Anda di halaman 1dari 141

KAJIAN POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA

PASIEN COVID-19 RAWAT INAP DI RSI SITI KHADIJAH


PALEMBANG

NAMA : NUR AINUN


NISA NPM 20330739

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL JAKARTA
AGUSTUS 2022
KAJIAN POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA
PASIEN COVID-19 RAWAT INAP DI RSI SITI KHADIJAH
PALEMBANG

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

NAMA : NUR AINUN


NISA NPM 20330739

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI
NASIONAL JAKARTA
AGUSTUS 2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nur Ainun

Nisa NPM 20330739

Tanggal :

TTD di atas Materai

i
HALAMAN PERNYATAAN NON

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Ainun Nisa

NPM 20330739

Mahasiswa : S1

Farmasi Tahun Akademik :

2021/2022

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Tugas

Akhir yang berjudul “Kajian Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19

Rawat Inap di RSI Siti Khadijah Palembang.”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta,……………..

TTD di atas materai

Nur Ainun Nisa

i
HALAMAN

KAJIAN POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA


PASIEN COVID-19 RAWAT INAP DI RSI SITI KHADIJAH
PALEMBANG

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Pada Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional

Oleh :
Nur Ainun
Nisa 20330739

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

apt. Jenny Pontoan, S.Farm., M. Farm. apt. Rahayu Wijayanti, S.Si., M. Farm.

v
KATA
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menghaturkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah,


rahmat, ridho, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Kajian Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19 Rawat Inap di
RSI Siti Khadijah Palembang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Institut Sains dan
Teknologi Nasional.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini tidak lepas dari
perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh
berarti bagi saya. Oleh karena itu, dengan rasa tulus ikhlas dan dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Refdanita, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut
Sains Dan Teknologi Nasional.
2. Ibu Yayah Siti Djuhariah, M.Si., Apt selaku Kaprodi Farmasi Institut
Sains Dan Teknologi Nasional.
3. Ibu apt. Jenny Pontoan, S.Farm., M. Farm. selaku dosen pembimbing 1
tugas akhir saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk
mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini.
4. Ibu apt. Rahayu Wijayanti, S.Si., M. Fam. Selaku dosen pembimbing 2
tugas akhir saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk
mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Apt. Ainun Wulandari, S. Farm., M.Sc. selaku dosen pembimbing
akademik saya di Program Studi Farmasi, Institut Sains dan Teknologi
Nasional.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu, staf dan karyawan
Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi, Institut Sains dan Teknologi
Nasional, yang telah banyak membantu selama perkulihan.
7. Orangtua dan keluarga yang tak henti-hentinya memberikan dukungan
moril, materil, dan doa kepada penulis.
8. Teman-teman seangkatan dan semua pihak yang telah memberikan
semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Saya menyadari terdapat kekurangan dalam Skripsi ini karena keterbatasan
kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kedepannya.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 2022

Penulis

Nur Ainun Nisa

v
ABSTRA

Nama :Nur Ainun

Nisa Program Studi :S1 Farmasi

Judul :Kajian Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19


Rawat Inap di RSI Siti Khadijah Palembang

Covid-19 merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Severe
Acute Respiratory Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang menyerang
saluran nafas dan bisa menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh lain. Covid-19
dalam beberapa tahun ini menjadi hal yang ditakuti oleh seluruh negara dunia tak
terkecuali Indonesia. Berbagai hal dilakukan untuk mengatasinya, salah satunya
dengan antibiotik, hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya peningkatan angka
resistensi antibiotik yang tinggi pada pasien Covid-19. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik demografi dan pola penggunaan antibiotik
pada pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif, dengan pengambilan data penelitian secara retrospektif melalui data
rekam medik pasien di RSI Siti Khadijah Palembang periode Januari-Desember
2021. Hasil penelitian menggunakan 115 sampel, didapatkan hasil bahwa
kebanyakan pasien berjenis kelamin laki-laki (52,17%), berusia kisaran 46-55
(29,96%), dengan tingkat keparahan terbanyak berderajat sedang (64,35%), dan
penyakit penyerta terbanyak yaitu pneumonia (53,91%). Ditinjau dari pola
penggunaan antibiotik, penggunaan antibiotik terbanyak dari golongan kuinolon
(59,75%), kesesuaian penggunaan antibiotik yang dikatakan sesuai (85,22%),
kesesuaian dosis antibiotik yang digunakan (100%), kesesuaian lama pemberian
antibiotik (76,52%), dan potensi interaksi obat terjadi pada 54 pasien (46,96%).

Kata Kunci: Covid-19, Antibiotik, Kesesuaian.

v
Institut Sains dan Teknologi
ABSTRAC

Nama :Nur Ainun


Nisa Program Studi :S1 Farmasi
Judul :Kajian Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19
Rawat Inap di RSI Siti Khadijah Palembang

Covid-19 is an infectious disease caused by the Severe Acute Respiratory


Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2), which attacks the respiratory tract and
can cause malfunction of other body organs. In recent years, Covid-19 has
become something that all countries in the world fear, including Indonesia.
Various things have been done to overcome this, one of them with antibiotics, this
is what triggers the high rate of antibiotic resistance in Covid-19 patients. The
purpose of this study was to determine the demographic characteristics and
patterns of antibiotic use in hospitalized Covid-19 patients at Siti Khadijah
Hospital Palembang in 2021. This study is a non-experimental study with a
descriptive design, with retrospective data collection through patient medical
records at Siti Khadijah Hospital Palembang for the period January-December
2021. The results of the study using 115 samples, it was found that most patients
were male (52.17%), aged in the range of 46-55 (29.96%), with the highest
severity being moderate (64.35%), and The most co-morbidities were pneumonia
(53.91%). Judging from the pattern of antibiotic use, the most use of antibiotics
was from the quinolone group (59.75%), the suitability of the use of antibiotics
that was said to be appropriate (85,22%), the suitability of the antibiotic dose used
(100%), the suitability of the duration of antibiotic administration (76.52 %), and
potential drug interactions occurred in 54 patients (46.96%).

Keywords: Covid-19, Antibiotics, Suitability.

v
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR

HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................iii
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIAT...........................................iv
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACT....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Antibiotik..............................................................................................5
2.1.1 Definisi Antibiotik....................................................................5
2.1.2 Penggolongan Antibiotik..........................................................5
2.1.3 Definisi Resistensi Antibiotik...................................................11
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Antibiotik...................11
2.2. Covid-19...............................................................................................12
2.2.1 Definisi Covid-19......................................................................12
2.2.2 Struktur dan Siklus Hidup Virus Corona..................................13
2.2.3 Patofisiologis dan Patogenesis Virus Corona...........................14
2.2.4 Klasifikasi Covid-19.................................................................15
2.2.5 Manifestasi Klinis Covid-19.....................................................16
2.2.6 Tatalaksana Covid-19................................................................17
2.3. Penelitian Terdahulu............................................................................31
2.4. Rumah Sakit........................................................................................35
2.4.1 Definisi Rumah Sakit................................................................35
2.4.2 Profil Rumah Sakit Tempat Penelitian......................................35
2.5. Kerangka Teori....................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian....................................................................................40
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................40
3.3. Populasi dan Sampel............................................................................40
3.3.1 Populasi....................................................................................40
3.3.2 Sampel......................................................................................40
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...............................................................41
3.4.1 Kriteria Inklusi..........................................................................41

3.4.2 Kriteria Eksklusi.......................................................................42


3.5. Proses Pengambilan Data....................................................................42
i
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR
3.6. Jenis Variabel......................................................................................43
3.6.1 Variabel Bebas..........................................................................43
3.6.2 Variabel Terikat........................................................................43
3.6.2 Variabel Moderator...................................................................43
3.7. Kerangka Konsep................................................................................43
3.8. Definisi dan Operasional Variabel......................................................44
3.9. Cara Pengolahan dan Analisis Data.....................................................47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Karakteristik Demografi Pasien............................................................48
4.1.1 Demografi Pasien Berdasar Jenis Kelamin...............................48
4.1.2 Demografi Pasien Berdasar Usia..............................................49
4.1.3 Demografi Pasien Berdasarkan Derajat Keparahan..................51
4.1.4 Demografi Pasien Berdasarkan Komorbid................................53
4.2. Pola Penggunaan Antibiotik................................................................56
4.2.1 Golongan Antibiotik.................................................................56
4.2.2 Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Pasien Covid-19...............59
4.2.3 Kesesuaian Pemilihan Dosis Antibiotik Pasien Covid-19........60
4.2.4 Kesesuaian Lama Pemberian Antibiotik Pasien Covid-19.......62
4.2.5 Potensi Interaksi Antibiotik dengan Terapi Lain......................63
4.3. Keterbatasan Penelitian.......................................................................70

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................................................................................71
5.2. Saran....................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................73
LAMPIRAN....................................................................................................81

x
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR

2.1. Penggolongan Penisilin.............................................................................6


2.2. Penggolongan Golongan Sefalosporin Berdasarkan Generasi..................7
2.3. Penelitian Terdahulu..................................................................................31
4.1. Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Tahun 2021 Berdasarkan Jenis Kelamin.................................48
4.2. Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Berdasarkan Usia Tahun 2021................................................50
4.3. Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Tahun 2021 Berdasarkan Derajat Keparahan Penyakit..........51
4.4.Demografi Pasien di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021
Berdasarkan Riwayat Penyakit atau Komorbid.........................................53
4.5. Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Tahun 2021 Berdasarkan Jenis Kelamin.................................57
4.6. Golongan Antibiotik yang Digunakan Pasien Covid-19 Rawat Inap
di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021............................................59
4.7. Kesesuaian Pemberian Dosis Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021............................61
4.8. Kesesuaian Lama Pemberian Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021............................62
4.9. Jumlah Potensi Interaksi Obat pada Pasien Rawat Inap Covid-19
di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021............................................63
4.10.Jumlah kejadian Potensi Interaksi Obat berdasarkan Obat
pada Pasien Rawat Inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang
Tahun 2021...............................................................................................64

x
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR

2.1. Alur Penentuan Alat Bantu Napas Mekanik..............................................28


2.2. RSI Siti Khadijah Palembang....................................................................35
2.3. Logo RSI Siti Khadijah Palembang..........................................................38

x
Institut Sains dan Teknologi
DAFTAR
1.1 Uraian Penelitian.....................................................................................81
1.2 Surat Izin Penelitian................................................................................82
1.3 Surat Izin Penelitian dari RSI Siti Khadijah Palembang.........................83
1.4 Surat Selesai Penelitian RSI Siti Khadijah Palembang...........................84
1.5 Surat Permohonan Kaji Etik....................................................................85
1.6 Surat Keterangan Layak Etik..................................................................86
1.7 Gambar-gambar Saat Penelitian..............................................................87
1.8 Data-data Penelitian................................................................................89

x
Institut Sains dan Teknologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Beberapa tahun ini, seluruh negara di dunia mengalami kejadian luar biasa
yaitu pandemi Covid-19. Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh sebuah patogen virus baru yang menyebabkan pneumonia dan bisa
berkembang menjadi sindrom gangguan pernafasan dewasa, hipoksia, bahkan
kegagalan multiorgan di dalam tubuh (Wu & McGoogan, 2019).

