Anda di halaman 1dari 74

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS ORAL

PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS


TUNTUNGAN PERIODE TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH :
YOHANA VERONIKA TURNIP
210205443

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS ORAL
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
TUNTUNGAN PERIODE TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Farmasi Di Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH :
YOHANA VERONIKA TURNIP
210205443

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS ORAL


PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
TUNTUNGAN PERIODE TAHUN 2022

OLEH:
YOHANA VERONIKA TURNIP
210205443

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan


Universitas Sari Mutiara Indonesia:
Pada Tanggal, 2023

Dosen Pembimbing Penguji I

apt. Raissa Fitri, S.Farm., M.Farm Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep
NIDN. 0114029501 NIDN. 0101018607

Penguji II

apt. Monica Suryani, S.Farm., M.Farm


NIDN. 0124089602

Diketahui :
Kaprodi S1 Farmasi Dekan Farmasi & Ilmu Kesehatan

apt. Cut Masyithah Thaib, M.Si Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM., Ph.D
NIDN. 0101018106 NIDN. 011610710
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yohana Veronika Turnip

Nomor Induk Mahasiswa : 210205443

Program Studi : S-1 Farmasi Ekstensi

Judul Skripsi : Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Oral Pada

Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Tuntungan Periode

Tahun 2022

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya

sendiri dan bukan plagiat. Apabila dikemudian hari diketahui skripsi saya tersebut

terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia sanksi apapun oleh

Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas

Sari Mutiara Indonesia, saya tidak menuntut pihak manapun atas perbuatan saya

tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan keadaan sehat.

Medan, Oktober 2023


Yang membuat pernyataan

Yohana Veronika Turnip


NIM 210205443

ii
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1 Nama : Yohana Veronika Turnip

2 Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 19 Februari 1997

3 Agama : Katolik

4 Nama Ayah : Alfonsus Saorman Turnip

5 Nama Ibu : Risda Br. Sinaga

6 Anak Ke : 2 (dua)

7 Alamat : Jl. Pertiwi No. 41 Bantan, Medan Tembung

8 HP : 0813-9847-6121

9 E-mail : turnipyohana199@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1 Tahun 2003 – 2009 : SD Parulian 2 Medan

2 Tahun 2009 – 2012 : SMP Katolik Tri Sakti II Medan

3 Tahun 2012 – 2015 : SMA NEGERI 11 Medan

4 Tahun 2015 – 2018 : Diploma III Poltekkes Kemenkes Medan

5 Tahun 2021 – 2023 : Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

KATA PENGANTAR

iii
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena

anugerah-Nya yang melimpah, penulis telah diberikan kesehatan, kekuatan dan

kesabaran sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pola

Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Oral Pada Pasien Rawat Jalan Di

Puskesmas Tuntungan Periode Tahun 2022” sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Pendidikan Sarjana Farmasi. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari

beberapa pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Parlindungan Purba, S.H, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara

Medan.

2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

3. Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi

dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

4. apt. Cut Masyithah Thaib, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Farmasi Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

5. apt. Raissa Fitri, M.Farm selaku pembimbing penulis yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta saran hingga selesainya penulisan skripsi ini.

6. Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep, selaku Penguji I yang telah membantu

dan meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan saran kepada peneliti

dalam menyusun dan menyempurnakan Skripsi ini.

7. apt. Monica Suryani, S.Farm., M.Farm selaku penguji II yang telah

iv
membantu dan meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan saran

kepada peneliti dalam menyusun dan menyempurnakan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas

Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah

memberikan ilmu, petunjuk dan nasihat kepada penulis selama mengikuti

masa pendidikan.

9. Dokter Bob Ithon Vider W Dabukke selaku Kepala Puskesmas Tuntungan

yang telah membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama

penyusunan skripsi berlangsung.

10. Seluruh pegawai Puskesmas Tuntungan yang telah membantu dan

memberikan bimbingan kepada penulis selama penulis selama penyusunan

skripsi berlangsung.

11. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta Alm. Bapak Alfonsus Saorman

Turnip dan Ibu Risda Sinaga yang telah memberikan semangat dan dorongan

material selama penulis menuntut ilmu dan menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman angkatan 2021 Program Ekstensi Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

13. Sahabat saya Khetrine Ginting, Giovanni, Eka, dan Zaskia yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk

v
ini penulis mengharap saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata terima kasih atas segala bantuan serta

bimbingan yang telah diberikan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2023


Penulis

Yohana Veronika Turnip

vi
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS ORAL
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TUNTUNGAN
PERIODE TAHUN 2022

ABSTRAK

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) dan apabila tidak ditangani dengan baik
dan tepat dapat menimbulkan terjadinya kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui gambaran pola penggunaan
Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Tuntungan dan mengetahui pola
penggunaan Obat Anti Tuberkulosis sesuai dengan pedoman Obat Anti
Tuberkolosis.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode
survei secara retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
Desember 2022 dan dilakukan di Puskesmas Tuntungan. Jumlah sampel sebanyak
75 lembar resep. Teknik sampling adalah pengambilan sampel pada setiap resep
dilakukan secara simple random sampling. Variabel penelitian ini adalah jenis
kelamin, usia, kategori pengobatan, tipe pasien, lama pengobatan, jenis obat,
ketepatan kesesuaian dosis. Dari 75 lembar resep yang mengandung Obat Anti
Tuberkulosis diperoleh sebanyak laki - laki 45 lembar (60%), berdasarkan usia
yang paing banyak terjadi pada usia 20-59 tahun sebanyak 59 lembar (78,6%).
Ditinjau dari kategori pengobatan diperoleh kategori 1 69 lembar (92%). Ditinjau
dari riwayat pengobatan tipe pasien kasus baru sebanyak 69 lembar (92%).
Berdasarkan lama pengobatan pasien yang terbanyak adalah pasien yang
menjalani pengobatan selama tepat 6 bulan sebanyak 36 lembar (48%).
Penggunaan OAT adalah jenis KDT sebanyak 75 lembar (100%).
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Peresepan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) telah sesuai dengan Perhimpunan Dokter Paru di Indonesia
(PDPI) 2021 dan Semakin banyak jumlah penderita TB Paru yang dinyatakan
sembuh dan mengikuti pengobatan lengkap maka semakin besar pula jumlah
penderita yang patuh dalam mengikuti pengobatan secara lengkap.

Kata Kunci : Tuberkulosis, OAT, KDT, Mycobacterium tuberculosis

vii
PATTERN OF ORAL ANTITUBERCULOSIS MEDICATION
USE IN OUTPATIENT PATIENTS AT THE TUNTUNGAN
HEALTH CENTER FOR IN 2022

ABSTRACT

Tuberculosis is a direct infectious disease caused by Mycobacterium


tuberculosis (MTB) which is fatal if not treated properly.
The purpose of this study is to describe the anti-tuberculosis medication
utilization patterns at the Tuntungan Health Center and to identify the patterns of
medication utilization in relation to anti-tuberculosis medication guidelines.
This descriptive study uses a retrospective survey approach which was
carried out at the Tuntungan Health Center from January to December of 2022.
The 75 prescription pages that were collected as samples. Simple random
sampling is used as the sampling strategy for each prescription. The 75
prescription pages that were collected as samples. Simple random sampling is
used as the sampling strategy for each prescription. The study's aspects included
gender, age, therapy category, patient classification, length of treatment,
medication type, and precision of the recommended dose. Among the 75
prescription sheets containing anti-tuberculosis medications, 45 (60%) were
written for men, with 59 (78.6%) of the sheets written for people in the 20- to 59-
year-old age range. Based on the treatment category, category 1 received 69
sheets (92%). There were 69 new patients (92%) with no prior treatment history.
The majority of patients (48%) were those who had therapy for exactly six months
and as many as 36 sheets. OAT was a form of KDT that was utilized on up to 75
sheets (100%) in total.
The findings of this study indicate that the prescription of anti-tuberculosis
drugs (OAT) is in sync with the Association of Pulmonary Doctors in Indonesia
(PDPI) 2021. Furthermore, the greater the number of patients who adhere to the
whole course of treatment, the greater the number of pulmonary tuberculosis
patients who are who have been confirmed cured an.

Keywords : Tuberculosis, OAT, KDT, Mycobacterium tuberculosis.

