SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
Tanggal :
i
HALAMAN PERNYATAAN NON
NPM 20330739
Mahasiswa : S1
2021/2022
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Tugas
Akhir yang berjudul “Kajian Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
Jakarta,……………..
i
HALAMAN
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Pada Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional
Oleh :
Nur Ainun
Nisa 20330739
Disetujui Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
apt. Jenny Pontoan, S.Farm., M. Farm. apt. Rahayu Wijayanti, S.Si., M. Farm.
v
KATA
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 2022
Penulis
v
ABSTRA
Covid-19 merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Severe
Acute Respiratory Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang menyerang
saluran nafas dan bisa menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh lain. Covid-19
dalam beberapa tahun ini menjadi hal yang ditakuti oleh seluruh negara dunia tak
terkecuali Indonesia. Berbagai hal dilakukan untuk mengatasinya, salah satunya
dengan antibiotik, hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya peningkatan angka
resistensi antibiotik yang tinggi pada pasien Covid-19. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik demografi dan pola penggunaan antibiotik
pada pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif, dengan pengambilan data penelitian secara retrospektif melalui data
rekam medik pasien di RSI Siti Khadijah Palembang periode Januari-Desember
2021. Hasil penelitian menggunakan 115 sampel, didapatkan hasil bahwa
kebanyakan pasien berjenis kelamin laki-laki (52,17%), berusia kisaran 46-55
(29,96%), dengan tingkat keparahan terbanyak berderajat sedang (64,35%), dan
penyakit penyerta terbanyak yaitu pneumonia (53,91%). Ditinjau dari pola
penggunaan antibiotik, penggunaan antibiotik terbanyak dari golongan kuinolon
(59,75%), kesesuaian penggunaan antibiotik yang dikatakan sesuai (85,22%),
kesesuaian dosis antibiotik yang digunakan (100%), kesesuaian lama pemberian
antibiotik (76,52%), dan potensi interaksi obat terjadi pada 54 pasien (46,96%).
v
Institut Sains dan Teknologi
ABSTRAC
v
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR
HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................iii
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIAT...........................................iv
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACT....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................3
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................................................................................71
5.2. Saran....................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................73
LAMPIRAN....................................................................................................81
x
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR
x
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR
x
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR
1.1 Uraian Penelitian.....................................................................................81
1.2 Surat Izin Penelitian................................................................................82
1.3 Surat Izin Penelitian dari RSI Siti Khadijah Palembang.........................83
1.4 Surat Selesai Penelitian RSI Siti Khadijah Palembang...........................84
1.5 Surat Permohonan Kaji Etik....................................................................85
1.6 Surat Keterangan Layak Etik..................................................................86
1.7 Gambar-gambar Saat Penelitian..............................................................87
1.8 Data-data Penelitian................................................................................89
x
Institut Sains dan Teknologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Beberapa tahun ini, seluruh negara di dunia mengalami kejadian luar biasa
yaitu pandemi Covid-19. Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh sebuah patogen virus baru yang menyebabkan pneumonia dan bisa
berkembang menjadi sindrom gangguan pernafasan dewasa, hipoksia, bahkan
kegagalan multiorgan di dalam tubuh (Wu & McGoogan, 2019).
Antibiotik berasal dari dua kata yaitu anti yang berarti lawan dan bios yang
berarti hidup. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri maupun
jamur yang memiliki khasiat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik)
dan mematikan bakeri (bakteriasid), sedangkan pada manusia toksisitasnya relatif
kecil (Tjay, 2015). Berdasarkan Kemenkes RI (2013), antibiotik merupakan obat
yang paling sering digunakan untuk infeksi bakteri .
klavulanat, sulbaktam,
tazobaktam) untuk
mencegah hidrolisis oleh
beta-laktamase yang
semakin banyak
ditemukan pada bakteri
gram-negatif ini.
3. Vankomisin
2. Tetrasiklin
3. Kloramfenikol
4. Makrolida
5. Klindamisin
1. Kuinolon
a). Fluorokuinolon, digunakan untuk infeksi disebabkan oleh P.
aeruginosa, E. coli, Gonokokus, Enterobacteriaceae, Shigella,
Salmonella, Haemophilus, Moraxella catarrhalis. Contoh obatnya
antara lain levofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, dan
siprofloksasin.
b). Asam Naladiksat, menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.
2. Nitrofuran
Pada setiap S-protein memiliki 2 subunit yaitu S1 dan S2. Subunit S1 terdiri
dari receptor-binding domain yang akan mengikat reseptor target dari sel
host, sedangkan subunit S2 akan mengatur proses fusi pada membran sel. S-
protein ini akan berikatan dengan reseptor ACE2 (Angiotensin Converting enzyme
2) pada manusia. Reseptor ACE2 terdapat banyak di paru-paru, jantung, ginjal
dan jaringan adiposa. Ikatan 2 protein ini dapat dijadikan target untuk
pengobatan dan vaksinasi. SARS-CoV-2 memiliki mekanisme memasuki sel host
yang sama dengan SARS, namun kecepatannya lebih lambat. Perbedaannya
adalah pada Covid-19, virus terakumulasi lebih banyak pada jaringan sistemik,
sehingga memiliki masa inkubasi yang lebih lama dan penularannya lebih tinggi
(Hairunnisa & Amalia, 2020).
a. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan, pasien tidak ditemukan gejala.
b. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,
myalgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung,
sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang
pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering
dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal seperti
fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan,
delirium, dan tidak ada demam.
c. Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 > 93% dengan udar apneumonia tidak berat (batuk atau sulit
bernapas + napas cepatdan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda
pneumonia berat).Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11
bulan,≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun,≥30x/menit.
d. Berat/Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari frekuensi napas > 30
x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan. Pada
pasien anak pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
e. Kritis
Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai
dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian
kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Dalam PDPI, PERKI, PAPDI,
PERDATIN & IDAI (2020), berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi:
a. Tidak Berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot.Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia Ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas.
c. Pneumonia Berat
a). Pasien :
● Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
dengan anggota keluarga
● Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
● Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
● Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
● Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
● Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
3). Farmakologis
a). Vitamin C, dengan pilihan ;
● Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
● Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
● Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari)
● Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E,
Zink. b). Vitamin D
● Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
● Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
c). Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5
hari d). Antivirus :
● Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5- 7 hari (terutama
bila diduga ada infeksi influenza) ATAU
● Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
e). Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
f). Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
g). Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
d. Derajat Sedang
1). Isolasi dan Pemantauan
a). Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19
fraksi 30%, selanjutnya flow secara bertahap 5-10 L/1-2 jam) hingga
mencapai 25 .
● Pertimbangkan untuk menggunakan terapi oksigen konvensional
ketika flow 25 L/menit dan FiO2 < 40%.
● Perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan alat HFNC membutuhkan
ketersediaan suplai oksigen yang sangattinggi.
Indikasi ECMO :
Kontraindikasi relatif :
● Usia ≥ 65 tahun
● Obesitas BMI ≥ 40
● Status imunokompromis
● Tidak ada izin informed consent yang sah.
