Anda di halaman 1dari 54

KARYA TULIS ILMIAH

PEMERIKSAAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM SEDIAAN


INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI
ARGENTOMETRI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Program Studi Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin-Jakarta

Oleh :
NENI INDRYANI SELONA TON
(1040171055)

PROGRAM STUDI D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
FAKULTAS KESEHATAN
JAKARTA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH


PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh Pembimbing dan telah
Dinyatakan dapat mengikuti ujian sidang

NAMA : NENI INDRYANI SELONA TON


NIM : 1040171055
JUDUL : PEMERIKSAAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM
SEDIAAN INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TITRASI ARGENTOMETRI

Menyetujui,
Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Dr. Dra. Ellis Susanti, MM., M.Pd., M.Si., Apt. Yuli Kristianingsih, S.Pd, MKM.

Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin

Dr. Dra. Ellis Susanti, MM., M.Pd., M.Si., Apt.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH


PROGRAM STUDI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA

NAMA : NENI INDRYANI SELONA TON


NIM : 1040171055
JUDUL : PEMERIKSAAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM
SEDIAAN INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TITRASI ARGENTOMETRI

Telah diajukan pada………………2020

Disahkan Oleh :

Penguji I Penguji II

Penguji III

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

KARYA TULIS ILMIAH


PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESESHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


NAMA : NENI INDRYANI SELONA TON
NIM : 1040171055
JUDUL : PEMERIKSAAN KADAR DIFENHIDRAMIN HCl DALAM
SEDIAAN INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TITRASI ARGENTOMETRI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah saya tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di suatu Universitas, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah karya ilmiah
saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta, Juli 2020

Neni Indryani Selona Ton

iv
ABSTRAK

Difenhidramin HCl adalah antihistamin yang kuat serta memiliki khasiat


sebagai penekan rasa batuk. Zat aktif ini merupakan generasi pertama obat
antihistamin. Difenhidramin HCl merupakan salah satu komposisi yang
terkandung dalam sediaan injeksi.
Injeksi didefinisikan sebagai sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntik kan
dengan merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi dapat
ditentukan dengan menggunakan metode Titrasi Argentometri. Pengujian sampel
Difenhidramin HCl sediaan injeksi yang menjadi parameter pengujiaan terdiri dari
uji fisik yaitu pemeriaan dan uji kimia yaitu pembakuan dan penetapan kadar
Difenhidramin HCl sediaan injeksi. Metode titrasi memiliki keuntungan yaitu
metode yang sederhana dan berlangsung cepat.
Pemeriksaan kadar dilakukan pada tiga merek dagang, yaitu merek A, B
dan C pada sediaan injeksi yang mengandung zat aktif Difenhidramin HCl.
Diperoleh hasil kadar yaitu untuk merek A sebesar 95,98%, merek B sebesar
100,05% dan untuk merek C sebesar 96,25%, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semua sampel Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi yang digunakan
masih memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia
Edisi V.

Kata kunci : Injeksi Difenhidramin HCl, Argentometri.


Daftar Pustaka : 15 buah (1969 – 2017).
Pembimbing : 1. Dr. Dra. Ellis Susanti, MM., M.Pd., M.Si., Apt.
2. Yuli Kristianingsih, S.Pd, MKM.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-
Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis ini
merupakan laporan penelitian sederhana yang diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta.
Karya Tulis yang berjudul “Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl
Dalam Sediaan Injeksi Dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri”
ini semoga dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis sendiri dan para
pembaca sebagai informasi.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, banyak pihak yang turut serta
dalam membantu. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan segala proses dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Papa dan Mama, ka Mince, abang Yori Yarson Ton, abang Kalbar Si Ton
serta abang Sem Yosua Ton yang selalu memberikan doa, semangat, dan
dukungan baik moral maupun materil kepada penulis.
3. Ibu Dr. Dra. Ellis Susanti, MM., M.Pd., M.Si., Apt selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan
Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta sekaligus Pembimbing Materi
I yang telah memberikan banyak dukungan, motivasi serta arahan selama
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir.
4. Ibu Yuli Kristianingsih, S.Pd, MKM selaku Dosen Pembimbing Materi II.
5. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar di
Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta.
6. Seluruh Analis dan Staf Laboratorium Kesehatan Daerah Cempaka Putih
Jakarta Pusat yang telah membantu dalam melancarkan proses penelitian.

vi
7. Keluarga besar Kosan Madura yang sangat luar biasa memotivasi dan menjadi
penyemangat.
8. Seluruh Mahasiswa Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta Angkatan
Tahun 2017 yang telah memberikan semangat kebersamaan selama 3 tahun.
9. Keluarga Besar Youth Hope yang senantiasa membantu mendoakan penulis.
10. Ka Marbun, Gideon, Alberto, Abdi, Alfin, ka Galuh, Yayang, Tiwi, Selly,
Ester, Devi, Febrian, Rani dan lain-lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini


masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
terciptanya kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, dan untuk
perbaikan penulisan di masa mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini bermanfaat dan berguna baik bagi penulis sendiri, pembaca pada
umumnya, maupun bagi Mahasiswa Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni
Thamrin Jakarta.

Jakarta, Juli 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................. 2
C. Pembatasan Masalah................................................................. 2
D. Perumusan Masalah.................................................................. 3
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Pustaka....................................................................... 4
1. Injeksi................................................................................. 4
2. Uraian Zat Aktif Difenhidramin HCl................................. 6
3. Farmakologi Difenhidramin HCl........................................ 7
4. Uraian Metode Titrasi Argentometri.................................. 8
B. Kerangka Berpikir..................................................................... 16
C. Hipotesis.................................................................................... 17

viii
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................ 18
B. Variabel Penelitian.................................................................... 18
C. Definisi Operasional.................................................................. 19
D. Prosedur Sampling.................................................................... 20
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 20

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN


A. Parameter Pengujian / Penelitian ............................................. 21
B. Prosedur Pengujian / Penelitian................................................ 21
C. Teknik Analisa Data.................................................................. 23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian......................................................................... 25
B. Pembahasan............................................................................... 26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................. 29
B. Saran ......................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30


LAMPIRAN ................................................................................................. 32

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembakuan Perak Nitrat (AgNO3) 0,05 N dengan NaCl............... 25


Tabel 2. Penetapan Kadar Difenhidramin HCl Sediaan Injeksi Merek
A, B dan C dengan Metode Titrasi Argentometri.......................... 25

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus Bangun Difenhidramin HCl .............................................


