TUGAS AKHIR
Oleh :
M3513005
D3 FARMASI 2013
2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
NIM. M3515005
Penguji I Penguji II
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “IDENTIFIKASI
2015” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
M3513005
iii
IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI ANTIBIOTIK
DENGAN OBAT LAIN PADA TERAPI PNEUMONIA DI RSUD
DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014-2015
M3513005
INTISARI
iv
IDENTIFICATION OF POTENTIAL ANTIBIOTIC INTERACTION
WITH OTHER DRUG IN THERAPY PNEUMONIA IN RSUD DR.
MOEWARDI SURAKARTA YEARS 2014-2015
ABSTRACT
Pneumonia is one of the lower respiratory tract infections, one of which is
caused by bacteria and is the leading cause of death in developing countries.
Antibiotics are the primary therapy in cases of pneumonia due to bacteria. The use
of antibiotics with other drugs allowing an interaction that harmful. The aims of
this study to determine the antibiotics that have the greatest potential drug
interaction and its significance, and determine the phase of potential interactions
with other drugs antibiotics.
This research was non-experimental research whose results were analyzed
descriptively. Data were collected retrospectively by taking data on the patient's
medical record. Samples were obtained by using purposive sampling with
inclusion criteria of patients diagnosed with pneumonia with accompanying
diseases and antibiotic therapy, were treated in inpatient Hospital Dr. Moewardi
Surakarta Year 2014-2015.
The results showed that there were 12 types of drugs those were identified
potentially cause drug interactions in patients with pneumonia and potential drug
interactions based on the literature with the largest percentage is ceftriaxon and
furosemide which had a moderate significance of 51.29%. Potential interactions
with other drugs antibiotics based on the literature occurred in the absorption
phase (12.82%), metabolism (35.9%), and excretion (51.28%).
v
MOTTO
kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa
yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.
(QS. Ath-Thalaq: 2, 3, 4)
“The greatest secret of success is there is no big secret, whoever you are, you will
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan
(A. Hubard)
vi
PERSEMBAHAN
disetiap langkahku.
kalian berikan.
vii
KATA PENGANTAR
Surakarta. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik, dan tak mungkin terwujud tanpa
dukungan, bimbingan, kritik, saran dan doa dari berbagai pihak. Karena itu
2. Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang dan dukungan
3. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
5. Ibu Yeni Farida S.Farm., M.Sc., Apt. selaku pembimbing tugas akhir atas
viii
bimbingan, dukungan, dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan
7. Segenap dosen pengajar dan staf Program Studi D3 Farmasi yang telah banyak
8. Direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan izin dalam penelitian,
serta para staff RSUD Dr. Moewardi yang telah memberi arahan dan bantuan
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
Akhir ini. Maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat
menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat
pada khususnya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI ........................................................................................................ iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
x
C. Keterangan Empirik .................................................................... 17
D. Keterbatasan Penelitian............................................................... 44
A. Kesimpulan ................................................................................. 45
B. Saran ........................................................................................... 45
LAMPIRAN ..................................................................................................... 50
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Terapi Empirik Antibiotika Awal Untuk HAP atau VAP Yang
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
DAFTAR SINGKATAN
IV = Intra Vena
PO = Per Oral
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ke 8 (IVAC, 2010).
4,5% dan prevalensi pneumonia di Jawa Tengah 5%. Pneumonia dapat terjadi
sepanjang tahun pada semua usia. Manifestasi klinik yang berat dapat terjadi
pada usia sangat muda, manula dan pasien dengan kondisi kritis. Dari data
semua umur dari 2,1% (2007) menjadi 2,7% (2013). Berdasarkan kelompok
1
2
kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54
2008). Sifat inhibitor enzim dari beberapa antibiotik makrolida dan kuinolon
kompleks yang tidak larut dan tidak dapat diabsorbsi. Resiko ini dapat
3
atau makanan dapat menimbulkan interaksi obat sehingga memiliki efek yang
tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang dapat terjadi cukup beragam mulai
dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi
uraian diatas efek yang tidak diharapkan dari interaksi akan berpengaruh pada
berdasarkan literatur.
B. Rumusan Masalah
adalah:
b. Pada fase apa potensi interaksi antibiotik dengan obat lain yang terjadi
C. Tujuan Penelitian
lain pada terapi pneumonia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
pneumonia.
interaksi obat dan menjadi masukan untuk pihak rumah sakit dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pneumonia
(Dahlan, 2007).
paru atau alveoli, kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli
b. Klasifikasi Pnemonia
empat, yaitu:
Pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit atau kurang dari 48
jam setelah pasien dirawat di rumah sakit, sedang pada pasien rawat
2002). Gejala yang sering timbul adalah menggigil dan demam tinggi.
5
6
(Djojodibroto, 2009).
mmHg), dan Blood Urea Nitrogen (BUN) >30 mg/dL (Tierney et al.,
2002).
perawatan akut selama dua hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari
antibiotik intravena dalam 30 hari terakhir dari infeksi saat ini, atau
1) Pneumonia Lobaris
beberapa lobus.
disertai indurasi
8
c. Etiologi Pneumonia
1) Bakteri
2) Virus
saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu
3) Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur tidak umum, tetapi hal ini
(Khairudin, 2009).
