Absorbable antara lain uji pengukuran ketebalan, uji analisis sifat mekanik, dan uji
analisis kelarutan (Absorbable) dan uji aktivitas antibakteri

17
Universitas Muhammadiyah Riau
18

3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama ± 3 bulan bertempatan di Laboratorium Kimia
Terpadu, FMIPA dan Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Riau.

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, oven,
timbangan analitik, hot plate, instrumen Scanning Electon Microscopy (SEM),
pengaduk magnetik, micrometer scrup, universal testing instrument (UTI).

3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu, kitosan, gliserol,
aquades, kalsium klorida dihidrat (CaCl2.2H2O), obat natrium diklofenak
(C14H10Cl2NNaO2).

3.4 Prosedur
3.4.1 Prosedur keselamatan kerja
Dalam kegiatan penelitian ilmiah di laboratorium, semua pihak harus
menyadari bahwa setiap kegiatan tersebut mempunyai potensi yang menimbulkan
bahaya dampak lingkungan. sehingga dalam melaksanakan penelitian di
laboratorium harus memerhatikan keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Upaya keselamatan dan kesehatan
kerja harus didukung oleh prosedur kerja. Prosedur kerja dimulai dari pemahaman
akan peraturan keselamatan kerja, menaati ketentuan berpakaian, menjalankan
prosedur cara bekerja aman dengan bahan kimia dan peralatan laboratorium, serta
ketentuan cara pembuangan limbah yang baik. Selain prosedur keselamatan kerja,
pekerja atau laboran juga dihimbau untuk bisa melakukan penanggulangan keadaan
darurat jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kerja.

Universitas Muhammadiyah Riau


19

3.4.1.1 Keselamatan saat analisis


1. Memahami prosedur analisis dengan baik sebelum memulai analisis,
memperhatikan kondisi lab seperti kondisi ruangan, susunan ruangan,
kelengkapan peralatan keselamatan dan nomor telepon penting untuk
menghindari adanya bahaya yang berpotensi menyebabkan kecelakaan
kerja.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa jas lab, kacamata google
(jika diperlukan), sarung tangan yang sesuai ukuran, sepatu tertutup dan
masker untuk melindungi tubuh dari berbagai hal yang tidak diinginkan.
3. Memahami MSDS bahan demi keamanan pekerjaan agar kita dapat
mengetahui prosedur yang tepat untuk penanganan, penyimpanan dan
pembuangan bahan kimia setelah digunakan.

3.4.1.2 Keselamatan setelah analisis


Setelah selesai melakukan analisis maka sebelum meninggalkan
laboratorium, cuci tangan dengan bersih, alat listrik dimatikan, keran air ditutup,
alat dan bahan dikembalikan pada tempatnya serta meja praktikum dibersihkan.
Penanganan limbah sesuai dengan karakteristiknya. Jangan buang limbah pada
sembarang tempat.

3.4.2. Prosedur Kerja


3.4.2.1. Preparasi membran DDS (Wahyuningtyas & Dinata, 2018)
Preparasi membran DDS terdapat dua langkah. Pada langkah pertama, 0,5 g
natrium diklofenak dilarutkan dalam 30 ml aquades. Kemudian ditambahkan 0,04
g CaCl2.2H2O dan 0,04 g polimer, setelah itu diaduk selama 30 menit sampai
larutan tercampur sempurna.
Pada langkah kedua dibuat larutan polimer 4 g kitosan : pati sagu dengan
variasi (4:0 ; 3:1 ; 2:2 ; 1:3 ; 0:4 ) dilarutkan dalam 180 ml larutan yang mengandung
gliserol 0,6 ml/g polimer diaduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan tetes
demi tetes larutan natrium diklofenak kedalam larutan polimer induk selama 4 jam
pada suhu 120 °C. Pengadukan dihentikan dan larutan dituangkan pada cetakan
cawan petri kemudian dikeringkan di oven 70 °C selama 12 jam.

Universitas Muhammadiyah Riau


20

Tabel 3.1. Variasi Pencampuran membran DDS


Kode
Gliserol
Sampel Kitosan (g) Pati Sagu (g) Larutan Natrium
(ml)
(CS : PS) Diklofenak (ml)
4:0 4 0 2,4 30
3:1 3 1 2,4 30
2:2 2 2 2,4 30
1:3 1 3 2,4 30
0:4 0 4 2,4 30

3.4.2.2. Pengujian dan karaktersisasi


3.4.2.2.1. Uji ketebalan (Jabbar, 2017)
Uji ketebalan dilakukan dengan pengukuran ketebalan membran
menggunakan alat micrometer scrup. Pengukuran membran DDS dilakukan pada
lima titik yang berbeda yaitu bagian setiap sudut dan bagian tengah. Nilai ketebalan
didapatkan dari rata-rata hasil pengukuran.

3.4.2.2.2. Uji Mekanik


a. Uji kuat tarik (Nahir, 2017)
Uji kuat tarik dilakukan dengan mengikuti (ATSM D638-02a-2002). Sampel
dipotong dengan ukuran 2 x 10 cm, kemudian dikaitkan dengan penjepit 1,5 cm
secara horizontal dikedua panjang sisinya. Kekuatan tarik ditentukan dengan
melihat beban maksimum pada saat lembar bioplastik putus. Pengujian ini
dilakukan sebanyak dua kali (duplo). Untuk menghitungnya digunakan rumus
sebagai berikut:
Fmaks
𝜎=
A0

Keterangan : σ : kekuatan tarik (Mpa)


F maks : beban maksimum (N)
A : luas panampang awal (mm2)

Universitas Muhammadiyah Riau


21

b. Uji persen pemanjangan (elongasi) (Nahir, 2017)


Uji persen pemanjangan dilakukan pada perhitungan penambahan panjang
lembar bioplastik, saat lembar bioplastik putus. Pengujian ini dilakukan sebanyak
dua kali (duplo). Persentasi pemanjangan dihitung menggunakan persamaan
berikut:
∆l
𝜀=
l0

Keterangan : Ɛ : regangan (%)


Δl : pertambahan panjang (cm)
lo : panjang mula-mula (cm)

3.4.2.2.3. Uji kelarutan (Absorbable) (Miranda, 2018)


Membran sampel dipotong 2 x 2 cm ditimbang terlebih dahulu (W0).
Membran direndam dalam 15 ml larutan NaCl 0,9% dan diaduk selama 10 menit.
Sisa bagian membran yang telah direndam diambil dengan pinset lalu dikeringkan
pada suhu 110 °C selama 2 jam sampel dan ditimbang sebagai berat kering (W).
W0 − W
kelarutan = 𝑥 100%
W0

Keterangan :
W adalah berat akhir, W0 adalah berat awal

3.4.2.2.4. Uji aktivitas antibakteri (Ilah, 2015)


Pembiakan bakteri yaitu dengan mencampurkan media Nutrien Agar (NA)
dituang pada cawan petri secukupnya dan tunggu sampai media menjadi padat,
kemudian kultur bakteri Staphylococcus Aureus diambil 1 ose dan dinokulasikan
pada media yang telah padat tersebut dengan metode streak plate dan diinkubasi
pada inkubator 24 jam pada suhu 37 °C. Dibuat media NA dengan melarutkan 20
g/1000 ml akuades kemudian diautoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit.
Kemudian diambil 12 ml NA kemudian dicampurkan dengan 5 ml sampel DDS
yang masih cair diaduk hingga homogen. Kemudian di dituang ke cawan petri lalu
dibiarkan mengeras selama 24 jam. Lakukan perlakuan yang sama pada masing-

Universitas Muhammadiyah Riau


22

masing sampel dan 1 sampel kontrol positif dengan kloramfenikol. Setelah 24 jam
media digores dengan 1 ose bakteri dari biakan bakteri yang sudah diremajakan.
Lalu diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 °C. Kemudian pertumbuhan bakteri
diamati.

3.4.2.2.5. Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) (Zuwanna et al.,


2017)
Analisa FTIR ini dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada edible
film. Sampel yang berupa film, ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari
spektrum yang sesuai. Hasilnya didapat berupa difaktogram hubungan antara
bilangan gelombang dengan intensitas. Spektrum FTIR direkam menggunakan
spektrometer pada suhu ruang.

3.4.2.2.6. Karakterisasi Scanning Electon Microscopy (SEM) (Adam, 2017)


Kaca TCO dengan ukuran 0,5 cm × 0,5 cm, salah satu sisinya ditutup dengan
isolasi bening lalu dilakukan proses pelapisan pasta TiO2 teknis, kemudian
dilakukan proses sintering selama 30 menit. Kaca yang telah disiapkan tadi
diletakkan membran polimer dalam kondisi basah lalu dibiarkan beberapa menit
hingga meresap. Selanjutnya dilakukan uji pada instrumen SEM. Pengujian sampel
dilakukan pada tegangan 22 kV dan perbesaran 500X, 1000X.

