Ramlah Massing
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Biomedik
RAMLAH MASSING
Kepada
Nama
: RAMLAH MASSING
RAMLAH MASSING
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
semua berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini
disusun sebagai tugas akhir dalam Program Studi Dokter Spesialis Terpadu
Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Saya menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan
sehingga
dengan
segala
kerendahan
hati,
saya
mengharapkan kritik, saran dan koreksi dari semua pihak. Banyak kendala
yang dihadapi dalam rangka penyusunan tesis ini, namun berkat bantuan
berbagai pihak maka tesis ini dapat juga selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K) selaku Ketua Bagian Radiologi
FK-Unhas sekaligus sebagai Sekretaris Pembimbing, atas segala arahan
dan bimbingan yang diberikan selama saya menjalani pendidikan di
Bagian Radiologi dan bimbingan selama penelitian hingga penyusunan
dan penulisan karya akhir ini.
2. dr. Nurlaily Idris, Sp.Rad(K) selaku Ketua Komisi Penasihat, Pembimbing
Utama dan Guru saya, atas segala arahan, nasehat dan bimbingan yang
telah diberikan selama saya menjalani pendidikan di Bagian Radiologi dan
bimbingan selama penelitian hingga penyusunan dan penulisan karya
akhir ini.
telah
diberikan
mulai
dari
pengembangan
minat
terhadap
12. Kepada orang tua kami, H.M. Idrus Massing dan Hj. Rimen (almarhumah)
dengan tulus ikhlas memberikan semangat dan dukungan moril maupun
materil, membimbing, mendidik, dan senantiasa mendoakan kami untuk
kesuksesan dan kebahagiaan.
13. Khususnya kepada suamiku tercinta dr. Zulfikar Djafar, M.Kes. Sp.An, dan
anak-anakku tersayang, Shafira Alya Putri Zulfikar dan Nadya Azzahra
Zulfikar, yang senantiasa menjadi penyejuk hati atas segala pengorbanan,
pengertian dorongan semangat, serta doa tulus selama ini yang telah
mengiringi perjalanan panjang saya dalam mengikuti pendidikan.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang
telah memberi bantuan baik moril maupun materiil secara langsung
maupun tidak langsung, saya ucapkan terima kasih.
Akhirnya kami mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kesalahan
yang telah kami perbuat baik disengaja maupun tidak kepada semua pihak
selama kami menjalani pendidikan ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta membalas budi baik kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungannya kepada kami.
Ramlah Massing
10
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
xviii
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
10
D.
Hipotesis
10
E.
Manfaat Penelitian
10
II.
TINJAUAN PUSTAKA
12
A. Definisi
12
B. Epidemiologi
12
C. Anatomi
13
C.1. Vaskularisasi
14
15
C. 3. Persarafan
16
D. Fisiologi
16
11
III.
IV.
E. Histologi
17
F.
Patogenesis
18
G. Faktor-faktor Risiko
19
H. Patologi
20
21
H. 2. Karsinoma Tiroid
22
2. a.
Karsinoma Papiler
22
2. b.
Karsinoma Folikuler
23
2. c.
Karsinoma Meduler
24
2. d.
Karsinoma Anaplastik
25
I. Diagnosis
25
25
26
26
27
41
46
A. Kerangka Teori
46
B. Kerangka Konsep
47
METODE PENELITIAN
48
A. Desain Penelitian
48
48
C. Populasi Penelitian
48
12
V.
48
48
F.
49
50
50
I.
Cara Kerja
53
J.
Alur Penelitian
56
57
L.
57
58
A. Hasil Penelitian
58
58
60
61
62
63
64
64
67
13
VI.
B. Pembahasan
68
72
A. Kesimpulan
72
B. Saran
73
DAFTAR PUSTAKA
74
79
80
81
82
86
14
DAFTAR TABEL
Nomor
HALAMAN
36
42
61
62
63
64
65
67
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
14
16
18
30
32
32
33
33
33
10. Tepi nodul. Tegas dan tidak tegas (Gursoy dan Erdogan, 2012)
34
34
66
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
80
2.
81
3.
82
4.
Tabulasi data
83
5.
Curriculum vitae
87
17
Lambang / Singkatan
%
123
: Iodium-123
131
: Iodium-131
AFIP
I
I
: Anteroposterior
AP
Camp
CT
DNA
: Deoxyribonucleic Acid
FNAB
GCT
H&E
MEN
Mhz
: Megahertz
Mm
: Millimeter
RS
: Rumah Sakit
RSUPN-CM
18
T3
: Triiodothyronine
T4
: Thyroxine
TG
: Thyroglobulin
TIRADS
TSH
: Thyroid-Stimulating Hormone
USG
: Ultrasonografi
WHO
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nodul tiroid adalah pembesaran yang teraba pada kelenjar tiroid di
daerah leher. Nodul tiroid merupakan suatu pertumbuhan sederhana yang
cepat dari jaringan tiroid normal, kista berisi cairan, inflamasi (tiroiditis), atau
tumor (salah satu dari jinak atau ganas). Nodul tiroid diindikasikan dengan
adanya satu atau beberapa nodul yang berada di dalam kelenjar tiroid.
(Welker MJ and Orlov D. 2003; Hedegus L. 2004)
Nodul tiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu
1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut
nodul tiroid soliter (uninodule) dan bila lebih dari satu, disebut
multinodul tiroid.
2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif, dikenal 3
bentuk nodul tiroid yaitu : nodul dingin, nodul hangat dan nodul panas.
3. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras dan sangat
keras.