9
d. Patogenesis Pneumonia
2003) :
1. Inokulasi langsung
infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret
orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan
(PDPI, 2003).
Pneumonia biasanya mulai pada lobus kanan bawah, kanan tengah, atau
yang diaspirasi pada waktu tidur. Reflek batuk yang menjadi gejala klinik
yaitu glottis dan laring yang berfungsi melindungi saluran napas bagian
atas sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada
(PDPI, 2003).
e. Penatalaksanaan
Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan
Berikut dibawah ini adalah tabel terapi empirik untuk HAP dan VAP
Tabel I. Terapi Empirik Antibiotika Awal Untuk HAP atau VAP Yang Belum
Diketahui Tentang Resiko Resistensi Bakteri, Onset Awal, Dan Penyakit Keras
(American Thoracic Society Documents, 2005).
Antibiotik
Petogen Pilihan Antibiotik Dosis, Rute Dosis, Rute
Alternatif
500 mg 4 kali 500 mg 4 kali
Eritromicin
sehari PO sehari PO
Amoxicillin
atau 500mg2 kali
Stapilococcus claritromycin sehari PO
pneumonia 1.2g 4 kali sehari 1-2 g 3 kali
atau cefotaxim
Atau IV sehari IV
bensylpenicillin atau 2 g 1 kali
ceftriaxone sehari IV
500mg 4 kali sehari 250-500mg 4
M. pneumonae Eritromycin Tetracyclin
PO/ IV kali sehari PO
500mg 2 kali sehari
C. Pneumoniae Claritromicyn Fluorokuinolon PO/ IV
PO/ IV
500mg 2 kali sehari
Legionella spp Claritromicyn Fluorokuinolon PO/ IV
PO/ IV
Non ß-lactamase- 625 mg 3 kali
H. influezae producing-co sehari PO ata 1.2 g fluorokuinolon PO/ IV
amoxiclav 3 kali sehari IV
Gram negatif Ceftriaxone 1.5mg 3 kali sehari Fluorokuinolon PO/IV
Cefotaxime atau
Enteric basila cefotaxime 2g 1 kali sehari IV imipenem 500mg qds IV
12
f. Terapi Suportif
2. Interaksi Obat
Interaksi obat ialah reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa
kimia (obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada pemukan tubuh
yang dapat mempengaruhi kerja obat. Dapat terjadi peningkatan kerja obat,
pengurangan kerja obat atau sama sekali tidak menimbulkan efek (Harianto
et al., 2006).
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi
(Piscitelli, 2005).
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat
lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam
obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat
1. Interaksi farmakokinetik
a) Fase absorbsi
Hartshorn, 2009).
2. Interaksi farmakodinamik
hampir sama. Interaki dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau
terjadi pada obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama.
Kerangka Pemikiran
yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Pengobatan utama pneumonia
dengan obat lain. Pada kasus pneumonia dengan penyakit penyerta pasien
interaksi antibiotik dengan obat lain pada terapi pneumonia dengan penyakit
penyerta di RSUD Dr. Moewardi dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan.
Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk
B. Keterangan Empirik
sefalosporin
mengandung kation divalen atau trivalen seperti Ca2+, Mg2+,atau Al3+, dapat
terbentuk adalah kompleks yang tidak larut dan tidak dapat diabsorbsi. Resiko ini
pemberian antasida (Husain et al., 2006). Adapun penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui potensi interaksi antibiotik dengan obat lain pada terapi pasien
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
menjalani rawat inap pada tahun 2014-2015 terdiri dari 498 pasien. Untuk
tahun 2016.
D. Definisi Operasional
19
20
4. Obat lain adalah obat selain antibiotik yang diresepkan oleh dokter untuk
pneumonia diubah atau dipengaruhi oleh obat lain bila diberikan secara
Formularium RSUD Dr. Moewardi, buku pustaka, dan jurnal – jurnal terkait.
Data yang akan diambil diantaranya adalah: penyakit penyerta, tanggal lahir
(umur), jenis kelamin, lama perawatan, data tentang obat yang digunakan
penggunaan obat.
G. Alur Penelitian
a. Pengajuan proposal
c. Penelusuran data
Penelusuran data didapatkan dari data hasil rekam medik pasien rawat
inap di bagian rekam medik RSUD Dr. Moewardi. Data yang diambil
Data yang sudah terkumpul dari hasil penelusuran data, kemudian dari
retrospektif dengan mengambil data rekam medik pasien pneumonia rawat inap
pada tahun 2014-2015 di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Jumlah populasi pasien
pneumonia pada tahun 2014-2015 adalah 498 pasien, dan jumlah yang diperoleh
A. Karakteristik Pasien
Distribusi pasien pneumonia rawat inap pada tahun 2014-2015 di RSUD dr.