3.5. Jaminan Mutu.


3.5.1. Jaminan mutu alat dan instrumen
Salah satu syarat bahwa hasil yang didapatkan selama penelitian bisa diterima
adalah adanya jaminan dari peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan layak
untuk digunakan. Kelayakan alat dapat dilihat dari hasil kalibrasi dan uji
performance alat, sedangkan untuk peralatan gelas maka digunakan peralatan grade
A yang sudah terkalibrasi.

Universitas Muhammadiyah Riau


23

Tabel 3.2. Jaminan Mutu Alat dan Instrumen


Tanggal Kode Lab.
No Nama Alat
Kalibrasi Kalibrasi Kalibrator

1. Hot Plate 29/09/2015 LK-153-IDN Eksternal


2. Neraca analitik 19/12/2017 LK-081-IDN Eksternal
3. Oven 12/12/2017 LK-207-IDN Eksternal
4. Micrometer Sekrup 30/11/2019 Internal
5. Universal Testing 25/11/2019 - Internal
Instrumen
6. Fourier Transform 04/07/2020 Internal
Infrared (FTIR)
7. Scanning Electron
Microscope (SEM)
8. Inkubator 29/09/2015 LK-153-IDN Eksternal
9. Autoklaf 26/05/2015 LK-153-IDN Eksternal

3.5.2. Jaminan mutu bahan kimia dan reagen


Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bahan kimia
yang baik dan tepat sesuai metode yang digunakan, jaminan mutu bahan kimia
dapat dilihat dari Certificate Of Analysis (CoA) yang terlampir pada tabel 3.3
berikut ini :

Tabel 3.3. Jaminan Mutu Bahan dan Reagen


Produk Catalog
No Nama Bahan Spesifikasi Merek
Number
1. Pati Sagu Padatan Sapapua

2. Kitosan Padatan Merck

Universitas Muhammadiyah Riau


24

Produk Catalog
No Nama Bahan Spesifikasi Merek
Number
Kalsium Klorida Pudak
3. Padatan
Dihidrat (CaCl2.2H2O) Scientific
Natrium Diklofenak
4. Padatan Gratheos
(C14H10C12NNaO2)
5. Gliserol 2507180002 Larutan Merck
Larutan Natrium
6. GKL923050014A1 Larutan Widatra
Klorida NaCl 0,9%
7. Nutrien Agar 1054500500 Padatan Merck

3.5.3. Jaminan mutu metode


Metode yang digunakan dalam penelitian ini sudah merupakan metode yang
sudah ditetapkan sebagai metode yang baku.

Tabel 3.4. Jaminan Mutu Metode

No Metode Uji Referensi

1. Uji Kuat Tarik Nahir, 2017

2. Uji Persen Pemanjangan (Elongasi) Nahir, 2017

3. Uji Ketebalan Jabbar, 2017

4. Uji Kelarutan Miranda, 2018

5. Fourier Transform Infrared (FTIR) Zuwanna et al., 2017

5. Scanning Electron Microscope (SEM) Natalia et al., 2019

6. Uji Aktivitas Antibakteri Ilah, 2015

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pembuatan membran DDS
Pembuatan membran DDS dari kitosan : Pati sagu dengan variasi (4:0 ; 3:1 ;
2:2 ; 1:3 ; 0:4 g) berpengisi obat natrium diklofenak (C14H10C12NNaO2) diperoleh
hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1. Hasil membran DDS
Kitosan : Pati Sagu Hasil Keterangan

Lembaran tipis dengan


4:0
ketebalan 0,248 mm

Lembaran tipis dengan


3:1
ketebalan 0,227 mm

Lembaran tipis dengan


2:2
ketebalan 0,208 mm

25
Universitas Muhammadiyah Riau
26

Kitosan : Pati Sagu Hasil Keterangan

Lembaran tipis dengan


1:3
ketebalan 0,199 mm

Lembaran tipis dengan


0:4
ketebalan 0,168 mm

4.1.2. Pengujian sifat fisik dan mekanik membran DDS


Hasil uji Ketebalan, kuat Tarik dan Elongasi dilakukan di Laboratorium
Research and Development PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Perawang

4.1.2.1 Hasil uji ketebalan (Thickness)


Hasil uji ketebalan dari beberapa variasi Kitosan : Pati Sagu diperoleh hasil
sebagai berikut.

Universitas Muhammadiyah Riau


27

Tabel 4.2. Hasil Uji Ketebalan

Ketebalan (mm)
CS : PS Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 0,243 0,252 0,248 3.63
3:1 0,221 0,233 0,227 5.29
2:2 0,203 0,213 0,208 4,8 Maks. 0,25 mm
1:3 0,194 0,203 0,199 4.52
0:4 0,172 0,164 0,168 4.76
Keterangan: Nilai standar baku diperoleh dari Japanese Industrial Standart 2-1707

4.1.2.2. Hasil uji kuat tarik (Tensile)


Hasil pengujian kuat tarik dari beberapa variasi konsentrasi Kitosan : Pati
Sagu diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.3. Hasil Uji Kuat Tarik (Tensile)

Kuat Tarik (MPa)


CS : PS Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 38,2673 37,7639 38,0156 1,33
3:1 36,5378 35,7463 36,1421 2,18
24,7 – 302 MPa atau
2:2 35,2167 34,9720 35,0944 0,70
5,2 N
1:3 33,4311 32,9219 33,1765 1,54
0:4 25,1371 24,8620 24,9996 1,10
Keterangan:
Nilai standar diperoleh dari SNI 7818 : 2014 = 24,7 – 302 MPa
Benang operasi terserap sekali pakai SNI 16-3346-1994 = 5,2 N
1 Mpa = 1 N/mm2

Universitas Muhammadiyah Riau


28

4.1.2.3 Hasil uji persen pemanjangan (Elongation)


Hasil pengujian persen pemanjangan dari beberapa variasi konsentrasi
Kitosan : Pati Sagu diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil Uji Persen Pemanjangan (Elongation)

Elongasi (%)
CS : PS Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 25,98 26,29 26,135 1,19
3:1 27,85 28,98 28,415 3,98
2:2 30,18 29,81 29,995 1,23 21 – 220%
1:3 31,02 30,98 31,000 0,13
0:4 32,85 33,98 33,415 3,38
Keterangan: Nilai standar diperoleh dari SNI 7818 : 2014

4.1.2.4 Hasil uji kelarutan (Absorbable)


Hasil pengujian kelarutan dari beberapa variasi konsentrasi kitosan : Pati
Sagu diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hasil Uji Kelarutan (Absorbable)

Absorbable (%)
CS : PS RPD
I II Rata-rata

4:0 4,8151 4,8885 4,8518 1,51


3:1 14,3769 13,5427 13,9598 5,97
2:2 18,4729 19,8511 19,1620 7,19
1:3 24,7831 25,6892 25,2361 3,59
0:4 51,8238 47,0097 49,4167 9,74

4.1.2.5 Hasil uji aktivitas antibakteri


Hasil pengujian antibakteri dari beberapa variasi konsentrasi kitosan : Pati
Sagu diperoleh hasil sebagai berikut.

Universitas Muhammadiyah Riau


29

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Antibakteri


Panjang
Sampel Total Hasil
Dokumentasi
CS:PS Goresan Pertumbuhan
(cm)
Kloramfenikol 0 (-)

4:0 10,8 (+)

3:1 8,9 (+)

2:2 0 (-)

1:3 0 (-)

0:4 0 (-)

Universitas Muhammadiyah Riau


30

4.1.3. Karakterisasi membran DDS


4.1.3.1 Karakterisasi Fourier Transform Infra-Red (FTIR)
Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.7.
120 Kitosan (P ati Sagu)
%T Kitosan p.a
112,5

105

97,5
- Kitosan
90
- Pati Sagu
82,5

75

67,5

60

52,5

45

37,5

30

22,5

15

7,5

-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Kitosan p.a 1/cm

Gambar 4.1 Grafik FTIR Kitosan dan Pati Sagu

Tabel 4.7 Gugus Fungsi Kitosan dan Pati Sagu

Gugus Bilangan Gelombang Standar


Kitosan Pati Sagu
Fungsi (cm-1)

2986,90
2850 - 3000 (Pavia et al., 2001) 2869,24 2944,46
2890,45
2700 – 2800 (Pavia et al., 2001) 2719,75
C-H
1375 – 1450 (Pavia et al., 2001) 1386,88
942,27 991,45
650 – 1000 (Pavia et al., 2001)
891,15 926,84
863,18

C=O 1540 – 1640 (Sanjiwani et al., 2020) - 1617,38

Universitas Muhammadiyah Riau


31

Gugus Bilangan Gelombang Standar


Kitosan Pati Sagu
Fungsi (cm-1)

2683,10
2400 – 3400 (Pavia et al., 2001) 2570,26
2460,31
O-H
200 - 3600 2311,79
1260 – 1350 (Nandiyanto et al., 1339,62
1318,40
2019) 1239,32

N-H 1550 - 1640 (Pavia et al., 2001) 1589,41 -

1270,18 1149,62
1204,6
C-O 1000 – 1300 (Pavia et al., 2001) 1152,52
1066,68
1126,48
1030,03

4.1.3.2 Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)


Karakterisasi edible film dengan Scanning Electron Microscope (SEM)
memberikan informasi mengenai topografi (tekstur permukaan sampel) dan
morfologi (bentuk) dari edible film. Hasil SEM dapat dilihat pada gambar berikut.