Covid-19 pertama kali bermula di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok.


Diawali dengan pelaporan kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya
dan mengalami penambahan jumlah kasus yang sangat cepat dalam waktu
beberapa hari. Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama virus tersebut
Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) (PDPI, 2020).
Jumlah kasus terus bertambah dan berkembang ke banyak negara antara lain juga
Indonesia. Pada tanggal 10 Januari 2022, telah terdata kasus Covid-19 di
Indonesia sebesar 4.266.469 dan meninggal sebanyak 144.136 jiwa (PHEOC
Kemkes RI, 2022).Khusus wilayah Kota Palembang sampai saat ini menurut
Dinkes (2021), kasus terkonfirmasi Covid-19 kurang lebih mencapai 23.770.
Peneliti mengambil tempat penelitian di RSI Siti Khadijah Palembang, karena
dalam KepGub Sumsel (2020), disebutkan salah satu faskes rujukan kasus Covid-
19 yaitu RSI Siti Khadijah Palembang. Dalam laporan Covid-19 (2021), tercatat
ada sekitar 1000 pasien rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang.

Tatalaksana pengobatan Covid-19 sampai saat ini belum definitif, berbagai


peneliti, perhimpunan dokter, industri farmasi, dan orang yang berkompeten
dibidangnya masih terus melakukan penelitian dan mengembangkan langkah
pengobatan apa saja yang mampu menyembuhkan penyakit ini. Sehingga
dilakukan berbagai upaya pengobatan antara lain dengan pemberian antibiotik.
Hasil studi literatur dari 9 penelitian yang dilakukan terdata 72% pasien Covid-19
menerima pengobatan antibiotik, meskipun hanya 8% yang terjangkit koinfeksi
bakteri (Rawson et al., 2020). Selain itu informasi tentang penggunaan antibiotik
untuk mengobati Covid-19 sangat mudah diakses oleh masyarakat umum di
internet, pada program berita maupun televisi harian. Kombinasi antara

Institut Sains dan Teknologi


1

Institut Sains dan Teknologi


2

kekhawatiran akan Covid-19 dan pengetahuan yang kurang memadai tentang


kegunaan antibiotik berdampak secara langsung terhadap penggunaan antibiotik
secara bebas (Ruiz, 2020). Sehubungan hal itu, dilaporkan bahwa 68,9% pasien
Covid-19 sebelum masuk rumah sakit telah menggunakan obat antibiotik terutama
seftriakson dan azitromisin (Zavala & Salcedo, 2020). Hal ini tentunya dapat
meningkatakan resistensi antibiotik.

Dari penelitian sebelumnya dihasilkan angka resistensi antibiotik yang


tinggi pada pasien Covid-19, terutama dengan komplikasi dan komorbid tertentu
(Zeshan et al., 2022). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat tentunya
berpengaruh buruk terhadap pengobatan pasien Covid-19 karena dapat
memperburuk kondisi pasien selama perawatan di rumah sakit dan meningkatkan
angka kematian (Knight et al., 2021).

Hal itulah yang membuat negara-negara yang tergabung dalam organisasi


kesehatan dunia (WHO) mengesahkan sebuah Global Action Plain tentang
Antimicrobial Resistance (WHO, 2015). Setiap rumah sakit telah diwajibkan
untuk menjalankan upaya pengendalian resistensi antimikroba dengan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) yang telah diatur dalam peraturan
kementerian kesehatan (Menkes RI, 2015).

Pengobatan antibiotik segera untuk pasien yang terinfeksi bakteri perlu


dilakukan, namun pemberian antibiotik empirik ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan pemberiannya dalam 1 jam setelah penilaian awal jika
dalam kondisi sepsis, pada pengobatan pasien Covid-19, antibiotik akan
diberikan bersama dengan obat-obatan lain dan dikhususkan untuk Covid-19
dengan derajat berat atau kritis (WHO, 2021). Penggunaan secara bersamaan bisa
memiliki potensi interaksi obat. Hal ini telah terbukti dalam penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Lisni, Mujianti, & Anggriani (2021) terkait
profil penggunaan pada pasien Covid-19 yang menghasilkan interaksi obat antara
azitromisin-remdesivir (30,57%), azitromisisn-ondansetron (5, 73%), dan
azitromisin-levofloxacin (38,04%). Maka dari itu peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul “Kajian Pola Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Covid-
19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah Palembang” dengan melihat pola penggunaan

Institut Sains dan Teknologi


3

antibiotik meliputi penggolongan antibiotik yang digunakan, kesesuaian


pemilihan obat, kesesuaian pemilihan dosis obat, kesesuaian lama pemberian, dan
potensi interaksi antibiotik yang terjadi dalam pengobatan Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan


dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik demografi dari pasien (usia,
jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, penyakit penyerta) dan bagaimana pola
penggunaan antibiotik pada pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah
Palembang periode Januari 2021-Desember 2021?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui:
1. Karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, tingkat keparahan
penyakit, dan penyakit penyerta) pasien Covid-19 rawat inap di RSI
Siti Khadijah Palembang tahun 2021.
2. Pola penggunaan antibiotik (penggolongan antibiotik, kesesuaian
pemilihan obat, kesesuaian pemilihan dosis obat, kesesuaian lama
pemberian dan potensi interaksi antibiotik dengan obat lain dalam
pengobatan) pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah
Palembang tahun 2021.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan
pelayanan pengobatan pasien Covid-19 dan menghindari kejadian
resistensi antibiotik pada pengobatan pasien Covid-19 rawat inap RSI
Siti Khadijah Palembang.
2. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti terkait
penggunaan obat antibiotik, golongan apa saja, dan pada saat kapan
antibiotik diperlukan pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah
Palembang.

Institut Sains dan Teknologi


4

3. Manfaat Bagi Peneliti Lain


Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber referensi,
informasi, dan bahan pembanding mengenai pola penggunaan
antibiotik pada pasien Covid-19, sehingga dapat memperoleh hasil
yang lebih baik lagi untuk penelitian selanjutnya.

Institut Sains dan Teknologi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibiotik
2.1.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik berasal dari dua kata yaitu anti yang berarti lawan dan bios yang
berarti hidup. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri maupun
jamur yang memiliki khasiat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik)
dan mematikan bakeri (bakteriasid), sedangkan pada manusia toksisitasnya relatif
kecil (Tjay, 2015). Berdasarkan Kemenkes RI (2013), antibiotik merupakan obat
yang paling sering digunakan untuk infeksi bakteri .

2.1.2 Penggolongan Antibiotik

Menurut Kemenkes RI (2013), antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya,


dibagi menjadi 4 macam, diantaranya:

a. Obat yang Menghambat Sintesis atau Merusak Dinding Sel Bakeri


1. Antibiotik Beta-Laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari macam-macam golongan obat yang


mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin,
monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase.Obat-obat
antibiotik betalaktam sebagian besar efektif terhadap organisme gram positif
dan negative dan umumnya bersifat membunuh bakteri.Antibiotik beta-
laktam bekerja dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis
peptidoglikan yaitu suatu polimer yang hetero yang berguna memberikan
stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri sehigga sintesis dinding sel
terganggu.

a). Penisilin, berdasarkan spektrum aktivitasnya dibagi lagi menjadi


beberapa seperti tabel dibawah ini:

5 Institut Sains dan Teknologi


6

Tabel 2.1 Penggolongan Penisilin

Golongan Contoh Aktivitas

Penisilin G dan Penisilin Penisilin G dan V Sangat aktif terhadap


V kokus gram-positif, tetapi
cepat dihidrolisis oleh
penisilinase atau beta-
laktamase, sehingga tidak
efektif terhadap S.
aureus.

Penisilin yang resisten Metisilin, nafsilin, Merupakan obat pilihan


terhadap beta-laktamase oksasilin, kloksasilin, dan tama untuk terapi S.
atau penisilinase dikloksasilin aureus yang
memproduksi
penisilinase. Aktivitas
antibiotik kurang poten
terhadap mikroorganisme
yang sensitive terhadap
penisilin G

Aminopenisilin Ampisilin, amoksisilin Selain mempunyai


aktivitas terhadap bakteri
gram-positif, juga
mencakup
mikroorganisme gram-
negatif, seperti
Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, dan
Proteus mirabilis. Obat-
obat ini sering diberikan
bersama inhibitor beta
lactamase (asam

Institut Sains dan Teknologi


7

klavulanat, sulbaktam,
tazobaktam) untuk
mencegah hidrolisis oleh
beta-laktamase yang
semakin banyak
ditemukan pada bakteri
gram-negatif ini.

Karboksipenisilin Karbenisilin, tikarsilin Antibiotik untuk


Pseudomonas,
Enterobacter, dan
Proteus. Aktivitas
antibiotik lebihrendah
dibanding ampisislin
terhadap kokus gram-
positif, dan kurang aktif
dibanding piperasilin
dalam melawan
Pseudomonas. Golongan
ini dirusak oleh beta-
laktamase.