Dilihat pada Tabel III. dari 64 pasien terdapat 35 pasien laki-laki (54,69 %)
23
23
24
Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari Sajinadiyas (2010), bahwa
penderita laki-laki dan 17% pada wanita. Oktaviani (2015) juga menjelaskan
bahwa sebanyak 64,9% warga yang masih menghisap rokok adalah berjenis
kelamin laki-laki dan sisanya sebesar 35,1% adalah perempuan. Paparan asap
rokok yang dialami terus menerus pada orang dewasa yang sehat dapat
Distribusi pasien pneumonia rawat inap pada tahun 2014-2015 di RSUD dr.
usia 56-66 tahun, yaitu sebanyak 22 pasien (34,38%). Hal ini disebabkan
karena pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi fisiologi dan penurunan daya
Helmia, 2014).
Dari sampel pasien pneumonia rawat inap pada tahun 2014-2015 di RSUD
dr. Moewardi Surakarta yang diambil untuk penelitian ini, seluruh pasien
Tabel V. Lanjutan...
Dari data pada Tabel V menunjukkan bahwa penyakit penyerta yang paling
jantung yang merugikan seperti gagal jantung kongestif, aritmia, dan infark
miokard (Armand et a.l, 2014). Hingga sepertiga pasien dengan CAP mungkin
27
ini telah diselidiki peran Streptococcus pneumoniae dalam kasus ini, dengan
berkontribusi pada penyakit jantung akut dan kronis pada manusia dengan IPD.
Resiko rawat inap pneumonia yang terkait dengan diabetes lebih besar dari
pada mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta lainnya, dan mereka yang
lebih lama menderita diabetes dan / atau yang tidak dapat mengontrol kadar
gula darahnya (berdasarkan tes yang mengukur kadar glukosa darah rata-rata
studi di Amerika Serikat, peningkatan kadar gula darah pada tes kadar
diabetes merupakan efek buruk dari hiperglikemia pada fungsi paru dan
Rata-rata penggunaan obat adalah jumlah jenis obat yang diterima pasien
Dilihat dari Tabel VI rata-rata penggunaan obat yang paling banyak adalah
2003). Pasien yang mengalami interaksi obat mendapatkan obat lebih dari 5
atau yang disebut polifarmasi karena dengan banyaknya obat yang diberikan
6 kali lebih tinggi pada subyek yang menerima lebih dari 5 obat perhari
29
dibandingkan dengan pasien yang menerima obat kurang dari 5 obat perhari.
Serta hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
B. Karakteristik Obat
Distribusi penggunaan obat pada pasien pneumonia rawat inap pada tahun
antibiotik adalah terapi utama pada kasus pneumonia. Pada penelitian ini
salah satu antibiotik yang paling umum digunakan karena potensi antibakteri yang
tinggi, spektrum yang luas dan potensi yang rendah untuk toksisitas. Alasan yang
dapat mengatasi baik pada bakteri gram positif maupun gram negatif (Tjay dan
Rahardja, 2007). Kemudian diikuti oleh obat antihipertensi dan obat kardivaskuler
yakni sebanyak 123 peresepan (16,40%). Hal ini disebabkan karena pada pasien
kardivaskuler.
mengalami interaksi obat. Pada 27 pasien tersebut terdapat 12 jenis obat yang
Tabel VIII. Penggunaan antibiotik yang berpotensi memiliki interaksi pada peresepan
pasien pneumonia.
Dari tabel VII dapat dilihat bahwa terdapat beberapa obat yang memilki
potensi interaksi obat jika dikonsumsi secara bersamaan. Potensi interaksi obat
paling banyak terjadi pada fase ekskresi yaitu 51,28% dan menurut
signifikansinya seluruh potensi interaksi obat yang paling banyak yang memiliki
antasida diresepkan pada 2 pasien yaitu pada pasien nomor 51 dan 55, untuk
data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada lampiran 1. Antasida adalah
berkurang. Reaksi antara suatu asam dari asam lambung dan suatu basa dari
antasida, tetapi harus diambil setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
dari azithromycin dapat dilihat dari kondisi klinis pasien sebelum dan sesudah
33
menerima terapi dari azithromycin. Dari ke dua pasien yang berpotensi terjadi
sesak nafas. Setelah pasien menerima terapi azithromycin kondisi klinis pasien
efektivitas terapi azithromycin. Hal ini bisa terjadi jika waktu penggunaan
memiliki efek yang kecil, namun laporan kasus dan studi retrospektif
warfarin diresepkan pada 2 pasien yaitu pasien nomor 1 dan 27, untuk data
bioavailibilitas warfarin membuat efek warfarin lebih besar dan lebih lama,
data INR pasien, International normalized ratio (INR) yang tinggi merupakan
kejadian thromboembolic (Prakoso et al., 2015). Namun data INR tidak tertera
dalam rekam medik, sehingga tidak dapat diketahui efek perdarahan dari
moderate, jika terjadi peningkatan INR atau penurunan kondisi klinis pasien
disarankan untuk menghentikan terapi kedua obat ini secara bersamaan dan
diketahui diresepkan pada satu pasien. Efek farmakologis dari propanolol yang
(Tatro, 2009).
