Anda di halaman 1dari 123

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PLATELET-RICH FIBRIN

(PRF) TERHADAP PARAMETER KLINIS DAN


RADIOGRAFI SETELAH TINDAKAN ODONTEKTOMI
MOLAR KETIGA MANDIBULA

RACHMADY NOFRIANSYAH
J 045 182 001

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PROGRAM STUDI BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
EFFECTIVENESS OF PLATELET-RICH FIBRIN (PRF)
ADMINISTRATION ON CLINICAL AND
RADIOGRAPHIC PARAMETERS AFTER MANDIBULAR
THIRD MOLAR ODONTECTOMY

RACHMADY NOFRIANSYAH
J 045 182 001

STUDY PROGRAM SPECIALIST OF


ORAL AND MAXILLOFACIAL SURGERY
FACULTY OF DENTISTRY
HASANUDDIN UNIVERSITY
MAKASSAR
2023
TESIS

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PLATELET-RICH FIBRIN


(PRF) TERHADAP PARAMETER KLINIS DAN
RADIOGRAFI SETELAH TINDAKAN ODONTEKTOMI
MOLAR KETIGA MANDIBULA

RACHMADY NOFRIANSYAH
J 045 182 005

Tesis ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PROGRAM STUDI BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
SEMINAR HASIL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PLATELET-RICH FIBRIN


(PRF) TERHADAP PARAMETER KLINIS DAN
RADIOGRAFI SETELAH TINDAKAN ODONTEKTOMI
MOLAR KETIGA MANDIBULA

Disusun dan diajukan oleh

RACHMADY NOFRIANSYAH
NIM: J 045 182 001

MENYETUJUI

KOMISI PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Abul Fauzi., Sp.,B.M.M., drg. Eka Prasetiawaty Sp.,B.M.M.,


Subsp. T.M.T.J. (K) Subsp. T.M.T.J. (K)
NIP: 197906062006041005 NIP: 19800520201412203

Ketua Program Studi


Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial
Universitas Hasanuddin

drg. Andi Tajrin, M.Kes., Sp.B.M.M., Subsp.C.O.M. (K)


NIP. 197410102003121002
TESIS

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PLATELET-RICH FIBRIN (PRF)


TERHADAP PARAMETER KLINIS DAN RADIOGRAFI
SETELAH TINDAKAN ODONTEKTOMI MOLAR KETIGA
MANDIBULA

Disusun dan diajukan oleh

RACHMADY NOFRIANSYAH

NIM: J 045 182 005

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis


pada tanggal 31 Maret 2023
dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Abul Fauzi., Sp.,B.M.M., drg. Eka Prasetiawaty Sp.,B.M.M.,


Subsp. T.M.T.J. (K) Subsp. T.M.T.J. (K)
NIP: 197906062006041005 NIP: 19800520201412203

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Ketua Program Studi Spesialis


Universitas Hasanuddin Bedah Mulut dan Maksilofasial

drg. Irfan Sugianto., M.MedED., Ph.d drg. Andi Tajrin, M.Kes., Sp.B.M.M.,
NIP: 198102152008011009 Subsp.C.O.M. (K)
NIP. 197410102003121002
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rachmady Nofriansyah

NIM : J 045 182 00

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan

Maksilofasial.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pemikiran orang lain. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis yang saya

kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dengan sumbernya secara jelas sesuai

dengan norma, kaidah, dan etika pedoman penulisan tesis.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 31 Maret 2023

Penulis

Rachmady Nofriansyah
NIM. J 045 182 005

vi
PRAKATA

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,
atas terselesaikan tesis saya dengan baik. Shalawat dan taslim senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk yang lurus dan
benar kepada umat manusia. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan
perhatian selama penulis menempuh pendidikan, terutama pada proses penelitian,
penyusunan hingga penyempurnaan karya ilmiah tesis ini.
Rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa,. M,Sc sebagai Rektor Universitas Hasanuddin
2. Prof. drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.B.M.M., Subsp.Ortognat-D
(K) sebagai Wakil Rektor I Universitas Hasanuddin,
3. drg. Abul Fauzi., Sp.,B.M.M.,Subsp. T.M.T.J. (K) sebagai Pembimbing Utama
sekaligus sebagai Penasehat Akademik dan drg. Eka Prasetiawaty Sp.,B.M.M.,
Subsp. T.M.T.J. (K) sebagai Pembimbing Pendamping, terimaksih atas
bimbingan ilmu dan arahannya pada penelitian ini maupun selama saya
menempuh pendidikan.
4. drg. Irfan Sugianto., M.MedED., Ph.d selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin
5. drg. Andi Tajrin, M. Kes., Sp.B.M.M., Subsp.C.O.M. (K), selaku Ketua Program
Studi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial dan seluruh tim dosen pengajar
yang banyak memberikan ilmu, bimbingan, senantiasa memotivasi dan
menginspirasi penulis selama mengikuti proses pendidikan dan penelitian.

vii
6. Kepada Bapak drg. Fadhil Ulum A. Rahman, Sp.RKG Subsp. Rad-P (K) terima
kasih atas bimbingan serta masukan kepada saya selama penelitian berlangsung.
7. Kepada teman-teman seperjuangan Residen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, angkatan Dua 2018 (drg. Trio
Refliandi, drg. Prisilla M.D.P, drg. Nurmaifah, drg. R. Amelia, drg. Iradatullah,
drg. Hidayat Sakti, drg. Fadli Rum, drg. Husnul Basyar), kalian sangat hebat dan
membanggakan, terimakasih atas saling berbagi ilmu dan saling memberi
motivasi selama menempuh pendidikan.

Akhir kata penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda Alm. Gani Sakti, AR dan Ibunda Alm. Rasyidah. Ucapan
terima kasih kepada istri tersayang dr. Rizka Dirgantari dan kedua anak saya Akil
Alfachrizzi Rachmady dan Ayra Nafeeza Rachmady yang senantiasa sabar dan
memberikan dukungannya selama menjalani pendidikan. Terimakasih kepada
seluruh keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas motivasi dan
dukungannya yang tak ternilai. Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas
kontribusinya baik berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Akhirnya semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita semua dan informasi yang disajikan dalam tesis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Makassar, 31 Maret 2023

Rachmady Nofriansyah

viii
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PLATELET-RICH FIBRIN
(PRF) TERHADAP PARAMETER KLINIS DAN
RADIOGRAFI SETELAH TINDAKAN ODONTEKTOMI
MOLAR KETIGA MANDIBULA

ABSTRAK

Latar belakang: Prosedur pengangkatan molar ketiga mandibula dengan


odontektomi merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan karena
adanya insidensi gigi tumbuh tidak sempurna, terbenam, karies, kista, tumor
ataupun keperluan ortodontik. Namun, prosedur ini dapat menyebabkan ketidak
nyamanan seperti nyeri, pembengkakan, dan komplikasi yang lain. Salah satu
akselerasi penyembuhan luka adalah penggunaan Platelet Rich Fibrin (PRF) untuk
peningkatan perbaikan dan regenerasi jaringan setelah prosedur pembedahan. PRF
adalah trombosit terkonsentrasi dalam volume kecil plasma yang berperan untuk
membantu perbaikan jaringan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian uji klinis acak tidak tersamar yang
melibatkan sebanyak 38 pasien yang menjalani tindakan odontektomi molar ketiga
mandibula. Untuk melihat efektivitas pemberian PRF terhadap VAS, penyembuhan
jaringan periodontal, overall density score, dan trabecular pattern score. Masing-
masing sampel penelitian dianalisis pada setiap waktu evaluasi.
Hasil: Terdapat perbedaan signifikan pada intensitas nyeri (p=0.002 pada hari ke-
1 dan p<0.001 pada hari ke-5 pascatindakan), proses penyembuhan jaringan
periodontal (p=0.009 pada hari ke-1 dan p<0.039 pada hari ke-2 pascatindakan),
dan gambaran radiografi: overall density score (p=0.020 pada bulan ke-6
pascatindakan) dan trabecular pattern score (p<0.001 pada bulan ke-6
pascatindakan).
Kesimpulan: Ditemukan perbedaan signifikan pada intensitas nyeri, proses
penyembuhan jaringan periodontal, dan gambaran radiografi: overall density score
dan trabecular pattern score; di mana kelompok dengan intervensi PRF memberikan
luaran paca odontektomi yang lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol tanpa
PRF.

Kata kunci: efektivitas, platelet rich fibrin ,klinis, radiografi, odontektomi

ix
RELATIONSHIP OF CLINICAL AND RADIOGRAPHIC PARAMETERS
TO PLATELET-RICH FIBRIN (PRF) ADMINISTRATION IN
MANDIBULAR THIRD MOLAR ODONTECTOMY

ABSTRACT

Background: The procedure for removing mandibula third molars with


odontectomy is a surgical procedure that is often performed due to the incidence of
imperfect growth, immersion, caries, cysts, tumors or orthodontic needs. However,
this procedure may cause pain, swelling, or other complications. One of the most
recent achievements in dentistry is the use of Platelet Rich Fibrin (PRF) to enhance
tissue repair and regeneration after surgical procedures. PRF are platelets
concentrated in a small volume of plasma which helps in wound healing process
Methods: This study was randomized unblinded clinical trial involving 38
patients undergoing mandibula third molar odontectomy. To see the effectiveness
of giving PRF on VAS, healing of periodontal tissue, overall density score, and
trabecular pattern score. Each research sample was analyzed at each evaluation
time
Results: There were significant differences in the intensity of pain (p=0.002 on day
1 and p<0.001 on day 5 postoperatively), the healing process of the periodontal
tissue (p=0.009 on day 1 and p<0.039 on day 3 postoperatively), and radiographic
features: overall density score (p=0.020 at 6 months postoperatively) and trabecular
pattern score (p<0.001 at 6 months postoperatively).
Conclusion: There were significant differences in pain intensity, periodontal tissue
healing process, and radiographic appearance: overall density score and trabecular
pattern score; where the group with PRF intervention gave better postaodentectomy
outcomes compared to the tanpa PRF control group.

Keywords: effectiveness, platelet rich fibrin, clinical, radiographic, odontectomy

x
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN TESIS ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS .............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................................... vi
PRAKATA UCAPAN TERIMA KASIH ................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT................................................................................................ viix
DAFTAR ISI ............................................................................................. ixi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
DAFTAR ISTILAH SINGKATAN .............................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3
A. Latar Belakang .................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1. Tujuan Umum .......................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ......................................................................... 6
D. Manfaat .............................................................................................. 6
1. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8
A. Anatomi Jaringan Keras dan Jaringan Lunak ...................................... 8
B. Anatomi Jaringan Lunak .................................................................. 10
C. Proses Penyembuhan Luka ................................................................. 11

xi
D. Growth factor/ Faktor Pertumbuhan ................................................. 19
E. Peranan Platelet Rich Fibrin dan Aktivasi Leukosit .......................... 21
F. Peranan dan fungsi dari matriks fibrin .............................................. 24
G. Peranan dan fungsi dari matriks fibrin………………………………... 26
BAB III KERANGKA TEORI DAN KONSEP ............................................ 27
A. Kerangka Teori ................................................................................ 28
B. Kerangka Konsep ............................................................................ 29
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 30
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 30
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 30
1. Waktu Penelitian .................................................................. 30
2. Tempat Penelitian ................................................................. 30
C. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian .................................. 30
1. Variabel Penelitian ................................................................ 30
2. Definisi Operasional Penelitian ............................................. 30
D. Teknik dan Besar Sampel dalam Penelitian ..................................... 32
E. Kriteria Sampel ................................................................................ 35
1. Kriteria Inklusi ....................................................................... 35
2. Kriteria Eksklusi ..................................................................... 36
F. Alat dan Bahan ................................................................................. 36
1. Alat ....................................................................................... 36
2. Bahan ..................................................................................... 37
G. Prosedur Penelitian ........................................................................... 36
H. Analisis Data .................................................................................... 48
I. Masalah Etika ................................................................................... 49
J. Alur Penelitian ................................................................................... 49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 50
A. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian .............................................. 50
B. Perbandingan VAS setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF ........................................................................................ 52
C. Perbandingan trismus setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF ........................................................................................ 54

xii
D. Perbandingan jaringan periodontal setelah odontektomi menggunakan
PRF dan tanpa PRF ............................................................................ 55
E. Perbandingan edema setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa
PRF ................................................................................................... 56
F. Perbandingan radiologis overall density score setelah odontektomi
menggunakan PRF dan tanpa PRF ...................................................... 57
G. Trabecular pattern score setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF .......................................................................................... 59
H. Pembahasan ..................................................................................... 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 68
A. Kesimpulan .................................................................................... 68
B. Saran .............................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 73

xiii
DAFTAR TABEL

Nomor urut Halaman


Tabel 2.1. Growth factor yang berperan dalam osteogenesis .......................... 20
Tabel 2.2. Perbandingan konsentrat antara generasi pertama dan kedua ......... 23
Tabel 4.1. Derajat trismus ............................................................................... 45
Tabel 4.2. Indeks Landry dan Turnbull ........................................................... 45
Tabel 5.1. Karakteristik dasar subjek penelitian ............................................ 50
Tabel 5.2. VAS setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa PRF ....... 51
Tabel 5.3. Trismus setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa PRF .. 52
Tabel 5.4. Jaringan periodontal setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF ..................................................................................... 53
Tabel 5.5. Perbandingan edema setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF ...................................................................................... 55
Tabel 5.6. Perbandingan radiologis overall density score setelah odontektomi
menggunakan PRF dan tanpa PRF ................................................ 56
Tabel 5.7. Trabecular pattern score setelah odontektomi menggunakan PRF
dan tanpa PRF ............................................................................... 57

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor urut Halaman

Gambar 2.1. Platelet-Rich Fibrin concentrate (PRF) ....................................... 25


Gambar 3.1. Kerangka teori ........................................................................... 28
Gambar 3.2. Kerangka konsep ........................................................................ 29
Gambar 4.1. Sentrifugasi dan pemisahan PRF ………………………………... 39
Gambar 4.2. Alur penelitian ............................................................................ 49
Gambar 5.1. Hasil Orthopantomogram dengan menggunakan PRF dan
tanpa PRF ................................................................................... 58

x
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor urut Halaman


Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian di RSGM Unhas .................. 73
Lampiran 2. Surat izin Komite Etik FKG Unhas .......................................... 74
Lampiran 3. Surat Persetujuan Tindakan Pasien ........................................... 75
Lampiran 4. Form Hasil Penelitian Non PRF ............................................... 76
Lampiran 5. Form Hasil Penelitian PRF ....................................................... 77
Lampiran 6. Form Rekapitulasi Data Penelitian Tanpa PRF .......................... 81
Lampiran 7. Form Rekapitulasi Data Penelitian PRF .................................... 83
Lampiran 8. Uji Chi Squre ........................................................................... 87
Lampiran 9. Uji T ....................................................................................... 99
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................. 104

xi
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan

CCL-5 Chemokine Ligand-5


EGF Epidermal Growth Factor
HGF Hepatocyte Growth Factor
IGF-I Insulin-like Growth Factor
IL-1 Interleukin-1
IL-10 Interleukin-10
PDGF Platelet-derived Growth Factor
PMN Polimorfonuklear
PRF Platelet Rich Fibrin
PRP Platelet Rich Plasma
TGF-β Transforming Growth Factor-β
VAS Visual Analogue Score
VEGF Vascular Endothelial Growth Factor.

xii
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prosedur pengangkatan molar ketiga mandibula merupakan suatu tindakan

pembedahan yang sering dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut dan

maksilofasial dengan berbagai tujuan seperti gigi tumbuh tidak sempurna ataupun

terbenam, karies, kista, tumor ataupun keperluan ortodontik. Rasa tidak nyaman sering

dijumpai oleh pasien setelah prosedur pembedahan seperti rasa nyeri bengkak, sulit

membuka mulut, hingga mati rasa pada daerah pembedahan. Proses ini dapat terjadi

setelah pembedahan oleh karena mediator-mediator inflamasi menyebabkan

vaskularisasi terpusat pada daerah tersebut.1,2

Proses penyembuhan luka setelah pembedahan merupakan proses fisiologis

yang dialami secara dinamis melalui fase inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Penutupan luka yang cepat dapat mengurangi timbulnya infeksi dan menurunkan

angka morbiditas pada pasien. Apabila proses penyembuhan luka terhambat, luka

tersebut akan menjadi luka kronis.2

Hal ini menjadi tantangan bagi seorang ahli bedah untuk mengembangkan

teknik dan material dalam proses penyembuhan luka setelah pembedahan. Telah

diketahui bahwa faktor pertumbuhan berperan penting dalam penyembuhan luka.

Faktor pertumbuhan ini meliputi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF);

Platelet-Derived Growth Factor (PDGF); Transforming Growth Factor-β (TGF-

β); Epidermal Growth Factor (EGF); Insulin-like Growth Factor (IGF-I); Hepatocy
4

Growth Factor (HGF); sitokin seperti Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6),

Interleukin-4 (IL-4), dan Interleukin-10 (IL-10), Chemokine Ligand-5 (CCL- 5);

dan eotaxin. Studi yang dilakukan menyatakan bahwa pemberian faktor

pertumbuhan dapat mengakselerasi dan meningkatkan kualitas hasil akhir proses

penyembuhan luka.2,3

Platelet-Rich Fibrin (PRF) merupakan produk konsentrat platelet generasi

kedua yang dibuat dengan sentrifugasi darah perifer. Proses pembuatan PRF lebih

mudah dan sederhana dibandingkan produk konsentrat platelet terdahulu yaitu PRP.

