Anda di halaman 1dari 129

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EDUKASI MEDIA Video

TERHADAP PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK


PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD IBNU SINA GRESIK

SKRIPSI

Oleh :

DWI HARI NUGROHO


NRP : 1130427

PEMINATAN KLINIS
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2018
EFEKTIVITAS PEMBERIAN EDUKASI MEDIA Video
TERHADAP PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD IBNU SINA GRESIK

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

DWI HARI NUGROHO


NRP : 1130427

PEMINATAN KLINIS
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama :Dwi Hari Nugroho
NRP :1130427
Fakultas/Program Studi :Farmasi/Program Studi Sarjana Farmasi
Judul Skripsi :Efektivitas Pemberian Edukasi Media Video
Terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotik
Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Ibnu Sina
Gresik.

Telah diperiksa Dosen Pembimbing dan berhasil dipertahankan dihadapan Tim


Penguji untuk diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi,
Universitas Surabaya.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Fauna Herawati, S.Si., M.Farm-Klin., Apt. Dr. dr. Aslichah., M.Kes.

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Ike Dhiah, S.Farm., M.Farm-Klin., Apt. Dian Natasya, S.Farm., M.Farm-Klin., Apt.

Ditetapkan di : Surabaya
Tanggal : 31 Juli 2018

Mengetahui
Ketua Program Studi

Dr. Dra. R.R. Christina Avanti M.Si., Apt.


PERNYATAAN KEASLIAN

Nama : Dwi Hari Nugroho

NRP : 1130427

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Farmasi

Judul :Efektivitas Pemberian Edukasi Media Video Terhadap

Pengetahuan Penggunaan Antibiotika pada Pasien Rawat Jalan

di RSUD Ibnu Sina Gresik

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber kutipan dan rujukan

telah saya tulis dengan benar dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari penulisan Skripsi ini merupaka hasil plagiat

atau jiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia bertanggung jawab

atas nama diri sendiri dan menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di

Universitas Surabaya.

Surabaya, 31 Juli 2018

Dwi Hari Nugroho

i
KATA PENGANTAR

Penyakit infeksi adalah jenis penyakit yang disebabkan salah satunya oleh

bakteri. Infeksi termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan jumlah pasien

terbanyak di Indonesia (Kemenkes, 2011). Penanganan khusus untuk

menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan penggunaan antibiotika.

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi yang dapat

menghambat pertumbuhan atau membasmi bakteri.

Penggunaan antibiotika harus dilakukan dengan tepat (dosis, rute, indikasi,

dan pasien), namun kenyataannya The Center for Disease Control and Prevention

in USA (2013) menyatakan terdapat 50% peresepan antibiotik yang tidak

diperlukan (unnecessary prescribing) atau peresepan tidak tepat. Telah ditemukan

juga sebanyak 86,1% dari 103.860 masyarakat Indonesia yang menyimpan

antibiotika yang diperoleh tanpa resep dokter (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami E.R. (2011), penyebab

timbulnya resistensi antibiotik diantaranya adalah pemakaian antibiotik yang

kurang tepat (irrasional), peresepan dalam jumlah besar, penggunaan obat

monoterapi, penjualan antibiotik secara besar-besaran, lemahnya pengawasan

terhadap distribusi, dan faktor yang berhubungan dengan pasien adalah penyebab

resistensi yang paling banyak dijumpai di masyarakat.

ii
iii

Salah satu contoh faktor yang berhubungan dengan pasien adalah pasien

dengan pengetahuan yang salah akan cenderung menganggap wajib diberikan

antibiotik dalam penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya

flu, batuk-pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat (Utami, 2011).

Untuk menghindari resistensi terhadap antibiotik dikarenakan kurangnya

pengetahuan pada masyarakat, diperlukan sebuah edukasi/pemberian informasi

yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik yang tepat agar masyarakat

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan antibiotik yang baik

dan benar, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan antibiotika di

kalangan masyarakat dan mengurangi resiko resistensi terhadap antibiotik.

Pemberian edukasi dapat juga dilakukan dengan bantuan berbagai media edukasi

kesehatan, salah satunya adalah media audio visual. Salah satu contoh media

audio visual adalah video.

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina

Gresik. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mufida, 2017

yang dilakukan di RSUD Ibnu Sina Gresik diperoleh hasil sebanyak 70 responden

(72,9%) memiliki tingkat pengetahuan cukup cenderung rendah tentang

penggunaan antibiotika. Hal ini yang mendorong peneliti ingin melakukan

penelitian lanjutan untuk mengukur tingkat pengetahuan penggunaan antibiotika

pada pasien rawat jalan penerima resep antibiotika di RSUD Ibnu Sina Gresik.

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner demografi

ditambah dengan pemberian soal pre-test dan post-test kepada responden yang

mendapatkan resep antibiotik di RSUD Ibnu Sina Gresik.


iv

RSUD Ibnu Sina dipilih karena Rumah Sakit tersebut menjadi salah satu

Rumah Sakit daerah yang padat pengunjung serta tingkat pendidikan penduduk

terbilang cukup rendah dan merupakan salah satu pilihan Rumah Sakit rujukan

yang ada di Kota Gresik.


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat

serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan

waktu yang telah direncanakan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Surabaya.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama

kepada yang saya hormati:

1. Ibu Dr.R.R Cristina Avanti, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Surabaya, Ibu Dr. Oeke Yunita, S.Si.,M.Si.,Apt. selaku Wakil

Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, dan Ibu Fauna Herawati,

S.Si.,M.Farm-Klin.,Apt. selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi Universitas

Surabaya, yang telah memperlancar proses penelitian dan memberikan

fasilitas kepada penulis selama proses penyususnan skripsi ini.

2. Ibu Fauna Herawati, S.Si.,M.Farm-Klin.,Apt dan Ibu Dr.dr.Aslichah.,MKES

selaku dosen pembimbing dan Ibu Dr.Rika Yulia, S.Si., Sp.FRS.,Apt yang

telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta

memberikan bimbingan dan masukan.

v
vi

3. Kepada Ibu Ni Luh Dewi Aryani, S.Si., M.Si., Apt., dan Ibu Dr. Agnes

Nuniek Winantari, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen wali yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Surabaya yang telah mendidik,

mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis selama proses

perkuliahan.

5. Seluruh Saff Tata Usaha yang telah membantu kelancaran administrasi selama

studi dan saat penyelesaian tugas akhir.

6. Terima kasih kepada keluarga yang sangat dicintai penulis, khususnya Bapak

Margono (Alm)., Bapak Subandi, Ibu Lis Pangestutik, Kakak Fendy Eka

Prasetya Margono, S.Farm., Apt., Kakak Diah Kusuma S.Farm., Adik Syahri

Nur Rachmat, dan Ananda Fredella Isenbuke Gunseli Margono yang selalu

mendoakan, memberi motivasi, semangat, dan cinta yang tak terhingga serta

pengorbanan dari segi moril dan materil kepada penulis sehingga penulis

dapat menyeleseikan skripsi ini untuk mencapai gelar sarjana.

7. Terima kasih kepada sahabat penulis yang tergabung ke dalam “Apoteker

Handal” yaitu Arfansya Putra Arifien S.Farm., Aty Dwijayanti S.Farm., Auzy

A.S. Laksono S.Farm., Bella Puspita S.Farm., Fresti Aqliandita S.Farm., dan

Sofia Meirina S.Farm. yang selalu setia dan memberikan semangat kepada

penulis agar cepat menyeleseikan skripsi dan kewajibanya.


vii

8. Teman-teman seperjuangan yang terbaik sekaligus sahabat penulis yaitu

Ikhwan Frasetyo, Muhammad Malvin, Ratna Srigati S.Farm., Dea Navisha

S.Farm.,Apt., Agil Syahrizal S.Farm., Habiba Assegaf S.Farm., Reza

Amrullah S.Farm., Ganar Satrio, I.B. Trisnayana, Yoga Diputra, dan masih

banyak lagi yang selalu menghibur dan menemani penulis.

9. Terima kasih kepada teman-teman “CARTEL” yang selalu mewarnai hari-hari

penulis dan menemani kemana pun penulis berada.

10. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi

ini Noor Fitria Sari, Silvya Eka Y., Chusnul Chotimah, Nailal Mudliatunnur

dan Winda Febriandani atas segala bantuan, kebersamaan suka duka,

dukungan, doa dan keceriaan selama melakukan penelitian.

11. Rekan-rekan mahasiswa Farmasi Ubaya khususnya angkatan 2013 yang telah

banyak memberikan masukan dan semangat serta contekan kepada penulis

selama mengikuti masa perkuliahan.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan

semua pihak diatas mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT.
viii

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi

ini sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

kesempurnaan skripsi ini dan untuk penelitian selanjutnya. Penulis mengharapkan

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian di

masa mendatang.

Akhir kata penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat

kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Surabaya, 31 Juli 2018

Dwi Hari Nugroho


EFEKTIVITAS PEMBERIAN EDUKASI MEDIA Video
TERHADAP PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD IBNU SINA GRESIK
Dwi Hari Nugroho, 2018

Pembimbing : (I) Fauna Herawati, S.Si.,M.Farm-Klin.Apt. ,(II)Dr.dr.Aslichah


M.Kes.

ABSTRAK

Antibiotik merupakan terapi utama untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Banyaknya peresepan antibiotik dan penyalahgunaan antibiotik
mengakibatkan semakin banyak masyarakat terkena resistensi antibiotik. Faktor yang
mempengaruhi penyalahgunaan penggunaan antibiotik adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik secara rasional. Maka dari
itu, perlu adanya edukasi kepada masyarakat tentang pengguaan antibiotik secara
rasional. Edukasi ini ditujukan kepada pasien dewasa yang mendapatkan resep
antibiotik di RSUD Ibnu Sina Gresik. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan soal
pre-test post-test sebagai alat bantu. Penelitian ini menggunakan media edukasi Video
animasi dengan judul “Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik”. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penggunaan media edukasi video
terhadap peningkatan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik. Hasil dari pre-test
dan post-test kemudian di analisis deskriptif menggunakan SPSS 22 for Windows.
Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test mempunyai nilai 0,000 yang berarti adanya
perbedaan pengetahuan yang signifikan antara sebelum diberikan edukasi dan setelah
diberikanya edukasi Kemudian tidak ada hubungan antara karakteristik demografi
dengan pengetahuan responden.

Kata Kunci : Antibiotik, Media Edukasi Video, Peningkatan Pengetahuan.

ix
EFFECTIVENESS OF EDUCATION OF MEDIA Video AGAINST
ANTIBIOTIC USE OF KNOWLEDGE ON OUTPATIENTS IN
IBNU SINA GRESIK HOSPITAL

Dwi Hari Nugroho, 2018

Counselor: (I) Fauna Herawati, S.Si., M.Farm-Klin.Apt. , (II) Dr.dr.Aslichah M. Kes.

ABSTRACT

Antibiotics are the main therapy for infectious diseases caused by bacteria. The large
number of antibiotic prescribing and antibiotic abuse resulted in a growing number of
people exposed to antibiotic resistance. Factors that affect the misuse of antibiotic use
are the lack of public knowledge about rational use of antibiotics. Therefore, the need
for public education about the use of antibiotics rationally. This education is
addressed to adult patients who receive antibiotic prescriptions in RSUD Ibnu Sina
Gresik. This study uses a questionnaire and post-test pre-test questions as a tool. This
study uses educational video animation with the title "Know Antibiotics and
Antibiotic Resistance". The purpose of this study is to determine the effectiveness of
the use of video education media to increase knowledge about the use of antibiotics.
The results of pre-test and post-test are then analyzed descriptively using SPSS 22 for
Windows. Wilcoxon Signed Test Test Results have a value of 0,000 which means a
significant difference of knowledge between before being given education and after
giving the education Then there is no relationship between demographic
characteristics with knowledge of respondents.

Keywords: Antibiotics, Video Education Media, Knowledge Improvement.

x
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 7

1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 7

1.4 MANFAAT PENELTIAN ......................................................................... 7

1.5 KERANGKA KONSEPTUAL .................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9

2.1 TINJAUAN TENTANG INFEKSI ............................................................ 9

2.1.1 Definisi Infeksi ........................................................................................ 9

2.1.2 Epidemiologi Infeksi ............................................................................... 9

2.2 TINJAUAN TENTANG ANTIBIOTIK .................................................... 9

2.2.1 Definisi Antibiotik .................................................................................. 9

xi
xii

2.2.2 Mekanisme Antibiotik Berdasarkan Kerjanya ........................................ 10

2.2.3 Mekanisme Antibiotik Berdasarkan Luas Aktivitasnya ......................... 11

2.2.4 Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak ...................................................... 12

2.2.5 Pengelompokkan Antibiotik Golongan β-laktam .................................. 14

2.2.6 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Amfenikol ................................ 17

2.2.7 Pengelompokkan Antibiotik Golangan Tetrasiklin................................. 17

2.2.8 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Makrolida ................................. 18

2.2.9 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Aminoglikosida ........................ 18

2.2.10 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Sulfonamida dan

Trimetoprim ..................................................................................................... 19

2.2.11 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Fluorokuinolon ....................... 19

2.2.12 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Polipeptida.............................. 19

2.2.13 Penggunaan Antibiotik .......................................................................... 20

2.3 TINJAUAN RESISTENSI ANTIBIOTIK ................................................. 20

2.3.1 Definisi Resistensi Antibiotik ................................................................. 20

2.3.2 Penyebab Terjadinya Resistensi .............................................................. 21

2.3.3 Mekanisme Resistensi Antibiotik ........................................................... 21

2.3.4 Konsekuensi Akibat Resistensi ............................................................... 242.4

TINJAUAN PENGETAHUAN ....................................................................... 25

2.4.1 Definisi Pengetahuan .............................................................................. 25

2.4.2 Tingkat Pengetahuan ............................................................................... 25

2.4.3 Memperoleh Pengetahuan Cara Tradisional atau Non Ilmiah ................ 27

2.4.4 Memperoleh Pengetahuan Cara Modern atau Ilmiah.............................. 28


xiii

2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................................... 28

2.5 EDUKASI KESEHATAN ......................................................................... 29

2.5.1 Metode Edukasi Kesehatan ..................................................................... 30

2.5.2 Media Edukasi Kesehatan ....................................................................... 32

2.6 MEDIA VIDEO ......................................................................................... 37

2.6.1 Macam-macam Video ............................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39

3.1 DESAIN PENELITIAN ............................................................................. 39

3.2 VARIABEL PENELITIAN ....................................................................... 39

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN ....................................................................... 39

3.4 DEFINISI OPERASIONAL ...................................................................... 40

3.4.1 Media Edukasi Video .............................................................................. 40

3.4.2 Demografi Pasien .................................................................................... 40

3.4.3 Pengetahuan Pasien ................................................................................. 41

3.5 POPULASI................................................................................................. 41

3.6 SAMPEL PENELITIAN ............................................................................ 42

3.6.1 Kriteria Inklusi ........................................................................................ 42

3.6.2 Kriteria Eksklusi...................................................................................... 42

3.6.3 Kriteria Drop Out .................................................................................... 42

3.7 LOKASI PENELITIAN ............................................................................. 42

3.7 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLING ................................................. 43

3.8 PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL ..................................................... 43

3.9 INSTRUMEN PENELITIAN .................................................................... 44


xiv

3.10 UJI KEABSAHAN DATA ...................................................................... 44

3.10.1 Uji Validitas .......................................................................................... 45

3.10.2 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 45

3.11 ANALISIS DATA ................................................................................... 46

3.12 TAHAPAN PENELITIAN ...................................................................... 46

3.12.1 Tahap Persiapan Penelitian ................................................................... 46

3.12.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 48

3.12.3 Akhir Penelitian .................................................................................... 49

3.13 KERANGKA OPERASIONAL .............................................................. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51

4.1 PRSIAPAN PENELITIAN ........................................................................ 51

4.2 PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................................. 52

4.3 VALIDASI SOAL PRE TEST dan POST TEST ........................................ 52

4.3.1 Hasil Validasi dan Reliabilitas pre-test dan post-test ............................. 53

4.4 PEREKRUTAN RESPONDEN ................................................................. 54

4.5 HASIL DATA DEMOGRAFI RESPONDEN........................................... 55

4.6 HASIL PENGETAHUAN RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH

PEMBERIAN EDUKASI ......................................................................... 57

4.7 ANALISIS EFEKTIVITAS MEDIA EDUKASI ...................................... 61

4.7.1 Uji Normalitas ......................................................................................... 61

4.7.2 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test .................................................... 61