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN...................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
ABSTRAK........................................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Hipotesis..................................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................3
1.6 Kerangka Pikir Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6
2.1 Tuberkulosis.............................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis.....................................................................................6
2.1.2 Penyebab Tuberkulosis.......................................................................................6
2.1.3 Tanda dan Gejala Tuberkulosis..........................................................................6
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis.....................................................................................7
2.1.5 Cara Penularan Tuberkulosis............................................................................11
2.1.6 Resiko Penularan Tuberkulosis........................................................................11
2.1.7 Diagnosis Tuberkulosis.....................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Dahak Mikroskopik....................................................................12
2.1.9 Pemeriksaan Foto Thoraks................................................................................13
2.2 Pengobatan Tuberkulosis Paru...........................................................................14
2.2.1 Tahap Awal :.....................................................................................................14
2.2.2 Tahap Lanjutan.................................................................................................15
2.3 Jenis Obat Anti Tuberkolosis (OAT)..................................................................15
2.4 Multi Drug Resistant Tuberkulosis (MDR TB).................................................19
2.4.1 Tahap Pengobatan MDR-TB (Multidrug Resentence Tuberculosis)...............20
2.5 Terapi Pengobatan Anti Tuberkulosis...............................................................21
2.6 Hasil Pengobatan Menurut Departemen Kesehatan RI.....................................24
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................26
3.1 Jenis Penelitian......................................................................................................26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................26
3.3 Populasi Penelitian.................................................................................................26
3.4 Sampel Penelitian.................................................................................................26
3.5 Jenis dan Sumber Pengumpulan Data.................................................................27
3.5.1 Jenis Data..........................................................................................................27
3.5.2 Cara Pengumpulan Data..................................................................................28
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..............................................................................28
3.6.1 Kriteria Inklusi..................................................................................................28
3.6.2 Kriteria Eksklusi...............................................................................................28

ix
3.7 Tahapan Penelitian...............................................................................................29
3.8 Diagram Alir Penelitian.......................................................................................29
3.9 Definisi Operasional.............................................................................................30
3.10 Analisa Data..........................................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................32
4.1 Hasil Penelitian......................................................................................................32
4.1.1 Data Karakteristik Pasien.................................................................................32
4.1.2 Data Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis........................................................35
4.1.3 Data Kesesuaian Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis....................................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................38
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................38
5.2 Saran.......................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian........................................................... . 5
Gambar 2.1 Foto Thoraks dengan TB............................................................. 14
Gambar 2.2 Foto Thoraks Normal................................................................... 14

xi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)....................................................... 19


Tabel 2.2 Pengelompokkan OAT Lini Kedua............................................... 20
Tabel 2.3 Klasifikasi Efek Samping MDR-TB.............................................. 21
Tabel 2.4 Dosis OAT KDT Kategori I........................................................... 22
Tabel 2.5 Dosis OAT KDT Kategori II......................................................... 23
Tabel 2.6 Dosis untuk panduan OAT sisipan................................................ 23
Tabel 2.7 Dosis OAT untuk pengobatan TB menggunakan KDT................. 24
Tabel 3.1 Definisi operasional....................................................................... 30
Tabel 4.1 Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas
Tuntungan...................................................................................... 32
Tabel 4.2 Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan distribusi umur di
Puskesmas Tuntungan.................................................................... 33
Tabel 4.3 Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan kategori pengobatan di
Puskesmas Tuntungan.................................................................... 33
Tabel 4.4 Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan tipe pasien di Puskesmas
Tuntungan...................................................................................... 34
Tabel 4.5 Penggunaan berdasarkan lama pengobatan di Puskesmas Tuntungan. . 35
Tabel 4.6 Jenis Obat Anti Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuntungan....... 36
Tabel 4.7 Kesesuaian dosis yang diberikan pada pasien TB Paru di
Puskesmas Tuntungan
.......................................................................................................

.......................................................................................................
36

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Surat Memperoleh Data Penelitian.............................................. 42


Lampiran 2. Kartu Pengobatan Pasien ............................................................. 43
Lampiran 3. Data Pasien di Puskesmas Tuntungan............................................ 44
Lampiran 4. Dosis Obat Pasien di Puskesmas Tuntungan.................................. 48
Lampiran 5. Obat - obatan TB di Puskesmas Tuntungan................................... 53
Lampiran 6. Obat Tuberkulosis MDR............................................................... 54
Lampiran 7. Lembar Konsul.............................................................................. 55
Lampiran 8. Bukti Pembayaran Biaya Proposal dan Sidang.............................. 57
Lampiran 9. Kode Etik...................................................................................... 58

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2021

tentang penyakit Tuberkulosis sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000

kasus dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus Tuberkulosis. Dan

Indonesia berada pada posisi kedua (ke-2) dengan jumlah penderita TBC

terbanyak di dunia setelah India. Kasus Tuberkulosis di Indonesia diperkirakan

sebanyak 969.000 kasus Tuberkulosis. Angka ini naik 17% dari tahun 2020,

yaitu sebanyak 824.000 kasus. Insidensi kasus di Indonesia adalah 354 per

100.000 penduduk, yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354

orang di antaranya yang menderita tuberkulosis.

Tuberkulosis merupakan satu dari banyak penyakit yang menular dan

mematikan serta masih menjadi perhatian masyarakat global (WHO, 2014).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang (Bacillus) ditularkan melalui

perantara ludah / dahak yang mengandung basil tuberkulosis yang menyebar di

udara Ketika penderita tuberkulosis paru batuk (Makhfudli, 2016).

Gejala utama dari tuberkulosis adalah batuk selama 2 minggu atau lebih,

batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak

nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan. Penyakit

tuberkulosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TB

batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang

1
lain saat bernapas. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. (PMK No.74

2016).

Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila

pengobatan tahap intensif ini diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Pada tahap lanjutan pasien

mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dibidang

farmakologi, saat ini telah dibuat tablet kombinasi Obat Anti Tuberkulosis yang

dikenal dengan Obat Anti Tuberkulosis “fixed-dose combination” atau disingkat

dengan Obat Anti Tuberkulosis FDC (sering disebut FDC). Dengan adanya FDC

ini diharapkan kepatuhan pasien tuberkulosis dalam minum Obat Anti

Tuberkulosis dapat ditingkatkan sehingga akan meningkatkan kesembuhan

pasien. (Putu, 2007).

Berdasarkan banyaknya kasus Tuberkolosis di Indonesia dan merupakan

penyakit paling banyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas Tuntungan, maka

untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus Tuberkolosis mendorong penulis

melakukan penelitian Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Oral Pada

Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Tuntungan Periode Tahun 2022.

2
1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas

Tuntungan ?

2. Apakah pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Tuntungan

sesuai dengan pedoman penggunaan Obat Anti Tuberkulosis menurut

Perhimpunan Dokter Paru di Indonesia (PDPI) 2021?

1.3 Hipotesis

1. Pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Tuntungan.

2. Pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Tuntungan sudah

sesuai dengan pedoman Obat Anti Tuberkulosis menurut Perhimpunan

Dokter Paru di Indonesia (PDPI) 2021.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di

Puskesmas Tuntungan.

2. Mengetahui pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis sesuai dengan

pedoman Obat Anti Tuberkolosis.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

menambah pengalaman bagi penulis, dan dapat menjadi rujukan serta

acuan bagi peneliti selanjutnya dalam permasalahan yang serupa ataupun

penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini, serta

3
menghasilkan informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang kefarmasian.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta

pengetahuan dan dapat menambah wawasan masyarakat terhadap

penggunaan obat antibiotik.

3. Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas.

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi tim medis (perawat,

dokter, farmasis, dan sebagainya) dalam Upaya meningkatkan pelayanan

Kesehatan dan untuk mengetahui pula angka kegagalan atau drop out

(DO) penderita tuberkulosis dalam melaksanakan pengobatan.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pola penggunaan obat Anti Tuberkulosis

dengan resep dokter di Puskesmas Tuntungan Medan. Dalam hal ini yang

merupakan parameter adalah jenis kelamin, usia pasien, kombinasi Obat Anti

Tuberkulosis dan yang sebagai variabel pengamatan adalah Pola Penggunaan

Obat Anti Tuberkulosis.

Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir peneliti ini

ditunjukkan pada Gambar 1.1

4
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Pola penggunaan Kartu Pengobatan


obat anti Anti tuberkulosis Jenis Kelamin
tuberkulosis Usia Pasien
dengan resep Kategori Pengobatan
dokter Tipe Pasien
Lama Pengobatan
Jenis Obat
Ketepatan Dosis

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

2.1.1 Pengertian Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) dan apabila tidak ditangani dengan baik

dan tepat dapat menimbulkan terjadinya kematian. Penyakit tuberkulosis sampai

saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Indonesia adalah negara urutan

ketiga dengan jumlah pasien TB terbanyak di dunia setelah India dan China.

Beberapa gejala yang dapat muncul pada pasien tuberkulosis antara lain adalah

batuk berdahak lebih dari 2 - 3 minggu, berkeringat dingin pada malam hari,

penurunan berat badan dan nafsu makan (Fortuna dkk, 2022).

2.1.2 Penyebab Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan Mycobacterium

tuberculosis. Morfologi dan struktur bakteri Mycobacterium tuberculosis yaitu

berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung. Bakteri ini berukuran lebar 0,3- 0,6

µm, panjang 1-4 µm M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri lapisan lemak cukup

tinggi (60%). Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid),

peptidoglikan, arabinogalaktan dan arabinomannan. Struktur dinding sel yang

kompleks tersebut menyebabkan M. tuberculosis bersifat tahan asam (Anonim, 2002b).

2.1.3 Tanda dan Gejala Tuberkulosis

Tanda dan gejala pada tahapan awal tuberkulosis yaitu infeksi primer.

Tuberkulosis bisa bersifat asimtomatik dengan tanda dan gejala sebagai berikut :

1. Suhu badan meningkat

6
2. Nyeri pada persendian

3. Malaise

4. Badan lemas

5. Sesak nafas

6. Batuk darah

7. Penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan terlihat kelelahan

Infeksi primer terjadi lebih kurang selama 12 minggu, setelah itu tubuh

akan mengeluarkan kekebalan spesifik terhadap basil tuberculosis, selanjutnya

kelenjar limfe mengalami pembesaran sebagai penyebab penyebaran limfogen.

