OLEH:
AWALUDDIN AR
NIM : B1D119143
AWALUDDIN AR
NIM : B1D191143
Dibimbing Oleh :
Pembimbing I
DR.Joko Widodo,S.Si.,M.Kes
Pembimbing II
Penguji
Idris Mone,S.Si.,M.Kes
MAKASSAR
2020
PERSETUJUAN SKRIPSI
PENGUJI :
PEMBIMBING :
KETUA PRODI :
Makassar, 2022
Diketahui Oleh:
CURRICULUME VITAE
B1D119143
Orang Tua :
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakam laporan lengkap hasil penelitian yang
RS Hermina Makassar”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
dukungan banyak pihak dalam bentuk bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
1. Istri tercinta Anisa gesiradja dan dan putri kecil ku Fatihah Elzahra, sebagai
2. Ayah tercinta Usman Balo Amburinggi, Ibu tercinta Kartini, Istri tercinta
Anisa , Adik-adik tercinta ( Kele, dan Emon ), serta keluarga besar, yang
4. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega
Rezky Makassar.
4
5. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp. PD.Sp.JP (K). Selaku Rektor
10. Bapak Idris Mone, S.Si.,M.Kes Selaku penguji utama yang telah bersedia
12. Seluruh Keluarga Mahasiswa DIV TLM “Kelas Alih Jenjang 2019 E” yang
tidak dapat dituliskan satu persatu yang selalu mendukung dan membantu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Penelitian ini masih jauh dari
Akhir kata, semoga Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Tuhan melimpahkan kebaikan dan menjadikan segala yang
Makassar, 2022
Awaluddin AR
6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gambaran klinis sepsis neonatal…………………………………........10
Tabel 2.2. Pengelompokan fakto risiko ………………………………………....11
Tabel 2.3. Sistem skoring untuk prediksi sepsis neonatus……………...………..12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hubungan antara respon inflamasi sistemik sindrom (SIRS), sepsis
dan infeksi ............................................................................................................. 6
Gambar 2.2. Sistem imun dalam kehamilan ......................................................... 13
Gambar 2.3Peningkatan kadar PCT yang terus menerus dari keadaan sehat
dan keadaan sakit berat (sepsis berat dan syok septik)…………………………..19
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ............................................................................................. 4
G. Definisi Operasional........................................................................ 31
H. Instrumen Penelitian........................................................................ 32
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkembang meliputi Indonesia. Infeksi pada bayi baru lahir dan BBLR
masih sangat tinggi di Indonesia. Infeksi sistemik pada bayi baru lahir
sepsis neonatus di Indonesia pada beberapa rumah sakit rujukan masih sangat
Insiden septikemia pada bayi baru lahir di Indonesia antara 1,5% - 3,72%
dengan angka kematian 37,0% - 80%. Infeksi dini pada neonatus dapat
disebabkan karena infeksi vertikal dari ibu dengan angka kematian 5-20.
bayi terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran pernafasan,
Kondisi ini pada tahap awal seringkali tidak dapat dikenali / terdiagnosis,
dilakukan penundaan.
Hematology Scoring System, I/T ratio manual, I/T ratio otomatis. Neutrofil
merupakan sel yang terbentuk pertama kali yang mendasari sistem pertahanan
didapatkan pada saat baru lahir (1800 mm3 kemudian meningkat menjadi
7200 mm3 pada 12 jam setelah kelahiran). Adanya infeksi akan menyebabkan
peningkatan sel darah putih. Jumlah neutrofil relatif sedikit saat baru lahir
merupakanpeningkatanimaturleukositpadadarahtepiterutamabentukneutrophil
kita baca hitung jenis per 100 leukositnya. Dalam 100 leukosit tersebut
netrofil adalah keseluruhan jumlah dari semua bentuk netrofil baik yang
langsung menunjukkan adanya shift to the left dari sebaran hitung jenis
leukosit.