PRF sendiri mengandung banyak sitokin dan faktor-faktor pertumbuhan yang dapat

memacu proses penyembuhan luka.3,4

PRF dalam bentuk scaffold fibrin tidak mengandung antikoagulan ataupun

campuran bahan biokimia yang lain sehingga hasil yang didapatkan adalah murni

platelet yang kaya akan faktor pertumbuhan. Sejarah pengembangan PRF dimulai

oleh Choukroun pada tahun 2001 di Prancis dengan kandungan 97% platelet dan

50% leukosit. PRF mempunyai komposisi jaringan fibrin padat dengan sitokin

leukosit; glikoprotein dan juga growth factor seperti transforming growth factor β1,

PDGF, VEGF; serta glikoprotein seperti thrombospondin-1. Leukosit pada PRF

berperan dalam pelepasan growth factor, regulasi imun, aktivitas anti infeksi, dan

remodeling matriks selama penyumbuhan luka.1,3

Platelet merupakan salah satu kunci utama dalam proses penyembuhan luka,

sehingga setelah pembedahan, penyembuhan luka dapat dipercepat dengan

penggunaan PRF. Penambahan PRF ini dapat membantu meningkatkan proses

penyembuhan luka jaringan keras maupun jaringan lunak pada perawatan setelah
5

pembedahan. PRF merupakan biomaterial yang kuat dalam mempercepat

regenerasi dan juga dapat digunakan dalam berbagai prosedur penutupan defek

setelah pembedahan.1,3

PRF diperoleh dari darah pasien sendiri dengan cara pengambilan darah

pada vena antecubital kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung steril 10 ml

tanpa antikoagulan. Setelah itu, tabung disentrifugasi dengan menggunakan mesin

sentrifugal sehingga akan terbentuk tiga lapisan, yakni corpuscle darah pada lapisan

terbawah, PRF dalam bentuk gel pada lapisan tengah, serta plasma aseluler pada

lapisan teratas.2,4

PRF memiliki kemampuan sebagai imunitas yang mampu merangsang

mekanisme pertahanan kemudian peranan matriks fibrin dalam PRF sebagai

natural guide untuk proses angiogenesis. Fibrin secara alamiah menguatkan proses

imunitas dan matriks fibrin akan menutupi jaringan luka yang nantinya

mempengaruhi metabolisme pada sel epitelial dan fibroblas. PRF mampu untuk

merangsang proliferasi sel osteoblas, fibroblas mukosa gingiva, dan menekan

pertumbuhan sel epitelial oral.

Penggunaan PRF pada operasi berfungsi sebagai membran yang resorbable

untuk regenerasi jaringan baik jaringan lunak maupun tulang. PRF dapat mencegah

migrasi sel-sel yang tidak diinginkan menuju luka dan mempermudah migrasi sel-

sel osteogenik dan angiogenik. Hal ini akan menyebabkan percepatan

penyembuhan tulang dan percepatan mineralisasi tulang. 5

Terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan PRF dalam operasi, antara

lain persiapan PRF yang relatif mudah dan efisien, penggunaan sampel darah pasien
6

sendiri, tidak memerlukan penambahan thrombin. Selain itu, PRF juga memiliki

kerangka fibrin natural yang dapat meningkatkan lama kerja PRF dalam luka

sehingga dapat menstimulasi regenerasi jaringan secara lebih efisien. 5

Berdasarkan latar belakang diatas PRF mempunyai efek yang baik dalam

membantu pada proses penyembuhan, maka peneliti ingin melakukan pengamatan

dari pemberian PRF pada kasus pembedahan setelah odontektomi molar ketiga

mandibula.2,3,4

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan klinis pada kelompok yang diberikan PRF dan

tanpa PRF setelah odontektomi molar tiga mandibula?

2. Apakah terdapat perbedaan radiografi pada kelompok yang diberikan PRF

dan tanpa PRF setelah odontektomi molar tiga mandibula?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Efektifitas pemberian PRF setelah proses pengangkatan molar ketiga

mandibula.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Pengaruh pemberian PRF terhadap gejala klinis (Nyeri, Pembengkakan,

Trismus, Jaringan Periodontal) setelah pengangkatan molar ketiga

mandibular pada hari 1,3,5 dan 7.


7

2. Pengaruh radiografis (Trabecular pattern dan Overlay density) dengan

pemeriksaan Ortopantomogram setelah pengangkatan molar ketiga

mandibula pada bulan 1,3 dan 6.

1.4 Manfaat

1.4.1. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui perbedaan secara klinis dan radiografi terhadap proses

penyembuhan luka pada tindakan odontektomi molar ketiga mandibula

2. Dapat meminimalkan komplikasi secara klinis pada proses odontektomi

molar ketiga mandibula.

3. Untuk mengetahui peran dan efek biologis dari penggunaan PRF dalam

akselerasi growth factor dalam penyembuhan setelah odontektomi molar

ketiga mandibula.

4. Sebagai tambahan wawasan bagi dokter gigi/dokter gigi spesialis tentang

peran penggunaan PRF dalam ilmu bidang Bedah Mulut dan

Maksilofasial.

5. Sebagai pengembangan ilmu dan dunia pendidikan dan menjadi dasar

penelitian selanjutnya dibidang rekayasa jaringan dalam bidang

kedokteran gigi.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Jaringan Keras dan Jaringan Lunak

2.1.1 Anatomi Jaringan Keras

A. Struktur Tulang

Tulang merupakan suatu struktur yang memeiliki beberapa fungsi. Tulang

merupakan pendukung utama bagi kerangka tubuh, mempertahankan posisi tubuh

serta pelindung organ vital. Secara morfologis, tulang dalam struktur normal akan

dibagi menjadi dua jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekula. Kedua jenis

tulang ini tampak berbeda baik dari segi makroskopik maupun mikroskopik. Namun

secara kimiawi keduanya tampak identik.6,10,11

Tulang kortikal melapisi seluruh permukaan luar dari tulang rangka manusia.

Tulang ini memeiliki sifat keras, kokoh dan tahan terhadap gaya tarik. Tetapi rasio

kemampuan remodeling dari tulang kortikal termaksud rendah. Sebagian besar

tulang kortikal mengalami kalsifikasi dan berfungsi memberikan kekuatan mekanik

serta sebagai pelindung. Selain itu, tulang kortikal secara metabolik dapat berperan

sebagai cadangan ion kalsium.11,12

Tulang trabekula tampak mengisi 20% dari seluruh massa tulang dan

membentuk 80% permukaan dalam tulang panjang, pelvis, dan tulang datar. Sifat

yang dimiliki dari tulang trabekula antara lain tidak terlalu keras, lebih elastis, serta

mempunyai rasio yang lebih besar dari tulang kortikal, sehingga fungsi

metaboliknya tinggi.12

8
9

B. Komposisi Tulang

Komposisi tulang terdiri dari 8% air dan 92% benda padat yang tersusun atas

unsur organik, anorganik dan sel-sel tulang.

1. Unsur organik

Unsur organik yang merupakan matriks tulang tersusun dari 28% kolagen

dan 5% nonkolagen protein.

2. Unsur seluler

Terdapat tiga jenis sel utama tulang yaitu: osteoblas, osteosit dan osteklas.

3. Osteoblas

Osteoblas berfungsi dalam sintesis matriks tulang yang berperan dalam

pertumbuhan, perbaikan, dan remodeling tulang. Osteoblas berasal dari sel

yang terdapat pada lapisan dalam periosteum atau dari diferensisasi sel-sel

mesenkim.

5. Osteosit

Osteosit berasal dari osteoblas yang terperangkap dalam matriks tulang

yang mengalami mineralisasi. Sel ini berperan dalam suplai nutrisi berupa

metabolit kalsium serta oksigen

5. Osteoklas

Merupakan sel tulang yang berfungsi dalam menresorpsi tulang. Sel ini

mengandung enzim lisozim seperti asam fosfat dan katepsin. Osteoklas

yang berkontak dengan permukaan tulang akan berpenetrasi ke dalam

tulang dan mengelurkan enzimnya sehingga terjadi resorpsi tulang.


10

6. Unsur anorganik

Komposisi tulang secara kimiawi terdiri dari 67% bahan anorganik

(hydroxyapatite), dimana unsur utamanya berupa garam anorganik

hidroksiapatit kristalin, Ca10(PO4)6(OH)2. Kristal tulang ini tersusun sejajar

dengan sumbu serat kolagen.

2.2 Anatomi Jaringan Lunak

2.2.1 Anatomi Mukosa

A. Struktur Mukosa

Mukosa rongga mulut adalah jaringan yang melapisi rongga mulut, terdiri

dari dua bagian yaitu epitel dan lamina propia. Lamina propia mengandung serabut

kolagen, serabut elastin, retikulin, dan jaringan ikat. Lapisan dibawah lamina propia

adalah lapisan submukosa yang merupakan jaringan ikat yang mengandung lemak,

pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.2,12,13

Epitel rongga mulut tersusun dari sel skuamosa bertingkat, mirip dengan

yang ditemukan pada bagian tubuh lain dengan aktivitas turn over yang dimulai dari

sel basalis. Turn over atau indeks maturasi adalah perbandingan antara sel basal-

parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial. Sel superfisial adalah lapisan terluar

dari epitel yang paling mudah terlepas dari permukaan. Ketebalan mukosa rata-rata

40-50 lapisan sel atau sekitar 500-800 µm.13,14

Mukosa mulut menurut letak dan strukturnya terbagi menjadi lining

mucosa, masticatory mucosa dan specialized mucosa. Lining mucosa yang terdapat

di bukal, labial bagian dalam, muccobucal fold, ventral lidah, bawah lidah, serta

palatum mole. Lining mucosa tersusun atas epitel skuomosa berlapis atau epitel
11

gepeng berlapis tanpa keratin. Masticatory mucosa yang berperan pada proses

penguyahan, ditemukan pada gingiva, palatum durum, dan linggir alveolar. 15,16

Masticatory mucosa disusun dari epitel skuamosa berlapis berkeratin

dengan keratin yang umumnya mengalami piknosis, sedangkan specialized mucosa

terutama terdapat di dorsal lidah dan membentuk berbagai papilla yang pada

dasarnya tersusun atas epitel skuamosa berlapis berkeratin. Struktur dan fungsi

mukosa mulut bersifat transisi antara kulit dan mukosa traktus gastrointestinal.

Mukosa mulut menyerupai mukosa intestin karena secara konstan dibasahi oleh

cairan mucus dan lapisan epitelnya memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.

Mukosa mulut juga menyerupai kulit karena memiliki lapisan epitel berlapis gepeng

yang dibanyak region mempunyai lapisan keratin.16,17

2.3 Proses Penyembuhan Luka

Aspek yang tidak kalah penting setelah prosedur pembedahan adalah

penyembuhan luka dimana setelah terjadi proses tersebut, tubuh melepaskan faktor-

faktor untuk mencegah terjadinya infeksi dan memulai proses penyembuhan luka.

Luka jaringan dapat disebabkan karena kondisi patologis maupun karena trauma.

Operator memegang peranan penting dalam pengendalian kerusakan jaringan

secara patologis seperti terjadinya proses infeksi dan inflamasi setelah prosedur

pembedahan. Operator juga dapat menciptakan keadaan yang menguntungkan

maupun merugikan dalam jumlah dan tingkat keparahan trauma yang kemudian

akan meningkatkan atau menghambat proses penyembuhan luka. 18,19


12

2.3.1 Proses Penyembuhan Luka Jaringan Keras

Pada proses penyembuhan fraktur tulang terdapat fase penyembuhan primer

dan sekunder, sebagai berikut :

1. Penyembuhan primer.

1.1 Penyembuhan pada celah (Gap Healing)

Meskipun fiksasi stabil pada fragmen fraktur, biasanya reduksi anatomis

yang sempurna jarang terjadi. Pada beberapa bagian segmen tulang dapat terbentuk

celah yang kecil. Pada bagian ini akan terjadi proses penyembuhan dalam waktu

beberapa hari setelah fraktur. Pembuluh darah dari periosteum, endosteum, dan

sistem havers akan menginvasi celah dan membawa sel-sel osteoblastik mesenkim

yang akan mendeposit tulang pada fragmen fraktur tanpa melalui pembentukan

kalus. Bila fragmen fraktur kurang dari 0,3 mm, tulang lamelar akan langsung

terbentuk. Sementara itu celah berukuran antara 0,5 - 1,0 mm akan terisi oleh

“woven bone” selanjutnya dalam ruang trabekula akan terisi oleh tulang lamela.

Dalam waktu 6 minggu, tulang lamelar akan tersusun tegak lurus terhadap fragmen

fraktur, kemudian proses remodeling akan berubah sejajar dengan sumbu tulang.

1.2 Penyembuhan kontak (contact healing)

Penyembuhan kontak terjadi pada fragmen fraktur yang tidak terjadi

kontak. Proses ini terjadi melalui regenerasi tulang dimana terjadi aktivitas

osteoklas pada bagian fraktur yang menyediakan tempat untuk pertumbuhan dan

proliferasi osteoblas guna membentuk tulang baru. Rekonstruksi lengkap dari

korteks tulang memerlukan waktu hingga 6 bulan.

2. Penyembuhan sekunder
13

2.1 Tahap awal

Fraktur tulang akan menimbulkan reaksi inflamasi disertai dengan

pengaktifan sistem pertahanan tubuh yang menginduksi pelepasan sejumlah

angiogenik vasoaktif sehingga terjadi vasodilatasi dan edema dalam beberapa jam.

Perdarahan pada pembuluh darah endosteum, periosteum dan sistem havers

menyebabkan hematoma dan fragmen tulang mengalami deposit tulang oleh sel-sel

osteoblas dari periosteum, sedangkan sumsum tulang akan mengalami degenerasi

lemak. Hematoma yang terjadi mengandung eritrosit, fibrin, makrofag, limposit,

PMN, mastosit dan platelet. Platelet akan berdegranulasi melepaskan PDGF serta

FGF (Fibroblastic Growth Factor) yang bersifat kemoatraktan dan mitogenik

sehingga dalam waktu 8 - 12 jam akan terjadi proliferasi selular lapisan luar

periosteum seperti osteoblas, fibroblas, dan sel kondrogenik. Setelah itu, terjadi

pembentukan kapiler serta kolagen yang berasal dari fibroblas membentuk jaringan

granulasi. Keadaan ini memicu aktivitas sel makrofag untuk membersihkan

jaringan nekrotik.

2.2 Tahap kalus kartilogenus (soft callus)

Pada hari ketiga sampai kelima jaringan granulasi akan berkondensasi

membentuk kalus yang terjadi baik internal maupun eksternal. Fibroblas bermigrasi

dan membentuk kolagen selanjutnya berdiferensiasi menjadi kondroblas yang

membentuk kartilago. Kemudian, terjadi kalsifikasi kartilago yang menyebabkan

kondroblas berubah menjadi kondrosit. Osteoblas bertambah banyak dan osteoklas

mulai nampak. Kalus yang terbentuk akan menstabilkan ujung fragmen fraktur

sehingga menguatkan tulang. Kalus kartilagenous terisi oleh pembuluh darah yang
14

akan meningkatkan tekanan oksigen dan nutrisi sehingga memacu aktivitas

osteoblas.

2.3 Tahap kalus tulang (hard callus)

Proses ini terjadi dalam waktu 3 - 4 minggu. Osteoblas akan mendepositkan

osteoid pada kartilago yang mengalami kalsifikasi. Kemudian, osteoid mengalami

kalsifikasi menjadi tulang yang tersusun acak (woven bone) yang selanjutnya

berubah menjadi tulang lamela pada tahap remodeling. Terdapat beberapa jenis

kalus tulang primer yang dikelompokkan berdasarkan pada letak atau berdasarkan

pada fungsi dan urutan pembentuknya.

 Anchoring Callus, terbentuk jauh dari fragmen fraktur dan mendekati ke

arah bridging callus. Berfungsi untuk menjamin hubungan antara

keseluruhan kalus dengan fragmen tulang. Sel-sel jaringan ikat pada

daerah ini akan berdiferensiasi menjadi osteoblas dan menghasilkan

substansia spongiosa yang melekat erat dengan permukaan tulang.

 Sealing Callus berfungsi menutupi rongga sumsum yang terbuka dan

berkembang dari bagian dalam korteks tulang. Volumenya semakin

meningkat mendekati garis fraktur membentuk lepeng tulang yang

menutupi rongga sumsum. Terbentuk akibat proliferasi endosteum dan

membentuk trabekula tulang yang susunannya tidak teratur.

 Bridging Callus berfungsinya sebagai jembatan dari kedua fragmen

fraktur dan volumenya paling banyak jika dibandingkan dengan jenis

kalus lainnya. Saat pembentukan anchoring callus, terjadi pula

diferensiasi pada daerah bridging callus fibrokartilago, kartilago hialin,


15

ossifikasi (pada saat substansia spongiosa anchoring callus telah mencapai

kartilago) hingga membentuk tulang baru.

 Uniting callus terbentuk sepanjang garis fraktur dan berfungsi

menyambungkan kedua fragmen fraktur. Osifikasi terjadi pada jaringan

ikat diantara fragmen fraktur dan juga osifikasi tersebut dapat terjadi

secara langsung.

2.4 Tahap remodeling

Osteoklas dan osteoblas merupakan sel yang sangat berperanan dalam

remodeling tulang. Dalam remodeling akan terjadi resorpsi tulang oleh osteoklas

danpelepasan protein morphogenetik tulang (BMP) bersifat mitogenetik yang akan

menginduksi diferensiasi sel-sel mesenkim menjadi osteoblas untuk pembentukan

tulang sehingga kontur tulang kembali pulih.17,19

2.3.2 Proses Penyembuhan Luka Jaringan Lunak

Proses pengembalian integritas jaringan disebut penyembuhan luka. Proses

ini meliputi tiga fase.

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi dimulai pada saat terjadinya luka pada jaringan. Jika tidak

ada faktor yang memperparah inflamasi, fase ini berlangsung selama 3-5 hari. Tiga

hal utama yang terjadi pada fase ini adalah.

1. Peningkatan aliran darah pada daerah infeksi

2. Peningkatan permeabilitas kapiler yang disebabkan melebarnya sel-sel endotel.

Hal ini memungkinkan molekul-molekul yang besar dapat melewati endotel

sehingga mediator-mediator imunitas dapat mencapai daerah infeksi.


16

3. Lekosit (PMN dan makrofag) berpindah dari kapiler ke daerah terinfeksi.

Proses perpindahan ini dinamakan proses kemotaksis.

Fase inflamasi dibagi menjadi dua fase, fase vaskuler dan seluler. Fase

vaskuler dimulai dengan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah dimana terjadi

proses perlambatan aliran darah pada daerah luka dan terjadi peningkatan

pembekuan darah. Dalam beberapa menit histamin dan prostaglandin dirangsang

keluar oleh sel-sel darah putih yang menyebabkan vasodilatasi dan terbukanya

ruangan kecil diantara sel-sel endotel sehingga plasma dan lekosit dapat keluar dan

menempel pada daerah luka. Fibrin yang berasal dari transudat plasma

menyebabkan penyumbatan limfatik dan transudat plasma ini terkumpul di daerah

luka, berfungsi sebagai pelarut antigen.