Setelah itu tubuh akan mengalami tanda dan gejala sebagai berikut :

1. Batuk disertai peningkatan frekuensi napas

2. Terjadinya ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit

3. Bunyi napas ronki kasar dan hilang

4. Demam persisten

2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis

Klasifikasi tuberkulosis (Kementrian RI, 2014) dibedakan menjadi :

1. Lokasi anatomi dari penyakit.

1) Tuberkulosis paru;

Tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk

pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC paru dibagi dalam :

a) Tuberkolosis Paru BTA (+)

Kriteria hasil tuberkolosis paru BTA adalah sekurang-kurangnya 2

pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1

7
spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada

menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif.

b) Tuberkolosis Paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto

rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif. TBC Paru

BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan

paru yang luas

2) Tuberkulosis ekstra paru :

Penyakit tuberkulosis ini menyerang organ lain selain paru misalnya

pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang

persendiaan, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan

sebagainya yang dapat diketahui dengan hasil pemeriksaan rontgen pada

organ yang bersangkutan. TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :

a. TBC ekstra paru ringan

Misalnya : TBC Kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,

tulang ( kecuali tulang belakang ), sendi dan kelenjar adrenal.

b. TBC ekstra paru berat

Misalnya : meningitis, millier, pericarditis, peritonitis, pleuritis

eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran

kencing dan alat kelamin.

8
2. Riwayat pengobatan sebelumnya

1) Pasien baru TB

Pasien tuberkulosis yang belum pernah menggunakan atau menjalani

pengobatan tuberkulosis, atau klien yang menggunakan obat anti

tuberkulosis (OAT) kurang dari 28 hari.

2) Pasien yang pernah diobati TB

Pasien tuberkulosis yang pernah menggunakan Obat Anti Tuberkulosis

lebih dari 28 hari.

3) Pasien yang Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat. Pengelompokan pasien berdasarkan

hasil uji dari Mycobacerium tuberculosis terhadapat Obat Anti Tuberkulosis

dapat berupa :

1) Mono Resistant (TB MR)

Resisten terhadap salah satu jenis Obat Anti Tuberkulosis lini pertama

saja.

2) Poli Resistant (TB PR)

Resisten terhadap lebih dari satu jenis Obat Anti Tuberkulosis lini

pertama selain Isonazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.

3) Multi Drug Resistant (TB MDR)

Resisten terhadap isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.

4) Extensive Drug Resistant (TB EDR)

Tuberkulosis MDR, yang sekaligus resisten terhadap salah satu Obat

Anti Tuberkulosis golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu Obat

Anti Tuberkulosis lini kedua jenis suntikan (kanamisin, kapreomisin,

9
amikasin).

5) Rifampisin Resistan (TB RR)

Resisten terhadap rifampisin dengan atau tanpa resisten terhadap Obat

Anti Tuberkulosis yang lain.

4. Klasifikasi berdasarkan status HIV : Orang-orang yang terinfeksi HIV 18

kali lipat lebih mungkin mengalami Tuberkulosis aktif. Risiko Tuberkulosis

aktif juga lebih tinggi pada orang-orang yang menderita kondisi-kondisi lain

yang mengganggu sistem kekebalan (World Health Organization, 2020).

1) Kasus Tuberkulosis dengan HIV positif

Kasus Tuberkulosis konfirmasi bakteriologis atau klinis yang memiliki

hasil positif untuk tes infeksi HIV yang dilakukan pada saat ditegakkan

diagnosis Tuberkulosis atau memiliki bukti dokumentasi bahwa pasien

telah terdaftar di register HIV atau obat antiretroviral (ARV) atau

praterapi ARV.

2) Kasus Tuberkulosis dengan HIV negatif

Kasus Tuberkulosis konfirmasi bakteriologis atau klinis yang memiliki

hasil negatif untuk tes HIV yang dilakukan pada saat ditegakkan

diagnosis Tuberkulosis. Bila pasien ini diketahui HIV positif di

kemudian hari harus disesuaikan klasifkasinya.

3) Kasus Tuberkulosis dengan status HIV tidak diketahui

Kasus Tuberkulosis konfrmasi bakteriologis atau klinis yang tidak

memiliki hasil tes HIV dan tidak memiliki bukti dokumentasi telah

terdaftar dalam register HIV. Bila pasien ini diketahui HIV positif

dikemudian hari harus disesuaikan klasifkasinya. Menentukan dan

10
menuliskan status HIV adalah penting untuk mengambil keputusan

pengobatan, pemantauan dan menilai kinerja program. Dalam kartu

berobat dan register Tuberkulosis, WHO mencantumkan tanggal

pemeriksaan HIV, dimulainya terapi proflaksis kotrimoksazol,

dimulainya terapi antiretroviral (Kemenkes RI, 2014).

2.1.5 Cara Penularan Tuberkulosis

Selain melalui tranmisi udara, Mycobacterium tuberculosis juga dapat

menular jika terjadi kontak langsung dengan luka penderita tuberkulosis paru.

Percikan dahak pada klien dengan BTA positif yang mengandung Mycobacterium

tuberculosis merupakan sumber penularan dari tuberkulosis. (Kemenkes RI, 2014).

Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh bantuan udara. Individu terinfeksi

melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa, maupun bernyanyi melepaskan droplet

nuclet ke udara dan dihirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare, 2001).

2.1.6 Resiko Penularan Tuberkulosis

Menurut Smeltzer & Bare (2001), individu yang berisiko tinggi tertular

tuberkulosis adalah :

1. Individu yang dekat maupun kontak langsung dengan klien tuberculosis paru

yang aktif

2. Individu immunosupresif;

3. Pengguna alkohol maupun pengguna obat HIV;

4. Individu dengan perawatan Kesehatan yang mencukupi saat usia 15-44 tahun

5. Individu dengan gangguan medis lainnya;

6. Imigran dari negara angka terjadinya tuberkulosis yang tinggi;

7. Individu yang beraktivitas dan bermukim di institusi

8. Individu yang hidup di lingkungan kumuh;

11
9. Petugas Kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

2.1.7 Diagnosis Tuberkulosis

World Health Organization (WHO) dan the International Union Againts

Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) merekomendasikan diagnosis dan

klasifikasi kasus Tuberkulosis, serta penilaian respons terapi melalui beberapa

pemeriksaan sputum.

2.1.8 Pemeriksaan Dahak Mikroskopik

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak

yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan) :

2. Dahak ditampung pada saat terduga pasien Tuberkulosis datang berkunjung

pertama kali ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pada saat pulang, terduga pasien

membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

3. Pagi (keesokan harinya) :

4. Dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.

5. Sewaktu/spot : Dahak ditampung di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada hari

kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

6. Sedangkan cara pemeriksaan dahak salah satunya dapat dilakukan dengan

cara pemeriksaan mikroskopik yang terbagi menjadi 2, yaitu :

12
7. Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen

8. Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk

screening).

9. Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD

(International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) yang

direkomendasikan oleh WHO. Skala IUATLD dijabarkan sebagai berikut :

10. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

11. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman

yang ditemukan.

12. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)

13. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)

14. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Seorang dinyatakan sebagai penderita paru menular bila kuman ini

kelihatan dibawah mikroskopis dalam jumlah paling sedikit sekitar 5000 batang

dalam 1 ml dahak. Dalam pemeriksaan ini dahak yang baik adalah dahak

mukopurulen berwarna hijau kekuningan dan jumlahnya harus 3 5 ml tiap

pengambilan. Untuk hasil yang baik spesimen dahak sebaiknya sudah dapat

dikumpulkan dalam 2 hari sewaktu pagi hari (Hiswani, 2011).

2.1.9 Pemeriksaan Foto Thoraks

Ada sebagian besar Tuberkulosis paru, diagnosis terutama ditegakkan

dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto

thoraks. Namun pada kondisi tertentu foto thoraks perlu diperlukan sesuai dengan

indikasi sebagai berikut :

a) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

13
b) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan

setelah pemberian antibiotika non Obat Anti Tuberkulosis

Gambar 2.1 Foto Thoraks dengan TB

Gambar 2.2 Foto Thoraks Normal

Foto thoraks diperlukan untuk mendukung diagnosis. Agar lebih mudah

memahami adanya infeksi bakteri tuberkulosis pada foto thoraks dapat dilihat

pada gambar 2.1 dan gambar 2.2

2.2 Pengobatan Tuberkulosis Paru

Pengobatan Tuberkulosis harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan

tahap lanjutan dengan maksud :

14
2.2.1 Tahap Awal :

Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini

adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada

dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang

mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan.

Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya

penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama

2.2.2 Tahap Lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang

masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat

sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan

2.3 Jenis Obat Anti Tuberkolosis (OAT)

Obat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi

menimbulkan resistensi dengan cepat bila di gunakan sebagai obat tunggal. Oleh

karena itu, terapi selalu di lakukan dengan kombinasi dari 2-4 macam obat, untuk

kuman tuberkulosis yang sensitif. Obat anti tuberkulosi yang termasuk obat-obat

primer adalah:

1) Isoniazid

Isoniazid merupakan derivat asam isonikotinat yang berkhasiat untuk obat

tuberkulosis yang paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis (dalam fase

istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Obat ini

masih tetap merupakan obat kemoterapi. terpenting terhadap berbagai tipe

tuberkulosis dan selalu dalam bentuk kombinasi dengan rifampisin dan

15
pirazinamid (Tjay dan Rahardja, 2007).