6
Gambar 2. Kerangka Berpikir .........................................................................
16

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Pembakuan Perak Nitrat (AgNO3) dengan


Natrium Klorida (NaCl) ...........................................................
32

Lampiran 2 Perhitungan Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl


Sediaan Injeksi Merek A, B dan C dengan Menggunakan
Metode Titrasi Argentometri.....................................................
34

Lampiran 3 Alat-Alat Volumetri..................................................................


37

Lampiran 4 Hasil Pengamatan Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl


Merek A, B dan C Dengan Menggunakan Metode Titrasi
Argentometri.............................................................................
38

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.........................


40

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Difenhidramin HCl adalah golongan antihistamin yang stabil.


Difenhidramin HCl digunakan untuk mengobati iritasi pada tenggorokan. Fungsi
sebagai antihistamin yaitu untuk menekan histamin yang merupakan zat penyebab
alergi. Sebagai antihistamin, Difenhidramin HCl juga bisa dijadikan sebagai
antiseptik lokal. Efek samping dari Difenhidramin HCl membuat orang cepat
mengantuk (Depkes RI, 2014).
Terdapat berbagai bentuk sediaan obat yang mengandung zat aktif
Difenhidramin HCl mulai dari bentuk tablet, sirup dan injeksi. Salah satu bentuk
sediaan yang mengandung zat aktif Difenhidramin HCl adalah injeksi. Injeksi
Difenhidramin HCl juga tersedia dengan berbagai merek dagang. Keunggulan
sediaan injeksi adalah aksi obat berjalan dengan cepat dan dapat diberikan kepada
penderita yang tidak sadar atau yang tidak bisa minum obat secara oral
(Sulistiyaningsih, 1989).
Obat sering dipandang sebagai produk yang mahal dan harganya terus
naik. Obat-obat dengan isi sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3
kali lipat bahkan lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang menarik dan
biaya iklan tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut
(Widodo, 2004).
Dalam menanggapi perbedaan harga dari obat-obat yang mempunyai zat
berkhasiat yang sama maka perlu dilakukan suatu pembuktian ilmiah terhadap
mutu dari obat-obat dengan kandungan zat berkhasiat yang banyak digunakan di
masyarakat. Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl dalam
Sediaan Injeksi dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri”
dikarenakan mengingat betapa penting mengetahui kandungan zat aktif
Difenhidramin HCl. Kadar penggunaan harus diperhatikan dikarenakan zat aktif

1
tersebut akan menyebabkan efek samping ototoksik bila dikonsumsi berlebihan
(Kemenkes,1978).
Pemeriksaan kadar zat aktif dalam obat perlu dilakukan karena penetapan
kadar zat aktif merupakan studi yang berperan penting dalam hal evalusi
komposisi obat. Oleh karena itu, Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl dalam
sediaan injeksi dilakukan sesuai prosedur analisis sehingga dapat dibuktikan
ketersediaan zat aktif pada obat tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam
etiket dan sesuai dengan kadar zat aktif yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia Edisi V (Depkes RI, 2014).
Pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi dilakukan
dengan metode Titrasi Argentometri sesuai dengan prosedur analisa dalam buku
Penuntun Praktikum Analisa Obat dan Narkoba II serta mengacu pada Farmakope
Indonesia Edisi V. Titrasi Argentometri memberikan kadar zat aktif atau
pengukuran secara kuantitatif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah adalah


sebagai berikut :
1. Apakah kandungan zat aktif Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi
memiliki kualitas mutu yang sama.
2. Apakah kadar Difenhidramin HCl dalam sediaan Injeksi yang diperiksa
dengan menggunakan metode Titrasi Argentometri memenuhi persyaratan
kadar yang ditentukan oleh Farmakope Indonesia Edisi V.

C. Pembatasan Masalah

Pengujian ini hanya dibatasi pada “Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl


dalam Sediaan Injeksi dengan Tiga Jenis Merek Dagang yaitu Merek A, B dan C
Menggunakan Metode Titrasi Argentometri”.
D. Perumusan Masalah

Apakah pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl dalam sediaan Injeksi


menggunakan metode Titrasi Argentometri memenuhi persyaratan kadar yang
ditentukan oleh Farmakope Indonesia Edisi V ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi dengan


menggunakan metode Titrasi Argentometri.
2. Untuk mengetahui apakah kadar Difenhidramin HCl yang terkandung dalam
sediaan injeksi memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan kepada


penulis dan pembaca mengenai pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl dalam
sediaan injeksi dengan menggunakan metode Titrasi Argentometri (titrasi
pengendapan) serta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada
masyarakat agar tidak perlu ragu untuk menggunakan produk obat yang berbeda
merek dagang dengan zat aktif yang sama karena ketersediaan zat aktif
Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi cukup dan khasiat yang diberikan sama.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Injeksi
a. Pengertian Injeksi
Injeksi, adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006).
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat dalam sejumlah pelarut atau dengan
mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis
ganda (Ansel, 2005).
b. Penggolongan Injeksi
1) Injeksi Intraderma atau intrakutan
Umumnya larutan atau suspensi dalam air, digunakan untuk diagnosa,
volume lebih kurang 100 mcL sampai 200 mcL.
2) Injeksi Subkutan atau Hipoderma
Umumnya larutan isotonis dengan kekuatan sedemikian rupa hingga
volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Dapat ditambahkan
vasokonstriktor misalnya efineprin, untuk melokalisir efek obat.
3) Injeksi Intramuskulus
Larutan atau dalam air atau dalam minyak, volume sedapat mungkin
tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan
perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4) Injeksi Intravenus
Umumnya larutan, dapat mengandung cairan non iritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Injeksi Intravenus
yang diberikan dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml,