Uredopenisilin Mezlosilin, aziosilin, Aktivitas antibiotic


piperasilin terhadap Pseudomonas,
Klebsiella, dan gram-
negatif lainnya. Golongan
ini dirusak oleh beta-
laktamase.

Sumber: (Kemenkes, 2013)

b). Sefalosporin, dibagi lagi menjadi beberapa berdasarkan generasinya,


seperti tabel di bawah ini:

Institut Sains dan Teknologi


8

Tabel 2.2 Penggolongan Sefalosporin Berdasarkan Generasi

Generasi Contoh Obat Aktivitas

I Sefaleksin, sefalotin, Antibiotik yang efektif


sefradin, sefazolin, terhadap gram-positif dan
sefadroksil memiliki aktivitas sedang
terhadap gram-negatif.

II Sefuroksim, sefaklor, Aktivitas antibiotik gram-


sefoten, sefamandol, negatif yang lebih tinggi
sefprozil, sefmetazol, daripada generasi I.
sefoksitin

III Seftriakson, sefiksim, Aktivitas kurang aktif


sefotaksim, sefoperazon, terhadap kokus gram-
seftizoksim, positif dibanding generasi
moksalaktam, seftazidim, I, tapi lebih aktif terhadap
sefpodoksim Enterobacteriaceae,
termasuk strain yang
memproduksi beta-
laktamase. Seftazidim
dan sefoperazon juga
aktif terhadap P.
aeruginosa, tapi kurang
aktif dibanding generasi
III lainnya terhadap
kokus gram-positif.

IV Sefpirom, sefepim Aktivitas lebih luas


dibanding generasi III
dan tahan teradap beta-
laktamase.

Sumber: (Kemenkes, 2013)

Institut Sains dan Teknologi


9

c). Monobaktam, contohnya ialah aztreonam, aztreonam ini resisten


terhadap beta lactamase yang dibawa oleh bakteri gram negatif, dan
memiliki aktivitas sangat baik terhadap H. influenzae, P.
aeruginosae, gonokokus, dan Enterobacteriacease.
d). Karbapenem, contohnya ialah meropenem, imipenem, doripenem,
aktivitasnya menghambat sebagian besar gram positif, negatif, dan
bakteri anaerob.
e). Inhibitor Beta-Laktamase, contohnya asam klavulanat, tazobaktam,
dan sulbaktam.
2. Basitrasin

Basitrasin merupakan kelompok yang terdiri dari antibiotik


polipeptida, yang utamanya ialah basitrasin A. Berbagai bakteri sensitive
terhadap obat ini baik dalam bentuk kokus maupun basil dari Gram-positif,
Neisseria, H. influenzae, dan Treponema pallidum.Basitrasin yang berada
dipasaran disediakan dalam bentuk bedak topical, salep kulit, dan mata.

3. Vankomisin

Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang aktif terhadap


bakteri Gram-positif.Vankomisin berkhasiat untuk infeksi yang disebabkan
oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA).Semua basil Gram-
negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin.

b. Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein


Menurut Kemenkes RI (2013), obat yang tergolong dalam mekanisme
menghambat sintesis protein, diantaranya:
1. Aminoglikosida

Golongan ini memiliki indeks terapi sempit, dan


berfungsimenghambat bakteri aerob gram negatif, contoh obatnya antara
lain streptomisin, kanamisin, amikasin, neomisin, gentamisin, tobramisin,
dan netilmisin.

Institut Sains dan Teknologi


1

2. Tetrasiklin

Golongan ini berspektrum luas, dapat menghambat bakteri aerob


maupun anaerob gram negatif maupun gram positif. Contoh obatnya antara
lain doksisiklin, minosiklin, oksitetrasiklin, tetrasilkin, dan klortetrasiklin.

3. Kloramfenikol

Golongan ini juga memiliki spektrum luas dapat menghambat bakteri


gram negatif maupun positif yang bersifat aerob maupun anaerob.Kerjanya
menghambat sintesis protein dengan berikatan pada subunit ribosom 50S.

4. Makrolida

Golongan ini aktif menghambat bakteri gram positif, Enterococcus,


dan basil gram positif. Contoh obatnya antara lain azitromisin, klaritromisin,
eritromisin, roksitromisin. Menghambat sintesis protein dengan berikatan
pada subunit ribosom 50S, sehingga menghambat translokasi peptida.

5. Klindamisin

Golongan ini menghambat sebagian besar kokus Gram positif dan


sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri Gram
negatif aerob seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia.

c. Menghambat Enzim-Enzim Essensial dalam Metabolisme Folat


Dalam Kemenkes RI (2013), obat yang termasuk golongan ini ialah:
1. Sulfonamid dan Trimetoprim

Sulfonamida bersifat menghambat pertumbuhan bakteri atau disebut


bakteriostatik sedangkan trimethoprim jika dikombinasikan dengan
sulfametoksazol dapat menghambat pathogen saluran kemih yakni , bakteri
Gram-negatif aerob (E. coli dan Klebsiella sp), Streptococcus hemoliticus,
S. aureus, Staphylococcus koagulase negatif, H . influenzae, Neisseria sp,
Enterobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia, P. carini.

d. Mempengaruhi Sintesis atau Metabolisme Asam Nukleat

Menurut Kemenkes RI (2013), obat-obatan yang termasuk golongan ini


antara lain:

Institut Sains dan Teknologi


1

1. Kuinolon
a). Fluorokuinolon, digunakan untuk infeksi disebabkan oleh P.
aeruginosa, E. coli, Gonokokus, Enterobacteriaceae, Shigella,
Salmonella, Haemophilus, Moraxella catarrhalis. Contoh obatnya
antara lain levofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, dan
siprofloksasin.
b). Asam Naladiksat, menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.
2. Nitrofuran

Golongan ini mampu menghambat bakteri gram negatif maupun gram


positif seperti E. coli, Klebsiella sp, Staphylococcus sp, Enterococcus sp,
Salmonella sp, Neisseria sp, Proteus sp, dan Shigella sp. Contoh obatnya
antara lain, furazolidin, nitrofurantoin, nitrofurazon. Absorbsi melalui
saluran cerna 94% dan tidak dipengaruhi oleh makanan.

2.1.3 Definisi Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah sebuah krisi kesehatan global mengenai


peningkatan dan seringkali tentang ketidakterbatasan penggunaan antibiotik pada
hewan dan manusia (Qiao et al., 2017). Resistensi antibiotik adalah situasi yang
terjadi ketika suatu mikroorganisme kebal terhadap spectrum antibiotik yang
digunakan, keadaan ini disebabkan oleh perubahan materi genetik dari
mikroorganisme, mutasi pada satu atau beberapa gen atau dengan gen baru,
dengan "kontaminasi" organisme dengan plasmid, inegronia, dan fase lainnya
(Kourkouta et al., 2017).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Antibiotik

Dalam Kourkouta et al., (2017), berikut adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya resistensi antibiotik, antara lain:

a. Penggunaan antibiotik yang tidak perlu.


b. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, meliputi:
1. Dosis yang terlalu kecil
2. Waktu perawatan yang lebih sedikit
3. Interval pemberian dosis yang salah

Institut Sains dan Teknologi


1

c. Memperpanjang umur antibiotik yang ada berdasarkan penggunaan rasional,


bekerja sesedikit mungkin dalam pemilihan tekanan resistensi, dan secara
umum semua rasional penggunaan antibiotik. Ini berarti:
1. Pemberian antibiotik, hanya untuk yang terdokumentasi infeksi dan
bukan flu biasa.
2. Jika antibiotik diberikan, itu harus diselesaikan dan tidak terputus
sebelum waktunya. Dosis kecil antibiotik membuat mudah kebal.
2.2 Covid-19
2.2.1 Definisi Covid-19
Virus corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit yang
disebabkan karena virus ini disebut Covid 19.Virus corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru- paru yang berat, hingga
kematian. Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS- CoV-2)
yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari corona virus
yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-
anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Handayani, 2020).
Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan
(Kemenkes, 2020).
Virus corona merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Virus corona tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Struktur Corona Virus membentuk struktur seperti kubus dengan
protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan
salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Wang,
2020). Virus corona bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan
virus.

Institut Sains dan Teknologi


1

2.2.2 Struktur dan Siklus Hidup Virus Corona


Coronavirus (CoV) merupakan keluarga besar virus RNA (Ribo
Nucleic Acid) yaitu virus ber-strain tunggal yang termasuk ordo Nidovirale,
yang terdiri dari famili Coronaviridae, Roniviridae, Mesoniviridae dan
Arteriviridae (Fehr, 2015). Famili Coronaviridae dapat dibagi menjadi dua
subfamili yaitu Coronavirinae dan Torovirinae. Subfamili Coronavirinae
terbagi menjadi 4 genus yaitu alfa, beta, gamma dan delta. Dua genus yang dapat
menginfeksi manusia adalah genus alfa dan beta (Paules et al., 2020).
Virus ini memiliki struktur sebagai virus enveloped RNA dalam lipid
bilayer. SARS-CoV-2 adalah sebuah partikel berbentuk bulat atau oval, sering
ditemukan juga berbentuk polimorfik dengan diameter 60-140 nm.
Karakteristik genetiknya sangat berbeda dengan SARS-CoV (Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus) dan MERS-CoV (Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus), homologinya mencapai 85% dengan SARS-
CoV. RNA virus ini memiliki panjang genom sekitar 26 hingga 32 kPa.
Lipid bilayer pada virus akan berfusi dengan membran sel host.
Kemudian akan terjadi realease RNA virus ke dalam sitoplasma dan
dilanjutkan dengan translasi dari protein virus. Replikasi genome RNA dan
sintesis protein virus akan membentuk virus baru dan keluar dari sel. Virus ini
memiliki glikoprotein pada permukaan virus yaitu spike (S)-glikoprotein. Virus
masuk melalui ikatan dengan 2 protein ini, yaitu spike protein (S-
protein) yang mengekspresikan seperti homotrimer pada envelope virus
(Siordia, 2020).