● Penyakit gagal jantung sistolik kronik
● Terdapat penyebab yang berpotensi 27eurologic (edema paru,
sumbatan mucus bronkus, abdominal compartmentsyndrome)
Kontraindikasi absolut :
3). Farmakologis
a). Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam
1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
b). Vitamin B1 1 ampul/24
jam/intravena c). Vitamin D
● Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
● Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
d). Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
e). Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan
kulturdarah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan
kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
e). Antivirus :
● Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari
ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
● Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
f). Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti metilprednisolon 32 mg, atau
hidrokortison 160 mg pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen
atau kasus berat dengan ventilator.
g). Anti interleukin-6 (IL-6)
Tocilizumab atau sarilumab merupakan obat kelompok anti IL-
6.Sarilumab belum tersedia di Indonesia, sehingga yang dipakai
adalah Tocilizumab. Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kgBB
single dose atau dapat diberikan 1 kali lagi dosis tambahan apabila
gejala memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama.
Jarak pemberian dosis pertama dan kedua minimal 12 jam.Maksimal
pemberian 800 mg per dosis.
oksigen < 93% namun dapat dikoreksi dengan oksigen fraksi < 50 %
(setara dengan O2 tak lebih dari 6 L/m dengan nasal kanul atau simple
mask), atau laju pernapasan > 30 per menit, atau foto toraks terdapat
infiltrat multilobus bilateral, dengan salah satu penanda biologis di
bawah ini:
Perbedaan: Penelitian Lisni, Mujianti, & Anggriani (2021), sampel yang diambil
semua pasien rawat inap di RS periiode Januari-Maret 2021, tidak mengkaji
kesesuaian antibiotik yang digunakan pada pasien Covid-19.
● Misi :
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang bernuansa islami menjangkau seluruh
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang setinggi – tinginya.
2. Mengelola Rumah Sakit secara profesional dan terpadu sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir.
Sumber:http://rsi-sitikhadijah.com
● Motto:
“Bekerja sebagai ibadah, Ridho dalam pelayanan”
Tingkatan Covid-19:
1. Tanpa Gejala
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat/Kritis
Data Rekam
Medik
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang. Data rekam medis
yang diambil merupakan data pasien rawat inap Covid-19 periode Januari-
Desember 2021. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2022
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien covid-19 rawat inap di
RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021 yang tercatat secara administartif dalam
rekam medik pasien.
3.3.2 Sampel
belum diketahui secara pasti maka dalam penelitian ini menentukan jumlah
sampel minimum dengan rumus Lemeshow. Rumus Lemeshow sebagai berikut:
Z2 1− 𝖺/2. 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛= 𝑑2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
p = Estimasi proporsinya
1,962.0,5.0,5
𝑛= 0,01
3.8416. 0,25
𝑛= 0,01
𝑛 = 96,04≈96
Penelusuran data diambil dari rekam medik pasien Covid-19 rawat inap di
RSI Siti Khadijah Palembang yang memenuhi kriteria inklusi yang telah
ditetapkan.
Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medik di ruang rekam
medik, yaitu: nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, derajat Covid-19,
data klinis pasien, keterangan penyakit lain, dan data penggunaan obat pasien.
3. Pengolahan Data
Variabel Terikat
(Dependent Variable)
Variabel Moderator
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Penyakit Penyerta
5. 56-65
6. > 65
(Depkes, 2009)
8.Gangguan
Koagulasi
9. TB
10.Cedera
Miokardium
(PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN
& IDAI 2020, 2021)
(PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN
& IDAI 2020, 2021)
6. Tetrasiklin
7. Kloramfenikol
(Kemenkes, 2013)
Pada penelitian ini pengolahan dan analisis data dilakukan secara statistik
deskriptif. Menurut Sugiyono (2017), statistik deskriptif yaitu menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dan
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, pictogram, diagram lingkaran, persentil,
median, mean ataupun perhitungan persentase. Dalam penelitian ini data yang
telah didapat kemudian diolah dan dianalisis dengan melakukan pengelompokkan
dan penjumlahan pada pasien berdasarkan jenis kelamin, usia, penyakit penyerta,
derajat keparahan, kesesuaian pemberian antibiotik, dosis, dan lama pemberian,
serta potensi interaksi antara antibiotik dengan terapi lain. Setelah dikelompokkan
dan dijumlahkan kemudian dimasukkan dalam suatu tabulasi atau tabel lalu
disajikan dalam bentuk persentase (%).
Penelitian ini menggunakan data rekam medik pasien rawat inap Covid-19
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang periode Januari-Desember 2021.
Dari banyaknya pasien rawat inap Covid-19 diambil 115 sampel yang telah
dihitung berdasarkan rumus minimum sampel dan memenuhi kriteria inklusi yang
sudah ditetapkan yaitu pasien Covid-19 dengan atau tanpa komorbid yang
mendapat terapi antibiotik, berusia di atas 17 tahun, tidak dalam keadaan hamil,
dan dengan data rekam medik yang lengkap, jelas, dan terbaca meliputi nama,
jenis kelamin, diagnosis, data klinis (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas,
suhu tubuh, dan SpO2) dan terapi yang diberikan harus jelas (nama obat, dosis
yang diberikan, dan aturan pakai).
Hasil dari penelitian ini disajikan secara deskriptif dengan menggambarkan
karakteristik demografi pasien Covid-19 meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
keparahan, dan penyakit penyerta atau komorbid serta menggambarkan pola
penggunaan antibiotik pasien rawat inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah
Palembang.
4.1. Karakteristik Demografi Pasien
4.1.1. Demografi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil pengambilan data demografi pasien berdasarkan jenis kelamin
diperoleh 60 pasien (52,17%) berjenis kelamin laki-laki dan 55 pasien (47,83%)
berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.1 Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Tahun 2021 Berdasarkan Jenis Kelamin
48
Institut Sains dan Teknologi
4
Susilo dkk. (2020), menyatakan bahwa sebaran kasus Covid-19 di 3 negara yang
diteliti jika ditinjau dari jenis kelamin untuk China 51,4% laki-laki dan 48,6%
perempuan, Italia 57,9 % laki-laki dan 42,1% perempuan namun sedikit berbeda
dengan Korea selatan yang menghasilkan sebaran laki-laki lebih sedikit
dibandingkan perempuan yakni 38,5% sedangkan perempuan 61,5%. Dari 552
rumah sakit dari 30 provinsi di Cina terdapat 58% pasiennya ialah laki-laki, hal ini
menunjukkan jenis kelamin laki-laki cenderung lebih rentan terkena Covid-19
(Cai, 2020). Hal ini diduga berkaitan dengan laki-laki cenderung lebih banyak
berada di luar rumah baik bekerja maupun kegiatan lain (Hidayati, 2020). Selain
itu diduga juga dipengaruhi oleh faktor merokok, kebanyakan perokok dari
kalangan laki-laki. Dalam penelitian Zhang et al., (2020), diduga nikotin dalam
rokok dapat meningkatkan ekspresi reseptor ACE2 yang berhubungan dengan
Covid-19. Masuknya SARS-Cov-2 ke sel inang dimulai dengan perlekatan
glikoprotein spike pada reseptor ACE2 dengan bantuan enzim kemudian
dilanjutkan dengan fusi membrane yaitu proses setelah virus menemukan sel yang
rentan terhadap infeksi, setelahnya RNA virus dikeluarkan dari sitoplasma sel
inang kemudian terjadi proses replikasi material genetik, RNA yang sudah
diperbanyak bersama protein membentuk vesikel yang dapat menembus membran
dan keluar dari sel inang untuk menginfeksi sel lain (Hussain et al., 2020). Selain
karena pengaruh rokok, laki-laki berpeluang lebih besar terjangkit Covid-19
dikarenakan seiring bertambahnya usia laki-laki akan mengalami pengurangan
jumlah sel B di dalam tubuh hal ini mengakibatnya kurangnya pasokan antibodi
sehingga kemampuan tubuh untuk melawan virus SARS-Cov-2 menjadi lemah
dan pengaruh hormon yang dihasilkan oleh laki-laki dan perempuan, hormon laki-
laki testosterone dan androgen biasanya muncul sebagai imunosupresan yang
menekan kekebalan tubuh sedangkan pada perempuan, hormon yang dihasilkan
meningkatkan aksi imunitas humoral sehingga virus yang datang bisa dimediasi
oleh sistem kekebalan tubuhnya (Al-Bari, Hossain, & Zahan, 2021).