Tanda-tanda utama inflamasi adalah:

* kemerahan (rubor)

* pembengkakan (tumor)

* peningkatan suhu tubuh (kalor)

* nyeri (dolor)

* kehilangan fungsi (functio laesa)

Pembengkakan dan peningkatan suhu tubuh disebabkan vasodilatasi

pembuluh darah yang menyebabkan pembengkakan oleh akibat terkumpulnya

cairan transudat di daerah infeksi, nyeri dan functio laesa disebabkan histamin,

kinin, dan prostaglandin yang dikeluarkan oleh lekosit dan juga peningkatan

tekanan yang disebabkan edema jaringan.


17

Fase seluler dipicu oleh aktivasi komplemen serum yang disebabkan trauma

pada jaringan. Faktor komplemen serum ini bertindak sebagai faktor kemotaksis

dan menyebabkan PMN lekosit (netrofil) menempel pada sisi pembuluh darah.

PMN kemudian berpindah menembus dinding pembuluh darah (diapedesis).

PMN, terutama netrofil, merespon sinyal adanya luka dan mulai aktif dalam 24 –

48 jam setelah terjadinya luka. Apabila terjadi kontak dengan benda asing,

misalnya bakteri, netrofil mengeluarkan enzim lisosom yang bekerja untuk

menghancurkan bakteri dan benda asing lainnya serta untuk melarutkan jaringan

nekrotik. Pelarutan debris juga dibantu monosit, seperti makrofag, yang

memfagositosis benda asing dan jaringan nekrotik. 19,20

Limfosit yang terkumpul pada daerah luka terdiri dari limfosit B dan T.

Limfosit B berfungsi mengenali bahan-bahan antigen, menghasilkan antibodi dan

membantu fungsi lisis. Limfosit T terbagi atas tiga grup:

a. helper T cells, berfungsi menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel B

b. suppressor T cells, berfungsi mengatur fungsi helper T cells

c. cytotoxic (killer) T cells, berfungsi melisiskan sel-sel

Fase inflamasi kadang-kadang disebut lag phase karena merupakan fase

yang sedikit memberi perubahan pada kekuatan penyembuhan jaringan. Zat yang

berhubungan dengan penyembuhan pada fase ini adalah fibrin yang memiliki

kekuatan kecil terhadap penyembuhan.

2. Fase Fibroplastik

Jalinan fibrin membentuk kisi-kisi tempat fibroblas, membentuk zat-zat

mukopolisakarida untuk menyatukan serat-serat kolagen. Fibroblas menjadi sel


18

yang paling dominan dalam penyembuhan luka dalam rentang waktu 10 – 14 hari

setelah terjadinya luka (Topazian, 2002). Fibroblas juga mengeluarkan fibronektin

yang berfungsi menstabilisasi fibrin, membantu mengenali benda-benda asing yang

harus dikeluarkan oleh sistem imun, dan membantu makrofag dalam fungsi

fagositosis.20

Jalinan fibrin juga digunakan pembuluh darah kapiler baru untuk

menyeberang ke tepi luka. Dengan bertambahnya sel-sel baru, terjadi proses

fibrinolisis, yang ditimbulkan oleh plasmin yang dibawa pembuluh darah kapiler

baru, berfungsi membuang jalinan fibrin yang sudah tidak perlu. Fibroblas

menghasilkan tropocollagen yang memproduksi kolagen. Pada mulanya kolagen

diproduksi berlebih untuk memperkuat penyembuhan luka yang telah dibentuk

fibrin. Kekuatan penyembuhan terus meningkat dalam kurun waktu 2-3 minggu.

Secara klinis, pada akhir fase fibroplastik, luka akan terasa kaku karena

penumpukan kolagen, eritematous karena vaskularisasi yang tinggi, dan memiliki

kekuatan 70% - 80% kekuatan daripada kekuatan jaringan normal.6,18

3. Fase Remodeling

Merupakan fase terakhir penyembuhan luka jaringan lunak dan kadang-

kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini banyak serat kolagen yang telah

terbentuk secara acak sebelumnya dihancurkan dan diganti serat kolagen baru.

Kekuatan penyembuhan mencapai 80% - 85% dibandingkan jaringan normal. Pada

saat metabolisme luka berkurang, vaskularisasi juga menurun, sehingga

mengurangi eritema.
19

Epitelialisasi terjadi bersamaan dengan proses perbaikan dermis. Sel yang

paling berperan adalah keratinosit. Sel-sel ini bermigrasi dan berproliferasi untuk

memperbaiki epitel yang menutupi luka. Proliferasi sel-sel epitel dipengaruhi oleh

faktor-faktor:

* TGF-β : Transforming Growth Factor-β

* PDGF : Platelet-Derived Growth Factor

* PAF : Platelet-Activating Factor

* Fibroblast growth factor

Aplikasi dari faktor-faktor diatas dalam penyembuhan luka adalah dengan

menarik makrofag dan fibroblas ke daerah luka dan untuk merangsang

keratinosit.

2.4 Growth factor/ Faktor Pertumbuhan

Growth factor adalah suatu substansi yang terbentuk secara alami dan

mempunyai kemampuan untuk merangsang pertumbuhan sel, poliferasi dan

diferensiasi sel GF diperlukan dalam regulasi segala macam proses sel. GF pada

umumnya akan bertindak sebagai pemberi sinyal antara sel-sel seperti sitokin dan

hormon yang berhubungan dengan reseptor spesifik pada permukaan sel targetnya

dan mendorong diferensiasi dan maturasi sel. Masing-masing GF mendorong

diferensiasi dan maturasi sel yang bervariasi. Beberapa contoh GF antara lain BMP

yang berfungsi menstimulasi diferensiasi sel tulang serta FGF dan VEGF yang

berfungsi menstimulasi diferensiasi sel tulang serta FGF dan VEGF yang berfungsi

menstimulus diferensiasi pembuluh darah (angiogenesis)


20

Faktor Pertumbuhan Osteogenesis Angiogenesis


FGF + +
TGF-β + +
BMP + +
IGF + +
PDGF + +
VEGF + +
HGF + +
Eritropoietin + +
Growth Hormone + +
Hormon Paratiroid + +
Tabel 2.1. Growth factor yang berperan dalam osteogenesis dan angiogenesis
(sumber tabel:Bai Y, Yin G, Huang Z, et al. Localized delivery of growth factors
for angiogenesis and bone formation in tissue engineering. Int.
Immunopharmacol. 2013;16(2):214–223)

Pada proses penyumbuhan tulang diperlukan koordinasi dari beberapa

sistem didalam tubuh seperti migrasi, diferensiasi dan aktivasi sel termasuk di

dalamnya sel jaringan lunak. Sistem vaskularisasi memerlukan oksigen, nutrisi, dan

faktor pertumbuhan yang akan dipergunakan untuk pembentukan awal suatu

penyembuhan.22

Angiogenesis merupakan awal dari suplai darah periosteum setelah

dilakukannya tindakan bedah. Tanda intraseluler antara sel pembentuk pembuluh

darah dan sel pembentuk tulang seperti IL-1, IL-6, TNF-a, FGF, IGF, PDGF,

VEGF, BMP dan TGF-ß memegang peranan penting pada integritas, proses

perkembangan, dan remodeling tulang.

Proses osifikasi yang dimaksud sebagai bone remodeling adalah suatu

proses fisiologis yang kompleks meliputi osteoblas, osteoklas, kondroblas,

fibroblas, dan sel endotel. Regenerasi dan kalsifikasi tulang akan terbentuk

secara seimbang dalam pembentukan tulang oleh osteoblas dan resorpsi tulang

oleh osteoklas.18,19
21

2.5 Platelet Rich Fibrin (PRF)

Pada dekade terakhir ilmu rekayasa jaringan atau tissue engineering

tumbuh pesat dalam bidang kedokteran termaksud bidang ilmu bedah mulut dan

maksilofasial terutama pada proses penyembuhan jaringan. Beberapa penyebab

patologi dapat menyebabkan terbentuknya suatu defek. PRF merupakan

generasi kedua dari platelete concentrate. PRF pertama kali diperkenalkan oleh

Dohan dan kawan-kawan. PRF dapat digunakan untuk meningkatkan

penyembuhan jaringan keras maupun lunak.19,20

Growth factor dilepaskan setelah aktivasi dari platelet yang terjebak

dalam matriks fibrin. Hal ini dapat meningkatkan penyembuhan jaringan lunak

dan keras. PRF merupakan pengembangan terakhir dan terbaru dari platelet

concentrate. Proses penyumbuhan jaringan lunak dan keras terjadi pada proses

intra dan ekstraseluler, yang mana ditandai oleh pemberian sinyal oleh

protein.13,20

Platelet diperkirakan mempunyai peran penting bukan hanya dalam

hemostasis namun juga pada proses penyembuhan jaringan. Platelet sendiri

tersusun dari fragmen sitoplasma yang mengandung α-granules dengan bentuk

oval berdiameter 200-500 nm membentuk intraseluler vital protein pada

penyembuhan jaringan. Hal ini termasuk PDGF, dan IGF-I.20,24

Penggunaan autologous platelet concentrate telah banyak dikembangkan

dalam bidang bedah mulut dan maksilofasial. Generasi pertama yang

diperkenalkan adalah PRP sedangkan generasi kedua adalah PRF. PRP

pertamakali diperkenalkan tahun 1998 oleh Marx dkk di Perancis. PRP seringkali
22

digunakan pada bedah rekonstruksi mandibula. Pembentukan PRP sendiri terdiri

oleh fibrin dan growth factor dari platelet. Dari komposisi ini PRP akan menjadi

sumber growth factor. Growth factor ini akan memberikan efek kemotaksis dan

mitogenik untuk mengawali fungsi selular pada proses penyembuhan jaringan,

regenerasi, dan proliferasi sel. PRP sendiri dibentuk melalui tahap sentrifugasi

bertingkat, sehingga tercipta tiga lapisan yakni platelet poor plasma, platelet rich

plasma dan sel darah. Lapisan platelet rich plasma yang didapatkan kemudian

dicampur bovine trombin dan kalsium klorit 10% untuk pelepasan growth factor.20

Platelet yang dicampurkan pada bidang cangkok ataupun bidang post

pembedahan akan menghasilkan penyembuhan regeneratif. Bekuan darah yang

terbentuk yang terdiri dari 90% sel darah merah, 5% platelet dan dikurangi 1% sel

darah putih serta sejumlah serat-serat fibrin. Bekuan darah PRP ini terdiri atas 4%

sel darah merah, 95% platelet dan 1% sel darah putih. PRP memiliki keterbatasan

atau kekurangan seperti ketidakseragaman protokol persiapan PRP (beda platelet

concentrate, beda waktu penyimpanan), pelepasan growth factor hanya dalam

waktu yang singkat, dan penambahan bahan akselerator dapat menimbulkan respon

antibodi dan koagulopati. 16,20

Berbeda dengan PRP, PRF tidak memerlukan campuran antikoagulan, bovine

trombin atau agen gel lainnya. PRF merupakan autologous matriks fibrin yang

mengandung banyak platelet dan sitokin leukosit.

Sitokin yang terkandung dalam PRF memiliki peran yang penting dalam

penyembuhan luka. Polimerisasi PRF pada luka meningkatkan kadar sitokin dalam

kerangka fibrin pada luka. Oleh karena sitokin ini terperangkap dalam kerangka
23

fibrin, sitokin akan memiliki waktu yang lebih lama sebelum terdegradasi, sehingga

dapat membantu proses penyembuhan luka.36

Matriks tiga dimensi yang terbentuk dari PRF dan PRP juga mempengaruhi

kinerja PRF dalam luka. Pada proses gelling dari PRF, fibrin dapat tersusun menjadi

dua jenis, yaitu bilateral junction dan equilateral junction. Pada PRP akan terjadi

equilateral junction dengan konsentrasi thrombin yang kuat sehingga terjadi

struktur fibrin yang keras dan tidak dapat menjebak sitokin, sedangkan pada PRF

akan terjadi bilateral junction dengan konsentrasi thrombin yang lemah, sehingga

membuat struktur fibrin yang lebih fleksibel dan halus yang dapat menjebak sitokin.

Oleh karena itu, PRF memiliki durabilitas yang lebih baik dan kemampuan

mengeluarkan sitokin yang lebih baik juga. 36

Konsentrat PRP PRGF L-PRF A-PRF


platelet
Generasi 1 1 2 2
Penggunaan Menggunakan Menggunakan Tidak Tidak
Antikoagulan (CPDA) (Natrium sitrat)
Aktivasi Kalsium Kalsium klorida Tidak Tidak
koagulasi glutamat/thrombi
n sapi
Protokol 900/5+1500/15, 1850/5, tabung 2700/12, tabung kaca 1500/14, tabung
(rpm/menit) dan tabung plastic plastik kaca
tabung
sentrifugasi
Biaya Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Membran fibrin - Ada Ada Ada
Pembuatan - Diinduksi Fisiologis Fisiologis
membran fibrin
Leukosit Tidak diketahui 0% 50-65% 50-65% dengan
predominasi
neutrofil
Bentuk sediaan Gel Cairan Plug (Untuk Plug (Untuk
Bekuan pengisian alveolar) pengisian alveolar)
Supernatan Eksudat Eksudat
Membran Fibrin Membran fibrin Membran fibrin
Table 2. perbandingan biologis konsentrat antara generasi pertama dan kedua
(Sumber: From platelet-rich plasma to advanced platelet-Rich Fibrin: Biological
Achievements and Clinical Advances in Modern Surgery. Eur J Dent
2019;13:280-286)
24

PRF terbukti lebih baik dibandingkan dengan PRP dalam merangsang

pertumbuhan osteoklast. Penelitian membuktikan bahwa PRF memiliki

kemampuan aktivasi TGFβ dan PDGF-AB yang lebih tinggi dibandingkan dengan

PRP. PRF memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan PRP sehingga

pengeluaran faktor pertumbuhan PRF memiliki waktu yang relatif lebih lama

dibandingkan dengan PRP.35

2.6 Peranan Platelet Rich Fibrin dan Aktivasi Leukosit

PRF concentrate tersusun oleh platelet, sitokin dan matriks fibrin. Peranan

penting secara biologis dimiliki oleh leukosit dan platelet. Degranulasi dari platelet

akan melepaskan sitokin yang memiliki kemampuan untuk merangsang terjadinya

migrasi sel dan poliferasi pada matriks fibrin yang memulai tahap awal proses

penyembuhan. Matriks fibrin akan mendukung elemen-elemen tersebut yang

bertanggung jawab dalam proses terapi dari PRF.

2.7 Peranan dan fungsi dari matriks fibrin

Fibrin merupakan bentuk aktivasi dari fibrinogen yang terdapat pada plasma

ataupun α-granules dari platelet. Fibrin berperan panting dalam agregasi platelet

maupun sistem hemostasis. Proses poliferasi dari fibrin terbentuk pada saat

proses sentrifugasi. Matriks fibrin yang terbentuk pada PRF bersifat fleksibel,

elastis, dan sangat kuat. Matriks fibrin yang fleksibel ini memiliki kemampuan

untuk mendukung sitokin dan migrasi sel. Hal ini mengakibatkan peningkatan

dari masa hidup sitokin yang dilepaskan dan berguna dalam remodeling

matriks. Sitokin sangat dibutuhkan untuk memicu terjadinya penyembuhan.11,7


25

Matriks fibrin yang terbentuk pada PRF berbeda dengan PRP dimana

terbentuk hubungan bilateral sehingga sangat rigid. Hal ini tidak menyebabkan

sitokin terjebak dan terjadi migrasi seluler. Pemberian trombin pada PRP

menyebabkan terbentuknya polimerisasi yang rigid. Fibrin memiliki peranan

penting seperti angiogenesis, respon imun, mesenchymal stem cells dan

jaringan tulang.8,23

Persiapan dari PRF sesuai dengan protokol yang dibuat oleh Choukroun

dkk di Nice, Perancis. Protokol ini sangat sederhana. Alat-alat yang dibutuhkan

antara lain adalah table centrifuge, 10 mL dry glass test tube (tanpa

antikoagulan) dan darah. Darah yang diperoleh di sentrifugasi selama 10 menit

dalam 3000 rpm, atau 12 menit dalam 2700 rpm. Karena tidak adanya

antikoagulan, darah akan cepat mengalami koagulasi oleh karena itu harus cepat

di aplikasi. Setelah itu akan terbentuk 3 lapisan. Lapisan pertama (bagian

bawah) berisi red blood base, lapisan kedua (ditengah) merupakan PRF, dan

lapisan ke tiga (paling atas) merupkan plasma. Polimerisasi secara natural

menghasilkan matriks fibrin yang bersifat natural dengan adanya substansi

platelet dan leukosit growth factor yang melekat.

Gambar 2.1 Platelet-Rich Fibrin concentrate (PRF)


27

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Struktur anatomi rongga mulut terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak.

jaringan lunak berupa mukosa yang terdiri dari epitel sel skuamosa bertingkat dan

lamina propria yang mengandung serabut kolagen, elastin, retikulin, dan jaringan

ikat dan Jaringan keras mulut terdiri dari tulang kortikal dan tulang trabekular.

Kedua tulang ini memiliki struktur yang berbeda, namun secara selular, kedua jenis

tulang ini memiliki tiga komponen, yaitu osteosit, osteoklas, dan osteoblast. Fase

penyembuhan mukosa terdiri dari tiga fase, yaitu fase inflamasi yang berlangsung

sekitar 3-5 hari, fase fibroplastik yang berlangsung selama 10-14 hari, dan fase

remodelling yang berlangsung dalam waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Pada proses trauma dan pembedahan, tulang akan mengalami proses penyembuhan

melalui dua jenis penyembuhan, yaitu penyembuhan primer dan penyembuhan

sekunder.

Tata laksana impaksi gigi adalah odontektomi. Odontektomi akan

menyebabkan perlukaan pada jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut yang

memicu proses penyembuhan melalui fase-fase di atas. Pada proses penyembuhan,

terjadi pelepasan growth factors seperti TGFβ, PDGF, VEGF, IGFI, FGF, dan EGF.

Growth factors ini akan memicu regenerasi jaringan dan proses penyembuhan

27
28

Konsep pemberian platelet rich plasma didapatkan oleh karena platelet yang

teraktivasi akan melepaskan growth factor, yang dapat meningkatkan penyembuhan

baik jaringan lunak maupun jaringan keras. Penelitian membuktikan bahwa PRF

dapat meningkatkan proses penyembuhkan sehingga mempercepat penyembuhan

luka pasca odontektomi.