Secara lengkap penilaian karakteristik nodul tiroid dapat ditentukan
melalui berbagai pemeriksaan. Dengan pemeriksaan-pemeriksaan itu
20
riwayat
terkena
paparan
radiasi,
kekurangan
yodium
dan
pertambahan umur. Bentukan dari nodul tiroid yang tersering dapat berupa :
koloid, kista, tiroiditis limfositik, neoplasma jinak (Hurthle, folikuler) dan
neoplasma ganas (papilare, folikuler). Bentukan yang jarang adalah : tiroiditis
granulomatus, infeksi (abses, tuberkulosis), neoplasma ganas (medulare,
anaplastik, metastasis) dan limfoma. (Masjhur JS, 2006)
Nodul tiroid
umumnya
dapat
ultrasonografi sampai 60% dari seluruh populasi. Data dari the Surveillance
Epidemiology and End Results (SEER) terlihat adanya peningkatan
prevalensi differensiasi kanker tiroid diseluruh dunia
dimana jumlah
21
pembedahan
adalah
kecurigaan
keganasan,
gejala
22
pencitraan
ultrasonografi
(USG)
dalam
23
sekitarnya.
Beberapa
gambaran
ultrasonografi
seperti
teknik
Doppler,
menambah
kemampuan
USG
pengembangan
dalam
USG
24
10 MHz, dewasa ini sudah sering pula digunakan dengan frekwensi 14 MHz.
Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang optimal.(Visalli, 2008)
Eksistensi USG saat ini digunakan sebagai modalitas radiologi yang
dapat membedakan sifat nodul tiroid jinak dan ganas. (Lee et al, 2011). USG
memiliki validitas yang sangat baik dalam mengidentifikasi adanya lesi tiroid,
meskipun dalam ukuran yang relatif kecil, baik dalam hal gambaran kontras
terhadap jaringan sekitarnya, ukuran maupun morfologi nodul. USG dapat
digunakan untuk mengidentifikasi nodul nonpalpable, yang dapat berupa
kista tiroid ukuran 2 mm dan nodul tiroid yang solid dengan ukuran 3 mm.
(Khan, 2010; Chou,Tiu, 2003)
Namun dalam menentukan sifat nodul apakah jinak atau ganas masih
dalam perdebatan para peneliti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa USG
memiliki validitas yang kurang dalam menentukan sifat jinak dan ganas,
sebagian peneliti lainnya menyatakan sebaliknya. Perbedaan pendapat ini
didasari adanya perbedaan metode dan parameter yang digunakan.
Sebagian peneliti menggunakan USG grey scale seperti Yoon DY, dkk
menggunakan kriteria kalsifikasi perifer (Yoon et al, 2007), Kim MJ, dkk
dengan makrokalsifikasi (Kim et al, 2008). Brunese L, dkk menggunakan
kriteria B-flow twinkling sign.(Brunese et al, 2008) Beberapa peneliti lainnya
menggunakan mikrokalsifikasi, tepi yang ireguler, hipogenitas, halo sign dan
limfadenopati regional seperti pada Hoang JK, dkk (Hoang et al, 2007), Algin
O dkk (Algin et al, 2010), Kim JY dkk (Kim et al, 2008), Iannuccilli JD
dkk.(Iannuccili et al, 2004)
25
Meskipun
demikian,
tidak
ada
penelitian
yang
secara
1.
The
Bethesda
for
reporting
thyroid
I. Nondiagnostic or Unsatisfactory
Cyst fluid only
Virtually acellular specimen
Other (obscuring blood, clotting artifact, etc)
cytopatology:
26
II. Benign
Concistent with a benign follicular nodule (includes adenomatoid
nodule, colloid nodule, etc)
Concistent with lymphocytic (Hashimoto) tiroiditis in proper clinical
context
Concistent with granulomatous (subacute) thyroiditis
other
III. Atipia of undetermined significance or follicular lesion of
undetermined significance
IV. Follicular neoplasm or suspicious for a follicular neoplasm
Specify if hrtle cell (oncocytic) type
V. Suspicious for malignancy
Suspicious for papilary carcinoma
Suspicious for medullary carcinoma
Suspicious for metastatic carcinoma
Suspicious for lymphoma
Other
VI. Malignant
Papilary thyroid carcinoma
Poorly differentiated carcinoma
27
hal
tersebut
diatas
serta
belum
pernah
C. Tujuan Penelitian
28
1. Tujuan umum
Menentukan
Hubungan
antara
gambaran
ultrasonografi
tiroid
ultrasonografi
tidak
berbeda
dengan
gambaran
tiroid
informasi
ilmiah
tentang
gambaran
nodul
tiroid
29
gambaran
tiroid
berdasarkan
klasifikasi
sitopatologi
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hypertiroidisme.(Sri Hartini, 1987). Nodul tiroid adalah suatu neoplasma dari
tiroid dengan lesi yang disebabkan adanya pertumbuhan abnormal dari
kelenjar tiroid yang berhubungan dengan pembelahan sel yang berlebihan
dan proliferasi. Nodul tiroid dapat teraba pada palpasi dan sering ditemukan
secara insidental pada pemeriksaan ultrasonografi. (Visalli, 2008). Diagnosis
nodul tiroid utamanya ditegakkan dengan pencitraan radiologi dan konfirmasi
sitohistopatologi untuk menentukan jenis tumor dan sifat jinak atau ganas.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, nodul tiroid sering ditemukan, sekitar 4-7% dapat
dipalpasi pada populasi dewasa, perempuan lebih sering terkena dari lakilaki. Akan tetapi, nodul tiroid yang ditemukan secara insidental pada
pemeriksaaan ultrasonografi memiliki prevalensi sekitar 19 67%. Meskipun
demikian hanya 1 di antara 20 kasus yang teridentifikasi secara klinis
merupakan kasus ganas. Karsinoma tiroid lebih jarang dan terdapat sekitar
31
Kata thyroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar ini
merupakan
kelenjar
endokrin
yang
paling
banyak
vaskularisasinya,
dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda
yang melekatkan thyroid ke larynx dan trachea. (N.C.Chakrabarty and D.
Chakrabarty, 1997).
