OLEH
ALVI DWI ARDIANTI
NIM : 1351810319
OLEH:
ALVI DWI ARDIANTI
NIM: 1351810319
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Surabaya,
Disetujui oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
apt. Iin Ernawati, S.Farm., M.Farm.Klin apt. Fitria Dewi .Y., S.Farm.,M.Farm-Klin.,
NIDN. 0710048704 NIDN.0716068502
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
KARYA TULIS ILMIAH
1. Karya tulis ilmiah saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya saya
sendiri, dan bukan hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya,
karya orang lain. Karya tulis ilmiah ini belum pernah diajukan untuk
2. Dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
yang telah diperoleh karena karya tulis ilmiah ini, serta sanksi-sanksi
Farmasi Surabaya
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah Karya Tulis Ilmiah
dengan tulus kepada setiap orang yang telah hadir selama perjalanan studi
Pertama, ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Ninik Mas Ulfa,
S.Si., selaku Direktur Akademi Farmasi Surabaya yang telah menerima dan
MA. Hanny Ferry Fernanda, S.Farm., M.Farm., Apt., selaku Wakil Direktur I
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan dan Bapak Umarudin, M.Si., selaku Wakil
memberi arahan serta bimbingan selama masa studi penyelesaian Proposal Karya
memberikan saya arahan dan bimbingan selama masa studi penyelesaian Proposal
v
Ke enam ucapan diberikan kepada Ibu apt. Silfiana Nisa Permatasari,
S.Farm., MM., selaku penguji dalam proposal penelitian ini yang telah
memberikan saya kesempatan untuk menjelaskan isi dari proposal penelitian ini.
Penulis
vi
RINGKASAN
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.2 Kepatuhan...............................................................................................9
ix
2.2.2 Indikator kepatuhan........................................................................10
3.3.1 Sampel............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
LAMPIRAN..........................................................................................................26
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
diabetes yang berkelanjutan sangat penting untuk mencegah komplikasi akut dan
diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus gestasional, dan diabetes mellitus tipe
lain (2). Faktor yang cukup besar dalam menyebabkan terjadinya diabetes mellitus
tipe 2 yaitu faktor genetik dan pengaruh lingkungan, seperti obesitas, diet tinggi
tahunnya, terutama untuk diabetes mellitus tipe 2 (3). Penyakit diabetes mellitus
mempengaruhi kualitas hidup seseorang (4). Data yang diperoleh dari laporan
WHO (World Health Association) pada tahun 2003 kepatuhan rata-rata pasien
pada terapi jangka panjang penyakit kronik di negara maju hanya sebesar 50%
Sebesar 19% penderita DM yang tidak patuh dalam mengkonsumsi obat terdapat
13% yang memiliki kualitas hidup yang buruk (5). Pencegahan komplikasi
dilakukan dengan cara menjaga kestabilan gula darah dengan pengobatan secara
rutin seumur hidup. Diabetes mellitus penyakit yang tidak bisa disembuhkan
1
2
secara permanen sehingga banyak pasien yang jenuh dan tidak patuh dalam
pengobatan (6). Kepatuhan dalam aspek dose-taking dapat dilihat dari variabel
dosis, frekuensi, dan jangka waktu penggunaan obat, sedangkan aspek dose-
timing dapat dilihat dari variabel interval dan waktu penggunaan obat (5).
(7). Diabetes mellitus tipe 2 menyumbang lebih dari 95% kasus (8). Komplikasi
dalam menghindari atau mencegah dampak komplikasi yang lebih serius. Hal ini
jaminan mutu yang terstruktur dan dilakukan secara terus untuk menjamin agar
obat-obat yang digunakan tepat, aman dan efisien (4). Kepatuhan pasien sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi pada penyakit kronis. Pasien yang
tidak patuh minum obat sesuai jadwal, hilang satu dosis, tidak mengikuti anjuran
parahnya penyakit yang diderita. Data yang diperoleh dari WHO tahun 2003,
kepatuhan pasien terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara maju
3
kadar gula darah puasa menjadi antara 70 dan 130 mg/dL (6).
mengukur tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah kuesioner MGLS
menjadi 3 kategori diantaranya yaitu patuh tinggi, sedang, dan rendah (12).