Gambar 3.1. Kerangka teori


29

3.2 Kerangka Konsep

Odontektomi merupakan proses pembedahan yang akan menyebabkan

defek baik jaringan lunak dan jaringan keras. Penelitian membuktikan bahwa

aplikasi PRF dapat meningkatkan perbaikan proses penyembuhan pada pasien.

Terdapat dua parameter yang dapat dilihat untuk menentukan perbaikan pada

pasien, yaitu gejala dan tanda pasca operasi seperti nyeri, pembengkakan, trismus,

jaringan periodontal, dan penyembuhan tulang, serta parameter radiografis. Secara

teori, pemberian PRF pada pasien akan meningkatkan proses penyembuhan pada

pasien.

Odontektomi

Defek

Aplikasi PRF Tanpa Aplikasi PRF

Klinis Radiografi

Nyeri, Trismus, Jar. Trabekular Skor Overal Density


Periodontal, Edema

Ket: Independen
Dependen

Gambar3.2 Kerangka Konsep


30

3.3 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan pada grup yang diberikan PRF dibandingkan dengan

grup kontrol tanpa PRF secara klinis setelah prosedur pembedahan gigi molar

ketiga mandibula yaitu (Nyeri, Pembengkakan, Trismus, Jaringan Periodontal)

pada hari ke 1,3,5 dan 7

Terdapat perbedaan hasil secara radiografis pada pemeriksaan

Ortopantomogram setelah proses pengangkatan molar tiga mandibula dengan

pemberian PRF dibandingkan dengan kelompok kontrol pada bulan ke 1, 3, dan 6

bulan.
30

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tidak tersamar dengan

menggunakan desain the post test only control group design untuk mengetahui

perbandingan tanda dan gejala klinis serta hasil radiografis dari subyek yang

menjalani proses proses pengangkatan molar ketiga mandibula di Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Universitas Hasanuddin.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021-Februari 2022.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

4.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Platelet Rich Fibrin dan kontrol

Variabel terikat : Tanda klinis dan gejala pasien serta hasil radiografis

Variabel Kendal : Kondisi basal subyek, prosedur bedah pada subyek,

waktu pengambilan data pada subyek selama

penelitian, pengobatan pasien post pembedahan

30
31

4.3.2 Definisi Operasional Penelitian

1. Platelet Rich Fibrin

Produk konsentrat platelet generasi kedua yang dibuat dengan sentrifugasi

darah perifer.

2. Kontrol

Prosedur pembedahan standar tanpa penambahan PRF.

3. Tanda klinis dan gejala pasien

Nyeri, Pembengkakan, Trismus, Jaringan Periodontal, dan penyembuhan

tulang pada subyek penelitian yang dinilai pada hari ke 1, 3, 5, dan 7 setelah

proses pengangkatan molar tiga mandibula yang dinilai oleh peneliti dan

satu pengamat lain secara terpisah.

4. Hasil radiografis

Hasil dari pemeriksaan Ortopantomogram yang dinilai pada bulan ke 1, 3

dan 6 setelah proses pengangkatan molar tiga mandibula yang dinilai oleh

peneliti dan satu pengamat yang berkompeten lain secara terpisah.

5. Kondisi basal subyek

Kondisi subyek penelitian sebelum tindakan operasi pengangkatan molar

tiga mandibula tidak memiliki perbedaan bermakna sehingga menyebabkan

perbedaan luaran klinis dan hasil radiografis.

6. Prosedur bedah pada subyek

Seluruh subyek menjalani operasi pengangkatan molar tiga mandibula.


32

4.4 Teknik dan Besar Sampel dalam Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil evaluasi

tanda dan gejala klinis (Nyeri, Pembengkakan, Trismus, Jaringan Periodontal, dan

Penyembuhan tulang secara radiografi) setelah proses pengangkatan molar tiga

mandibula dengan pemberian PRF dibandingkan dengan kelompok kontrol pada

hari 1,3,5 dan 7, maka penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan variabel

luaran berupa data kategorik. Rumus besar sampel yang digunakan adalah rumus

besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak berpasangan.

Selanjutnya, berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan

hasil secara radiografis pada pemeriksaan Ortopantomogram dan setelah proses

pengangkatan molar tiga mandibula dengan pemberian PRF dibandingkan dengan

kelompok kontrol pada periode 1, 3, dan 6 bulan, maka penelitian ini merupakan

penelitian analitik dengan variabel luaran berupa data kategorik. Rumus besar

sampel yang digunakan adalah rumus besar sampel untuk penelitian analitik

kategorik tidak berpasangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1 − 𝑃2

Keterangan:

n1 = n2 = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Zα = Derivat baku alfa pada derajat kepercayaan 95 % (α = 5%, Zα = 1,96)

Zβ = Deviasi baku beta (β = 20%, Zβ = 0,84)

P2 = Prevalensi komplikasi klinis odontektomi berdasar penelitian


33

sebelumnya adalah 2,6% = 0,026

Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,026 = 0,974

P1 = P2 + 0,40 = 0,026 + 0,40 = 0,426

Q1 = 1 - P1 = 1 - 0,424 = 0,574

P = Proporsi total = ( P1 + P2 ) / 2 = (0,426+0,026)/2 = 0,226

Q = ( 1 - P ) = (1-0,226) = 0,774

2
1,96√2.0,226.0,774 + 0,84√0,426.0,574 + 0,026.0,974
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
0,426 − 0,026

𝑛1 = 𝑛2 = 15,91 ≈ 16 subyek

Selanjutnya, berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan

hasil secara radiografis pada pemeriksaan Ortopantomogram dan setelah proses

pengangkatan molar tiga mandibula dengan pemberian PRF dibandingkan dengan

kelompok kontrol pada periode 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan, maka penelitian ini

merupakan penelitian analitik dengan variabel luaran berupa data kategorik. Rumus

besar sampel yang digunakan adalah rumus besar sampel untuk penelitian analitik

kategorik tidak berpasangan.


2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1 − 𝑃2

Keterangan:

n1 = n2 = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Zα = Derivat baku alfa pada derajat kepercayaan 95 % (α = 5%, Zα = 1,96)

Zβ = Deviasi baku beta (β = 20%, Zβ = 0,84)


34

P2 = Prevalensi komplikasi radiologis odontektomi pada lapisan

periosteum berdasar penelitian sebelumnya adalah 80% = 0,8

Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,80 = 0,20

P1 = P2 + 0,25 = 0,80 + 0,25 = 1,05

Q1 = 1 - P1 = 1 - 1,05 = -0,05

P = Proporsi total = ( P1 + P2 ) / 2 = (1,05+0,8)/2 = 0,925

Q = ( 1 - P ) = (1-0,925) = 0,075
2
1,96√2.0,925.0,075 + 0,84√1,05. −0,05 + 0,8.0,2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
1,05 − 0,8

𝑛1 = 𝑛2 = 16,17 ≈ 17 subyek

Akibat perbedaan perhitungan sampel dari kedua bagian penelitian,

peneliti mengajukan jumlah sampel sejumlah 17 subjek dengan tambahan 10%

sebagai antisipasi sampel drop-out. Sehingga didapatkan jumlah sampel akhir 19

subjek, baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Oleh karena itu,

dibutuhkan total sampel sebanyak 38 subjek penelitian. Dari keseluruhan subjek

penelitian, dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek dalam kelompok

perlakukuan atau kontrol.

4.5 Kriteria Sampel

4.5.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien menyetujui dan menandatangani informed consent

2. Pasien dengan umur 18-40 tahun


35

3. Pasien yang membutuhkan tindakan pembedahan molar ketiga

mandibula karena impaksi dengan tingkat kesulitan rendah-sedang

4.5.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien yang tidak setuju untuk masuk dalam sampel penelitian

2. Pasien yang tidak mengikuti pemeriksaan dan evaluasi hingga akhir

sesuai prosedur penelitian

3. Pasien dengan higenitas oral yang buruk

4. Pasien merokok dan/atau rutin konsumsi alkohol

4.6 Alat dan Bahan

4.6.1 Alat

1. Scalpel

2. Blade no.15

3. Mukoperiosteum elevator

4. Needle Holder

5. Pinset Anatomis/Cirurgis

6. Knable tang

7. Cheekretractor

8. Root Elevator

9. Exodontia Forcep

10. Com Spoit

11. Black silk 4.0

12. Tampon
36

13. Alat sentrifugasi

14. 10 ml dry glass test tube (tanpa antikoagulan)

4.6.2 Bahan

1. Povidone iodine

2. Larutan anastesi

3. Spuit

4. Darah vena masing-masing subyek sebanyak 10 ml

5. Handscoen dan masker

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pengambilan darah vena

Pengambilan darah vena dilakukan pada subjek berusia 18-40 tahun yang

sebelumnya telah menyetujui dan menandatangani informed consent untuk

mengikuti penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan

darah vena hanya dilakukan pada kelompok intervensi yang akan mendapatkan

penambahan PRF pada soket pembedahan pasca tindakan ekstraksi molar tiga

karena impaksi. Tindakan pengambilan darah vena dapat dilakukan sekitar 15 menit

sebelum prosedur pembedahan. Adapun tahapan pengambilan darah vena yang

akan dilakukan adalah sebagai berikut.

A. Pre-sampling

1. Memperkenalkan diri
37

2. Identifikasi pasien dengan menanyakan nama serta tanggal lahir.

Identitas pasien dipastikan sama dengan label pada tabung sampel yang

telah disiapkan sebelumnya

3. Penjelasan kepada pasien mengenai prosedur pengambilan vena yang

akan dilakukan beserta alasan mengapa pengambilan sampel tersebut

diperlukan

4. Memposisikan pasien untuk pengambilan darah pada vena antekubital.

Pasien dapat diminta untuk meletakkan lengannya pada meja atau lengan

kursi apabila pengambilan sampel darah dilakukan dalam posisi duduk.

5. Persiapan alat dan bahan

6. Cuci tangan menggunakan air dan sabun bila ada atau menggunakan

hand rub lalu menggunakan handschoen

B. Sampling

1. Persiapan pengambilan darah vena

a. Identifikasi vena antecubital atau vena lainnya yang dapat

diidentifikasi pada lengan pasien. Vena yang dipilih disarankan

berukuran besar, serta terletak dipermukaan sehingga mudah untuk

terlihat dan dilakukan pengambilan.

b. Area disekitar vena antecubital/vena lain yang teridentifikasi

dibersihkan menggunakan alkohol 70% dengan gerakan sirkular dari

area sentral ke perifer. Setelah dibersihkan area pengambilan darah

tidak boleh disentuh kembali

c. Turniket dipasang sekitar 3-4 inci diatas area pengambilan darah


38

d. Pasien diminta untuk mengepalkan tangannya beberapa kali untuk

membuat vena menjadi lebih tampak

2. Pengambilan darah dengan spuit

a. Kulit diatas vena yang akan ditusuk difiksasi menggunakan jari tangan

kiri agar vena tidak mudah bergerak

b. Jarum ditusukkan ke dalam vena menggunakan tangan kanan, dengan

posisi jarum parallel terhadap kulit dan lubang jarum menghadap ke

atas.

c. Darah yang masuk kedalam spuit mengindikasikan jarum berhasil

dimasukkan kedalam vena. Turniket segera dilepas begitu darah

mengisi spuit. Spuit difiksasi dengan tangan kiri dan penghisap spuit

ditarik sehingga darah mengalir kedalam spuit.

d. Dilakukan pengambilan darah vena sebanyak 10 ml

e. Jarum kemudian dicabut sambil menekan area pengambilan darah

dengan kapas alkohol

f. Bekas tusukan ditekan hingga darah tidak mengalir

g. Darah yang diambil segera dimasukkan kedalam tabung sampel darah

berukuran 10 ml tanpa antikoagulan (dry glass test tube) dan diberikan

label sesuai identitas pasien.

4.7.2 Sentrifugasi sampel darah dan pengambilan PRF gel

Sentrifugasi segera dilakukan setelah darah diambil karena

tabung sampel darah tidak menggunakan antikoagulan dan darah akan


39

cepat menggumpal. Adapun tahapan sentrifugasi sampel darah dan

pengambilan PRF gel adalah sebagai berikut:

1 Darah yang telah diambil di sentrifugasi selama 10 menit dengan

kecepatan 3000 rpm atau selama 12 menit dalam 2700 rpm pada suhu

temperature ruangan.

2 Setelah sentrifugasi akan terbentuk 3 lapisan, yakni supernatant

(lapisan paling atas) yang merupakan plasma aseluler, lapisan eksudat

yang terletak ditengah, serta red corpuscle base (sel-sel darah merah)

pada lapisan paling bawah. Lapisan eksudat berisikan gumpalan PRF

yang terperangkap dalam larutan fibrin meshes.

3 Gumpalan PRF dapat diambil dengan menggunakan pinset steril.

Gumpalan diambil hingga sekitar 2 mm dibawah batas antara PRF

dengan red corpuscle yang ada dibawahnya. Hal ini dikarenakan

platelet terlokalisasi dibawah batas antara PRF dengan red corpuscle.

Gambar 4.1. Sentrifugasi dan pemisahan PRF

4.7.3 Tindakan odontektomi

Tindakan odontektomi dapat dilakukan melalui tahapan berikut:

A. Persiapan ruang operasi, alat dan bahan


40

1. Persiapan operator dan asisten

a. Melepaskan semua aksesoris yang dapat mengganggu saat

prosedur odontektomi

b. Mencuci tangan

c. Menggunakan alat pelindung diri

2. Persiapan pasien

a. Pasien diposisikan di bawah siku operator, 110 0 terhadap lantai, dan

oklusal rahang bawah sejajar lantai

b. Pasien dijelaskan mengenai keadaan gigi serta prosedur yang akan

dilakukan

c. Pasien ditanyakan mengenai riwayat penyakit sistemik dan konsumsi

obat-obatan

d. Informed consent diambil. Tanda-tanda vital dicatat

e. Sirkum oral didisinfeksi menggunakan povidone iodin. Mukosa oral

didisinfeksi dengan menggunakan kassa yang digerakkan memutar

f. Vaseline dioleskan pada bibir pasien untuk mencegah timbulnya iritasi

g. Pasien ditutup menggunakan kain/duk steril

3. Anestesi dengan blok mandibular


41

a. Jari telunjuk menelusuri dari vestibulum premotor kemudian bergerak

naik hingga terasa linea oblik eksterna, gerakan ke arah posterior

mengarah ke medial hingga terasa cekungan hamular notch, gerakan

lagi ke medial hingga terasa linea oblik interna, kemudian fiksasi.

b. Jarum ditusukkan pada daerah yang difiksasi. Jarum dimasukkan dari

arah kontralateral permlar hingga terasa tulang. Kemudian arah jarum

diubah sejajar dengan oklusal. Jarum dimasukkan kembali hingga

posisi jarum hampil masuk seluruhnya. Jarum diarahkan kembali ke

kontra lateral. Kemudian dilakukan aspirasi untuk memastikan jarum

tidak masuk ke pembuluh darah. Deposit anestesi 1.5 cc untuk blok n.

alveolaris inferior, setengah jarum ditarik, aspirasi, deposit 0.25 cc

untuk blok n. lingualis, tarik dan keluarkan jarum.

c. Area mukobukal fold pada regio gigi impaksi di anestesi infiltrasi

sebanyak 0.25 cc untuk blok n. bucalis

4. Pasien diinstruksikan untuk berkumur dan menunggu 5-10 menit.

Kemudian anestesi dievaluasi dengan membandingkan kekebasan mukosa

pada regio yang di anestesi dengan regio lainnya

5. Pembukaan flap

Insisi dengan menggunakan scalpel black no. 15 dengan desain triangular

 Insisi dilakukan sepanjang 0.5-1 cm dari aspek distal Molar ketiga

kearah distal molar kedua. Posisi blade tegak lurus ditekan hingga

terasa tulang. Insisi dibuat miring agar tidak menciderai a. lingualis.

Insisi sirkular dilanjutkan mengelilingi bukal Molar ketiga sampai


42

mesial Molar ketiga. Inisis vertikal memotong papilla interdental

dengan distal Molar kedua (oblique 450) memanjang hingga vestibulum

bukalis.

 Refleksikan flap dengan respatorium agar tulang terlihat jelas dan

retraksi pipi dari tiap mikoperiosteal dengan minesota

6. Tulang dibuang menggunakan round bur no. 557/103 pada bagian mesial,

bukal, dan sedikit daerah distal hingga sampai servikal gigi Molar ketiga /

bifurkasi terekspos. Hindari pembuangan tulang daerah lingual untuk

mencegah cedera n. lingualis. Lakukan irigasi selama pengeburan

7. Luksasi dilakukan dengan bein dari aspek mesial gigi Molar ketiga hingga

terasa goyang. Setelah goyang esktraksi dilakukan dengan menggunakan

tang. Apabila tidak goyang maka mahkota Molar ketiga dipotong/belah

menggunakan fissure bur, bukolingual direction, meluas hingga tulang

intraradikular sehingga membentuk grove. Kemudian, bagian distal gigi

diluksasi menggunakan bein dan mesial gigi diluksasi. Segmen gigi Molar

ketiga diperiksa dan dipastikan keluar secara utuh

8. Tulang yang tajam dipotong menggunakan forceps rongeur. Permukaan

tulang dihaluskan dengan bone file. Irigasi dengan larutan saline/povidone

iodin. Kuret soket dengan kuret periapikal hingga jaringan granulasi dan

serpihan tulang terangkat, lalu irigasi kembali


43

4.7.4 Aplikasi PRF gel pada soket pembedahan

Pada kelompok intervensi dengan penambahan PRF, sebelum dilakukan

penjahitan dapat dilakukan aplikasi PRF gel pada soket pembedahan terlebih

dahulu. Besaran aplikasi PRF adalah meletakkan lapisan gel ke area luka sebelum

penjahitan.

4.7.5 Penjahitan

Penjahitan dilakukan dengan teknik interrupted suture menggunakan black

silk 4.0. Jahitan diawal dengan penjepitan mukosa bergerak menggunakan pinset

cirurgis. Kemudian jarum dimasukkan 2-3 mm dari margin flap mukosa bergerak

ke mukosa tidak bergerak. Jahitan pertama pada ujung posterior insisi. Jahitan

kedua pada papilla interdental dan jahitan ketiga pada vestibulum bukalis.