Terletak di anterior leher sejajar Vt C5 sampai Th1, terdiri dari lobus
kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus(dengan ketebalan rata-rata
32
12-15 mm) menutupi cincin trakea. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear
tiap lobus panjangnya 50-60 mm, dengan apex di atas linea oblique lamina
cartilage thyroidea, dengan basis di bawah pada cincin trachea 5 atau 6.
Beratnya bervariasi antara 20-30 gr, rata-rata 25 gr pada dewasa (lebih berat
sedikit pada perempuan). (Khan, 2010; Faller et al, 2004; Ellis, 2002)
33
34
tiroid
menghasilkan
hormon
seperti
thyroxine
(T4,
35
E. Histologi
Kelenjar tiroid terdiri dari unit-unit berbentuk cembung yang merapat
disebut folikel, yang mengandung banyak pembuluh darah kapiler. Bagian
dalam folikel terisi oleh koloid yang jernih dan mengandung protein, yang
normalnya merupakan bahan utama pembentuk tiroid. Pada potongan
melintang, jaringan tiroid terlihat sebagai struktur berbentuk cincin yang
rapat, yang terdiri dari satu lapis sel tiroid yang mengelilingi lumen.
(Salvatore et al. 2011)
Di bawah lapisan tengah dari fasia cervical dalam, tiroid mempunyai
kapsul yang tipis dan condong menutupi kelenjar. Perluasan dari kapsul
dengan substansi dari kelenjar dengan bentuk septa, yang terbagi menjadi
lobus dan lobulus. Lobulus-lobulus dibentuk dari folikel-folikel, unit struktur
dari kelenjar, yang terdiri dari lapisan epithelium sederhana disekitar a
colloid-filled cavity. Koloid ini (berwarna merah muda pada pengecatan
hematoxylin dan eosin [H&E]) berisi iodinated glycoprotein, iodothyroglobulin,
merupakan prekursor hormon tiroid. (Khan, 2010)
Diameter folikel bervariasi, tetapi rata-rata 200nm. Sel-sel folikel
memiliki tinggi yang bervariasi sesuai stimulasi kelenjar, menjadi kolumner
pada saat aktif, dan kuboidal pada saat inaktif. Epitel menumpu pada
membrana basalis yang kaya glikoprotein dan memisahkan sel-sel folikel dari
kapiler yang mengelilinginya. (Salvatore et al. 2011)
36
dengan
kerusakan
DNA
akibat
adanya
aksi
H2O2
yang
bermutasi.
Beberapa
dari
sel-sel
yang
bermutasi
ini
37
klonal.
Ekspansi
klonal
bersama-sama
dengan
proses
38
goitrogen
seperti
umbi-umbian
cassava
yang
terjadinya
nodul
tiroid
bersifat
ganas
dipengaruhi
beberapa faktor risiko antara lain : (Visalli, 2008, Jameson and Weetman,
2005)
1. Riwayat paparan radiasi pada kepala dan leher. Risiko akan tinggi
sekitar 50% bila paparan terjadi pada anak-anak umur di bawah 15
tahun, pada umur dibawah 30 tahun menjadi sekitar 20%.
2. Genetika, riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid atau MEN 2.
3. Umur. Pasien dengan umur < 14 tahun (anak-anak) cenderung
memiliki risiko tinggi sekitar 50% terjadinya karsinoma, sedangkan
orang dewasa sekitar kurang dari 10%. Risiko juga lebih tinggi pada
umur lebih dari 70 tahun.
H. Patologi
Kebanyakan nodul tiroid bukan neoplasma sebenarnya tetapi
merupakan pertumbuhan jinak yang disebabkan oleh siklus dari hiperplasia
dan involusi dari jaringan tiroid yang mendasarinya. Hasil proses ini
merupakan fusi dari regio folikel-folikel yang mengandung koloid dan
parenkim, yang membentuk gambaran adenomatoid atau nodul koloid.
39
Sedangkan
sisanya
karsinoma
meduler
(10%).
40
berhubungan
dengan
karsinoma
tiroid
adalah
adenomatous
41
khususnya pada pasien umur 20-40 tahun. Kebanyakan karsinoma tiroid tipe
papiler secara klinis adalah asimptomatis dan biasanya berukuran kurang
dari 1 cm.(Khan, 2010)
Secara histologi, gambaran karsinoma ini tampak tidak berkapsul
dengan
diferensiasi
baik.
Sekitar
22%
dari
lesi
ini
adalah
42
lebih
banyak
pada
perempuan
dibanding
laki-laki,
43
44
Weetman,
2005)
I. 2.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada kasus nodul tiroid dapat dilakukan berupa
inspeksi pada leher dari depan dan samping. Pada kasus dengan nodul tiroid
yang besar akan terlihat pembesaran pada leher. Tiroid dapat dipalpasi dari
depan ketika berhadapan maupun dari belakang pasien.
Palpasi tiroid dari belakang lebih sensitif apalagi dipadukan dengan
instruksi menelan pada pasien dalam menentukan adanya nodul tiroid.
Sayangnya pada kasus nodul tiroid yang kecil sering tak didapatkan adanya
kelainan maupun nodul tiroid. (Jameson and Weetman, 2005)
I. 3.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan pada penyakit tiroid
untuk membedakan jenis penyakit tiroid, tetapi uji fungsi tiroid tidak dilakukan
untuk menentukan apakah nodul tiroid jinak atau ganas.
Beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada nodul tiroid antara lain
: (Visalli, 2008, Jameson and Weetman, 2005)
a) Pengukuran level tiroid-stimulating hormone (TSH) sering digunakan
oleh klinisi sebagai uji skrining. Peningkatan level TSH yang tidak
adequat secara signifikan pada produksi hormon saat supresi level
dapat
menunjukkan
teregulasi.
produksi
hormon
yang
berlebihan
tidak
45
dua
Tiroglobulin
marker
(TG)
karsinoma
untuk
tipe
untuk
papiler
karsinoma
derivat
diferensiasi
baik
tiroid.
atau
46
C=.f
47
Karsinoma
tiroid
mempunyai
tekstur
hipoekhoik
(47,1%),
48
dari karsinoma tiroid. Bentuk dari nodul juga dilaporkan sebagai kriteria
menentukan sifat nodul, dimana nodul jinak cenderung berbentuk oval
(diameter lebar lebih besar dari tinggi, AP) sedangkan nodul ganas
cenderung bulat atau lebih tinggi dari lebar (diameter AP lebih besar dari
lebar). (Khan, 2010)
B-flow twinkling sign (suatu mikrokalsifikasi internal lesi) dilaporkan
memiliki prediksi malignansi pada nodul tiroid dengan sensitivitas 65,2% dan
spesifisitas 99,6%. (Brunese, 2008)
AB
Gambar 4. B-flow twinkling sign pada
nodul tiroid. A. Tampak satu B-flow
twinkling sign (panah), lesi jinak. B.
Tampak beberapa B-flow twinkling
sign dalam nodul dengan jarak < 2
mm (panah), merupakan lesi jinak. C.
Tampak beberapa B-flow twinkling
sign dalam nodul dengan jarak > 2
mm, merupakan lesi ganas. (Brunese,
2008)
Nodul hiperekhoik
49
Batas irreguler
Vaskularisasi intranoduler
Limfadenopati servikal
Pada pelaporan USG leher sebaiknya dilaporkan secara lengkap
segala sesuatu yang berhubungan dengan nodul tiroid. Untuk setiap nodul
tiroid, gray-scale maupun color atau power Doppler dilakukan untuk
mengevaluasi ukuran, lokasi dikelenjar tiroid serta gambaran sonografik yang
meliputi komposisi, echogenitas, regularitas tepi atau batas nodul, adanya
halo, pola vaskularisasi serta adanya kalsifikasi. Kombinasi dari gambaran
sonografik
tersebut
lebih
memudahkan
dalam
mengarahkan
tingkat
50
Gambar.6. Komposisi nodul tiroid yaitu padat, kistik dan campuran (Gursoy
dan Erdogan, 2012)
51
52
Gambar.10.Tepi nodul. Tegas dan tidak tegas (Gursoy dan Erdogan, 2012)
USG
terstandar
(echostruktur,
echogenitas,
bentuk,
53
54
TABEL 3. Karakteristik USG nodul tiroid, 10 pola USG dengan risiko keganasan, serta kategori TIRADS (Horvath
et al. 2009)
Deskripsi pola USG
Gambaran USG
Pola USG
Malignitas
TIRADS
Colloid tipe 1
TIRADS 2:
Lesi echo campuran, tanpa
0%
benign
findings
Colloid tipe 2
55
Hashimoto
<5%
probably
pseudonodule
Benign
Hashimoto
Nodul padat atau campuran yang
hiper, iso atau hipoekhoik dengan
kapsula tipis.
Simple
TIRADS 4A:
neoplastic
510%
undetermined
Pattern
56
de Quervain
pattern
Malignant
pattern A
TIRADS 4B:
1080%
suspicious
57
TIRADS 5:
Malignant
pattern B
consistent
>80%
with
hipervaskularisasi.
Malignancy
Malignant
pattern C
Cancer,
bintik hiperekhoik.
confirmed by
TIRADS 6:
100%
previous
biopsy
malignant
46
C. CT scan
CT bukan merupakan teknik sensitif untuk menunjukkan lesi-lesi
intratiroid. Akan tetapi CT digunakan dalam evaluasi limfadenopati,
penyebaran lokal tumor dan penyebaran ke dalam mediastinum atau regio
retrotrakea. Disamping USG digunakan untuk deteksi primer dari lesi- lesi
intratiroid maka CT digunakan untuk staging. Usaha untuk membedakan
nodul jinak dan ganas dengan pengukuran kandungan yodium dan
karakteristik
penyangatan
pada
nodul
dengan
CT
scans
tidak
berhasil.(Khan, 2010)
D. Kedokteran Nuklir (Skintigrafi tiroid)
Saat ini, indikasi skintigrafi tiroid relatif sudah berkurang terhadap
pemeriksaan
tiroid.
Pemeriksaan
skintigrafi
123
I) atau
tiroid
99m
menggunakan
Tc-pertechnetate
47
yang
dilanjutkan
dengan
sitologi
pada
nodul
tiroid
merupakan test diagnosis pertama untuk mengevaluasi goiter dan satusatunya test yang paling efektif untuk diagnosis nodul tiroid soliter
sebelum operasi. Indikasi utama FNAB ini adalah : (Kocjan 2006; Orell
2005)
1. Diagnosis dengan diffuse nontoxic goiter.
2. Diagnosis dengan nodul tiroid soliter atau dominan.
3. Konfirmasi jelas dengan keganasan tiroid secara klinis.
4. Memperoleh material untuk pemeriksaan laboratorium khusus
yang mengarah pada gambaran parameter prognostik.
48
Gold standard dalam menentukan sifat dan jenis nodul tiroid adalah
pemeriksaan histopatologi dari sediaan jaringan pascaoperasi.(Maitra and
Abbas, 2005; Decherd et al, 2002; Lansford and Teknos, 2006; Gharib et
al, 2006)
Aspirasi jarum halus (FNA) memiliki perana penting dalam evaluasi
pasien eutiroid dengan nodul tiroid. Hal tersebut mengurangi tindakan
operasi tiroid yang tidak perlu bagi pasien dengan nodul jinak dan
diagnosis
tepat
pasien
kanker
tiroid
sebelum
operasi.
Sebelum
Nodul
BETHESDA
I.
Nondiagnostik
mikroskopik
Cyst Fluid
or
Unsatisficatory
II.
Benign
Gambaran
49
Lymphositic
(Hashimoto)Tiroiditis
Granulomatous
(subacute) thyroiditis
III.
IV.
Hrtle cell
Follicular
neoplasm
or
(oncocytic) type
suspicious for
a
follicular
neoplasm
V.