Indikasi dari isoniazid adalah tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat

lain, sedangkan kontraindikasinya adalah penyakit hati yang aktif hipersensitifitas

terhadap isoniazid. Efek samping dari isoniazid adalah mual, muntah, neuritis

perifer, neuritis optic, kejang, demam, purpura, hiperglikemia, dan ginekomastia.

Dosis isoniazid yang diberikan umumnya per oral, tapi dapat diberikan secara

intramuscular atau intravena. Dewasa dan anak-anak: 5mg/kg (4-6mg/kg) per

hari, maksimum 300mg/hari;10mg/kg tiga kali seminggu atau 15mg/kg dua kali

seminggu. Pada terapi pencegahan buat orang-orang yang ada kontak dengan

penderita atau yang berada di daerah endemik penyakit tuberkulosis maka

diberikan dosis 300mg/hari selama 6 bulan atau lebih, untuk anak : 5mg/kg/hari

(maksimum 300mg/kg/hari) selama 6 bulan atau lebih (Nela Taptriana,2011).

Isoniazid terjadi resistensi apabila menurunnya daya penitrasi obat atau

kamampuan penyerapan obat oleh mikroorganisme. Isoniazid berinteraksi dengan

anestetik yaitu hepatotoksik mungkin di potensi oleh isofluran. Aluminium

hidroksida yaitu gel yang dapat menurunkan absobsi isoniazid dan mungkin dapat

meningkatkan kadar plasma theofilin (Wattimena dkk, 1999).

2) Rifampisin

Rifampisin menghambat mekanisme kerja RNA-polimerase yang tergantung

pada DNA dari mikrobakteri dan beberapa mikroorganisme. Penggunaan pada

konsentrasi tinggi untuk menginsibisi enzim bakteri dapat pula sekaligus

menghinsibisi sintesis RNA dalam mitokondria mamalia (Wattimena dkk, 1999).

Indikasi dari rifampisin adalah tuberkulosis dan lepra sedangkan kontraindikasinya

tidak boleh digunakan pada keadaan sirosis, insufisiensi hati, pecandu alkohol dan

16
pada kehamilan muda. Efek samping pada rifampisin adalah gangguan saluran cerna,

terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi, udem, kelemahan otot, gangguan

menstruasi, warna kemerahan pada urin (Anonim, 2002).

Dosis rifampisin yang diberikan umumnya pada oral 450-600mg sekaligus

pagi sebelum makan. Rifampisin resistensi terhadap M. fortuitum Secara in vitro

mikroorganisme termasuk mikro bakteri dapat menjadi resisten terhadap obat ini.

Rifampisin berinteraksi dengan antiepileptik yaitu metabolisme fenitoin

dipercepat. Klarittomisin dan penghambat protease: rifampisin menginduksi

enzim. Antikoagulansia yaitu obat ini dipercepat metabolismenya (nikumakon

dan warfarin). Kontrasepsi oral yaitu rifampisin mempercepat katabolisme obat.

3) Pirazinamid

Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati infeksi

bakteri tuberkolosis dan bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.

Pirazinamid ini bekerja sebagai bakterisida (pada suasana asam ph 5-6) atau

bakteriostatis, tergantung pada PH dan kadarnya di dalam darah. Pirazinamid dengan

spektrum kerjanya sangat sempit dan hanya meliputi M. tuberculosis, berdasarkan

pengubahanya menjadi asam pirazinat oleh enzim pyrazinamidase yang berasal dari

basil TBC. Begitu PH dalam makrograf diturunkan, maka kuman yang berada di

sarang infeksi yang menjadi asam akan mati (Tjay dan Rahardja, 2007). Indikasi dari

pirazinamid adalah tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain sedangkan

kontraindikasi gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, diabetes. Dosis

pirazinamid diberikan dua atau tiga bulan pertama yaitu 25mg/kg/hari

(20-30mg/kg/hari), 35mg/kg (30- 40mg/kg/hari), 35mg/kg (30-40mg/kg) 3 x

seminggu, 50mg/kg(40- 60mg/kg) dua kali seminggu (Anonim, 2000).

17
Efek samping dari pirazinamid adalah hepatotoksisitas, temasuk demam

anoreksia, hepatomegali, ikterus, gagal hati, mual, muntah, artlagia, anemia,

urtikaria. Pirazinamid resistensi terhadap M. tuberculosis terhadap obat ini dapat

cepat timbul selama pemberian, oleh sebab itu sebaiknya pemakaiannya dalam

kombinasi. Pirazinamid berinteraksi dengan antagonis efek probenesid dan

sulfinpirazan (Wattimena dkk, 1999).

4) Etambutol

Ethambutol adalah obat antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan

bakteri tuberkolosis didalam tubuh. Indikasi dari ethambutol adalah tuberkolosis

dalam kombinasi dengan obat lain. Derivat etilendiamin berkhasiat spesifik

terhadap M. tuberculosis dan M. atipis’ tetapi pada dosis terapi kurang efektif

dibanding obat-obat primer. Dengan mekanisme kerjanya adalah penghambatan

sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan

terbentuknya mycolic acid pada dinding sel (Tjay dan Rahardja, 2007). Indikasi

dari etambutanol adalah tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain,

sedangkan kontraindikasinya anak di bawah 6 tahun, neuritis optic, gangguan

visual. Efek samping dari etambutanol adalah neuritis optik, buta warna

merah/hijau, neuritis primer (Anonim, 2002).Dosis yang diberikan untuk

etambutol adalah oral sehari pakai 20 g - 25mg/kg/hari selalu dalam kombinasi

dengan INH, intravena 1 dd 15mg/kg dalam 2 jam (Anonim, 2000).

Resistensi etambutol timbul apabila digunakan secara tunggal tidak

dengan kombinasi dengan antibiotik lain. Etambutol dapat berinteraksi dengan

sulfinpirazon di mana efek urikosurik dari sufinpirazon dapat tidak timbul karena

pengaruh etambutol (Wattimena dkk, 1999).

18
5. Streptomisin

Streptomisin adalah antibiotik yang dihasilkan oleh jamur tanah disebut

Streptomyces griseus yang dapat digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi

seperti tuberkolosis untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Saat ini sudah

jarang digunakan kecuali untuk kasus resistensi, kadar obatnya dalam plasma

harus diukur terutama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Aminoglikosida ini bersifat bakterosida dan tidak diserap melalui saluran cerna

sehingga harus diberikan secara parentral. Toksisitasnya merupakan keberatan

besar karena dapat merusak saraf otak yang melalui organ keseimbangan dan

pendengaran (Tjay dan Raharja, 2007).

Tabel 2.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


No. Golongan Jenis Obat
1. Golongan 1 Obat lini pertama (Isoniazid, Rifampisin,
Etambutol, Pirazinamid, dan Streptomisin)

2 Golongan 2 Obat lini kedua (Kanamisinm Amikasin, dan


Kapreomisin)
3 Golongan 3 Obat golongan Flurokuinolon (Levofloksasin,
Moksifloksasin, dan Ofloksasin)
4 Golongan 4 Obat bakteriostatik lini kedua yaitu terdiri dari
Etionamid, Protionamid, Sikloserin, Terizidon, dan
Para amino salisilat.
5 Golongan 5 Obat yang efikasinya belum terbukti dan tidak
direkomendasikan oleh WHO. Yang termasuk
dalam golongan obat ini adalah Clofazimin,
Linezolid, Amoksisilin/Asam klavulanat,
Clarithromicin, dan Imipenem
(Sumber : kementrian Kesehatan RI, 2014)

2.4 Multi Drug Resistant Tuberkulosis (MDR TB)

MDR-TB adalah bentuk Tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri yang

tidak menanggapi isoniazid dan rifampisin, obat yang paling kuat untuk

Tuberkulosis lini pertama. Pengobatan pada kasus MDR-TB mengunakan obat

lini kedua. Akan tetapi, penggunaan obat ini terbatas serta perawatan pengobatan

19
memerlukan waktu yang lama hingga 2 tahun lamanya disertai dengan biaya obat

yang mahal dan beracun (World Health Organization, 2018).

2.4.1 Tahap Pengobatan MDR-TB (Multidrug Resentence Tuberculosis)

1. Tahap Awal

Pemberikan obat injeksi (suntikan) yaitu kanamisin atau kapreomisin yang

diberikan 5 kali (Senin-Jumat) dengan jumlah suktikan minimal 160 dosis

dan obat oral diberikan 7 kali seminggu (Senin-Minggu) dengan jumlah

yang diberikan dan ditelan minimal 224 dosis selama 6 bulan atau 4 bulan

(setelah konversi biakan).

2. Tahap Lanjutan

Obat oral diberikan 7 kali dalam seminggu (Senin-Minggu) dengan jumlah

yang diberikan dan ditelan minimal 336 dosis. Pemberian obat injeksi

(suntikan) sudah tidak diberikan pada tahap ini. (Permenkes RI, 2016).