4.7.3 Perbedaan Pengetahuan Berdasarkan Klasifikasi Soal ........................... 62


xv

4.8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN HASIL PRE-

TEST DAN POST-TEST ........................................................................... 63

4.9TABULASI SILANG KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN KA

TEGORI PENINGKATAN PENGETAHUAN ....................................... 65

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 66

5.1 ANALISIS UJI VALIDASI DAN REHABILITAS .................................. 67

5.2 ANALISIS DATA DEMOGRAFI RESPONDEN .................................... 68

5.3 ANALISIS PENGETAHUAN RESPONDEN DENGAN EDUKASI ...... 69

5.4 ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN

RESPONDEN ........................................................................................... 70

BAB VI KESIMPULAN ................................................................................ 73

BAB VII SARAN ............................................................................................ 74

RINGKASAN ................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

LAMPIRAN .................................................................................................... 80

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 107


xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Bagan Pembagian Responden Uji Validitas & Reliabilitas ......... 53

Gambar 4.2 Bagan Alur Penyebaran Kuesioner .............................................. 55

Gambar 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan .................................................. 60


xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Blue Print Soal Validasi Pre dan Post Test ........................................52

Tabel 4.2 Hasil Perbaikan Narasi Pre dan Post Test ..........................................53

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ............................................54

Tabel 4.4. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................55

Tabel 4.5. Profil Responden Berdasarkan Usia ..................................................56

Tabel 4.6. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan ........................................56

Tabel 4.7. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ..........................................56

Tabel 4.8. Profil Responden Berdasarkan Penghasilan ......................................56

Tabel 4.9. Tabel Hasil Rekapitulasi Jawaban Pada Soal Pre-test dan Post-test 58

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas ........................................................................61

Tabel 4.11 Hasil Wilcoxon Signed Rank Test .....................................................61

Tabel 4.12 Uji Normalitas Pre Test dan Post Test Berdasarkan

Klasifikasi Soal ................................................................................62

Tabel 4.13 Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Berdasarkan Klasifikasi Soal ......62

Tabel 4.14 Hasil Uji Karakteristik Demografi dengan Skor Total Pre-test dan

Post-test ……………………………………………………………64

Tabel 4.15 Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Demografi dengan

Peningkatan Nilai Pre Test dan Post Test ........................................65


xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Penelitian di RSUD Ibnu Sina Gresik ......... 80

Lampiran 2 Surat Persetujuan Etik .................................................................. 81

Lampiran 3 Soal Sebelum di Validasi.............................................................. 82

Lsmpiran 4 Hasil Uji Validasi Soal ................................................................. 88

Lampiram 5 Hasil Uji Realibilitas Soal ........................................................... 89

Lampiran 6 Informed Consent ......................................................................... 90

Lampiran 7 Form Demografi Responden ........................................................ 92

Lampiran 8 Soal Pre-test dan Post-test Sesudah Validasi................................ 93

Lampiran 9 Hasil Validasi 14 Soal .................................................................. 94

Lampiran 10 Hasil Realibilitas 14 Soal ........................................................... 96

Lampiran 11 Script Video ................................................................................ 97

Lampiran 12 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smornov .............................. 101

Lampiran 13 Uji Wilcoxon .............................................................................. 101

Lampiran 14 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Pengetahuan ....................... 102

Lampiran 15 Tabulasi Silang Usia dan Pengetahuan ....................................... 103

Lampiran 16 Tabulasi Silang Pekerjaan dan Pengetahuan .............................. 104

Lampiran 17 Tabulasi Silanh Pendidikan dan Pengetahuan ............................ 105

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 106


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi adalah jenis penyakit yang disebabkan salah satunya oleh

bakteri. Infeksi termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan jumlah pasien

terbanyak di Indonesia (Kemenkes, 2011). Hal ini terlihat dari beberapa kasus

infeksi yang ada di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun

2007 menunjukkan prevalensi nasional diare yang disebabkan oleh bakteri adalah

9%. Provinsi dengan jumlah prevalensi tertinggi adalah Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam 18,9% dan terendah adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

4,2% (Riskesdas 2007). Selain itu angka prevalensi ISPA di Indonesia menurut

Riskesdas pada tahun 2013 adalah 25% tidak jauh berbeda dengan tahun 2007

yaitu 25,5%, lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur

41,7%, Papua 31,1%, Aceh 30,0%, Nusa Tenggara Barat 28,3%, dan Jawa Timur

28,3% (Riskesdas, 2013).

Penanganan khusus untuk menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan

penggunaan antibiotika. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba

terutama fungi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi bakteri.

Penggunaan antibiotika harus dilakukan dengan tepat (dosis, rute, indikasi,

dan pasien), namun kenyataannya The Center for Disease Control and Prevention

in USA (2013) menyatakan terdapat 50% peresepan antibiotik yang tidak

1
2

diperlukan (unnecessary prescribing) atau peresepan tidak tepat. Telah ditemukan

juga sebanyak 86,1% dari 103.860 masyarakat Indonesia yang menyimpan

antibiotika yang diperoleh tanpa resep dokter (Riskesdas, 2013).

Peresepan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi.

Resistensi dapat terjadi karena kemampuan bakteri untuk melindungi diri dari

serangan antibiotika meningkat sehingga bakteri menjadi kebal terhadap

antibiotika. Kejadian resistensi antibiotika banyak terjadi di sistem pelayanan

kesehatan salah satunya adalah di rumah sakit. Hasi penelitian yang dilakukan

oleh Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000-2005 di

Surabaya dan Semarang menyebutkan bahwa dari 2494 individu di masyarakat,

menunjukkan bahwa 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis

antibiotik, sedangkan pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan

81% Escherichia colli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik (Kemenkes,

2011).

Adanya resistensi antibiotik telah memberikan dampak merugikan bagi

kesehatan. Dampak resistensi terhadap antibiotik adalah meningkatnya

morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan (Kemenkes, 2011). Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa setiap tahun di

Amerika Serikat setidaknya 2 juta orang mengalami infeksi serius dengan bakteri

yang resisten terhadap satu atau lebih antibiotik, dan setidaknya 23.000 orang

meninggal setiap tahun sebagai akibat langsung dari resistensi antibiotik (CDC,

2013).
3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami E.R. (2011), penyebab

timbulnya resistensi antibiotik diantaranya adalah pemakaian antibiotik yang

kurang tepat (irrasional), peresepan dalam jumlah besar, penggunaan obat

monoterapi, penjualan antibiotik secara besar-besaran, lemahnya pengawasan

terhadap distribusi, dan faktor yang berhubungan dengan pasien adalah penyebab

resistensi yang paling banyak dijumpai di masyarakat. Salah satu contoh faktor

yang berhubungan dengan pasien adalah pasien dengan pengetahuan yang salah

akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam penanganan

penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-pilek, demam yang

banyak dijumpai di masyarakat (Utami, 2011).

Banyaknya kasus peningkatan resistensi antibiotik, maka diperlukan

adanya upaya pencegahan resistensi antibiotik. WHO bersama dengan mitra di

berbagai sektor sedang mengembangkan rencana aksi global untuk mengurangi

resistensi antibiotik. Penguatan surveilans global resistensi antimikroba akan

menjadi aspek penting dari perencanaan sebagai dasar untuk menginformasikan

strategi global, memantau efektivitas intervensi kesehatan masyarakat, mendeteksi

tren dan ancaman baru (WHO, 2014).

Begitu juga menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

terdapat empat tindakan inti untuk mencegah resistensi antibiotik antara lain:

mencegah infeksi, sebagai bentuk mencegah penyebaran resistensi, mendeteksi

pola resistensi baru, memperbaiki peresepan dan penggunaan antibiotik

(Antibiotic Stewardship), serta mengembangkan antibiotik dan tes diagnostik.


4

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2014

merekomendasikan agar seluruh rumah sakit mulai mengimplementasikan

program (Antibiotic Stewardship) dalam upaya untuk menekan penggunaan

antibiotik yang berlebihan dan kejadian resistensi antibiotik. (Antibiotic

Stewardship) merupakan sebuah pendekatan kelembagaan atau sistem pelayanan

kesehatan untuk mempromosikan dan memantau penggunaan antibiotika secara

tepat agar dapat mempertahankan efektivitasnya (CDC, 2013).

Di Indonesia, program (Antibiotic Stewardship) telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No. 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian

Resistensi Antibiotik (PPRA). PPRA dibentuk oleh kementrian kesehatan yang

dijadikan acuan dan di implementasikan di setiap rumah sakit di seluruh Indonesia

sebagai upaya pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit. Dengan adanya

PPRA diharapkan menyelesaikan beberapa masalah dalam pengendalian resistensi

antimikroba di rumah sakit.

Untuk menghindari resistensi terhadap antibiotik dikarenakan kurangnya

pengetahuan pada masyarakat, diperlukan sebuah edukasi/pemberian informasi

yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik yang tepat agar masyarakat

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan antibiotik yang baik

dan benar, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan antibiotika di

kalangan masyarakat dan mengurangi resiko resistensi terhadap antibiotik.

Pemberian edukasi dapat juga dilakukan dengan bantuan berbagai media edukasi

kesehatan, salah satunya adalah media audio visual. Salah satu contoh media

audio visual adalah video.


5

Video merupakan salah satu jenis media edukasi yang terdiri dari gambar,

tulisan dan suara yang disusun secara sistematis. Mata dan telinga sebagai panca

indra manusia yang dapat menangkap tulisan, gambar dan suara yang dihasilkan

oleh pemutaran video. Hasil pembelajar menggunakan telinga menunjukkan

keefektivan sebesar 11%, sedangkan menggunakan mata sebesar 83%. Ingatan

yang dapat dihasilkan dari melihat, membaca dan mendengar yaitu sebesar 60%

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

Pemberian edukasi dengan menggunakan media video dapat menambah

pengetahuan, hal ini dibuktikan oleh penelitian Siswanto, et al pada tahun 2016

menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang kecukupan gizi pada

pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Islam Samarinda. Presentase tingkat

pengetahuan gizi yang baik pada pasien penderita diabetes mellitus sebelum

mendapatkan edukasi berdistribusi pada tingkat pengetahuan sedang sebesar

35,2% dan pengetahuan kurang sebesar 33,3%, sedangkan setelah mendapatkan

edukasi dengan menggunakan media video presentase tingkat pengetahuan pasien

berdistribusi pada pengetahuan tinggi sebesar 72,2% dan pengetahuan sedang

sebesar 20,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi menggunakan

media video dapat menambah tingkat pengetahuan masyarakat.


6

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan

tujuan menganalisa pengaruh edukasi dengan media video terhadap tingkat

pengetahuan pasien tentang penggunaan antibiotik yang benar.

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina

Gresik. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mufida, 2017

yang dilakukan di RSUD Ibnu Sina Gresik diperoleh hasil sebanyak 70 responden

(72,9%) memiliki tingkat pengetahuan cukup cenderung rendah tentang

penggunaan antibiotika. Hal ini yang mendorong peneliti ingin melakukan

penelitian lanjutan untuk mengukur tingkat pengetahuan penggunaan antibiotika

pada pasien rawat jalan penerima resep antibiotika di RSUD Ibnu Sina Gresik.

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner demografi

ditambah dengan pemberian soal pre-test dan post-test kepada responden yang

mendapatkan resep antibiotik di RSUD Ibnu Sina Gresik. RSUD Ibnu Sina dipilih

karena Rumah Sakit tersebut menjadi salah satu Rumah Sakit daerah yang padat

pengunjung serta tingkat pendidikan penduduk terbilang cukup rendah dan

merupakan salah satu pilihan Rumah Sakit rujukan yang ada di Kota Gresik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Efektivitas Penggunaan Media Edukasi Video terhadap peningkatan

pengetahuan pasien tentang penggunaan antibiotik?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Efektivitas Penggunaan Media Edukasi Video terhadap

peningkatan pengetahuan pasien tentang penggunaan antibiotic.


7

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi bidang kesehatan secara umum, meningkatkan pengetahuan pasien

sehingga dapat mengurangi kejadian resistensi antibiotik.

2. Bagi ilmu pengetahuan adalah media edukasi dapat digunakan menjadi

media pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan tentang antibiotika.


8

1.5 KERANGKA KONSEPTUAL


Penyakit Infeksi Penggunaan Antibiotik

Penggunaan Antibiotik
Tidak Tepat

Resistensi Antibiotik

Program Pengendalian Resistensi


Antibiotik (PPRA)

Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Melaksanakan Melaksanakan


fungsi Meningkatkan
pemahaman dan peranan pelayanan pelayanan surveilans pola surveilans pola
laboratorium penanganan
ketaatan staf pemangku farmasi klinik. farmakologi penggunaan mikroba
mikrobiologi kasus infeksi.
medis. kepentingan klinik. antibiotik. penyebab infeksi.
penanganan klinik.
infeksi.
Pemberian
Informasi Obat
Visual

Edukasi Media Edukasi Audio Visual Video

Jenis Kelamin, Pendidikan,


Usia, Pekerjaan Pengetahuan Pasien Audio Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
Perilaku Penggunaan Antibiotik = Berhubungan
= Berpengaruh
Nama : Dwi Hari Nugroho
NRP : 1130427
Calon Pembimbing : Fauna Herawati, S.Si.,M.Farm-Klin.,Apt.
Dr.dr.Aslichah.,MKES.
Judul : Efektivitas Pemberian Edukasi Media Video Terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Rawat Jalan Di RSUD Ibnu Sina Gresik
Penyakit Infeksi Penggunaan Antibiotik

Penggunaan Antibiotik Tidak


Tepat

Resistensi Antibiotik

Program Pengendalian Resistensi


Antibiotik (PPRA)

Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Melaksanakan Melaksanakan


pemahaman dan peranan fungsi pelayanan farmasi pelayanan penanganan kasus surveilans pola surveilans pola
ketaatan staf pemangku laboratorium klinik. farmakologi penggunaan mikroba penyebab
infeksi.
medis. kepentingan mikrobiologi klinik. antibiotik. infeksi.
penanganan klinik.
infeksi.
Pemberian
Informasi Obat
Visual

Edukasi Media Edukasi Audio Visual Video

Jenis Kelamin, Pendidikan, Usia,


Pekerjaan Pengetahuan Pasien Audio Keterangan:
= Diteliti
Perilaku Penggunaan Antibiotik
= Tidak diteliti
= Berhubungan
= Berpengaruh
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TENTANG INFEKSI

2.1.1 Definisi Infeksi

Infeksi merupakan keberhasilan mikroorganisme untuk bermultiplikasi di

dalam host (sel inang). Istilah infeksi digunakan apabila terdapat gejala dan tanda,

diikuti dengan perubahan atau kerusakan fisiologis (Tortora, 2010).

2.1.2 Epidemiologi Infeksi

Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO), bahwa

terdapat wabah infeksi yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia dengan

persentase 40% selama periode Januari 2001 – September 2013 (WHO, 2013).

2.2 TINJAUAN TENTANG ANTIBIOTIK

2.2.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi

bakteri.Antibiotik bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik

(mencegah berkembangbiaknya bakteri). Istilah antibiotik pada dasarnya mengacu

kepada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi

yang menghambat pertumbuhan atau dapat membunuh organisme lain. Obat

pembasmi mikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif yang artinya bersifat

sangat toksik terhadap mikroba tetapi relatif tidak toksik terhadap hospes.

9
10

2.2.2 Mekasime Antibiotik Berdasarkan Kerjanya

1. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba.

Dalam mekanisme ini yaitu memanfaatkan enzim katalis yang akan

menghambat pertumbuhan bakteri.

Contoh: Sulfonamida, trimetoprim, asam p-aminosalisilat.

2. Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Dalam mekanisme ini antibiotik menyebabkan pembangunan dinding

sel yang salah, sehingga bakteri tidak bisa mengkontrol masuknya nutrisi

yang menyebabkan sel lisis dan mati.

Contoh: Penisillin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin

3. Antibiotika yang mengangu keutuhan membran sel mikroba.

Dalam mekanisme ini membran berubah menjadi permeable dan

menyebabkan kematian sel.