diagnosis awal yang tepat untuk sepsis neonatorum, sehinga dapat membantu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan yang terjadi pada bayi
jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir.(Sari &
Mardalena, 2016).
mortalitas baik pada bayi aterm maupun bayi preterm, infeksi aliran darah
bersifat invasif dan ditandai ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti
darah, cairan sumsum tulang atau air kemih. Keadaan ini sering terjadi pada
bayi berisiko, misalnya pada berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi dengan
sindrom gangguan nafas atau bayi lahir dari ibu berisiko. Sepsis merupakan
suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, syok
5
Gambar 2.1. Hubungan antara respon inflamasi sistemik sindrom
(SIRS), sepsis dan infeksi. Infeksi tidak selalu disertai dengan respon
inflamasi dan SIRS dapat terjadi tanpa disertai oleh infeksi. Bila SIRS
salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih merupakan
masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini, sepsis
dinyatakan bahwa72% bayi sepsis berasal dari ibu hamil dengan ketuban
pecah dini (KPD), ketuban pecah dini juga merupakan faktor risiko sepsis
wanita hamil pada usia kehamilan aterm mengalami ketuban pecah dini dan
30
& Mardalena, 2016). Tingginya angka kematian ini karena banyaknya
neonatorum awitan dini adalah 3,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup
Sepsis neonatorum awitan dini memiliki case fatality rate lebih tinggi
pada neonatus yang sulit ditemukan. Hingga saat ini masih belum ada
31
pemeriksaan ini membutuhkan waktu cukup lama (2-5 hari) dan tidak
waktu 4–90 hari setelah bayi lahir.Kuman penyebab infeksi ini sering
badan rendah.
2. Etiologi
negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Bakteri gram negatif
32
berkembang (Modi dan Carr, 2000). Perbedaan pola kuman penyebab
Data terakhir pada bulan Desember 2006 sampai Juli 2007 menunjukkan
33
proporsi sebesar 31,7%, terdiri dari Staphylococcus coagulase positive
3. Gejala Klinis
Variabel klinik :
d. Letargi
f. Intoleransiminum.
Variabel Hemodinamik :
34
Variabel Inflamasi :
a. Leukositosis (> 34.000 x109/L)
b. Leukopenia (< 5.000 x 109/L)
c. Neutrofil muda >10%
d. Neutrofil muda/total neutrofil (I/T ratio) >0,2
e. Trombositopenia < 100.000 x 109/L
f. C Reactive Protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilainormal
g. Procalcitonin > 8,1 mg/dl atau > 2 SD dari nilainormal
h. IL-6 atau IL-8 > 70pg/ml
i. 16 S rRNA gene PCR :positip
35
2. Ketuban pecah > 2. Ketuban pecah > 12jam
24jam 3. Ibu demam saat intrapartum suhu
3. Ibu demam saat >37,50C
intrapartum suhu > 4. Nilai Apgar rendah (menit ke 1 < 5,
380C menit ke 5 : <7)
4. Korioamnionitis 5. Bayi berat lahir sangat
5. Denyut jantung bayi menetap
rendah (BBLSR)
> 160x/menit
< 1500gram
6. Ketubanberbau 6. Usia gestasi < 37minggu
7. Kehamilan ganda
8. Keputihan padaibu
9. Ibu dengan infeksi saluran kemih
(ISK) / tersangka ISK yang tidak
diobati
Penemuan Skor
36
Pasien ditetapkan sepsis bila terdapat ≥ 2 faktor tersebut, dan hal
4. Patofisiologi
plasenta, selaput amnion, korion, dan beberapa faktor anti infeksi pada
37
Pertama, yaitu pada masa antenatal atau sebelum lahir, kuman
dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus, masuk ke dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Kedua, yaitu pada masa intranatal atau
saat persalinan. Ketiga, yaitu pada saat ketuban pecah. Paparan kuman
yang berasal dari vagina akan lebih berperan dalam infeksi janin.
Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat
(Depkes,2007).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. KulturDarah
hasilnya Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis awitan
38
b. PewarnaanGram
jawab atas 75% sepsis neonatorum yang terbukti dengan kultur (76,9%
c. PemeriksaanHematologi.
sel darah putih dan diferensiasinya, hitung neutrofil absolut dan ratio
luas sebagai tes penyaring adanya sepsis pada neonatus, namun tidak
39
satupun dari pemeriksaan ini dapat digunakan dalam menetapkan
d. Procalcitonin (PCT)
dalam kasus sepsis serta reaksi inflamasi sistemik berat yang lain. PCT
dalam kondisi sepsis serta reaksi inflamasi berat yang lain jika
setelah 6-8 jam mencapai plateu dan kembali normal kadarnya setelah
40
lahir, dan akan menjadi normal setelah 3 hari. Selain karena infeksi,
Perbedaan ini dapat dilihat pada nilai CRP akan mulai meningkat 4-6
jam lebih lambat dari pada PCT setelah adanya infeksi dan akan
diagnosis dini terjadinya sepsis pada bayi baru lahir karena meningkat
41
3) Evaluasi beratnya infeksibakteri.
berikut:
1) PCT > 2 ng/ml, nilai ini bila ditemukan saat hari pertama
42
Gambar 2.3Peningkatan kadar PCT yang terus menerus darikeadaan
sehat dan keadaan sakit berat (sepsis berat dan syok septik).
adalah protein fase akut yang dilepaskan oleh sel hati setelah
pada bakteri, fungi, dan parasit dengan adanya kalsium. Selain itu,
CRP dapat juga terikat pada komponen inti sel pejamu yang apoptosis
pembersihanjaringan.
43
ialah 0,8 mg/L (kisaran 0,3-1,7 mg/L) dan <10 mg/L pada 99%
setelah stimulus, meningkat dua kali lipat setiap 8 jam, dan mencapai
puncaknya pada 36-50 jam. Dengan stimulus yang sangat intens, kon-
sentrasi CRP dapat mencapai 500 mg/L atau lebih dari 1000 kali lipat
karena memiliki waktu paruh 19 jam. Di satu sisi, CRP bisa tetap
tinggi bahkan untuk waktu yang lama jika penyebab yang mendasari
terusberlanjut.
bakteri Gram positif dan negatif akut dan sistemik, serta infeksi jamur
infeksi virus akut, meskipun keadaan ini tidak mutlak, karena infeksi
dengan CRP yang tinggi. Data CRP pada infeksi parasit masih terbatas,
peningkatan CRP. Pada infeksi kronis seperti tuber- kulosis dan lepra,
inflamasi yang tidak disebabkan oleh infeksi seperti pasca operasi, luka
44
bakar, infark miokard, tumor ganas, dan penyakit rematik. Keter-
respon yang baik terhadap terapi awal antimikroba pada pasien sepsis,
dan/ataukematian.
berkem- bang dengan pesat. Pada mulanya pengu- kuran CRP bersifat
45
I/T rasio merupakan perbandingan antara neutrofil imatur dengan
neutrofil total pada sediaan hapus darah tepi. Neutrofil imatur berupa
neutrofil immatur pada sediaan hapusan darah tepi dibagikan dengan jumlah
total neutrofil baik immatur maupun matur, rasio maksimum yang dapat
batang dan total neutrofil lebih besar 0.2 mempunyai sensitivitas sebesar
90% dan spesifisitas 78%. Rodwell et al (1988) sensitivitas I/T ratio 96%
I/T ratio lebih besar dari 0.15 mendapatkan sensitivitas sebesar 89% dan
(2006) menggunakan I/T ratio > 0.2 memiliki sensitivitas sebesar 93.75%
dengan biaya murah dan cepat dibandingkan bila harus menunggu hasil
46
kultur darah yang memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak
pada keadaan normal, tetapi produksi dapat lebih cepat pada keadaan
membunuh bakteri.