Suspicious
Malignancy
Susp. Pappilary Ca
50
Susp. Medullary Ca
Susp. Lymphoma
VI.
Malignant
Papilary
thyroid
carcinoma
Poorly differentiated
carcinoma
Medullary
thyroid
carcinoma
Undifferentiated
(anaplastic) Ca
51
Squamous
cell
carsinoma
Carcinoma
mixed
with
features
(specify)
Metastatic carcinoma
Non-Hodgkin
lymphoma
52
BAB III
Kerangka Teori
SEL TIROID
NORMAL
- Radiasi
- Genetika, riwayat keluarga
karsinoma tiroid
- Defisiensi yodium
Kerusakan DNA
Muatan mutasi
Stimulasi pertumbuhan
dan fungsi
Aktivasi
onkogen
Inaktivasi gen
supresi tumor
Pembentukan klonal
kecil
Perubahan sel
pengatur
apoptosis
Ekspansi klonal
Mutasi tambahan
NODUL TIROID
BENIGN
1. Cyst
2. Adenoma
3. Colloid goiter
MALIGNANT
1. Papillary
2. Follicular
3. Anaplastic
4. Medullary
5. Others
53
B. Kerangka Konsep
Pemeriksaan
USG leher
NODUL
TIROID
Pemeriksaan FNA
sitopatologi
NODUL TIROID
-
- Tindakan aspirasi
- Interpretasi FNA
Klasifikasi
BETHESDA
Klasifikasi
TIRADS
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel tergantung
: Variabel kendali
54
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional dalam menilai korelasi
ultrasonografi
leher
berdasarkan
klasifikasi
TIRADS
dengan
pemeriksaan
55
Keterangan :
Kesalahan tipe I = 5%, hipotesis satu arah, maka Z = 1,64
Kesalahan tipe II =10%, maka Z=1,28
Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2)= 2
Standar deviasi = 4
n1 = n2 = 34, 1056 35
Dengan demikian besar sampel minimal pada penelitian ini adalah 35
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
1. Pasien struma noduler berdasarkan pemeriksaan USG.
2. Bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani informed
consent.
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien dengan limfoma leher
2. Pasien yang pernah mendapatkan terapi ablasi tiroid (bedah/ radionuklir).
3. Terdapat infeksi atau luka di permukaan kulit leher di atas dan sekitar kelenjar
tiroid yang menyulitkan pemeriksaan USG leher.
56
57
Anatomi dengan hasil jenis nodul tiroid jinak atau nodul tiroid ganas.
e. BETHESDA adalah sistem pelaporan hasil sitopatologi nodul tiroid untuk
titik hiperekhoik, atau lesi echo campuran, tanpa kapsula, non ekspansil,
dengan bintik-bintik hiperekhoik, dengan vaskularisasi. grid aspect (nodul
spongiform), atau nodul tanpa kapsula, ekho campuran, ekspansil, dengan
vaskularisasi di dalamnya, disertai bintik-bintik hiperekhoik.
e. TIRADS 3 apabila terdapat nodul hiperekhoik, isoekhoik atau hipoekhoik,
58
j.
BETHESDA 1
neoplasma atau curiga folikuler neoplasma seperti tipe hrthle cell (onkositik)
59
Undifferentiated
(anaplastic)
carcinoma,
Squamous
cell
60
Pada pemeriksaan USG leher didapatkan ukuran nodul yaitu ukuran mukabelakang dan ukuran superior-inferior.
c. Prosedur
1. Alat dan Bahan
Lembar registrasi pasien.
Pesawat Ultrasonografi merk Siemens, model Acuson X300, Power 230 V,
50/60 Hz, 500VA.
Transduser linier 7,5 MHz; atau linier 5 Mhz.
Jelly
Kertas print USG (thermal paper)
Komputer.
2. Cara Kerja
a. Posisi penderita
61
62
Irisan longitudinal (membujur) dimulai midline ke arah lateral (kiri atau kanan)
dengan interval jarak cm dan transduser membentuk sudut 10-15 derajat
ke arah medial.
f. Kemudian dilakukan pembacaan hasil USG leher (ekspertise) oleh peneliti
dan 2 (dua) orang spesialis radiologi.
g. Hasil pemeriksaan USG leher dibawa ke dokter yang mengirim dan
selanjutnya menunggu hasil pemeriksaan sitopatologi dari Bagian Patologi
Anatomi.
J. Alur Penelitian
Subjek : Pasien struma/nodul tiroid
dilakukan USG leher di bagian Radiologi
RSWS kiriman dari
- Poliklinik bedah
- Poliklinik penyakit dalam
- Kiriman dokter praktek swasta/RS lain
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
USG leher
KRITERIA
INKLUSI/EKSKLUSI
Nodul Tiroid
FNA
63
Klasifikasi sitopatologi
BETHESDA
Klasifikasi USG
TIRADS
Analisis data
BETHESDA
L. Izin Penelitian dan Etical Clearance
Permintaan persetujuan (informed consent) individu yang bersangkutan untuk
dijadikan sampel penelitian. Ethical clearance terlampir.
64
BAB V
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
13
60
17,8
82,2
Umur
<=40 tahun
>40 tahun
27
46
37,0
63,0
TIRADS
Ganas
Jinak
23
50
31,5
68,5
Klasif. TIRADS
TIRADS 2
TIRADS 3
TIRADS 4A
TIRADS 4B
TIRADS 5
28
11
9
17
8
38,4
15,1
12,3
23,3
11,0
BETHESDA
Cenderung Ganas
Cenderung Jinak
29
44
39,7
60,3
65
Klasif.BETHESDA BETHESDA 2
40
BETHESDA 3
3
BETHESDA 4
9
BETHESDA 5
2
BETHESDA 6
19
Keterangan, % = persentase, n = jumlah sampel
54,8
4,1
12,3
2,7
26,0
dengan
jumlah 50 sampel atau 68,5%, sedangkan ganas dengan jumlah 23 sampel atau
31,5%.