Contoh: Polimiksin dan Tirotrisin.

4. Antibiotika yang menghambat sintesis protein.

Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein.

Esensial dan enzim.

Contoh: Kloramfenikol dan tetrasiklin.

5. Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.

Dalam mekanisme ini targetnya pada transkripsi dan replikasi

sehingga menghambat pembelahan sel.

Contoh: Provilavin (Siswandono, 2016).


11

2.2.3 Mekanisme Antibiotik Berdasarkan Luas Aktivitasnya

1. Antibiotika spektrum luas (Broad spectrum), efektif untuk bakteri gram

positif dan gram negatif. Yaitu turunan aminoglikosida, turunan tetrasiklin,

turunan amfenikol, turunan makrolida, rifampisin, sebagian turunan penisilin

(amoksisilin, ampisilin, kerbenisilin, sulbenisilin) dan sebagian besar turunan

sefalosporin.

2. Antibiotika yang aktivitasnya dominan terhadap bakteri gram positif (Narrow

spectrum). Yaitu sebagian besar turunan penisilin (benzilpenisilin, penisilin G

prokain, penisilin V, fenitisilin K, nafsilin Na, oksasilin Na), turunan

linkosamida, asam fusidat, dan beberapa turunan sefalosporin.

3. Antibiotika yang aktivitasnya dominan terhadap bakteri gram negatif. Yaitu

kolistin, sulfomisin, polimiksin B sulfat.

4. Antibiotika yang aktivitasnya dominan terhadap bakteri Mycobacteriae atau

dominan sebagai antituberkulosis. Yaitu rifampisin, streptomisin, kanamisin,

sikloserin, dan vincomisin.

5. Antibiotika yang aktif terhadap jamur. Yaitu griseofulvin dan antibiotika

polien (nistatin dan kandisidin)

6. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma sebagai antikanker. Yaitu

mitramisin, mitomisin, aktinomisin, dan bleomisin.


12

2.2.4 Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak

Menurut Kemenkes RI 2011, penggunaan antibiotik dapat dikatakan

rasional jika memenuhi beberapa kriteria tertentu. Kriteria menggunakan

antibiotik secara rasional meliputi :

a. Tepat Pasien

Penggunaan obat dikatakan rasional jika diberikan tepat sesuai dengan

penilaian kondisi pasien dengan pertimbangan adanya penyakit penyerta,

riwayat alergi, kontraindikasi, dll.

b. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat dikatakan rasional jika diberikan untuk diagnosis

yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat

akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru, akibatnya obat yang

diberikan juga tidak sesuai dengan indikasi yang sebenarnya.

c. Tepat Indikasi

Setiap obat memiliki spektrum indikasi yang spesfik, misalnya obat

dengan indikasi infeksi bakteri, dengan demikian pemberian obat hanya

dianjurkan pada pasien yang terkena gejala adanya infeksi bakteri.

d. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar, dengan demikian obat yang dipilih haruslah memiliki

efek terapi sesuai dengan kebutuhan pasien.


13

e. Tepat Dosis

Dosis, cara dan lama pemberian obat sangatlah berpengaruh pada efek

terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan atau tidak sesuai akan sangat

beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya jika dosis yang diberikan terlalu

kecil maka tidak akan menjamin tercapainya efek terapi yang diinginkan.

f. Tepat Interval Waktu Pemberian

Cara pemakaian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan

praktis, sehingga mudah ditaati oleh pasien.

g. Tepat Lama Pemberian

Lama pemberian obat haruslah tepat sesuai dengan penyakit pasien

masing-masing.

h. Waspada Efek Samping

Pemberian obat sangatlah berpotensi menimbulkan efek samping,

yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan

dosis terapi.

i. Tepat Informasi

Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting

dalam menunjang keberhasilan terapi.

j. Tepat Tidak Lanjut

Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah

dipertimbangkan upaya tidak lanjut yang diperlukan, misalnya pasien tidak

sembuh atau mengalami efek samping karena pengobatan.


14

2.2.5 Pengelompokan Antibiotik Golongan β-laktam

a. Penisilin

Penisilin pertama kali ditemukan oleh Fleming pada tahun 1928,

substansi bakteriostatik yang dihasilkan oleh jamur penicilium notatum.

Turunan penisilin merupakan senyawa bakterisid dengan indeks terapetik

tinggi, bekerja lebih besar pada fasa perbanyakan (multiplikasi)

mikroorganisme dibanding pada fasa istirahat. Turunan penisilin sering

digunakan sebagai obat pilihan untuk pencegahan dan pengobatan infeksi

yang disebabkan oleh bakteri tertentu, pada pasien yang tidak alergi penisilin.

Efek samping penggunaan turunan penisilin 1-8% adalah reaksi alergi,

hipersensitivitas, reaksi anafilaksis, yang terkadang dapat berakibat fatal.

Efek samping lain adalah gangguan saluran cerna, hematologis dan gangguan

keseimbangan elektrolit. Turunan dari penisilin dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Penisilin natural (misalnya, penisilin G)

Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif,

coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non-β-laktamase,

namun mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram

negatif.
15

2. Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)

Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal β-laktamase.

golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak

aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan

batang gram negatif.

3. Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin

antipseudomonas)

Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial penisilin dan

mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif

(Siswandono, 2016; Katzung, 2012).

b. Sefalosporin dan sefamisin

Sefalosporin merupakan golongan obat yang secara kimiawi, cara

kerja dan toksisitas mirip dengan penisilin. Hanya saja sefalosporin lebh

stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki spectrum

yang lebih lebar. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri enterokokus dan

L.monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:

1. Sefalosporin generasi pertama

Spektrum antibakteri Sefalosporin generasi pertama lebih sempit

dibandingkan generasi berikutnya, terutama aktif terhadap cocci, kecuali

enterococci. Escherichia coli, Klebsiella pneumonia/ Proteus mirabilis,

Salmonella sp. dan Shigella sp. Turunan ini tahan terhadap β-laktamase

luar sel yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus tetapi tidak tahan bila

dihasilkan oleh bakteri gram negatif.


16

Yaitu sefadroksil, sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan

sefradin. Obat - obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti

pneumokokus, streptokokus, dan stafilokokus.

2. Sefalosporin generasi kedua

Secara umum, obat – obat generasi kedua memiliki spektrum

antibiotik yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi

kedua mempunyai spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif

enterik. Yaitu sefaklor, sefamandol, sefamandol nafat, sefanisid,

sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid, sefotetan di-Na.

3. Sefalosporin generasi ketiga

Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas

kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak.

Turunan ini aktif terhadap bakteri gram negatif yang telah resisten, lebih

tahan terhadap β-laktamase, tetapi kurang aktif terhadap bakteri gram

positif. Yaitu sefoperason, sefotaksim, seftazidim, seftizoksim, seftriakson,

sefiksim, seftibuten, moksalaktam, sefmenoksikim HCL, sefprozil, dll

4. Sefalosporin generasi keempat

Spektrum antibakterinya lebih luas daripada generasi sebelumnya.

Secara umum turunan ini aktif terhadap bakteri gram negatif yang telah

resisten, dan lebih tahan terhadap β-laktamase. Yaitu sefepim dan sefirom.

Sefepim merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat dan

memiliki spektrum yang luas.


17

Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus, neisseria dan dapat

dengan mudah menembus CSS (Siswandono, 2016; Katzung, 2012).

2.2.6 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Amfenikol


Turunan amfenikol adalah antibiotika yang terdiri dari kloramfenikol dan

senyawa sintetik analognya. Turunan amfenikol bekerja dengan menghambat

biosintesis protein pada siklus pemanjangan rantai asam amino yaitu dengan

menghambat pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol merupakan inhibitor

yang poten terhadap sintesis protein mikroba. Kloramfenikol bersifat

bakteriostatik dan memiliki spektrum luas dan aktif terhadap masing – masing

bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob (Siswandono

2016; Katzung, 2007).

2.2.7 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Tetrasiklin

Turunan tetrasiklin didapat dari isolat kultur Streptomyces sp. dan

kemudian dikembangkan secara semisintetik. Turunan tetrasiklin merupakan

senyawa bakteriostatik, karena mempunyai pembentuk kelat, diduga aktivitas

antibakterinya disebabkan oleh kemampuan untuk menghilangkan ion-ion logam-

logam yang penting bagi kehidupan bakteri, seperti ion Mg. Golongan tetrasiklin

merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari mycoplasma

pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin

juga digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh

helicobacter pylori.
18

Tetrasiklin menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan

tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin diekskresi melalui urin dan cairan empedu

(Siswandono, 2016; Katzung, 2007).

2.2.8 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Makrolida

Turunan makrolida pada umumnya dihasilkan dari Streptomyces sp.

Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang

disintesis dari Sterptomyces erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram

positif terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan korinebakterium.

Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada pH

basa (Siswandono, 2016; Katzung, 2007).

2.2.9 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Aminoglikosida

Turunan aminoglikosida pada umumnya merupakan senyawa bakterisid,

dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif serta

efektif terhadap mikrobakteri. Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara

lain: streptomisin, neomisin, kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan

lain-lain. Golongan aminoglikosida pada umumnya digunakan untuk mengobati

infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan sepsis,

dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis,

dan pengobatan tuberkulosis (Siswandono, 2016; Katzung, 2007).


19

2.2.10 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim

Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya

menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak

terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan

sulfametoksasol merupakan pengobatan yang sangat efektif terhadap pneumonia

akibat Pneumocystis jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela sistemik, infeksi

saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non tuberkulosis

(Katzung, 2007).

2.2.11 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Fluorokuinolon

Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat,

siprofloxasin, norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lain–lain. Golongan

fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon

efektif mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas.

Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh shigella,

salmonella, Escherichia coli, dan Campilobacter (Katzung, 2007).

2.2.12 Pengelompokkan Antibiotik Golongan Polipeptida

Antibiotika polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks,

mengandung polipeptida yang biasanya membentuk suatu siklik. Sumber utama

turunan antibiotika ini adalah Bacillus sp. dan Streptomyces sp. bentuk siklik dan

gugus-gugus yang bersifat basa cukup berperan dalam menunjang aktivitas

antibakteri. Yang termasuk dalam obat golongan polipeptida adalah tirotrisin,

basitrasin, polimiksin B sulfat, kolistin sulfat.


20

2.2.13 Penggunaan Antibiotik

Pada fasilitas kesehatan, antibiotik digunakan pada tiga jenis

situasi yaitu :

a. Antibiotik terapi empiris

Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan

antibiotik pada kasus infeksi yang belum dietahui jenis bakteri penyebabnya.

b. Antibiotik terapi definitif

Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan

antibiotik pada kasus infeksi sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola

resistensinya.

c. Antibiotik untuk terapi profilaksis

Penggunaan antibiotik untuk terapi profilaksis adalah penggunaan

antibiotik untuk mencegah timbulnya infeksi.

2.3 TINJAUAN RESISTENSI ANTIBIOTIK

2.3.1 Definisi Resistensi Antibiotik

Resistensi dapat didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan

bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang

seharusnya atau kadar hambat minimalnya.

Resistensi dapat terjadi ketika bakteri berubah menyebabkan obat yang

diberikan dengan tujuan untuk menyembuhkan infeksi menjadi menurun atau

hilangnya efektivitas obat.


21

Resistensi antibiotik juga merupkan konsekuensi dari penggunaan

antibiotik secara tidak tepat dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu

sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen resistensi. Dampak negatif yang

berbahaya dari penggunaan antibiotik secara tidak rasional adalah muncul dan

berkembangnya kuman-kuman yang kebal terhadap antibiotik atau resistensi

antibiotik (Utami E.R, 2012; WHO, 2012).

2.3.2 Penyebab Terjadinya Resistensi

Penyebab utama terjadinya resistensi antibiotik adalah penggunaan yang

meluas dan irasional. Yaitu, pada pasien yang mengkonsumsi antibiotik tidak

sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh dokter. Ada beberapa faktor yang

mendukung terjadinya resistensi.

1. Penggunaan yang kurang tepat (irrasional): terlalu singkat dalam

menggunakan antibiotik, dosis yang digunakan tidak sesuai, diagnosa awal

yang salah dalam potensi yang tidak adekuat.

2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang

kurang cenderung menganggap antibiotik wajib diberikan untuk menangani

penyakit meskipun sakit tersebut disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk

pilek, demam. Bahkan pasien sendiri membeli antibiotik tanpa resep dokter.

3. Peresepan dalam jumlah besar meningkatkan unnecessary health care

expenditure dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru. Peresepan

meningkat ketika diagnosa awal belum pasti.

4. Penggunaan monoterapi dibandingankan dengan penggunaan terapi

kombinasi, penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan resistensi.


22

5. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi serta

didukung pengaruh globalisasi memudahkan terjadinya pertukaran barang

sehingga jumlah antibiotika yang beredar semakin luas. Hal ini memudahkan

akses masyarakat luas terhadap antibiotik.

6. Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam distribusi dan

pemakaian antibiotika. Misalnya, pasien dapat dengan mudah mendapatkan

antibiotik meskipun tidak menggunakan resep dokter. Selain itu juga

kurangnya komitmen dari instansi terkait baik untuk meningkatkan mutu obat

maupun mengendalikan penyebaran infeksi (Kemenkes RI, 2011).

2.3.3 Mekanisme Resistensi Antibiotik

Agar efektif, antibiotik harus mencapai target dalam bentuk aktif, mengikat

target, dan melakukan fungsinya sesuai dengan mekanisme kerja antibiotik

tersebut. Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba disebabkan oleh tiga

mekanisme umum, yaitu :

1. Kegagalan obat untuk mencapai target.

Membran luar bakteri gram negatif adalah penghalang yang dapat

menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke dalam sel bakteri. Molekul

polar kecil, termasuk seperti kebanyakan antimikroba, masuk ke dalam sel melalui

saluran protein yang disebut porin. Ketiadaan, mutasi, atau kehilangan Porin dapat

memperlambat masuknya obat ke dalam sel atau sama sekali mencegah obat

untuk masuk ke dalam sel, yang secara efektif mengurangi konsentrasi obat di

situs aktif obat. Jika target kerja obat terletak di intraseluler dan obat memerlukan

transpor aktif untuk melintasi membran sel, resistensi dapat terjadi dari mutasi
23

yang menghambat mekanisme transportasi obat tersebut. Sebagai contoh,

gentamisin, yang target kerjanya ribosom, secara aktif diangkut melintasi

membran sel dengan menggunakan energi yang disediakan oleh gradien

elektrokimia membran sel bakteri. Gradien ini dihasilkan oleh enzim–enzim

pernapasan aerob bakteri. Sebuah mutasi dalam jalur ini atau kondisi anaerob

dapat memperlambat masuknya gentamisin ke dalam sel, mengakibatkan

resistensi.

2. Inaktivasi obat.

Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik beta laktam

biasanya hasil dari produksi enzim yang memodifikasi atau merusak antibiotik.

Variasi dari mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk mengaktifkan prodrug

yang secara umum merupakan hal yang mendasari resistensi micobacterium

tuberculosis terhadap isoniazid.

3. Perubahan target kerja antibiotik

Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya, resistensi

fluorokuinolon), modifikasi dari target kerja (misalnya, perlindungan ribosom

Universitas Sumatera Utara 27 dari makrolida dan tetrasiklin), atau akuisisi

bentuk resisten dari target yang rentan (misalnya, resistensi stafilokokus terhadap

metisilin yang disebabkan oleh produksi varian Penicilin Binding Protein yang

berafinitas lemah).
24

2.3.4 Konsekuensi atau Dampak Akibat Resistensi


Resistensi antibiotik terhadap mikroba dapat menimbulkan konsekuensi

yang fatal. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang gagal merespon

terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit (prolonged illness),

meningkatnya resiko angka kematian (greater risk of death) dan semakin lamanya

masa rawat inap di rumah sakit (length of stay). Ketika infeksi menjadi resisten

terhadap pengobatan antibiotik lini pertama, maka harus digunakan antibiotik lini

kedua atau ketiga, dimana harganya lebih mahal dan kadang kala pemakaiannya

lebih toksik.