47
reseptornya di membran neutrofil. Setelah melekat, neutrofil akan
dalam sirkulasi. Akibatnya bila terjadi infeksi bakteri dan sel stem pada
sampai puluhan ribu. Peningkatan cepat ini dipacu oleh adanya infeksi
tulang dan juga oleh karena kontrol granulosit coloni stimulating factor
48
(GCSF) yang dikeluarkan oleh limfosit dan monosit pada saat
Monroedkk(1997)neutropeniditemukanpada77%kasusyangterbuktiadany
toksikatauhipergranulasi,danvakuolisasi.Vakuolisasi pada
sepsis adalah peningkatan jumlah batang atau rasio batang dengan total
49
masing-masing didapatkan pada 75%, 29%, dan 24% pada pasien dengan
karena proses DIC serta penekanan pada sumsum tulang. Dari berbagai
terjadinyatrombositopenia.
50
apusan darah dengan pengecatan Wright atau Giemsa yang kita
baca hitung jenis per 100 leukositnya. Dalam 100 leukosit tersebut
I/Tratio =(stab+metamielosit+mielosit)/(segmen+stab+meta
C. Kerangka Konsep
51
Faktor organisme:
Jenis kuman
Pemeriksaan penunjang
Labratorium
= yang diteliti
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Fokus Penelitian
1. Populasi
yang melakukan pemeriksaan rasio I/T dengan kultur darah sebagai gold
53
2. Sampel
Data yang diambil oleh peneliti adalah data sekunder, karena diambil
1. Kriteria inklusi
2. Kriteri Eksklusi
G. Defenisi Operasinal
2. Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,
2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama
(Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran (Potter & Perry,
54
2009). Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan yang terjadi pada bayi dalam 28
4. Nilai normal dari I/T ratio adalah <0,2. Nilai di atas 0,2 menunjukkan
Gambar 3.1 gambaran serial imatur neutrofil pada sediaan slide darah tepi
a. Myeloblast
55
b. Promyelosit
c. Myelosit
d. Metamyelosit
56
e. Neutrophil batang
f. Neutrophil segmen
H. Instrument Penelitian
1. Rekam medis
yang diambil adalah rekam medis pasien sepsis neonatus periode Maret-
Desember 2020 yang mencakup nama pasien, umur, alamat, hasil kultur
darahdan I/T Ratio, data laboratorium, kondisi umum pasien waktu masuk
57
2. Statistical Product and Service Solution (SPSS)
Statistical Product and Service Solution adalah software yang dipakai untuk
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Analisis Data
table.
58
4. Kesimpulan
J. Alur Penelitian
Pengumpulan Data
Pengelompokan Data
Pengolahan Data
Analis Data
K. Etika Penelitian
penelitian berhubungan dengan data yang harus dirahasiakan, Masalah etika yang
59
1. Tanpa Nama (Anonim)
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akans dilaporkan pada hasil riset.
60
BAB IV
A. Selayang Pandang
Hermina” yang terletak di Jl. Raya Jatinegara Barat no. 126, Jakarta Timur, pada
tahun 1985. Semula, Rumah Sakit ini bernama “Rumah Bersalin Djatinegara” dengan
kapasitas 7 tempat tidur, yang didirikan atas prakarsa Ibu Hermina Sulaiman pada
tahun 1967.
Pada tahun 1970, Ibu Hermina Sulaiman bekerja sama dengan Dr. Budiono Wibowo,
Untuk pengembangan Rumah Bersalin ini, pada tahun 1983 dibentuklah “Yayasan
Hermina”. Yayasan ini kemudian mengajukan izin untuk mendirikan rumah sakit,
sehingga pada tanggal 25 April 1985 berdirilah “Rumah Sakit Bersalin Hermina”
secara resmi. Perluasan lahan dan bangunan Rumah Sakit ini terus dilakukan sejak
tahun 1991 hingga akhirnya berkembang menjadi “Rumah Sakit Ibu dan Anak
Hermina Djatinegara”.