4.1.2. Demografi Pasien Berdasarkan Usia
Berbagai usia pasien rawat inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Berdasarkan Usia Tahun 2021
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa pasien Covid-19 inap di RSI Siti
hadijah Palembang sebagian besar memiliki penyakit penyerta atau komorbid,
dengan pneumonia sebagai komorbid dengan jumlah terbanyak. Dari hasil
penelitian didapatkan data pasien dengan komorbid pneumonia berjumlah 62
pasien (53,91%) yang terdiri dari pneumonia tunggal sekitar 23 pasien (20%) dan
sisanya kombinasi dengan komorbid lain, komorbid terbanyak kedua ialah ISPA
dengan total 18 pasien (15,65%) dengan ISPA tunggal sebanyak 8 pasien (6,96%)
dan sisanya kombinasi komorbid lain, komorbid terbanyak berikutnya ialah
hipertensi dengan total 13 pasien (11,30%) dengan hipertensi tunggal berjumlah 4
pasien (3,48%) dan sisanya kombinasi. Dari tabel terlihat bahwa komorbid
pneumonia juga berkaitan dengan hipertensi, DM, ISPA, GERD, hiperkoagulasi,
dan asma. Pasien Covid-19 tanpa komorbid hanya berjumlah 3 pasien (2,61%).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Maharianingsih, Sudirta, & Suryaningsih
(2022), yang menghasilkan pasien rawat inap di RSUD karangasem 196 pasien
(98%) memiliki komorbid dan hanya 4 pasien (2%) tanpa komorbid, dari
penelitian ini juga dihasilkan komorbid terbanyak yaitu pneumonia dengan pasien
berjumlah 102 (51%).
Pneumonia adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan paru-paru
(alveoli) dengn gejala batuk disertai nafas cepat dan sesak, biasanya disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme (Amalia, 2019). Pneumonia umumnya terjadi
dikarenakan mikroorganisme seperti bakteri antara lain P. aeruginosa, S.
pneumoniae, Enterobacteriaceae, H.influenzae, dan S. aureus (Centers for
Diseases Control and Prevention, 2019). Pneumonia yang terjadi pada pasien
Covid-19 berbeda dengan pneumonia pada umumnya dikarenakan terjadi karena
paparan virus SARS Cov-2. Virus SARS Cov-2 sangat agresif menyerang
pernafasan bagian atas, pneumonia bisa terjadi karena Covid-19 dikarenakan
berada dalam satu jaringan yakni paru-paru saat virus itu sudah menyerang maka
penyebarannya keseluruh jaringan paru akan lebih cepat dari pneumonia biasanya
(Nurhayati & Pratiwi, 2020).
Komorbid terbanyak berikutnya ialah ISPA, ISPA ialah penyakit akibat
infeksi pada saluran pernapasan bagian atas atau bawah biasanya ringan hingga
parah dan menyebabkan kematian (Idris dkk., 2021). Sama halnya dengan
pneumonia, ISPA erat kaitannya dengan Covid-19 karena sama-sama menyerang
pada bagian saluran pernafasan dan menjadi salah satu penanda atau ciri Covid-19
dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020). Dalam penelitian Idris
dkk (2021), pada pasien-pasien yang terkena ISPA mempunyaki resiko besar
terjangkit penyakit Covid-19.
Kemudian komorbid hipertensi, hipertensi adalah suatu penyakit kronis
yang ditandai dengan peningkatan tekanah darah arteri yakni sistolik ≥140 mmHg
atau diastolik ≥90 mmHg dalam pemeriksaan yang berulang (Kemenkes, 2019).
Hipertensi merupakan komorbid yang paling sering ditemui pada pasien Covid-
19, virus SARS Cov-2 menjalin ikatan dengan ACE2 di paru-paru untuk masuk
ke dalam sel, sehingga penggunaan terapi ACE dan ARB masih dipertanyakan
bisa memberi manfaat atau merugikan jika masih tetap digunakan saat pasien
terkena Covid-19 karena ACE dan ARB dikhawatirkan akan meningkatkan ikatan
virus dengan paru-paru (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI, 2020).
Namun pernyataan itu diperjelas oleh berbagai penelitian yang dilakukan salah
satunya oleh Linelejan, Umboh & Wantania (2021), yang menyimpulkan bahwa
penggunaan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin
receptor blockers (ARB) sebagai terapi pada COVID-19 dengan hipertensi tidak
memiliki pengaruh terhadap progresifitas penyakit, luaran terapi, dan mortalitas
namun memiliki manfaat dalam menurunkan mortalitas dan luaran pasien
COVID-19 dengan hipertensi. Jadi pada pasien-pasien Covid-19 dengan
komorbid hipertensi diperbolehkan menggunakan antihpertensi golongan ACEI
maupun ARB.
Penyakit penyerta atau komorbid merupakan suatu penyakit tambahan baik
fisik maupun psikis selain dari kondisi utama pasien yang sedang ditangani yang
sapat memperburuk kondisi dari pasien itu sendiri (Yonata, 2016). Dengan adanya
komorbid, tentunya penanganan dan pemberian terapi pasien harus disesuaikan
dengan kondisi penyakit yang menyertainya. Dalam penelitian Haq dkk., (2021),
adanya penyakit penyerta dapat berpengaruh terhadap derajat keparahan Covid-19
khususnya pada pasien dengan penyakit penyerta kronis karena akan terjadi
penurunan respon imun yang menyebabkan mudah terinfeksi Covid-19 an
menghasilkan luaran yang buruk.
4.2. Pola Penggunaan Obat Antibiotik
4.2.1. Golongan Obat Antibiotik
Dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020), dituliskan
bahwa penggunaan antibiotik yang disarankan pada beberapa tingkat keparahan
Covid-19 antara lain pada derajat ringan dengan penggunaan azitromisin, derajat
sedang dengan penggunaan azitromisin atau levofloxacin per oral atau iv, dan
pada derajat berat atau kritis azitromisin atau levofloxacin peroral atau iv dan juga
bisa menggunakan antibiotik lain yang disesuaikan dengan koinfeksi pada pasien
Covid-19. Dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2021),
terapi Covid-19 dengan pneumonia yaitu pada pasien dengan derajat sedang,
berat, hingga kritis.