Konsekuensi lainnya adalah dari segi ekonomi baik untuk klinisi, pasien,

health care administrator, perusahaan farmasi, dan masyarakat. Biaya kesehatan

akan semakin meningkat seiring dengan dibutuhkannya antibiotika baru yang

lebih kuat dan tentunya lebih mahal. Semakin mahalnya antibiotik, semakin

masyarakat tidak bisa menjangkau, semakin banyak carrier di masyarakat,

semakin banyak galur baru bakteri yang bermutasi dan menjadi resisten terhadap

antibiotik. (Utami E.R, 2012).


25

2.4 TINJAUAN PENGETAHUAN


2.4.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan adalah hal hal yang

mengenai sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian. Menurut Notoatmodjo

(2007) pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini bisa terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi dengan

menggunakan pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

atau pengalaman orang lain.

2.4.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut Bloom, 1968 (dalam buku Notoatmodjo 2007) pengetahuan yang

tercakup dalam area kongnitif terbagi dalam 6 tingkatan domain, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.


26

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang memahami tentang apa yang telah

dipelajari dapat menjenjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian

terhadap satu materi atau objek.


27

2.4.3 Memproleh Pengetahuan Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara tradisional dipakai seseorang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sebelum ditemukanya metode ilmiah atau sistematik. Cara

tradisional dibagi dalam beberapa cara, yaitu :

a. Cara coba salah

Cara coba salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan suatu hal, apabila kemungkina tersebut tidak berhasil maka akan

dicoba dengan kemungkinan yang lain.

b. Cara kekusaan atau otoriter

Cara yang dilakukan ketika menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang lain tanpa menguji atau membuktikan kebenranya.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

d. Melalui jalan pikiran

Pengetahuan yang melalui jalan pikiran dapat diperoleh melalui proses

induksi dan deduksi.


28

2.4.4 Memperoleh Pengetahuan Cara Modern atau Ilmiah

Cara memperoleh pengetahuan dengan cara yang lebih sisteatis, logis dan

ilmiah. Dapat dilakukan dengan cara melakukan suatu observasi terhadap sebuah

kejadian.

2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Usia

Usia merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-

penelitian epidemiologi karena merupakan salah satu hal yang dapat

mempengaruhi pengetahuan. Usia adalah lama hidup seseorang dalam tahun yang

dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun terakhir. Usia dapat

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya akan semakin membaik (Notoatmodjo, 2003).

b. Pendidikan

Menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah

sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan

pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek tertentu dan spesifik. Pengetahuan

yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu, yaitu

memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang

diperolehnya. Tingkat pendidikan yang tinggi akan menyebabkan seseorang

mudah untuk menerima informasi tentang objek, sehingga akan memiliki

pengetahuan yang tinggi.


29

c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang

kehidupan pribadi maupun keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang

menyita waktu, namun dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk

suatu pengetahuan karena adanya saling menukar informasi antara teman-teman di

lingkungan kerja (Wawan & Dewi, 2010).

d. Status sosial ekonomi

Mayer dalam Soekanto 2007 mendefinisikan status sosial ekonomi sebagai

kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi. Status

sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.5 EDUKASI KESEHATAN

Edukasi kesehatan atau pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan

atau upaya yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan

perorangan atau massa mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku

hidup bersih dan juga sehat dalam meningkatkan kualitas hidup, mencegah

timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit (BPJS, 2014). Pesan

tersebut bertujuan agar mereka memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang

kesehatan (Notoadmodjo, 2003).


30

2.5.1 Metode Edukasi Kesehatan


Metode penddikan kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis

(Notoadmodjo, 2003) antara lain :

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina

terbentunknya perilaku baru. Dasar digunakanya pendekatan ini dikarenakan

setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda dalam

penerimaan perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan

b. Wawancara

2. Metode Pendidikan Kelompok

Pemilihan metode bergantung pada besarnya kelompok sasaran, serta

tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektivitas suatu metode akan

bergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Metode Pendidikan Kelompok Besar

Kelompok besar adalah apabila jumlah peserta kegiatan lebih dari

15 orang. Metode yang cocok digunakan untuk kelompok besar, antara

lain :

1. Ceramah

2. Seminar
31

b. Metode Pendidikan Kelompok Kecil

Kelompok kecil apabila jumlah peserta kegiatan kurang dari 15

orang. Metode yang cocok digunakan, antara lain :

1. Diskusi kelompok

2. Curahan pendapat

3. Bola salju (Snow balling)

4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

5. Memainkan peranan (Role play)

6. Permainan simulasi (Simulation game)

3. Metode Pendidikan Massa (Publik)

Metode pendidikan massa digunakan untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya

umum. Pengertian umum disini dapat diartikan tidak membedakan

golongan, umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya.

Bentuk pendekatan ini digunakan untuk menggugah kesadaran

masyarakat terhadap suatu inovasi, belum diharapkan sampai terjadi

perubahan perilaku. Umumnya, bentuk pendekatan massa dilakukan secara

tidak langsung. Beberapa contoh metode ini antara lain :

a. Ceramah umum (public speaking)

b. Pidato keehatan melalui media elektronik.

c. Tulisan pada majalah atau Koran.

d. Billboard yang dipasang di pinggir jalan atau poster.


32

2.5.2 Media Edukasi Kesehatan


Media atau alat peraga dalam edukasi kesehatan dapat diartikan sebagai

alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, diraba, dirasa, atau dicium

untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi atau pesan-pesan

kesehatan (Kholid, 2015).

Dilihat dari kesiapan pendengaran, media dikelompokkan dalam dua jenis,

yaitu media jadi karena sudah dalam keadaan siap pakai, dan media rencana

karena perlu dirancang dan dipersiapkan untuk tujuan pembelajaran tertentu.

Dilihat dari bentuknya, media dapat dikelompokkan menjadi beberapa

jenis, diantaranya :

a. Media Visual, yang berguna dalam membantu menstimulasi indera

pengelihatan pada waktu pembelajaran. Contoh dari media visual adalah

grafik, diagram, chart, bagan, poster, slide, dan sebagainya.

b. Media Auditif, yang berguna dalam membantu menstimulasi indera

pendengaran pada proses penyampaian bahan pembelajaran. Contoh dari

media auditif adalah radio, tape recorder, dan sebagainya.

c. Media Visual-auditif, seperti televisi, film, video, dan sebagainya.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media pembelajaran adalah

bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Keberhasilan penggunaan media dalam upaya meningkatkan hasil

dari proses pembelajaran bergantung pada isi pesan, cara penjelasan pesan,

dan karakteristik penerima pesan (Kholid, 2015).


33

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media)

maka dapat dibagi menjadi 3 (Fitriani, 2011), yakni:

1) Media cetak Booklet, leaflet, flyer (selebaran), flipchart (lembar balik),

rubrik, poster, foto.

a) Poster

Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar

dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat

pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster

biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui

orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan

lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar

atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak,

memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik,

sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik

adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang

melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).

b) leaflet

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-

kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang

sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk

memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi

pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan

penecegahannya, dan lain- lain.


34

Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan

dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan

lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di

photo copy (Notoatmodjo, 2010).

c) Booklet

Booklet merupakan media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama

digunakan untuk topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu

kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah berisi informasi pokok tentang hal

yang dipelajari. Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi.

Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri. Faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara

lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi

individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu

mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun psikologis

penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada. Di samping itu

perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang informasi dalam

booklettersebut telah kadaluwarsa. Booklet tidak tepat dipergunakanpada suatu

tujuan instruksional tertentu (Notoatmodjo, 2010).

d) Flipchart

Flipchart (lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya didalam setiap lembaran buku

berisi gambar peragaan dan dibaliknya terdapat kalimat yang berisi pesan-pesan

dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut(Fitriani, 2011).


35

Lembaran balik akan memudahkan pekerjaan untuk menerangkan dan

memberikan informasi dengan gambar tahap demi tahap. Setiap tahapan memiliki

satu gambar yang bernomor setelah selesai menyelesaikan isi satu nomor maka

lembaran bergambar tersebut dibalikkan begitu sampai seterusnya hingga akhir.

Sekumpulan lembaran balik merupakan suatu pelajaran atau informasi yang

lengkap sehingga akan dapat dipilih untuk segera digunakan seperlunya.

Kelebihan lembar balik adalah gambar yang jelas dan dapat dilihat secara

bersama-sama, menarik dan mudah dimengerti.

e) Rubik

Rubrik adalah tulisan dalam surat kabat atau majalah mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan atau hal yang berkaitan dengan kesehatan(Fitriani,

2011).

f) Brosur

Brosur adalah suatu alat publikasi resmi dari perusahaan yang berbentuk

cetakan, yang berisi berbagai informasi mengenai suatu produk, layanan,

program dan sebagainya. Brosur berisi pesan yang selalu tunggal, dibuat untuk

menginformasikan, mengedukasi, dan membujuk atau mempengaruhi orang.

2) Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio.

a) Televisi

Televisi yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui media

televisi dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab yang

berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV spot, qiuz atau cerdas cermat

dan sebagainya (Fitriani, 2011).


36

b) Radio

Radio yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai obrolan

seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan sebagainya (Fitriani,

2011).

c) Film atau video

Video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan pesan bersifat fakta

maupun fiktif yang dapat bersifat informatif, edukatif maupun instruksional

(Fitriani, 2011). Film atau video menjadi alat bantu belajar yang sangat baik,

video dan film dapat mengatasi kekurangan keterampilan dalam membaca dan

penguasaan bahasa, mengatasi keterbatasan pengelihatan. Video dan film sangat

baik untuk menerangkan suatu proses dengan menggunakan pengulangan gerakan

secara lambat demi memperjelas uraian dan ilustrasi, memikat perhatian,

merangsang dan memotivasi kelompok sasaran, video dan film sangat baik untuk

menyajikan teori dan praktik, menghemat waktu untuk melakukan penjelasan.

3) Media papan seperti billboard.

Media papan disini mencakup berbagai pesan yang ditulis pada kain,

papan yang ditempel pada kendaraan umum ( mobil dan bus) (Fitriani, 2011).
37

2.6 Media Video

Istilah video berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata vidi atau visum yang artinya

melihat atau mempunyai daya penglihatan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, video adalah rekaman gambar hidup atau program televisi untuk

ditayangkan lewat pesawat televisi (KBBI, 2017). Munir mendefinisikan video

sebagai teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, penyimpanan,

pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan

adegan-adegan dalam gerak secara elektronik sehingga video tampak seperti

gambar yang bergerak. Agnew dan Kellerman dalam kutipan Munir menjelaskan

video sebagai media digital yang menunjukkan susunan gambargambar yang

dibaca secara berurutan dengan waktu tertentu sehingga memberikan ilusi,

gambaran serta fantasi pada gambar yang bergerak. Gambargambar yang

digabung tersebut dinamakan frame, kecepatan pembacaan gambar disebut

dengan frame rate dengan satuan fps (frame per second), dan ukuran gambar

tersebut disebut disebut dengan resolusi gambar (Munir, 2013). Menurut Daryanto

(2011), mengemukakan beberapa kelebihan penggunaan media video, antara lain :

1) Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video menyajikan

gambar bergerak disamping suara yang menyertainya.

2) Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat secara

nyata.
38

Sedangkan kekurangannya, antara lain :

1) Opposition

Pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnyakeraguan

penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihatnya.

2) Material pendukung

Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambaryang

ada di dalamnya.

3) Budget

Untuk membuat video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2.6.1 Macam-macam Video

a. Video Analog

Video analog adalah video yang disimpan dalam bukan komputer seperti

bentuk video televisi, video tape, dan film. Video jenis ini memakai sinyal

elektrik (gelombang analog) dan biasanya digunakan pada industri pertelevisian.

b. Video Digital

Video digital adalah video yang diproduksi oleh industri komputer dari

sederet bilangan 1 dan 0 (biner). Kelebihan video digital dibanding analog adalah

pada kualitas gambarnya yang tetap dan tahan lama saat digandakan atau dipindah

ke media lain. Penentuan ukuran file dan kualitas video digital dipengaruhi oleh

frame rate (kecepatan gerakan gambar), ukuran gambar dan kedalaman warna

(Munir, 2013)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENILITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental untuk mengetahui

pengaruh pemberian intervensi pada subjek penelitian dengan desain studi one group

pre-test post-test. Desain ini tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol),

tetapi sampel akan diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal, dan kemudian

diikuti dengan pemberian intervensi berupa video edukasi dan kemudian dilakukan

pemberian post-test. Hasil dari post-test tersebut akan menunjukkan perbedaan

pengetahuan dengan pre-test setelah diberikan edukasi.

3.2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien penerima resep

antibiotik di instalasi rawat jalan RSUD Ibnu Sina sebelum dan setelah mendapatkan

intervensi.

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN

1. H1 = Media edukasi Video sebagai media edukasi efektif dalam meningkatkan

pengetahuan pasien mengenai antibiotik.

2. H0 = Media edukasi Video sebagai media edukasi yang tidak efektif dalam

meningkatkan pengetahuan pasien tentang antibiotik.

39
40

3.4 DEFINISI OPERASIONAL

3.4.1 Media Edukasi Video

Media edukasi berupa video yang menjelaskan tentang antibiotik, aturan pakai

dan penyimpanan antibiotik serta resistsensi antibiotik

3.4.2 Demografi Pasien

a. Usia

Usia adalah rentang kehidupan yang dinyatakan dalam tahun. Usia dapat

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambanya usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak. Pada penelitian ini responden

yang dipilih adalah usia dewasa, karena pada usia tersebut dianggap memiliki

pengetahuan dan pola pikir yang baik.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan rendah yaitu SD dan SMP, tingkat pendidikan tinggi yaitu

SMA/ SMK dan Perguruan Tinggi.

c. Pekerjaan

Pekerjaan digolongkan menjadi pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswasta,,

petani, dan ibu rumah tangga atau tidak bekerja

d. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari seberapa besar penghasilan yang

diperoleh tiap bulan.


41

e. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laki-laki dan

perempuan.

3.4.3 Pengetahuan Pasien

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan responden dalam penelitian

ini meliputi definisi dan cara memperoleh antibiotik, aturan pakai dan penyimpanan

antibiotik, serta resistensi antibiotik. Pengetahuan tersebut diukur menggunakan soal

pre & post-test yang sudah tervalidasi.

3.5 POPULASI

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa instalasi farmasi

rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Gresik.


42

3.6 SAMPEL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini adalah pasien dewasa dari kelompok populasi yang

menerima resep antibiotik.

3.6.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien dewasa rawat jalan yang mendapatkan resep antibiotik di Rumah

Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Gresik.

2. Pasien berumur 18-65 tahun.

3. Pasien bisa berkomunikasi, membaca dan menulis dengan baik.

4. Pasien yang bersedia mengisi kuesioner.

3.6.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien yang tidak bersedia dilibatkan di dalam penelitian

2. Tidak bisa membaca, mendengar dan menulis

3.6.3 Kriteria Drop Out

Responden yang tidak mengisi jawaban/data diri secara lengkap.

3.7 LOKASI PENELITIAN

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah RSUD Ibnu Sina Gresik,

Jawa Timur yang merupakan rumah sakit pemerintah kabupaten Gresik dan berlokasi

di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 243 B, Dahanrejo, Kebomas, Kembangan,

Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61124.


43

3.8 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLING

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diambil melalui

teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel

penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang

diperoleh dapat lebih representatif (Sugiyono, 2011).

3.9 PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL

Jumlah sampel yang akan digunakan dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :
n : Besar sampel
: Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)
P : Proporsi kejadian, jika tidak diketahui ditetapkan 0,5
d : Derajat penyimpangan terhadap populasi, yaitu 0,1, 0,05 dan 0,01.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas dengan menetapkan derajat

kemaknaan 95% dan derajat penyimpangan 0,1 maka besar sampel yang didapatkan

adalah 96 pasien, dengan pebulatan menjadi 100 pasien, kemudian sebanyak 30

responden ditambahkan untuk validasi kuesioner shingga jumlah sampel total adalah

130 responden yang merupakan pasien dewasa rawat jalan yang mendapatkan resep

antibiotik di Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Gresik.


44

3.9 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan soal pre-test dan post-test yang disediakan oleh peneliti.

Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data dari serangkaian pertanyaan

dan saran dengan tujuan mengumpulkan infomasi dari responden (Abawi, 2013).

Kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik demografi dari responden.

Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh

responden, seperti nama, usia, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan

penghasilan tiap bulan.

Responden sebelumnya dimintai persetujuan dengan menandatangani

Informed consent yang telah disediakan peneliti, kemudian responden diberikan soal

pre-test terlebih dahulu. Tahap selanjutnya responden akan diberikan edukasi berupa

video, dan dilanjutkan dengan mengisi soal pre-test setelah pemberian edukasi.

3.10 UJI KEABSAHAN DATA

Uji keabsahan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

uji validitas konten, face validity dan reliabilitas dengan menggunakan software SPSS

23.0 for windows. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliable, penelitian dapat

dilanjutkan dengan menggunakan kuesioner yang telah valid tersebut.


45

3.10.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa sejumlah item dalam kuesioner

yang digunakan sebagai alat ukur bisa representative dalam menyusun sebuah

konsep sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Pada penelitian ini, validitas

yang dilakukan adalah construct validity, uji validitas yang dilakukan pada instrumen

untuk mengetahui seberapa baik instrumen dapat merefleksikan konsep yang akan

diukur.

Uji validitas diukur dengan program SPSS for windows version 24. Item

kuesioner dianggap valid jika nilai corrected item total corellation lebih dari 0,3

(Siaputra, 2011). Berdasrkan pendpat azwar, nilai corrected item total correlation

yang tidak dianjurkan adalah dibawah 0,2 (Azwar, 2002).

3.10.2 Uji Reliabilitas

Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian adalah teknik alpha

cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada sekelompok responden pada

satu kali pengukuran. Reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

alpha cronbach lebih dari 0,6 (Siaputra dkk, 2016).


46

3.11 ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis menggunakan metode

korelasi koefisien kontingensi dengan menggunakan SPSS version 24 for windows

dan dianalisis secara kuantitatif menggunakan teknik statistik deskriptif untuk

mengetahui karakteristik demografi dan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian

edukasi audio visual video.

Uji paired sample t-test digunakan untuk melihat efektivitas pemberian

edukasi dengan media video. korelasi Chi-square digunakan untuk melihat hubungan

faktor demografi terhadap peningkatan pengetahuan pasien tentang penggunaan

antibiotik di RSUD Ibnu Sina Gresik. Penilaian tentang pengetahuan dengan

memberi skor pertanyaan pilihan benar-salah yaitu awaban benar diberi skor 1 dan

jawaban salah diberi skor 0. Skor dijumlah dan dibagi dengan total pertanyaan

keseluruhan (mean), kemudian mencari SD (Standar deviasi) dan menghitung rentang

penilaian.

3.12 TAHAPAN PENELITIAN

3.12.1 Tahap Persiapan Penelitian

1. Melakukan penetapan masalah dan tujuan penelitian,

2. Melakukan studi literatur,

3. Melakukan pembuatan proposal penelitian yang kemudian diajukan kepada

dosen pembimbing untuk disetujui,


47

4. Melakukan pembuatan instrumen penelitian, yaitu kuesioner, pre-test dan

post-test dan media untuk edukasi.

5. Menunjukkan hasil pembuatan instrumen penelitian kepada dosen

pembimbing dan meminta persetujuan dari dosen pembimbing untuk

menggunakan instrumen penelitian.

6. Mengajukan permohonan perijinan penelitian ke Wakil Dekan 1 Fakultas

Farmasi Universitas Surabaya, Badan Kesehatan dan Politik Perlindungan

Masyarakat (Bakesbangpol) Surabaya, dan RSUD Ibnu Sina Gresik, Jawa

Timur.

7. Berkonsultasi dengan pihak RSUD Ibnu Sina Gresik mengenai waktu

penelitian.

8. Menggandakan surat persetujuan (informed consent), kuesioner, pre-test,

post-test yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah pasien yang akan

mengikuti penelitian.

9. Membeli souvenir sebagai tanda terimakasih peneliti kepada pasien karena

bersedia memberikan waktunya untuk dimintai keterangan.


48

3.12.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pre-intervensi

Sebelum memberikan intervensi, peneliti akan melaksanakan tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Meminta pasien untuk mengisi daftar hadir yang disediakan di meja registrasi,

2. Membagikan surat persetujuan (informed consent), kuesioner, dan pre-test kepada

kader kesehatan,

3. Meminta kader kesehatan untuk menandatangani surat persetujuan (informed

consent), mengisi kuesioner, dan pre-test yang telah dibagikan (waktu pengerjaan

maksimal 10 menit),

4. Mengumpulkan dan mengecek kelengkapan pengisian surat persetujuan (informed

consent), kuesioner pre-test.

b. Intervensi

Diberikan intervensi berupa pemutaran video edukasi yang bertemakan

penggunaan antibiotik yang baik dan benar selama kurang lebih 10 menit.

c. Post-intervensi

Sesudah memberikan intervensi, peneliti akan melaksanakan tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Membagikan post-test kepada pasien,

1. Meminta pasien untuk mengisi post-test (waktu pengerjaan maksimal 10 menit),


49

2. Mengumpulkan dan mengecek kelengkapan pengisian post-test, serta

3. Mengakhiri penelitian dengan memberikan cindera mata yang telah di siapkan

oleh peneliti.

3.12.3 Akhir Penelitian

1) Mengolah hasil pre-test dan post-test serta menganalisis kuesioner.

2) Menganalisis data hasil penelitian.

3) Membahas data hasil penelitian.

4) Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.


50

3.13 KERANGKA OPERASIONAL

Tahap persiapan Tahap pelaksanaan Tahap akhir

Penetapan masalah Pre-intervensi Pengolahan data


dan tujuan hasil penelitian
penelitian
Intervensi
Studi literatur Analisis data hasil
Post-intervensi penelitian
Pembuatan proposal
penelitian Pembahasan hasil
penelitian
Pembuatan dan
persetujuan
Pemberian
instrumen penelitian
kesimpulan dan
saran

Penyiapan dan
penggandaan
instrumen penelitian

Perijinan penelitian ke Badan


Kesehatan dan Politik
Perlindungan Masyarakat
Kota Surabaya

Perijinan penelitian di
RSUD Ibnu Sina Gresik
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 PERSIAPAN PENELITIAN

Penelitian ini telah mendapatkan rekomendasi dan izin penelitian dari Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur dan Badan

Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda) Kabupaten

Gresik pada tanggal 19 Maret 2018 dengan nomor surat 070/117/437.71/2018.

Penelitian ini juga telah mendapatkan izin dari Direktur RSUD Ibnu Sina Gresik pada

tanggal 14 Mei 2018 dengan nomor surat 071/522/437.76/2018. Penelitian ini juga

telah mendapatkan persetujuan etik yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian

Kesehatan Kementrian Kesehatan kota Surabaya dengan nomor surat

025/5/KEPK/V/2017. Penelitian ini telah di presentasikan di Rumah Sakit sebelum

melakukan pengambilan data.

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrument dalam penelitian.

Kuesioner yang digunakan telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan

menggunakan 30 responden. Uji validitas soal menghasilkan 14 pertanyaan valid

dengan nilai r hitung > r tabel dengan signifikansi < 0,05 dan didapatkan nilai

Cronbach’s Alpha lebih dari 0,5.

51
52

4.2 PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 di Instalasi Farmasi rawat jalan

RSUD Ibnu Sina Gresik. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah video

animasi dengan judul “Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik”. Video

tersebut memiliki 3 konten materi edukasi yaitu mengenai antibiotik, aturan pakai dan

penyimpana antibiotik serta resistensi antibiotik yang sudah tervalidasi oleh ahli.

4.3 VALIDASI SOAL PRE TEST dan POST TEST

Validasi konten soal yang melibatkan bantuan oleh 2 ahli menghasilkan 35

butir pertanyaan untuk mengukur pengetahuan mengenai antibiotik. Jumlah butir soal

pada masing-masing topik meliputi, topik antibiotik 10 soal, aturan pakai dan

penyimpanan 11 soal dan topik resistensi antibiotik 14 soal. Blue print soal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Blue Print Soal Validasi Pre test dan Post test
Topik Nomor soal
Antibiotik 1,2,3,4,5,6,18,19,20,21
Aturan pakai dan penyimpanan 7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17
Resistensi Antibiotik 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35

Hasil validasi rupa yang diajukan kepada 2 orang responden menunjukkan

adanya satu butir soal yang tidak dapat dipahami yaitu soal nomor 14. Soal tersebut

kemudian diperbaiki susunan katanya agar lebih mudah dimengerti oleh responden,

butir soal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Soal nomor 14 yang telah diperbaiki

kemudian diujikan kembali pada 2 orang responden.


53

Hasil dari pengujian kembali didapatkan bahwa soal tersebut dapat dipahami

oleh kedua responden, selanjutnya dapat dilakukan validasi konstruk dan reliabilitas.

Tabel 4.2 Hasil Perbaikan Narasi Pre dan Post Test


No Topik Nomor soal
Penggunaan antibitik secara teratur dan
Penggunaan antibiotik secara
14 sesuai petunjuk dokter dapat menghemat
tepat dapat menghemat biaya
biaya

Uji validitas konstruk dan reliabilitas menggunakan data yang diperoleh dari

gabungan 3 rumah sakit. Rumah sakit tersebut adalah RSUD Nganjuk, RSUD Bangil

dan RSUD Ibnu Sina. Masing-masing rumah sakit mengujikan kepada 30 responden

sehingga jumlah total adalah 90 responden.

Responden untuk uji


validasi konstruk
(90 Responden)

RSUD Bangil RSUD Ibnu Sina RSUD Nganjuk


(30 Responden) (30 Responden) (30 Responden)

Gambar 4.1 Bagan Pembagian Responden Uji Validitas & Reabilitas

4.3.1 Hasil Validitas dan Reliabilitas Soal pre-test dan post-test

Hasil validasi soal pre test dan post test pada Tabel 4.3 menunjukan, dari 35

soal terdapat 24 soal yang dinyatakan valid. Topik Antibiotik terdapat 5 soal yang

dinyatakan valid, aturan pakai dan penyimpanan 10 soal dan resistensi antibiotik

terdapat soal 9 yang dinyatakan valid.


54

Dari 24 soal yang dinyatakan valid, kemudian dipilih 14 soal yang akan

digunakan untuk pengambilan data dikarenakan responden merasa kesulitan untuk

menjawab soal dalam jumlah besar. Pemilihan 14 butir soal tersebut dilakukan oleh

ahli. Hasil Alpha Cronbach soal pre test dan post test sebesar 0,705. Hasil tersebut

menunjukan bahwa soal yang akan digunakan telah reliabel karena nilai Alpha

Cronbach > 0,5 (Azwar, 2002).

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal


Butir Butir Alpha
Butir yang
Topik yang Nilai P yang Nilai P Cron
divalidasi
gugur valid Bach
1,2,3,4,5,6, 1,3,5, 2,6,4,18,
Antibiotik
18,19,20,21 19 20,21
Aturan pakai 7,8,9,10,11, 7,8,9,10,
11,
dan 12,13,14,15 12,13,14
17
penyimpanan ,16,17 0,075-0,995 ,15,16 0,000-0,049 0,705
22,23,24,25 24,25,26
22,23,
Resistensi ,26,27,28,2 ,27,28,2
33,34,
Antibiotik 9,30,31,32, 9,30,31,
35
33,34,35 32

4.4 PEREKRUTAN RESPONDEN


Penelitian ini dilakukan di Instlasi Farmasi rawat jalan RSUD Ibnu Sina

Gresik pada bulan Mei 2018. Penyebaran kuesioner penelitian ditujukan kepada

pasien dewasa yang sedang menunggu untuk mendapatkan obat. Dalam penelitian ini,

kuesioner dibagikan kepada 115 responden, kemudian didapatkan 19 kuesioner yang

tidak terisi dengan lengkap dan masuk ke dalam kriteria drop-out.

Setelah melalui tahap seleksi didapatkan 96 kuesioner dengan data lengkap

yang kemudian menjadi sampel dalam penelitian ini.


55

115 kuesioener dibagikan


kepada pasien

19 kuesioner tidak terisi 96 kuesioner yang terisi


lengkap lengkap

Sampel penelitian

Gambar 4.2 Bagan Alur Penyebaran Kuesioner

4.5 HASIL DATA DEMOGRAFI RESPONDEN


Responden pada penelitian ini didominasi oleh wanita yaitu sebanyak 68

orang (70,8%). Pada kategori pendidikan terakhir responden, di dominasi oleh

responden dengan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jumlah 42 orang

(43,75%). Responden umumnya berada pada rentang usia 35-55 tahun yaitu sebanyak

61 orang. (63,3%). Responden didominasi oleh ibu rumah tangga atau tidak bekerja

dengan jumlah 46 orang (48%).

Pendapatan dengan jumlah terbanyak yaitu < Rp 1.000.000 yaitu sebanyak

49 orang (51,05%). Hasil demografi responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 28 29,2
Perempuan 68 70,8
Jumlah 96 100
56

Tabel 4.5. Profil Responden Berdasarkan Usia


Usia Frekuensi Persentase (%)
17-25 tahun 8 8,3
26-35 tahun 19 19,8
36-55 tahun 61 63,3
56-65 tahun 8 8,6
66-70 tahun 0 0
Jumlah 96 100

Tabel 4.6. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 17 17,7
SMP 19 19,8
SMA 42 43,75
Perguruan Tinggi 18 18,75
Jumlah 96 100

Tabel 4.7. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga / Tidak
46 48,0
Bekerja
Petani 4 4,1
Wiraswasta 10 10,4
Swasta 27 28,1
PNS 9 9,4
Jumlah 96 100

Tabel 4.8. Profil Responden Berdasarkan Penghasilan


Penghasilan Frekuensi Persentase (%)
≤ Rp 1.000.000 49 51,05
Rp 1000.000 – 3.000.000 22 22,9
Rp 3.000.000 – 5.000.000 18 18,75
Rp 5.000.000 – 10.000.000 7 7,3
≥ Rp 10.000.000 - -
Jumlah 96 100
57

4.6 HASIL PENGETAHUAN RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH


PEMBERIAN EDUKASI
Data hasil pengetahuan responden dihitung dengan memberikan skor 1 untuk

jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Hasil mean pada soal pre-test mempunyai

nilai 8,49 (60,64%) sedangkan hasil mean pada soal post-test mempunyai nilai 11,22

(80,15%).

Klasifikasi soal tentang antibiotik memiliki nilai paling rendah pada soal pre-

test yaitu dengan nilai mean sebesar 0,54, sedangkan untuk nilai mean terbesar pada

soal post-test adalah klasifikasi soal resistensi antibiotik dengan nilai mean sebesar

0,84.
58

Tabel 4.9. Tabel Hasil Rekapitulasi Jawaban Pada Soal Pre-test dan Post-test
Mean Mean
Jawaban Mean Jawaban Mean
(SD) (SD)
Pertanyaan Benar (%) (SD) Benar (%) (SD)
Topik Topik
Pre-test Post-test
Antibiotik
Penyakit flu perlu minum 28 0,29 61 0,64
antibiotik (29,16%) (0,457) (63,54%) (0,484)
Antibiotik dibeli tanpa resep 63 0,61 84 0,88
dokter (65,62%) (0,489) (87,5%) (0,332)
Saya dapat menggunakan
antibiotik dari pemberian teman 65 0,68 0,54 82 0,85 0,78
atau keluarga yang memiliki (67,7%) (0,479) (0,5025) (85,40%) (0,335) (0,385)
penyakit sama

Amoxicillin dapat digunakan 57 0,59 78 0,81


untuk membunuh bakteri (59,4%) (0,494) (81,25%) (0,392)

Aturan Pakai dan Penyimpanan

Antibiotik yang tersisa dapat


59 0,61 79 0,82
disimpan dan diminum kembali
(61,45%) (0,489) (82,30%) (0,384)
jika muncul sakit yang sama

Tidak boleh lupa untuk minum


57 0,59 75 0,78
antibiotik setiap harinya sampai
(59,4%) (0,494) (78,15%) (0,416)
habis
Tidak perlu minum antibiotik jika 57 0,59 65 0,68
badan sudah merasa sembuh (59,4%) (0,494) (67,7%) (0,470)
Penggunaan antibiotik secara 0,61 0,76
53 0,55 (0,4868) 67 0,70 (0,4152)
teratur dan sesuai petunjuk dokter
(55,20%) (0,500) (69,8%) (0,462)
dapat menghemat biaya
Antibiotik akan rusak jika terkena 68 0,71 83 0,86
sinar matahari (70,8%) (0,457) (86,%%) (0,344)
Resistensi Antibiotik
Bakteri dapat kebal terhadap 58 0,60 79 0,82
antibiotik (60,4%) (0,492) (82,3%) (0,384)
Minum antibiotik tidak teratur 60 0,63 83 0,86
menyebabkan bakteri kebal (62,5%) (0,487) (86,%%) (0,344)
Terinfeksi bakteri kebal antibiotik
59 0,61 0,65 76 0,79 0,84
dapat mengakibatkan biaya
(61,45%) (0,489) (0,4742) (76,2%) (0,408) (0,4495)
pengobatan lebih mahal
Terinfeksi bakteri kebal antibiotik 73 0,76 89 0,93
dapat menyebabkan kematian (76,05%) (0,429) (92,7%) (0,261)
Jika bakteri sudah kebal 64 0,67 77 0,80
antibiotik, maka sulit diobati (66,66%) (0,474) (80,2%) (0,401)
Mean 8,49 11,22
Total
Δ mean 2,73
59

Hasil jawaban pada soal pre-test dan post-test dari masing-masing responden

yang telah diberikan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah,

kemudian dapat dihitung jumlah skor total pengetahuan responden. Menurut

Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan dinilai baik jika responden dapat menjawab

pertanyaan dengan benar ≥ 75%, atau dalam penelitian ini skor dari responden adalah

≥ 11. Tingkat pengetahuan cukup jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar antara 56-74%, dalam penelitian pengetahuan dapat dinilai cukup jika

responden menjawab benar antara 8-10 pertanyaan. Tingkat pengetahuan kurang jika

responden hanya dapat menjawab pertanyaan dengan benar 55%, dalam penelitian

ini pengetahuan dinilai kurang jika responden menjawab pertanyaan  7pertanyaan.