Kuesioner MGLS versi bahasa Indonesia telah di uji validitas dan reliabilitas
dengan hasil validitas 0,3496 dengan taraf kepercayaan 95% dan hasil uji
golongan Sulfonilurea dan Biguanid sebanyak 535 pasien pada bulan September
Sulfonilurea dan Biguanid, hal tersebut dikarenakan belum ada penelitian sejenis
di tempat pengambilan data dan ingin melihat bagaimana kepatuhan pasien dalam
dan Biguanid Pada Pasien Rawat Jalan di RS Muji Rahayu dengan menggunakan
Sulfonilurea dan Biguanid Pada Pasien Rawat Jalan di RS Muji Rahayu dengan
2. Bagi Peneliti
Biguanid.
5
TINJAUAN PUSTAKA
karbohidrat, lemak dan protein (2). Insulin adalah hormon yang mengatur
nefropati dan penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan (10). Di
Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika memiliki kadar gula darah
puasa >126 mg/dL dan pada tes kadar gula darah sewaktu >200 mg/dL. Kadar
gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar
lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan
6
7
merupakan salah satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan
tikus menunjukkan bahwa ada hubungan antara gen yang bertanggung jawab
Tipe 2 (15).
karena sel – sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal. Pada penderita DM Tipe 2 dapat terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak terjadi pengerusakan sel – sel beta langerhans secara
outo imun seperti DM Tipe 1. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2
hanya bersifat relatif dan tidak absolut (16). Resistensi insulin terjadi karena
mellitus (17). Gangguan proses sekresi insulin terjadi pada fase pertama sekresi
insulin. Apabila tidak segera ditangani dengan baik, maka selanjutnya sel-sel β-
pankreas akan mengalami kerusakan secara progresif dan berujung pada hasil
sekresi insulin yang mengalami defisiensi. Jika hasil sekresi insulin mengalami
tidak ada. Diabetes mellitus tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, serta
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
umumnya lebih mudah terkena infeksi, susah sembuh dari luka, daya penglihatan
hidup sehat untuk mengendalikan kadar gula darah yang tinggi dengan cara (18) :
2. Olahraga teratur
Diabetes Mellitus (tidak bergantung sepenuhnya pada insulin). Pada diabetes tipe
besar insulin terserap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang
tidak sehat. Beberapa penyebab diabetes melitus tipe 2 adalah sebagai berikut
(13):
a. Hipoglikemia
hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak
b. Hiperglikemia
tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan
2.2 Kepatuhan
pengukuran kadar obat dalam darah pasien. Pengukuran tingkat kepatuhan minum
10
efisien (12).
dapat juga diartikan sebagai tindakan pengobatan pada pasien sesuai dengan yang
disarankan oleh tim medis. Pada penelitian kepatuhan minum obat pasien diukur
a. Tepat dosis
b. Tepat frekuensi
c. Tepat waktu
Waktu pemberian obat harus tepat sesuai dengan jarak waktu penggunaan
obat dengan waktu makan, karena ini akan berpengaruh terhadap hasil
d. Tepat interval
Lama pemberian obat harus tepat sesuai dengan diagnosa penyakit dan
kondisi pasien. Apakah obat perlu diminum selama 3 hari, 5 hari, 7 hari, dll.
11
(11) :
Levine Scale) yang sudah divalidasi berdasarkan jurnal uji validitas dan
2. Uji validitas
Uji validitas ini dilakukan dengan cara korelasi antara skor tiap
pertanyaan dengan skor total dari seluruh pertanyaan kuesioner. Pengujian ini
menggunakan uji statistika korelasi Pearson. Data yang diperoleh dari hasil
uji korelasi Pearson, pertanyaan pada kuesioner dianggap valid apabila nilai
R hitung lebih besar dari R tabel. Apabila nilai R hitung lebih tinggi daripada
nilai R tabel maka pertanyaan tersebut dianggap valid dan bisa digunakan
(12).
12
Tabel 2.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner MGLS Pada Pasien Epilepsi (12).