Pada setiap S-protein memiliki 2 subunit yaitu S1 dan S2. Subunit S1 terdiri
dari receptor-binding domain yang akan mengikat reseptor target dari sel
host, sedangkan subunit S2 akan mengatur proses fusi pada membran sel. S-
protein ini akan berikatan dengan reseptor ACE2 (Angiotensin Converting enzyme
2) pada manusia. Reseptor ACE2 terdapat banyak di paru-paru, jantung, ginjal
dan jaringan adiposa. Ikatan 2 protein ini dapat dijadikan target untuk
pengobatan dan vaksinasi. SARS-CoV-2 memiliki mekanisme memasuki sel host
yang sama dengan SARS, namun kecepatannya lebih lambat. Perbedaannya

Institut Sains dan Teknologi


1

adalah pada Covid-19, virus terakumulasi lebih banyak pada jaringan sistemik,
sehingga memiliki masa inkubasi yang lebih lama dan penularannya lebih tinggi
(Hairunnisa & Amalia, 2020).

2.2.3 Patofisiologis dan Patogenesis Virus Corona


Virus corona biasanya menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan dan
menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya
menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan
ayam.Virus corona disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan
dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan
bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus
bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Virus
corona.Virus corona pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian
severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome
(MERS) (PDPI, 2020).
Virus corona hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.Virus
tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Virus corona setelah
menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus
ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.Protein S
penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya
(Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel
host yaitu enzim ACE-2 (Angiotensin-Converting Enzyme 2). ACE-2 dapat
ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus,
usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel
alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.
Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.
Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi
dan perakitan dari kompleks replikasi virus.Tahap selanjutnya adalah perakitan
dan rilis virus (Fehr, 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).Setelah itu
menyebar ke saluran napas bawah.Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel

Institut Sains dan Teknologi


1

gastrointestinal setelah penyembuhan.Masa inkubasi virus sampai muncul


penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana, 2020).

2.2.4 Klasifikasi Covid-19

Menurut PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI (2020), berdasarkan


beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi:

a. Tanpa gejala

Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan, pasien tidak ditemukan gejala.

b. Ringan

Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,
myalgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung,
sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang
pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering
dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal seperti
fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan,
delirium, dan tidak ada demam.

c. Sedang

Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 > 93% dengan udar apneumonia tidak berat (batuk atau sulit
bernapas + napas cepatdan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda
pneumonia berat).Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11
bulan,≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun,≥30x/menit.

d. Berat/Pneumonia Berat

Pada pasien remaja atau dewasa pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari frekuensi napas > 30
x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan. Pada
pasien anak pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:

Institut Sains dan Teknologi


1

1. Sianosis sentral atau SpO2<93% ;


2. Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan
dinding dada yang sangat berat);
3. Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
4. Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan,

≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun,

≥40x/menit; usia>5 tahun, ≥30x/menit.

e. Kritis

Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan


syok sepsis.

2.2.5 Manifestasi Klinis Covid-19

Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.


Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 oC), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari.

Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai
dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian
kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Dalam PDPI, PERKI, PAPDI,
PERDATIN & IDAI (2020), berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi:

a. Tidak Berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot.Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain

Institut Sains dan Teknologi


1

itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia Ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas.

c. Pneumonia Berat

Pada pasien dewasa:

1. Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran


napas
2. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar
(Yuliana, 2020).
2.2.6 Tatalaksana Covid-19

Tatalaksana Covid-19 menurut PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI


(2020) diantaranya:

a. Pemeriksaan PCR Swab


1. Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila
pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlulagi
pemeriksaan di hari kedua, Apabila pemeriksaan di hari pertama
negatif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya (hari kedua).
2. Pada pasien yang dirawat inap, pemeriksaan PCR dilakukan sebanyak
tiga kali selama perawatan.
3. Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan
pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya
dilakukan pada pasien yang berat dan kritis.
4. Untuk PCR follow-up pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan
setelah sepuluh hari dari pengambilan swab yang positif.

Institut Sains dan Teknologi


1

5. Bila diperlukan, pemeriksaan PCR tambahan dapat dilakukan dengan


disesuaikan kondisi kasus sesuai pertimbangan DPJP dan kapasitas di
fasilitas kesehatan masing-masing.
6. Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas
demam selama tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan
hasil yang positif, kemungkinan terjadi kondisi positif persisten yang
disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah
tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT) value untuk
menilai infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan
laboratorium pemeriksa PCR karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai
dengan reagen dan alat yang digunakan.
b. Tanpa Gejala
1). Isolasi dan Pemantauan
a). Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan specimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri dirumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah.
b). Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
c). Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan
klinis
2). Non-farmakologis

Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk


dibawa ke rumah):

a). Pasien :
● Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
dengan anggota keluarga
● Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
● Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
● Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
● Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
● Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun

Institut Sains dan Teknologi


1

● Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya


(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore)
● Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik
/ wadah tertutup yang terpisah denganpakaian kotor keluarga yang
lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci
● Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
● Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC
b). Lingkungan/kamar:
● Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
● Membuka jendela kamar secara berkala
● Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar
(setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan
goggle).
● Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
● Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya
c). Keluarga:
● Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya
memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
● Anggota keluarga senanitasa pakai masker
● Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
● Senantiasa mencuci tangan
● Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
● Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
● Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dll.
3). Farmakologi
a). Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi.Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-

Institut Sains dan Teknologi


2

inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke


Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
b). Vitamin C, dengan pilihan ;
● Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
● Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
● Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari)
● Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink. c). Vitamin D
● Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablethisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
● Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
d). Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi diBPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinispasien.
e). Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
c. Derajat Ringan
1). Isolasi dan Pemantauan
a). Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari
sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejalademam dan
gangguan pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi
dilanjutkan hingga gejala hilangditambah dengan 3 hari bebas gejala.
Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas publik
yangdipersiapkan pemerintah.
b). Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi
pasien.
c). Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP
terdekat. 2). Non Farmakologis

Institut Sains dan Teknologi


2

Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi


tanpa gejala).

3). Farmakologis
a). Vitamin C, dengan pilihan ;
● Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
● Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
● Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari)
● Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E,
Zink. b). Vitamin D
● Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
● Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
c). Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5
hari d). Antivirus :
● Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5- 7 hari (terutama
bila diduga ada infeksi influenza) ATAU
● Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
e). Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
f). Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
g). Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.

d. Derajat Sedang
1). Isolasi dan Pemantauan
a). Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19

Institut Sains dan Teknologi


2

b). Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit


Darurat COVID-19
c). Pengambilan swab untuk
PCR. 2). Non Farmakologis
a). Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
b). Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan denganCRP, fungsi
ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala.
3). Farmakologis
a). Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam
1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
b). Diberikan terapi farmakologis berikut:
● Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila
curiga ada infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per
oral (untuk 5-7 hari). Ditambah
● Salah satu antivirus berikut :
o Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-
5) Atau
o Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100
mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
c). Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (Lihat
penjelasan pada derajat berat/kritis).
d). Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
e). Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

e. Derajat Berat Atau Kritis


1). Isolasi dan Pemantauan
a). Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara
kohorting
b). Pengambilan swab untuk PCR.

Institut Sains dan Teknologi


2

2). Non Farmakologis


a). Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen
b). Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap beriku dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan denganCRP, fungsi ginjal,
fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
c). Pemeriksaan foto toraks serial bila
perburukan d). Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
● Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
● Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
● PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
● Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
● Limfopenia progresif,
● Peningkatan CRP progresif,
● Asidosis laktat progresif.
e). Monitor keadaan kritis
● Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau
gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU.
● Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan
penggunaan ventilator mekanik (alur gambar 1)
● 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit,
yaitu sebagai berikut:
o Bila alat tersedia dan memenuhi syarat klinis, gunakan
high flow nasal cannula (HFNC) atau non-
invasivemechanical ventilation (NIV) pada pasien
dengan ARDS atau efusi paru luas. HFNC lebih
disarankandibandingkan NIV. (alur gambar 1)
o Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien
dengan edema paru.
o Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake
prone position).

Institut Sains dan Teknologi


2

3). Terapi oksigen:


a). Inisiasi terapi oksigen jika ditemukan SpO2 <93% dengan udara bebas
dengan mulai dari nasal kanul sampai NRM15 L/menit, lalu titrasi
sesuai target SpO2 92 – 96%.
b). Tingkatkan terapi oksigen dengan menggunakan alat HFNC (High
Flow Nasal Cannula) jika tidak terjadiperbaikan klinis dalam 1 jam
atau terjadi perburukan klinis.
c). Inisiasi terapi oksigen dengan alat HFNC; flow 30 L/menit, FiO2 40%
sesuai dengan kenyamanan pasien dan dapatmempertahankan target
SpO2 92 -96%
● Tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95).
● Titrasi flow secara bertahap 5 – 10 L/menit, diikuti peningkatan fraksi
oksigen, jikaFrekuensi nafas masih tinggi (>35x/menit)
● Target SpO2 belum tercapai (92 – 96%)
● Work of breathing yang masih meningkat (dyspnea, otot bantu nafas
aktif)
● Kombinasi Awake Prone Position + HFNC selama 2 jam 2 kali sehari
dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan
intubasi pada ARDS ringan hingga sedang.
● Evaluasi pemberian HFNC setiap 1 - 2 jam dengan menggunakan
indeks ROX.
● Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman
(indeks ROX >4.88) pada jam ke-2, 6,dan 12 menandakan bahwa
pasien tidak membutuhkan ventilasi invasif, sementara ROX <3.85
menandakanrisiko tinggi untuk kebutuhan intubasi.
● Jika pada evaluasi (1–2 jam pertama), parameter keberhasilan terapi
oksigen dengan HFNC tidak tercapai atauterjadi perburukan klinis
pada pasien, pertimbangkan untuk menggunakan metode ventilasi
invasif atau trialNIV.
● De-eskalasi bertahap pada penyapihan dengan perangkat HFNC,
dimulai dengan menurunkan FiO2 5-10%/1-2jam hingga mencapai

Institut Sains dan Teknologi


2

fraksi 30%, selanjutnya flow secara bertahap 5-10 L/1-2 jam) hingga
mencapai 25 .
● Pertimbangkan untuk menggunakan terapi oksigen konvensional
ketika flow 25 L/menit dan FiO2 < 40%.
● Perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan alat HFNC membutuhkan
ketersediaan suplai oksigen yang sangattinggi.

Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas

4). NIV (Noninvasif Ventilation)


a). Tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95).
b). Trial NIV selama 1-2 jam sebagai bagian dari transisi terapi oksigen
c). Inisiasi terapi oksigen dengan menggunakan NIV: mode BiPAP atau
NIV + PSV, tekanan inspirasi 12-14 cmH2O,PEEP6-12 cmH2O.
FiO2 40-60%.
d). Titrasi tekanan inspirasi untuk mencapai target volume tidal 6-8
ml/Kg; jika pada inisiasi penggunaan NIV, dibutuhkan total tekanan
inspirasi >20 cmH2O untuk mencapai tidal volume yg ditargetkan,
pertimbangkan untuk segera melakukan metode ventilasi invasif.
(tambahkan penilaian alternatif parameter)
e). Titrasi PEEP dan FiO2 untuk mempertahankan target SpO2 92-
96%. f). Evaluasi penggunaan NIV dalam 1-2 jam dengan target
parameter;
● Subjektif: keluhan dyspnea mengalami perbaikan, pasien tidak gelisah
● Fisiologis: laju pernafasan <30x/menit. Work of breathing menurun,
stabilitas hemodniamik
● Objektif: SpO2 92-96%, pH >7,25, PaCO2; 30 – 55mmHg, PaO2 >60
mmHg, rasio PF > 200, TV 6-8 ml/kgBB.
g). Pada kasus ARDS berat, gagal organ ganda dan syok disarankan
untuk segera melakukan ventilasi invasif.
h). Jika pada evaluasi (1–2 jam pertama), parameter keberhasilan dengan
NIV tidak tercapai atau terjadi perburukan klinispada pasien, lakukan
metode ventilasi invasif.
i). Kombinasi Awake Prone Position + NIV 2 jam 2 kali sehari dapat
memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhanakan intubasi pada

Institut Sains dan Teknologi


2

ARDS ringan hingga sedang.NIV dan HFNC memiliki risiko


terbentuknya aerosol, sehingga jika hendak diaplikasikan, sebaiknya
di ruangan yangbertekanan negatif (atau di ruangan dengan tekanan
normal, namun pasien terisolasi dari pasien yang lain) denganstandar
APD yang lengkap.Bila pasien masih belum mengalami perbaikan
klinis maupun oksigenasi setelah dilakukan terapi oksigen
ataupunventilasi mekanik non invasif, maka harus dilakukan penilaian
lebih lanjut.
5). Ventilasi Mekanik invasif (Ventilator)
a). Tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95).
b). Menetapkan target volume tidal yang rendah (4-8 ml/kgBB), plateau
pressure <30 cmH2O dan driving pressure <15cmH2O. RR: 18 – 25
x/menit,
c). Pada ARDS sedang – berat diterapkan protokol Higher PEEP, dengan
pemantauan terjadinya barotrauma padapenggunaan PEEP >10
cmH2O.
d). Pada ARDS sedang – berat yang mengalami hipoksemia refrakter
(meski parameter ventilasi optimal), dilakukan ventilasipada posisi
prone selama 12-16 jam per hari
e). Pada ARDS sedang – berat yang mengalami kondisi; dis-sinkroni
antar pasien dan ventilator yang persisten, plateaupressure yang tinggi
secara persisten dan ventilasi pada posisi prone yang membutuhkan
sedasi yang dalam, pemberianpelumpuh otot secara kontinyu selama
48 jam dapat dipertimbangkan.
f). Penerapan strategi terapi cairan konservatif pada kondisi ARDS
g). Penggunaan mode Airway Pressure Release Ventilation dapat
dipertimbangkan pada pemakaian ventilator. Khususpenggunaan
mode APRV ini harus di bawah pengawasan intensivis atau dokter
spesialis anestesi.
6). ECMO (Extra Corporeal Membrane Oxygenation)

Pasien COVID-19 dapat menerima terapi ECMO di RS tipe Ayang


memiliki layanan dan sumber daya sendiri untuk melakukan ECMO. Pasien

Institut Sains dan Teknologi


2

COVID-19 kritis dapat menerima terapi ECMO bila memenuhi indikasi


ECMO setelah pasientersebut menerima terapi posisi prone (kecuali
dikontraindikasikan) dan terapi ventilator ARDS yang maksimal
menurutklinisi.

Indikasi ECMO :

● PaO2/FiO2 <80mmHg selama >6 jam


● PaO2/FiO2 <50mmHg selama >3 jam
● pH <7,25 + PaCO2 >60mmHg selama >6 jam

Kontraindikasi relatif :

● Usia ≥ 65 tahun
● Obesitas BMI ≥ 40
● Status imunokompromis
● Tidak ada izin informed consent yang sah.
● Penyakit gagal jantung sistolik kronik
● Terdapat penyebab yang berpotensi 27eurologic (edema paru,
sumbatan mucus bronkus, abdominal compartmentsyndrome)

Kontraindikasi absolut :

● Clinical Frailty Scale Kategori ≥ 3


● Ventilasi mekanik > 10 hari
● Adanya penyakit komorbid yang bermakna :
o Gagal ginjal kronik stage III
o Sirosis hepatis
o Demensia
o Penyakit neurologis kronis yang tidak memungkinkan rehabilitasi.
o Keganasan metastase
o Penyakit paru tahap akhir
o Diabetes tidak terkontrol dengan disfungsi organ kronik
o Penyakit 27eurolog perifer berat
● Gagal organ 27eurolog berat
● Injuri 27eurologic akut berat.
● Perdarahan tidak terkontrol.

Institut Sains dan Teknologi


2

● Kontraindikasi pemakaian antikoagulan.


● Dalam proses Resusitasi Jantung Paru.
● Komplikasi berat sering terjadi pada terapi ECMO seperti perdarahan,
stroke, pneumonia, infeksi septikemi, gangguanmetabolik hingga mati
otak.

Berikut alur penentuan alat bantu nafas mekanik:

Gambar 2.1 Alur Penentuan Alat Bantu Napas Mekanik

(Sumber: PDPI, PAPDI, PERDATIN, PERKI, & IDAI, 2020)

3). Farmakologis
a). Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam
1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
b). Vitamin B1 1 ampul/24
jam/intravena c). Vitamin D
● Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup)
● Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)

Institut Sains dan Teknologi


2

d). Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
e). Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan
kulturdarah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan
kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
e). Antivirus :
● Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari
ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
● Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
(hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
f). Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti metilprednisolon 32 mg, atau
hidrokortison 160 mg pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen
atau kasus berat dengan ventilator.
g). Anti interleukin-6 (IL-6)
Tocilizumab atau sarilumab merupakan obat kelompok anti IL-
6.Sarilumab belum tersedia di Indonesia, sehingga yang dipakai
adalah Tocilizumab. Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kgBB
single dose atau dapat diberikan 1 kali lagi dosis tambahan apabila
gejala memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama.
Jarak pemberian dosis pertama dan kedua minimal 12 jam.Maksimal
pemberian 800 mg per dosis.

Tocilizumab dapat diberikan di awal pasien memasuki keadaan


Covid-19 berat, yang umumnya terjadi setelah sakit ≥ 1 minggu, dan
jumlah virus mencapai puncaknya, atau dengan kata lain jumlah virus
berpotensi tidak akan bertambah lagi. Penanda peradangan COVID-19
mulai berat tetapi belum kritis dapat dilihat dari skor SOFA masih
kurang dari 3, sementara terdapat skor CURB-65 > 2, atau saturasi

Institut Sains dan Teknologi


3

oksigen < 93% namun dapat dikoreksi dengan oksigen fraksi < 50 %
(setara dengan O2 tak lebih dari 6 L/m dengan nasal kanul atau simple
mask), atau laju pernapasan > 30 per menit, atau foto toraks terdapat
infiltrat multilobus bilateral, dengan salah satu penanda biologis di
bawah ini:

● D-dimer ≥ 0,7 μg/L


● IL-6 ≥ 40 pg/mL
● Limfosit < 800 × 109/L
● Ferritin ≥ 700 μg/L
● Fibrinogen > 700 mg/dL
● CRP > 75 mg/L
h). Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
i). Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada.
● Inisiasi resusitasi cairan dan pemberian vasopressor untuk
mengatasi hipotensi dalam 1 jam pertama.
● Resusitasi cairan dengan bolus cepat kristaloid 250 – 500 mL
(15 – 30 menit) sambil menilai respon klinis. Respon klinis
dan perbaikan target perfusi (MAP >65 mmHg, produksi urine
>0,5 ml/kg/jam, perbaikan capillary refill time, laju nadi,
kesadaran dan kadar laktat).
● Penilaian tanda overload cairan setiap melakukan bolus cairan
● Hindari penggunaan kristaloid hipotonik, gelatin dan starches
untuk resusitasi inisiasi
● Pertimbangkan untuk menggunakan indeks dinamis terkait
volume responsiveness dalam memandu resusitasi cairan
(passive leg rising, fluid challenges dengan pengukuran stroke
volume secara serial atau variasi tekanan sistolik, pulse
pressure, ukuran vena cava inferior, atau stroke volume dalam
hubungannya dengan perubahan tekanan intratorakal pada
penggunaan ventilasi mekanik)

Institut Sains dan Teknologi


3

● Penggunaan vasopressor bersamaan atau setelah resusitasi


cairan, untuk mencapai target MAP >65 mmHg dan perbaikan
perfusi - Norepinefrin sebagai first-line vasopressor
● Pada hipotensi refrakter tambahkan vasopressin (0,01-0,03
iu/menit) atau epinephrine.
● Penambahan vasopressin (0,01-0,03 iu/menit) dapat
mengurangi dosis norepinephrine
● Pada pasien COVID-19 dengan disfungsi jantung dan
hipotensi persisten, tambahkan dobutamin.
● Jika memungkinkan gunakan monitor parameter dinamis
hemodinamik. Baik invasif, seperti PiCCO2, EV1000,
Mostcare, maupun non-invasif, seperti ekokardiografi, iCON,
dan NICO2.
j). Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
k). Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi
DPJP