4.2.2 Kesesuain Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19
Penggunaan antibiotik dikatakan sesuai apabila jenis obat yang digunakan
sesuai dengan standar acuan yang digunakan di dalam penelitian ini. Evaluasi
kesesuaian juga ditinjau berdasarkan diagnosis, derajat keparahan Covid-19, dan
tanggal masuk pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah. Dikarenakan
panduan tatalaksana Covid-19 yang berulang kali mengalami revisi, dalam
melihat kesesuaian antibiotik digunakan standar berupa pedoman tatalaksana
Covid-19 edisi ke-3 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI, 2020) dan
revisi protokol tatalaksana Covid-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN &
IDAI, 2021). Berikut ini tabel kesesuaian antibiotik pada pasien Covid-19 rawat
inap di RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021.
Tabel 4.6 Kesesuaian Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19 Rawat Inap
di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021
selama 5-7 hari atau levofloxacin 750 mg per oral atau iv selama 5- 7 hari.
Berikutnya periode juli hingga desember ada 3 pasien dengan derajat ringan
menggunakan azitromisin 500 mg dan 9 pasien derajat sedang menggunakan
azitromisin 500 mg, levofloxacin 750 mg per oral atau iv, dan kombinasi
keduanya. Hal ini tidak sesuai dengan PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN &
IDAI (2021) yang hanya memperbolehkan penggunaan antibiotik pada pasien
Covid-9 dengan derajat berat atau kritis yang mengalami koinfeksi.
Hasil penelitian secara garis besar sejalan dengan penelitian Mardianto,
Yulia, & Herawati (2022) yang menunjukkan ketepatan penggunaan antibiotik
pada pasien Covid-19 sebesar 64,27%, ketidaktepatan antibiotik dikarenakan tidak
sesuai dengan pedoman tatalaksana Covid-19 edisi 2020 diantaranya penggunaan
antibiotik diluar azitromisin atau levofloxacin per oral atau iv. Berbeda dengan
penelitian Oktarina, Ulfa, & Angin (2021) yang menunjukkan ketepatan dalam
penggunaan antibiotik pada pasien Covid-19 sebanyak 44 pasien (100%).
Kebanyakan antibiotik yang digunakan sesuai dengan rekomendasi PDPI,
PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI (2020), yaitu sebagian besar menggunakan
antibiotik levofloxacin dan azitromisin. Dalam penggunaan obat antibiotik dari
115 rekam medik sebagian menggunakan monoterapi dan yang lain menggunakan
dual terapi atau kombinasi, menggunakan azitromisin+levofloxacin,
azitromisin+golongan sefalosporin, menggunakan levofloxacin peroral dan iv. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian Kelana, Ikawati, dan Wiedyaningsing (2021),
yang menghasilkan bahwa 16 pasien (76,2%) menggunakan antibiotik tunggal dan
hanya 5 pasien (23,8%) menggunakan dual terapi antibiotik.
Kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan standar perlu dilakukan
karena jika penggunaan antibiotik tidak tepat pasien bisa mengalami resistensi
antibakteri, reaksi gangguan pada ginjal, dan infeksi yang bisa memperparah
Covid-19 (Chedid et al., 2021).
4.2.3 Kesesuaian Pemilihan Dosis Antibiotik pada Pasien Covid-19
Pemilihan dosis dikatakan sesuai jika penggunaan antibiotik pasien sesuai
dengan pemberian antibiotik dalam dosis 24 jam. Evaluasi kesesuaian dosis
ditinjau dari dosis antibotik yang tertulis dalam rekam medik pasien dibandingkan
dengan pedoman tatalaksana Covid-19 edisi 3 dan revisi protokol tatalaksana
Covid-19. Berikut tabel kesesuaian pemberian dosis antibiotik pada pasien Covid-
19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang.
Tabel 4.7. Kesesuaian Pemberian Dosis Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021
hari pemberian, hal ini tidak sesuai dengan standar pedoman tatalaksana Covid-19
edisi 3 yang menganjurkan penggunaan levofloxacin 750 mg iv maupun oral
selama 5-7 hari.
4.2.5 Interaksi Obat Antibiotik dengan Terapi Covid-19 Lain
Identifikasi interaksi obat antibiotik dengan terapi Covid lain dilakukan
terhadap 115 pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang tahun
2021. Dari 115 pasien terdapat 54 pasien (46,96%) yang berpotensi mengalami
interaksi obat dan pasien Covid-19 yang tidak terdapat interaksi obat berjumlah 61
pasein (53,04%). Berikut jumlah potensi interaksi obat pada pasien Covid-19
rawat inap di RSI Siti Khadijah tahun 2021.
Tabel 4.9. Jumlah Interaksi Obat pada Pasien Rawat Inap Covid-19 di RSI Siti
Khadijah Palembang Tahun 2021
kemugkinan antara lain komplikasi terkait obat, ketidak patuhan, kualitas hidup
yang rendah, terjadinya interaksi antar obat, dan peningkatan risiko kematian
(Rahman et al., 2020).
Jika meninjau jumlah interaksi obat berdasarkan obat yang digunakan bisa
kita lihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10. Jumlah kejadian Interaksi Obat berdasarkan Obat pada Pasien Rawat
Inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021
tendinitis dan
ruptur tendon,
dan risikonya
dapat meningkat
bila
dikombinasikan
dengan steroid
Azitromisin-Antasida 1 (1,17%) Menurunkan Moderat Farmakokinetik
kadar
azitromisin oral
dengan
mengurangi
penyerapan obat
dari lambung
dan usus ke
dalam tubuh saat
diminum
Levofloxacin- 15 Risiko atau Moderat Farmakodinamik
Dexamethason (13,04%) keparahan
tendinopati
dapat meningkat
ketika
Dexamethasone
dikombinasikan
dengan
Levofloxacin
Levofloxacin-Glimepirid 3 (3,53%) levofloxacin Major Farmakodinamik
meningkatkan
efek glimepiride
dengan
sinergisme
farmakodinamik
menambahkan
efek obat
Total 85 (100%)
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa potensi interaksi obat terbanyak
terjadi pada penggunaan azitromisin dan levofloxacin secara bersamaan pada 22
(25,88%), diikuti levofloxacin dengan dexametason berjumlah 15 (13,04%),
Levofloxacin dengan becom zet berjumlah 9 (7,83%), Levofloxacin dengan
prednison berjumlah 7 (6,09%), Levofloxacin dengan metformin dan levofloxacin
dengan novorapid berjumlah 6 (7,06%), Levofloxacin dengan levemi berjumlah 5
(5, 88%), selanjutnya levofloxacin dan glimepiride dan levofloxacin dengan
sucralfat berjumlah 3 (3,53%), levofloxacin dengan apidra berjumlah 2 (2,35%),
dan azitromisin dengan antasida berjumlah 1 (1,17%).