Frekuensi dan persentase sampel berdasarkan Klasifikasi TIRADS. Hasilnya
menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah TIRADS 2 dengan jumlah 28 sampel
atau 38,4%. TIRADS 4B dengan jumlah sampel 17 atau 23,33%, TIRADS 3 dengan
jumlah sampel 11 atau 15,1% serta TIRADS 4A dengan jumlah sampel 9 atau
12,3%. TIRADS 5 dengan jumlah sampel 8 atau 11%.
Frekuensi dan persentase sampel berdasarkan hasil pemeriksaan sitopatologi
BETHESDA. Hasilnya menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah hasil
66
67
Laki-Laki
Klasifikasi
BETHESDA
BETHESDA 2
BETHESDA 3
BETHESDA 4
BETHESDA 5
BETHESDA 6
Total
N
9
0
2
0
2
13
0,646
68
Pada hasil uji Chi-Square, nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,646,
Sebaran klasifikasi BETHESDA menurut jenis kelamin tidak berbebeda secara
signifikan (p>0,05).
c. Hubungan Umur dengan Klasifikasi TIRADS
Tabel 8. Hubungan Umur dengan Klasifikasi TIRADS
Umur
<=40 tahun
n
%
9
33,3%
3
11,1%
4
14,8%
>40 tahun
N
%
19
41,3%
8
17,4%
5
10,9%
Klasifikasi TIRADS 2
TIRADS
TIRADS 3
TIRADS
4A
TIRADS
7
25,9%
10
21,7%
4B
TIRADS 5
4
14,8%
4
8,7%
Total
27
100,0%
46
100,0%
Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p=probabilitas
0,800
69
0,080
70
perhitungan nilai, sebaran jumlah dan persentase. Uji statistik dilakukan dengan
menggunakan uji korelasi Spearman.
Tabel 10. Analisis Kesesuaian Klasifikasi TIRADS dengan BETHESDA
Klasifikasi
TIRAD
Total
TIRADS 2 N
%
TIRADS 3 N
%
TIRADS
N
4A
%
TIRADS
N
4B
%
TIRADS 5 N
%
N
%
BETHESDA
2
25
34,2%
11
15,1%
2
2,7%
2
2,7%
0
0,0%
40
54,8%
Klasifikasi BETHESDA
BETHESDA BETHESDA BETHESDA BETHESDA
3
4
5
6
1
0
2
0
1,4%
0,0%
2,7%
0,0%
0
0
0
0
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
2
3
0
2
2,7%
4,1%
0,0%
2,7%
0
4
0
11
0,0%
5,5%
0,0%
15,1%
0
2
0
6
0,0%
2,7%
0,0%
8,2%
3
9
2
19
4,1%
12,3%
2,7%
26,0%
Total
28
38,4%
11
15,1%
9
12,3%
17
23,3%
8
11,0%
73
100,0%
71
2
5
4a
4b
25
BETHESDA 2
20
BETHESDA 3
15
BETHESDA 4
BETHESDA 5
10
BETHESDA 6
5
BETHESDA 6
BETHESDA 4
BETHESDA 2
0
TIRADS TIRADS TIRADS TIRADS TIRADS
2
3
4A
4B
5
72
73
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada penderita nodul tiroid yang menjalani
pemeriksaan ultrasonografi leher. Setiap penderita nodul tiroid ditentukan klasifikasi
TIRADS berdasarkan USG. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 sampai
Agustus 2013 pada sampel yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 73 sampel..
Penelitian
ultrasonografi
ini
bertujuan
nodul tiroid
untuk
TIRADS
mengetahui
dengan
hasil
hubungan
antara
pemeriksaan
hasil
sitopatologi
yang
merupakan
jenis
variabel
ordinal
dalam
penelitian
ini
74
75
76
antara bagian radiologi, bedah dan patologi anatomi sangat dibutuhkan untuk
menentukan risiko keganasan nodul tiroid.
Pemeriksaan TIRADS dapat dipilih untuk deteksi dini dan sebagai
pemeriksaan rutin pada penderita nodul tiroid karena USG tidak bersifat radiatif,
sehingga seharusnya semua klinisi mengirim setiap lesi tiroid ke bagian radiologi
untuk USG sehingga ahli patologi dapat mengarahkan FNAB lebih tepat.
77
BAB VI
ultrasonografi
dengan
klasifikasi
BETHESDA
berdasarkan
78
B. Saran
1. TIRADS berdasarkan pemeriksaan USG leher dapat digunakan sebagai
pemeriksaan radiologik untuk menilai risiko keganasan pada nodul tiroid.
2. Perlu dibuat format pelaporan hasil USG leher yang lebih lengkap dan harus
selalu dilakukan dalam penilaian kelainan pada kelenjar tiroid.
3. Perlu kerjasama antara bagian radiologi, bagian bedah dan bagian patologi
untuk menentukan bagian sampel yang akan dilakukan pemeriksaan sitopatologi
maupun histopatologi.
79
DAFTAR PUSTAKA
Algin O., Algin E., Gokalp G., Erdogan C., Saraydaroglu O., Tuncel E. (2010). Role
of duplex power doppler ultrasound in differentiation between malignant and
benign thyroid nodules. Korean J Radiol, 11:594-602
Brennan M, Franch J. (2007). Thyroid lumps and bumps. Australian Family
Phycisisan Vol. 36, No.7.
Bergman, Afifi, Heidger. Atlas of microscopic anatomy. A functional approach
companion to histology and neuroanatomy. 2nd ed. [cited on Oct. 2012]
Available from :
http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Microscopic
Anatomy.shtml
Bonavita et al. 2009. Pattern recognition of benign nodules at ultrasound of the
thyroid: which nodules can be left alone? AJR 2009; 193: 207-13.
Brunese et al. A new marker for diagnosis of thyroid papillary cancer. J Ultrasound
Med 2008; 27: 1187-94.