61
Sampai dengan sekarang, Rumah Sakit Hermina telah memiliki 42 rumah sakit
dengan kategori Rumah Sakit Umum (RSU) di 31 kota di Indonesia. Delapan RSU
telah berstatus Tipe B dan 32 RSU lainnya termasuk dalam Tipe C, seluruhnya
dengan total 5.627 tempat tidur. Saat ini, 1 Rumah sakit Hermina telah memiliki 1
tentara sekutu di bawah kendali tentara hindia belanda di bawah pimpinan dr.Hape
Oomen. Rumah sakit sempat harus menampung para mantan tawanan jepang
(inteneren) dari bangsa, lapisan dan usia. Fasilitas rumah sakit mulai di tata dan di
Jl. Toddopuli Raya Timur No 7 Kel. Borong Kec. Manggala, Makassar. RS Hermina
Makassar pertama kali beroperasi pada tahun 2016 di gedung berlantai 5 dengan 50
tempat tidur yang didukung dengan fasilitas KTK. Visi dari Rumah Sakit
Herminayaitu ; “menjadikan Hermina sebagai Rumah Sakit yang tumbuh, sehat dan
62
B. Hasil Penelitian
pengumpulan data sekunder yang berasal dari seluruh data rekam medik di
Laboratorium RS Hermina pada bulan Januari 2020 sampai Desember 2021 dengan
jumlah data rekam medik sebesar 60 pasien, dengan kriteria inklusi yaitu data
I/T dan kultur darah. Berdasarkan hasil pengolaan data sekunder Laboratorium
Januari 2020 sampai Desember 2021 sebanyak 60 pasien. Pada hasil pemeriksaan
I/T Ratio dari pasien laki- laki memiliki presentasihasil sebanyak 40%, dan hasil
63
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jumlah Kasus Berdasarkan Umur
Ratioberusia >3 hari sebanyak 39 pasien (65%) dan yang paling sedikit yaitu
64
Berdasarkan tabel3 diatas,dapat dilihatdata jumlah kasus berdasarkan
dan yang paling sedikit yaitu BBL (gram) >2500 yaitu sebanyak 25 pasien
(41,57%), pasien dengan Ibu Demam >38oC sebanyak 3 pasien (5%), dengan
ibu demam ≥37,5oC yaitu sebanyak 1 pasien (1,63%), dan Tidak demam yaitu
dengan ibu yang Umur kehamilan Preterm sebanyak 38 pasien (63,33%) dan
yang paling sedikit Umur kehamilan Aterm yaitu sebanyak 22 pasien (36,67%),
pasien dengan ibu yang Ketuban Pecah Dini (KPD) >12 jam sebanyak 3 pasien
(5%), dengan waktu >24 jam yaitu sebanyak 6 pasien (10%), dan Tidak dengan
(66,66%), ibu yang Cara persalinan Sectio cesaria sebanyak 18 pasien (30%) dan
65
Jenis Bakteri n (%)
Enterobacter aerogenus 4 (6,6)
Enterobacter aglomeras 2 (3,3)
Klebsiella oksitoka 5 (8,3)
Pseudomonas sp 9 (15)
Staphylococcus aureus 5 (8.3)
Staphylococcus epidermidis 10 (16.6)
Staphylococcus sapropictus 12 (20)
Streptococcus pyogenes 7 (11.6)
Streptococcus viridans 6 (10)
66
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihatdata jumlah kasus berdasarkan
dari bulan Januari 2020 sampai Desember 2021 sebanyak 60 pasien. Pada hasil
pemeriksaan I/T Ratio dari Normal ( < 0.20) memiliki presentasihasil (38,33%)
dari 23 pasien, dan hasil presentase Tidak Normal ( > 0.20) sebanyak (61,67 %)
dari 37 pasien , maka dapat disimpulkan bahwa jumlah Tidak Normal ( > 0.20)
lebih banyak dari yang Normal ( < 0.20).dengan kata lain sensitivitas
adalah 61,67%
C. Pembahasan
kematian pada neonatus.Hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor risiko yang dapat
sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Beberapa masalah yang dapat
ditemui antara lain adalah masalah pernapasan, asupan, resiko perdarahan, dan
infeksi. Bayi prematur memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya sepsis
neonatorum dibandingkan bayi aterm. Disamping itu faktor risiko lainnya yang
menyebabkan sepsis yaitu berat lahir rendah, Respiratory Distress Syndrom (RDS),
67
infeksi karena cedera sel akibat hipoksia dan akan memacu respon peradangan. Pada