Azitomisin dengan levofloxacin memiliki potensi interaksi obat, hal ini
sejalan dengan penelitian Lisni, Mujianti, & Anggriani (2021) sebanyak 35
kejadian interaksi obat azitromisin-levofloxacin dari 92 total kejadian interaksi
obat. Penggunaan azitromisin-levofloxacin secara bersamaan dapat menyebabkan
irama jantug menjadi abnormal dan tentunya hal ini begitu berbahaya. Namun
apabila memang diperlukan keduanya unutk dikombinasikan maka dapat
dilakukan pemantauan terhadap pasien. Mengonsumsi levofloxacin bersama obat
lain yang dapat memperpanjang interval QT harus ditinjau dengan hati-hati,
karena perpanjangan QT akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
plasma levofloxacin (Lisni, Mujianti, & Anggriani, 2021). Hasil penelitian
observasional penggunaan levofloxacin-azitromisin menghasilkan kejadian
terjadinya gangguan kardiovaskuler, kondisi ini kemungkinan akibat risiko
perpanjangan QT yang disebabkan karena efek farmakodinamik dari kombinasi
keduanya (Lu, Yuan, Li, Sutton, Rao, Jacob, & Bennett, 2015). Interaksi antara
levofloxacin dan azitromisin tergolong level keparahan minor.
Kemudian levofloxacin dengan dexametason memiliki potensi interaksi
obat, hal ini sejalan dengan penelitian Farida, Putri, Hanafi, Herdianti (2020)
sebanyak 5 (4,5%) jumlah peresepan yang menghasilkan kejadian interaksi obat
antara levofloxacin dengan dexametason. Mengonsumsi levofloxacin bersamaan
dengan dexametason dapat menimbulkan interaksi obat fase farmakodinamik
Akbar, Rahardjo, Parti, & Sakinah. (2022). Analisis Hubungan NLR, D-dimer dan
Saturasi Oksigen dengan Derajat Keparahan COVID-19 di RSU Kaliwates
Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences. Volume 8(1): 51-
55. ISSN: 2714-5654.
Burhan, Erlina, Agus Dwi Susanto, Sally Aman Nasution, Eka Ginanjar, Ceva
Wicaksono Pitoyo, Adityo Susilo, Isman Firdaus, Anwar Santoso, Dafsah
Arifa Juzar, Syafri Kamsul Arif, Navy G., Lolong Wulung, Dita
Adityaningsih, Ari Fahrial Syam, Menaldi Rasmin I, and Catharine Mayung
Sambo. (2020). Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 3.Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter Anestesiologi Dan Terap.
Eljaaly, K., Alshehri, S., Aljabri, A., Abraham, I., Al Mohajer, M., Kalil, A, Nix,
D. (2017). Clinical failure with and without empiric atypical bacteria
coverage in hospitalized adults with community-acquired pneumonia: A
systematic review and meta-analysis. BMC Infect. Dis. Volume 17, 1–7.
Farida, Putri, Hanafi, Herdianti. (2020). Profil Pasien dan Penggunaan Antibiotik
pada Kasus Community-Acquired Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit
Akademik Wilayah Sukoharjo. Journal Pharm Sci Clin Res Volume 2 Hal
151-164. Doi: 10.20961/jpscr.v5i2.39763.
Farida & Soleqah. (2016). Identifikasi Potensi Interaksi Obat-Antibiotik pada
Peresepan Pneumonia. Journal of Pharmaceutical Science and Clinica
Research Volume 1 Hal 90-101.
Fehr, A.R., & Perlman, S. (2015). Coronaviruses:Methods and protocols. In:
Majer HJ, editor. Coronaviruses: Methods and Protocols, Methods in
Molecular Biology. 1st ed. New York: Springer Science& Business
Media. p. 1–282.
Hairunnisa & Amalia.(2020). Penyakit Virus Corona Baru 2019.Jurnal Biomedika
dan Kesehatan.Volume 3 No.2.
Hakim, L., N. (2020). Urgensi Revisi Undang-undang tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia. Jurnal Maslah-Masalah Sosial Vol 11 No. 1 Hal 43-50. DOI:
10.22212/aspirasi.v11i1.589.
Haq, Nugraha, A., Anggy, F., Damayanti, F., Wibisana, I., Widhiani, N., Syifa,
R., & Warnaini, C. (2021). Faktor-faktor Terkait Tingkat Keparahan Covid-
Kassrian, S., Taneja, R., & Mehta, S. (2020). Diagnosis and Management of
Acute Respiratory Distress Syndrome in a Time of COVID-19. Diagnostics.
Volume 10, 1053. https://doi.org/10.3390/diagnostics10121053.
Knight, G.M., Glover, R.E., McQuaid, C.F., Olaru, I.D., Gallandat, K., Leclerc,
Q.J., Fuller, N.M., Willcocks, S.J., Hasan, R., Van Kleef, E. (2021).
Lu, Yuan, Li, Sutton, Rao, Jacob, Bennett. (2015). Cardiac Risk Assoaciated with
Antibiotics: Azithromycin and levofloxacin. Expert Opin Drug Saf. Volume
12 Nomor 2. P259-03. Di: 10.1517/14740338.2015.989210.
Mardianto, Yulia, & Herawati. (2022). Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Covid-19 di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang. Tunas-tunas Riset
Kesehatan. Volume 12 Nomor 2 Hal 113-121.
http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik.
Menkes RI. (2015). Lampiran Permenkes nomor 8 tahun 2015 tentang Pedoman
PPRA RS. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Mejia, Medina C, Cornejo, Morello E, Vásquez S, Alave J, & Málaga G. (2020).
Oxygen saturation as a predictor of mortality in hospitalized adult patients
with COVID-19 in a public hospital in Lima, Peru. PLOS ONE Volume
15(12), e0244171. https://doi.org/10.1371/JOURNAL.PONE.0244171.
Pertiwi, Niruri, Tanasale, & Erlangga. (2019). Potensi Interaksi Obat anatara
Penggunaan Antbiotik Golongan Kuinolon dari Pasen Dewasa Demam
Tifoid. Jurnal Unversitas Udayana hal 17-21.
Pitman, Hoang, Wi, Alsheikh, Hiner, & Percival. (2019). Revisiting Oral
Fuoroquinolone And Multivalent Cation Drug Interactions: Are They Still
Relevant?. Antibiotics. Volume 8 Nomor 3. Doi:
10.3390/antibiotics8030108.
Rahman, S., Singh, K., Dhingra, S., Charan, J., Sharma, P., Islam, S., Jahan, D.,
Iskandar, K., Samad, N., & Haque, M. (2020). The Double Burden of the
Covid-19 Pandemic and Polypharmacy on Geriatric Population-Public
Health Implications. Ther Clin Risk Manag, Volume 16. 1007-1022.
Doi:10.2147/tcrm.S272908.
Rawson, T.M., Moore, L.S., Zhu, N., Ranganathan, N., Skolimowska, K.,
Gilchrist, M., Satta, G., Cooke, G., Holmes, A. (2020). Bacterial and fungal
co-infection in individuals with coronavirus: a rapid review to support
COVID-19 antimicrobial prescribing. Clinical Infectious
Diseases.https://doi.org/10.1093/cid/ciaa530.
Ruan, Yan, Wang, Jiang & Song. (2020). Clinical predictors of mortality due to
COVID-19 based on an analysis of data of 150 patients from Wuhan, China.
Intensive Care Med Volume 46:846-848.