Potensi interaksi obat ini diresepkan pada 1 pasien yaitu pasien nomor 59,
propanolo dalam sirkulasi sistemik, sehingga efek dari propanolol lebih besar
meningkatkan resiko hipotensi, namun dalam data keluar rumah sakit pasien
tidak tertera data tekanan darah pasien sehingga tidak dapat diketahui efek
interaksi obat terahadap kondisi pulang pasien. Interaksi obat ini memiliki
terapi kedua obat ini secara bersamaan dan gunakan alternatif obat lain.
terlihat pada pasien HIV-positif yang memakai rifampisin dan bukti terbatas
untuk mengurangi khasiat terapi cotrimoksazol. Oleh karena itu akan tampak
penelitian 15 pasien TB, yang telah mengambil rifampisin 450 mg setiap hari
diukur pada 5 titik waktu lebih dari 6 jam sebelum dan selama pengobatan
Potensi interaksi obat ini diresepkan pada 1 pasien yaitu pasien nomor 25,
untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada lampiran 1. Penurunan
demam dan sesak. Pasien ini tidak hanya menerima terapi antibiotik tunggal,
menyebabkan potensi interaksi obat pada fase ekskresi. Potensi interaksi obat
Potensi interaksi obat ini diresepkan pada 20 pasien yaitu pasien nomor 3,
7, 9, 10, 12, 13, 16, 20, 26, 27, 39, 40, 41, 43, 46, 51, 53, 55, 58, dan 61, untuk
data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada lampiran 1. Peningkatan efek
gangguan pada fungsi ginjal dapat dilihat pada hasil pengecekan kreatinin
gangguan pada fungsi filtrasi ginjal maka kadar kreatinin dalam darah akan
gangguan fungsi ginjal. Tinggi atau rendahnya kadar kreatinin dalam darah
ginjal (Widhyari et al., 2015). Namun pada rekam medik pasien tidak terdapat
ceftriaxon terhadap fungsi ginjal pasien. Interaksi obat ini memiliki signifikansi
moderate, jika terjadi peningkatan kadar kreatinin dalam darah pasien atau
myopati dengan efek meningkatkan kadar plasma terutama pada dosis agak
Potensi interaksi obat ini diresepkan pada 1 pasien yaitu pasien nomor 37,
untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada lampiran 1. Interaksi
obat ini memiliki signifikansi mayor, efek interaksi obat mayor dapat
terapi kedua obat ini secara bersamaan dan gunakan alternatif obat lain untuk
pada data rekam medik tidak tertera sehingga tidak dapat diamati pengaruh
Potensi interaksi obat ini diresepkan pada 1 pasien yaitu pasien nomor 37,
untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada lampiran 1. Interaksi
obat ini memiliki signifikansi moderate, jika terjadi penurunan kondisi klinis
menurunkan dosisnya.
(menurunkan) flora usus (Medscape, 2016). Salah satu fungsi dari flora usus
dengan bakteri usus Eggerthella lenta secata in vitro dekade lalu. Namun,
40
mekanisme yang mendasari dari inaktivasi digoxin masih belum jelas (Lu et al,
2014).
Potensi interaksi antara dua obat ini terjadi pada 3 peresepan yaitu pada
pasien nomor 43,55, dan 59, untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat
pada lampiran 1. Kondisi klinis pasien pada saat keluar rumah sakit pada 2
pasien membaik, namun pada 1 pasien masih dalam kondisi lemah. Perbedaan
kondisi klinis pasien ini terjadi mungkin karena perbedaan lama waktu
azithromisin dan digoxin secara bersamaan selama 3 hari. Interaksi obat ini
memiliki signifikansi mayor, efek interaksi obat mayor dapat mengancam jiwa
pasien atau menyebabkan kerusakan permanen. Hentikan terapi kedua obat ini
secara bersamaan dan gunakan alternatif obat lain untuk mencegah interaksi
peresepan yang berpotensi memiliki interaksi pada obat ini. Interaksi obat ini
efek warfarin menjadi lebih besar dan lebih lama. Peningkatan efek warfarin
41
dilihat dari nilai INR. Data rekam medik pasien tidak terdapat data INR
sehingga tidak dapat melihat efek dari peningkatan efek dari warfarin.
Potensi interaksi antara dua obat ini terjadi pada 3 peresepan yaitu pada
pasien nomor 26 dan 43, untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada
lampiran 1. Interaksi obat ini memiliki signifikansi mayor, efek interaksi obat
Hentikan terapi kedua obat ini secara bersamaan dan gunakan alternatif obat
menimbulkan interaksi obat pada fase absorbsi. Pada penelitian ini diketahui
Potensi interaksi antara dua obat ini terjadi pada 3 peresepan yaitu pada
pasien nomor 43, 51,dan 53, untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat
perlu memonitoring kondisi klinis pasien, jika terjadi penurunan kondisi klinis
metronidazol selama setahun, tetapi infeksi terjadi lagi tidak lama setelah
infeksi itu berhenti. Ketika disadari bahwa ia juga mengambil fenobarbital 100
mg sehari, dosis metronidazol dua kali lipat untuk 500 mg tiga kali sehari, dan
waktu paruh normal 8 sampai 9 jam). Sebuah penelitian retrospektif pada anak-
80% dari mereka telah menerima terapi fenobarbital jangka panjang. Waktu
menjadi 3,5 jam dibandingkan dengan normal paruh 8-9 jam (Baxter, 2008).