Tabel 2.2 Pengelompokan OAT Lini Kedua


Grup Golongan Jenis Obat
1. Levofloksasin (Lfx)
A Fluorokuinolon 2. Moksifloksasin (Mfx)
3. Gatifloksasin (Gfx)
1. Kanamisin (Km)
OAT suntik lini kedua 2. Amikasin (Am)
B
3. Kepreomisin (Cm)
4. Streptomisin (S)
1. Etionamid (Eto)/Protionamid
(Pto)
OAT oral lini kedua
C 2. Sikloserin (Cs)/Terizidon (Trd)
3. Clofazimin (Cfz)
4. Linezolid (Lzd)
1. Pirazinamid (Z)
D1 OAT lini pertama 2. Etambutol (E)
3. Isoniazid (H) dosis tinggi
1. Bedaquiline (Bdq)
D2 OAT baru 2. Delamanid (Dlm)
3. Pretonamid (PA-824)

20
D 1. Asam para aminosalisilat (PAS)
2. Imipenem silastatin (Ipm)
D3 OAT tambahan 3. Meroponem (Mpm)
4. Amoksilin clavulanat (Amx- Clv)
5. Thioasetazon (T)
Sumber : Depkes, 2018

Tabel 2.3 Klasifikasi Efek Samping MDR-TB


No. Obat Anti Efek Samping Efek Samping Berat
Tuberkulosis Ringan-Sedang
(OAT)
1. Ethambutol Alergi kulit, mual Kelainan fungsi hati,
muntah. gangguan penglihatan, alergi
toksik menyeluruh dan
Steven Johnson Syndrome
(SJS)
2. Kanamisin Alergi kulit, neuropati Kelainan fungsi ginjal,
perifer, nyeri ditempat gangguan elektrolit (Barrter
suntikan, gangguan Like syndrome), gangguan
elektrolit, vertigo pendengaran, shock
anafilaktif, alergi toksik
menyeluruh dan SJS
3. Pyrazinamid Alergi kulit, mual Kelainan fungsi hati,
muntah, atralgia, perdarahan lambung,
anoreksia alergitoksik menyeluruh SJS
4. Levofloksasin Gangguan tidur, Kelainan fungsi hati,
atralgia, neuropati tendinitis, kejang, alergi
perifer, anoreksia, toksik menyeluruh SJS
mual muntah, depresi
5. Moxifloksasin Gangguan tidur Alergi toksik menyeluruh
dan SJS
6. Sikloserin Neuropati perifer, Gangguan psikotik (Suicidal
nyeri kepala, depresi, tendency), kejang, alergi
perubahan perilaku toksik menyeluruh dan SJS
7. Para Amino Alergi kulit, mual Kelainan fungsi hati,
Salisilat muntah, diare, perdarahan lambung,
gastritis alergitoksik, dan SJS
8. Capreomisin Alergi kulit, nyeri Kelianan fungsi ginjal,
ditempat suntikan, gangguan elektrolit, alergi
vertigo, gangguan toksik, SJS
elektrolit
9. Etionamide Neuropati perifer, Kelainan fungsi hati,
mual muntah, depresi, perdarahan lambung, SJS,
gastritis, nyeri kepala Hypotiroid.
Sumber : permenkes RI, 2020

21
2.5 Terapi Pengobatan Anti Tuberkulosis

Pedoman pengobatan atau medicine guideline dari tuberkulosis untuk

pengobatan tuberkulosis (Chatu, 2010 : 158) :

1. Tahap I : Rifampicin + isoniazid + pyrazinamide selama 2 bulan

2. Tahap II : Rifampicin + isoniazid selama 4 bulan

3. Berikan Pyridoxine (vitamin B6) sepanjang pengobatan dengan isoniazid bisa

mengakibatkan defisiensi vitamin B6.

Terapi OAT lini pertama :

a. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

1) Pasien baru TB paru BTA positif

2) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

3) Pasien TB ektra paru

Tabel 2.4 : Dosis untuk panduan OAT KDT untuk Kategori I


Berat Badan Tiap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap Hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16
RHZE (150/75/400/275) minggu 3 RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
(kementrian Kesehatan RI, 2014)

b. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Panduan ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati

sebelumnya :

1) Pasien kambuh

2) Pasien gagal

3) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

22
Tabel 2.5 : Dosis untuk panduan OAT KDT untuk Kategori II
Berat Tahap intensif Tahap lanjutan
Badan Tiap hari RHZE 3 kali seminggu RH
(150/75//400/275) + S (150/150) + E (400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30 – 37 kg2 tab 4KDT + 500 2 tab 4 KDT 2 tab 2KDT+ 2 tab
mg Streptomisin Inj Etambutol
38 – 54 kg 3 tab 4 KDT + 750 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab
mg Streptomisin Inj Etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT + 1000 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
mg Streptomisin Inj Etambutol
71 kg 5 tab 4KDT + 1000 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
mg Streptomisin Inj. Etambutol
(Kementrian Kesehatan RI, 2014)

c. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap intensif

kategori I yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel 2.6 : Dosis untuk panduan OAT sisipan


Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tab 4 KDT
38 – 54 kg 3 tab 4 KDT
55 – 70 kg 4 tab 4 KDT
71 kg 5 tab 4 KDT
(Kementrian Kesehatan RI, 2014)

d. Terapi Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap (KDT)

Untuk menunjang kepatuhan berobat, paduan OAT lini pertama telah

dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Satu tablet KDT

RHZE untuk fase intensif berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg,

Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg. Sedangkan untuk fase lanjutan

yaitu KDT RH yang berisi Rifampisin 150 mg + Isoniazid 75 mg diberikan

setiap hari. Jumlah tablet KDT yang diberikan dapat disesuaikan dengan

berat badan pasien. Secara ringkas perhitungan dosis pengobatan TB

menggunakan OAT KDT dapat dilihat pada Tabel 2.5

23
Tabel 2.7 Dosis OAT untuk pengobatan TB menggunakan KDT
Fase intensif setiap hari Fase Lanjutan setiap
Berat Badan (kg) dengan KDT RHZE hari dengan KDT
(150/75/400/275) RH (150/75)
Selama 8 Minggu Selama 16 Minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet
≥ 55 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet
Sumber : PDPI,2021

2.6 Hasil Pengobatan Menurut Departemen Kesehatan RI

1. Sembuh

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan

pengobatannya secara lengkap, dan pemeriksaan ulang dahak (follow up)

paling sedikit dua kali berturut-turut dengan hasil negatif (yaitu pada akhir

pengobatan dan atau sebelum akhir pengobatan, dan pada satu

pemeriksaan follow uup sebelumnya).

2. Pengobatan Lengkap

Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap

tetapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak dua kali berturut-turut

negative. Tindak lanjut penderita diberitahukan apabila gejala muncu

Kembali supaya segera memeriksa diri dengan mengikuti prosedur tetap yang

berlaku.

3. Meninggal

Adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal

karena sebab apapun.

4. Pindah

Adalah penderita yang berobat ke daerah kabupaten / kota lain. Tindak

lanjut penderita yang ingin pindah, surat pindah dan bersama sisa obat

24
dikirim ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang baru. Hasil pengobatan

penderita dikirim Kembali ke UPK asal, dengan formular tuberkulosis

yang ada.

5. Defaulter atau Drop Out

Adalah penderita yang tidak mengambil obat dua bulan berturut-turut atau

lebih sebelum masa pengobatannya selesai. Tindak lanjut petugas adalah

dengan melacak penderita tersebut dan diberikan penyuluhan pentingnya

berobat secara teratur. Apabila penderita akan melanjutkan pengobatan,

dilakukan pemeriksaan dahak. Bila positif mulai pengobatan dengan

kategori dua, bila negative sisa pengobatan kategori satu dilanjutkan.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode

survei secara retrospektif, yaitu analisis dengan metode pengumpulan data

dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi bertujuan untuk memberikan

gambaran mengenai subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian informasi

mengenai data yang diperoleh melalui proses penelitian, dan pengumpulan data

yang diambil dari seluruh populasi atau sebagian populasi (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2022. Tempat penelitian

dilakukan di Puskesmas Tuntungan.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang dapat digunakan untuk

membuat beberapa kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rekam

medis pasien rawat jalan pada penderita Tuberkulosis dewasa (Amirullah, 2015).

3.4 Sampel Penelitian

Teknik sampling dalam penentuan sampel adalah pengambilan sampel

pada setiap resep dilakukan secara “simple random sampling” Teknik simple

random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan adanya strata (Notoatmojo, 2010).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua rekam medis pasien

rawat jalan penderita Tuberkulosis 2022 di Puskesmas Tuntungan. Untuk

menentukan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai

26
berikut :

N
n= 2
1+ N (e)

Keterangan:

n = jumlah sampel
N = jumlah seluruh populasi
E = toleransi eror (10%)

Jumlah populasi yang digunakan adalah 300 data resep yang terdapat Obat

Anti Tuberkulosis sehingga didapatkan sampel sebesar :

N
n= 2
1+(N )(e)

300
n= 2
1+(300)((0 ,1) )

300
n=
1+300 (0 , 01)

300
n=
1+3

300
n=
4

n=75

Berdasarkan perhitungan sampel, jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 75 lembar resep yang mengandung Obat Anti Tuberkulosis pada bulan

Januari sampai Desember 2022 di Puskesmas Tuntungan.

3.5 Jenis dan Sumber Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif. Pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah retrospektif sekunder yaitu

rekam medis bulan Januari – Desember 2022.

27
3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dari berkas catatan medik yang dikumpulkan

dengan Teknik pengumpulan secara purposive sampling yaitu menentukan sampel

berdasarkan kriteria yang diinginkan peneliti yaitu berupa data pasien yang

diambil dari rekam medis yang lengkap dan resep pada pasien rawat jalan di

Puskesmas Tuntungan periode tahun 2022.