E1 E1

Universitas Muhammadiyah Riau


32

D1 D1

C1 C1

Gambar 4.2. Hasil karakterisasi SEM variasi kitosan-pati sagu 2:2 (C1), variasi
kitosan-pati sagu 1:3 (D1) dan variasi kitosan-pati sagu 0:4 (E1)
dengan perbesaran 500x dan 1000x

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengujian sifat mekanik Drug Delivery System (DDS)
4.2.1.1 Ketebalan DDS

Hasil Ketebalan
0,3
0,248
0,25 0,227
0,208 0,199
ketebalan (mm)

0,2
0,168
0,15

0,1

0,05

0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Kitosan : Pati Sagu

Gambar 4.3. Grafik Ketebalan DDS

Universitas Muhammadiyah Riau


33

Ketebalan merupakan salah satu karakteritik edible film yang penting karena
berpengaruh pada sifat penghalang (barrier) terhadap uap air serta umur simpan
produk. Semakin tinggi nilai ketebalannya maka sifat edible film yang dihasilkan
akan semakin kaku dan keras (Jacoeb et al., 2014). Peningkatan nilai ketebalan
menurut Nugroho et al., (2013) disebabkan oleh penambahan konsentrasi bahan
penyusun edible film. Hal ini mengakibatkan total padatan terlarut setelah proses
pengeringan mengalami peningkatan karena penyusunan matriks edible film yang
semakin banyak.
Dari gambar 4.3 menunjukkan ketebalan tertinggi terdapat pada variasi
kitosan – pati sagu (4 : 0) sebesar 0,248 mm. sedangkan ketebalan terendah terdapat
pada variasi kitosan – pati sagu (0:4) sebesar 0,168 mm. Semua variasi antara
kitosan-pati sagu termasuk kedalam nilai ketebalan tergolong baik karena masih
memenuhi standar untuk dikategorikan sebagai edible film, sesuai dengan standar
(Japanese Industrial Standart) maksimal ketebalan edible film adalah 0,25 mm.
Pada gambar 4.3 diatas semakin tinggi penggunaan konsentrasi kitosan dalam
pembuatan edile film, maka ketebalan yang dihasilkan cenderung semakin
bertambah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh konsentrasi kitosan yang semakin
meningkat dapat meningkatkan total padatan pada larutan, sehingga endapan padatan
sebagai bahan pembentuk edible film semakin banyak dan saat zat menguap akan
membentuk edible film yang semakin tebal (Mustapa et al., 2017). Hal ini juga
dikarenakan kitosan dapat membentuk ikatan hidrogen antar rantai polimer sehingga
edible film menjadi lebih rapat (Setiani et al., 2013). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Rosalina (2015) tentang pembuatan edible film dari kitosan dengan pati
ubi kayu yang menyatakan bahwa penambahan konsentrasi kitosan yang semakin
meningkat akan menyebabkan peningkatan nilai ketebalan edible film yang
dihasilkan. Nilai RPD variasi kitosan : pati sagu (4:0, 3:1, 2:2, 1:3, 0:4) berturut-turut
4,08%, 4,44%, 4,88%, 5,13% dan 6,06%, Hasil ini memenuhi syarat keberterimaan
yakni lebih kecil dari 10%.

Universitas Muhammadiyah Riau


34

4.2.1.2 Kuat tarik DDS

Hasil Kuat Tarik (Mpa)


40 38,0156
36,1421 35,0944
35 33,1765
Kuat Tarik (Mpa)

30
24,9996
25
20
15
10
5
0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Nilai Kitosan : Pati Sagu

Gambar 4.4. Grafik Kuat Tarik DDS

Kuat tarik termasuk uji ukuran kekuatan yang dapat dicapai film atau suatu
material secara maksimum sebelum putus atau robek (Fera et al., 2018). Hasil kuat
tarik tertinggi dapat dilihat pada variasi kitosan : pati sagu (4 : 0) sebesar 38,0156
MPa dan terendah yaitu pada variasi kitosan : pati sagu (0 : 4) sebesar 24,9996 Mpa.
Semua variasi membran DDS masuk dalam standar SNI 24,7 – 302 Mpa.
Hubungan antara variasi kitosan terhadap kuat tarik dari edible film dapat dilihat
pada gambar 4.4 bahwa semakin banyak kitosan yang ditambahkan maka nilai kuat
tarik yang didapat cenderung meningkat sesuai dengan penelitian Coniwanti et al.,
(2014). penggunaan kitosan akan mempengaruhi kuat tarik dari edible film. Hal ini
dikarenakan kitosan terlarut mempengaruhi banyaknya interaksi hidrogen baik inter
maupun intermolekuler dalam kitosan. Kitosan memiliki struktur rantai polimer
yang linear, dimana struktur rantai polimer cenderung membentuk fasa kristalin
karena mampu menyusun molekul polimer yang teratur. Fasa kristalin dapat
memberikan kekuatan, kekakuan dan kekerasan namun juga menyebabkan edible
film menjadi lebih getas sehingga mudah putus atau patah (Agustin & Karsono,
2016)
Pada penelitian oleh (Setiani, 2013) nilai kuat tarik berbanding lurus dengan
kitosan yang ditambahkan, semakin besar persentase kitosan maka nilai kuat
tariknya akan cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan akan semakin banyak

Universitas Muhammadiyah Riau


35

interaksi hidrogen yang terdapat dalam edible film sehingga ikatan antar rantai akan
semakin kuat dan sulit untuk diputus karena memerlukan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan tersebut (Widodo et al., 2019). Nilai RPD variasi kitosan : pati
sagu (4:0, 3:1, 2:2, 1:3, 0:4) berturut-turut 1,33%, 2,18%, 0,70%, 1,54% dan 1,10%,
Hasil ini memenuhi syarat keberterimaan yakni lebih kecil dari 10%.

4.2.1.3 Persen pemanjangan (Elongasi) DDS

Hasil Elongasi (%)


40
35 33,415
29,995 31
30 28,415
26,135
Elongasi (%)

25
20
15
10
5
0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Nilai Kitosan : Pati Sagu

Gambar 4.5. Grafik Persen Pemanjangan (Elongasi) DDS

Pengujian elongasi dilakukan untuk mengetahui persentase bertambah


panjangnya bahan awal yang diujikan, elongasi sendiri merupakan seberapa besar
pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan adanya kekuatan tarik. Menurut
Akili et al., (2012) elongasi merupakan perbandingan panjang film sebelum putus
dan panjang film sebelum adanya beban berupa tarikan yang dilakukan oleh alat.
Hasil pengujian persentase pemanjangan (elongasi) edible film ditunjukkan pada
gambar 4.5. nilai elongasi tertinggi terdapat pada variasi kitosan – pati sagu (0:4)
sebesar 33,415% dan elongasi terendah pada variasi kitosan-pati sagu (4:0) sebesar
26,135%. Penelitian ini pada semua variasi membran DDS masuk kedalam standar
SNI elongasi 21 – 220%
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa dengan penambahan konsentrasi
pati sagu terdapat kecendrungan untuk meningkatkan nilai elongasi. Adanya

Universitas Muhammadiyah Riau


36

penurunan dan kenaikan elongasi juga dipengaruhi oleh adanya gliserol. Gliserol
berperan sebagai plasticizer sehingga edible film menjadi lebih elastis. Gliserol
memiliki berat molekul yang kecil sehingga dapat masuk kedalam ikatan
antarmolekul amilosa atau bahkan diantara ikatan hidrogen pati. Molekul gliserol
akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan interaksi intermolekuler dan
meningkatkan mobilitas polimer sehingga mengakibatkan peningkatan elongasi.
Interaksi gliserol dengan matrik pati akan mempengaruhi elastisitasnya.
Keberadaan dari plasticizer di dalam pati bisa menyela pembentukan double heliks
dari amilosa dengan cabang amilopektin, lalu mengurangi interaksi antara molekul-
molekul amilosa dan amilopektin, sehingga meningkatkan fleksibilitas
(Kusumawati & Putri, 2013).
Penambahan kitosan yang meningkat menyebabkan persentase pemanjangan
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin rapatnya film sehingga
elastisitasnya berkurang. Hal ini sesuai dengan pandapat menurut (Setiani et al,.
2013) semakin banyak kitosan yang ditambahkan maka nilai elongasinya semakin
menurun. Hal ini dikarenakan kitosan dapat membentuk ikatan hidrogen antar
rantai polimer sehingga edible film menjadi lebih rapat. Hal ini memungkinkan
edible film yang dihasilkan semakin kaku dan sifat fleksibilitas dari edible film
semakin berkurang.