4
disebut infusi. Emulsi minyak - air dapat diberikan intravenus jika
dilakukan pemeriksaan yang diteliti terhadap ukuran butiran minyak.
Sediaan berupa emulsi air-minyak, tidak boleh disuntikkan dengan
cara ini. Jika volume dosisi tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravenus
tidak boleh mengandung bakterisida dan jika volume lebih dari 10 ml,
harus bebas pirogen.
5) Injeksi Intrarterium
Umumnya larutan, dapat mengandung cairan non iritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml, digunakan jika efek
obat diperlukan segera dalam daerah periferi. Tidak boleh
mengandung bakterisida.
6) Injeksi Intrakor
Larutan, hanya digunakan untuk keaadaan gawat, disuntikkan ke
dalam otot jantung atau ventrikulus. Tidak boleh mengandung
bakterisida.
7) Injeksi Intrateka atau Injeksi Subaraknoid, Injeksi Intrasisterna dan
Injeksi Peridura
Larutan, umumnya tidak boleh lebih dari 20 ml. Tidak boleh
mengandung bakterisida dan diracik dalam wadah dosis tunggal.
8) Injeksi Intrartikulus
Larutan atau suspensi dalam air, digunakan ke dalam cairan sendi
dalam rongga sendi.
9) Injeksi Intrabursa
Larutan atau suspensi dalam air, disuntikkan ke dalam bursa
subacromilis atau bursa olecranon.
10) Injeksi Subkonjungtiva
Larutan atau suspensi dalam air untuk selaput lendir mata bawah,
umum tidak lebih dari 1 ml.
(Depkes RI, 1979)
c. Pengujian pada Injeksi
Kecuali dinyatakan lain, pengujian pada injeksi meliputi:
1) Keseragaman Bobot.
2) Keseragaman Volume.
3) Uji Pirogenitas
(Depkes, RI 2014)