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.6.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimaksudkan atau layak untuk

diteliti. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuntungan yang telah menjalani

pengobatan Obat Anti Tuberkulosis.

2. Penderita Tuberkulosis Paru yang berusia minimal 20 tahun dan maksimal 65

tahun.

3. Di dalam resep terdapat Obat Anti Tuberkulosis

4. Penderita dengan gejala klinis sesuai dengan Tuberkulosis (BTA dan / atau

Rontgen positif (+).

3.6.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak dapat dimaksukkan atau tidak

layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Penderita Tuberkulosis Paru dengan komplikasi penyakit lain.

2. Penderita Tuberkulosis Paru yang berusia kurang dari 20 tahun dan atau lebih

dari 65 tahun.

3. Pasien Tuberkulosis mendapatkan kondisi gawat.

28
4. Pasien Tuberkulosis Paru yang meninggal.

3.7 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan resep yang mengandung

obat analgetik di Puskesmas Tuntungan.

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendapat data jumlah kartu pengobatan pasien Tuberkulosis di Puskesmas Tuntungan.

2. Mengelompokkan yang mengandung Obat Anti Tuberkulosis .

3. Memisahkan Obat Anti Tuberkulosis dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin, interval umur, kategori pengobatan, lama pengobatan, kesesuaian

kombinasi pengobatan Obat Anti Tuberkulosis, kesesuaian dosis, dan hasil

pengobatan.

4. Hasil yang didapat berupa jenis kelamin, bentuk, usia pasien, lama

pengobatan, kesesuaian dosis, dan hasil pengobatan disajikan dalam bentuk

tabel.

3.8 Diagram Alir Penelitian

Tahapan penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai

berikut:

Meminta rekomendasi dari dekan


Fakultas Farmasi USM untuk dapat
melakukan penelitian di Puskesmas
Tuntungan.
Surat rekomendasi dari
Fakultas.

Menghubungi pihak Puskesmas


Tuntungan untuk mendapatkan izin
melakukan penelitian, dengan
membawa surat rekomendasi dari

Kriteria Inklusi
Puskesmas Tuntungan Sampling dan Eksklusi
g
29
3.9 Kartu Pengobatan
Definisi Anti Tuberkulosis
Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Definisi operasional.


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Jenis Gender dari Kartu 1. Laki-laki Nominal
kelamin objek Pengobatan 2. Perempuan
penelitian. Pasien
2. Usia Total lamanya Kartu 1. Remaja Ordinal
hidup pasien Pengobatan (11-19 tahun)
yang menerima Pasien 2. Dewasa
resep (20-59 tahun)
mengandung 3. Lansia
obat Anti (60 tahun ke atas)
Tuberkulosis (Kemenkes,2021)
yang dihitung
berdasarkan
tahun sejak
pasien terkena
Tuberkulosis
3. Jenis OAT Obat yang Kartu 1. Sediaan Obat Nominal
dipakai dalam Pengobatan Tunggal
penyembuhan Pasien 2. Obat KDT
Tuberkulosis

4. Kategori Pasien yang Kartu 1. Kategori 1 Ordinal


Pengobatan menerima Pengobatan 2. Kategori 2
pengobatan Pasien
berdasarkan
kategori yang
dialami pasien.
5. Tipe Pasien Data Riwayat Kartu 1. Kasus Baru Nominal
pengobatan Pengobatan 2. Kambuh
yang tertera Pasien
pada rekam
medik
diperoleh data
bahwa
mayoritas
pasien yang

30
masuk untuk
menerima
perawatan TB
adalah pasien
dengan status
kasus baru atau
kambuh
6. Lama Lama nya Kartu 1. Kurang dari 6 Ordinal
pengobatan pasien yang Pengobatan bulan
mendapatkan Pasien 2. Tepat 6 bulan
pengobatal 3. Lebih dari 6
selama bulan
mengkonsumsi
obat KDT.
7. Hasil Untuk Kartu 1. Sesuai Nominal
Pengobatan kesesuaian Pengobatan 2.Tidak sesuai
dosis dan Pasien
indikasi untuk
semua subjek
penelitian
ditemukan
semuanya telah
sesuai dengan
standar
penanggulanga
n TB Nasional.

3.10 Analisa Data

Terhadap hasil pengumpulan dan penyusunan data peresepan Obat Anti

Tuberkulosis / tuberkulostatik oral yang diperoleh, dilakukan analisis deskriptif.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian/ ketepatan peresepan Obat Anti

Tuberkulosis pada penderita rawat jalan dewasa di Puskesmas Tuntungan.

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Analisis data evaluasi penggunaan obat antituberkulosis pada Pasien TB

Paru di Puskesmas Tuntungan sebagai berikut :

4.1.1 Data Karakteristik Pasien

Tabel 4.1 : Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan jenis kelamin di


Puskesmas Tuntungan
No. Karakteristi Variasi Frekuensi Presentase Total
k Kelompok (n) (%)
1. Jenis Kelamin Perempuan 30 40% 75
Laki-laki 45 60% (100%)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk evaluasi penggunaan Obat

Anti Tuberkulosis pada pasien TB di Puskesmas Tuntungan, jumlah sampel yang

dipilih sebanyak 75 lembar resep TB. Berdasarkan karakteristik pasien

Tuberkulosis (TB) di Puskesmas ini didapatkan frekuensi kasus penderita berjenis

kelamin laki – laki lebih tinggi dari penderita berjenis kelamin Perempuan yaitu

sebesar 60%. Angka kasus penderita laki–laki cenderung lebih banyak

dibandingkan dengan Perempuan, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor resiko

yaitu seperti kebiasaan merokok, minuman alkohol, dll sehingga lebih

meningkatkan resiko terjangkit penyakit. Menurut Vtreany Simamora (2010)

melaporkan bahwa prevalensi kasus tuberkulosis paru di negara berkembang

duapertiga pada laki – laki dan sepertiga pada Perempuan.

32
Tabel 4.2 : Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan distribusi umur di
Puskesmas Tuntungan
No Karakteristik Variasi Frekuensi Persentas Total
. Kelompok e (%)
1. Umur 11-19 tahun 12 16% 75
20-59 tahun 59 78,6% (100%)
60 tahun keatas 4 5,3%

Ditinjau dari segi umur, frekuensi kasus terbesar ada pada pasien dengan

usia pertengahan (dewasa) 20-59 tahun yaitu 78,6%, diikuti oleh pasien untuk

usia 11 – 19 tahun sebanyak 16 %, sedangkan pasien untuk umur 60 tahun keatas

hanya 5,3%. Kementrian Kesehatan RI (2014) menyatakan, sekitar 75% pasien

TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (20-59 tahun),

diperkirakan seorang dengan TB dewasa akan kehilangan rata – rata waktu

kerjanya 3 sampai 4 bulan. Sehingga diperkirakan dapat merugikan secara

ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk secara social stigma bahkan

dikucilkan oleh Masyarakat.

Tabel 4.3 : Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan kategori pengobatan di


Puskesmas Tuntungan
No Karakteristik Variasi Frekuensi Persentas Total
. Kelompok (n) e
(%)
1. Kategori Kategori 1 69 92% 75
pengobatan Kategori 2 6 8% (100%)

Ditinjau dari kategori pasien, Sebagian dari jumlah subjek penelitian

adalah pasien yang menerima pengobatan kategori 1 yaitu sebanyak 69 orang

(92%) sedangkan kategori 2 sebanyak 6 orang (8%). Pasien yang tergolong

kategori 1 yaitu pasien – pasien TB paru atau ekstra paru dengan hasil BTA

33
positif / negative. Sedangkan pasien yang tergolong kategori 2 adalah kasus

kambuh (Relaps), putus obat (Default), dan pasien gagal (failure). Untuk kategori

1 pada tahap intensif diberikan tiap hari kombinasi RHZE (Rifampisin, Isoniazid,

Pyrazinamid, Ethambutol) atau 4KDT (kombinasi dosis tetap) selama 56 hari

kemudian dilanjutkan tahap lanjutan diberikan RH (rifampisin, isoniazid) atau

2KDT (kombinasi dosis tetap) sebanyak 3kali seminggu selama 16 minggu atau 4

bulan. Untuk kategori 2 pada tahap intensif diberikan RHZES (rifampisin,

isoniazid, pyrazinamid, Ethambutol, injeksi streptomisin) atau 4KDT (Kombinasi

dosis tetap) + inj. Streptomisin selama 56 hari kemudian dilanjutkan pemberian

RHZE atau 4KDT selama 28 hari. Lanjut ke tahap lanjutan diberikan RHE

(rifampisin, isoniazid, ethambutol) atau 4KDT (kombinasi dosis tetap) + E

(Ethambutol) selama 20 minggu atau 4 bulan.