4.2.1.4 Kelarutan (Absorbable) DDS

Hasil Absorbable (%)


60
49,4167
50
kelarutan (%)

40

30 25,2361
19,162
20
13,9598

10 4,8518

0
4:0 3:1 2:2 1:3 0:4
Perbandingan Nilai Kitosan : Pati Sagu

Gambar 4.6. Grafik kelarutan (Absorbable) DDS

Universitas Muhammadiyah Riau


37

Uji kelarutan bertujuan untuk mengetahui kemampuan lama kelarutan bahan


baku Drug Delivey System (DDS) dalam cairan infus NaCl 0,9% hingga larut.
Digunakan NaCl 0,9% karena larutan ini memiliki komposisi yang mirip dengan
cairan tubuh manusia. (Nurfazilah, 2016). Pada pengujian kelarutan dapat dilihat
pada gambar 4.6 dimana kelarutan paling tinggi pada variasi pati sagu tanpa adanya
kitosan sebesar 49,416%. Dan kelarutan yang paling rendah terdapat pada variasi
kitosan tanpa penambahan pati sagu sebesar 4,851%.
Pati sebagai bahan dasar dalam pembuatan edible film dapat menyebabkan
film yang dihasilkan memiliki kadar air yang tinggi sehingga menyebabkan
kelarutan pun tinggi. Hal tersebut terjadi karena pati memiliki ukuran partikel yang
kecil dan memiliki kemampuan menyerap air dan kemapuan untuk larut juga besar
karena memiliki gugus hidroksil. Melekul pati yang memiliki gugus hidroksil yang
sangat besar sehingga kemampuan menyerap airnya juga sangat besar (Wiramukti,
2012). Pati sagu lebih banyak mengandung amiolopektin yang memiliki banyak
percabangan. Percabangan ini mengakibatkan ikatan antar rantai dalam amilopektin
mudah putus. Dengan sifat amilopektin yang lebih amorf maka banyak ruang
kosong sehingga rapat massa antar rantai dalam pati sagu tidak terlalu besar dan
penyerapa serta kelarutan terhadap airnnya cukup besar sehingga ketahanan airnya
rendah (Setiani et al., 2013).
Hal ini mendukung bahwa dengan penambahan kitosan dengan konsentrasi
yang tinggi mampu meningkatkan rapat massa edible film dan menyebabkan jumlah
air dan kelarutan dalam membran semakin kecil. Ruang kosong akan diisi oleh
kitosan yang memiliki sifat hidrofobik. Menurut Kusumawati & Putri (2013)
menurunnya kadar air dan kelarutan disebabkan oleh sifat kitosan yang hidrofobik
atau tidak menyukai air. Hidrofobik adalah ketidakmampuan suatu senyawa untuk
mengikat air, sehingga membran dengan penambahan kitosan yang lebih tinggi
menyebabkan kandungan air dalam suatu membran menurun dan kelarutannya juga
akan menurun (Mustapa et al., 2017)

Universitas Muhammadiyah Riau


38

4.2.1.5 Uji aktivitas antibakteri


Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan untuk membuktikan bahwa
kitosan dan pati sagu mempunyai sifat sebagai antimikroba dan antibakteri. Jenis
bakteri yang umum ditemukan dalam luka terinfeksi adalah S. aureus, biasanya
infeksi bakteri ini pada kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak, nyeri, dan
adanya nanah pada luka. Jadi diharapkan pada membran DDS dapat menghambat
aktivitas antibakteri. Antibakteri adalah suatu zat yang dapat melawan infeksi atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mengahancurkan atau
menghambat pertumbuhan serta aktifitasnya (Sari, 2019).
Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa terdapat pertumbuhan bakteri
Staphylococus aureus pada konsentrasi kitosan – pati sagu (4:0 dan 3:1). Sedangkan
pada konsentrasi kitosan – pati sagu (2:2, 1:3 dan 0:4) serta pada kontrol positif
yaitu tanpa penambahan sampel kitosan dan pati sagu tidak terdapat bakteri
Staphylococus aureus yang tumbuh. Hal ini karena kloramfenikol dan konsentrasi
kitosan-pati sagu (2:2, 1:3 dan 0:4) merupakan sampel antibakteri yang
menghambat sintesis protein dan bersifat bakteriostatik.
Pada sampel kitosan 4:0 tanpa penambahan pati sagu, bakteri S. aureus
dapat tumbuh lebih banyak dari pada sampel yang memiliki konsentrasi pati sagu
yaitu dengan panjang goresan 10,8 cm. Hal ini karena aktivitas antimikroba dari
kitosan dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk spesies bakteri, konsentrasi, pH,
pelarut dan massa molekul. Pelarut asam yang digunakan untuk melarutkan kitosan
mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena bakteri sendiri memiliki sifat
tidak tahan terhadap asam. Namun pada penelitian ini, hanya menggunakan pelarut
aquades untuk melarutakan kitosan sehingga tidak ada efek asam didalam kitosan
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti yang dilakukan peneliti
Apriyanti et al., (2013) yang menggunakan asam sebagai pelarut kitosan.
Hasil analisa aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, dimana semakin
banyak penambahan pati sagu maka akan semakin besar aktivitas antibakteri seperti
pada hasil sampel konsentrasi kitosan-pati sagu (3:1) terlihat penurunan nilai
panjang goresan bakteri S. aureus dengan bertambanya pati sagu dan sampel
konsentrasi kitosan-pati sagu (2:2, 1:3 dan 0:4) tidak terdapatnya pertumbuhan
bakteri S. aureus pada sampel tersebut. Sagu memiliki kandungan kimia yang dapat

Universitas Muhammadiyah Riau


39

menghambat pertumbuhan bakteri yaitu senyawa flavonoid, saponin dan tanin.


Senyawa tanin dan flavonoid inilah yang berperan dalam perusakan sel bakteri.
Flavonoid dan tanin memiliki sifat seperti fenol, pernyataan ini didukung oleh
Isnaeni et al., (2017) bahwa senyawa fenol mampu memutuskan ikatan
peptidoglikan dalam usahanya menerobos dinding sel. Setelah menerobos dinding
sel, senyawa fenol akan menyebabkan kebocoran nutrien sel dengan cara merusak
ikatan hidrofobik komponen membran sel (seperti protein dan fospolipida)
sehingga terjadinya kerusakan pada membran sel bakteri yang menyebabkan
terhambatnya aktivitas dan biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam
reaksi metabolisme bakteri.

4.2.2 Karakterisasi membran DDS


4.2.2.1 Karakterisasi Fourier Transfrom Infra-Red (FTIR)
Analisis FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari senyawa
yang terkandung dalam material sampel kitosan dan pati sagu. Hasil analisis ini
berupa peak yang akan memperlihatkan munculnya gugus – gugus fungsi pada
rentang serapan tertentu.
Berdasarkan hasil analisis gugus fungsi pati sagu, terlihat hasil dengan
munculnya pada bilangan gelombang 2986,90 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur
gugus C-H alkana. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan
Hasanuddin et al., (2019) terdapat gugus C-H alkana (2927,94 cm-1). Penyerapan
pada bilangan 1617,38 cm-1 menunjukkan adanya gugus fungsi C=O yang
merupakan peregangan dari kelompok ester yang mana sesuai dengan penelitian
oleh Silviana & Rahayu,(2017) terdapat gugus C=O (1627,92 cm-1). Gugus fungsi
yang terindikasi selanjutnya yaitu pada bilangan gelombang 2683,10 cm -1 yang
menunjukkan adanya gugus O-H dan sesuai menurut penelitian Ihsan et al., (2020)
terdapat bilangan gelombang 3200 cm-1 yang merupakan ciri dari puncak O-H.
Adanya serapan yang muncul pada bilangan gelombang 1149,62 cm-1 menandakan
vibrasi tekuk C-O eter, hal ini sesuai dengan penelitian Zulfikar,(2020) terdapat
gugus C-O (1141,86 cm-1 , 1147,65 cm-1 , 1141,86 cm-1). Berdasarkan hasil
spektrum FTIR maka senyawa yang terkandung dalam pati sagu adalah gugus
fungsi C-H, C=O, O-H dan C-O.

Universitas Muhammadiyah Riau


40

Pada spektra FTIR kitosan, terdapat puncak serapan pada daerah 2869,24
yang menandakan munculnya vibrasi ulur C-H, hal ini sesuai dengan penelitian
Azizati, (2019) terdapat gugus C-H (2877 cm-1). Pada bilangan gelombang 2311,79
cm-1 yang menunjukkan adanya gugus O-H dan sesuai menurut penelitian
Pitriani,(2010) menunjukkan gugus O-H (3388,7 cm-1). Penyerapan pada bilangan
1589,41 cm-1 mengindikasikan adanya gugus fungsi N-H, sesuai dengan penelitian
Azizati, (2019) terdapat vibrasi tekuk N-H (1597 cm-1) . Gugus fungsi yang
terindikasi selanjutnya yaitu adanya ikatan antara C-O pada kitosan ditunjukkan
dengan adanya vibrasi pada bilangan 1270,18 cm-1 sesuai dengan penelitian
Dompeipen, (2017) menunjukkan C-O pada pola penyerapan yang sama (1255,56
cm-1). Berdasarkan hasil spektrum FTIR maka senyawa yang terkandung dalam
kitosan adalah gugus fungsi C-H, O-H, C-O dan N-H.