2. Uraian Zat Aktif Difenhidramin HCl


a. Rumus Bangun Difenhidramin HCl

Gambar 1. Rumus Bangun Difenhidramin HCl


(Farmakope Indonesia Edisi V)
b. Rumus Molekul
C17H21NO.HCl
c. Kelarutan
Difenhidramin HCl larut pada air dan Acetonitril.
d. Indikasi
Sebagai Antihistamin.
e. Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30 ℃.
3. Farmakologi Difenhidramin HCl
Difenhidramin HCl adalah antihistamin yang kuat serta memiliki
khasiat sebagai penekan rasa batuk, yang mengurangi batuk dengan kerja
sedativanya. Zat aktif ini merupakan generasi pertama obat antihistamin.
Difenhidramin merupakan amina yang bersifat stabil dan cepat diserap pada
pemberian secara oral, dengan konsentrasi darah puncak terjadi 2 - 4 jam. Di
dalam tubuh dapat terdistribusi meluas dan dapat dengan segera memasuki
sistem kerja saraf pusat, sehingga dapat menimbulkan efek sedasi dengan
onset maksimal 1 - 3 jam. Zat aktif ini biasanya digunakan untuk mengatasi
gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberikan efek mengantuk bagi
orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti
mual dan anti anestesi topikal.
Kontraindikasi :
a. Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, prematur, dan ibu menyusui.
b. Terapi antibiotika yang bersifat ototoksik karena dapat menimbulkan
reaksi ototoksik.
c. Tidak boleh digunakan pada penderita yang hipersensitif terhadap salah
satu komponen dari produk obat ini.
Peringatan dan Perhatian :
a. Tidak dianjurakan untuk anak-anak berumur dibawah 2 tahun kecuali atas
petunjuk dokter.
b. Jangan melampaui dosis yang disarankan.
c. Hati-hati pemakaian pada penderita epilepsi, glaukoma, dan penyakit
jantung.
Efek Samping :
a. Mengantuk.
b. Gangguan pencernaan.
c. Mulut kering.
d. Retensi urin.
e. Pusing (BPOM RI, 2012).
4. Uraian Metode Titrasi Argentometri
a. Pengertian Argentometri
Argentometri merupakan Titrasi Pengendapan sampel yang
dianalisis dengan menggunakan ion Perak. Biasanya, ion-ion
ditentukan dalam Titrasi ini adalah ion Halida (Cl⁻, Br⁻, I⁻).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan
jenuh garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan.
Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan
terdisolusi menjadi m kation dan n anion.
AmBn → mA⁺ + nB⁻
Hasil kali kelarutan = (CA⁺) M x (CB⁻) N Titrasi Argentometri
adalah Titrasi dengan menggunakan Perak Nitrat sebagai titran dimana
akan terbentuk garam Perak yang sukar larut. Jika larutan Perak Nitrat
ditambahkan pada larutan Kalium Sianida maka mula-mula akan
terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk
larutan kompleks yang stabil.
AgNO3 + 2 KCN → K (Ag(CN)2) + KNO3
Ag⁺ + 2 nn⁻ → Ag(CN)2
Jika reaksi telah sempurna maka reaksi akan berlangsung lebih
lanjut membentuk senyawa kompleks yang tak larut.
Ag + (Ag(CN)2)⁻ → Ag(Ag(CN)2)
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang
permanen salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak
pada fakta dimana Perak Sianida yang diendapkan oleh adanya
kelebihan ion Perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat
lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama (Harizul,
Rivai 1995).
1) Titrasi Pengendapan
a) Jumlah metode tidak sebanyak Titrasi Asam-Basa ataupun
Titrasi Reduksi-Oksidasi (Redoks).
b) Kesulitan mencari indikator yang sesuai.
c) Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama
jika ada efek kopresipitasi.
Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal)
di dalam suatu pelarut pada suhu tertentu (dalam keadaan
setimbang). Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan
zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi
ion - ion tertentu hingga terbentuk endapan (Harizul, Rivai
1995).
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
a) Suhu.
b) Sifat Pelarut.
c) Ion Sejenis.
d) Aktivitas Ion.
e) pH.
f) Hidrolisis.
g) Hidroksida logam.
h) Pembentukan senyawa kompleks.
Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada
analisis gravimetri. Kita akan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan. Parameter-parameter yang penting
adalah temperatur, sifat pelarut, adanya ion-ion pengotor, pH,
hidrolisis, pengaruh kompleks, dan lain-lain.
Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi
jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena
pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam
anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam
pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
Kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut
mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab
pembatasan Ksp (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau
anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun
endapan sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis
kuantitatif, ion sejenis ini gunakan untuk mencuci larutan selama
penyaringan (J. Bassett, 1994).
Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam
larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal
ini disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin
kecil keofesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali
konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari
asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan
(H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga
menambah kelarutannya (J.Bassett, 1994).
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi
konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation
garam tersebut. Beberapa endapan membentuk kompleks yang
larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan
berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman.
Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi. Reaksi
yang menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis
secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta
titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan
berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh (J.
Bassett,1994).
Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan berlangsung
sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (Ksp)
harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam
batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi,
demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan utama pemakaian cara
ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis
reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan
untuk melihat titik akhir (J. Bassett, 1994).
b. Macam-Macam Metode Titrasi Argentometri
Ada beberapa metode dalam Titrasi Argentometri yang dibedakan
berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi,
antara lain (Underwood 1992).
1) Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion Halida
seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4⁻ sebagai
indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut
terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik
ekuivalen, semua ion Cl⁻ hampir berikatan menjadi AgCl. Larutan
standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki
normalitas 0,1 N atau 0,05 N. (Alexeyev, V, 1969).
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir
dengan titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata
dari warna endapan analit dengan Ag⁺. Pada analisa Cl⁻ mula-mula
terjadi reaksi:
Ag⁺ (aq) + Cl⁻ (aq) ↔ AgCl (s) ↓
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2 Ag⁺ (aq) + CrO4⁻ (aq) ↔ Ag2CrO4(s) ↓
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun
tinggi. Bila terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang
selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak
terpakai.
2 Ag ⁺ (aq) + 2 OH ⁻(aq) ↔ 2 AgOH(s) ↓ ↔ Ag2O (s) ↓ +
H2O (l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4⁻ sebagian akan berubah
menjadi Cr2O7 karena reaksi
2 H⁺ (aq) + 2 CrO42⁻(aq) ↔ Cr2O72⁻ + H2O (l)
Tanpa pengadukan akan mengurangi konsentrasi indikator dan
menyebabkan tidak timbul endapannya atau sangat terlambat. Selama
titrasi Mohr larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka secara
lokal akan terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekuivalen tercapai dan dioklusi oleh endapan
AgCl yang terbentuk kemudian; akibatnya ialah, bahwa titik akhir
menjadi tidak tajam (Alexeyev, V, 1969).
2) Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai
titran, dan larutan Fe3⁺ sebagai indikator. Sampai dengan titik
ekuivalen harus terjadi reaksi antara titran dan Ag, membentuk
endapan putih.
Ag⁺ (aq) + SCN⁻ (aq) ↔ AgSCN(s) ↓ (putih)
Sedikit kelebihan titran kemudian bereaksi dengan indikator,
membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah).
SCN⁻ (aq) + Fe 3+ (aq) ↔FeSCN2+ (aq)
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
Karena titrannya SCN⁻ dan reaksinya berlangsung dengan Ag⁺, maka
dengan cara Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk
penentuan Ag⁺ dan SCN⁻ sedang untuk anion-anion lain harus
ditempuh cara Titrasi kembali pada larutan X⁻ ditambahkan Ag⁺
berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk
menentukan kelebihan Ag⁺. Maka titran bereaksi dengan Ag⁺ tersebut,
mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX⁻.
Ag⁺ (aq) (berlebih) + X⁻ (aq) ↔AgX(s) ↓
Ag⁺ (aq) (kelebihan) + SCN⁻(aq) (titran) ↔ AgSCN(s) ↓
SCN⁻ (aq) + AgX (s) ↔ X⁻ + AgSCN (aq) ↓
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang
bereaksi dan juga titik akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titran Volhard juga tidak boleh
sembarang, karena titran bereaksi dengan titran maupun dengan
indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan
secara tidak langsung ion-ion Halogenida Perak Nitrat standar berlebih
diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya
ditentukan dengan titrasi kembali dengan Tiosianat baku. Keadaaan
larutan harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan
keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion Karbonat, Oksalat, dan Arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
3) Cara Fajans
Titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi
ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar
terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indikator
ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk
endapan dengan ion Perak. Misalnya fluorescein yang digunakan
dalam Titrasi ion Klorida. Larutan, Fluorescein akan mengion (untuk
mudahnya ditulis HF1 saja).
HF1 (aq) ↔ H⁺ (aq) + F⁻1 (aq)
Ion F1⁻ inilah yang diserap oleh endapan AgX dan
menyebabkan endapan berwarna merah muda. Karena penyerapan
terjadi pada permukaan, dalam Titrasi ini diusahakan agar permukaan
endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna yang tampak
sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan
perkataan lain setelah sedikit kelebihan titran (ion Ag⁺).
Pada tahap-tahap pertama dalam Titrasi, endapan terdapat
dalam lingkungan dimana masih ada kelebihan ion X⁻ dibanding
dengan Ag⁺ , maka endapan menyebar ion-ion X⁻ sehingga butiran-
butiran koloid menjadi bermuatan negatif. Karena muatan FI⁻ juga
negatif, maka FI⁻ tidak dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran
koloid tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan
X⁻, menjelang titik ekuivalen, ion X⁻ yang terserap endapan akan
lepas kembali karena bereaksi dengan titran yang ditambah saat itu,
sehingga muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekuivalen
tidak ada kelebihan X⁻ maupun Ag⁺ , jadi koloid menjadi netral.
Setetes titran kemudian menyebabkan kelebihan Ag⁺. Ion-Ion Ag⁺ ini
diserap oleh koloid yang menjadi positif dan selanjutnya dapat
menarik ion FI⁻ dan menyebabkan warna endapan berubah mendadak
menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering terjadi
penggumpalan koloid, maka larutan, maka larutan yang tadinya
berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein
sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir
dalam Titrasi ini diketahui berdasar ketiga macam perubahan diatas,
yakni :
a) Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
kelihatan menggumpal.
b) Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih.
c) Larutan yang semula kuning hampir tidak berwarna lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah,
bahwa banyak diantara zat warna tersebut membuat endapan perak
menjadi peka terhadap cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan
endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat akurat,
dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena
memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat
(Harjadi, W, 1990).