Tabel 4.4 : Karakteristik pasien TB Paru berdasarkan tipe pasien di Puskesmas


Tuntungan
No Karakteristik Variasi Frekuensi Persentas Total
. Kelompok (n) e (%)
1. Tipe pasien Kasus baru 69 92% 75
Kambuh 6 8% 100%

Ditinjau dari tipe pasien yang diperoleh dari data Riwayat pengobatan

yang tertera pada rekam medik diperoleh data bahwa mayoritas pasien yang

masuk untuk menerima perawatan TB adalah pasien dengan status kasus baru

92%, yaitu pasien yang belum pernah terpapar TB sebelumnya, sedangkan pasien

dengan status kasus kambuh hanya 8%. Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI

(2014) dalam buku pedoman penanggulangan TB Nasional, kasus baru

merupakan pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4minggu) dimana pemeriksaan bakteri

34
tahan asam (BTA) bisa positif atau negative, sedangkan kasus kambuh yaitu

pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB dan telah

dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, dan didiagnosis kembali dengan

BTA positif. Menurut laman dari Global TB Report, 2022 Insidensi kasus TBC di

Indonesia terdapat 354 per 100.000 penduduk artinya setiap 100.000 orang di

Indonesia terdapat 354 orang dintaranya menderita TBC. Faktor yang

memungkinkan seseorang terkontaminasi oleh kuman TB ditentukan oleh

lamanya dia berada pada lokasi terkontaminasi tersebut. Risiko penularan

menurut Annual Risk Of TB Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang

beresiko terinfeksi TB selama satu tahun sebesar 1%, berarti 10/1000 penduduk

atau 1000/100.000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

4.1.2 Data Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis

Tabel 4.5 : Penggunaan berdasarkan lama pengobatan di Puskesmas Tuntungan


No Karakteristik Variasi Frekuensi Persentase Total
. Kelompok (n) (%)
1. Lama < 6 bulan 16 21,3% 75
Pengobatan Tepat 6 bulan 36 48% 100%
>6 bulan 23 30,6%

Ditinjau dari lama pengobatan kedalam 3 varian analisis, yaitu pasien

dengan lama pengobatan kurang dari 6 bulan (< 6 bulan), tepat 6 bulan, dan

pasien yang menerima pengobatan selama lebih dari 6 bulan (>6 bulan).

Penentuan pasien yang di tiap varian, dilakukan dengan melihat data penggunaan

obat yang tercantum dalam pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan pasien. Dari

hasil analisis lama, pengobatan pasien yang terbanyak adalah pasien yang

menjalani pengobatan selama tepat 6 bulan yaitu 48% diikuti pasien lebih dari 6

bulan 30,6% sedang pasien kurang dari 6 bulan sebesar 21,3%. Sehingga

35
disimpulkan bahwa alur pengobatan di puskesmas ini telah sesuai standar TB

Nasional tahun 2014 yaitu pengobatan yang dianjurkan adalah 6 bulan atau lebih.

Pengobatan yang lama ini dibutuhkan karena bakteri Mycobacterium tuberculosis

berbeda dari bakteri lainnya, bakteri ini sulit untuk dimatikan. Sehingga untuk

mengoptimalkan penyembuhan pasien membutuhkan jangka waktu pengobatan

yang Panjang.

Tabel 4.6 : Jenis Obat Anti Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuntungan


No. Jenis Obat Jumlah (n) Persentase (%) Total
1. OAT KDT 75 100% 75
2. Sediaan Obat Tunggal 0 0 100%

Untuk penggunaan jenis OAT yang dipilih di puskesmas ini, diperoleh

data sebanyak 75 pasien (100%) diberikan OAT jenis Kombinasi Dosis Tetap

(KDT) atau Fixed doses combination (FDC), dan tidak ada pasien yang

menggunakan jenis sediaan Tunggal. Penggunaan OAT jenis KDT lebih dipilih

dari pada jenis OAT sediaan Tunggal dikarenakan oleh penggunaan obat KDT

lebih menguntungkan, dosis OAT KDT dapat disesuaikan dengan berat badan

sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping, selain itu

penggunaan OAT KDT dapat mengurangi resiko resistensi obat dan mengurangi

kesalahan penulisan resep, serta jumlah tablet yang dikonsumsi lebih sedikit

sehingga membuat lebih sederhana dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien.

Selain itu, penggunaan OAT dalam bentuk sediaan Tunggal dapat memperbesar

efek samping obat dan mengurangi tingkat kepatuhan pasien meminum obat,

sehingga bisa berakibat pada proses penyembuhan pasien kemudian.

4.1.3 Data Kesesuaian Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis

Tabel 4.7 : Kesesuaian dosis yang diberikan pada pasien TB Paru di Puskesmas
Tuntungan

36
No. Ketepatan Frekuensi Persentase Total
(n) (%)
1. Sesuai 75 100 75
2. Tidak Sesuai 0 0 (100%)

Untuk kesesuaian dosis dan indikasi untuk semua sunjek penelitian (75

pasien) ditemukan semuanya telah sesuai dengan standar penanggulangan TB

Nasional yaitu sebesar 100%. Tidak ditemukan adanya dosis kurang dan dosis

lebih karena semuanya telah sesuai pedoman. Untuk penentuan dosis didasarkan

pada berat badan seorang pasien, sehingga semakin besar berat badan pasien

tersebut maka semakin besar pula dosis OAT yang akan diberikan.

37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Peresepan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) telah sesuai dengan Perhimpunan

Dokter Paru di Indonesia (PDPI) 2021.

a. Penderita TB Paru laki – laki, yakni sebesar 60% lebih besar

dibandingkan dengan penderita TB Paru Perempuan sebesar 40%.

b. Penderita TB Paru rawat jalan dewasa di Puskesmas Tuntungan dengan

usia antara 20-59 tahun adalah 78,6%.

c. Penderita TB Paru rawat jalan dewasa di Puskesmas Tuntungan Kategori

92% lebih besar dibanding kategori 2 yaitu 8%.

b. Penderita TB Paru rawat jalan dewasa di Puskesmas Tuntungan

berdasarkan tipe pasien kasus baru 92% dan tipe pasien kasus kambuh

8%.

c. Penderita TB Paru rawat jalan di Puskesmas Tuntungan berdasarkan

lama pengobatan pasien tepat 6 bulan sebanyak 36 orang (48%), diikuti

pasien dengan lebih dari 6 bulan 23 orang (30,6%) sedangkan pasien

kurang dari 6 bulan sebanyak 16 orang (21,3%).

d. Penderita TB Paru rawat jalan berdasarkan jenis Kombinasi Dosis

38
Tunggal (KDT) sebesar 75 pasien (100%) dan tidak ada pasien yang

menggunaan sediaan obat tunggal.

2. Semakin banyak jumlah penderita TB Paru yang dinyatakan sembuh dan

mengikuti pengobatan lengkap maka semakin besar pula jumlah penderita

yang patuh dalam mengikuti pengobatan secara lengkap. Meskipun demikian

masih adanya penderita TB Paru yang memiliki kesadaran yang kurang akan

pentingnya pemeriksaan laboratorium pada akhir pengobatan (BTA atau

rontgen).

5.2 Saran

Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi terkait

penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien TB – MDR dan disarankan juga

untuk dilakukan pengambilan lokasi observasi di 2 tempat atau lebih sebagai

pembanding sehingga hasil yang didapat lebih variatif.

39
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Penanggulangan Penyakit TB


Paru. https://yki4tbc.org/laporan-kasus-tbc-global-dan-indonesia-2022/

https://dataindonesia.id/ragam/detail/kasus-tbc-di-indonesia-melonjak-6198-pada-
2022

Hiswani (2011). Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi yang menjadi Masalah


Kesehatan Masyarakat 2009 diperoleh 16 November 2015.
http://library.usu.ac.id/download/from:hiswani6.pdf

Irianti, T., Kuswandi., Yasin, M.N., & Kusumaningtyas, A.R . (2016). Mengenal
Antituberkulosis. Mengenal Anti-Tuberkulosis.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Kemenkes RI Nomor


269/Menkes /Per/2008 Tentang Rekam Medis. 2008.

Kemenkes RI. 2009. UUD RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal. Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis : Indonesia Bebas Tuberkulosis.

Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. 2014.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes tentang Kesehatan


Masyarakat RI NO. 75. 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. ‘Pusat Data Dan Informasi


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, InfoDATIN, 1(2442–
7659).

Kemenkes RI .2021. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun


2021- 2025. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Makhfudli. 2016. Pengaruh Modifikasi Model Asuhan Keperawatan Adaptasi Roy


Terhadap Self Efficacy, Respons Penerimaan dan Respon Biologis pada
Pasien Tuberkulosis Paru. Universitas Airlangga.

Nurdantini. 2019. Profil Peresepan Obat Tuberkulosis Di Instalasi Farmasi


Rawat Jalan Poli Paru RSU Haji Medan. Institut Kesehatan Helvetia :
Fakultas Farmasi.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2012. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis


dan Penatalaksanaan di Indonesia. Citra Grafika, Jakarta.

40
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan, 2016. Penanggulangan Tuberkulosis. Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.67 Tahun 2016. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan, 2016. Standar Pelayanan Kefarmasiaan Di


Puskesmas No. 74 Tahun 2016. Jakarta

Rahmani Zaki. 2020. Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Bara-


Barraya Makasar. Universitas Hasanudin : Fakultas Kedokteran.

Sandy Christin. 2008. Studi Peresepan Obat Anti Tuberkulosis Oral pada Pasien
Rawat Jalan di RSUP Persahabatan. Universitas Indonesia : F.MIPA UI.

Simamora Vetreeany. 2011. Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada


Pasien Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof.
DR.R.D. Kandou Manado Periode Januari – Desember 2010. Program
Studi Farmasi FMIPA UNSRAT, Manado.

Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth. 8th edn. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syamsuni H.A. 2006. Ilmu Resep. EGC: Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Taptriana Nela. 2011. Pola Penggunaan Obat Ati Tuberkulosis pada Pasien
Rawat Inap di RSUD Moewardi Surakarta. Universitas Sebelas Maret :
F.MIPA.

Wattimena, G. A, L. W Gunawan, N. Mattjik, A, Syamsudin, E, Wiendi, N. M.


AErmwati. 1999. Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB Bogor.

World Health Organization. 2018. Global Tuberculosis Report 2018, Global


Tuberculosis Report 2018. Geneva. Available at: http://apps.who.int/iris

World Health Organization. (2020). Global Tuberculosis Reports, Global


Tuberculosis Report 2020. Geneva. Available at: www.who.int/tb/data.

41
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Memperoleh Data Untuk Proposal Penelitian

42
Lampiran 2. Kartu Pengobatan Pasien Tuberkulosis

43
Lampiran 3. Data Pasien di Puskesmas Tuntungan

No. Nama Pasien Jenis Umur Kategori Tipe Lama


Kelamin pasien pengobatan
1. Serung br. P 73 1 Baru >6 bulan
Sembiring
2. Musdin Manik L 42 1 Baru 6 bulan

3. Karolina P 42 1 Baru 6 bulan

4. Darmuji L 57 1 Baru >6 bulan

5. Murianita P 53 2 Kambuh >6 bulan


Keliat
6. Nerangken L 65 1 Baru 6 bulan
Ginting
7. Benyamin L 42 1 Baru 6 bulan
Munthe
8. Darmasius L 61 1 Baru >6 bulan
Tarigan
9. Kalal L 53 1 Baru 6 bulan

10. Muhammad L 19 1 Baru <6 bulan


Irsan
11. Seppina Purba P 21 1 Baru <6 bulan

12. Bertha Bakara P 54 1 Baru >6 bulan

13. Maret Br. P 50 1 Baru >6 bulan


Sitepu
14. Denny Kusuma L 18 1 Baru 6 bulan

15. Agustaria Br. P 43 1 Baru 6 bulan


Bangun
16. Manatma P 33 1 Baru <6 bulan
Pelawi
17. Sofian L 12 1 Baru 6 bulan

18. Nabila P 15 1 Baru >6 bulan


Pepayosa
19. Herizal L 27 1 Baru <6 bulan

20. Yugo Budianto L 58 1 Baru >6 bulan

21. Chandra L 29 1 Baru 6 bulan


Sipayung

44
22. Leo Rikardo L 42 1 Baru <6 bulan

23. Emry Br. Purba P 56 1 Baru >6 bulan

24. Suyanto L 55 1 Baru >6 bulan

25. Pirwanta P 23 1 Baru 6 bulan


Tarigan
26. Misiem P 23 1 Baru 6 bulan

27. Tiur Pasaribu P 34 1 Baru 6 bulan

28. Roma Uli P 19 1 Baru 6 bulan


Siagian
29. Kali P 21 1 Baru <6bulan
Rahmayani
30. Mega Warni P 46 2 Kambuh >6bulan

31. Liston Sianipar L 17 1 Baru 6 bulan

32. Pengarepan L 32 1 Baru 6 bulan


Purba
33. Elim Barus L 28 1 Baru 6 bulan

34. Surniati P 38 1 Baru 6 bulan

35. Warsinem P 52 1 Baru >6bulan

36. Nelson L 44 1 Baru >6bulan


Sinulingga
37. Rahmah P 18 1 Baru 6 bulan
Nasution
38. Putri Wahyuni P 16 1 Baru 6 bulan

39. Luter L 44 1 Baru 6 bulan


Sembiring
40. Sopan Ginting L 66 2 Kambuh >6 bulan

41. Rizal Effendi L 37 1 Baru 6 bulan

42. Enswen L 33 1 Baru 6 bulan


Rumapea
43. Ngaturen L 29 1 Baru 6 bulan
Ginting
44. Jihan P 48 1 Baru 6 bulan
Champian
45. Anton Barus L 40 1 Baru >6bulan

46. Rehulina P 37 1 Baru 6 bulan

45
Sembiring
47. Henny P 49 2 Kambuh >6 bulan
Nainggolan
48. Junjungan L 29 1 Baru <6 bulan
Sihombing
49. Donny Ginting L 14 1 Baru <6 bulan

50. Minaria P 31 1 Baru >6 bulan


Ginting
51. Normin L 26 1 Baru <6 bulan

52. Efrata L 44 1 Baru 6 bulan


Muliyanta
53. Mesti Ginting L 44 2 Kambuh >6 bulan

54. Riadi L 31 1 Baru <6 bulan

55. Ahmad Ridwan L 52 1 Baru 6 bulan

56. Ranjini L 53 1 Baru >6 bulan

57. Rudi Sembiring L 23 1 Baru 6 bulan

58. Rahmat L 38 1 Baru 6 bulan


Ketaren
59. Ridwan L 33 1 Baru 6 bulan
Tarigan
60. Robinson L 17 1 Baru <6 bulan
Tarigan
61. Roslely P 22 1 Baru <6 bulan

62. Eko Afriansyah L 25 1 Baru <6 bulan

63. Ruslan L 51 1 Baru >6 bulan


Panjaitan
64. Disko L 46 1 Baru 6 bulan
Sebayang
65. Poniman L 62 1 Baru >6 bulan

66. Kehyla Br. P 16 1 Baru <6 bulan


Tarigan
67. Rohaya P 38 1 Baru 6 bulan

68. Atik Lestari P 41 1 Baru 6 bulan

69. Humardi L 46 1 Baru 6 bulan


Sinaga
70. Umar Dani L 44 1 Baru >6 bulan

46
71. Ramida Ginting P 32 1 Baru 6 bulan

72. Nitip Tarigan P 22 1 Baru <6 bulan

73. Berem Belun L 47 2 Kambuh >6 bulan

74. Nehemia L 16 1 Baru 6 bulan


Tarigan
75. Genema L 29 1 Baru <6 bulan
Sembiring

Lampiran 4. Dosis Obat Pasien di Puskesmas Tuntungan

47
No. Nama Obat Dosis Obat Dosis Lazim Sesuai Tidak
Sesuai

48
1. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4 KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
2. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
3. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
4. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
5. Rifampicin 150 mg, isoniazid 75 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
mg, pyrazinamide 400 mg,
ethambutol 275 mg
6. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
7. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
8. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
9. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
10. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
11. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
12. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
13. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
14. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
15. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
16 Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275

49
17. Rifampicin 150 mg, isoniazid 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
18. Rifampicin 150 mg, isoniazid 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
19. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
20. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
21. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
22. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
23. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
24. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
25. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
26. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
27. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
28. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
29. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
30. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
31. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
32. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275

50
33. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
34. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
35. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
36. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
37. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
38. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
39. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
40. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
41. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
42. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
43. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
44. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
45. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
46. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
47. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
48. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275

51
49. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
50. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
51. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
52. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
53. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
54. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
55. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
56. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
57. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
58. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
59. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
60. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
61. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
62. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
63. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
64. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275

52
65. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
66. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
67. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
68. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
69. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
70. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
71. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
72. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
73. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
74. Rifampicin 150 mg, isoniazid 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275
75. Rifampicin 150 mg, isoniazid 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT √
75mg, Pyrazinamide
400mg,ethambutol 275

Lampiran 5 Obat – obatan Tuberkulosis di Puskesmas Tuntungan

53
KDT Kategori 1 fase awal

KDT Kategori 1 fase lanjutan

Lampiran 6 Obat Tuberkulosis MDR (Multi Drug Resistant)

54
\\

Lampiran 7. Lembar Konsul

55
LEMBAR KONSUL

Nama : Yohana Veronika Turnip

NIM : 210205443

Judul : Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Oral Pada Pasien

Rawat Jalan Di Puskesmas Tuntungan Periode

Tahun 2022.

Pembimbing : Apt. Raissa Fitri, S.Farm.,M.Farm.

No. Hari/Tanggal Materi Saran Pembimbing Bukti Paraf

Pembimbing

1. Kamis, 8 Diskusi Mengenai

Desember 2022 Konsul Judul

Judul

2. Selasa, 13

Desember 2022 Konsul Mengajukan Judul

Judul

3. Sabtu, 17 Konsul ACC Judul :

Desember 2022 Judul Pola penggunaan

obat anti tuberkulosis

oral pada pasien

rawat jalan di

puskesmas tuntungan

periode 2022

56
4. Jumat, 24 Konsul Perbaikan bab 1

Februari 2023 Bab I-III mengenai hipotesis

penelitian dan

membuat kerangka

pikir penelitian

5. Jumat, 24 Konsul Menambahkan data

Maret 2023 Bab I-III TBC terbaru di

Indonesia, dan

membuat

perhitungan sampel

penelitian

6. Jumat, 14 April Konsul Memperbaiki bab 2

2023 Bab I-III mengenai bentuk

tabel, spasi, dan

menambahkan

definisi operasional

7. Senin, 18 April Konsul

2022 Bab I-III Acc proposal

57
Lampiran 8. Bukti Pembayaran Biaya Seminar Proposal dan Sidang

58
Lampiran 9. Kode Etik

59

Anda mungkin juga menyukai