Susilo, A., Remende, C., Pitoyo, C.W., Santoso, Yulianti, M., Herikurniawan,
Sinti, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E.J., Chen, L., Wijaya, E.,
Tjay, T.H., & Rahardja, K. (2015). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek - Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tran, D.H., Sugamata, R., Hirose, T., Suzuki, S., Noguchi, Y., Sugawara, A., Ito,
F., Yamamoto, T., Kawachi, S., Akagawa, K.S., Ōmura, S., Sunazuka, T.,
Ito, N., Mimaki, M., Suzuki, K. (2019). Azithromycin, a 15-membered
macrolide antibiotic, inhibits influenza A (H1N1) pdm09 virus infection by
interfering with virus internalization process. J. Antibiot. (Tokyo). Volume
72, 759–768.
Walidaini, M., Rachmawati, F., Lutvia, N., Nurdevy, & Rejeki, D. (2022). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi kefatalan Covid-19. Jurnal Kesmas Indonesia.
Volume 14 Nomor 2 Hal 165-179.
Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia
Control and Prevention. China: Hubei Science and Technologi Press.
Wu, Z.,& McGoogan, J.M. (2020). Characteristics of and important lessons from
the coronavirus disease 2019 (COVID‐19) outbreak in China: summary of a
report of 72 314 cases from the Chinese Center for Disease Control and
Prevention. JAMA. 323(13):1239‐1242.
Yonata. (2016). Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia MDR Gram
Negatif pada Pasien Rawat Inap. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung
Volume 1 Nomor 2. https://doi.org/10.23960/jk%20unila.v1i2.1613.
Yuliana. (2020). Corona Virus Diseases.Wellness and Healthy Magazine. Volume
2 Nomor .ISSN 2656-0062.
Zang, J, Dong, X, Cao, Y, Yuan, Y, Yang, Y, Yan, Y.Q., Akdis, C., Gao, Y.
(2020). Clinical characteristics of 140 patients infected with SARS-CoV-2
Zeshan, B., Karobari, M., Afzal, N., Siddiq, A., Basha, S., Basheer, S., Peeran,
SW., Mustafa, M., Daud, N., Ahmed, N., Chan, Y., & Noorani, T.
(2022).The Usage of Antibiotics by COVID-19 Patients with Comorbidities:
The Risk of Increased Antimicrobial Resistance. Antibiotics Vol 11, No.
35.https://doi.org/10.3390/antibiotics11010035.
Lampiran 1.3. Surat Izin Penelitian dari RSI Siti Khadijah Palembang
No. Data Pasien dan Data Klinik Terapi Terapi Obat Lain Interaksi Obat Tepat Tepat Dosis Tepat
Antibiotik Obat Lama
Pemberian
1. Nama: KO (53Th) (Lk) Azitromisin Vometa ft 3x1 (dompe - √ √ √
No RM: CM.295XXX 1x500 mg tab Urinter 2x1 (pipemidic
Tanggal Masuk: 05/01/2021 (7 hari) acid
Tanggal Keluar: 13/01/2021 Inpepsa 3x1
Diagnosa Utama: Covid-19 Candesartan 1x1
Diagnosa Sekunder:Confirm Pneumonia Klobazam 1x1
Riwayat Penyakit:- Amlodipin 1x1
TD: 120/80 Becom zet 2x1
Nafas: 28x/menit Pumpitor inj 2x1
Denyut Nadi: 100x/menit Buscopan inj 3x1 (Hiosin
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
2. Nama: SH (52 Th) (Pr) Levofloxacin N acetylsistein 3x1 - √ √ √
No RM: CM.181XXX 1x750 mg iv (5 Becom zet 2x1
Tanggal Masuk: 18/01/2021 hr) Oseltamivir 2x1
Tanggal Keluar: 31/01/2021 Acetin 2x600
Diagnosa Utama: Covid-19 Probable Mucohexin 3x1
Diagnosa Sekunder:Hipertensi,Dispepsia.
Riwayat Penyakit:-
TD: 150/80
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 81x/menit
Suhu: 36⁰ C
SpO2: 96% (Sedang)
3. Nama: SK (74Th) (Pr) Levofloxacin Becom z 1x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.296XXX 1x750 mg tab Laxadin 3x1 (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 01/01/2021 (6 hr) Lansoprazol 1x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar: 07/01/2021 Remdesivir inj 1x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Cernevit inj 2x1 levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Sekunder:Hipertensi, Asma Lansorazole inj 2x1 darah dan mengurangi
Riwayat Penyakit:- Resfar 3x600 efektivitasnya)
TD: 150/80 Vit C 1x1
Nafas: 24x/menit Seretide 2x1 (semprot)
Denyut Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,3⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)
Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 B Fluid 1x1 inf penyerapan obat dari lambung
Diagnosa Sekunder:Anemia, TB Vit C 1x1000 inj dan usus ke dalam tubuh saat
Riwayat Penyakit: TB Paru Cernevit 2x1 diminum)
TD: 120/80 Lansoprazole 2x30
Nafas: 26x/menit Resfar 3x400 mg
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 37,6⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
17. Nama: SY (47 Th) (Lk) Azitromisin tab PCT 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.26XXX 1x500 mg (7 Hr) Ulsafat Syr 3xC (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 10/02/2021 Levofloxacin iv Becom Zet 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:20/02/2021 1x750 mg (5 Hr) Oseltamivir 2x75 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ambroxol 3x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: ISPA, Pneumonia Omeprazole 1x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Vit C 1x1
TD: 100/80 Hidrokortison 1x1 vial
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 84x/menit
Suhu: 37 C
SPO2: 98% (Sedang)
18. Nama: WES (28 Th) (Lk) Azitomicin tab PCT 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.206XXX 1x500 mg (7 Hr) Becom zet 1x1 (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 10/02/2021 Levofloxacin iv Ulsafat Syr 2xC levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:20/02/2021 1x750 mg (7 Hr) Oseltamivir 2x75 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N- Acetyl sistein 3x200 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder:ISPA, Dispepsia mg berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Asam Mefenamat 3x500
TD: 110/70 mg
Nafas: 20x/menit Vit C iv 1x1000
Denyut Nadi: 84x/menit Omeprazol 1x1 iv
Suhu: 36⁰ C Betadine gargle 3x1
SPO2: 97% (Sedang)
19. Nama: SRI (62 Th) Levofloxacin iv Amlodipin 1x10 mg Levofloxacin-Novorapid √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (6 Hr) Candesartan 1x16 mg (Moderat, Levofloxacin
CM.293XXX Trombo Aspilet 1x1 meningkatkan efek Insulin
Tanggal Masuk: 20/03/2021 Asam Folat 2x1 Aspart dengan menambahkan
Tanggal Keluar:25/03/2021 Becom zet 1x1 efek obat).
Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 Novomix 2x15 ui
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi + DM Nebulizer
TD: 150/90
No RM: CM.299XXX 1x750 mg (7Hr) Ulsafat 3xC levofloxacin dan obat lain di
Tanggal Masuk: 19/04/2021 Becomzet 3x1 kelasnya dapat menyebabkan
Tanggal Keluar:30/04/2021 N Acetyl Sistein 3x1 kp tendinitis dan ruptur tendon,
Diagnosa Utama: Probable Covid-19 PCT 3x1 kp dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Sekunder: GERD Klobazam 1x1 bila dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit: Asma Seretide 2x1 steroid seperti prednisone)
TD: 130/80 Omeprazole 2x1
Nafas: 32x/menit Covifor 1x100
Denyut Nadi: 74x/menit Metil Predinisolon 1x1
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
37. Nama: YG (61 Th) (Pr) Levofloxacin tab PCT 3x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.16XXX 1x750 mg (7Hr) Oseltamivir 2x75 mg (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 14/04/2021 Ulsafat 3xC mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar:25/04/2021 N Acetyl Sistein 3x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Klobazam 1x1 malam levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD Becomzet 3x1 darah dan mengurangi
Riwayat Penyakit:- OMZ 2x1 efektivitasnya)
TD: 110/70 Vit c 1000 1x1
Nafas: 20x/menit Ondansetron 4 mg 1x1
Denyut Nadi: 83x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
38. Nama: SIR (27 Th) Azitromisin 1x1 PCT 3x1 Azitromisin-Dexametason √ √ √
(Pr) No RM: tab (7 Hr) New diatab kp (Moderat, Konsentrasi serum
CM.299XXX Cefotaxim inj Acetin 1x600 mg Deksametason dapat
Tanggal Masuk: 03/05/2021 2x1gr (6 Hr) Avigan 2x600 mg ditingkatkan bila
Tanggal Keluar:20/05/2021 Omeprazol 1x1 dikombinasikan dengan
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 B fluid 1x1 Azitromisin)
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Dexametason 3x1 vial
Riwayat Penyakit:-
TD: 100/70
Nafas: 22x/menit
Denyut Nadi: 92x/menit
Suhu: 37,8⁰ C
SPO2: 91% (Berat)
39. Nama: DH (39 Th) (Lk) Levofloxacin tab PCT 3x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.302XXX 1x750 mg (7Hr) Ulsafat SYr 3xC (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 22/06/2021 Oseltamivir 2x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar:001/07/2021 N Acetil Sistein 3x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Becomzet 3x1 levofloxacin ke dalam aliran
Levofloxacin-Glimepirid
(Major, glimepiride oral
meningkatkan efek levofloxacin
dengan menambahkan efek
obat).
Levofloxacin-apidra (Moderat,
Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin Glulisine dengan
menambahkan efek obat).
43. Nama: HR (66 th) (Pr) Azitromisin tab Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
No RM: CM.283XXX 1x500 (12 hr) Metil Prednisolon 3x4 mg (Moderat, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 26/01/2021 Levofloxacin iv Ambroxol Sirup 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:06/02/2021 1x750 mg (11 Aspilet 1x1 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19+ Hr) CPG 1x1 jantung abnormal yang
Pneumonia ISDN 3x1 berbahaya).
Diagnosa Sekunder:- Bisoprolol 1x25 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi Candesartan 1x8 mg Levofloxacin-Prednison (Major,
TD: 170/100 Resfar 1x1fls levofloxacin dan obat lain di
Nafas: 30x/menit kelasnya dapat menyebabkan
Denyut Nadi: 99x/menit tendinitis dan ruptur tendon,
Suhu: 38,2⁰ C dan risikonya dapat meningkat
SPO2: 86% (Berat) bila dikombinasikan dengan
steroid seperti prednisone)
44. Nama: HA (59 Th) Azitromisin Vitamin E 2x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
(Pr) No RM: 1x500 mg (9 Hr) Favipiravir 2x1600 mg - (Minor, azitromisin oral dan
CM.244XXX Levofloxacin iv 600 mg levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 11/07/2021 1x750 mg (5 Hr) N Acetyl Sistein 3x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:21/07/2021 Ibu Profen 2x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19
Azitromisin-Dexametason
(Moderat, Konsentrasi serum
Deksametason dapat
ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan
Azitromisin)
49. Nama: RW (23 Th) Levofloxacin tab N Acetil Sistein 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Lk) No RM: 750 mg (7 Hr) Salbutamol 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.24XXX Azitromisin Antasid Syr 3x1 levofloxacin tab keduanya
Tanggal Masuk: 21/06/2021 1x500 mg tab (7 Remdesivir Inj 1x2 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:04/07/2021 Hr) Omeprasol 1xorder jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ondansetron 1xorder berbahaya).
Diagnosa Sekunder: ISPA Dexametason 3x1
Riwayat Penyakit:- Levofloxacin-Dexametason
TD: 120/80 (Moderat, Risiko atau
Nafas: 24x/menit keparahan tendinopati dapat
Denyut Nadi: 86x/menit meningkat ketika
Suhu: 37,2⁰ C Dexamethasone
SPO2: 93% (Sedang)
dikombinasikan dengan
Levofloxacin).
Azitromisin-Dexametason
(Moderat, Konsentrasi serum
Deksametason dapat
ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan
Azitromisin)
50. Nama: SB (26 Th) Azitromisin 1x Asam Folat 3x1 - X √ X
(Pr) No RM: 500 mg tab(3 Becom C 2x500 mg
CM.291XXX Hr) CaCO3 3x1
Tanggal Masuk: 24/08/2021 Asam Traneksamat inj
Tanggal Keluar:02/09/2021 3x1
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Ca Gluconas iv 1x1
Diagnosa Sekunder: Anemia Oseltamivir 1x1
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/70
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 95% (Ringan)
51. Nama: AFR (25 Th) Azitromisin Avigan 2x1600 mg-600 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Lk) No RM: 1x500 mg (5 Hr) mg (Minor, azitromisin oral dan
CM.302XXX Levofloxacin iv Paracetamol 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 24/06/2021 1x750 mg (6 hr) Becom zet 2x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:05/07/2021 N Acetil Sistein 3x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 CPG 1x75 mg berbahaya).
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit:- Cernevit dalam NS 100
TD: 130/90 ml 2x1
Nafas: 20x/menit Kidmin 1x1
Denyut Nadi: 84x/menit Omeprazol 2x1
Suhu: 37⁰ C Gelfusal infus 1x1
SPO2: 94% (Sedang)
52. Nama: ST (57 Th) Levofloxain iv Avigan 2x1600 mg-600 Levofloxacin-metformin √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (5 Hr) mg (Moderat, levofloxacin iv
CM.296XXX Paracetamol 3x1 kp meningkatkan efek metformin
Tanggal Masuk: 22/06/2021 Metformin 2x500 mg oral dengan menambahkan efek
Tanggal Keluar:01/07/2021 Amlodipin 1x5 mg obat).