Hasil pengelompokkan pengetahuan responden menunjukkan pada soal pre-test

didominasi oleh responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 74 responden

(77%), sedangkan pada soal post-test didominasi oleh responden dengan tingkat

pengetahuan cukup sebesar 53 responden (55%). Distribusi tingkat pengetahuan

responden dapat dilihat pada gambar 4.3.


60

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden


80 74
70
Jumlah Responden

60 53
50 43
40
pre-test
30
16 post-test
20
10 6
0
0
baik cukup kurang
Tingkat Pengetahuan

Gambar 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan

Penilaian dari hasil peningkatan pengetahuan (Δ = delta) dihitung dari

pengurangan antara nilai pre-test dan post-test. Setelah nilai delta didapatkan

kemudian dihitung mean dan SD untuk mengelompokkan kedalam kategori

pengetahuan. Hasil peningkatan pengetahuan dikatakan rendah jika nilai delta adalah

< 2, sedangkan dikatakan cukup antara 3-4, dan dikatakan tinggi jika nilai delta > 4.

Nilai rata-rata peningkatan pengetahuan (Δ = delta) pada 96 responden adalah 3,02

(21,5%).
61

4.7 ANALISIS EFEKTIVITAS MEDIA EDUKASI

4.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov, bertujuan untuk

mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak normal. Hasil uji normalitas

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas


Soal Asymp. Sig. (2-tailed)
Pre-test 0,000
Post-test 0,000

Hasil uji normalitas menunjukkan pada soal pre-test mempunyai nilai p=0,000

dan post-test mempunyai nilai p=0,000 dan dapat diartikan jika nilai p kurang dari

0,05 makan data terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada

lampiran.

4.7.2. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test


Uji Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk mengetahui adakah pengaruh

pemberian edukasi menggunakan media video terhadap peningkatan pengetahuan

antara pre-test dan post-test.

Tabel 4.11 Hasil Wilcoxon Signed Rank Test


Test Statistics
Post test – Pre test
Z -7,938
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
62

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test mempunyai nilai 0,000 yang berarti

kurang dari 0,05 yang artinya adanya perbedaan pengetahuan yang signifikan antara

sebelum diberikan edukasi dan setelah diberikanya edukasi. Hasil SPSS Wilcoxon

Signed Rank Test dapat dilihat pada lampiran.

4.7.3. Perbedaan Pengetahuan Berdasarkan Klasifikasi Soal

Tabel 4.12 Uji Normalitas Pre Test dan Post Test Berdasarkan Klasifikasi Soal
Klasifikasi Soal Pre test Post test

Antibiotik 0,000 0,000


Aturan pakai dan
0,000 0,000
Penyimpanan
Resistensi 0,000 0,000

Tabel 4.13 Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Berdasarkan Klasifikasi Soal
Klasifikasi Soal Z Asymp.Sig.(2-tailed)

Antibiotik -6,465b 0,000


Aturan Pakai dan
-4,719b 0,000
Penyimpanan
Resistensi -4,617b 0,000

Pada tabel 4.13. menyebutkan bahwa hasil uji normalitas dengan

menggunakan klasifikasi topik soal pada pre test dan post test, dan nilai keseluruhan

antara soal pre test dan post test pada masing-masing topik memiliki nilai p=0,000

yang berarti data tidak terdistribusi secara normal.


63

Dari tabel 4.14. dapat dilihat bahwa setiap klasifikasi soal memiliki nilai

p=0,000 yang artinya antara soal pre test dan post test memiliki perbedaan yang

signifikan.

4.8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN HASIL PRE


TEST DAN POST TEST
Hubungan karakteristik demografi dengan hasil nilai pre test dan post test

dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji

karakteristik demografi dengan soal pre test post test dapat dilihat pada tabel berikut.
64

Tabel 4.14 Hasil Uji Karakteristik Demografi dengan Skor Total Pre Test dan
Post Test
Mean Median
P
Karakteristik Demografi Pre Post Pre Post
Value
test test test test
Laki-laki 9,25 10,75 9,00 11,00 0,000
Jenis
kelamin Perempuan 9,31 10,65 9,00 10,00 0,000
17-25 Tahun 9,13 10,38 9,00 10,50 0,039
26–35 Tahun 9,26 10,47 9,00 10,00 0,000
Usia 36-55 Tahun 9,38 10,85 9,00 11,00 0,000
56-65 Tahun 8,88 10,13 8,50 10,00 0,023
65 Tahun - - - - -
SD 8,18 9,53 8,00 9,00 0,001
SMP 8,47 9,79 8,00 10,00 0,000
Pendidikan
SMA 9,45 10,74 9,00 10,50 0,000
Perguruan Tinggi 10,83 12,56 11,00 12,50 0,000
<1.000.000 9,04 10,37 9,00 10,00 0,000
1.000.000 - 8,01 10,32 8,00 10,00 0,000
3.000.000
Penghasilan 3.000.000 - 9,94 11,44 10,00 11,50 0,000
5.000.000
5.000.000 - 10,57 12,00 10,00 12,00 0,026
10.000.000
>10.000.000 - - - - -

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Tabel 4.12 menunjukkan jenis

kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (17-25 Tahun, 26–35 Tahun, 36-55 Tahun

dan 66-70 Tahun), pendidikan (SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi), dan

penghasilan (<1.000.000, 1.000.000-3.000.000 dan 3.000.000-5.000.000, 5.000.000-

10.000.000) memiliki nilai p < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan

antara pre test dan post test.


65

4.9 TABULASI SILANG KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN


KATEGORI PENINGKATAN PENGETAHUAN
Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa data tidak dapat dikorelasi

mengggunakan uji chi-square dikarenakan data tidak memenuhi persyaratan uji yaitu

adanya kategori yang memiliki jumlah N < 5

Tabel 4.15 Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Demografi dengan


Peningkatan Nilai Pre Test dan Post Test
Peningkatan Nilai Pre Test
dan Post Test Total
Kurang Cukup Tinggi
Count 10 16 2 28
Laki-laki
Jenis % of total 10,4% 16,7% 2,1% 29,2%
Kelamin Count 32 32 4 68
Perempuan
% of total 33,3% 33,3% 4,2% 70,8%
Count 42 48 6 96
Total
% of total 43,8% 50,0% 6,3% 100,0%
P value -
Count 18 23 3 44
17-40 Tahun
% of total 18,8% 24% 3,1% 45,8%
Usia
41–60 Tahun Count 24 25 3 52
% of total 25,0% 26,0% 3,1% 54,2%
Count 42 48 6 96
Total
% of total 16,7% 71,9% 6,3% 100,0%
P value -
Pendidikan Count 14 18 4 36
Rendah % of total 14,6% 18,8% 4,2% 37,5%
Pendidikan
Pendidikan Count 28 30 2 60
Tinggi % of total 29,2% 31,3% 2,1% 62,5%
Count 42 48 6 96
Total
% of total 43,8% 50% 6,3% 100,0%
P value -
Count 20 27 3 50
Bekerja
% of total 20,8% 28,1% 3,1% 52,1%
Pekerjaan
Tidak Count 22 21 3 46
Bekerja % of total 22,9% 21,9% 3,1% 47,9%
Count 42 48 6 96
Total
% of total 43,8% 50% 6,3% 100,0%
P value -
BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi rawat jalan Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Ibnu Sina Gresik. Penelitian ini dilakukan pda bulan Mei 2018.

RSUD Ibnu Sina dipilih karena rumah sakit tersebut telah terakreditasi B dan telah

mempunyai program PPRA, namun dalam pelaksanaanya belum berjalan secara

optimal. RSUD Ibnu Sina juga menjadi rumah sakit rujukan di Kota Gresik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian edukasi dengan

media video terhadap pengetahuan pasien tentang antibiotika pada pasien rawat jalan

di RSUD Ibnu Sina Gresik. Penelitian ini dilakukan dengan metode kelompok kecil

dan didapatkan 115 orang yang bersedia menjadi responden dengan rincian 19 masuk

ke dalam kriteria drop out dan 96 responden menjadi sampel pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner, kemudian dikategorikan

menggunakan software SPSS for Windows versi 22 sehingga didapatkan gambaran

pengetahuan pasien sebelum dan sesudah mendapatkan edukasi.

66
67

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling. Karakteristik dari responden yang akan menjadi sampel telah ditentukan

terlebih dahulu menurut kriteria inklusi dan disesuaikan dengan penelitian yaitu

pasien dewasa yang mendapatkan resep antibiotik dan pernah memakai antibiotik

pada instalasi farmasi rawat jalan RSUD Ibnu Sina Gresik. Pasien rawat jalan dipilih

karena, pengobatan selama rawat jalan dilakukan di rumah masing-masing tanpa

adanya pengawasan dari dokter atau tenaga kesehatan, sehingga perlu untuk diberikan

edukasi agar tidak terjadi kesalahan saat mengkonsumsi obat antibiotik yang dapat

dikarenakan pasien kurang memahami tentang obat antibiotik yang dikonsumsinya.

Penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner yang telah tervalidasi.

5.1 ANALISIS UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS

Uji validitas digunakan untuk membuktikan tingkat keabsahan suatu

instrument penelitian. Instrument yang dinyatakan sahih memiliki tingkat validitas

yang tinggi karena mampu mengukur apa yang diinginkan. Suatu kuesioner

dinytakan valid jika setiap pertanyaan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan

variable yang akan diuji. Realibilitas dari instrument adalah hasil pengukuran yang

dapat dipercaya hasilnya. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi

dari kuesioner jika digunakan secara berulang, atau dalam kata lain kuesioner

digunakan oleh orang yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2010).
68

Kuesioner pengetahuan telah melalui tahap validasi dengan menggunakan

30 responden (Sugiyono, 2010). Uji validasi terhadap 30 responden tersebut

menggunakan kuesioner dengan jumlah 36 butir soal dan kemudian menghasilkan

sejumlah 24 butir soal dinyatakan valid. Soal yang telah dinyatakan valid kemudian

diperinci menjadi 14 soal dengan bantuan expert. Soal yang telah diperinci mencakup

3 kategori yaitu antibiotik (4 butir), aturan pakai dan penyimpanan (5 butir) dan

resistensi antibiotik (5 butir) dan memperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,705.

5.2 ANALISIS DATA DEMOGRAFI RESPONDEN


Hasil data demografi responden yang telah diuji, didapatkan 96 orang

responden yang didominasi oleh wanita sebanyak 68 orang dan pria 28 orang.

Ditinjau dari usia, mayoritas responden berada dalam rentang usia 35-55 tahun yaitu

sebanyak 61 orang. Latar belakang pendidikan didominasi oleh responden dengan

pendidikan akhir SMA dengan jumlah 42 orang. Pendidikan dapat mempengaruhi

peningkatan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan umumnya akan semakin

luas pengetahuannya (Notoatmojo, 2012). Penelitian ini didominasi oleh responden

sebagai ibu rumah tangga atau dapat dikatakan tidak sedang bekerja sebanyak 46

orang. Dari segi penghasilan disimpulkan bahwa 49 responden memiliki penghasilan

< Rp 1.000.000 yang bisa dikatakan sebagai tingkat ekonomi rendah.

Status ekonomi sosial yang rendah menyebabkan seseorang kurang

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan karena tidak memiliki biaya yang cukup

untuk memeriksakan diri dan membeli obat-obatan.


69

Tingkat status ekonomi yang rendah mempengaruhi segala aspek kehidupan

dan saling berkaitan erat (Jurnal Pembangunan Manusia, Vol 4/11, 2001). Menurut

Anderson dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa tingkat ekonomi

seseorang akan mempengaruhi kemampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan

yang ada. Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanto (2017) tentang hubungan

pengetahuan dan kemampuan ekonomi masyarakat terhadap aksesibilitas BPJS

menunjukan bahwa adanya hubungan antara kemampuan ekonomi dengan

aksesibilitas BPJS dengan nilai p value sebesar 0,006.

5.3. ANALISIS PENGETAHUAN RESPONDEN DENGAN EDUKASI

Profil pengetahuan responden pada Instalasi Farmasi rawat jalan di RSUD

Ibnu Sina setelah ditinjau dari soal pre-test dan post-test menunjukkan pada topik

antibiotik hasil soal pre-test menunjukkan rata-rata nilai mean 0.54 dan post-test

menunjukkan nilai 0.78. Topik aturan pakai dan penyimpanan menunjukkan hasil

rata-rata nilai mean pada pre-test 0.61 dan pada post-test 0.76. Topik resistensi

antibiotik menunjukkan hasil rata-rata mean pada pre-test 0.65 dan post-test 0.84.

Secara keseluruhan, nilai rata-rata hasil yang didapatkan untuk pre-test adalah 8.49

sedangkan pada post-test adalah 11.22 dan memiliki nilai delta 2,73 yang berasal dari

mean total post-test dikurangi dengan mean total pre-test. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap topik kuesioner antara pre-test dan post-test mengalami peningkatan

pengetahuan setelah dilakukan edukasi menggunakan media video.


70

Selanjutnya dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk menentukan

apakah media edukasi Video memberikan perbedaan yang signifikan pada pre-test

dan post-test. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai p value

sebesar 0,000 yang dapat diartikan bahwa media edukasi Video efektif memberikan

peningkatan pengetahuan responden. Hal ini searah dengan penelitian dari Mawan

Agni Rimba et al (2017) bahwa video penyuluhan hidup bersih dan sehat (PHBS)

bermuatan dengan nilai karakter secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan

dalam menanggulangi diare.

Hal ini ditunjukkan dari nilai sig. sebesar 0,000 dan peningkatan dari nilai

rata-rata pada pre-test sebesar 61,33 meningkat menjadi 89,10 pada post-test.

5.4 ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN

RESPODEN

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan jenis kelamin menunjukan

bahwa pada responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki nilai

persetase tertinggi yaitu 16,7% dan 33,3% dan termasuk kedalam kategori

pengetahuan cukup dengan nilai p value sebesar 0,595 yang dapat diartikan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pengetahuan

responden. Dalam penelitian yang dilakukan Jimmy Jose et al (2013) mengenai

pengetahuan publik dan perilaku menggunakan antibiotik yang menyatakan bahwa

jenis kelamin tidak mempengaruhi perubahan pengetahuan.