c. Pembentukan Endapan Warna


Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator
untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan
untuk menyatakan lengkapnya suatu Titrasi Pengendapan. Hal ini terjadi
pula pada Titrasi Mohr, dari ion Klorida dengan ion Perak dimana
digunakan ion Kromat sebagai indikator. Permunculan yang permanen dan
dini dari endapan Perak Kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik
Akhir (TE).
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan Perak dengan pH antara
6,0 - 10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion Kromat akan sangat
dikurangi karena HCrO4⁻ hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula
dengan Hidrogen Kromat berada dalam kesetimbangan dengan Dikromat
menjadi reaksi :
2 H⁺ + 2 CrO4⁻ ↔ 2 HCrO4 ↔ CrO72⁻ + 2 H2O
Mengecilnya konsentrasi ion Kromat akan menyebabkan perlunya
menambah ion Perak dengan sangat berlebihan untuk mengendapkan ion
Kromat cukup dapat larut. Proses Argentometri termasuk dalam titrasi
yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses
Argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini
biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari Halogen dan
Sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau
senyawa kompleks dengan ion Ag⁺ sesuai dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
NaCl + Ag⁺ → AgCl ↓ + Na⁺
KCN + Ag⁺ → AgCl ↓ + K⁺
KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam
tersebut dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Titrasi
Argentometri terhadap ion CN⁻ tercapai untuk garam kompleks K [Ag
(CN)2] karena proses tersebut dikemukan pertama kali oleh Lieberg, cara
ini tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam
kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek Diamilum
(Harizul, Rivai 1995).
B. Kerangka Berpikir

DIFENHIDRAMIN HCl
SEDIAAN INJEKSI

TITRASI ARGENTOMETRI /
PENGENDAPAN
(MOHR)

HASIL ANALISA

MEMENUHI TIDAK MEMENUHI


PERSYARATAN PERSYARATAN
Syarat : Syarat :
(Tidak kurang dari (Tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0%) dari 110,0%)

Gambar 2. Kerangka Berpikir


C. Hipotesis

1. Pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl pada sediaan injeksi merek A, B dan C


menggunakan metode Titrasi Argentometri diperkirakan semua sampel yang
digunakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi
V mengenai Difenhidramin HCl sediaan injeksi yaitu tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
2. Pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl pada sediaan injeksi merek A, B dan C
dengan menggunakan metode Titrasi Argentometri diperkirakan semua
sampel yang digunakan memiliki kualitas mutu yang hampir sama dilihat dari
kadar Difenhidramin HCl injeksi yang terkandung pada masing-masing
komposisi yang tertera pada etiket.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam dalam pemeriksaan kadar Difenhidramin


HCl dalam sediaan injeksi yaitu penelitian pengujian laboratorium dengan
pemeriksaan kadar menggunakan Titrasi Argentometri (Titrasi Pengendapan).
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2020. Tepatnya tanggal 11 dan 14
Mei 2020.

2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Jl. Rawasari Selatan No.2 Cempaka Putih RT.16/RW.2, Jakarta Pusat
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510.

B. Variabel Penelitian

Difenhidramin HCl merupakan sediaan cair yang berbentuk larutan yang


tidak berwarna. Terdapat beberapa merek dagang yang mengandung zat aktif
Difenhidramin HCl. Untuk memudahkan penelitian, diperlukan suatu variabel
untuk menentukan hasil penelitian. Variabel adalah suatu yang menjadi pusat
perhatian yang dapat memberikan pengaruh dalam suatu penelitian dan memiliki
nilai. Pada penelitian ini, ditetapkan 2 variabel yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang berubah dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, yang menjadi objek dari variabel bebas adalah tiga produk
injeksi yaitu merek A, merek B dan merek C yang mengandung zat aktif
Difenhidramin HCl di produksi dari PT atau Pabrik Farmasi yang berbeda.

18
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Ketika variabel bebas berubah, maka variabel terikat juga akan berubah.
Dalam penelitian ini yang variabel terikat ditetapkan sebagai konsentrasi
Difenhidramin HCl yang terkandung dalam sediaan injeksi.

3. Kadar Difenhidramin HCl dan Sediaan Injeksi


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa kadar
Difenhidramin HCl dalam sediaan injeksi dengan berbagai merek dagang yang
ditentukan secara Titrasi Argentometri (Titrasi Pengendapan). Persyaratan
hasil kadar sesuai yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi V
mengenai injeksi Difenhidramin Hidroklorida C17H21NO.HCl, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
(Depkes, RI 2014).

C. Definisi Operasional

1. Difenhidramin HCl dalam penelitian ini adalah obat antihistamin yang


dikemas dalam bentuk sediaan injeksi.
2. Titrasi Argentometri cara Mohr adalah salah satu metode yang digunakan
untuk menentukan kadar senyawa Halogen dalam penelitian pemeriksaan
kadar Difenhidramin HCl sediaan injeksi untuk menetapkan kadar
senyawa Klorida yang terdapat dalam Difenhidramin HCl.
3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V persyaratan untuk injeksi
Difenhidramin HCl tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
D. Prosedur Sampling

Pengambilan sampel Difenhidramin HCl dalam sediaan Injeksi dilakukan


pada tiga produk injeksi yang berbeda merk dagang (Merek A, Merek B dan
Merek C) obat yang mengadung zat aktif Difenhidramin HCl dari produsen PT
atau pabrik farmasi yang berbeda di jual di situs toko obat online. Pembelian di
lakukan di toko obat online yang berbeda didatangkan dari pulau Jawa seperti
Bandung dan Surabaya. Untuk Merek A di datangkan dari kota Surabaya, untuk
merek B didatangkan dari kota Bandung dan merek C dari kota Jakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data Primer


Peneliti melakukan penelitian ini secara langsung di Laboratorium
terhadap objek yang akan diteliti yaitu sampel injeksi Difenhidramin HCl
merek A,B dan C dengan memeriksa kadar sampel menggunakan metode
analisis yang telah ditetapkan di Buku Penuntun Praktikum Obat dan Narkoba
II serta mengacu pada Farmakope Indonesia Edisi V.

2. Sumber Data Sekunder


Dilakukan pengumpulan informasi guna mendukung data penelitian
yang diperoleh. Mendapatkan referensi dari berbagai buku kepustakaan dan
jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan serta diunduh dari
media internet.