Area penjahitan kemudian dibersihkan menggunakan larutan

saline/povidone iodine. Pasien kemudian diinstruksikan untuk menggigit tampon.

Pasca operasi pasien diinstruksikan untuk,

 Menggigit kasa 30-60 menit kemudian kasa dibuang

 Tidak makan/minum selama 1 jam pertama

 Tidak berkumur/meludah terlalu kencang selama 24 jam pasca operasi

 Tidak merokok

 Tidak menghisap area operasi

 Makan menggunakan sisi gigi yang berlawanan dengan sisi operasi

 Tidak makan dan minum panas/pedas

 Minum obat sesuai instruksi

 Kontrol 1 minggu setelahnya untuk melepas jahitan


44

Pasien juga diedukasi bahwa kemungkinan akan muncul keluhan kesulitan

membuka mulut dan bengkak pada pipi, namun keluhan tersebut akan hilang

bertahap. Pasien pulang dengan diberikan bekal obat antibiotik dan parasetamol.

4.7.6 Evaluasi tanda dan gejala klinis

Evaluasi tanda dan gejala klinis meliputi nyeri, pembengkakan, trismus,

jaringan periodontal dan penyembuhan tulang dilakukan pada hari ke-1, 3, 5 dan 7

setelah operasi.

 Evaluasi nyeri dilakukan secara subjektif dengan meminta pasien untuk

menentukan tingkat severitas nyeri yang dirasakan dengan menggunakan

Visual Analogue Scale (VAS). Pasien diminta untuk menentukan derajat nyeri

dari rentang 0 (tidak sakit sama sekali) hingga 10 (sakit hebat tidak

tertahankan). Derajat nyeri kemudian akan dikelompokkan menjadi nyeri

ringan (VAS 0-3), nyeri sedang (4-7), dan nyeri berat (8-10). Selain itu, pasien

juga diminta untuk mencatat obat-obatan analgesik yang digunakan. Jenis obat-

obatan yang dikonsumsi akan dievaluasi pada saat kontrol

 Pembengkakan post-operatif dievaluasi dengan melakukan pengukuran antara

soft tissue pogonion dengan tragus telinga, kemudian dikelompokkan menjadi

mild, moderate, dan severe.

 Trismus di evaluasi dengan mengukur jarak antara ujung dari gigi seri tengah

rahang atas dengan rahang bawah pada kondisi mulut terbuka maksimal sesuai

dengan deskripsi dari Ustun dkk. Trismus kemudian dapat di tentukan grading

nya berdasarkan grading dari Govindhasamy dkk yang membagi derajat

trismus menjadi 4.
45

 Jaringan periodontal dinilai menggunakan skala Landry dan Turnbull dengan

mengevaluasi warna jaringan, respons terhadap palpasi, jaringan granulasi,

epitelisasi pada margin insisi, dan supurasi. Skala Landry dan Turnbull

memiliki 5 poin dengan peningkatan angka mengindikasikan proses

penyembuhan yang lebih baik.

Derajat Keterangan

0 Mulut terbuka > 35 mm


1 Mulut terbuka 26-35 mm
2 Mulut terbuka 16-35 mm
3 Mulut terbuka < 15 mm

Tabel 4.1 Derajat Trismus (sumber tabel: Govindhasamy G, Shanmugam S, Michael


R. Tongue-flap a good choice for intraoral reconstruction after marginal
mandibulectomy: a single institution retrospective study of 27 cases. Int J
Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2019;5:1217-21

Skor Tanda Klinis

1 – very poor  Warna jaringan: ≥ 50% gusi merah


 Respons terhadap palpasi: perdarahan
 Jaringan granulasi: ada
 Margin insisi: tidak terepitelisasi. Epitel hilang melebihi margin
insisi
 Supurasi: ada
2 – poor  Warna jaringan: ≥ 50% gusi merah
 Respons terhadap palpasi: perdarahan
 Jaringan granulasi: ada
 Margin insisi: tidak terepitelisasi. Tampak jaringan ikat

3 – good  Warna jaringan: ≥ 25% dan <50% gusi merah


 Respons terhadap palpasi: tidak ada perdarahan
 Jaringan granulasi: tidak ada
 Margin insisi: jaringan ikat tidak tampak
46

4 – very good  Warna jaringan: < 25% gusi merah


 Respons terhadap palpasi: tidak ada perdarahan
 Jaringan granulasi: tidak ada
 Margin insisi: jaringan ikat tidak tampak

5 – excellent  Warna jaringan: semua berwarna pink


 Respons terhadap palpasi: tidak ada perdarahan
 Jaringan granulasi: tidak ada
 Margin insisi: jaringan ikat tidak tampak

Tabel 4.2 Indeks Landry dan Turnbull (sumber tabel:Landry RG, Turnbull RS,
Howley T. Effectiveness of benzydamyne HCl in the treatment of periodontal
post-surgical patients. Res Clin Forum. 1988;10:105)

4.7.7 Evaluasi hasil dengan modalitas Ortopantomogram dan periapikal

radiografi

Evaluasi penyembuhan tulang dilakukan menggunakan pemeriksaan

berupa Ortopantomogram pada bulan 1, 3 dan 6, pasca tindakan operasi. Proses

penyembuhan tulang dievaluasi dengan melihat post-operatif. Penggunaan

Ortopantomogram dapat membantu mengevaluasi densitas tulang pada soket

ekstraksi pada pasien dengan menggunakan pesawat Panoramik dan Chepalometrik

Soredx/OPX105/410141. Kriteria penyembuhan tulang dan sistem skoring

didasarkan pada modifikasi dari metode Kelly dkk. Dua parameter yang digunakan

adalah overall density score dan trabecular pattern score. Selain itu, penilaian

eksistensi lamina dura pada hasil radiografis dapat digunakan sebagai petunjuk

terdapatnya penyembuhan.
47

A. Overall density score, dikategorikan menjadi :

0. Tidak terdapat peningkatan densitas radiografis

1. Peningkatan minimal densitas radiografis

2. Peningkatan moderat densitas radiografis

3. Peningkatan signifikan densitas radiografis hingga mendekati nilai

normal

B. Trabecular pattern score, meliputi

0. Granular, pola nyaris homogen. Tidak terdapat trabekula Seluruhnya

trabekula halus

1. Sebagian besar trabekula kasar namun masih dapat dijumpai trabekula

halus

2. Seluruhnya trabekula kasar

4.8 Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak IBM

SPSS versi 23. Karakteristik subyek dianalisis secara deskriptif terlebih dahulu.

Pada analisis unvariat ini juga akan dilakukan deskripsi untuk menilai

karakteristik masing-masing luaran yang dianalisis di penelitian ini. Analisis

dilanjutkan dengan analisis bivariat guna menentukan pengaruh pemberian PRF

pada pasien terhadap masing-masing luaran penelitian pada setiap waktu yang

telah ditentukan. Hubungan pemberian PRF pada pasien terhadap VAS, trismus,

penyembuhan jaringan periodontal, overall density score, dan trabecular pattern

score. Apabila syarat uji Chi Kuadrat berupa seluruh sel memiliki expected count
48

≥ 5 tidak terpenuhi, maka analisis akan dilanjutkan dengan uji Fisher. Dilakukan

uji T tidak berpasangan untuk menilai perbedaan edema antar kelompok. Masing-

masing luaran penelitian dianalisis pada setiap waktu evaluasi.

4.9 Masalah Etika

Penelitian ini sudah diajukan ke Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin dengan No.0038/PL.09/KEPK FKG-RSGM UNHAS/

2022

4.10 Alur Penelitian

Pasien yang akan menjalani prosedur pengangkatan molar tiga mandibula

dan bersedia dijadikan sampel penelitian bila memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi serta menandatangani informed consent. Sampel penelitian yang

dirandomisasi akan dikelompokan sebagai kelompok kontrol dan kelompok

intervensi yang akan dilakukan odontektomi, penjahitan dan penutupan luka

seperti biasa, sedangkan pada kelompok intervensi akan diberikan PRF sebelum

dilakukan penjahitan dan penutupan luka. Evaluasi tanda dan gejala klinis,

meliputi nyeri, pembengkakan, trismus, jaringan periodontal dan penyembuhan

tulang akan dilakukan pada hari ke 1,3,5, dan 7 sedangkan penilaian radiografis

akan dilakukan pada bulan ke 1,3, dan 6 menggunakan overall density score dan

trabecular pattern score. Setelah itu, akan dilakukan analisis data mengenai

hubungan pemberian PRF pada pasien terhadap VAS, trismus, penyembuhan

jaringan periodontal, overall density score, dan trabecular pattern score.


49

Gambar 4.1. Alur penelitian.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik demografis dan klinis

subjek penelitian. Studi melibatkan 21 pasien perempuan dan 17 laki-laki dalam

kelompok usia 20-40 tahun dengan unsur gigi impaksi adalah gigi 38 dan 48.

Tabel 5.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian


Karakteristik Dasar Median (Min-Maks)/
Frekuensi
Usia, tahun 26,00 (20,00-40,00)
Intervensi, n (%)
PRF 19 (50,0)
Tanpa PRF 19 (50,0)
Jenis kelamin, n (%)
Perempuan 21 (55,3)
Laki-laki 17 (44,7)
Unsur, n (%)
38 21 (55,3)
48 17 (44,7)
Diagnosis, n (%)
Impaksi gigi 38 kelas I Vertikal 1 (2,6)
Impaksi gigi 38 kelas. II posisi A Horizontal 6 (15,8)
Impaksi gigi 38 kelas II posisi A Vertikal 6 (15,8)
Impaksi gigi 38 kelas. II posisi A mesioangular 7 (18,4)
Impaksi gigi 38 kelas. II posisi B horizontal 1 (2,6)
Impaksi gigi 48 kelas I posisi A Horizontal 1 (2,6)
Impaksi gigi 48 kelas I posisi A mesioangula 1 (2,6)
Impaksi gigi 48 kelas I Vertikal 1 (2,6)
Impaksi gigi 48 kelas II posisi A Horizontal 5 (13,2)
Impaksi gigi 48 kelas II posisi A Vertikal 2 (5,3)
Impaksi gigi 48 kelas II posisi A mesioangular 5 (13,2)
Impaksi gigi 48 kelas II posisi B Horizontal 2 (5,3)

50
51

5.2 Perbandingan VAS setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa

PRF

Tabel 5.2 VAS setelah Odontektomi menggunakan PRF dan tanpa PRF
VAS 0 VAS 1-3 VAS 4-7 VAS 8-10
Intervensi p
Tidak nyeri Ringan Sedang Berat
Hari ke-1 pascaodontektomi, n (%)

PRF 0 (0) 18 (94,7) 1 (5,3) 0 (0)


Tanpa PRF 0 (0) 8 (42,1) 11 (57,9) 0 (0) 0,002*
Hari ke-3 pascaodontektomi, n (%)
PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0)
-
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0)
Hari ke-5 pascaodontektomi, n (%)
PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0)
-
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0)
Hari ke-7 pascaodontektomi, n (%)
PRF 18 (94,7) 1(5,3) 0 (0) 0 (0)
<0,001*
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0)
*Berbeda bermakna (p≤0.05)
**Tidak berbeda bermakna (p>0,05)

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan VAS antara PRF dan

tanpa PRF. Pada hari 1 pasca odontektomi, mayoritas pasien yang menggunakan

PRF merasakan VAS 1-3/nyeri ringan (18/19 subjek), sementara mayoritas pasien

yang tidak menggunakan PRF merasakan nyeri sedang (11/19 subjek), analisis

statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan pada VAS hari 1 antar kelompok

dengan nilai p=0,002. Pada hari ke-2 dan ke-5 pasca odontektomi kedua kelompok

merasakan VAS 4-7 (nyeri sedang), maka tidak dilakukan analisis statistik karena

kedua kelompok memiliki proporsi yang sama pada VAS 4-7 (nyeri sedang) di hari

ke-3,5 dan 7 mayoritas pasien yang menggunakan PRF tidak merasakan nyeri/ VAS
52

0 (18/19 subjek), sementara semua pasien yang tidak menggunakan PRF merasakan

nyeri sedang (19/19 subjek) sama seperti saat hari ke-2 dan ke-5 pasca odontektomi,

analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan pada VAS hari ke-7 antar

kelompok dengan nilai p <0,001.

5.3 Perbandingan trismus setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa

PRF

Tabel 5.3 Trismus setelah Odontektomi menggunakan PRF dan tanpa PRF

Intervensi Tidak trismus Trismus p


(Mulut (Mulut
terbuka >35 terbuka <35
mm) mm)
Hari ke-1 pascaodontektomi, n(%)
RF 6 (31,6) 13 (68,4) 1,000**
Tanpa PRF 15 (78,9) 4 (21,1)
Hari ke-3 pascaodontektomi, n(%)
PRF 1 (5,3) 18 (94,7) 0,192**
Tanpa PRF 6 (31,6) 13 (68,4)
Hari ke-5 pascaodontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 19 (100) 1,000**
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100)
Hari ke-7 pascaodontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 19 (100) 0,713**
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100)
*Berbeda bermakna (p≤0.05)
**Tidak berbeda bermakna (p>0,05)

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan trismus antara PRF dan

tanpa PRF. Penggunaan PRF pada odontektomi tidak memberikan perbedaan


53

signifikan pada trimsus antar kelompok baik pada hari pertama, ke-3. Ke-5, maupun

ke-7. Meski tidak signifikan, pada hari ke-2 mayoritas pasien dengan PRF sudah

tidak mengalami trimus (13/19 subjek) sementara mayoritas pasien dengan PRF

masih mengalami trismus (11/19 subjek); namun hal ini tidak signifikan secara

statistik.

5.4 Perbandingan jaringan periodontal setelah odontektomi menggunakan

PRF dan tanpa PRF

Tabel 5.4 Jaringan periodontal setelah odontektomi menggunakan PRF dan


tanpa PRF
Intervensi Proses Proses p
penyembuhan penyembuhan
buruk baik
(Landry dan (Landry dan
Turnbull 1-2) Turnbull 3-5)
Hari ke-1 pascaodontektomi, n(%)
RF 6 (31,6) 13 (68,4) 0,009*
Tanpa PRF 15 (78,9) 4 (21,1)
Hari ke-3 pascaodontektomi, n(%)
PRF 1 (5,3) 18 (94,7) 0,039*
Tanpa PRF 6 (31,6) 13 (68,4)
Hari ke-5 pascaodontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 19 (100) -
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100)
Hari ke-7 pascaodontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 19 (100) -
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100)
*Berbeda bermakna (p≤0.05)
**Tidak berbeda bermakna (p>0,05)
54

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan jaringan periodontal

antara PRF dan tanpa PRF. Penggunaan PRF pada odontektomi memberikan

perbedaan proses penyembuhan jaringan periodontal sebagai berikut: Pada hari

pertama pasca odontektomi, mayoritas pasien yang menggunakan PRF

menunjukkan proses penyembuhan jaringan periodontal yang baik dengan skala

Landry Turnbull 3-5 (13/19), sementara mayoritas pasien yang tidak menggunakan

PRF menunjukkan proses penyembuhan jaringan periodontal yang masih buruk

dengan skala Landry Turnbull 1-2 (15/19), analisis statistik menunjukkan

perbedaan yang signifikan pada perbedaan proses penyembuhan jaringan

periodontal hari pertama antar kelompok dengan nilai p=0,009. Pada hari ke-3

pasca odontektomi, mayoritas pasien yang menggunakan PRF menunjukkan proses

penyembuhan jaringan periodontal yang baik dengan skala Landry Turnbull 3-5

(18/19), di mana mayoritas pasien yang tidak menggunakan PRF juga menunjukkan

proses penyembuhan jaringan periodontal yang baik dengan 2 (15/19). Jumlah

pasien tanpa PRF dengan proses penyembuhan jaringan periodontal yang baik

jumlahnya lebih sedikit dari pada yang menggunakan PRF, jadi analisis statistik

tetap menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,039). Pada hari ke-5 dan ke-7

pasca odontektomi kedua kelompok telah mengalami proses penyembuhan jaringan

periodontal yang baik dengan skala Landry Turnbull 3-5, maka tidak dilakukan

analisis statistik karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama.