3. Uji reabilitas
hanya item pertanyaan yang sudah valid saja yang dapat secara bersama-sama
kuesioner MGLS telah reliabel atau tidak. Data yang diperoleh dari uji
Tabel 2.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner MGLS Pada Pasien Epilepsi (12).
A. Definisi
B. Pertanyaan
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah pernah lupa minum obat ?
Uji validitas konstruk merupakan uji validitas yang mengukur sejauh mana
suatu instrumen penelitian dapat mengukur konstruk (kerangka dari suatu konsep
konstruk dan uji reliabilitas kembali pada responden yang sesuai populasi
Gejala:
Mudah lelah, sering buang air kecil, Pandangan kabur
Terapi Pengobatan
Metformin
Glibenclamide Glimepiride Glicazide
ee ee
METODE PENELITIAN
Sulfonilurea dan Biguanid pada pasien rawat jalan di RS Muji Rahayu Surabaya
2021–April 2021.
3.3.1 Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
antidiabetik golongan Sulfonilurea dan Biguanid pada bulan Februari 2021– April
A. Kriteria inklusi
16
17
B. Kriteria eksklusi
Rumus :
2
Z P(1−P)
n= 2
d
α = derajat kepercayaan
d = toleransi kesalahan
P = proporsi dianggap 0,5 jika tidak ada penelitian sebelumnya yang serupa
sehingga :
2
Z P(1−P)
n= 2
d
2
1.64 x 0,5(1−0,5)
n= 2
0,1
¿ 67,25 ~ 68
17
Purposive Sampling.
Informed Consent.
Melakukan wawancara
Keterangan :
(kuisioner).
Diamati :
Menganalisa data.
Tidak diamati :
Kesimpulan.
4. Informed consent yang terdiri dari : nama pasien, usia, jenis kelamin,
yang telah di berikan dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan pada pasien
2. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner Morisky Green
a. Apakah pernah lupa minum obat ? : pasien tersebut lupa/tidak tepat waktu
sehari yang berarti diminum sore hari tetapi pasien lupa untuk tidak minum
obat).
mengkonsumsi obat dengan waktu makan, tidak tepat dengan dosis yang
telah ditentukan, tidak tepat frekuensi pemberian obat dalam sehari (misal :
3 kali sehari, berarti obat harus diminum setiap 8 jam sekali), tidak tepat
20
dengan penggunaan obat selanjutnya, tidak tepat durasi terapi / lama terapi
c. Apakah pernah berhenti minum obat ketika merasa lebih baik ? : pasien
berhenti minum obat dikarenakan pada saat pengecekan gula darah hasilnya
normal dan tidak ada keluhan pada pasien maka dari itu pasien
d. Apakah pernah berhenti minum obat saat merasa kondisi memburuk pasien
berhenti minum obat saat merasa kondisi memburuk yaitu : ketika pasien
sudah putus asa obat yang dikonsumsi tidak ada efeknya atau hasil gula
obat.
Pasien yang didiagnosa diabetes mellitus tipe 2 oleh dokter RS Muji Rahayu
Surabaya.
2. Data rekam medik pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mendapat obat
Indonesia
penggunaan obat pada pasien. Langkah awal melakukan pengambilan data untuk
uji validasi konstruk dan uji reliabilitas, kemudian setelah hasil validasi dan uji
relialitas yang valid dan reliable, maka baru dilakukan pengambilan data untuk
(skor 0), tingkat kepatuhan sedang (skor 1 atau 2), dan memiliki tingkat kepatuhan
rendah apabila memiliki (skor 3 atau 4) yang tertera dalam kuesioner MGLS
tersebut. Hasil tingkat kepatuhan kuesioner Ya bernilai skor 1, dan Tidak bernilai
skor 0. Semakin tinggi skor MGLS maka semakin rendah tingkat kepatuhannya.