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ialah penelitian yang telah dilakukan sebelum


penelitian ini dibuat, hal ini merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
menemukan perbandingan dan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya yang
akan dibuat. Penelitian terdahulu memiliki tujuan sebagai acuan peneliti
berikutnya dan membantu peneliti menunjukkan keorisinalitasan dari penelitian
yang dibuat. Berikut merupakan hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan
tema penulis:
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Tahun
Penelitian
1. Lisni, Mujianti, Profil Antibiotik Hasil penelitian menunjukkan bahwa
& Anggriani untuk Pengobatan antibiotik azitromisin yang terbanyak
(2021) Pasien Covid-19 digunakan (40,42%), pemberian

Institut Sains dan Teknologi


3

di Suatu Rumah kombinasi antibiotik terbanyak yaitu


Sakit di Bandung kombinasi azitromisin dan
ceftriakson (28,03%), semua pasien
menerima antibiotik dengan dosis
dan lama terapi yang sesuai.
Ditemukan potensi interaksi obat tipe
farmakodinamik dengan tingkat
keparahan sedang pada penggunaan
antibiotik, interaksi obat azitromisin-
remdesivir (30,57%), azitromisin-
ondansetron (5,73%), dan
azitromisin-levofloksasin (38,04%).
Perlu peningkatan peran apoteker
rumah sakit dalam pemantauan
terhadap terapi obat pasien Covid-19
untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien.

Perbedaan: Penelitian Lisni, Mujianti, & Anggriani (2021), sampel yang diambil
semua pasien rawat inap di RS periiode Januari-Maret 2021, tidak mengkaji
kesesuaian antibiotik yang digunakan pada pasien Covid-19.

2. Kelana, Ikawati, Karakteristik Rata-rata usia pasien yaitu 52±13


& Klinik dan Pola tahun dan sebanyak 62% adalah pria.
Wiedyaningsih Antibiotik pada Gejala yang paling banyak
(2021) Pasien Rawat ditemukan yaitu sesak (81%) dan
Inap batuk (76,2%). Selain itu, beberapa
Coronavirus gejala lain yang ditemukan antara
Disease 2019 di lain demam (57,1%), diare (19%),
Rumah Sakit mual/muntah (33,3%), pusing
Wava Husada (14,3%) dan anoreksia (4,8%).
Malang Seluruh pasien memiliki gambaran

Institut Sains dan Teknologi


3

radiologi pneumonia dengan


sebagian besar menunjukkan jumlah
leukosit normal dan jumlah limfosit
yang rendah. Sebesar 76,2% (16
pasien) mendapatkan antibiotik
tunggal dan 23,8% (5 pasien)
mendapatkan kombinasi.
Levofloksasin merupakan antibiotik
yang paling sering diberikan baik
dalam bentuk tunggal maupun
kombinasi dengan nilai tengah durasi
pemberian antibiotik yaitu 11 hari.
Lama rawat inap pasien yaitu antara
12–24 hari dengan kondisi membaik
sebesar 71,4% sementara 28,6%
meninggal. Pengukuran prokalsitonin
perlu diupayakan di rumah sakit
tempat pengambilan data sebagai
strategi penatalayanan penggunaan
antibiotik pada pasien COVID-19.
Perbedaan: Tidak melakukan pengkajian kesesuaian pemilihan antibiotik,
kesesuaian dosis, kesesuaian lama pemberian, dan interaksi obat yang terjadi.

3. Ningrum, Penggunaan Hasil penelitian pasien Covid-19


Pratiwi, & Antibiotika pada didapatkan terkait jenis kelamin laki-
Ahdityasmara Pasien Covid-19 laki sebanyak 67 % dan perempuan
(2021) di Rumah Sakit sebanyak 33 %. Covid-19 banyak
„X” Kota menyerang pasien pada usia 18-50
Semarang tahun sebesar 47%. Diagnosa pada
pasien Covid-19 dengan adanya
komplikasi yang paling banyak
dengan Pneumonia sebanyak 20,9%

Institut Sains dan Teknologi


3

dan Hipertensi sebesar 10,5%.


Berdasarkan penggunaan antibiotika
tunggal sebesar 55,8%, dan jenis
antibiotika yang paling banyak
digunakan moxifloxacin sebesar
32,3% dengan dosis 400 mg sebesar
31,3%.
Perbedaan: Subjek penelitian tidak ada batasan usia, tidak mengkaji penggolongan
antibiotik, kesesuaian pemilihan antibiotik, kesesuaian dosis antibiotik, kesesuaian
lama pemberian antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan terapi lain.

4. Mardianto, Profil Hasil penelitian asien 46-55 tahun =


Yulia, & Penggunaan 41%, pasien laki-laki = 64%,
Herawati (2022) Antibiotik pada perempuan = 36%; derajat penyakit
Pasien Covid-19 sedang = 17%, berat = 83%; pasien
di Rumah Sakit sembuh = 95%, meninggal = 5%.
dr. Soepraoen Pemilihan antibiotik, azithromycin
Malang iv; levofloxacin iv; azithromycin p.o;
levofloxacin p.o adalah 100%.
Meropenem iv 86,05%;
moxifloxacin p.o 14,37%;
ceftriaxone iv 10,08%; cefixime p.o
3,49%; moxifloxacin iv 2,71%;
cefotaxime iv 1,94%; cefadroxil p.o
0,39%; doxycycline p.o 0,39%.
Ketepatan dosis azithromycin (iv;
p.o) 100%, levofloxacin (iv; p.o)
100%, ketepatan frekuensi
penggunaan azithromycin (iv; p.o)
100%, levofloxacin (iv; p.o) 100%.
Ketepatan lama pemberian injeksi
azithromyciniv 99,57%, levofloxacin

Institut Sains dan Teknologi


3

iv 98,34%, azithromycin p.o 89,29%;


levofloxacin p.o 100%. Kesimpulan
penelitian ini adalah penggunaan
antibiotik pada pasien COVID-19
telah memenuhi kriteria 4 tepat, yaitu
tepat pemilihan obat, tepat dosis,
tepat frekuensi penggunaan dan tepat
lama pemberian.
Perbedaan: Menggunakan seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi, derajat
penyakit hanya 2 kategori yaitu sedang dan berat, datanya diolah dengan
menggunakan rumus ketepatan penggunaan antibiotik meliputi dosis, frekuensi,
dan lama pemberian, tidak mengkaji interaksi obat.

2.4 Rumah Sakit


2.4.1. Definisi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI Nomor 72 (2016), Rumah sakit adalah sebuah


institusi pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna dengan melakukan penyedian pelayanan kesehatan baik rawat
jalan, rawat inap, dan instalasi gawat darurat.

2.4.2. Profil Rumah Sakit Tempat Penelitian

Gambar 2.2 RSI Siti Khadijah Palembang


Sumber: http://rsi-sitikhadijah.com

Institut Sains dan Teknologi


3

a. Sejarah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

RS Islam Siti Khadijah Palembang ialah sebuah rumah sakit swasta


bernuansa islamdibawah naungan Yayasan Islam Siti Khadijah Palembang dan
berdiri pada tahun 1974. Melalui SK gubernur KDH TK I Sumatera Selatan
tertanggal 14 Desember 1974 noorr 593/KPTS/VII/1974dan disahkan melalui
Akte Notaris Aminus Palembang, Tangggal 29 Januari 1975 Nomor 62 dan
didaftarkan pada Pengeadilan Negeri (PN) Palembang, tanggal 5 Februari 1975,
Nomor 32/1975, RS. Islam Siti Khadijah Palembang, mulai beroperasional secara
defenitif pada tanggal 28 Februari 1980 dengan fasilitas rawat jalan berupa poli
gigi, poli umum, rumah obat, dan BKIA.Saat ini RSI Siti Khadijah Palembang
memiliki berbagai macam fasilitas dan pelayanan kesehatan, antara lain:

1). Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam


2). Instalasi rawat jalan, terdiri poliklinik umum dan spesialis:
● Poliklinik umum
● Poliklinik gigi
● Polikllinik VCT
● Poliklinik DOT‟S
● Spesialis anak
● Spesialis kebidanan
● Spesialis bedah
● Spesialis penyakit dalam
● Spesialis mata
● Spesialis THT
● Spesialis paru
● Spesialis jantung
● Spesialis kulit dan kelamin
● Spesialis syaraf
● Spesialis neurologi
● Spesialis onkologi
● Spesialis
psikologi 3). Kamar bedah

Institut Sains dan Teknologi


3

4). Instalasi rawat inap


5). Kamar persalinan
6). ICU, ICCU, NICU, PICU
7). Home care
8). Pemulasaran jenazah dan kereta
jenazah 9). Bank darah
10). Hemodialisa
11). Pelayanan pelaksanaan penunjang medik: ECG, EEG, X-ray, USG
4D, kemoterapi, endoskopi, kolonoskopi, CT-Scan, farmasi,
spirometri, treadmil, trans magnetic stimulation.

b. Visi dan Misi RSI Siti Khadijah Palembang


● Visi :

Menjadi Rumah Sakit unggulan yang islami

● Misi :
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang bernuansa islami menjangkau seluruh
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang setinggi – tinginya.
2. Mengelola Rumah Sakit secara profesional dan terpadu sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir.

3. Melibatkan partisipasi karyawan dalam meningkatkan mutu dan pelayanan.

4. Meningkatkan penghasilan karyawan.

c. Tujuan RSI Siti Khadijah Palembang


RS Islam Siti Khadijah Palembang, merupakan sarana pengabdian untuk
melaksanakan maksud dan tujuan Yayasan Islam Siti Khadijah Palembang, yakni
membina, memelihara dan meningkatkan kesejahteraan umat dibidang kesehatan,
merupakan perwujudan iman dan amal saleh kepada Allah SWT.