4.2.2.2 Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)


Analisa SEM digunakan untuk mengamati strruktur mikron, topografi,
morfologi padatan dari bahan logam, polimer atau keramik (Darni, 2011). Pada
Gambar 4.2 terlihat 3 sampel membran DDS varisasi kitosan – pati sagu (2:2, 1:3,
dan 0,4) dengan perbesaran masing-masing 500x dan perbesaran 1000x penampang
melintang. Gambar E1 terlihat membran DDS terlihat terdapat cukup banyak
rongga. Dengan kurang rapatnya struktur membran menyebabkan air akan terserap
lebih banyak (Setiani et al., 2013). Gambar E1 juga menunjukkan struktur yang
kurang halus. Hal tersebut mengindikasikan bahwa membran DDS kurang
homogen.
Pada gambar D1 terlihat rongga semakin sedikit, hal ini disebabkan dengan
penambahan kitosan dapat membentuk ikatan hidrogen antar rantai sehingga
membran menjadi lebih rapat (Setiani et al., 2013) dan juga terlihat setumpuk
gumpalan dari obat natrium diklofenak. Ini mengindikasikan bahwa partikel obat
natrium diklofenak mengalami aglomerasi mengelompok sehingga menyebabkan
distribusi obat natrium diklofenak dalam membran tidak tersebar secara merata.
Tidak adanya tenaga yang cukup kuat seperti pengadukan antara obat natrium
diklofenak dengan membran sampel polimer DDS inilah yang mungkin

Universitas Muhammadiyah Riau


41

menyebabkan tidak tersebarnya partikel obat natrium diklofenak dengan baik


(Erfan, 2012)
Pada gambar C1 terlihat bahwa membran DDS yang telah dibuat tidak
memiliki pori, sangat rapat dan tidak berongga yang menunjukkan bahwa terdapat
interaksi kimia yang baik antara pati sagu, kitosan dan gliserol. Selain itu bentuk
morfologi dari edible film ini berhubungan dengan pengujian sifak fisik mekanik
seperti pengujian kuat tarik, ketika Semakin rapat matriks maka semakin sedikit
rongga pada edible film yang dihasilkan sehingga akan semakin meningkat sifat
mekaniknya (Darni et al., 2014)

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Kitosan dan pati sagu memiliki potensi yang besar untuk
dijadikan membran Drug Delivery Sysytem (DDS)
2. Variasi kitosan dan pati sagu (4:0. 3:1, 2:2, 1:3 dan 0:4) berpengaruh terhadap
karakterisitik membran. Hasil karakteristik membran berpengaruh secara
signfikan terhadap nilai kuat tarik dan elongasi cenderung berbanding
terbalik. Semakin banyak penambahan pati sagu nilai kuat tarik semakin
menurun. Hasil terbaik yaitu pada konsentrasi 1:3. Ketebalan 0,199 mm, kuat
tarik 33,1765 MPa dan elongasi 31,000 dengan hasil yang optimal sudah
memenuhi standar dan mempunyai kekuatan mekanik yang cukup kuat dan
elastis.
3. Pada pengujian kelarutan hasil yang didapat semakin tinggi konsentrasi pati
sagu semakin tinggi persen kelarutan karena sifat hidroksil yang dimiliki pati
sagu. Sedangkan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode streak plate
menujukkan bahwa semakin besar konsentrasi pati sagu maka semakin tinggi
daya hambat pertembuhan bakteri Staphylococcus Aureus.
4. Dari hasil analisa FTIR bahwa kitosan yang dipakai terbukti murni karena
adanya gugus fungsi C-H, O-H, C-O dan N-H. Dan pati sagu juga terbukti
murni dengan terdapatnya gugus fungsi C-H, C=O, O-H dan C-O. Hasil
analisis membran DDS pada konstrasi kitosan : pati sagu (2:2, 1:3 dan 0:4)
memiliki morfologi yang sangat baik.

5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan uji organoleptik
sebagai uji lanjutan Drug Delivery Sysyem terhadap hewan uji agar efektivitas
nya dapat diketahui lebih baik.
2. Penggnuaan bahan utama akan digunakan ukuran partikel yang sama
sehingga dapat melihat pengaruh yang siginifikan.

42
Universitas Muhammadiyah Riau
43

3. Pengujian aktivitas antibakteri perlu ditingkatkan lagi


4. Perlu adanya penambahan parameter pengujian pada membran DDS untuk
pengembangan lebih lanjut

Universitas Muhammadiyah Riau


DAFTAR PUSTAKA

Abdul, B & Hassan, R. 2012. Overview on drug delivery system. Pharmaceutica


Analytica Acta. 3 (10) : 4172.
Adam, C.U. 2017. Karakteristik film bioplastik selulosa dari ampas tebu dan sekam
padi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Adiarto, T., Wafiroh,S., & Permana, A.J. 2009. Pengaruh komposisi kitosan dan
pemlatis gliserol terhadap sifat edible film dari pati singkong (Manihot
Utilisima). Conference Paper. Universitas Airlangga
Agustina, S., Swantara, I.M.D., & Suartha, I.N. 2015. Isolasi Kitin, Karakterisasi,
Dan Sintesis Kitosan Dari Kulit Udang. Jurnal Kimia. 9 (2) : 271–78.
Agustin, Y.E & Karsono, S.P. 2016. Sintesis bioplastik dari kitosan - pati kulit
pisang kepok dengan penambahan zat aditif. Jurnal Teknik Kimia. 10 (2)
Akili, M.S., Ahmad, U., & Nugraha, E.S. 2012. Karakteristik edible film dengan
pektin ekstraksi dari kulit pisang. Jurnal Keteknikan Pertanian. 26(1):39 - 46
Anggasari, N., Alauhdin, M., & Prastetya, A.T. 2013. Sintesis dan karakterisasi
membran kitosan-tripolifosfat sebagai alternatif pengontrol sistem pelepasan
obat. Indonesian Journal Of Chemical Science. 2 (3) : 190 - 193
Anwar, E., Yusmarlina, D., Rahmat, H., & Kosasih. 2006. Fosforilasi pregelatinasi
pati garut (Maranta Arundinaceae L.) sebagai matriks tablet lepas terkendali
teofilin. Majalah Farmasi Indonesia. 17 (1) : 37 - 44
Apriyanti, A.F., Mahatmanti, F.W., & Sugiyo, W.2013. Kajian sifat fisik-mekanik
dan antibakteri plastik kitosan termodifikasi gliserol. Indonesia Journal of
Chemical Science. 2(2)
Astriana., Bela., & Fandi, S. 2019. Optimasi propilen glikol dengan variasi
konsentrasi 5%, 10%, 15% sebagai thickening agent terhadap daya lekat
sediaan gel natrium diklofenak. Skripsi diploma. Akademi Farmasi Putra
Indonesia.
Azizati, Z.2019. Pembuatan dan karakterisasi kitosan kulit udang galah. Walisongo
Journal of Chemistry. 2 (1) : 10-16
Coniwanti., Pamilia., Laila, L., & Alfira, M.R. 2014. Pembuatan film plastik
biodegradable dari pati jagung dengan penambahan kitosan dan pemlastis
gliserol . Jurnal Teknik Kimia. 20 (4)
Crendhuty, F.D., Sriwidodo., & Wardana, Y.W. 2021. Sistem penghantaran obat
berbasis biopolimer kitosan pada formulasi film forming system. Majalah
Farmasetika. 6 (1) : 38–55.
Darni, Y. 2011. Penentuan kondisi optimum ukuran partikel dan bilangan reynold
pada sintesis bioplastik berbasis sorgum. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan. 8(2)