71

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan usia menunjukkan bahwa

responden dengan usia dewasa muda (18-40 tahun) dan dewasa madya (41-60 tahun)

memiliki nilai persentase sebesar 24,0% dan 26,0% yang termasuk kedalam kategori

pengetahuan cukup dengan nilai p value sebesar 0,871 yang dapat diartikan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan pengetahuan responden. Hal

ini selaras dengan penelitian Kaidah (2010) bahwa semakin bertambahnya usia tidak

berarti membuat pengetahuan dan perilaku juga semakin baik.

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan pendidikan menunjukkan bahwa

responden dengan kategori pendidikan rendah (SD dan SMP) yang pendidikan tinggi

(SMP dan SMA) memiliki nilai persentase tertinggi yaitu 18,8% dan 31,3% dan

termasuk kedalam kategori pengetahuan cukup dengan p value sebesar 0,288 yang

diartikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

pengetahuan responden. Hasil hubungan ini berbanding terbalik dengan penelitian

dari Wied (2007) pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik

pula pengetahuanya. Menurut Atrasina (2017) bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan formal ibu dengan tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan kekerasan

seksual anak usia prasekolah, hal ini diperoleh dengan uji statistic dan didapatkan p

value sebesar 0,012 dan nilai koefisien kontigensi sebesar 0,394.


72

Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan pekerjaan menunjukkan bahwa

responden dengan kategori bekerja (PNS, swasta, wiraswasta, petani) dan tidak

bekerja (ibu rumah tangga) memiliki nilai persentase tertinggi yaitu 27,0% dan 21,9%

yang termasuk dalam kategori cukup dengan nilai p value sebesar 0,712 yang dapat

diartikan bahwa tidak ada hubungan antara bekerja atau tidak bekerja denga

pengetahuan responden.

Uji tabulasi silang tidak dapat dilanjutkan dengan Uji Chi Square dikarenakan

tidak memenuhi persyaratan uji, yaitu adanya jumlah N<5 pada setiap karakteristik

demografi.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Efektivitas Pemberian Media

Edukasi Video Terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Rawat

Jalan di RSUD Ibnu Sina Gresik” dapat disimpulkan bahwa Pemberian edukasi

menggunakan media Video yang berjudul “Mengenal Antibiotik dan Resistensi

Antibiotik” dinilai mampu meningkatkan pengetahuan pada responden, dilihat

dari hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Ditinjau dari pengetahuan responden

tiap kategori soal memperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan dilihat dari

sebelum dan sesudah mendapatkan edukasi. Tidak ada hubungan antara

karakteristik demografi jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan dengan pengetahuan responden.

73
BAB VII

SARAN

Dari penulisan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat

diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Adapun saran tersebut antara lain :

1. Perlunya edukasi tambahan yang dilakukan oleh tim PPRA dari RSUD Ibnu

Sina Gresik mengenai penggunaan antibiotik yang telah mencakup topik aturan

pakai, cara pendapatan dan resistensi antibiotik.

2. Perlunya peningktan komunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan di rumah

sakit agar pasien lebih mengerti dan paham tentang penggunaan antibiotik

secara baik dan benar.

74
RINGKASAN

Penyakit infeksi adalah jenis penyakit yang disebabkan salah satunya oleh

bakteri. Infeksi termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan jumlah pasien

terbanyak di Indonesia. Penanganan khusus untuk menanggulangi penyakit infeksi

adalah dengan penggunaan antibiotika. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh

mikroba terutama fungi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi

bakteri. Banyaknya peresepan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan

resistensi. Resistensi dapat terjadi karena kemampuan bakteri untuk melindungi diri

dari serangan antibiotika meningkat sehingga bakteri menjadi kebal terhadap

antibiotika. Adanya resistensi antibiotik telah memberikan dampak merugikan bagi

kesehatan. Dampak resistensi terhadap antibiotik adalah meningkatnya morbiditas,

mortalitas dan biaya kesehatan. Banyaknya kasus peningkatan resistensi antibiotik,

maka diperlukan adanya upaya pencegahan resistensi antibiotik salah satunya adalah

dengan program Antibiotic Stewardship atau dikenal juga dengan Program

Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA) yang salah satu tugasnya adalah

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang antibiotik. Peningkatan

pengetahuan pasien dapat dilakukan dengan edukasi. Ada berbagai macam media

edukasi, pada penelitian ini peneliti menggunakan media audio visual dlam bentuk

video. Pemberian edukasi dengan menggunakan media video dapat menambah

pengetahuan.

75
76

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Ibnu Sina

Gresik pada bulan Mei 2018. Penelitian ini bertujuan unutk melihat keefektivan

media edukasi Video dalam meningkatkan pengetahan responden. Penelitian ini

menggunakan kuesioner sebagai alat bantu.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan

responden dari sebelum dan sesudah mendapatkan edukasi menggunakan video.

Begitu juga yang terjadi pada kategori soal antibiotik, aturan pakai dan penyimpanan,

resistensi antibiotik juga menunjukkan meningkatnya pengetahuan. Dari hasil

tabulasi silang menunjukkan pasien dengan pengetahuan cukup memiliki jumlah dan

persentase terbanyak dengan pengetahuam cukup.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Publik.

Yogyakarta: Rineka Cipta

Azwar S, (2002), Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar Cetakan III

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bloom, Benjamin S.(1956). Taxonomy of Educational Objectives. London:

Longmans, Green and Co Ltd.

Centers for Disease Control and Prevention Office of Infectious Disease.

Antibiotic Resistance Threats in the United States. (2013). Available

online: http://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013

Departemen Kesehatan, R. I. (2007). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Depkes RI.

Heru S., (2016), Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, dan Modal

Sosial, Yogyakarta: Nuha Medika.

Indonesia, Menteri Kesehatan Republik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotik 2011. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Indonesia, Menteri Kesehatan Republik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pengendalian Resistensi

Antimikroba di Rumah Sakit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

77
78

Katzung B. G. (2007). Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw

Hill Companies.

Katzung, B.G., (2012). Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw

Hill Companies.

Kementerian Kesehatan, R. I. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RIDinKes Jateng.

Kholid, A., 2015, Promosi Kesehatan, Jakarta: Rajawali Press.

Lestari, E. S., & Severin, J. (2009). Antimicrobial Resistance in Indonesia:

Prevalence, determinants and genetic basis.

Moody J, Cosgrove SE, Olmsted R, Septimus E, Aureden K, Oriola S, et al,

(2012), Antimicrobial stewardship: A collaborative partnership between

infection preventionist and health care epidemiologists. Am J Infect

Control.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmojo, S, (2010),Promosi Kesehatan : Teori Dan Aplikasi, Jakarta, Rineka

Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo, (2012). Metodelogi Penlitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73, (2016), Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, Indonesia.


79

Siswandono, (2016), Kimia Medisinal 2, Edisi ke 2, Airlangga University Press,

Surabaya.

Siswanto, dkk,(2016), Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Pasien Diabetes

Mellitus Rawat Inap Rumah Sakit Islam Samarinda Sebelum dan

Sesudah Konseling Gizi dengan Menggunakan Media Audiovisual,

Universitas Mulawarman, Samarinda.

Sugiyarto, (2015), Dasar-dasar Statistik Farmasi, Yogyakarta: Binafsi Publisher.

Sugiyono, (2010), Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Swarjana, I Ketut, 2015, Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Yokyakarta:

Andi Offset

Tortora, G. J., Funke, B. R., & Case, C. L. (2010). Microbiology, An Introduction.

United State: Pearson Benjamin Cummings.

Utami, ER. (2011), Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Fakultas

Sains dan Tekhnologi UIN Maliki. Malang

Wowiling, Chalvy. Lily Ranti Goenawi, Gayatri Citraningtyas, (2013), Pengaruh

Penyuluhan Penggunaan Antibiotika Terhadap Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Di Kota Manado, Manado, Unsrat.

World Health Organization. (2014). Antimicrobial resistance: 2014 global report

on surveillance. World Health Organization.


LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Penelitian di RSUD Ibnu Sina Gresik

80
81

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Etik


82

Lampiran 3 : Soal Sebelum di Validasi

No Pertanyaan Kunci jawaban Pustaka


1 Antibiotik adalah obat untuk mengatasi penyakit yang Benar Sumardjo, Danim. 2009. Pengantar kimia(Buku panduan kuliah
disebabkan oleh infeksi bakteri mahasiswa kedokteran dan program strata S1 Fakultas Bioeksakta).
Jakarta. Buku Kedokteran EGC. hal 423
2 Penyakit flu/pilek perlu minum antibiotik Salah  Andre, Malin et all. 2010. A survey of public knowledge and
awareness related to antibiotic use and resistance in swedan.
Jurnal of antimicrobial chemotherapy
 Centers for Disease Control and Prevention, 2013, Antibiotic
resistance threats in the United States, 2013, United States. 34
3 Antibiotik menghambat pertumbuhan bakteri Benar Carter, Rebbeca R, sun, jiayang dan jump, robin L P, 2016, A Survey
and Analysis of the American Public’s Perceptions and Knowledge
About Antibiotic Resistance.4
4 Antibiotik dibeli tanpa resep dokter. Salah Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011,
Pesan Hari Kesehatan Sedunia 2011: Gunakan Antibiotika Secara
Rasional, infoPOM edisi Maret-April, 12 (2) : 9-11
5 Antibiotik tidak harus dipilihkan oleh dokter. Salah Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011,
Pesan Hari Kesehatan Sedunia 2011: Gunakan Antibiotika Secara
Rasional, infoPOM edisi Maret-April, 12 (2) : 9-11
6 Saya dapat menggunakan antibiotik dari pemberian Salah World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance multi country
teman atau keluarga yang memiliki penyakit sama public awareness survey, World Health Organization
7 Antibiotik yang tersisa dapat disimpan dan diminum Salah World Health Organization, 2015, Antibiotic resistance multi country
kembali jika muncul sakit yang sama public awareness survey, World Health Organization
8 Minum antibiotik harus secara teratur dan sesuai Benar Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi “berjalan” berupa
petunjuk dokter buku saku terhadap pengetahuan dan kepatuhan tentang
penggunaan antibiotik secara rasional pada pengunjung apotek di
surabaya: Sebuah RCT. Surabaya
83

No Pertanyaan Kunci Pustaka Letak


jawaban Media
9 Tidak boleh lupa untuk minum antibiotik Benar Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi Scene
setiap harinya sampai habis. “berjalan” berupa buku saku terhadap pengetahuan 2
dan kepatuhan tentang penggunaan antibiotik secara
rasional pada pengunjung apotek di surabaya:
Sebuah RCT. Surabaya
10 Tidak perlu minum antibiotik jika badan Salah Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi
sudah merasa sembuh “berjalan” berupa buku saku terhadap pengetahuan
dan kepatuhan tentang penggunaan antibiotik secara
rasional pada pengunjung apotek di surabaya:
Sebuah RCT. Surabaya
11 Antibiotik dapat diminum setengah dari Salah Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi
dosis yang diresepkan. “berjalan” berupa buku saku terhadap pengetahuan
dan kepatuhan tentang penggunaan antibiotik secara
rasional pada pengunjung apotek di surabaya:
Sebuah RCT. Surabaya
12 Jika kondisi sudah membaik, takaran Benar Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi
antibiotik yang diminum harus tetap sama “berjalan” berupa buku saku terhadap pengetahuan
sehingga seluruh tablet antibiotik habis dan kepatuhan tentang penggunaan antibiotik secara
rasional pada pengunjung apotek di surabaya:
Sebuah RCT. Surabaya
13 Minum obat antibiotik yang tidak sesuai Benar  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011,
anjuran dokter, membuat penyakit Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi
84

sembuhnya tidak tuntas Antibiotik


 Negara, Ketut Surya. 2014. Analisis implementasi
kebijakan penggunaan antibiotik rasional untuk
mencegah resistensi antibiotik di RSUP Sanglah
Denpasar: studi kasus infeksi

No Pertanyaan Kunci jawaban Pustaka Letak Media


14 Penggunaan antibiotik secara teratur dan sesuai Benar  World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance multi Scene 2
petunjuk dokterdapat menghemat biaya country public awareness survey, World Health
Organization
 Negara, Ketut Surya. 2014. Analisis implementasi kebijakan
penggunaan antibiotik rasional untuk mencegah resistensi
antibiotik di RSUP Sanglah Denpasar: studi kasus infeksi
methicillin Resistant Staphylococcus Aureus. Bali. Jurnal
Andministrasi Kebijakan Kesehatan
15 Amoxicillin diminum sehari 3 kali setiap 8 jam
Benar Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul Penggunaan
Obat Rasional,Jakarta, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, hal 5
16 Antibiotik akan rusak jika terkena sinar matahari Benar Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011, Modul Penggunaan Obat
Rasional,Jakarta, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
17 Sirup kering antibiotik tidak boleh diminum lebih Benar Priyambodo, Bambang, 2016, lama obat bisa digunakan setelah
dari 7 hari setelah dilarutkan segel terbuka, tribun jogja health 14 Agustus 2016. 13
18 Paracetamol adalah antibiotik Salah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Scene 1
85

Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, hal 24


19 Amoxicillin adalah antibiotik Benar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman
Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, hal 24
20 Amoxicillin dapat dibeli tanpa resep dokter Salah Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011,
Pesan Hari Kesehatan Sedunia 2011: Gunakan Antibiotika
Secara Rasional, infoPOM edisi Maret-April, 12 (2) : 9-11
21 Amoxicillin dapat digunakan untuk membunuh Benar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman
bakteri Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, hal 24

No Pertanyaan Kunci jawaban Pustaka Letak Media


22 Bakteri kebal terhadap antibiotik disebut resistensi Benar  Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi “berjalan” Scene 3
berupa buku saku terhadap pengetahuan dan kepatuhan
tentang penggunaan antibiotik secara rasional pada
pengunjung apotek di surabaya: Sebuah RCT. Surabaya
 Negara, Ketut Surya. 2014. Analisis implementasi kebijakan
penggunaan antibiotik rasional untuk mencegah resistensi
antibiotik di RSUP Sanglah Denpasar: studi kasus infeksi.
vol1.no1
23 Resistensi adalah keadaan antibiotik tidak bisa Benar Kristina, Metta. 2012. Pengaruh metode edukasi “berjalan”
membunuh bakteri. berupa buku saku terhadap pengetahuan dan kepatuhan
tentang penggunaan antibiotik secara rasional pada
pengunjung apotek di surabaya: Sebuah RCT. Surabaya
24 Minum antibiotik tidak teratur menyebabkan Benar World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance multi
bakteri kebal country public awareness survey, World Health Organization
86

25 Menghentikan minum antibiotik secara tiba-tiba Benar Putri, chotimah kusuma, 2017, Evaluasi Tingkat Pengetahuan
dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal Masyarakat TentangPenggunaan Antibiotik Di Kabupaten
Klaten, Universitas Muhammadiyah Surakarta
26 Terinfeksi bakteri kebal antibiotik hanya terjadi Salah World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance multi
pada orang yang menggunakan antibiotik saja country public awareness survey, World Health Organization
27 Bakteri dapat kebal terhadap antibiotik Benar Mulyani, sri, 2013, Kimia Dan Bioteknologi Dalam Resistensi
Antibiotik, Surakarta, Universitas Negeri Surakarta
28 Terinfeksi bakteri kebal antibiotik dapat Benar  Menteri 2015 Tentang Program Pengendalian Resistensi
mengakibatkan biaya pengobatan lebih mahal Antimikroba Di Rumah Sakit. Jakarta. Binfar Kesehatan.
2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun
 Negara, Ketut Surya. 2014. Analisis implementasi kebijakan
penggunaan antibiotik rasional untuk mencegah resistensi
antibiotik di RSUP Sanglah Denpasar: studi kasus infeksi
methicillin Resistant Staphylococcus Aureus. Bali. Jurnal
Andministrasi Kebijakan Kesehatan

No Pertanyaan Kunci jawaban Pustaka Letak Media


29 Terinfeksi bakteri kebal antibiotik dapat Benar Tjay, Tan Hoan et all. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Scene 3
menyebabkan kematian Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya) edisi 6. Jakarta. PT
Alex Media Komputindo. hal 43
30 Jika bakteri sudah kebal antibiotik, maka sulit Benar World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance multi
diobati. country public awareness survey, World Health Organization
28
31 Bakteri kebal antibiotik (resisten), dapat menyebar Benar World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance multi
dari orang satu ke orang yang lain country public awareness survey, World Health Organization
87