penelitian ini berat badan lahir rata- rata bayi yang mengalami sepsis yaitu 2299.33
gram. Faktor risiko lain yang juga mempengaruhi terjadinya sepsis yaitu jenis
terjadi pada bayi laki-laki dari pada bayi perempuan, tapi pada penelitian ini
didapatkan sebaliknya yaitu 24 orang (40%) bayi laki-laki yang mengalami sepsis
dibandingkan bayi perempuan yang berjumlah hanya 36 orang (60%), artinya tidak
terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik terhadap jenis kelamin dengan
angka kejadian sepsis dengan ( P=1.000 ). Penelitian ini sesuai dengan yang
ditemukan oleh Martinhott dkk yang menyatakan bahwa jenis kelamin dan umur
Pada masa neonatal berbagai bentuk infeksi dapat terjadi pada bayi. Di
negara yang sedang berkembang macam infeksi yang sering ditemukan berturut-turut
infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus neonatal, sepsis
dan meningitis.
Pola kuman penyebab sepsis tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan
rumah sakit yang lain. Perbedaan tersebut terdapat pula antarsatu negara dengan
negara lain. perbedaan pola kuman ini akan berdampak terhadap pemilihan antibiotik
yang dipergunakan pada pasien. Perbedaan pola kuman mempunyai kaitan pula
yang dirawat menunjukan pertumbuhan bakteri pada kulitnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian ini bahwa sebagian besar bakteri yang ditemukan yaitu stapilococus
68
epidermidis yaitu sebanyak 10 bakteri (16.6%) dari seluruh bakteri yang ditemukan,
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tifla pada tahun 2004, yang meneliti tentang
Antibiotik Inisial serta Faktor Risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi (BBRT)
(7,2%)dan S. aureus (4,1%). Dalam penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar
sensitif untuk untuk pola kuman di rumah sakit Hermina Makassar adalah
Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian
antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab, resistensinya dan
faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang
tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada neonatus. Untuk itu, masih perlu
69
mendiagnosis neonatus yang berpeluang untuk menderita sepsis, oleh karenanya I/T
ratio dapat digunakan sebagai alat diagnosis dini adanya sepsis bakterial pada
neonatus karena I/T ratio memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pada
penelitian ini dari 60 sampel didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas I/T ratio
manual sebesar 61,67%. Hal ini sesuai dengan penelitian Kelly G Nigro,
usia bayi, karena nilai I/T ratio mencapai puncaknya pada 12 jam pertama
akibat infeksi bakterial baik pada bayi, anak atau orang dewasa, bahkan leukosit dan
diferensiasinya, I/T ratio juga digunakan sebagai penyaring adanya sepsis neonatus.
Blood Count (CBC) pada sepsis awitan dini mendapatkan bahwa hitung leukosit
yang rendah dan hitung absolut neutrofil dan tingginya I/T ratio berkaitan dengan
odd ratio infeksi sebagai berikut: untuk hitung leukosit odd rationya 5,28%, hitung
absolut neutrofil odd rationya 6,84% dan I/T ratio odd rationya 7,97%.
kriteria inklusi. Waktu pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan I/T ratio
sebagai data penelitian juga tidak bisa sesuai dengan prosedur yang diinginkan oleh
70
BAB V
A. KESIMPULAN
sebesar 61.67% sehinga dapat disimpulkan bahwa Rasio neutrofil imatur dengan
dini sepsis neonaturum karena memiliki nilai sensitivitas yang tinggi serta biaya
yang murah sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada
neonatus.