Data dari lembar pengumpul data dikumpulkan dan diperiksa, apabila ditemukan
data yang kurang atau tidak lengkap dapat ditelusuri kembali ke catatan medic dan
22
data yang kurang jelas dapat dilakukan pengecekan ulang. Kemudian data
Surabaya. Perhitungan skor pada kuesioner MGLS yaitu pasien dengan tingkat
kepatuhan tinggi (skor MGLS 0), tingkat kepatuhan sedang (skor MGLS 1 atau
2), dan tingkat kepatuhan rendah (skor MGLS 3 atau 4) (11). Dari penyajian data
berupa hasil persentase yang diketahui berupa demografi (usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan), Resep (nama obat, jumlah obat, terapi obat), gula darah,
dan tingkat kepatuhan diabetes mellitus tipe 2. Sehingga peneliti dapat mengambil
mellitus tipe 2 di RS Muji Rahayu Surabaya pada periode Februari 2021 – April
2021.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini, kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dilakukan uji
Pengambilan data untuk uji validitas dilakukan pada tempat yang sama untuk
yang datang dari berbagai daerah dan sekitar, berasal dari berbagai macam
kalangan dan usia. Uji Validitas ini dilakukan dengan tujuan agar ketika kuesioner
tersebut diujikan ditempat, orang dan waktu yang berbeda, hasilnya akan tetap
valid.
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual
pertanyaan dengan jumlah responden 40 orang. Hasil uji validitas dikatakan valid
apabila r hitung > r tabel. Berikut adalah hasil dari uji validitas dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
24
dalam kuesioner ialah valid dengan angka r hitung lebih besar dari r tabel
Reliabilitas merupakan kata dari reliability yang berasal dari kata rely dan
ability. Reliabilitas adalah sejuah mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah(17). Pengukuran
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.625 4
pendidikan, pekerjaan dan lama terdiagnosa dapat disajikan pada tabel 4.3.
Tingkat Pengetahuan
Perempuan 17 25 25 36,7 0 0
< 20 Tahun 0 0 0 0 0 0
tangga
Wiraswasta 1 1,4 0 0 0 0
bahwa tingkat kepatuhan minum obat diabet adalah tingkat kepatuhannya rendah
bahwa tingkat kepatuhan minum obat diabet adalah tingkat kepatuhannya rendah
bahwa tingkat kepatuhan minum obat diabet adalah tingkat kepatuhannya rendah
pekerjaan bahwa tingkat kepatuhan minum obat diabet adalah tingkat kepatuhan
Berdasarkan lama terdiagnosa bahwa tingkat kepatuhan minum obat diabet adalah
tingkat kepatuhan tinggi yaitu lama terdiagnosa 1-5 tahun sebanyak 17 responden
(25%).
yaitu Sulfonilurea dan Biguanid. Data penggolongan obat anti diabetik dapat
Sulfonilurea 35 51,47
Biguanid 33 48,52
Total 68 100
antidiabetik yang paling banyak terdapat pada golongan obat sulfonilurea adalah
Tabel 4.5 Jenis Terapi Penggolongan Obat Anti Diabetik di RS Muji Rahayu
Surabaya
Glimepiride 14 20,58
Diabetes Glimepiride
Kombinasi + 40 58,82
Metformin
Gliclazide
+ 5 7,35
Metformin
28
Glibenclamide
+ 2 2,94
Metformin
Total 68 100
antidiabetik jenis terapi tunggal paling banyak adalah terdapat pada obat
anti diabetik jenis terapi kombinasi paling banyak adalah terdapat pada golongan
Biguanid
4.6.