Potensi interaksi antara dua obat ini terjadi pada 1 peresepan yaitu pada
pasien nomor 48, untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada
setelah menerima terapi metronidazol. Hal ini dikarenakan pada pasien ini
tidak hanya menerima terapi tunggal metronidazol saja tetapi pasien ini
memonitoring kondisi klinis pasien dan jika terjadi penurunan kondisi klinis
Potensi interaksi antara dua obat ini terjadi pada 2 peresepan yaitu pada
pasien nomor 46 dan 60, untuk data penyakit penyerta pasien dapat dilihat pada
perdarahan, dimana resiko perdarahan dapat dilihat dari nilai INR. Data rekam
medik pasien tidak terdapat data INR sehingga tidak dapat melihat efek dari
peningkatan efek dari warfarin. Signifikansi interaksi kedua obat ini adalah
44
moderta, jika terjadi peningkatan nilai INR atau penurunan kondisi klinis
bahwa antibiotik berpotensi mengalami interaksi dengan obat lain pada fase
absorbsi, metabolisme dan eksresi. Kasus potensi antibiotik dengan obat lain
paling banyak terjadi pada fase metabolisme yaitu terjadi pada 9 jenis obat. Hal
ini dikarenakan sebagian besar antibiotik memiliki sifat sebagai inhibitor enzim
yang apabila digunakan bersama dengan obat lain besar kemungkinan akan
dilakukan dengan pemberian jeda waktu dalam konsumsi kedua obat yang
berinteraksi, pada fase metabolisme dilakukan dengan penyesuaian dosis obat jika
solusi ini tidak efektif maka dapat dilakukan penggantian obat, kemudian pada
fase eksresi dilakukan dengan memonitoring kondisi klinis pasien, jika terjadi
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara retrospektif yang hanya melihat data dalam
rekam medik pasien pneumonia di RSUD dr. Moewardi pada tahun 2014-2015
dan ada beberapa data yang tidak tercantum dalam rekam medik, sehingga tidak
dapat diketahui kondisi pada beberapa pasien yang tentang efek yang ditimbulkan
oleh interaksi obat. Dan dalam penelitian ini hanya mengidentifikasi interaksi obat
Medscape dan jurnal yang sesuai, kemungkinan masih ada interaksi obat yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
(51,28%).
B. Saran
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Gitawati, R., 2009, Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya, Media Litbang
Kesehatan, 18; (4), 175-183.
Harianto, Kurniawan, R., dan Siregar, S., 2006, Hubungan Antara Kualifikasi
Dokter Dengan Kerasionalan Penulisan Resep Oba Oral (Studi Kasus di
Apotek “X” Jakarta Timur), Majalah Ilmu Kefarmasian, 3: (2), 66-77.
Hussain, F., Arayne, M.S., and Sultana, 2006, Interactions between sparfloxacin
and antacids –dissolution and adsorption studies. N. Pak. J.Pharm. Sci,
19: (1), 16-21.
Kurniajaturitama, A., 2013, Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Ruang Rawat
Inap ICCI RSUP Fatmawati Periode September–November 2012,
Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Lu, L., Wu, Y., Zuo, L., Luo, X., dan Large, P.J., 2014, Intestinal Microbiome
And Digoxin Inactivation: Meal Plan For Digoxin Users?, World J
Microbiol Biotechnol, 30: (3).
Made Wiryawan, 2007, Ventilator Associated Pneumonia, J Peny Dalam, 8: (3),
254-268.
Mega, G.U., 2013, Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral Pada Pasien
Di Instalasi Rawat Jalan Askes Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak
Periode Januari- Maret 2013, Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
Kedokteran UNTAN, 3: (1).
Misnadiarly, 2008, Penyakit Infeksi Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium, Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, EGC, Jakarta.
Novelle, H., dan Ines, K., 2015, An Interaction With The Furniture, tersedia di
http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-1-4614-7495-1_147#page-
1. diakses pada tanggal 30 Mei 2016.
Oktaviani, S., 2015, Hubungan Paparan Asap Rokok dan Rumah Tidak Sehat
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita di Puskesmas Wirobrajan
Yogyakarta Tahun 2015, Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan’Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
PDPI, 2003, Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta.
Piscitelli, S. C., and Rodvold, K. A., 2005, Drug Interaction in Infection Disease,
Second Edition, Humana Press, New Jersey.
Prakoso, M.A., Suharto, Gatot, dan Amarwati, Siti, 2015, Analisa Gambaran Post
Mortem Makroskopis Dan Mikroskopis Organ Paru Dan Usus Halus
Pada Tikus Wistar Setelah Pemberian Warfarin Ld-50 Dan Ld-100.
Karya Tulis Ilmiah, Universitas Diponegoro, Semarang.
Prasetya, F., 2011, Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Kontraindikasi,
Efeksamping, Dan Interaksi Obat Pada Pasien Rawat Inap Dengan
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari-Juni 2005, J. Trop. Pharm. Chem., 1: (2),
94-101.