B. SARAN
sampel yang lebih banyak untuk menilai sensitifitas dan spesifisitas I/T rasio
karena itu masih perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pola kuman dan
71
31
DAFTAR PUSTAKA
fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf
https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.381-5
Newman, T. B., Puopolo, K. M., Wi, S., Draper, D., & Escobar, G. J. (2010).
Interpreting complete blood counts soon after birth in newborns at risk for
Polin, R. A., Papile, L. A., Baley, J. E., Benitz, W., Carlo, W. A., Cummings, J.,
Kumar, P., Tan, R. C., Wang, K. S., Watterberg, K. L., & Bhutani, V. K.
https://doi.org/10.1542/peds.2012-0541
Sari, E., & Mardalena. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
(ISDC,2001),. 8–26.
Utomo, M. T., Sumitro, K. R., Etika, R., & Widodo, A. D. W. (2021). Current-
63.
fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf
https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.381-5
Newman, T. B., Puopolo, K. M., Wi, S., Draper, D., & Escobar, G. J. (2010).
Interpreting complete blood counts soon after birth in newborns at risk for
Polin, R. A., Papile, L. A., Baley, J. E., Benitz, W., Carlo, W. A., Cummings, J.,
Kumar, P., Tan, R. C., Wang, K. S., Watterberg, K. L., & Bhutani, V. K.
https://doi.org/10.1542/peds.2012-0541
Sari, E., & Mardalena. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
(ISDC,2001),. 8–26.
Utomo, M. T., Sumitro, K. R., Etika, R., & Widodo, A. D. W. (2021). Current-
63.
fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf
https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.381-5
Newman, T. B., Puopolo, K. M., Wi, S., Draper, D., & Escobar, G. J. (2010).
Interpreting complete blood counts soon after birth in newborns at risk for
Polin, R. A., Papile, L. A., Baley, J. E., Benitz, W., Carlo, W. A., Cummings, J.,
Kumar, P., Tan, R. C., Wang, K. S., Watterberg, K. L., & Bhutani, V. K.
https://doi.org/10.1542/peds.2012-0541
Sari, E., & Mardalena. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
(ISDC,2001),. 8–26.
Utomo, M. T., Sumitro, K. R., Etika, R., & Widodo, A. D. W. (2021). Current-
63.
fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf
https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.381-5
Newman, T. B., Puopolo, K. M., Wi, S., Draper, D., & Escobar, G. J. (2010).
Interpreting complete blood counts soon after birth in newborns at risk for
Polin, R. A., Papile, L. A., Baley, J. E., Benitz, W., Carlo, W. A., Cummings, J.,
Kumar, P., Tan, R. C., Wang, K. S., Watterberg, K. L., & Bhutani, V. K.
https://doi.org/10.1542/peds.2012-0541
Sari, E., & Mardalena. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
(ISDC,2001),. 8–26.
Utomo, M. T., Sumitro, K. R., Etika, R., & Widodo, A. D. W. (2021). Current-
63.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf
https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.381-5
Newman, T. B., Puopolo, K. M., Wi, S., Draper, D., & Escobar, G. J. (2010).
Interpreting complete blood counts soon after birth in newborns at risk for
Polin, R. A., Papile, L. A., Baley, J. E., Benitz, W., Carlo, W. A., Cummings, J.,
Kumar, P., Tan, R. C., Wang, K. S., Watterberg, K. L., & Bhutani, V. K.
https://doi.org/10.1542/peds.2012-0541
Sari, E., & Mardalena. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
(ISDC,2001),. 8–26.
Utomo, M. T., Sumitro, K. R., Etika, R., & Widodo, A. D. W. (2021). Current-
63.
39
LAMPIRAN – LAMPIRAN
40