No. Ya Tidak
Pertanyaan Pertanyaan n (%) n (%)
40 38
35
30
27
Persentase
25
20
15
10
5 3
Tingkat kepatuhan
Tinggi Sedang Rendah
sebanyak 27%, tingkat kepatuhan sedang sebanyak 38% dan tingkat kepatuhan
rendah sebanyak 3%
BAB V
PEMBAHASAN
mengetahui obat yang digunakan oleh pasien sesuai dengan konteks penelitian,
dengan menggunakan program SPSS software versi 24. Pada tabel 4.1 dapat
karena semua pertanyaan valid. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung yang
dikatakan reliabel apabila leih besar dari 0,60, jika lebih kecil dikatakan tidak
reliabel atau tidak konsisten dan jika nilai Cronbach Alpha 0,40 kurang dari 0,60
24
25
ialah relibilitasnya sedang. Dari hasil pada tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa
Responden dalam penelitian ini dilihat pada tabel 4.3 lebih banyak
sedang. Berdasarkan pekerjaan maka didominasi jenis pekerjaan ibu rumah tangga
berdasarkan usia bahwa tingkat kepatuhan minum obat diabet adalah tingkat
diabet adalah tingkat kepatuhan tinggi yaitu rentang waktu 1-5 tahun yang
minum obat diabet adalah tingkat kepatuhan sedang yaitu SMA/SMK yang
tinggi dibandingkan SD,SMP,D3 dan S1. Pendidikan menjadi salah satu usaha
yang ada pada dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan
lebih mudah menerima informasi yang diterima dan sebaliknya tingkat pendidikan
yang rendah akan sulit menerima informasi yang diterima. Pendidikan diperlukan
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan kesehatan.
penggolongan obat antidiabetik jenis terapi tunggal paling banyak adalah terdapat
(58,82%). Hasil yang menunjukkan pada tabel gambar 4.1 distribusi kategori
kepatuhan tinggi sebanyak 27%. Tingkat kepatuhan sedang sebanyak 38% dan
golongan sulfonilurea dan biguanid adalah tingkat kepatuhan nya sedang. Hal
kepatuhan lebih besar yakni 61% dibandingkan obat dengan penggunaan dua kali
sehari yaitu sebesar 52% (5). Kategori tingkat kepatuhan sedang dapat dilihat dari
jawaban responden dimana pasien tidak berhenti meminum obat ketika kondisi
memburuk sebanyak 94,1% dan dapat dikatakan kepatuhan sedang pasien masih
banyak yang tidak patuh dalam meminum obat hal tersebut dibuktikan dengan
pertanyaan “apakah pernah lupa meminum obat” sebanyak 38,2%, maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa pasien masih ada yang tidak patuh dalam penggunaan
obat diabetes dan tidak berhenti meminum obat dengan faktor lupa minum obat.
mereka tidak mau untuk berlama-lama di rumah sakit adanya ketakutan tertular
27
penyakit covid 19. Kuesioner yang diambil peneliti yang menulis dan
BAB VI
6.1 Kesimpulan
sedang, dapat dilihat dari data yang diperoleh dari masing-masing kepatuhan
kepatuhan tinggi sebanyak 27%, tingkat kepatuhan sedang sebanyak 38% dan
6.2 Saran
salah atau tidak mengetahui maupun tidak sesuai, perlu adanya pemberian KIE
tercapai hasil pengobatan yang aman, efektif dan efisien. Terutama pada cara
penggunaan obat golongan sulfonilurea dan biguanid secara tepat dan benar
DAFTAR PUSTAKA
8. Sihotang RC, Ramadhani R, Tahapary DL. Efikasi dan keamanan obat anti
diabetik oral pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit ginjal
kronik. J Penyakit Dalam Indones. 2018;5(3):150.
10. Putri YA. Korelasi tingkat kepatuhan minum obat antidiabetik oral
terhadap kadar HBA1C pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas
kedaton Bandar Lampung (skripsi). Universitas Lampung; 2020.
11. Ernawati I, Fandinata SS, Permatasari SN. The effect of the number of
drugs received on the level of adherence to drug consumption (morisky,
green, levine adherence scale questionnaire ) of hypertensive patients. Str J
Ilm Kesehat. 2020;9(2):840–7.
13. Agustin RS. Gambaran peresepan penggunaan obat anti Diabetes melitus
pada pasien rawat jalan di puskesmas teladan Kota Medan tahun 2019
(skripsi). Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Farmasi; 2019.
15. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pharmaceutical care untuk
penyakit diabetes mellitus. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan: Departemen Kesehatan RI; 2005
19. Morisky DE, Green LW, Levine DM. Concurrent and predictive validity of
a self-reported measure of medication adherence. Med Care.
1986;24(1):67–74.