44
Universitas Muhammadiyah Riau
45

Darni, Y., Sitorus, T.M., & Hanif, M. 2014. Produksi bioplastik dari sorgum dan
selulosa secara termoplastik. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 10 (2)
Dewi, L., Hendrayanti, H., & Nurhayati, C. 2019. Pemeriksaan bahan kimia obat
(bko) natrium diklofenak dalam beberapa sediaan jamu rematik yang beredar
di pasar purwadadi subang. Sabdariffarma. 1 (1)
Dompeipen, E. J. 2017. Isolasi dan identifikasi kitin dan kitosan dari kulit udang
windu (panaeus monodon) dengan spektroskopi inframerah. Majalah BIAM.
13 (1) : 31-41
El-feky, G.S., Sharaf, S.S., Shafei, A.E., & Hegazy, A.A. 2016. Using chitosan
nanoparticles as drug carriers for the development of a silver sulfadiazine
wound dressing. Carbohydrate Polymers. 158 : 11–19.
Elsabee, M. Z & Abdou, E.S. 2013. Chitosan based edible films and coatings : a
review. Materials Science And Engineering. (4) : 1819–41.
Erfan, A. 2012. Sintesis bioplastik dari pati ubi jalar menggunakan penguat logam
ZnO dan penguat alami kitosan. Skripsi. Universitas Indonesia.
Faridah ,H.D & Susanti, T. 2018. Polisakarida Sebagai Material Pengganti Gelatin
Pada Halal Drug Delivery System. Jurnal Of Halal Product And Research.
1 (2) : 15–21.
Fera, M., & Nurkholik. 2018. Kualitas fisik edible film yang diproduksi dari
kombinasi gelatin kulit domba dan agar (Gracilaria sp). Journal Of Food and
Life Sciences, 2 (1).
Ginting, E. 2017. Formulasi dan evaluasi in vitro film transdermal natrium
diklofenak menggunakan polimer kitosan dan polivinil alkohol taut silang
natrim tripolifosfat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Gustian, A.R.P., Alauhdin, M., & Pratjojo, W. 2013. Sintesis dan karakterisasi
membran kitosan-peg (polietilenglikol) sebagai pengontrol sistem pelepasan
obat. Indonesian Journal Of Chemical Science. 2 (2252)
Hapsari, T & Puspitasari, I.M. 2018. Potensi kitosan dalam sistem penghantaran
obat tertarget pada organ paru hati ginjal dan kolon. Farmaka. 16 (2):54 – 63.
Hasanuddin, A., All, I., Rahim, A., & Kadir, S. 2019. Modifikasi pati secara
asetilasi terhadap gugus funsgi asetil dan kristalinitas pati ubi banggai asetat.
Journal of Science & Technology. 12 (2) : 135 - 140
Husni, P., Sihombing, W.G.T., & Rusdiana, T. 2020. Optimasi formula basis
sediaan edible film dengan kombinasi polimer carbomer 940 dan kappa
karagenan. Majalah Farmasetika. 5 (3) : 109 - 115
Ihsan, H., Prabawa, D.G.P., Harsono, D., Nintasari, R., Apriani, R., & Nurcahyo,
A.B. 2019. Pengujian sifat fisik dan cemaran mikroba pada cangkang kapsul
pati sagu rumbia (Metroxylon sagu ROTTB) dan karagenan. Jurnal Riset
Industri Hasil Hutan. 11 (1) : 13 - 22.

Universitas Muhammadiyah Riau


46

Ihsan, H., Amaliyah, D.M., Harsono, D., Hidayati,S., Yuliati, F., & Miyono. 2020.
Morfologi dan keamanan pati sagu rumbia (Metroxylon sagu ROTTB) untuk
gelatin dalam aplikasinya sebagai cangkang kapsul. Jurnal Riset Teknologi
Industri. 14 (2) : 188 - 199
Ilah, F.M. 2015. Pengaruh penambahan ekstrak etanol daun salam (eugenia
polyanta) dan daun beluntas (pluchea indicaless) terhadap sifat fisik, aktifitas
antibakteri, dan antifitas antioksidan pada edible film berbasis pati. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Iriyanto, H.E & Muljannah, I. 2011. Proses dan aplikasi nanopartikel kitosan
sebagai penghantar obat. Squalen. 6 (1) : 1 - 8
Isnaeni, D., Kurniati, R.A., & Lestari, T. 2017.Uji daya hambat ekstrak daging buah
rumbia (Metroxylon sagu Rottb) asal jayapura terhadap Staphylococus
Aereus. Majalah Farmasi. 14(2)
Jabbar, U.F. 2017. Pengaruh penambahan kitosan terhadap karakteristik bioplastik
dari pati kulit kentang (solanum tuberosum. L). Skripsi. UIN Alauddin.
Jacoeb, A.M., Nugraha, R., Utari,S.P.S.D. 2014. Pembuatan edible film dari pati
buah lindur dengan penambahan gliserol dan karaginan. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 17 (1) : 14-21
Jading, A., Thetool, E., Payung,P., & Gultom,S. 2011. Karakteristik fisikokimia
pati sagu hasil pengeringan secara fluidisasi menggunakan alat pengering
cross flow fluidized bed bertenaga surya dan biomassa. Reaktor. 13 (3) : 155
– 64.
Jeddi, M.K & Mahkam, M. 2019. International journal of magnetic nano
carboxymethyl cellulose-alginate / chitosan hydrogel beads as biodegradable
devices for controlled drug delivery. International Journal of Biological
Macromolecules. 135 : 829–38.
Karimah, M. 2016. Pembuatan dan karakterisasi kapsul pati-alginat dari ekstraksi
rumput laut coklat (sargassum sp.) Sebagai material drug delivery system.
Skripsi. Univeristas Airlangga.
Kistriyani, L., Nugroho, R.D., & Primawan, M. 2016. Pengaruh konsentrasi K2SO4
terhadap drug loading asam salisilat pada pectin edible film. Teknoin. 22 (6)
: 429 – 36.
Kusumawati, D.H & Putri, W.D.R. 2013. Karakteristik fisik dan kimia edible film
pati jagung yang diinkorporasi dengan perasaan temu hitam. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. 1(1) : 90 - 100
Megawaty. 2012. Pengaruh konsentrasi pati pregelatinisasi sgu yang dipaut silang
dengan fosfat terhadap profil disolusi propanol HCL dalam sediaan tablet.
Skripsi. Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Meilani, D & Sinuraya, R.K. 2018. Pharmacovigilance dalam aspek penanganan
reaksi obat yang tidak diinginkan. Farmaka.16 (1) : 103–111
Meneguin, A.B., Cury, B.S.F., & Evangelista, R.C. 2014. Films from resistant
starch-pectin dispersions intended for colonicdrug delivery. Carbohydrate
Polymers. 99 : 140 - 149

Universitas Muhammadiyah Riau


47

Miranda, M., Pratama, Y., & Hintono, A. 2018. Karakteristik edible film aloe vera
dengan emulsi extra virgin olive oil dan kitosan. Agritech. 38 (4) : 381-387.
Morgado, P.I., Sónia, P.M., Ilídio, J.C., & Ana, A. 2017. Ibuprofen loaded PVA /
chitosan membranes : a highly efficient strategy towards an improved skin
wound healing. Carbohydrate Polymers. 159 : 136–45.
Mustapa, R., Restuhadi, F., & Efendi, R. 2017. Pemanfaatan kitosan sebagai bahan
dasar pembuatan edible film dari pati ubi jalar kuning. Jom Faperta. 4(2) : 1
- 12
Nahir, N. 2017. Pengaruh penambahan kitosan terhadap karakteristik bioplastik
dari pati biji asam (tamarindus indica l.). Skripsi. UIN Alauddin Makassar.
Nanaki, S.G., Koutsidis, I.A., Koutri, I., Karavas, E., & Bikiaris, D. 2012.
Miscibility study of chitosan/2-hydroxyethyl starch blends and evaluation of
their effectiveness as drug sustained release hydrogels . Carbohydrate
Polymers. 87 : 1286– 1294
Nandiyanto, A., Oktiani, R., & Ragahita, R. 2019. How to read interpret FTIR
Spectrocopy. Indonesian Journal of Science & Technology. 4 : 97 -118
Nugroho, A., Basito., katri, R.B.A. 2013. Kajian pembuatan edible film tapioka
dengan pengaruh penambahan pektin beberapa jenis kulit pisang terhadap
karakteristik fisik dan mekanik. Jurnal Teknosains pangan. 2(1) ; 73-79
Nurazizah. 2015. Penggunaan kitosan sebagai bahan pengawet pada sirup nanas
(Ananas Comosus L. Merr). Skripsi. Universitas Riau.
Nurfzilah. 2016. Paduan getah jarak pagar dan PVA-GA sebagai bahan baku
benang jahit operasi absorbable. Skripsi. Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahim
Nurfitasari, I. 2018. Pengaruh penambahan kitosan dan gelatin terhadap kualitas
biodegradable foam berbahan baku pati biji nangka (artocarpus
heterophyllus). Skripsi. UIN Alauddin.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., & Kriz, G.S. 2001. Inroduction To Spectroscopy a
Guide For Students Of Organic Chemistry. Western Washington University.
Washington
Pertiwi, I., Zaman, N.N., Arifki, H.H., Silalahi, K., & Wathoni, W.H.P.P.N. 2018.
Kitosan sebagai eksipien dalam sistem penghantaran obat baru. Farmaka.16
(3) : 310 – 321.
Pitriani, P. 2010. Sintesis dan aplikasi kitosan dari cangkang rajungan (portunnus
pelagicus) sebagai penyerap ion besi (Fe) dan mangan (Mn) untuk pemurnian
natrium silikat. Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Rani, K & Paliwal, S. 2014. A review on targeted drug delivery : its entire focus on
advanced therapeutics and diagnostics. Scholars Journal Of Applied Medical
Sciences. 2 (1C) : 328 - 331 .
Rosalina, V. 2015. Kitosan sebagai bahan dasar pembuatan edible film dengan
penambahan pati ubi kayu (Manihot esculenta crantz). Skripsi. Universitas
Riau