55

5.5 Perbandingan edema setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa

PRF

Tabel 5.5 Edema setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa PRF

Intervensi Edema hari Edema hari ke- Edema hari Edema hari
ke-1 pasca- 2 pasca- ke-5 pasca- ke-7 pasca-
odontektomi odontektomi odontektomi odontektomi
(Mean ± SD) (Mean ± SD) (Mean ± SD) (Mean ± SD)

PRF 38,29 37,02 35,57 34,04

Tanpa 37,63 36,81 35,01 33,54


PRF
p 0,525** 0,824** 0,596** 0,619**

*Berbeda bermakna (p≤0.05)


**Tidak berbeda bermakna (p>0,05)

Dilakukan uji T tidak berpasangan untuk menilai perbedaan edema antara

PRF dan tanpa PRF. Penggunaan PRF pada odontektomi tidak memberikan

perbedaan signifikan (p>0,005) pada edema antar kelompok baik pada hari

pertama, ke-3. Ke-5, maupun ke-7. Hasil ini menunjukkan perbedaan dari studi

terdahulu yang menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik antara kelompok

kontrol dan kelompok studi pada hari ke-3 (p <0,001) dan hari ke-7 (p <0,001)

dengan edema bear yang lebih jarang terjadi pada kelompok studi.
56

5.6 Perbandingan radiologis overall density score setelah odontektomi

menggunakan PRF dan tanpa PRF

Tabel 5.6 Overall density score setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF
Intervensi Tidak ada Peningkatan Peningkatan Peningkatan p
peningkatan minimal (1) moderat (2) signifikan
(0) (3)
Bulan ke-1 pasca odontektomi, n(%)

PRF 19 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) -


Tanpa 19 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
PRF
Bulan ke-3 pasca odontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0) -
Tanpa 0 (0) 19 (0) 0 (0) 0 (0)
PRF
Bulan ke-6 pasca odontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0,020*
Tanpa 0 (0) 6 (31,6) 13 (68,4) 0 (0)
PRF
*Berbeda bermakna (p≤0.05)

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan overall density score

antara PRF dan tanpa PRF. Pengggunaan PRF pada odontektomi memberikan

perbedaan overall density score radiografì sebagai berikut: Pada bulan pertama

pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF dan tanpa

menggunakan PRF tidak menunjukkan proses penyembuhan jaringan keras yang

baik, maka tidak dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok memiliki
57

proporsi yang sama. Pada bulan ke-3 pasca odontektomi, seluruh pasien yang

menggunakan PRF dan tapa menggunakan PRF menunjukkan peningkatan

minimal, maka tidak dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok memiliki

proporsi yang sama. Pada bulan ke-6 pasca odontektomi, seluruh pasien yang

menggunakan PRF menunjukkan peningkatan moderat (19/19), di mana seluruh

pasien yang tidak menggunakan PRF mayoritas menunjukkan peningkatan moderat

(13/19). Jumlah pasien tanpa PRF dengan peningkatan moderat jumlahnya lebih

sedikit daripada yang menggunakan PRF, jadi analisis statistik tetap menunjukkan

perbedaan yang signifikan (p=0,020)

5.7 Trabecular pattern score setelah odontektomi menggunakan PRF dan tanpa

PRF

Tabel 5.7 Trabecular pattern score setelah odontektomi menggunakan PRF dan
tanpa PRF
Intervensi Tidak ada Trabekula Sebagian Seluruhnya p
trabekula halus (1) besar trabekula
(0) trabekula kasar (3)
kasar (2)
Bulan ke-1 pasca odontektomi, n(%)
PRF 19 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) -
Tanpa PRF 19 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Bulan ke-3 pasca odontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 19 (0) 0 (0) 0 (0) -
Tanpa PRF 0 (0) 19 (0) 0 (0) 0 (0)
Bulan ke-6 pasca odontektomi, n(%)
PRF 0 (0) 0 (0) 19 (100) 0 (0) <0.001*
Tanpa PRF 0 (0) 19 (100) 0 (0) 0 (0)
*Berbeda bermakna (p≤0.05)
58

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan trabecular pattern score

antara PRF dan tanpa PRF. Pengggunaan PRF pada odontektomi memberikan

perbedaan trabecular pattern score radiografi sebagai berikut: Pada bulan pertama

pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF dan tanpa

menggunakan PRF tidak menunjukkan gambaran trabekula, maka tidak dilakukan

analisis statistik karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama. Pada bulan

ke-3 pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF dan tanpa

menggunakan PRF menunjukkan gambaran trabekula halus, maka tidak dilakukan

analisis statistik karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama. Pada bulan

ke-6 pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF menunjukkan

gambaran trabekula kasar-halus (12/19), sementara semua pasien yang tidak

menggunakan PRF menunjukkan gambaran trabekula halus; maka terdapat

perbedaan statistik yang signifikan di antara 2 kelompok (p<0,001).

Gambar 5.2. Hasil Orthopantomogram dengan menggunakan PRF dan tanpa PRF.
59

5.8. Pembahasan

Studi melibatkan 21 pasien perempuan dan 17 laki-laki dalam kelompok

usia 20-40 tahun dengan unsur gigi impaksi adalah gigi 38 dan 48, yaitu gigi molar

ke-3 mandibula. Bello et al. dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tulang di

sekitar pasien muda relatif lunak dan lebih elastis dibandingkan dengan pasien yang

lebih tua di mana tulang lebih keras dan memerlukan lebih banyak pengangkatan

tulang, dengan lebih banyak kesulitan dalam memisahkan gigi dari tulang,

menghasilkan lebih banyak nyeri pasca operasi, pembengkakan, dan trismus. 25

Operasi pengangkatan impaksi gigi molar ketiga mandibula adalah salah satu

operasi dentoalveolar yang paling sering dilakukan oleh ahli bedah mulut dan

maksilofasial di seluruh dunia, dengan morbiditas pasca operasi yang signifikan

secara klinis termasuk pembengkakan, nyeri, dan trismus. Operasi pengangkatan

molar ketiga mandibula melibatkan refleksi mucoperiosteal flap untuk akses,

pengangkatan tulang di atasnya, pemotongan gigi (odontektomi), pengangkatan

gigi, debridemen soket, dan penutupan flap jaringan lunak. Hal ini menyebabkan

hasil bedah yang signifikan mengakibatkan respon inflamasi pasca operasi.

Pentingnya faktor pertumbuhan dalam meningkatkan penyembuhan luka telah

menjadi fokus penelitian saat ini. Tiga elemen kunci, yaitu perancah (kolagen,

mineral tulang), molekuler (faktor pertumbuhan), dan sel (osteoblas, fibroblas)

memfasilitasi regenerasi jaringan tertentu selama proses penyembuhan, terutama

dalam reosifikasi cacat tulang dan gigi berlubang. 26

Penggunaan PRF pada odontektomi memberikan perbedaan VAS sebagai

berikut: Pada hari pertama pasca odontektomi, mayoritas pasien yang


60

menggunakan PRF merasakan VAS 1-3/nyeri ringan (18/19 subjek), sementara

mayoritas pasien yang tidak menggunakan PRF merasakan nyeri sedang (11/19

subjek), analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan pada VAS hari

pertama antar kelompok dengan nilai p=0,002. Pada hari ke-2 dan ke-5 pasca

odontektomi kedua kelompok merasakan VAS 4-7 (nyeri sedang), maka tidak

dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama

pada VAS 4-7 (nyeri sedang) di hari ke-3 dan ke-5. Pada hari ke-7, pasca

odontektomi, mayoritas pasien yang menggunakan PRF tidak merasakan nyeri/

VAS 0 (18/19 subjek), sementara semua pasien yang tidak menggunakan PRF

merasakan nyeri sedang (19/19 subjek) sama seperti saat hari ke-2 dan ke-5 pasca

odontektomi, analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan pada VAS

hari ke-7 antar kelompok dengan nilai p <0,001. Meta-analisis yang dilakukan oleh

Zhu dkk menunjukkan bahwa VAS pada pasien dengan pemberian PRF secara

signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini juga

didukung oleh Kumar dkk yang menunjukkan bahwa pemberian PRF secara

signifikan menurunkan tingkat nyeri pada pasien pasca odentektomi. 37,39

Dar, et al. juga menemukan hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian

ini, dimana nyeri pasca operasi berkurang pada sisi penelitian pada hari ke-1, ke-3,

dan ke-7 (P ≤ 0,001 dan P < 0,001, 0,012), secara statistik sangat signifikan. Dar,

et al. mengevaluasi VAS dalam periode yang lebih panjang, sampai hari ke-14,

hasil menunjukkan bahwa pada hari ke-14 tidak ditemukan perbedaan bermakna (p

>0,05).27 Starzyńska, et al. juga menemukan hasil penelitian yang sejalan dengan

penelitian ini, di mana terdapat hubungan yang signifikan antara aplikasi PRF dan
61

intensitas nyeri. Diamati bahwa rasa nyeri pasien tidak intens pada pasien yang

telah menjalani operasi dengan penggunaan PRF. Nyeri berkurang secara signifikan

pada kelompok studi pada hari ke-3 pasca operasi (p <0,001) dan pada hari ke-7

pasca operasi (p <0,001).28 Starzyńska, et al. juga mengevaluasi VAS dalam

periode yang lebih panjang, sampai hari ke-14, hasil menunjukkan bahwa pada hari

ke-14 tidak ditemukan perbedaan bermakna (p > 0,05).28 Starzyńska, et al.

menggunakan PRF di mana PRF adalah PRF/konsentrat trombosit generasi kedua

dengan bahan autologus, yang hanya terdiri dari unsur darah pasien sendiri, tanpa

antikoagulan dan trombin. Oleh karena itu, kelebihan PRF adalah tidak

menyebabkan alergi dan tidak memberikan risiko akan terjadinya infeksi silang.

PRF terdiri dari komponen fibrin tiga dimensi, kaya akan trombosit dan leukosit,

mengandung sitokin, sel punca, dan faktor pertumbuhan, dan biodegradable

scaffold terbiodegradasi yang berperan dalam perkembangan mikrovaskularisasi

dan mendorong migrasi sel epitel ke permukaan.28 Alasan ditemukannya perbedaan

statistik dalam nyeri pasca odontektomi tampaknya karena pelepasan faktor

pertumbuhan yang dipercepat PRF menyebabkan peningkatan perbaikan di lokasi

tindakan.29

Penggunaan PRF pada odontektomi tidak memberikan perbedaan

signifikan pada trimsus antar kelompok baik pada hari pertama, ke-2. Ke-5, maupun

ke-7. Meski tidak signifikan, pada hari ke-2 mayoritas pasien dengan PRF sudah

tidak mengalami trimus (13/19 subjek) sementara mayoritas pasien dengan PRF

masih mengalami trismus (11/19 subjek); namun hal ini tidak signifikan secara

statistik. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa ada
62

hubungan statistik antara aplikasi A-PRF dan kejadian trismus pada hari ke-3 (p

<0,001) dan hari ke-7 (p <0,001) pasca odontektomi. Tingkat keparahan trismus

pada kelompok yang mendapatkan PRF secara signifikan lebih rendah daripada

kelompok kontrol, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara

kelompok pada hari ke-14 setelah operasi. Penelitian oleh Strazynska menunjukkan

bahwa trismus pada subyek yang diberikan PRF lebih cepat membaik dibandingkan

dengan grup kontrol. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian ini dimana tidak

terdapat perbedaan perbaikan derajat trismus pada Kelompok kontrol dan

Kelompok PRF. Perbedaan temuan ini mungkin disebabkan oleh jumlah sampel

penelitian yang lebih kecil (<50 sampel) dibandingkan penelitian terdahulu (100

sampel).27 Meta-analisis oleh Zhu dkk menunjukkan bahwa penggunaan PRF pada

operasi odontektomi tidak meningkatkan kecepatan penyembuhan trismus baik

pada operasi hari ke 2, dan operasi hari ke 7.37

Penggunaan PRF pada odontektomi memberikan perbedaan proses

penyembuhan jaringan periodontal sebagai berikut: Pada hari pertama pasca

odontektomi, mayoritas pasien yang menggunakan PRF menunjukkan proses

penyembuhan jaringan periodontal yang baik dengan skala Landry Turnbull 3-5

(13/19), sementara mayoritas pasien yang tidak menggunakan PRF menunjukkan

proses penyembuhan jaringan periodontal yang masih buruk dengan skala Landry

Turnbull 1-2 (15/19), analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan

pada perbedaan proses penyembuhan jaringan periodontal hari pertama antar

kelompok dengan nilai p=0,009. Pada hari ke-2 pasca odontektomi, mayoritas

pasien yang menggunakan PRF menunjukkan proses penyembuhan jaringan


63

periodontal yang baik dengan skala Landry Turnbull 3-5 (18/19), di mana mayoritas

pasien yang tidak menggunakan PRF juga menunjukkan proses penyembuhan

jaringan periodontal yang baik dengan 2 (15/19). Jumlah pasien tanpa PRF dengan

proses penyembuhan jaringan periodontal yang baik jumlahnya lebih sedikit

daripada yang menggunakan PRF, jadi analisis statistik tetap menunjukkan

perbedaan yang signifikan (p=0,039). Pada hari ke-5 dan ke-7 pasca odontektomi

kedua kelompok telah mengalami proses penyembuhan jaringan periodontal yang

baik dengan skala Landry Turnbull 3-5, maka tidak dilakukan analisis statistik

karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama. Beberapa penelitian

membuktikan bahwa PRF meningkatkan luaran operasi periodontal. Penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan PRF dapat menstimulasi keluarnya faktor

pertumbuhan seperti PDGF dan TGF, sehingga meningkatkan regenerasi

periodontal. Sharma dkk menunjukkan bahwa pemberian PRF pada pasien dengan

inflamasi jaringan mukosa meningkatkan parameter penyembuhan seperti warna

dan lainnya. Penelitian lain oleh Thorat dkk juga menunjukkan bahwa pemberian

PRF pada pasien dengan periodontitis memiliki parameter penyembuhan yang lebih

cepat dibandingkan kontrol. PRF mempromosikan penyembuhan luka dan

berfungsi mengatur peradangan dan memberikan perlindungan luka karena adanya

faktor pertumbuhan.30 Hasil ini sesuai dengan hasil meta-analisis oleh Zhu dkk

yang menunjukkan bahwa tingkat penyembuhan jaringan lunak seperti gingiva dan

mukosa dengan skala Landry secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan

pemberian PRF dibandingkan kontrol. 37 Hal ini menunjukkan bahwa pemberian


64

PRF terbukti dapat mempercepat penyembuhan jaringan pada pasien pasca

odontektomi.

Penggunaan PRF pada odontektomi tidak memberikan perbedaan

signifikan (p>0,005) pada edema antar kelompok baik pada hari pertama, ke-2. Ke-

5, maupun ke-7. Hasil ini menunjukkan perbedaan dari studi terdahulu yang

menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik antara kelompok kontrol dan

kelompok studi pada hari ke-3 (p <0,001) dan hari ke-7 (p <0,001) dengan edema

besar yang lebih jarang terjadi pada kelompok studi. Perbedaan ini mungkin

disebabkan oleh perbedaaan pengukuran metode edema di mana pada studi ini nilai

edema merupakan hasil rata-rata dari pengukuran jarak antara: 1) Kantus. Lateral

→ Ramus 2) Tragus → Comisura 3) Tragus → Pgenion; sementara studi terdahulu

membandingkan besarnya perubahan edema dari baseline sebelum tindakan dan

setelah tindakan. Penelitian-penelitian sebelumnya juga memiliki hasil yang relatif

heterogen mengenai derajat pembengkakan pada pemberian PRF. Penelitian oleh

Uyanik dkk menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan derajat pembengkakan

pada kelompok dengan pemberian PRF.38 Sedangkan, penelitian oleh Kapse dkk

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan derajat pembengkakan dimana pasien

dengan pemberian PRF memiliki derajat pembengkakan yang lebih rendah

dibandingkan dengan kontrol.37 Hal ini mungkin disebabkan oleh karena perbedaan

cara pengukuran edema dari satu studi ke studi yang lain, sehingga terjadi hasil

penelitianyang heterogen.
65

Pengggunaan PRF pada odontektomi memberikan perbedaan overall

density score radiografi sebagai berikut: Dilakukan uji chi-square untuk menilai

perbedaan overall density score antara PRF dan tanpa PRF. Pengggunaan PRF pada

odontektomi memberikan perbedaan overall density score radiografì sebagai

berikut: Pada bulan pertama pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan

PRF dan tapa menggunakan PRF tidak menunjukkan proses penyembuhan jaringan

keras yang baik, maka tidak dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok

memiliki proporsi yang sama. Pada bulan ke-3 pasca odontektomi, seluruh pasien

yang menggunakan PRF dan tanpa menggunakan PRF menunjukkan peningkatan

minimal, maka tidak dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok memiliki

proporsi yang sama. Pada bulan ke-6 pasca odontektomi, seluruh pasien yang

menggunakan PRF menunjukkan peningkatan moderat (19/19), begitu juga pasien

tanpa PRF menunjukkan peningkatan moderat (13/19). Jumlah pasien tanpa PRF

dengan peningkatan moderat jumlahnya lebih sedikit daripada yang menggunakan

PRF, jadi analisis statistik tetap menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,020).

Hasil ini juga ditunjukkan oleh Kumar dkk dimana overall density score pada

pasien dengan pemberian PRF relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol,

namun hasil ini tidak signifikan secara statistik. 39 Selain itu, penelitian oleh Jeyaraj

dkk juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara overall density

score pada kelompok dengan pemberian PRF sebelum dan setelah odentektomi. 26

Oleh karena itu, penggunaan PRF secara signifikan meningkatkan parameter

overall density score pada pasien pasca odentektomi.


66

Pengggunaan PRF pada odontektomi memberikan perbedaan trabecular

pattern score radiografi sebagai berikut: Pengggunaan PRF pada odontektomi

memberikan perbedaan trabecular pattern score radiografi sebagai berikut: Pada

bulan pertama pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF dan

tanpa menggunakan PRF tidak menunjukkan gambaran trabekula, maka tidak

dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama.

Pada bulan ke-3 pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF dan

tanpa menggunakan PRF menunjukkan gambaran trabekula halus, maka tidak

dilakukan analisis statistik karena kedua kelompok memiliki proporsi yang sama.

Pada bulan ke-6 pasca odontektomi, seluruh pasien yang menggunakan PRF

menunjukkan gambaran trabekula kasar-halus (12/19), sementara semua pasien

yang tidak menggunakan PRF menunjukkan gambaran trabekula halus; maka

terdapat perbedaan statistik yang signifikan di antara 2 kelompok (p<0,001).

Temuan radiografi overall density score dan trabecular pattern score

sesuai dengan studi terdahulu oleh Jayeraj et al. yang menemukan bahwa regenerasi

tulang yang lebih baik dan lebih cepat, dengan kualitas pengisian tulang yang baik

dalam hal bone density dan trabekulasi, dari soket ekstraksi secara radiografi, dalam

waktu 8 minggu, penilaian dilakukan dengan membandingkan tampilan hasil foto

radiografi tanpa perhitungan statistik secara signifikansi.26 Peningkatan bone

density disebabkan oleh adanya tiga faktor pertumbuhan terpenting dari PRF adalah

platelet-derived growth factor, insulin-like growth factor-I, dan transforming

growth factor-β; faktor-faktor ini menyebabkan kemotaksis dan mitogenesis

prekursor osteoblas, serta memiliki kemampuan untuk merangsang deposisi


67

osteoblas dari matriks kolagen penyembuhan luka dan tulang. Selain itu,

transforming growth factor-β. menghambat pembentukan osteoklas dan resorpsi

tulang, sehingga lebih mendukung pembentukan tulang daripada resorpsi.31-34

Salah satu pencapaian terbaru dalam kedokteran gigi adalah penggunaan

PRF untuk peningkatan perbaikan dan regenerasi jaringan lunak dan keras setelah

berbagai prosedur pembedahan. PRF adalah trombosit terkonsentrasi dalam volume

kecil plasma. Selama degranulasi trombosit, banyak zat aktif biologis dilepaskan

yang berpartisipasi dalam hemostasis primer dan membantu perbaikan dan

regenerasi jaringan lunak dan keras berikut ini. Saat ini, PRF diterima dan paling

banyak dikerjakan pada bahan biologis saat ini dengan potensi regeneratif yang

sangat besar oleh disiplin ilmu kedokteran gigi; yang tentunya menjadi kelebihan

dari studi ini yang meneliti intervensi PRF pada odontektomi. Terlebih lagi, studi

menilai luaran tindakan dengan lengkap, baik secara klinis maupun radiologis. Di

masa depan, diperlukan besar sampel studi yang lebih besar untuk

menyempurnakan penelitian ini, memberikan gambaran hasil penelitian yang lebih

akurat. Pada penelitian ini peneliti tidak dapat mengontrol operator yang melakukan

odentektomi. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan satu operator untuk

melakukan odentektomi dan menilai luaran untuk meningkatkan reliabilitas data.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa adanya efektivitas pemberian

PRF dalam proses penyembuhan setelah odontektomi berupa intensitas nyeri

(VAS), penyembuhan jaringan periodontal, dan gambaran radiografi: overall

density score dan trabecular pattern score yang secara signifikan lebih baik

dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa untuk edema dan trismus tidak

ditemukan hasil yang signifikan pada kelompok yang diberikan PRF.