Institut Sains dan Teknologi


3

d. Logo dan Motto


● Logo

Gambar 2.3. Logo RSI Siti Khadijah Palembang

Sumber:http://rsi-sitikhadijah.com

● Motto:
“Bekerja sebagai ibadah, Ridho dalam pelayanan”

Institut Sains dan Teknologi


3

2.5 Kerangka Teori


Covid-19

Tingkatan Covid-19:
1. Tanpa Gejala
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat/Kritis

Penatalaksanaan Terapi Covid-19

Non Farmakologi Farmakologi

Tanpa Gejala dan Ringan:


1. Selalu menggunakan masker
Vitamin:
2. Jaga jarak Antivirus:
1. Vitamin C dengan
3. Berjemur dibawah matahari 10-15 menit/hari 1. Favipir
komposiis C, B,, E,
4. Tidur terpisah 2. Remdesivir
Zinc
5. Cek suhu tubuh 2 kali sehari
2. Vitamin D
Sedang:
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit,
oksigen Antibiotik bagi yang ada
koinfeksi disesuaikan. Kortikosteroid:
2. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut 1. Deksametason
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan (Kritis)
Anjuran: 2. Metilprednisolon
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks 3. Hidrokortison
secara berkala. 1. Azitromisin 500
mg/24 jam iv atu p.o (5-7
hari) Obat lain, seperti:
Berat/Kritis:
2. Levofloxsacin 750 Antikoagulan dan
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit,
mg/24 jam iv atau p.o (5- Anti IL-6
status hidrasi (terapi cairan), dan oksigen
2. Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap beriku 7 hari)
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH,
D-dimer.
3. Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
4. Monitor keadaan pasien (saturasi, takipenia, peningkatan
CRP dan limfopenia progresif, dan lainnya) Kesesuaian Penggunaan
5. Monitor keadaan kritis(gagal nafas yang embutuhkan Antibiotik: Potensi
ventilasi mekanik, pembatasan resusitasi cairan, posisikan 1. Kesesuaian pemilihan obat Interaksi Obat
pasien sadar dalam kondisi tengkurap) 2. Kesesuaian pemilihan dosis
6. Terapi oksigen 3. Kesesuaian lama
waktu pemberian

Data Rekam
Medik

Kesesuaian Pola Penggunaan


Antibiotik

Sumber: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020, 2021)

Institut Sains dan Teknologi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian non eksperimental dengan menggunakan


rancangan deskriptif. Deskriptif menurut Sugiyono (2017) merupakan suatu cara
yang digunakan dengan menggambarkan maupun mendeskripsikan suatu objek
atau data yang telah terkumpul. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
yakni pengambilan data atau objek penelitian dengan melihat ke belakang. Bahan
atau data pada penelitian ini diperoleh dari data sekunder yang didapat dari RSI
Siti Khadijah Palembang berupa status rekam medik pasien Covid-19 periode
Januari-Desember 2021.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang. Data rekam medis
yang diambil merupakan data pasien rawat inap Covid-19 periode Januari-
Desember 2021. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2022

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien covid-19 rawat inap di
RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021 yang tercatat secara administartif dalam
rekam medik pasien.

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel digunakan metode non


probability sampling. Menurut Sugiyono (2017), metode non probability
sampling yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan
atau peluang yang sama bagi semua populasi untuk dijadikan sampel. Jenis
metode ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan atau
penentuan sampel dengan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria
inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian. Karena jumlah populasi

4 Institut Sains dan Teknologi


4

belum diketahui secara pasti maka dalam penelitian ini menentukan jumlah
sampel minimum dengan rumus Lemeshow. Rumus Lemeshow sebagai berikut:

Z2 1− 𝖺/2. 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛= 𝑑2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

z 1-α/2 = Z adalah skor pada 1-α/2 tingkat kepercayaan

p = Estimasi proporsinya

d = Presisi yang digunakan

Menurut Lemeshow, Hosmer, Klar, Lwanga (1990), menggunakan nilai p


0,5 sudah cukup memenuhi persyaratan untuk menentukan besaran sampel suatu
penelitian. Jadi didalam penelitian ini digunakan nilai p 0,5 dengan nilai presisi
sebesar 0,1.

1,962. 0,5.(1 − 0,5)


𝑛= 0,12

1,962.0,5.0,5
𝑛= 0,01

3.8416. 0,25
𝑛= 0,01

𝑛 = 96,04≈96

Perhitungan jumlah sampel dengan metode Lemeshow dengan tingkat


kepercayaan 95% dihasilkan 96 sampel. Pengambilan sampel dilebihkan 20%,
sehingga totalnya menjadi 115 sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
a. Pasien yang telah terkonfirmasi Covid-19 dengan atau tanpa komorbid
atau penyakit penyerta dan mendapatkan pengobatan antibiotik.
b. Pasien berusia > 17 tahun.
c. Data rekam medik pasien rawat inap covid-19 tahun 2021 yang
lengkap, jelas, dan terbaca.
d. Tidak sedang hamil.

Institut Sains dan Teknologi


4

3.4.2 Kriteria Eksklusi


a. Pasien tidak terkonfirmasi Covid-19 dan tidak mendapatkan
pengobatan antibiotik.
b. Pasien berusia < 17 tahun.
c. Pasien rawat inap covid-19 dengan data rekam medik yang tidak
lengkap, tidak jelas atau tidak terbaca.
d. Sedang hamil.
3.5 Proses Pengambilan Data
Pengambilan data penelitian ini dilakukan secara retrospektif, dengan
mencatat data-data yang diperlukan untuk penelitian dari data sekunder yang
didapat dari RSI Siti Khadijah Palembang berupa rekam medik periode Januari
2021-Desember 2021. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Pembuatan surat rekomendasi atau permohonan izin pelaksanaan
penelitian dari kampus ISTN Jakarta untuk melakukan penelitian di
RSI Siti Khadijah Palembang.
b. Menyerahkan surat rekomendasi atau permohonan izin penelitian
kepada pihak diklat RSI Siti Khadijah dan menunggu memo yang
menyatakan diperbolehkan untuk mengambil data penelitian di RSI
Siti Khadijah Palembang.
c. Pembuatan surat kaji etik di Komisi Etik Penelitian.
2. Penelusuran Data

Penelusuran data diambil dari rekam medik pasien Covid-19 rawat inap di
RSI Siti Khadijah Palembang yang memenuhi kriteria inklusi yang telah
ditetapkan.

Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medik di ruang rekam
medik, yaitu: nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, derajat Covid-19,
data klinis pasien, keterangan penyakit lain, dan data penggunaan obat pasien.

Institut Sains dan Teknologi


4

3. Pengolahan Data

Data yang didapat kemudian dianalisa dengan membandingkannya dengan


acuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pedoman Tatalaksana Covid-19
yang dikeluarkan oleh PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI edisi 3
Desember 2020 dan Revisi Protokol Tatalaksana Covid-19 oleh PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN & IDAI Juli 2021. Diambil pedoman edisi 3 dan revisi
protokol tatalaksana Covid-19 dikarenakan pengambilan data penelitian ini
dilakukan dengan melihat data rekam medik pasien Covid-19 rawat inap periode
Januari-Desember 2021.

3.6 Jenis Variabel


3.6.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2017). Variabel
bebas pada penelitian ini berupa derajat keparahan pada pasien Covid-19 rawat
inap di RSI Siti Khadijah Palembang periode Januari – Desember 2021.

3.6.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi


akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel terikat yaitu pola
penggunaan antibiotik pada pasien yang terdiagnosa Covid-19 di rawat inap RSI
Siti Khadijah Palembang periode Januari – Desember 2021.

3.6.3 Variabel Moderator

Variabel moderator merupakan variabel yang dapat memepengaruhi hubungan


(kuat dan lemah) antara variabel independen dengan dependen (Sugiyonon, 2017).
Dalam penelitian ini variabel moderatornya berupa usia, jenis kelamin, dan
komorbid. Dalam penelitian Walidaini, Rachmawati, Lutvia, Nurdevy, & Rejeki
(2022) menyimpulkan usia, jenis kelamin, dan komorbid memepengaruhi tinggi
dan rendahnya derajat keparahan Covid-19.

3.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan gambaran dari suatu realitas atau


kenyataan sehingga dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang

Institut Sains dan Teknologi


4

menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti (Nursalam, 2017). Menurut


Sugiyono (2017) kerangka konsep adalah suatu hubungan yang menghubungkan
secara teoritis antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu,
variabel bebas dan terikat yang diukur dan diamati melalui penelitian yang akan
dilaksanakan.

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Terikat

(Dependent Variable)

Pola Penggunaan Antibiotik pada


Variabel Bebas Pasien Covid-19 Rawat Inap RSI
Siti Khadijah Palembang, meliputi:
(Independent 1. Penggolongan Antibiotik
Variable) 2. Kesesuaian Pemberian
Derajat Keparahan Antibiotik
3. Kesesuaian Dosis
Covid-19.
Antibiotik
4. Kesesuaian Lama
Pemberian Antibiotik
5. Potensi Interaksi Antibiotik

Variabel Moderator
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Penyakit Penyerta

3.8 Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur

1. Jenis Kelamin Identitas untuk Rekam 1. Perempuan Nominal


membedakan Medik 2. Laki-laki
antara
(Kemenkes, 2018).
perempuan dan
laki-laki

2. Usia Suatu tingkat Rekam Usia pasien dibagi Interval

Institut Sains dan Teknologi


4

hidup pasien Medik menjadi:


yang dihitung 1. 18-25
sejak lahir
2. 26-35
hingga saat
pengambilan 3. 36-45
data 4. 46-55

5. 56-65

6. > 65

(Depkes, 2009)

3. Penyakit Suatu penyakit Rekam 1. Hipertensi Nominal


Penyerta atau masalah Medik
2. Diabetes Melitus
kesehatan yang
3. Gagal Jantung
muncul sesudah
atau sebelum 4. PPOK
terpapar 5. Pneumonia
penyakit yang
6. ISPA
sedang ditangani
yaitu Covid-19 7. Penyakit Ginjal

8.Gangguan
Koagulasi

9. TB

10.Cedera
Miokardium

(PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN
& IDAI 2020, 2021)

4. Derajat Tingkatan yang Rekam 1. Tanpa Gejala Nominal


Keparahan menunjukkan Medik
2. Ringan
nilai keseriusan
3. Sedang

Institut Sains dan Teknologi


4

Covid-19 yang 4. Berat


dimiliki pasien.
5. Kritis

(PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN
& IDAI 2020, 2021)

5. Penggunaan Golongan Rekam 1. Penisilin Nominal


Golongan antibiotik yang Medik
2. Sefalosporin
Antibiotik digunakan
3. Makrolida
dalam
pengobatan 4. Aminoglikosida
Covid-19. 5. Kuinolon

6. Tetrasiklin

7. Kloramfenikol

(Kemenkes, 2013)

6. Kesesuaian Pemberian Rekam 1. Sesuai Nominal


Pemilihan antibiotik sesuai Medik
2. Tidak sesuai
Antibiotik dengan taraf
(PDPI, PERKI,
Covid-19 dan
PAPDI, PERDATIN
infeksi yang
& IDAI 2020, 2021)
diderita oleh
pasien.