Cappelli C. et al. 2007. Fine needle cytology of complex thyroid nodules.
(http://www.eje-online.org, diakses 1 September 2009)
Chan JKC. The thyroid gland. In: Fletcher CDM, editor. Diagnostic histopathology of
tumors. 3rd edition, volume 2. China: Churchill Livingstone Elsevier;
2007.p.997-1063.
Chou YH, Tiu CM. In: Peh WCG, Hiramatsu Y. editors. The asian-oceanian textbook
of radiology. Singapore: TTG Asia Media Pte Ltd. 2003.p.337-50.
Clark et al. editors. Atlas of clinical oncology: endocrine tumor. Spain: BC Decker
Inc; 2003.p.1-46.
Dankle S. Thyroid nodule. [serial on the internet] 2012. [cited on August 2012].
Available
from
:
http://emedicine.medscape.com/article/127491overview#showall.
Datu, R. dkk. Diktat colli facialis. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
UNHAS. 2005. Hal. 14 -18.
Decherd ME, Ryan MW, Quinn FB. Evaluation of thyroid nodule. Grand Rounds
Presentation: UTMB Department of Otolaryngology; 2002
Demer LM, Spencer CA. NACB: Laboratory support for diagnosis and monitoring of
thyroid disease. NACB [serial on the internet] 2002. [cited on September
2012].
Available
from
:
http://www.aacc.org/members/nacb/archive/LMPG.thyroiddisease/pages/thyro
iddiseaseword.aspx.
Ellis H. Thyroid. In: Ellis H. editor. Clinical anatomy. 10th edition. UK: Blackwell
Science Ltd; 2002.p. 284-8.
Faller A, Schanke M, Schanke G. The human body : an introduction to structure and
function. Germany:Grammlich;2004.p. 318-20.
80
Fine Needle Biopsy of Thyroid Nodules. Sultan Qaboos University Journal For Scientific
Research. Medical Sciences. Are scintigraphy and ultrasonography necessary before
fine needle aspiration cytology for thyroid nodules? Oman. 2001. Vol.1. p.29-33
Available at: http://www.endocrineweb.com/fna.html).
Gharib et al. AACE/AME guideline for clinical practice for the diagnosis and
management of thyroid nodules. Endocr Pract 2006; 12(1); 65-90.
Grsoy Alptekin, Erdoan Murat Faik. Ultrasonographic approach to thyroid nodules:
State of art. In: Peter PA Smyth, editors. Thyroid International. Published by:
Merck KGaA, Darmstadt, Germany; 2012. P. 1-20
Halim H, : Aspek anatomi dan histologi kelenjar endokrin [serials on the internet].
Available from : http://www.medicinesia.com. [cited March 2013]
Hassell LA, Gillies EM, Dunn ST: Cytologic and molecular diagnosis of thyroid
cancers: Is it time for routine reflex testing? Cancer Cytopathol 2011; 120: 7
17.).
Hedegus L. 2004. The Thyroid Nodule. [serials on the internet]. Available from :
http://www.pubmed.com. [cited December 2012]
Hedinger C, Williams ED, Sobin LH, 1989 The WHO histological classification of
thyroid tumors: A commentary on the second edition.p. 1-17
Hong CY, Mei TC. Disease of the thyroid, parathyroid and salivary glands and cervical lymp
nodes. Chapter 16. In: CG Peh W, Hiramatsu Y, editors. Textbook of radiologi.
Singapore: TTG Asia Media; 2003. P. 342-50.
Hoang JK, Lee WK, Lee M, Johnson D, Farrell S. (2007). US features of thyroid
malignancy; pearls and pitfalls. RadioGraphics; 27:847-865
Iannuccilli JD, Cronan JJ, Monchik JM. (2004). Risk of malignancy of thyroid nodules
as assessed by sonographic criteria. J Ultrasound Med; 23: 1455-1464.
Jameson JL, Weetman AP. Disorder of thyroid gland. In: Kasper DL, Fauci AS,
Longo DL, Braunwald E, Hauser S, editors. Harrisons principles of internal
medicine. 16th edition. USA: McGraw-Hill Companies Inc; 2005. p. 2104-23.
Kocjan G. Fine-needle aspiration cytology Diagnostic Principles and Dilemmas. Springer.
London. 2006. p: 215.Editor K.J. Lee. Essensial Otolaryngology Head and Neck
Surgery. 8th ed. McGraw-Hill. USA. 2003. p:632-634)
Khan AN. Thyroid nodules. Emedicine [serial on the internet]. 2010. [cited August
2012]. Available from : http://www.emedicine.medscape.com/radiology/head
and neck.
Kim MJ, Kim EK, Park SI, Kim BM, Kwak JY, Kim SJ, Youk JH, Park SH. (2008).
US-guided fine-needle aspiration of thyroid nodules: indication, techniques,
results. RadioGraphics: 28: 1869-1889
Koss LG. Morphologic characteristic of cancer cells. In: Koss LG, Editor. Diagnostic cytology
and its histopathologic bases. 4th edition. Philadelphia: JB Lippincott Company;
1992. p. 129.
81
Lee YH, Kim DW, In HS, Park JS, Kim SH, Eom JW, Kim B, Lee EJ, Rho MH.
(2011). Differentiation between benign and malignant solid thyroid nodules
using an US classification system. Korean J Radiology; 12(5): 559-567
Maitra A, Abbas AK. The endocrine system. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N
editors. In: Robbins and cotran pathologic basis of disease. Seventh edition.
China: Elsevier Saunders; 2005.p.1175-83.
Masjhur JS. Nodul tiroid. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editors. Buku ajar penyakit dalam. Jakarta: Balai penerbit FKUI;
2006. hal. 1953-58.
Massimo Bongiovanni, Alessandra Spitale, 2012, meta analisis bethesda
Mettler FA, Guibertau MJ. Thyroid, parathyroid and salivary gland. In : Mettler FA,
Guibertau MJ. Editor. Essentials of nuclear medicine imaging. Fifth edition.