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Becomzet 1x1
Diagnosa Sekunder: DM, Hipertensi Lansoprazol 1x1
Riwayat Penyakit: DM, Hipertensi
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
56. Nama: SRT (36 Th) (Pr) Cefotaxim 2x1 Asam Mefenamat 3x1 - √ √ √
No RM: CM.305XXX gr iv (5 Hr) Megazinc 2x1
Tanggal Masuk: 09/07/2021 Azitromisin tab Omeparzol 2x1
Tanggal Keluar:19/07/2021 1x500mg (5 Hr) N Acetil Sistein 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ceterizin 2x1
Diagnosa Sekunder:ISPA, Pneumonia Asam Traneksamat 3x1
Riwayat Penyakit:- Vit D 1x1
TD: 100/90 Tramadol 3x1 inj
Nafas: 30x/menit Ketoprofen sup 3x1
Denyut Nadi: 96x/menit Paracetamol 2x1
Suhu: 36,5⁰ C Diviti 1x2,5 mg
SPO2: 90% (Berat)
57. Nama: AST (67 Th) (Lk) Levofloxacin Favipiravir 2x1600 mg- Levofloxacin-metformin √ √ X
No RM: CM.305XXX 1x750 mg(8 Hr) 600 mg (Moderat, levofloxacin iv
Tanggal Masuk: 06/07/2021 Levofloxacin iv N Acetil sistein 3x400 mg meningkatkan efek metformin
Tanggal Keluar:19/07/2021 1x750 mg (4 Hr) Amlodipin 1x5 mg oral dengan menambahkan efek
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Metformin 2x1 obat).
Diagnosa Sekunder: DM Becomzet 1x1
Riwayat Penyakit:Hipertensi Furosemid 1x1 Levofloxacin-levemir (moderat,
TD: 150/80 Vit C 1x1 Levofloxacin meningkatkan
Nafas: 30x/menit Levemir 1x8 ui efek Insulin Detemir dengan
Denyut Nadi: 90x/menit Dexametason 2x1 inj menambahkan efek obat).
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 94-97% (Sedang)
58. Nama: DAR (76 Th) (Lk) Levofloxacin iv N Acetil Sistein 3x200 Levofloxacin-Prednison (Major, √ √ √
No RM: CM.24XXX 1x750 mg (6 hr) mg levofloxacin dan obat lain di
Tanggal Masuk: 01/07/2021 Prednison 2x8 mg kelasnya dapat menyebabkan
Tanggal Keluar:15/07/2021 Ibu profen 2x400 mg tendinitis dan ruptur tendon,
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Herbesser 1x100 mg dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Sekunder: Pneumonia, Hipertensi Candesartan 1x16 mg bila dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit:- FG Troches 4x1 tab steroid seperti prednisone)
TD: 140/90 Alprazolam 1x1
Nafas: 28x/menit Avigan 2x1600 mg-600
Denyut Nadi: 85x/menit mg
Suhu: 36,4⁰ C Vit D 1x1000 mg
SPO2: 94% (Sedang) Vit E 2x400 mg
Zink 1x1
Vit c 2x1 inf
Levofloxacin-levemir (Moderat,
Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin Detemir dengan
menambahkan efek obat).
72. Nama: MIH (61Th) (Pr) Azitromisin iv Curcuma 3x1 - √ √ X
No RM: CM.113XXX 1x500 mg (10 Vit D 1x1
Tanggal Masuk: 11/08/2021 Hr) Vit E 1x1
Tanggal Keluar:27/08/2021 Zink 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetil sistein 3x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia ARDS, Lansoprazole 2x1
Hiperkoagulasi Amlodipin 1x10 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi, DM Candesartan 1x8mg
TD: 120/80 Glimeprid 1x1
Nafas: 31x/menit Avigan 2x600 mg
Denyut Nadi: 81x/menit Ibu profen 2x1
Suhu: 36,7⁰ C Vit C 2x1 Inf
SPO2: 85% (Kritis) Heoarin 2x5000 u
Resfar 1x5 grr
Metil Prednisolon 3x125
mg amp
Levofloxacin).
Azitromisin-Dexametason
(Moderat, Konsentrasi serum
Deksametason dapat
ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan
Azitromisin)
98. Nama: DS )47 Th) (Pr) Azitromisin Oseltamivir 2x75 mg - X √ X
No RM: CM.307XXX 1x500 mg tab (7 Fluimucil 3x1 cth
Tanggal Masuk: 22/08/2021 Hr) Stimuno 1x1
Tanggal Keluar:01/09/2021 Vit D 1000 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit C 1x1000 mg ampul
Diagnosa Sekunder: - Omeprazol 1x1
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 86x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 95% (Ringan)
99. Nama: NRM (57 Th) (Pr) Azitromisin tab Acetin 2X600 mg - X √ √
No RM: CM.294XXX 1x500 mg (5 Hr) Vit D 1x1
Tanggal Masuk: 21/08/2021 Becom zet 1x1
Tanggal Keluar:03/09/2021 Favipiravir 2x600 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19
Diagnosa Sekunder: -
Riwayat Penyakit:-
TD: 90/60
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)
100. Nama: IWD (35 Th) Azitromisin Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Pr) No RM: tablet 1x1(6 Hr) N Acetyl Sistein 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.230XXX Levofloxacin tab Becomzet 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 19/01/2021 1x750 mg (5 Hr) Candesartan 1x8 mg meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:02/02/2021 Amlodipin 1x5 mg jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Betaserc 3x1 berbahaya).
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Simvastatin 1x20 mg
Riwayat Penyakit:: Hipertensi
110. Nama: SHA (63 Th) Levofloxacin tab Digoxin 1x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (5 Hr) Bisoprolol 1x1 (Moderat, multivitamin dan
CM.126XXX Levofloxacin iv Aspilet 1x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Masuk: 14/03/2021 1x750 mg (5 Hr) KSR 1x1 mengganggu penyerapan
Tanggal Keluar:24/03/2021 Becomzet 1x1 levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetyl Sistein 3x400 darah dan mengurangi
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral mg efektivitasnya)
Riwayat Penyakit:Asma Spirinolakton 1x0,5 mg
TD: 130/80 Avigan 2x600 mg
Nafas: 20x/menit Laxadin syr 3x2C
Denyut Nadi: 100x/menit Omeprazol 1x1
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 95% (Sedang)
111. Nama: MWI (54 Th) Azitromisin tab N Asetil Sistein 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
(Lk) No RM: 1x500 mg (10 KSR 1x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.306XXX Hr) Paracetamol 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 21/06/2021 Levofloxacin iv Omeprazol 2x1 vial meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:02/07/2021 1x750 mg (10 Resfar 1x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Hr) Avigan 2x600 mg berbahaya).
Diagnosa Sekunder: ISPA
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 120x/menit
Suhu: 37,5⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
112. Nama: NSR (62 Th) Azitromisin tab Metformin 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Lk) No RM: 1x500 mg (6 Hr) Spirinolakton 1x25 mg (Minor, azitromisin oral dan
CM.106XXX Levofloxacin iv Candesartan 1x 8 mg levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 15/06/2021 1x750 mg (5 Hr) Asam Folat 2x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:20/06/2021 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 berbahaya).
Diagnosa Sekunder: -
Riwayat Penyakit:-DM Levofloxacin-metformin
TD: 150/90 (Moderat, levofloxacin iv
Nafas: 33x/menit meningkatkan efek metformin
Denyut Nadi: 106x/menit oral dengan menambahkan efek
Suhu: 36,5⁰ C obat).
SPO2: 94% (Sedang)
113. Nama: PRM (68 Th) (Lk) Azitromisin tab Becomzet 1x1 - √ √ √
No RM: CM.294XXX 1x500 mg (5 Hr) Amlodipin 1x5 mg
Tanggal Masuk: 24/06/2021 Miniaspi 1x80 mg
Tanggal Keluar:04/07/2021 Candessartan 1x8 mg