Rae, N., Finch, S., dan Chalmers, J.D., 2016, Cardiovascular Disease As A
Complication Of Community-Acquired Pneumonia, Pulmonary
Medicine, 22: (3).
Rafiei, H., Abdar, M.E., Amiri, M., Ahmadinejad, M., 2013. The Study of
Harmful and Beneficial Drug Interactions in Intensive Care, Kerman,
Iran. Journal Intensive Care Society, 14 (2): 155-158.
49
Rizqi M.H., dan Helmia Hasan, 2014, Tinjauan Imunologi Pneumonia pada
Pasien Geriatri, CDK-212, 41: (1), 14-18.
Sabuna, A.T.E., 2011, Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Perawat
Dengan Tatalaksana Pneumonia Balita Di Puskesmas Kabupaten Timor
Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur, Skripsi, Universitas
Diponegoro,Semarang.
Sajinadiyasa. I G K., I M Bagiada, I B Ngurah Rai, 2010, Prevalensi Dan Risiko
Merokok Terhadap Penyakit Paru Di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar, J Peny Dalam, 11: (2), 91-95.
Schelleman, H., Warren, B. B., Colleen M. B., Han, H., Stephen E. K., dan
Hennessy, S., 2008, Warfarin - Fluoroquinolones, Sulfonamides, or
Azole Antifungals Interactions and the Risk of Hospitalization for
Gastrointestinal Bleeding, Clin Pharmacol Ther, 84: (5), 581–588.
Tatro, S.D., 2008, Drug Interaction Facts, Wolters Kluwer Healts, United State of
America.
Tierney, L. M., McPhee, S. J., dan Papadakis, M. A., 2002, Diagnosis dan Terapi
Kedokteran (Penyakit Dalam), Salemba Medika, Jakarta.
Tjay, T.H., dan Kirana,R., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Torres, A., Blasi, F., Dartois, N., dan Akova, M., 2015, Which Individuals Are At
Increased Risk Of Pneumococcal Disease And Why? Impact Of COPD,
Asthma, Smoking, Diabetes, And/Or Chronic Heart Disease On
Community-Acquired Pneumonia And Invasive Pneumococcal Disease,
Thorax, 2015: (206780), 1-6.
Widhyari, S.D., Esfandiari, A., dan Cahyono, A.D., 2015, Profil Kreatinin Urea
Darah Pada Anak Sapi Friesian Holstein Yanng Disuplementasi Zn. Acta
Varia Indonesia, 3: (2), 45-50.
50
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
Lama Pengobatan
No Jenis
No. RM Usia Diagnosa Penyerta Rawat Keterangan
. Kelamin Antibiotik Obat Penyerta
Inap
1 01085521 P 37 Infeksi saluran pernapasan Ciprofloxacin (PO) Memiliki potensi interaksi
4 hari Digoxin
tahun akut antara ciprofloxacin dan
Ranitidin
Left ventricular hypertrophy warfarin.
Spironolakton
Inj. Furosemid
N-Asetilsistein
Warfarin
Captopril
2 01242173 L 49 BLO 6 hari Inj. Ceftriaxon (IV) Paracetamol -
tahun Hiponatremia Levofloxacin (PO) Vitamin B complex
Cotrimoxazol (PO) Nystatin
Inj. Ranitidin
3 01229522 L 63 Kanker Paru Stadium IV 4 hari Inj. Ceftriaxone Inj. Methylprednisolon Memiliki potensi interaksi
tahun Penyakit paru obstruksi (IV) Ondansetron antara ceftriaxon dan
kronis Levofloxacin (PO) Ranitidin furosemid.
Salbutamol
Ventolin
Spiriva(Tiotropium bromide)
Brexel (Docetaxel)
Inj Carbosin (Carboplatin)
Biocurkem(Curcuma)
Vectrin (Erdostein)
Inj. Difenhidramin
Inj. Furosemid
Inj. Dexamethason
Inj. Sohobion
Gliseril Guaiakolat
51
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
52
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
53
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
54
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
55
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
56
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
58 -
19 01254401 L Efusi Pleura 10 hari Levofloxacin (IV) Inj. Ketorolac
tahun
Vertigo Ceftriaxone (IV) Inj. Dexamethasone
Kanker Paru stadium IV Flunarizine
Codipront
Inj. Atropin
Inj. Lidocain
Inj. Difenhidramin
Codein
Dimenhidrinat
Aminophyllin
Dexamethason
Salbutamol
65 TB Paru Memiliki potensi interaksi
20 01130059 L 5 hari Inj. Ceftriaxone (IV) Inj. Methylprednisolon
tahun Cor pulmonale chronicum antara ceftriaxon dan
N-Asetilsistein
Gastritis furosemid.