Universitas Muhammadiyah Riau


48

Sanjiwani, N.M.S., Paramitha, D.A.I., Wibawa, A.A.C., Ariawan, I.M.D.,


Megawati, F., Dewi, N.W.T., Mariati, P.A.M., & Sudiarsa, I.W. 2020.
Pembuatan hair tonic berbahan dasar lidah buaya dan analisis dengan fourier
transform infrared. Widyadari. 21(1)
Sari, L. 2019. Uji In Vivo Plester Ekstrak Metanol Daun Kelor (Moringa Oleifera)
dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setiani, W., Sudiarti, T., & Rahmidar, L. 2013. Preparasi dan karakterisasi edible
film dari Poliblend pati sukun – kitosan. Jurnal Valensi, 3 (2) : 106 – 108
Silviana &Rahayu, P. 2017. Pembuatan bioplastik berbahan pati sagu dengan
penguat mikrofibril selulosa bambu terdispersi kcl melalui proses sonikasi.
Reaktor. 17 (3) : 151-156
Susanto, M.P.U. 2019. Pengaruh taut silang natrium tripolifosfat dengan kitosan
terhadap sifat fisis chitosan edible film sebagai drug delivery system. Jurnal
Sains dan Teknik. 1 (2) : 99 – 103.
Soe, M.T., Pongjanyakul, T., Limpongsa, E., & Jaipakdee, N. 2020. Modified
glutinous rice starch-chitosan composite films for buccal delivery of
hydrophilic drug. Carbohydrate Polymers. 245 : 116556.
Spitler, R., Zanganeh, S., Jafari, T., Khakpash, Erfanzadeh, M., Ho, J.Q., &
Sakhale, N. 2018. Chapter 1 Drug Delivery Systems : Possibilities and
Challenges.” In Drug Delivery System, pp, 1–51.
Sung, Y.K & Kim, S.W . 2020. Recent advances in polymeric drug delivery
systems. Biomaterials Research. 24 (12) : 1–12.
Thariq, M.R.A., Fadli,A., Rahmat, A., & Handayani, R. 2016. Pengembangan
Kitosan Terkini Pada Berbagai Aplikasi Kehidupan : Review. Seminar
Nasional Teknik Kimia: Universitas Riau.
Wahyuningtyas, D. 2016. Evaluasi transfer massa peristiwa pelepasan obat dari
edible film pektin dengan plasticizer gliserol sebagai sistem penghantaran
obat. Jurnal Inovasi Proses. 1 (2) : 68 - 74
Wahyuningtyas, D & Dinata, A. 2018. Combination of carboxymethyl cellulose
(cmc) - corn starch edible film and glycerol plasticizer as a delivery system
of diclofenac sodium. AIP Conference Proceedings 30032.
Wattimena, D., Ega, L., & Polnaya, F.J. 2016. Karakteristik edible film pati sagu
alami dan pati sagu fosfat dengan penambahan gliserol. Agritech. 36 (3) :
247–52.
Wicita, P.S. 2017. Aplikasi xanthan gum dalam sistem penghantar obat : Review.
Farmaka. 15 (3)
Widodo, L.U., Wati, S.N., & Vivi, AP. N. M. 2019. Pembuatan edible film dari
labu kuning dan kitosan dengan gliserol sebagai plasticizer. Jurnal Teknologi
Pangan. 13(1) : 59 - 65
Winarti, L. 2015. Sistem penghantaran obat tertarget, macam, jenis-jenis sistem
penghantaran, dan aplikasinya. Stomatognatic. 10 (2) : 75 – 81

Universitas Muhammadiyah Riau


49

Wiramukti, A. 2012. Pemanfaatan pigmen antosianin ekstrak murbei (Morus Alba)


sebagai agen biosensor dalam pembuatan pengemas edible film pendeteksi
kerusakan sosis melalui indikator pH. Skripsi. Universitas Brawijaya
Zulfikar, R. 2020. Fraksinasi amilosa dari pati tapioka (cassava) dengan pengaruh
konsentrasi butanol untuk pembuatan eible film. Skripsi. Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah

Universitas Muhammadiyah Riau


LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Penelitian

Pembuatan Larutan Natrium Diklofenak


dalam 30 ml

Ditambahkan tetes demi Pembuatan membran DDS dengan


Diuji aktivitas antibakteri
tetes larutan natrium variasi CS : PS (4:0, 3:1, 2:2, 1:3,
diklofenak 0:4)

Dipanaskan dan distirer selama 4


jam pada suhu 120 °C

Dicetak dan dioven selama 12 jam


suhu 70 °C

Diuji kuat tarik, elongasi, ketebalan,


kelarutan, aktivitas antibakteri dan
SEM

50
Universitas Muhammadiyah Riau
51

Lampiran 2. Skema Kerja


Pembuatan Larutan Natrium Diklofenak

0,5 g natrium diklofenak

0,04 g CaCl2.2H2O Dilarutkan dalam 30 ml aquades 0,04 g polimer

Distirer sampai homogen selama


30 menit

Pembuatan Membran DDS

4 g polimer dengan variasi


kitosan : pati sagu (4:0, 3:1,
2:2, 1:3, 0:4)

Ditambahkan 0,6 Ditambahkan larutan


Dilarutkan dalam 180 ml aquades natrium diklofenak 30 ml
ml/g polimer
tetes demi tetes

Dipanaskan dan distirer sampai


homogen selama 4 jam pada suhu
120 °C

Dicetak dan diovenkan selama


12 jam pada suhu 70 °C

Universitas Muhammadiyah Riau


52

Lampiran 3. Perhitungan
- Ketebalan
Hasil Uji Ketebalan
CS : titik titik titik titik titik Ketebalan (mm) Rata-rata RPD (%) standar
PS 1 2 3 4 5 Rata-rata
0,25 0,242 0,263 0,236 0,225 0,243
4:0 0,248 3,63
0,261 0,242 0,256 0,23 0,272 0,252
0,202 0,231 0,213 0,24 0,221 0,221
3:1 0,227 5,29
0,214 0,235 0,213 0,251 0,255 0,233
0,221 0,193 0,214 0,186 0,204 0,203
2:2 0,208 4,8 Maks. 0,25 mm
0,23 0,214 0,197 0,222 0,205 0,213
0,193 0,176 0,201 0,214 0,186 0,194
1:3 0,199 4,52
0,195 0,223 0,21 0,184 0,203 0,203
0,184 0,152 0,173 0,16 0,194 0,172
0:4 0,168 4,76
0,167 0,151 0,183 0,176 0,144 0,164

1+2+3+4+5
Rata − rata =
5

(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata

- Rata-rata

0.25 + 0.242 + 0.263 + 0.236 + 0.225


4: 0 a = = 0,243
5

0.261 + 0.242 + 0.256 + 0.23 + 0.272


4: 0 b = = 0,252
5

0.202 + 0.231 + 0.213 + 0.24 + 0.221


3: 1 a = = 0,221
5

0.214 + 0.235 + 0.213 + 0.251 + 0.255


3: 1 b = = 0,233
5

0.221 + 0.193 + 0.214 + 0.186 + 0.204


2: 2 a = = 0,203
5

0.23 + 0.214 + 0.197 + 0.222 + 0.205


2: 2 b = = 0,213
5
53

0.193 + 0.176 + 0.201 + 0.214 + 0.186


1: 3 a = = 0,194
5

0.195 + 0.223 + 0.21 + 0.184 + 0.203


1: 3 b = = 0,203
5

0.184 + 0.152 + 0.173 + 0.16 + 0.194


0: 4 a = = 0,172
5

0.167 + 0.151 + 0.183 + 0.176 + 0.144


0: 4 b = = 0,164
5

- RPD

0,252 − 0,243
4: 0 = x 100% = 3.63 %
0,248

0,231 − 0,221
3: 1 = x 100% = 5.29 %
0,227

0,213 − 0,203
2: 2 = x 100% = 4,8 %
0,208

0,203 − 0,194
1: 3 = x 100% = 4.52 %
0,199

0,172 − 0,164
0: 4 = x 100% = 4.76 %
0,168

- Kuat Tarik
CS : PS Kuat Tarik (Mpa) Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 38,2673 37,7639 38,0156 1,33
3:1 36,5378 35,7463 36,1421 2,18
2:2 35,2167 34,9720 35,0944 0,70 24,7 – 302
MPa
1:3 33,4311 32,9219 33,1765 1,54
0:4 25,1371 24,8620 24,9996 1,10
54