3. Metode Analisa Data


Metode analisis data dilakukan dengan cara melakukan pengujian
kuantitatif dengan menghitung volume Perak Nitrat (AgNO 3) yang digunakan
untuk mentitrasi sejumlah sampel Difenhidramin HCl sediaan injeksi dengan
membandingkan hasil pengujian yang diperoleh dengan persyaratan yang
terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi V.
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Parameter Pengujian / Penelitian

Pada penelitian ini analisis dilakukan dengan metode Titrasi


Argentometri (Titrasi Pengendapan). Dilakukan analisis pendahuluan
dengan parameter pemeriksaan fisik yaitu pemerian masing-masing injeksi
Difenhidramin HCl dilanjutkan dengan pemeriksaan kimia dengan
parameter pembakuan Perak Nitrat (AgNO3) dan penetapan kadar
Difenhidramin HCl sediaan injeksi.

B. Prosedur Pengujian / Penelitian

1. Instrumen Penelitian
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Labu ukur 500 ml
2) Labu Erlenmeyer 150 ml dan 250 ml
3) Gelas Piala 250 ml
4) Gelas ukur 100 ml
5) Buret 50 ml
6) Klem dan statif
7) Spatula
8) Neraca analitik digital
9) Oven
10) Spatel

b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Baku NaCl

21
2) Kalium Kromat (K2CrO4)
3) Perak Nitrat (AgNO3) 0,05 N
4) Perak Nitrat P
5) Asam Asetat P
6) Metanol
7) Eosin LP
8) Tiga Sampel Difenhidramin HCl Sediaan injeksi (Merek A, Merek B
dan Merek C)
9) Aquadest

2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Reagensia
1) Pembuatan Larutan Standar Perak Nitrat (AgNO3) 0,05 N
Tiap 500 ml mengandung 8,5 gram Perak Nitrat (AgNO3) (BM
AgNO3 169,9).
a) Timbang seksama ± 8,5 gram perak nitrat P.
b) Dilarutkan dalam labu ukur 500 ml dengan aquadest sampai tanda
batas.
c) Saring dan simpan dalam botol coklat.

2) Pembuatan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4)


Kalium Kromat LP
a) Timbang seksama ± 10 gram Kalium Kromat P.
b) Tambahkan 100,0 ml aquadest dalam gelas ukur.
c) Homogenkan.
d) Tuang dan simpan dalam botol coklat.

3) Pembakuan Larutan Standar Perak Nitrat (AgNO 3) 0,05 N dengan


NaCl
a) Keringkan Natrium Klorida pada oven pada suhu 110 ℃ selama 2
jam.
b) Timbang seksama ± 50 mg baku NaCl yang sebelumnya telah
dikeringkan.
c) Masukkan ke dalam gelas piala 150 ml, larutkan dalam 30 ml
aquadest.
d) Tambahkan 5 ml Asam Asetat P.
e) Tambahkan 50 ml methanol.
f) Tambahkan 3 tetes Eosin Y LP.
g) Aduk dengan pengaduk magnetik dan titrasi dengan larutan Perak
Nitrat 0,05 N.
Tiap ml Perak Nitrat 0,1 N setara dengan 58,44 mg NaCl
Tiap ml Perak Nitrat 0,05 N setara dengan 29,22 mg NaCl

4) Penetapan Kadar Difenhidramin HCl Injeksi


a) Timbang secara seksama ± 100 mg sampel (isi 10 ml / ampul).
b) Larutkan dengan 10,0 ml aquadest.
c) Tambahkan 2-3 tetes indikator K2CrO4.
d) Titrasi dengan AgNO3 sebagai titran sampai berwarna merah bata.
Lakukan titrasi blangko (tanpa sampel).

C. Teknik Analisa Data

1. Pembakuan
Sebelum melaksanakan praktikum dilakukan terlebih dahulu
pembakuan larutan Perak Nitrat (AgNO3) 0,05 N.
Hitung Normalitas larutan dengan rumus :

mg NaCl
N=
2 9 , 22 x ml AgNO 3
N = Normalitas
mg = Berat NaCl yang digunakan
ml = AgNO3
2. Penetapan Kadar
Setelah melakukan analisis dan diperoleh data, maka penetapan kadar
Difenhidramin HCl dalam sediaan Injeksi dihitung menggunakan rumus :
Kadar Difenhidramin HCl dalam Sediaan Injeksi (dalam %)

(Vt − Vb ) x N AgNO3 x BM Difenhidramin HCl


x 100 %
W Difenhidramin HCl

Keterangan :
Vt : Volume AgNO3 yang digunakan untuk mentitrasi sejumlah sampel
(ml)
Vb : Volume blangko (ml)
N : Normalitas hasil percobaan Perak Nitrat (N)
BM : Berat Molekul Difenhidramin HCl
W : Berat Difenhidramin HCl Injeksi (mg)

3. Total Kadar
Kadar I + Kadar II
Kadar Total =
2

4. Persyaratan Kadar
Persyaratan hasil identifikasi sesuai yang ada pada persyaratan
Farmakope Indonesia Edisi V. Injeksi Difenhidramin HCl adalah larutan
steril. Mengandung Difenhidramin Hidroklorida C17H21NO.HCl, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl sediaan injeksi


yang meliputi pemerian, data pembakuan dan uji kadar diperoleh hasil sebagai
berikut :
Pemerian
Bentuk sediaan cair, jerih dan tidak berbau.

Tabel 1. Pembakuan Perak Nitrat (AgNO3) 0,05 N dengan NaCl


Pengulanga
Volume
n Penimbangan Rata-Rata
AgNO3
Volume (mg) Normalitas
0,05 N
NaCl
1. 32,00
50,1 mg
ml
0,0534 N
2. 32,20
50,3 mg
ml

Tabel 2. Penetapan Kadar Difenhidramin HCl Sediaan Injeksi


Merek A, B dan C dengan Metode Titrasi Argentometri

Volume
Total
Merek Pengulangan Penimbangan AgNO3 0,05
Kadar
N
Blangko - - 0,10 ml -
I 100,5 mg 6,30 ml
A 95,98%
II 100,8 mg 6,30 ml
I 101,8 mg 6,80 ml
B 103,05%
II 99,3 mg 6,70 ml
I 99,0 mg 6,40 ml
C 96,25%
II 108,5 mg 6,60 ml