Inj. Aminophyllin
Tumor Ginjal
Domperidon
Penyakit paru obstruksi
Klordiazepoxide
kronis
Symbicort
Ventolin
Tiotropium bromida
Antasida
Omeprazole
Inj. Furosemid
Spironolakton
Salbutamol
Gliseril Guaiakolat
57
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
58
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
27 Perdarahan postpartum -
24 01258690 P 12 hari Inj Ceftriaxone (IV) Inj.Ranitidin
tahun lambat
Inj Levofloxacin (IV) N-Asetilsistein
Tuberkulosis
Cefixime (PO) Paracetamol
Rifampicin
Isoniazid
Pirazinamid
Etambutol
Metylergometrine
Buvipacain
Furosemid
Ferro Sulfat
Spironolakton
Asam Traneksamat
Inj. Ondansetron
Dexamethason
Vitamin C
33 Inj. Ceftriaxon (IV) Memiliki potensi interaksi
25 01259402 L Tuberkulosis 8 hari Fluconazol
tahun Inj. Cotrimoksazol antara cotrimoxazol dan
Tumor mediastinum Carmed
(IV) rifsmpicin.
Asam Mefenamat
Nistatin
Neurodex
Rifampisin
Isoniazid
Pirazinamid
Vitamin B6
Etambutol
N-Asetilsistein
Paracetamol
59
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
26 01263640 L 52 Atrial fibrilasi 7 hari Inj. Ceftriaxone (IV) N-Asetilsistein Memiliki potensi interaksi
tahun Hypertensi Heart Disease Inj. Azithromycin Inj. Ranitidin antara ceftriaxon dan
Mitral regurgitasi (IV) Inj. Metochlopramide furosemid, azithromycin dan
Inj. Gentamycin (IV) Digoxin warfarin.
Cefixime (PO) Warfarin
Valsartan
Amiodarone
Kalium Klorida
Inj. Dexamethason
Inj. Furosemid
Paracetamol
Antasida
Allopurinol
Isosorbid dinitrat
Captropil
27 01261451 L 52 Cor pulmonale chronicum 15 hari Inj Ceftriaxone (IV) Furosemid Memiliki potensi interaksi
tahun Penyakit paru obstruksi Inj. Ciprofloxacin Spironolakton antara ciprofloxacin dan
kronis (IV) Captopril warfarin, ceftriaxon an
Hiperglikemia Warfarin furosemid.
N-Asetilsistein
Aspilet
Vitamin B complex
Captopril
Spironolakton
Inj. Dexamethason
60
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
61 -
28 01264729 L Anemia 16 hari Inj. Ceftriaxone (IV) Inj. Metoclorpamid
tahun
Hipertensi Amlodipin
Kalium Klorida
Asam folat
Sucralfat
Omeprazole
N-Asetilsistein
29 -
29 01254358 P Sistemik lupus eritematosus 11 hari Inj. Ceftriaxone (IV) Inj. Omeprazole
tahun
Tuberkulosis Azithromycin (PO) Methylpreddnisolon
Chloroquin
Captopril
Valsartan
Vitamin B complex
Rifampisin
Etambutol
Pirazinamid
Paracetamol
Isoniazid
Valsartan
Fluconazole
CaCO3
17 -
30 01200112 P Dispepsia 7hari Inj. Ceftriaxon (IV) Inj.Omeprazole
tahun
Hemoptoe Levoflocaaxin (IV) Paracetamol
Hipertiroid Codipron
Sucralfat
Alprazolam
Asam Traneksamat
61
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
1 -
31 01263096 P Gizi kurang 12 hari Ceftriaxon (IV) Bioplacenton
tahun
Anemia Gentamycin (IV) Nystatin
Sepsis Co-Amoxiclave(PO) Elkana
Ventrikel Septal Defect Miconazol krim
Atrial septal defect
Mitral regurgitasi
65 Asma Inj. Meropenem (IV) -
32 01051875 L 8 hari Inj. Methylprednisolon
tahun Gastritis Inj.
Inj. Omeprazole
Penyakit paru obstruksi Moxifloxacin(IV)
Inj. Furosemid
kronis
N-Asetilsistein
Insulin
Erdosteine
Simbicort
Sucralfat
Tiotropium bromide
Antasida
Gliseril Guaiakolat
Salbutamol
Domperidon
Lansoprazole
Isosorbid dinitrat
22 Inj. Levofloxacin -
33 01243612 P Anemia 12 hari Ca gluconas
tahun (IV)
N-Asetilsistein
Cotrimoxazole (PO)
Paracetamol
Duviral
Fluconazole
62
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
32 Inj. Methylprednisolon -
34 01270770 P Sepsis 12 hari Inj. Ciprofloxacin
tahun Farbion (Vitamin
Gagal nafas terotari (IV dan PO)
B1,B6,B12)
Inj. Levofloxacin
Paracetamol
(IV)
N-Asetilsistein
Inj Meropenem (IV)
Omeprazole
Inj. Vitamin C
Morfin
Vitamin B complex
Inj. Ranitidin
50 Inj. Ciprofloxacin -
35 01273577 P Hepatitis B 12 hari Inj. Ranitidin
tahun (IV dan PO)
Efusi pleura Alprazolam
Inj. Ceftriaxon (IV)
Congestive heart failur Paracetamol
Cefixime (PO)
N-Asetilsistein
Captopril
Curcuma
Clobazam
Bisacodil
Antasida
Captopril
Gentamycin Salep
Isosorbid dinitrat
CaCO3
Gemfibrozil
36 01297170 L 13 Gizi buruk tipe morasma 7 hari Inj. Ampisilin (IV) Vitamin A -
Inj. Gentamisin(IV) Vitamin C
Asam Folat
Mineral mix
Vitamin B complex
63
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
64
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
65
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
66
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
67
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
68
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
51 01039854 P 42 Ventrikel Septal Defect 7 Inj. Ceftriaxon (IV) Inj. Furosemid Memiliki potensi interaksi
tahun PMO Bidirectional shunt hari Azithromycin (PO) Valsartan antara azihromycin dan
N-asetilsistein antasida, ceftriaxon dan
Spironolakton furosemid, azithromycin dan
Beraprost natrium spironolakton.