RESPONDEN
Judul Penelitian:
Tujuan:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien
Rahayu Surabaya.
kepada pasien yang mendapatkan resep obat golongan Sulfonilurea dan Biguanid
golongan Sulfonilurea dan Biguanid. Penjelasan PSP dilakukan oleh peneliti, pada
Manfaat Penelitian:
32
33
yang digunakan untuk tugas akhir Program Pendidikan D-III Farmasi serta
Bahaya Potensial:
Pada penelitian ini tidak ada bahaya potensial secara fisik yang diakibatkan oleh
menjawab atau mengisi kuesioner yang diajukan peneliti, sehingga ada waktu
merugikan responden.
Kerahasiaan Data:
Data pribadi/identitas dan hasil jawaban responden pada kuesioner penelitian akan
Demikian penjelasan sebelum persetujuan penelitian saya buat, jika ada yang
kurang jelas atau ada yang hendak ditanyakan terkait penelitian, responden bisa
Contact Person:
No. HP : 0895323583007
34
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
4. Prosedur penelitian
karena itu saya bersedia/ tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Peneliti, Responden,
DATA RESPONDEN
Inisial Responden
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
No. Telepon
Pekerjaan
Pendidikan
Diagnosa
Lama Terdiagnosa
Hasil GDA
36
Indonesia
Jawaban
obat?
minum obat?
lebih baik?
kondisi memburuk?
37
No Nama Jenis Usia Pend. Pekerjaan Diagnosa Lama Nama Obat Aturan Jumla Pertanyaan Pertanyaa Pertanyaan Pertanyaa Skor
Kelamin Terakhir Terdiagnosa Pakai h Obat 1 n2 3 n4 MGLS
1. Tn. M L 63 SMA Tidak DM 5 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th Bekerja + metformin
2. Ny. D P 58 SMP IRT DM 4 Th glimepiride 3mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 1 0 2
th + metformin
3. Tn. S L 64 SMA Tidak DM 10 Th glimepiride 3mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 1 0 1
th Bekerja + metformin
4. Tn. M L 67 SMA Tidak DM 10 Th glimepiride 4mg 1-1/2-0 / 30 / 90 0 1 0 0 1
th Bekerja + metformin 3x1
5. Ny. R P 58 SMA IRT DM 20 Th gliclazide + 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 1 0 0 2
th metformin
6. Ny. S P 65 SMP IRT DM 15 Th glimepiride 3mg 1-0-0 30 1 0 0 0 1
th
7. Tn. D L 55 SMA Swasta DM 7 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 3x1 30 / 90 1 0 0 0 1
th + metformin
8. Ny. S P 64 SMA Swasta DM 2 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 1x1 30 / 30 0 1 1 0 2
th + metformin
9. Ny. T P 70 SD IRT DM 5 Th glimepiride 2mg 1-0-0 30 0 1 0 0 1
th
10. Ny. H P 52 SMA Swasta DM 3 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 3x1 30 / 90 0 0 0 0 0
th + metformin
11. Ny. L P 55 SMA IRT DM 3 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 0 0 1
th + metformin
12. Tn. R L 54 SMA Swasta DM 3 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 0 0 1
th + metformin
13. Ny. W P 55 SMA Wiraswast DM 2 Th glimepiride 4mg 1-0-0 30 0 0 0 0 0
th a
14. Tn. D L 53 SMA Swasta DM 16 Th glimepiride 3mg 1-0-0 30 0 1 0 0 1
th
15. Tn. W L 56 SMA Swasta DM 9 Th glimepiride 3mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
38
th + metformin
16. Ny. S P 60 SMA IRT DM 15 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 3x1 30 / 90 0 0 0 0 0
th + metformin
17. Tn. S L 63 SMA Tidak DM 5 Th gliquidone 1x1 30 0 0 0 1 1
th Bekerja
18. Tn. S L 66 S1 PNS DM 2 Th gliclazide + 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th metformin
19. Ny. S P 65 SMA IRT DM 1 Th gliclazide + 1-1-0 / 2x1 60 / 60 0 0 0 0 0
th metformin