26
B. Pembahasan

Dilakukan pemeriksaan kadar sampel Difenhidramin HCl sediaan injeksi


dengan metode Titrasi Argentometri. Argentometri merupakan suatu metode
umum untuk menetapkan kadar Halogenida atau senyawa-senyawa lain yang
membentuk endapan dengan Perak Nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Kadar Difenhidramin HCl dapat ditentukan dengan metode Titrasi
Argentometri dikarenakan Klorida yang terdapat dalam Difenhidramin akan
mengendap dengan Perak Nitrat. Reaksi yang mendasari Titrasi Argentometri
adalah :
AgNO3 + Cl⁻ → AgCl (S) + NO3⁻
Proses analisis diawali dengan pembuatan larutan standar primer dan
pembakuan larutan AgNO3 0,05 N dengan NaCl sebagai pentiter. Pembuatan
larutan AgNO3 dilakukan di tempat gelap, hal tersebut karena Perak Nitrat mudah
terurai dengan adanya cahaya.
Larutan baku AgNO3 0,05 N sebelum digunakan sebagai pentiter terlebih
dahulu harus dibakukan dengan larutan standar primer NaCl. Proses pembakuan
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dari AgNO3. Proses
pembakuan dilakukan dengan cara Mohr. Pada saat awal titrasi, Perak Nitrat akan
bereaksi dengan Natrium Klorida (NaCl) yang berwarna putih.
AgNO3 + NaCl → AgCl (S) + NaNO3
Pada titik akhir titrasi, semua ion Cl⁻ telah bereaksi dengan ion Ag⁺
sehingga penambahan Perak Nitrat menyebabkan ion Ag⁺ berlebih dan akan
bereaksi dengan Kromat membentuk endapan Perak Kromat yang berwarna merah
bata sesuai dengan reaksi : 2 Ag⁺ + CrO42⁻ → Ag2CrO4 (S)
Pada titik akhir titrasi terdapat dua endapan yaitu endapan putih AgCl
serta endapan merah bata Ag2CrO4 . Hasil titrasi pembakuan larutan Perak Nitrat
tercantum dalam Tabel 1. Volume Perak Nitrat yang digunakan hingga tercapai
titik akhir titrasi kemudian di rata-rata sehingga sesuai dengan perhitungan
didapatkan normalitas Perak Nitrat yang tepat yaitu 0,0534 N.
Dilakukan juga pemeriksaan kadar sampel Difenhidramin HCl sediaan
injeksi dengan Titrasi Argentometri. Metode yang digunakan adalah cara Mohr
dan indikator yang tepat adalah Kalium Kromat. Pada saat awal titrasi, ion Cl⁻
dalam Difenhidramin HCl akan bereaksi dengan ion Ag⁺ dari Perak Nitrat
membentuk endapan AgCl.
Difenhidramin HCl + AgNO3 → Difenhidramin HCl HNO3 + AgCl (S)
Ketika semua ion Cl⁻ dari sampel telah bereaksi dengan Ag⁺, maka
kelebihan satu tetes Ag⁺ akan bereaksi dengan ion Kromat membentuk endapan
merah bata Perak Kromat yang merupakan tanda bahwa titik akhir telah tercapai.
Titrasi dilakukan hingga tercapai titik akhir titrasi yang ditandai terbentuknya
endapan Perak Kromat yang berwarna merah bata. Endapan tersebut memiliki
kelarutan yang lebih besar dibandingkan AgCl. Oleh karena itu, endapan AgCl
akan terbentuk lebih dahulu dan setelah semua ion Cl⁻ bereaksi, kelebihan satu
tetes Ag⁺ akan bereaksi dengan ion Kromat dan membentuk endapan merah bata.
Kedua titrasi pembakuan dan penetapan kadar harus dilakukan pada
suasana netral hingga sedikit basa (pH 6,5 – 9). Pada suasana asam, ion Kromat
dari indikator akan berubah menjadi ion Dikromat, sesuai dengan reaksi :
2 CrO42⁻ + 2 H⁺ → Cr2O72⁻ + H2O
Ion Dikromat yang terbentuk akan bereaksi dengan ion Perak sehingga
dihasilkan endapan merah bata Dikromat yang mudah larut dalam air dan warna
dari Kromat tidak akan terlihat. Hal tersebut dapat mengacaukan hasil titrasi
karena ion Perak yang dibutuhkan untuk titrasi akan lebih banyak.
Cr2O7 2⁻ + 2 Ag⁺ → Ag2Cr2O7 (S)
Hasil titrasi penentuan kadar sampel Difenhidramin HCl injeksi merek A,
B dan C tercantum di Tabel 2. Volume Perak Nitrat yang digunakan untuk
mentitrasi sampel Difenhidramin HCl merek A, B dan C dari rentang 6,30 ml –
6,80 ml. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan volume yang
signifikan, kemudian dari hasil volume tersebut dirata-ratakan sehingga sesuai
dengan perhitungan didapatkan kadar sampel Difenhidramin HCl yang di periksa
yaitu untuk merek A sebesar 95,98%, B sebesar 103,05% dan merek C sebesar
96,25%.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, Difenhidramin Hidroklorida
injeksi mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada
sediaan injeksi Difenhidramin HCl merek A, B dan C semua merek dagang yang
digunakan masih memenuhi persyaratan dan memiliki kualitas mutu yang hampir
sama baik merek A, B dan C sediaan injeksi Difenhidramin HCl.
Difenhidramin HCl adalah golongan obat keras yang dibeli menggunakan
resep dokter. Hal tersebut dikarenakan penggunaan harus tepat guna dan sesuai
dengan aturan pemakaian sehingga perlu rekomendasi dari dokter. Efek samping
dari Difenhidramin HCl yang membuat mengantuk sering disalahgunakan bagi
sebagian orang untuk mengatasi masalah kesulitan tidur (insomnia) sehingga
digunakan dalam dosis yang tidak sesuai sementara target obat tersebut adalah
untuk meredakan reaksi alergi pada tubuh. Menggunakan Difenhidramin HCl
secara rutin untuk mengatasi insomnia dapat menurunkan kualitas tidur, serta
menimbulkan rasa ngantuk disiang hari.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Difenhidramin HCl dalam sediaan


injeksi dengan metode Titrasi Argentometri didapatkan :
1. Kadar Difenhidramin HCl sediaan injeksi merek A sebesar 95,98%, merek B
sebesar 103,05% dan merek C sebesar 96,25%.
2. Sampel Difenhidramin HCl sediaan injeksi merek A, B dan C masih
memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi
V yaitu 90,0% - 110,0%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan :


1. Perlu dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut terhadap sediaan
lainnya yang mengandung zat aktif Difenhidramin HCl dengan instrumen
yang berbeda.
2. Kepada masyarakat, pilihlah injeksi Difenhidramin HCl sesuai kebutuhan dan
tidak perlu ragu untuk menggunakan injeksi Difenhidramin HCl yang berbeda
merek dagang karena ketersediaaan zat aktifnya cukup dan kualitasnya
mutunya hampir sama.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Alexeyev, V, 1969. Quantiative Analysis. Moscow: MIR Publishers A.L.