28
32 Bakteri kebal antibiotik (resisten) dapat menular di
Benar Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian Kementrian
rumah sakit
Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul Penggunaan
Obat Rasional, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
33 Pada saat flu penularan dapat melalui udara Benar Anwar, Athena., Dharmayanti, Ika, 2014, Pneumonia pada
Anak Balita di Indonesia, Kesmas, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014
34 Menggunakan masker ketika menderita batuk, Benar James, Joyce. 2008. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan.
pilek& flu Jakarta. Erlangga. hal 117-118
35 Menggunakan cairan antiseptik (hand rub) atau Benar  James, Joyce. 2008. Prinsip-prinsip sains untuk
sabun untuk cuci tangandapat mencegah penularan keperawatan. Jakarta. Erlangga. hal 117-118
infeksi  World Health Organization, 2015,Antibiotic resistance
multi country public awareness survey, World Health
Organization 31
 Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017, Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, Jakarta
 James, Joyce. 2008. Prinsip-prinsip sains untuk
keperawatan. Jakarta. Erlangga. hal 117-118
 Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat data dan informasi
perilaku mencuci tangan pakai sabun di Indonesia
88

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas Soal


89

LAMPIRAN 5 : Hasil Uji Reliabilitas Soal


90

LAMPIRAN 6: Informed Consent

LEMBAR PERMOHONAN PERSETUJUAN

Saya yang bernama Dwi Hari Nugroho (NRP : 1130427) mahasiswa

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i

untuk menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul:

“EFEKTIVITAS PEMBERIAN EDUKASI MEDIA Video TERHADAP

PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT

JALAN DI RSUD IBNU SINA GRESIK”

Dalam penelitian ini, saya akan menjelaskan isi video animasi mengenai

antibiotik dan memberikan alat ukur berupa soal. Keikutsertaan responden dalam

penelitian ini adalah sukarela dan tanpa paksaan. Besar harapan saya bahwa

Bapak/Ibu/Saudara/I berkenan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui manfaat media edukasi video animasi terhadap

peningkatan pengetahuan pasien mengenai antibiotik. Dalam partisipasi anda

selama penelitian, saya membutuhkan kesediaan anda untuk melihat, mendengar

dan memperhatikan penjelasan dari isi video animasi, mengisi soal serta

menjawab soal. Segala informasi yang dicantumkan akan dijaga kerahasiaannya

hanya untuk kepentingan penelitian. Apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti,

maka saudara dapat menghubungi saya Dwi Hari Nugroho pada nomor

handphone 085648098860 atau email dwihari10@gmail.com.


91

Terimakasih atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i untuk

mendukung penelitian ini, sehingga dapat terlaksana dengan baik.

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Nama :………………………………………………………………………

Dengan ini saya menyatakan telah membaca, atau dibacakan kepada saya apa

yang tertera diatas ini, dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan membicarakan penelitian ini dengan peneliti. Dengan

membubuhkan tanda tangan saya dibawah ini, saya menegaskan keikutsertaan

saya secara sukarela dalam proyek penelitian ini.

Gresik,…………………….. 2018

Peneliti Responden

Dwi Hari Nugroho …………………………….


92

Lampiran 7 : Form Demografi Responden

EFEKTIVITAS MEDIA EDUKASI Video TERHADAP PENGETAHUAN


MENGENAI ANTIBIOTIK PADA KELUARGA PASIEN
DI RSUD IBNU SINA GRESIK

No. :
Tanggal :

Data Responden
Nama responden : .................................................................................
Alamat :...................................................................................
No. Telp/HP : ..................................................................................
Umur : ........ tahun
Jenis kelamin : [ ] Pria [ ] Wanita
Pendidikan terakhir : [ ] SD [ ] SMP [ ] SMA
[ ] Perguruan Tinggi, jurusan :...............................
Pekerjaan :......................................................................................
Pendapatan dalam sebulan :
[ ] ≥ Rp 10.000.000 [ ] Rp 1.000.000-Rp 3.000.000
[ ] Rp 5.000.000-Rp 10.000.000 [ ] ≤ Rp 1.000.000
[ ] Rp 3.000.000-Rp 5.000.000
Apakah sedang/pernah menggunakan antibiotik
(Amoxicillin,Kloramfenikol,Siprofloksasin, dll): [ ] Ya [ ] Tidak
93

Lampiran 8 : Soal Pre/Post-test Sesudah Validasi

Petunjuk: Berilah tanda [ √ ] untuk jawaban yang menurut


anda benar sesuai pernyataan di bawah ini.

No Soal Benar Salah


1. Penyakit flu/pilek perlu minum antibiotik
2. Antibiotik dibeli tanpa resep dokter
3. Saya dapat menggunakan antibiotik dari
pemberian teman atau keluarga yang memiliki
penyakit sama
4. Amoxicillin dapat digunakan untuk membunuh
bakteri
5. Antibiotik yang tersisa dapat disimpan dan
diminum kembali jika muncul sakit yang sama
6. Tidak boleh lupa untuk minum antibiotik setiap
harinya sampai habis

7. Tidak perlu minum antibiotik jika badan sudah


merasa sembuh
8. Penggunaan antibiotik secara teratur dan sesuai
petunjuk dokter dapat menghemat biaya
9. Antibiotik akan rusak jika terkena sinar
matahari
10. Bakteri dapat kebal terhadap antibiotik
11. Minum antibiotik tidak teratur menyebabkan
bakteri kebal
12. Terinfeksi bakteri kebal antibiotik dapat
mengakibatkan biaya pengobatan lebih mahal
13. Terinfeksi bakteri kebal antibiotik dapat
menyebabkan kematian
14. Jika bakteri sudah kebal antibiotik, maka sulit
diobati
94

Lampiran 9: Hasil Validasi 14 soal

Correlations

so10 so11 so12 so13 so14 total

*
so1 Pearson Correlation ,017 -,005 ,029 ,113 ,140 ,236

Sig. (2-tailed) ,871 ,964 ,789 ,288 ,188 ,025

N 90 90 90 90 90 90

* **
so2 Pearson Correlation -,048 ,257 ,059 ,096 ,112 ,538

Sig. (2-tailed) ,653 ,014 ,583 ,367 ,294 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so3 Pearson Correlation ,286** ,225* ,273** ,211* ,226* ,626**

Sig. (2-tailed) ,006 ,033 ,009 ,046 ,032 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so4 Pearson Correlation ,172 ,117 ,255* ,189 ,017 ,308**

Sig. (2-tailed) ,104 ,274 ,015 ,074 ,874 ,003

N 90 90 90 90 90 90

so5 Pearson Correlation ,148 ,122 ,044 ,355** ,421** ,680**

Sig. (2-tailed) ,164 ,254 ,678 ,001 ,000 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so6 Pearson Correlation ,122 ,136 ,347** ,221* -,017 ,340**

Sig. (2-tailed) ,253 ,200 ,001 ,036 ,872 ,001

N 90 90 90 90 90 90

so7 Pearson Correlation ,106 ,016 ,155 ,168 ,055 ,498**


95

Sig. (2-tailed) ,322 ,884 ,145 ,114 ,608 ,000

N 90 90 90 90 90 90

* **
so8 Pearson Correlation ,172 ,019 ,255 ,189 ,017 ,308

Sig. (2-tailed) ,104 ,856 ,015 ,074 ,874 ,003

N 90 90 90 90 90 90

so9 Pearson Correlation ,096 ,051 ,059 ,270* ,380** ,473**

Sig. (2-tailed) ,368 ,630 ,583 ,010 ,000 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so10 Pearson Correlation 1 ,126 ,525** ,223* ,136 ,419**

Sig. (2-tailed) ,237 ,000 ,035 ,201 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so11 Pearson Correlation ,126 1 ,172 ,018 ,076 ,378**

Sig. (2-tailed) ,237 ,105 ,868 ,477 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so12 Pearson Correlation ,525** ,172 1 ,155 -,001 ,430**

Sig. (2-tailed) ,000 ,105 ,145 ,990 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so13 Pearson Correlation ,223* ,018 ,155 1 ,717** ,595**

Sig. (2-tailed) ,035 ,868 ,145 ,000 ,000

N 90 90 90 90 90 90

so14 Pearson Correlation ,136 ,076 -,001 ,717** 1 ,534**

Sig. (2-tailed) ,201 ,477 ,990 ,000 ,000

N 90 90 90 90 90 90
96

** ** ** ** **
total Pearson Correlation ,419 ,378 ,430 ,595 ,534 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 90 90 90 90 90 90

Lampiran 10: Hasil Reliabilitas 14 soal


97

Lampiran 11: Script Video

Script video edukasi antibiotik


“Mengenal Antibiotik Dan Resistensi Antibiotik”

Alur Teks Narasi Gambar Musik


Opening Menampilkan logo
Fakultas Farmasi Universitas ubaya & logo dikti
Surabaya menampilkan edukasi
dengan tema mengenal antibiotik
dan resistensi antibiotik

Illustrasi kuman,
Bakteri, Virus dan Jamur dapat HP, alat tulis,bantal
berada dimana saja, seperti pada
bantal, alat tulis bahkan telpon
genggam

Illustrasi Bakteri
Bakteri, Virus dan Jamur dapat mnyerang masuk
Scene 1
menyerang tubuh manusia tubuh manusia,
(Pendahulua
sehingga menyebabkan berbagai manusia sakit
n)
macam penyakit infeksi

Illustrasi obat-
Jika terinfeksi oleh bakteri, hal ini obatan antibiotik
dapat diatasi dengan
menggunakan antibiotik.

Illustrasi Antibiotik
Antibiotik adalah obat untuk
versi karakter
mengatasi penyakit yang
perang melawan
disebabkan oleh bakteri.
kuman
Scene 2 Antibiotik tidak dapat digunakan Illustrasi Orang
(Definisi dan untuk mengatasi penyakit yang Batuk
cara disebabkan oleh virus, contohnya
memperoleh batuk dan flu
Antibiotik) Illustrasi
Terdapat berbagai macam Amoksisilin,
antibiotik, beberapa contohnya Ciprofloxacin,
adalah Amoksisilin, ciprofloxacin, cefadroxcil,
sefadroksil, streptomisin erythromycin &
Tetrasiklin
98

Antibiotik hanya dapat diperoleh Gambar dokter dan


dengan resep dokter resep, apoteker
Alur Teks Narasi Gambar Musik
Scene 2 Illustrasi Resep
(Definisi dan Jangan pernah menerima dokter dan tangan
cara antibiotik dari pemberian orang menerima obat dari
memperoleh lain atau tanpa menggunakan orang lain di Silang
Antibiotik) resep dokter

llustrasi obat dan


Gunakan antibiotik sesuai dengan
Label Etiket obat
resep yang dianjurkan oleh dokter
 Illustrasi Si
Orang minum
antibiotik
 Illustrasi Obat
Antibiotik yang masih dalam
Botol/Ziplock
masa konsumsi harus disimpan
 Illustrasi Obat
dengan baik dan benar.
disimpan di
seperti :
lemari/Ruangan
Kemasan harus tertutup rapat
tertutup
Simpan di tempat yang kering
Jauhkan dari sinar matahari  Illustrasi Obat yg
Sirup kering antibioik tidak boleh tertutup dari
digunakan lebih dari 7 hari Sinar Matahari
Scene 3  Illustrasi Obat
(Aturan didalam lemari
pakai & pendingin
Penyimpanan
antibiotik) Illustrasi wadah
antibiotik yang
telah dibuka
Antibiotik harus diminum sampai
(Hanya diminum 1-
habis
2) + Gelas yang
sudah diminum Si
Orang
Menghentikan penggunaan
antibiotik di tengah jalan dapat
menyebabkan bakteri pengifeksi
llustrasi Si Orang
yang belum mati menjadi
Merasa Sehat
resisten/kebal terhadap
penggunaan antibiotik dimasa
mendatang
Gunakanlah antibiotik secara baik Teks baik dan
dan benar, agar tidak benar
99

menimbulkan resistensi antibiotik

Alur Teks Narasi Gambar Musik


Ilustrati antibiotik
menyerang kuman,
Resistensi antibiotik adalah
tapi kuman punya
kondisi dimana antibiotik tidak
tameng sehingga
dapat membunuh bakteri yang
antibiotiknya gak
menyerang tubuh manusia
mampu bunuh
kumanya
Beberapa faktor yang dapat Illustrasi tulisan
menyebabkan resistensi antara dengan tambahan
lain : Penggunaan antibiotik yang bubbletext
tidak teratur
Menghentikan penggunaan
Scene 6 antibiotik secara tiba-tiba
(Resistensi Penggunaan antibiotik yang tidak
Antibiotik) sesuai dengan pentunjuk dan
rekomendasi dokter
resistensi antibiotik dapat Illustrasi Orang
menyebabkan: terbaring lemas
1. Penyakit yang lebih kuat dikasur
dan sulit diobati Illustrasi Uang
2. Biaya pengobatan semakin Illustrasi
mahal Tengkorak
3. Hingga kematian
Resistance Antibiotik dapat Illustrasi Variasi
menyerang siapa aja, mulai dari orang, Kakek2,
tua, muda, ataupun negara tempat anak2, dan ibu2.
tinggalnya mulai di lingkungan IDEAL: Trus
sekitar, termasuk rumah sakit keliatan sakit
OLEH KARENA ITU… Illustrasi Mencuci
Kita harus menjaga kebersihan tangan
agar terhindar dari infeksi dengan Illustrasi wajah Si
cara : Orang
1. Mencuci tangan sebelum menggunakan
Scene 8 dan setelah melakukan masker
pencegahan berbagai macam aktifitas
resistensi 2. Berikut 6 langkah
mencuci tangan menurut
who
3. Selain itu kita dapat
memakai masker saat
batuk, dan flu
100

Alur Teks Narasi Gambar Musik


INGAT! Jangan pernah menerima Illustrasi resep
antibiotik tanpa menggunakan dokter dan tangan
resep dokter dan jangan menerima menerima obat dari
antibiotik dari pemberian orang orang asing di
lain Silang
Scene 8
Yuk mari gunakan antibiotik
pencegahan
dengan baik dan benar agar dapat
resistensi
mencegah terjadinya resistensi
antibiotik dan membuat kita lebih
sehat!
Karena antibiotik adalah aset
berharga untuk anak cucu kita
Scene Penutup :
1. Terimakasih
2. Wajah Vector Simpel
Silvya Eka Y. L & Dwi
Hari N
pembimbing :
Scene 9 Dr. Rika Yulia, S.Si., Sp.FRS.,
penutup Apt.
Fauna Herawati, S.Si., M.Farm-
Klin., Apt
Dr. dr. Aslichah Mkes
Animator :
Farhan & Faw
101

Lampiran 12: Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Lampiran 13 : Uji Wilcoxon


102

Lampiran 14 : Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Pengetahuan


103

Lampiran 15: Tabulasi Silang Usia dan Pengetahuan


104

Lampiran 16 : Tabulasi Silang Pekerjaan dan Pengetahuan


105

Lampiran 17: Tabulasi Silang Pendidikan dan Pengetahuan


106

Lampiran 18: Dokumentasi Penelitian


RIWAYAT HIDUP

Dwi Hari Nugroho, lahir di kota Surabaya, Jawa Timur pada


tanggal 10 Mei 1995, anak kedua dari tiga bersaudara,
pasangan Bapak Margono (Alm) dan Ibu Lis Pangestutik.
Pendidikan Taman Kanak-kanak ditempuh pada tahun 1999 di
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 32 Dharmahusada, Pendidikan
dasar ditempuh pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Hidayatul
Ummah dan Sekolah Dasar Al-Irsyad Surabaya pada tahun
2004, Pendidikan menengah pada tahun 2007 di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 8 Surabaya, dan Sekolah Menengah
Atas Muhammadiyah 2 Surabaya pada tahun 2010. Untuk memperoleh gelar Farmasi,
penulis melanjutkan studinya di Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya,
angkatan 2013. Semasa mahasiswa penulis pernah aktif dalam organisasi KMM Bola
Basket Farmasi, KMM Bola Voli Farmasi, KMM Batminton Farmasi dan KMM Futsal
Farmasi. Setelah menyeleseikan Studi S-1 Farmasi, penulis berniat untuk melanjutkan
studinya ke program profesi Apoteker di Universitas Surabaya, Surabaya.

107

Anda mungkin juga menyukai