20. Ny. S P 60 SMA IRT DM 7 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 0- 30 / 30 1 0 0 0 1
th + metformin 0-1
21. Ny. E P 69 SMP IRT DM 1 Th glimepiride 1mg 1-0-0 30 0 0 1 0 1
th
22. Ny. B P 68 SMA IRT DM 5 Th glimepiride 1mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 1 1
th + metformin
23. Ny. S P 53 SMA IRT DM 6 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 3x1 30 / 90 1 0 1 0 2
th + metformin
24. Ny. T P 60 S2 PNS DM 7 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 0 0 1
th + metformin
25. Tn. M L 67 SMP Tidak DM 4 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 1 0 1
th Bekerja + metformin
26 Tn. S L 44 SMP Swasta DM 1 Th glibenclamide + 1-1-1 / 2x1 60 / 60 1 0 1 0 2
th metformin
27. Ny. S P 70 SD Tidak DM 2 Th glimepiride 4mg 1-0-0 30 1 0 0 0 1
th Bekerja
28. Tn. A L 69 SD Tidak DM 9 Th metformin 2x1 60 0 0 0 0 0
th Bekerja
29. Ny. D P 70 SD Tidak DM 1 Th glimepiride 1mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th Bekerja + metformin
30 Tn. M L 48 SMA Swasta DM 7 Th glibenclamide + 1-0-0 / 2x1 30 /60 1 0 0 0 1
th metformin
31. Tn. C L 51 SD Swasta DM 10 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 3x1 30 / 90 1 0 1 0 2
th + metformin
39
th
49. Tn. H L 41 SMA Swasta DM 10 Th glimepiride 4mg 1-0-0 30 1 0 0 0 1
th
50. Tn. T L 87 SMA Tidak DM 3 Th glimepiride 1mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th Bekerja + metformin
51. Tn. S L 70 SMP Tidak DM 5 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 1x1 30 / 30 0 0 0 0 0
th Bekerja + metformin
52. Ny. S P 49 SMA IRT DM 11 Th glimepiride 4mg 1-0-0 30 1 0 0 0 1
th
53. Ny. T P 64 SMA IRT DM 5 Th glimepiride 1mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th + metformin
54. Ny. T P 46 SMA IRT DM 1 Th glimepiride 1mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th + metformin
55. Ny. A P 66 SMP IRT DM 25 Th glimepiride 1mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 1 0 2
th + metformin
56. Ny. S P 58 SMA IRT DM 1 Th metformin 3x1 90 0 0 0 0 0
th
57. Ny. S P 65 SMP IRT DM 19 Th glimepiride 4mg 1-0-0 / 3x1 30 / 90 0 0 0 0 0
th + metformin
58. Tn. H L 68 SMA Tidak DM 16 Th glimepiride 3mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th Bekerja + metformin
59. Tn. Z L 66 SMA Swasta DM 15 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 0 0 0 0 0
th + metformin
60. Ny. F P 62 SMA IRT DM 7 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 0 0 1
th + metformin
61. Ny. P P 77 SD IRT DM 5 Th gimepiride 3mg 1-0-0 30 0 1 1 0 2
th
62. Ny. E P 71 SMP IRT DM 3 Th glimepiride 2mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 0 0 1
th + metformin
63. Ny. S P 70 SD IRT DM 10 Th glimepiride 3mg 1-0-0 / 2x1 30 / 60 1 0 0 0 1
th + metformin
64. Ny. P P 49 SMA IRT DM 2 Th glimepiride 3mg 1-0-0 / 2x1 30/ 60 1 0 0 0 1
th + metformin
41
Jumla 27 11 13 5 56
h
42
Lampiran 6. Validitas
Correlations
soal1 soal2 soal3 soal4
soal1 Pearson Correlation 1 .029 .057 -.321*
Sig. (2-tailed) .858 .728 .043
N 40 40 40 40
soal2 Pearson Correlation .029 1 -.154 .333*
Sig. (2-tailed) .858 .342 .036
N 40 40 40 40
soal3 Pearson Correlation .057 -.154 1 .092
Sig. (2-tailed) .728 .342 .570
N 40 40 40 40
soal4 Pearson Correlation -.321 *
.333 *
.092 1
Sig. (2-tailed) .043 .036 .570
N 40 40 40 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 7. Rehability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.625 4