Simplo + duplo
Rata − rata =
2

(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata

- Rata-rata

38,2673 + 37,7639
4: 0 = = 38,0156
2

36,5378 + 35,7463
3: 1 = = 36,1421
2

35,2167 + 34,9720
2: 2 = = 35,0944
2

33,4311 + 32,9219
1: 3 = = 33,1765
2

25,1371 + 24,8620
0: 4 = = 24,9996
2

- RPD

38,2673 − 37,7639
4: 0 = x 100% = 1,33 %
38,0156

36,5378 − 35,7463
3: 1 = x 100% = 2,18 %
36,1421

35,2167 − 34,9720
2: 2 = x 100% = 0,70 %
35,0944

33,4311 − 32,9219
1: 3 = x 100% = 1,54 %
33,1765

25,1371 − 24,8620
0: 4 = x 100% = 1,10 %
24,9996
55

- Persen Pemajangan (Elongasi)


CS : PS Elongasi (%) Rata-rata RPD (%) standar
I II
4:0 25,98 26,29 26,135 1,19
3:1 27,85 28,98 28,415 3,98
2:2 30,18 29,81 29,995 1,23 21 – 220%
1:3 31,02 30,98 31,000 0,13
0:4 32,85 33,98 33,415 3,38

Simplo + duplo
Rata − rata =
2

(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata

- Rata-rata

25.98 + 26.29
4: 0 = = 26.135
2

27.85 + 28.98
3: 1 = = 28.415
2

30.18 + 29.81
2: 2 = = 29.995
2

31.02 + 30.98
1: 3 = = 31.000
2

32.85 + 33.98
0: 4 = = 33.415
2

- RPD

26.29 − 25.98
4: 0 = x 100% = 1,19 %
26.135

28.98 − 27.85
3: 1 = x 100% = 3.98 %
28.415

30.18 − 29.81
2: 2 = x 100% = 1.23 %
29.995
56

31.02 − 30.98
1: 3 = x 100% = 0.13 %
31.000

33.98 − 32.85
0: 4 = x 100% = 3.38 %
33.415

- Kelarutan
CS : PS Berat Awal Berat Akhir Kelarutan Rata-rata RPD
0,1163 0,1107 4,8151
4:0 4,8518 1,51
0,1166 0,1109 4,8885
0,0939 0,0804 14,3769
3:1 13,9598 5,97
0,0923 0,0798 13,5427
0,0812 0,0662 18,4729
2:2 19,162 7,19
0,0806 0,0646 19,8511
0,0807 0,0607 24,7831
1:3 25,2361 3,59
0,0798 0,0593 25,6892
0,0795 0,0383 51,8238
0:4 49,4167 9,74
0,0719 0,0381 47,0097

W0 − W
kelarutan = 𝑥 100%
W0

Simplo + duplo
Rata − rata =
2

(Simplo) − (duplo)
RPD = x 100%
Rata − rata

4:0
0.1163 − 0.1107
Simplo = 𝑥 100% = 4.8151
0.1163

0.1166 − 0.1109
Duplo = 𝑥 100% = 4.8885
0.1166

4,8151 + 4,8885
Rata − rata = = 4,8518
2
57

4.8885 − 4.8151
RPD = x 100% = 1.51%
4.8518

3:1
0.0939 − 0.0804
Simplo = 𝑥 100% = 14.3769
0.0939

0.0923 − 0.0798
Duplo = 𝑥 100% = 13.5427
0.0923

14.3769 + 13.5427
Rata − rata = = 13.9598
2

14.3769 − 13.5427
RPD = x 100% = 5.97%
13.9598

2:2
0.0812 − 0.0662
Simplo = 𝑥 100% = 18.4729
0.0812

0.0806 − 0.0646
Duplo = 𝑥 100% = 19.8511
0.0806
19.8511 + 18.4729
Rata − rata = = 19.162
2

19.8511 − 18.4729
RPD = x 100% = 7.19%
19.162

1:3
0.0807 − 0.0607
Simplo = 𝑥 100% = 24.7831
0.0807

0.0798 − 0.0593
Duplo = 𝑥 100% = 25.6892
0.0798

24.7831 + 25.6892
Rata − rata = = 25.2361
2
58

25.6892 − 24.7831
RPD = x 100% = 3.59%
25.2361

0:4
0.0795 − 0.0383
Simplo = 𝑥 100% = 51.8238
0.0795

0.0719 − 0.0381
Duplo = 𝑥 100% = 47.0097
0.0719

51.8238 + 47.0097
Rata − rata = = 49.4167
2

51.8238 − 47.0097
RPD = x 100% = 9.74%
49.4167

- Aktivitas Antibakteri
Uji Aktivitas Antibakteri
sampel garis 1 garis 2 garis 3 garis 4 Jumlah Rata-rata
3,3 2,5 2,8 2,5 11,1
4:0 10,8
3,1 2,4 2,7 2,3 10,5
2 2,5 1,5 2,5 8,5
3:1 8,9
2 2,5 2,3 2,5 9,3

2:2 0 0 0 0 0 0

1:3 0 0 0 0 0 0

0:4 0 0 0 0 0 0
59

Jumlah = goresan 1 + goresan 2 + goresan 3 + goresan 4


Simplo + duplo
Rata − rata =
2

4:0
- Jumlah simplo = 3,3 + 2,5 + 2,8 + 2,5 = 8.5

- Jumlah Duplo = 3,1 + 2,4 + 2,7 + 2,3 = 9.3

8.5 + 9.3
Rata − rata = = 10,8
2

3:1
- Jumlah simplo = 2 + 2,5 + 1.5 + 2,5 = 11,1

- Jumlah Duplo = 2 + 2,5 + 2.3 + 2,5 = 10,5

11,1 + 10,5
Rata − rata = = 8.9
2
60

Lampiran 4. Spektrum FTIR


120
%T
112,5

105

97,5

90

82,5

75

67,5

2311,79
60

1589,41

1204,60
2869,24

1270,18

891,15
1296,22
1386,88

942,27
1318,40

1126,48
52,5

1152,52

1030,03
45

37,5

30

22,5

15

340,45
7,5

-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Kitosan p.a 1/cm

Gambar 1. Spektrum Kitosan


100
%T
95
90
85
80
75
70
65
60
55
2460,31

50
2570,26

45
40
2683,10
2719,75

1617,38

35
2944,46
2986,90

2890,45

30
1239,32

25
863,18
926,84
1149,62
1339,62

1066,68
991,45

20
15
10
5
-0
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
Kitosan 1/cm

Gambar 2. Spektrum Pati Sagu


61

Lampiran 5. Dokumentasi Pembuatan dan pengujian membran DDS

No Dokumentasi Keterangan
1. Proses pembuatan larutan
natrium diklofenak

2. Proses pembuatan membran


DDS

3. Pencetakan membran DDS

4. Pengovenan membran DDS

5. Membran DDS
62

6. Pengujian ketebalan membran


DDS

7. Pengujian kuat tarik dan


elongasi membran DDS

8. Karakterisasi FTIR membran


DDS

9. Pengujian Kelarutan membran


DDS

10. Sampel setelah dikeringkan


pada pengujian kelarutan

11. Pengujian Aktivitas


Antibakteri
63

RIWAYAT HIDUP

Friti Aulia, lahir di Perawang pada tanggal 13


September 1999. Penulis merupakan anak pertama dari
Bapak Didi Suryadi dan Ibu Erna. Penulis pertama kali
menempuh pendidikan tepat pada umur 5 tahun di
Taman Kanak-kanak YPPI tahun 2004 kemudian
melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD) tahun 2005
kemudian tamat di sekolah MIS Al-Arif Kuala Beringin
pada tahun 2011. Setelah tamat SD penulis melanjutkan
di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Tambang
dan selesai pada tahun 2014, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan pada SMK Migas Teknologi Riau
mengambil jurusan Produksi Migas dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun yang
sama penulis terdaftar pada salah Perguruan Tinggi swasta jurusan Kimia Fakultas
MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau dan alhamdulillah selesai
pada tahun 2021 dengan mendapatkan gelar Sajana Sains (S.Si).
Selama perkuliahan penulis pernah menjadi salah satu perwakilan
mahasiswa Kimia sebagai asisten riset pada Kolaborasi Riset Universitas
Muhammadiyah Riau (UMRI) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) tahun
2020. Penulis pernah praktik kerja lapangan di Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral Provinsi Riau pada tahun 2021. Penulis juga peraih pendanaan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) skema PKM-PE tahun 2019, PKM-K tahun 2020
dan PKM-R tahun 2021.
Berkat petunjuk dan pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala, usaha dan
disertai doa dan kedua orang tua dalam menjalani aktivitas akademik di Perguruan
Tinggi Universitas Muhammadiyah Riau, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Membran
Absorbable Dari Kitosan – Pati Sagu Berpengisi Obat Natrium Diklofenak
(C14H10C12NNaO2) Dalam Aplikasi Drug Delivery Sistem (DDS)”

Universitas Muhammadiyah Riau

Anda mungkin juga menyukai