6.2 Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel

yang lebih besar dalam mengevaluasi efek intervensi PRF pasca odontektomi.

Selain itu perlu perhitugan yang lebih terukur untuk menilai parameter klinis dan

radiografi pada proses pnyembuhan setelah tindakan odontektomi molar ketiga

mandibula.

68
DAFTAR PUSTAKA

1. Xu Xiang, Ping Shi, Ping Zhang, Jun sen, Jian Kang. Impact of platelet-
rich fibrin on mandibula third molar surgery recovery: a systematic review
and metaanalysis . J. BMC oral Health 2019;19:163
2. Elif Oncu, Burak Bayram, Alpdogan Kantarci, Serap Gulsevar et-all
.Positive effect of platelet rich fibrin on osseointegration. J. Med Oral patol
Oral Cir Bucal. 2019. 1;21(50):e601-7.
3. N. Gupta, S. Agarawal. Clinical evaluation in impacted mandibula third
molar socket . J. Stomatol Oral Maxillofac Surg. 2020. Elsavier Mansson
836.P.7.
4. H. Unsal, GNH Erbasar. Evaluation of the effect of platelet-Rich Fibrin on
the alveolar Osteitis Incidenci and Periodontal probing depth after
extracting partially Erupted Mandibula Third Molars Extraction. J. Niger
Clin Pract 2018;21:201-5.
5. Borie E, Oliví DG, Orsi IA, Garlet K, Weber B, Beltrán V, Fuentes R.
Platelet-rich fibrin application in dentistry: a literature review. Int J Clin
Exp Med. 2015 May 15;8(5):7922-9
6. Andrea Caruana, Daniela Savina, Jose PM, et-all From Platelet- Rich
plasma to Advanced Platelet-Rich Fibrin: Biological Achievments and
Clical Advanced in Modern Surgery. Eur J Dent.. 2019;13:280-286.
7. Teodara Verinoca G,, Christina Cozma. Platelet-rich plasma as a site-
targeted approach in wound healing a molecular perpective. J. Discoveries
2018, 6(4);e87.
8. Amjed AG, Aurelia Trisliana P, Matthew, Platelet-Rich Plasma: Principles
and Applications in Plastic Surgery. J. Semin Plast Surg 2019;33:155-161.
9. Deborah CH, Monica Rubio Zargoza, et-all. Platelet Rich Plasma: New
Insight for Cutaneus Wound Healing Management. J of Fuctional
Biomaterial. 2018;9:10

69
73

10. Ghanaati S, Booms P, Orlowska A, Kubesch A, Lorenz J, Rutkowski J,


Landes C, Sader R, Kirkpatrick C, Choukroun J. Advanced platelet-rich
fibrin: a new concept for cell-based tissue engineering by means of
inflammatory cells. J Oral Implantol. 2014;40:679-89
11. Dahlan MS. Pengambilan sampel dalam penelitian. Jakarta: Salemba Medika.
2010;
12. Deliverska E, Petkova M. COMPLICATIONS AFTER EXTRACTION OF
IMPACTED THIRD MOLARS - LITERATURE REVIEW. Journal of IMAB
- Annual Proceeding (Scientific Papers). 2016;22(3):1202-1211.
13. Hansson S, Halldin A. Alveolar ridge resorption after tooth extraction: A
consequence of a fundamental principle of bone physiology. Journal of Dental
Biomechanics. 2012;3(0):e3.
14. Simundic AM, Bolenius K, Cadamuro J, Church St CMP. EFLM
Recommendation for venous blood sampling. Eur Fed Corros Publ. 2017;
2015-38.
15. Miron RJ, Zucchelli G, Pikos MA, et al. Use of platelet-rich fibrin in
regenerative dentistry: a systematic review. Clin Oral Invest 21. 2017;1913–
1927.
16. Bilginaylar K, Uyanik LO. Evaluation of the effects of platelet-rich fibrin and
piezosurgery on outcomes after removal of ımpacted mandibula third molars.
Br J Oral Maxillofac Surg. 2016 Jul;54(6):629–33.
17. Gupta N, Agarwal S. Advanced-PRF: Clinical evaluation in impacted
mandibula third molar sockets. J Stomatol Oral Maxillofac Surg. 2021
Feb;122(1):43–9.
18. Boonstra AM, Schiphorst Preuper HR, Balk GA, Stewart RE. Cut-off points
for mild, moderate, and severe pain on the visual analogue scale for pain in
patients with chronic musculoskeletal pain. Pain. 2014 Dec;155(12):2545–50.
19. Jeyaraj PE, Chakranarayan A. Soft Tissue Healing and Bony Regeneration of
Impacted Mandibula Third Molar Extraction Sockets, Following
Postoperative Incorporation of Platelet-rich Fibrin. Ann Maxillofac Surg.
2018 Jan;8(1):10–8.
74

20. Falci SGM, Lima TC, Martins CC, dos Santos CRR, Pinheiro MLP.
Preemptive Effect of Dexamethasone in Third-Molar Surgery: A Meta-
Analysis. Anesth Prog. 2017; 64 (3): 136–143.
21. Govindhasamy G, Shanmugam S, Michael R. Tongue flap- a good choice for
intraoral reconstruction after marginal mandibulectomy: a single institution
retrospective study of 27 cases [Internet]. Vol. 5, International Journal of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery. 2019. p. 1217. Available
from: http://dx.doi.org/10.18203/issn.2454-5929.ijohns20193858
22. Pippi R. Post-Surgical Clinical Monitoring of Soft Tissue Wound Healing in
Periodontal and Implant Surgery. Int J Med Sci. 2017 Jul 18;14(8):721-728.
23. Ismael S. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis; Edisi ke-
5. CV Sagung Seto Jakarta. 2014;
24. Dahlan MS. Statistik: Untuk kedokteran dan kesehatan. 6th Edisi. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia. 2014;
25. Bello SA, Adeyemo WL, Bamgbose BO, Obi EV, Adeyinka A. Effect of age,
impaction types and operative time on inflammatory tissue reactions following
lower third molar surgery. Head & face medicine. 2011 Dec;7(1):1-8.
26. Jeyaraj PE, Chakranarayan A. Soft tissue healing and bony regeneration of
impacted mandibula third molar extraction sockets, following postoperative
incorporation of platelet-rich fibrin. Annals of maxillofacial surgery. 2018
Jan;8(1):10.
27. Dar MM, Shah AA, Najar AL, Younis M, Kapoor M, Dar JI. Healing potential
of platelet rich fibrin in impacted mandibula third molar extraction sockets.
Annals of maxillofacial surgery. 2018 Jul;8(2):206.
28. Starzyńska, A., Kaczoruk-Wieremczuk, M., Lopez, M.A., Passarelli, P.C. and
Adamska, P., 2021. The growth factors in advanced platelet-rich fibrin (A-
PRF) reduce postoperative complications after mandibula third molar
odontectomy. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 18(24), p.13343.
29. Del Fabbro M, Bortolin M, Taschieri S. Is autologous platelet concentrate
beneficial for post-extraction socket healing? A systematic review.
75

International journal of oral and maxillofacial surgery. 2011 Sep 1;40(9):891-


900.
30. Sequeria JP, Johri S. Platelet rich plasma: clinical applications in dentistry.
Sch J Dent Sci. 2015;2:355-62.
31. Chen PH, Chen X, He X. Platelet-derived growth factors and their receptors:
structural and functional perspectives. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)-
Proteins and Proteomics. 2013 Oct 1;1834(10):2176-86.
32. Dehkhoda F, Lee CM, Medina J, Brooks AJ. The growth hormone receptor:
mechanism of receptor activation, cell signaling, and physiological aspects.
Frontiers in endocrinology. 2018 Feb 13;9:35.
33. Kubiczkova L, Sedlarikova L, Hajek R, Sevcikova S. TGF-β–an excellent
servant but a bad master. Journal of translational medicine. 2012 Dec;10:1-24.
34. He L, Lin Y, Hu X, Zhang Y, Wu H. A comparative study of platelet-rich
fibrin (PRF) and platelet-rich plasma (PRP) on the effect of proliferation and
differentiation of rat osteoblasts in vitro. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral
Pathology, Oral Radiology, and Endodontology. 2009 Nov 1;108(5):707-13.
35. Preeja C, Arun S. Platelet-rich fibrin: Its role in periodontal regeneration. The
Saudi Journal for Dental Research. 2014;5(2):117-22.
36. Zhu J, Zhang S, Yuan X, He T, Liu H, Wang J, et al. Effect of platelet-rich
fibrin on the control of alveolar osteitis, pain, trismus, soft tissue healing, and
swelling following mandibular third molar surgery: an updated systematic
review and meta-analysis. International Journal of Oral and Maxillofacial
Surgery. 2021;50(3):398-406.
37. Uyanık LO, Bilginaylar K, Etikan İ. Effects of platelet-rich fibrin and
piezosurgery on impacted mandibular third molar surgery outcomes. Head &
Face Medicine. 2015;11(1):25.
38. Kumar N, Prasad K, Ramanujam L, Ranganath K, Dexith J, Chauhan A.
Evaluation of treatment outcome after impacted mandibular third molar
surgery with the use of autologous platelet-rich fibrin: a randomized controlled
clinical study. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery. 2015 Jun
1;73(6):1042-9.
DAFTAR LAMPIRAN

1. Persetujuan Etik

76
77

2. Persetujuan tindakan kesedian mengikuti subyek penelitian


78
79

3. Rekapitulasi penilaian Non PRF


80

4. Form penialain pasien PRF


81

5. Form Rekapitulasi Data Penelitian Tanpa PRF


Usia Jenis Rumah Tanggal
No Nama No HP No RM Alamat Unsur Diagnosa
(Tahun) Kelamin Sakit Operasi

1 Nn. Riska Novianti 25thn Perempuan 085794234760 061960 Makassar RSGM 38 12/07/21 Impaksi gigi 38 kls. II posisi B horizontal
2 Tn. M.Aqil Amin 23thn Laki-laki 08534252721 059340 Makassar RSGM 48 19/07/21 Impaksi gigi 38 kls. II posisi A mesioangular
3 Tn. Zulfaisal Ibrahim 24thn Laki-laki 082115434697 059349 Makassar RSGM 38 19/11/21 Impaksi gigi 38 kls. II posisi A Horizontal
4 Tn. Arjuna Najib 24thn Laki-laki 085935012431 058787 Makassar RSGM 48 25/10/2021 Impaksi gigi 38 kls. II posisi A Horizontal
5 Nn. Ibrati Nugraha 30thn Perempuan 085343948024 058871 Makassar RSGM 38 27/10/21 Impaksi gigi 38 kls. II posisi A Horizontal
6 Nn. Nurul Khaki 26 thn Perempuan 085298397084 058834 Makassar RSGM 48 26/10/21 Impaksi gigi 48 kls. II posisi B Horizontal

7 Laki-laki 089603489846 058787 Makassar 38 26/ 10/ 21


Tn. Hamzah rizal 22thn RSGM Impaksi gigi 48 kls. II posisi B Horizontal

8 Ny. Rika Alpianty 30thn Perempuan 082291801308 - Makassar RSGM 48 21/12/21 Impaksi gigi 38 kls. II posisi A horizontal

9 Tn. Arfan Tangke 27thn Laki-laki 082349835598 058803 Makassar RSGM 48 25/10/21 Impaksi gigi 48 kls. II posisi A Horizontal

10 Tn. Muh. Ahyat 25thn Laki-laki 082348683046 058890 Makassar RSGM 38 01/11/21 Impaksi gigi 38 kls II posisi A mesioangular

11 Tn. Habil Noor 36thn Laki-laki 081241380910 058824 Makassar RSGM 38 25/10/2021 Impaksi gigi 38 kls II posisi A mesioangular

12 Tn. Leonardi 33thn Laki-laki 085211010888 058921 Makassar RSGM 38 01/11/21 Impaksi gigi 38 kls II posisi A Horizontal

13 Tn. Trisno 35thn Laki-laki 081945851666 058922 Makassar RSGM 48 01/11/21 Impaksi gigi 48 kls II posisi A mesioangular

14 Ny. Jesica 28thn Perempuan 081355955492 058924 Makassar RSGM 48 1/11/2021 Impaksi 48 kls II Posisi A Horizontal

15 Tn. A. Dwi S 24thn Laki-laki 085789403422 066982 Makassar RSGM 38 05/11/21 Impaksi gigi 38 kls II posisi A Horizontal

16 Nn. Erlina R 22thn Perempuan 081365914789 067854 Makassar RSGM 38 05/11/21 Impaksi gigi 38 kls II posisi A Vertikal

17 Nn. Desriani E 30thn Perempuan 081245523900 064579 Makassar RSGM 48 05/11/21 Impaksi gigi 48 kls II posisi A Vertikal

18 Nn. Ajeng 22thn Perempuan 08239998802 0678552 Makassar RSGM 38 05/11/21 Impaksi gigi 38 kls II posisi A Horizontal

19 Nn. Mawar 22thn Perempuan 081365914789 067860 Makassar RSGM 38 05/11/21 Impaksi gigi 38 kls II posisi A Vertikal
82

POD I POD II POD V

Udema Udema Udema


VAS ( Kantus. Tragus VAS ( Kantus. Tragus VAS ( Kantus. Tragus
Status
Visual Tragus Visual Tragus Status Jaringan. Visual Tragus Status Jaringan.
Trismus Lateral → Jaringan. Trismus Lateral → Trismus Lateral →
anolog → anolog → Periodontal anolog → Periodontal
→ Comisur Periodontal → Comisur → Comisur
Scale) Pgenion Scale) Pgenion Scale) Pgenion
Ramus a Ramus a Ramus a
5 2,5cm 13cm 12,5cm 15,1cm 2 (Poor) 4 3,1cm 12,4cm 12,2cm 14,5cm 3(good) 3 3,5cm 11,5cm 10cm 13,5cm 3(good)
3 3,3cm 11,5cm 14cm 15,5cm 3(Good) 3 3,5cm 11cm 12,2cm 16,6cm 3(good) 3 4,1cm 9,2cm 12,4cm 15,5cm 3(good)
3 3,5cm 11,6cm 13,8cm 12cm 3(Good) 2 3,8cm 12,2cm 14,2cm 15,6cm 3(good) 2 4,1cm 10,6cm 11,2cm 15cm 3(good)
4 3,5cm 12cm 15cm 15cm 3(Good) 3 4,8cm 10cm 11,5cm 14,1cm 3(good) 2 4,8cm 5,5cm 13,1cm 11,1cm 3(good)
4 2,1cm 10,4cm 10,5cm 15,6cm 2(Poor) 3 3,8cm 10cm 10,5cm 14,5 3(good 3 3,75cm 10cm 9,9cm 13,9cm 3(good)
5 2,3cm 8,9cm 11cm 13,5cm 2(Poor) 3 2,6cm 8,9cm 10.5cm 13,9cm 3(good) 3 3cm 8,9cm 10,6cm 13,2cm 3(good)
3 3,1cm 9,6cm 11cm 11,1cm 3 (Good) 4 3,7cm 10,2cm 12cm 15,5cm 3 (good) 2 4cm 8,8cm 13,2cm 14,9cm 3(good)

5 2,5cm 13cm 12,5cm 15,1cm 2 (Poor) 4 3,1cm 12,4cm 12,2cm 14,5cm 3(good) 3 3,5cm 11,5cm 10cm 13,5cm 3(good)

4 2,4cm 10,5cm 13cm 15,4cm 2 (Poor) 4 2,8cm 10cm 12,3cm 15,2cm 3(good) 3 3,8CM 12,8cm 11,9cm 15,5cm 3(good)

6 3,4cm 9,9cm 10,5cm 13,3cm 2(Poor) 4 3,8cm 9,5cm 10cm 14,3cm 2(Poor) 3 3,8cm 9,5cm 10cm 14,3cm 3(good)

3 3,9cm 9,2cm 11,2cm 14,9cm 2(Poor) 2 4,5cm 11cm 10,9cm 14cm 2(Poor) 2 4,5cm 10,4cm 11,4cm 15,4cm 3(good)

3 4cm 11,2cm 12,3cm 16cm 2(Poor) 3 4,15cm 9,8cm 12,2cm 15,7cm 3(good) 2 4,5cm 11,9cm 14,9cm 15,1cm 3(good)

3 3,6cm 9,9cm 12cm 15,6cm 2(Poor) 3 3,8cm 10,8cm 12,2cm 16,2 cm 3(ggod) 2 3,8cm 10,8cm 12,2cm 15,6cm 3(good)

5 2,3cm 9,9cm 9,8cm 14,2cm 2(Poor) 3 2,6cm 10,7cm 11,1cm 14,5cm 3 (good) 3 2,6cm 11,2cm 11cm 14,2cm 3(good)

3 2,6cm 10,5cm 11,5cm 15,2cm 2(Poor) 2 3,1cm 11,5cm 10,5cm 14cm 2(Poor) 2 3,8cm 10,2cm 10cm 14,1cm 3(good)

4 2,5cm 12,5cm 10,2cm 16,2cm 2(Poor) 3 3,2cm 14,5cm 11,1cm 15,2cm 2(Poor) 3 3,9cm 10,1cm 9,5cm 12,5cm 3(good)

3 3,5cm 12,5cm 10,2cm 16,2cm 2(Poor) 3 3,5cm 14,5cm 11,1cm 15,2cm 2(Poor) 3 3,9cm 10,1cm 9,5cm 12,5cm 3(good)