Underwood. 1989. Analisa Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta :
Erlangga Day RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisa Kimia
Kuantitaif : Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

2. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit


Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.

3. Bassett, J, 1994. Vogel Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC : Jakarta

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia,


Edisi V. Jakarta, 315.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kebijakan Obat Nasional.


BPOM RI 2012. Jakarta.

6. Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press Harjadi W.


1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia Hastuti, Sri,
M.Si, dkk. 2007. Buku Petunjuk Pratikum Kimia Analitik Dasar I.
Surakarta : Laboratorium Kimia dasar FMIPA UNS.

7. Kementrian Kesehatan, 1978. Formularium Nasional, Edisi II. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

8. Kementrian Kesehatan, 1978. Formularium Nasional, Edisi III. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

9. Lukas, 2006. Pengertian Injeksi. Jakarta.

10. Prastica, Amallia, 2017. Karya Tulis Ilmiah Penetapan Kadar Difenhidramin
HCl dalam Sediaan Sirup Obat Batuk Secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Jakarta : Universitas MH. Thamrin.

11. Sulistiyaningsih, 1989. Bentuk - Bentuk Sediaan Difenhidramin HCl. Jakarta.

12. Widodo, R. 2004. Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat.


Yogyakarta : Kreasi Wacana. Halaman 31-32, 136-138.

13. Anonim. Pengetahuan Tentang Diphenhydramin. 2010.


https://yosefw.wordpress.com/2010/03/26/apa-yang-anda-ingin-tahu-
tentang-diphenhydramine/tanggal akses 15 mei 2020.

31
14. Devi, Rahmawati. 2016. Penentuan Kadar Difenhidramin HCl dengan
Titrasi Argentometri. Universitas Padjajaran. Bandung.
https://id.scribe.com/doc/301788943/tanggal akses 11 Mei 2020.

15. Fajrul, Baso. 2016 Argentometri.


https://www/academia.edu//78882824/argentometri/tanggal akses 1
April 2020.
Lampiran 1
Perhitungan Pembakuan Perak Nitrat (AgNO 3) dengan Natrium Klorida
(NaCl)

Diketahui :

Volume 1 = 32,00 ml mg = 50,1 mg

Volume 2 = 32,20 ml mg = 50,3 mg

Hitung Normalitas larutan dengan rumus :

m g NaCl
N=
29,22 x ml AgNO 3

1. Normalitas AgNO3

mg NaCl
N1 =
29,22 x ml AgNO 3

50,1 mg
N1 =
29,22 x 32,00ml

= 0,0535 N

2. Normalitas AgNO3

mg NaCl
N2 =
29,22 x ml AgNO 3

50,3 mg
N2 =
29,22 x 32,20ml

= 0,0534 N

33
3. Total Normalitas
N 1+ N 2
N total =
2

0,0535 N + 0,0534 N
= 2

= 0,0534 N
Lampiran 2
Perhitungan Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl Sediaan Injeksi Merek
A, B dan C dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri
1. Merek A

(Vt − Vb ) x N AgNO 3 x BM Difenhidramin HCl


x 100 %
W Difenhidramin HCl

(6,30 − 0,10) ml x 0,0534 N x 291,8


x 100 %
Kadar 1% = 100,5 mg

Kadar 1% =96,12 %

(6,30 − 0,10 ) ml x 0,0534 N x 291,8


x 100 %
Kadar 2% = 100,8 mg

Kadar 2% =95,84 %

Total Kadar :

Kadar 1 + Kadar 2
= 2
96,12 % + 95,84 %
= 2
= 95,98%
2. Merek B

(Vt − Vb ) x N AgNO 3 x BM Difenhidramin HCl


x 100 %
W Difenhidramin HCl

Kadar 1% =

(6,80 − 0,10 ) ml x 0,0534 N x 291,8


x 100 %
101,8 mg

Kadar 1% = 102,55%

Kadar 2% =

(6,70 − 0,10 ) ml x 0,0534 N x 291,8


x 100 %
99,3 mg

Kadar 2% = 103,56%

Total Kadar :

Kadar 1 + Kadar 2
= 2
102 ,55% + 103 ,56 %
= 2
= 103,05%
3. Merek C

(Vt − Vb ) x N AgNO 3 x BM Difenhidramin HCl


x 100 %
W Difenhidramin HCl

Kadar 1% =

(6,40 − 0,10 ) ml x 0,0534 N x 291,8


x 100 %
99,0 mg

Kadar 1% = 99,15%

Kadar 2% =

(6,60 − 0,10 ) ml x 0,0534 N x 291,8


x 100 %
108,5 mg

Kadar 2% = 93,35%

Total Kadar :

Kadar 1 + Kadar 2
= 2
99 ,15 % + 93 ,35 %
= 2
= 96,25%
Lampiran 3

Alat-Alat Volumetri

A. Alat – Alat Gelas

B. Timbangan Analitik Digital

C. Statif, Klem dan Buret

39
Lampiran 4
Hasil Pengamatan Pemeriksaan Kadar Difenhidramin HCl Merek A, B danC
dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri

A. Hasil Pengamatan Pembakuan Perak Nitrat 0,05 N dengan NaCl


1) Gambar Sebelum Dititrasi

2) Gambar Setelah Dititrasi

40
B. Hasil Pengamatan Kadar Difenhidramin HCl Injeksi Merek A, B
C dan Larutan Blangko
1) Gambar Sebelum Dititrasi

2) Gambar Setelah Dititrasi


Lampiran 5
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

42

Anda mungkin juga menyukai