Inj. Ranitidin
Antasida
55 8 Inj. Levofloxacin -
52 01140903 P Asma akut Inj. Methylprednisolon
tahun hari (IV)
Ventolin
N-Asetilsistein
Sucralfat
Inj. Dexamethason
Aminophyllin
Salbutamol
Paracetamol
53 01313563 P 44 Congestive heart failur 6 Azthromycin(PO) Inj. Furosemid Memiliki potensi interaksi
tahun hari Cefixime(PO) Spironolakton antara ceftriaxon dan
Aspilet furosemid, azithromycin dan
Ramipril spironolakton.
Simvastatin
Allopurinol
N-Asetilsistein
54 00853928 P 36 11 Inj. Ceftriaxon (IV) Ketorolac -
tahu Atelektasis paru hari Inj. Cefotaxim (IV) Ranitidin
Gastritis Asam Traneksamat
Hymphadeuropati collidextra Inj. Methylprednisolon
Bromheksin
69
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
55 01253788 L 56 Hepatitis B 14 Inj. Ceftriaxon (IV) Inj. Omeprazol Memiliki potensi interaksi
tahun Hiperglikemi hari Azithromycin (PO) Thrombopob gel antara azithromycin dan
Sucralfat antasida, ceftriaxon dan
Captopril furosemid.
Furosemid
Digoxin
Spironolakton
Propanolol
Inj. Ondansetron
Metamizole
Pantoprazole
Tropisetron
Aspilet
Ca Gluconas
Alprazolam
Antasida
Etamryl guaiacolat
Inj. Viamin K
Bisoprolol
Isosorbid dinitrat
P 23 Microsatellite instability 7 Inj. Levofloxacin -
56 01207583 N-Asetilsistein
tahun Decompensatio Cordis hari (IV)
Furosemid
Cefixime (PO)
Warfarin
Digoxin
Kalium Klorida
Captopril
Paracetamol
Isosorbid dinitrat
70
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
65 11 -
57 01258570 L Sensorineural hearing loss inj. Ceftriaxon (IV) Inj. Omeprazol
tahun hari
Abdominal discomfort Azithromycin (PO) Inj. Metoclopramid
Sucralfat 3xC1
Vitamin B complex
Paracetamol
Neurodex
Respiridon
N-asetilsistein
Inj. Dexamethason
54 Memiliki potensi interaksi
58 01278206 L Ventrikel Ekstra sistole 8hari Inj Ceftriaxone(IV) Inj. Methylprednisolon
tahun antara ceftriaxon dan
Oedem paru Inj.levofloxacin (IV) N-asetilsistein
furosemid.
Cefixime(PO) Amiodarone
Bisacodil
Isosorbid dinitrat
Vitamin B comple
Ferro sulfat
Inj. Furosemid
45 7 Inj. Ciprofloxacin Memiliki potensi interaksi
59 01294787 L Atrial fibrilasi Propanolol antara ciprofloxacin dan
tahun hari (IV)
Paracetamol propanolol, azithromycin dan
Azithromycin (PO)
N-Asetilsistein digoxin.
Ca gluconas
Inj. Methylprednisolon
PTU/Propiltiuorasil
Digoxin
71
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
72
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
22 13 -
63 01274766 P Ulkus pedis Inj. Ceftriaxone (IV) Isosorbid dinitrat
tahun hari
Infeksi saluran kemih Inj. Gentamicyn (IV) Aspilet
Hipoglikemia Clindamycin (PO) Inj. Paracetamol
Metronidazol (IV) Kalium Klorida
Fuson Krim
Inj. Lidocain
CaCo3
Vitamin B complex
53 13 -
64 01171680 P Kanker Paru Inj. Ceftriaxon(IV) Alprazolam
tahun hari
Gastritis Cefixime (PO) Inj. Pantoprazol
Diabetes mellitus Inj. Metamizol
Efusi pleura Vinorelbine
Ca mamae Ciplastine
Metoclopramide
Granicetron
Bleomycin
Loperamide
Ondansetron
Thrombophob krim
Biocurkem (Curcuma)
Inj. Ketorolac
Inj. Lidocain
Inj. Difenhidramin
Inj. Dexamethasone
Hydrocorthison krim
Antasida
Acetaminophen
73
74
Lampiran 2
75
Lampiran 2. Lanjutan...