4 2,5cm 12,5cm 10,2cm 16,2cm 2(Poor) 3 3,2cm 14,5cm 11,1cm 15,2cm 2(Poor) 3 3,9cm 10,1cm 9,5cm 12,5cm 3(good)

4 2,5cm 12,5cm 10,2cm 16,2cm 2(Poor) 3 3,2cm 14,5cm 11,1cm 15,2cm 2(Poor) 3 3,9cm 10,1cm 9,5cm 12,5cm 3(good)
83

POD VII BULAN I BULAN III BULAN VI

Udema
VAS ( Kantus. Tragus Trabecul Trabecul Trabecul
Overall Overall Overall
Visual Tragus lar lar lar
Trismus Lateral → Status Jaringan. Periodontal density density density
anolog → Pattern Pattern Pattern
→ Comisur Score Score Score
Scale) Pgenion score score score
Ramus a
3 3,7cm 11cm 9cm 13 3(good) 0 0 1 1 2 1
1 4,4cm 8,5cm 11,5cm 15,5cm 3(good) 0 0 1 1 2 1
1 4,5cm 10cm 10,5cm 14cm 3(good) 0 0 1 1 2 1
1 5,5cm 9,2cm 11,1cm 14,2cm 3(good) 0 0 1 1 2 1
2 4,2cm 10,5cm 10,4cm 13,9cm 4(Verygood) 0 0 1 1 2 1
1 3,5cm 8,6cm 10,2cm 14cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

1 4 cm 9,4cm 11,2cm 15,5cm 4 (very good) 0 0 1 1 2 1

2 3,6cm 10cm 9,2cm 12,5cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 3,9cm 9,1cm 10,9cm 15,4cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

3 4cm 9,5cm 10cm 13,3cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

1 4,8cm 10,5cm 11cm 11,1cm 4(Verygood) 0 0 1 1 2 1

2 4,8cm 10,6cm 12,6cm 15,1cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 3,8cm 10,2cm 14,5cm 14,5cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 3,1cm 10,8cm 10,9cm 14,9cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 4,1cm 9,2cm 9,1cm 12,1cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 4,5cm 9,1cm 10,5cm 11,2cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 4,5cm 9,1cm 10,5cm 11,2cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 4,0cm 8,7cm 8,5cm 6,2cm 3(good) 0 0 1 1 2 1

2 4,5cm 8,5cm 9,4cm 11,2cm 3(good) 0 0 1 1 2 1


84

6. Form Rekapitulasi Data Penelitian PRF


Usia Jenis Rumah Tanggal
No Nama No HP No RM Alamat Unsur Diagnosa
(Tahun) Kelamin Sakit Operasi

Impksi gigi 48 kls II posisi


1 Nn. Masriani 24thn Perempuan 081343778449 060879 Makassar RSGM 48 05/02/22
A mesioangular

Impksi gigi 48 kls I posisi


2 Tn. Abd. Rahim 26thn Laki-laki 08124142330 061460 Gowa RSGM 48 05/02/22
A Horizontal
Impaksi gigi 48 kls II
3 Nn. Azisah Asni 32thn Perempuan 082317777907 060569 Makassar RSGM 48 14/01/22
posisi A Horizontal
Impaksi gigi 48 kls II
4 Ny. Nurhidayah 28thn Perempuan 085331369715 046409 Makassar RSGM 48 14/01/2022
posisi A Horizontal
Impaksi gigi 48 kls II
5 Tn. Fauzan Maulana 21thn Laki-laki 08219462632 061863 Makassar RSGM 38 19/02/22
posisi A Horizontal
Impaksi gigi 48 kls II
6 Tn. Jhon Calvin 23thn Laki-laki 0812422261557 061603 Makassar RSGM 48 12/02/22
posisi A Horizontal

Nn. A. Mardiana Ningrat Impaksi gigi 38 kls II


7 24thn Perempuan 0895334255792 062830 Makassar RSGM 38 13/02/22
posisi A mesioangular
Impaksi gigi 38 kls II
8 Tn. Ahmad Reizaldi 20thn Laki-laki 082191983470 068245 Makassar RSGM 38 12/02/22
posisi A mesioangular
Impaksi gigi 38 kls II
9 Ny. Amriani Hasan 33thn Perempuan 082347340279 068515 Makassar RSGM 38 13/02/22
posisi A Vertikal
Impaksi gigi 38 kls II
10 Ny. Hamryana 23thn Perempuan 082145012487 058949 Makassar RSGM 38 13/02/2022
posisi A Vertikal
Impaksi gigi 48 kls II
11 Nn. Dewi Sartika 31thn Perempuan 081943652836 062936 Makassar RSGM 48 20/02/11
posisi A mesioangular
Impaksi gigi 48 kls II
12 Ny. Tryana 34thn Perempuan 081355915863 062741 Makassar RSGM 48 01/03/22
posisi A mesioangular
Impaksi gigi 38 kls II
13 Tn. Muaamar Jumran 31thn Laki-laki 082393110150 039696 Makassar RSGM 38 05/03/22
posisi A Vertikal
Impaksi gigi 38 kls II
14 Tn. Muhammad Jafar 40thn Laki-laki 082191916746 068602 Makassar RSGM 38 05/03/22
posisi A mesioangular

15 Ny. Nanie Kusumawardhani 40thn Perempuan 081247656509 068775 Makassar RSGM 48 06/04/2022 Impaksi gigi 48 kls I Vertikal

16 Nn. Asri Ainun syawal 25thn Perempuan 0812455323434 068751 Makassar RSGM 38 07/04/22 Impaksi gigi 38 kls I Vertikal

Impaksi gigi 38 kls I


17 Nn. Eka Cahyani 21thn Perempuan 087865732253 068986 Makassar RSGM 38 12/04/22
posisi A mesioangular
Impaksi gigi 38 kls II
18 Ny. Reniza Oktaviana 34thn Perempuan 081340294850 068977 Makassar RSGM 38 14/04/22
posisi A mesioangular

19 Tn. Rifky 31thn Laki-laki 082193187476 068223 Makassar RSGM 48 17/05/22 Impaksi gigi 48 kls II
mesioangular
85

POD I POD II POD V

Udema Udema Udema


Status Kantus. Tragus Status Kantus. Tragus Status
VAS ( Visual Kantus. Tragus VAS ( Visual Tragus VAS ( Visual Tragus
Trismus Tragus → Jaringan. Trismus Lateral → Jaringan. Trismus Lateral → Jaringan.
anolog Scale) Lateral → → anolog Scale) → anolog Scale) →
Comisura Periodontal → Comisur Periodontal → Comisur Periodontal
Ramus Pgenion Pgenion Pgenion
Ramus a Ramus a

1 3,4cm 10,4cm 11cm 13cm 3(good) 0 4,0cm 10cm 11,5cm 12,5cm 3(good) 0 4,1cm 10cm 9,5cm 11,2cm 3(good)

0 3,7cm 13cm 14,1cm 15,5cm 2(poor) 0 3,8cm 13cm 14cm 15cm 3(good) 0 3,8cm 10cm 11,2cm 15,1cm 3(good)

2 3,2cm 10,1cm 11,1cm 15,1cm 3(good) 1 41,5cm 10cm 11cm 15cm 3(good) 0 4,2cm 9,5cm 10cm 14cm 3(good)

4 2,8cm 10,4cm 11,9cm 14,9cm 2(poor) 2 3,5cm 10,3cm 11,5cm 15cm 3(good) 1 3,2cm 10,2cm 11,1cm 15,2cm 3(good)

1 5cm 10,5cm 12cm 15,5cm 3(good) 0 5cm 11 cm 13 cm 15,5cm 3(good) 0 5,2cm 11,3cm 12,6cm 15cm 3(good)

2 4,1cm 10,1cm 11,4cm 14,4cm 3(good) 1 5cm 10cm 11,1cm 14cm 3(good) 1 5,3cm 10cm 11cm 13,5cm 4(verygood)

2 2,5cm 14,5cm 12,5cm 15,1cm 3(good) 2 3,4cm 13,1cm 11,1cm 14,2cm 3(good) 1 3,5cm 12,5cm 10cm 13,2cm 3(good)

0 3,1cm 12,5cm 11,5cm 15cm 3(good) 0 3,3cm 13cm 12cm 15cm 3(good) 0 3,5cm 12cm 13cm 15cm 3(good)

1 2,8cm 13cm 12cm 17cm 3(good) 1 3,6cm 12,1cm 11,6cm 16cm 3(good) 0 36,2cm 12,2cm 11,7cm 16cm 3(good)

0 4,5cm 11,8cm 14,5cm 14,5cm 3(good) 0 4,5cm 10,9cm 11,6cm 14,3cm 3(good) 0 4,5cm 10,5cm 11,5cm 13,2cm 3(good)

1 4,1cm 12,1cm 13,1cm 16,2cm 2(poor) 1 4,3cm 11,5cm 14,1cm 14cm 3(good) 0 4,5cm 11,2cm 11cm 13cm 3(good)

1 3,9cm 12,4cm 11,5cm 15,1cm 2(poor) 1 4,3cm 11,4cm 12,5cm 14,7cm 3(good) 0 4,5cm 10,6cm 11,3cm 13,2cm 3(good)

1 3,9cm 15cm 12cm 12,5cm 3(good) 0 4,1cm 10,6cm 11,7cm 14,5cm 3(good) 0 4,7cm 9,5cm 11,3cm 14cm 3(good)

0 3,7cm 12,5cm 13,8cm 16,5cm 2(poor) 0 3,7cm 11,9cm 13cm 15,8cm 2(poor) 0 3,7cm 11,1cm 12,2cm 13,1cm 3(good)

0 3,5cm 10,4cm 11,9cm 14,5cm 3(good) 0 3,7cm 10,4cm 11,9cm 14,5cm 3(good) 0 3,7cm 10,4cm 11,9cm 14,5cm 3(good)

0 3,5cm 12cm 11,5cm 15cm 3(good) 0 3,4cm 11,5cm 10,2cm 11,1cm 3(good) 0 3,5cm 11,2cm 9,1cm 10,5cm 3(good)

0 2cm 10,3cm 11,5cm 13,4cm 3(good) 0 2,5cm 10,2cm 9,5cm 10,1cm 3(good) 0 3,5cm 10,2cm 10,2cm 12,2cm 3(good)

0 3,5cm 12,5cm 10,5cm 13,2cm 3(good) 0 3,7cm 11,1cm 10,1cm 12,5cm 3(good) 0 3,7cm 10,1cm 9,8cm 11,5cm 4(verygood)

2 3,2cm 13,6cm 12,7cm 14,5cm 2(poor) 1 3,5cm 12,5cm 11,5cm 12,2cm 3(good) 0 3,7cm 11,7cm 10,8cm 12cm 3(good)
83

POD VII BULAN I BULAN III BULAN VI KETERANGAN

VAS ( Udema
Kantus. Tragus Status Jaringan. Overall Overall Overall
Visual Tragus Trabecullar Trabecullar Trabecullar
anolog
Trismus Lateral → → Periodontal density
Pattern score
density
Pattern score
density
Pattern score
→ Comisur Pgenion
Score Score Score
Scale)
Ramus a

0 4 10cm 9cm 11,2cm 4 (verygood) 0 0 1 1 2 2

0 4,1cm 10,2cm 12,4cm 15,2cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 4,5cm 9cm 10cm 14cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

1 3,4cm 10,2cm 11,6cm 15,2cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 5,2cm 11,5cm 12,5cm 15cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 5,3cm 8,5cm 11,2cm 14,2cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 4,1cm 10,1cm 10,1cm 12,5cm 3(good) 0 0 1 1 2 2

0 3,7cm 11,5cm 12,5cm 15cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 3,8cm 9,4cm 13cm 15,7cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 4,5cm 9,2cm 10,1cm 12,1cm 3(good) 0 0 1 1 2 2

0 4,7cm 11,1cm 12cm 15cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2 LENGKAP

0 4,6 cm 10cm 11,1cm 12,1cm 3(good) 0 0 1 1 2 2

0 4,6cm 9,3cm 11cm 15cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 3,7cm 10,5cm 12cm 14,8cm 3(good) 0 0 1 1 2 2

0 3,5cm 9,8cm 11cm 13,8cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 3,6cm 10,2cm 9,5cm 10,1cm 3(good) 0 0 1 1 2 2

0 3,5cm 9,5cm 10,5cm 9,5cm 3(good) 0 0 1 1 2 2

0 3,7cm 9,1cm 9,8cm 10,5cm 4(verygood) 0 0 1 1 2 2

0 3,8cm 10,7cm 10,2cm 12,1cm 3(good) 0 0 1 1 2 2


84

6. Hasil Analisis Data


1. DESKRIPTIF
Umur diuji normalitas dengan shapiro-wilk (untuk besar sampel <50),
didapatkan nilai p = 0,024: distribusi data tidak normal, maka dilaporkan dalam
bentuk median (min-maks). Uji normalitas edema post operative menunjukkan
nilai p>0.05 maka distribusi data normal. Data kategorik dilaporkan dalam
bentuk frekuensi-persentase.
85
86

2. VAS
Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan VAS antara PRF
dan tanpa PRF. Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan VAS
(kategorik) antara PRF dan tanpa PRF (kategorik), karena membandingkan
proporsi variabel kategorik-kategorik. Lihat hasil signifikansi pada bagian
chi square with continuity correction – asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05
maka ada perbedaan signifikan, jika p>0.05 maka tidak ada perbedaan
signifikan. Pengujian dilakukan tiap waktu evaluasi.
87
88

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan trismus antara PRF

dan tanpa PRF


89

3. Trismus
Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan trismus antara PRF dan
tanpa PRF Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan trismus
(kategorik) antara PRF dan tanpa PRF (kategorik), karena membandingkan
proporsi variabel kategorik-kategorik. Lihat hasil signifikansi pada bagian
chi square with continuity correction – asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05
maka ada perbedaan signifikan, jika p>0.05 maka tidak ada perbedaan
signifikan. Pengujian dilakukan tiap waktu evaluasi.
90
91

Karena ada expected count yang <5, maka variabel trismus


dikategorikan menjadi dikotom (trimsus >35 & tidak trismus <=35) agar bisa
dilakukan chi square 2x2
92
93

Karena ada expected count yang <5, tidak memenuhi syarat uji chi
square; maka variabel trismus dikategorikan menjadi dikotom (trimsus >35 & tidak
trismus <=35) agar bisa dilakukan chi square ulang dengan variabel bebas yang
terbagi menjadi 2 kategori dan variabel terikat yang terbagi menjadi 2 kategori, jadi
chi square untuk tabel 2x2. Lihat hasil signifikansi pada bagian chi square with
continuity correction – asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05 maka ada perbedaan
signifikan, jika p>0.05 maka tidak ada perbedaan signifikan. Pengujian dilakukan
tiap waktu evaluasi.

4. Jaringan periodontal
Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan jaringan
periodontal antara PRF dan tanpa PRF Dilakukan uji chi-square untuk menilai
perbedaan perbaikam Jaringan periodontal (kategorik) antara PRF dan tanpa
PRF (kategorik), karena membandingkan proporsi variabel kategorik-
kategorik. Lihat hasil signifikansi pada bagian chi square with continuity
correction – asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05 maka ada perbedaan signifikan,
jika p>0.05 maka tidak ada perbedaan signifikan. Pengujian dilakukan tiap
waktu evaluasi.
94
95
96

Karena ada expected count yang <5, tidak memenuhi syarat uji chi
square; maka variabel trismus dikategorikan menjadi dikotom (Proses
penyembuhan buruk/ Landry dan Turnbull 1-2 dan Proses penyembuhan baik/
Landry dan Turnbull 3-5) agar bisa dilakukan chi square ulang dengan variabel
bebas yang terbagi menjadi 2 kategori dan variabel terikat yang terbagi menjadi 2
kategori, jadi chi square untuk tabel 2x2. Lihat hasil signifikansi pada bagian chi
square with continuity correction – asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05 maka ada
perbedaan signifikan, jika p>0.05 maka tidak ada perbedaan signifikan. Pengujian
dilakukan tiap waktu evaluasi.
97

^Karena expected counts ada yang <5, maka baca hasil signifikansi fisher
exact test bukan pearson with continuity correction
98
99

5. Edema
Dilakukan uji T tidak berpasangan untuk menilai perbedaan edema
antara PRF dan tanpa PRF (edema adalah variabel bebas numerik) Dilakukan uji
T tidak berpasangan untuk menilai perbedaan edema antara PRF dan tanpa PRF.
uji T dipilih karena variabel bebas adalah kategorik (PRF dan tanpa PRF) dan
variabel terikat edema adalah variabel bebas numerik berbentuk angka. Uji T
yang tipe tidak berpasangan karena subjek yang diuji antar kelompok intervensi
dan kontrol adalah subjek yang berbeda, bukan orang yang sama.

6. Overall density score

Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan overall density score

antara PRF dan tanpa PRF. Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan

perbaikan overall density score (kategorik) antara PRF dan tanpa PRF

(kategorik), karena membandingkan proporsi variabel kategorik-kategorik.

Lihat hasil signifikansi pada bagian chi square with continuity correction –

asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05 maka ada perbedaan signifikan, jika p>0.05

maka tidak ada perbedaan signifikan. Pengujian dilakukan tiap waktu evaluasi.
100
101
102

7. trabecular pattern score


Dilakukan uji chi-square untuk menilai perbedaan trabecular pattern
score antara PRF dan tanpa PRF. Dilakukan uji chi-square untuk menilai
perbedaan perbaikan trabecular pattern score (kategorik) antara PRF dan tanpa
PRF (kategorik), karena membandingkan proporsi variabel kategorik-
kategorik. Lihat hasil signifikansi pada bagian chi square with continuity
correction – asymp. Sig 2 sided. Jika p<=0.05 maka ada perbedaan signifikan,
jika p>0.05 maka tidak ada perbedaan signifikan. Pengujian dilakukan tiap
waktu evaluasi.
103
104

7. Pengambilan sampel darah dan sentrifugasi PRF


105

8. Proses sentrifugasi
106

9. Proses pemisahan scafold PRF dan sel darah merahn


107

10. Proses Aplikasi PRF pada socket Odontektomi

11. Pengukuran Udem, Bukaan mulut dan Jaringan periodontal pada pemeriksaan
klinis post odontektomi hari pertama, ke-3, 5 dan 7
108

12. Pengambilan modalitas ortopantomogram pada sampel penelitian

Anda mungkin juga menyukai