China: Saunders Elsevier; 2006 p. 75-99.
Miller JC, Lee SI. Management of thyroid nodules. Radiology Rounds 2005; 3(3):1-2.
Netter, FH. Atlas of human anatomy. 4th Ed. Elsevier. 2000.p.68
Orell SR, Sterret GF, Whitaker D. Thyroid. In: Orell SR, Sterret GF, Whitaker D,
editor. Fine needle aspiration cytology. 4th edition. China: Elsevier Limited;
2005. p. 125-30.
Popli MB, Rastogi A, Bhalla PJS, Solanki Y (2012) Utility of grayscale ultrasound to
differentiate benign from malignant thyroid nodules. Indian J Radology
Imaging; 22:63-68
Rago et al. Role of conventional ultrasonography and color-flow doppler sonography
in predicting malignancy in cold nodule thyroid. European Journal of
Endocrinology 1998; 138: 41-6.
Rasad Sjahriar, dkk. Radiologi Diagnostik. Ultrasonografi Tiroid. Edisi kedua.
Cetakan ke-6. Jakarta. 2005. hal: 453-457, 528-535. )
Ries LAG, Melbert D, Krapcho M, et al: SEER Cancer Statistics Review, 19752005.
Bethesda,
National
Cancer
Institute,
2007.
http://seer.cancer.gov/csr/1975_2005/5 Chen AY, Jemal A, Ward EM:
82
83
84
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN
PESERTA PENELITIAN
Dengan ini saya :
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
No. KTP
: ...........................................................
: ...........................................................
: ...........................................................
: ...........................................................
: ...........................................................
: ...........................................................
Dokter
Makassar,
2013
Peserta / Wali *) Penelitian,
( ......................................)
( ..........................................)
85
Saksi I
( ......................................)
Saksi II
(...........................................)
86
II.
III.
Data Pribadi
Nama
Umur
Gender
Echogenisitas
Ukuran
Batas
Tepi
Halo sign
Kapsula
Komposisi
Kalsifikasi
Skor TIRADS
87
NAMA
UMUR
(THN)
JENIS
KELAMIN
TIRADS
BETHESDA
Ny. Nw
47
Ny. Sm
60
Ny. Nl
47
4B
Tn. Li
41
Ny. Na
77
Ny. Mf
60
struma adenomatous
benign folikulare nodule / susp.
struma coloides
benign folikulare nodule /susp.
struma adenomatous
Ny. DG. S
53
Ny. Dd
31
Ny. Rw
38
4B
10
Ny. An
52
4B
11
Ny. Ws
51
4B
12
Ny. Ba
43
13
Ny. Hm
36
14
Ny. Sp
33
neoplasma folikulare
15
Ny.Si
56
4B
88
16
Ny. Iu
74
17
Ny. Yh
44
18
Ny. Na
47
4A
neoplasma folikulare
19
Tn. H
42
4B
20
Ny. H
53
21
Ny. A
32
4A
22
Ny. Yo
55
23
Ny. M
44
24
Tn. B
45
25
Ny. Tr
34
26
Ny. Jw
61
27
Tn. Ah
44
4A
struma adenomatous
metastasis scc, tidak berdiferensiasi
bilateral
28
Ny. Ad
44
29
Tn. Tk
53
4A
30
Tn. Um
66
31
Ny. Na
31
32
Ny. Sr
32
33
Ny. In
29
34
Tn. Gs
47
35
Ny. Ds
63
struma colloides
36
Ny. Ev
38
37
Ny. Ap
32
38
Ny. S
36
3
2
2
2
struma adenomatosa
benign folliculare nodul thyroid
(susp. struma adenomatous
struma adenomatosa
39
Tn. Mkf
55
struma colloides
40
Ny.Ns
56
41
Ny. As
35
42
Ny. Ba
75
43
Ny. Sm
38
44
Ny. SN
Ny.M
39
struma adenomatosa
struma adenomatosa + thyroiditis
hashimoto
struma adenomatosa
str.adenomatosa dgn 1 fokus
adenoca papiliferum var.folikulare
struma adenomatosa
42
struma colloides
45
89
46
Ny. E
49
struma adenomatosa
47
Ny. M
36
Ny. Sn
54
50
Ny. Nu
42
struma colloides
str. adenomatosa dgn bbrp fokus
adenoma follikuler
str.adenomatosa dgn 1 mikro fokus
adenoca papiler var. folikuler
struma adenomatosa
51
Ny. Ad
29
thyroiditis hashimoto
52
Ny. No
21
struma adenomatosa
53
Ny. Im
48
4A
54
Ny. Nu
33
4A
55
Ny. It
32
4A
56
Ny. Me
49
4A
57
Tn. Ho
29
4B
58
Ny. Se
35
4B
59
Ny. Mt
38
4B
60
Ny. Mo
53
4B
61
Ny. Mu
41
4B
62
Ny. Nm
40
4B
63
Nn. Se
24
4B
64
Ny. In
67
4B
65
Ny. Me
58
4B
66
Ny. Ha
Ny. Su
34
4B
16
4B
34
32
69
Ny. Es
Ny. N
70
Ny. Ha
71
71
Ny. Me
55
72
Ny. Ma
60
73
Ny. Nd
38
48
49
67
68
Ny. Hn
30
90
Lampiran 5.
CURRICULUM VITAE
I.
Data Pribadi
1. Nama
3. Alamat
4. Status Sipil
a. Nama suami
b. Nama anak
II.
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal :
91
III.
Riwayat Pekerjaan
Dokter PTT tahun 2002-2005 di Puskesmas Tellu SiattingE, Kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan
Dokter PNS tahun 2005-2007 di Puskesmas Sapaya, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan
Dokter PNS tahun 2007-2009 di Puskesmas Bajeng, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan
IV.
V.
92