7. Kesesuaian Pemberian dosis Rekam 1. Sesuai Nominal


Pemilihan antibiotik sesuai Medik
2. Tidak sesuai
Dosis denganpenyakit
(PDPI, PERKI,
Antibiotik pasien dan
PAPDI, PERDATIN
ketentuan yang
& IDAI 2020, 2021)
telah ditetapkan.

8. Kesesuaian Pemberian Rekam 1. Sesuai Nominal


lama waktu antibiotik Medik

Institut Sains dan Teknologi


4

pemberian selama beberapa 2. Tidak sesuai


Antibiotik hari sesuai
(PDPI, PERKI,
dengan penyakit
PAPDI, PERDATIN
pasien dan
& IDAI 2020, 2021).
ketentuan yang
telah ditetapkan.

9. Interaksi Obat Suatu potensi Rekam 1. Major Nominal


yang Medik
2. Moderate
mengakibatkan
3. Minor
efek merugikan
bagi pasien (Medscape, 2022)
Covid-19 jika
obat-obatan
diminum secara
bersamaan.

3.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini pengolahan dan analisis data dilakukan secara statistik
deskriptif. Menurut Sugiyono (2017), statistik deskriptif yaitu menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dan
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, pictogram, diagram lingkaran, persentil,
median, mean ataupun perhitungan persentase. Dalam penelitian ini data yang
telah didapat kemudian diolah dan dianalisis dengan melakukan pengelompokkan
dan penjumlahan pada pasien berdasarkan jenis kelamin, usia, penyakit penyerta,
derajat keparahan, kesesuaian pemberian antibiotik, dosis, dan lama pemberian,
serta potensi interaksi antara antibiotik dengan terapi lain. Setelah dikelompokkan
dan dijumlahkan kemudian dimasukkan dalam suatu tabulasi atau tabel lalu
disajikan dalam bentuk persentase (%).

Institut Sains dan Teknologi


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data rekam medik pasien rawat inap Covid-19
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang periode Januari-Desember 2021.
Dari banyaknya pasien rawat inap Covid-19 diambil 115 sampel yang telah
dihitung berdasarkan rumus minimum sampel dan memenuhi kriteria inklusi yang
sudah ditetapkan yaitu pasien Covid-19 dengan atau tanpa komorbid yang
mendapat terapi antibiotik, berusia di atas 17 tahun, tidak dalam keadaan hamil,
dan dengan data rekam medik yang lengkap, jelas, dan terbaca meliputi nama,
jenis kelamin, diagnosis, data klinis (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas,
suhu tubuh, dan SpO2) dan terapi yang diberikan harus jelas (nama obat, dosis
yang diberikan, dan aturan pakai).
Hasil dari penelitian ini disajikan secara deskriptif dengan menggambarkan
karakteristik demografi pasien Covid-19 meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
keparahan, dan penyakit penyerta atau komorbid serta menggambarkan pola
penggunaan antibiotik pasien rawat inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah
Palembang.
4.1. Karakteristik Demografi Pasien
4.1.1. Demografi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil pengambilan data demografi pasien berdasarkan jenis kelamin
diperoleh 60 pasien (52,17%) berjenis kelamin laki-laki dan 55 pasien (47,83%)
berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.1 Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Tahun 2021 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)


Laki-Laki 60 52,17%
Perempuan 55 47,83%
Total 115 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dihasilkan persentase pasien rawat inap Covid-19 di
RSI Siti Khadijah Palembang yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
perempuan, hal ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

48
Institut Sains dan Teknologi
4

Susilo dkk. (2020), menyatakan bahwa sebaran kasus Covid-19 di 3 negara yang
diteliti jika ditinjau dari jenis kelamin untuk China 51,4% laki-laki dan 48,6%
perempuan, Italia 57,9 % laki-laki dan 42,1% perempuan namun sedikit berbeda
dengan Korea selatan yang menghasilkan sebaran laki-laki lebih sedikit
dibandingkan perempuan yakni 38,5% sedangkan perempuan 61,5%. Dari 552
rumah sakit dari 30 provinsi di Cina terdapat 58% pasiennya ialah laki-laki, hal ini
menunjukkan jenis kelamin laki-laki cenderung lebih rentan terkena Covid-19
(Cai, 2020). Hal ini diduga berkaitan dengan laki-laki cenderung lebih banyak
berada di luar rumah baik bekerja maupun kegiatan lain (Hidayati, 2020). Selain
itu diduga juga dipengaruhi oleh faktor merokok, kebanyakan perokok dari
kalangan laki-laki. Dalam penelitian Zhang et al., (2020), diduga nikotin dalam
rokok dapat meningkatkan ekspresi reseptor ACE2 yang berhubungan dengan
Covid-19. Masuknya SARS-Cov-2 ke sel inang dimulai dengan perlekatan
glikoprotein spike pada reseptor ACE2 dengan bantuan enzim kemudian
dilanjutkan dengan fusi membrane yaitu proses setelah virus menemukan sel yang
rentan terhadap infeksi, setelahnya RNA virus dikeluarkan dari sitoplasma sel
inang kemudian terjadi proses replikasi material genetik, RNA yang sudah
diperbanyak bersama protein membentuk vesikel yang dapat menembus membran
dan keluar dari sel inang untuk menginfeksi sel lain (Hussain et al., 2020). Selain
karena pengaruh rokok, laki-laki berpeluang lebih besar terjangkit Covid-19
dikarenakan seiring bertambahnya usia laki-laki akan mengalami pengurangan
jumlah sel B di dalam tubuh hal ini mengakibatnya kurangnya pasokan antibodi
sehingga kemampuan tubuh untuk melawan virus SARS-Cov-2 menjadi lemah
dan pengaruh hormon yang dihasilkan oleh laki-laki dan perempuan, hormon laki-
laki testosterone dan androgen biasanya muncul sebagai imunosupresan yang
menekan kekebalan tubuh sedangkan pada perempuan, hormon yang dihasilkan
meningkatkan aksi imunitas humoral sehingga virus yang datang bisa dimediasi
oleh sistem kekebalan tubuhnya (Al-Bari, Hossain, & Zahan, 2021).
4.1.2. Demografi Pasien Berdasarkan Usia
Berbagai usia pasien rawat inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Institut Sains dan Teknologi


5

Tabel 4.2 Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Berdasarkan Usia Tahun 2021

Usia Jumlah Pasien Persentase (%)


18-25 7 6,09%
26-35 11 9,56%
36-45 21 18,26%
46-55 31 26,96%
56-65 29 25,22%
>65 16 13,91%
Total 115 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pasien rawat inap Covid-19 di
RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021 memiliki jumlah paling banyak pada
rentang usia 46-55 tahun sebanyak 31 pasien (26,96%), kemudian 56-65 tahun
sebanyak 29 pasien (25,22%), 36-45 tahun sebanyak 21 pasien (18,26%), >65
tahun sebanyak 16 pasien (13,91%), 26-35 tahun sebanyak 11 pasien (9,56%), dan
usia paling muda 18-25 tahun hanya 7 pasien (6,09%). Sama halnya dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Putra, Retnoningrum, Arkhaesi, & Pramudo
(2021), menghasilkan persentase Covid-19 tertinggi pada pasien berusia 46-65
sebanyak 43 pasien (50%). Dalam penelitia Susilo dkk. (2020) juga menghasilkan
persentase tertinggi Covid-19 di Cina sebesar 22,4% pada rentang umur 50-59
tahun dan selanjutnya diikuti usia 60-69 dan 40-49 yang sama-sama memilki
persentase 19,2%. Menurut Hakim (2020), usia 46-55 tahun tergolong masa lansia
awal yang diikuti penurunan fungsi organ dan jumlah hormone tubuh. Sama
dengan Al Amin & Juniati (2017) usia 47-56 termasuk kategori lanjut usia
(lansia). Kategori lansia rentan terjangkit Covid-19, hal ini dikarenakan pada
lansia terjadi proses penurunan sistem imun perlahan akibat penuaan
(imunosenesens) yang menyebabkan penurunan dan penuaan fungsi sistem imun
baik bawaan maupun perolehan sehingga mudah terinfeksi bakteri maupun virus
(Fuentes et al., 2017). Alasan lainnya karena usia lanjut biasanya memiliki
penyakit komorbid atau bawaan seperti hipertensi, diabetes yang membuat daya
tahan tubuhnya menurun dan hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian
pada pasien Covid-19 (Putri dkk., 2021). Dalam penelitian Haq dkk., (2021)

Institut Sains dan Teknologi


5

mengatakan bahwa usia sangat mempengaruhi derajat keparahan penyakit dan


angka kematian pada pasien Covid-19, usia yang menunjukkan derajat keparahan
yang tinggi pada pasien lansia dikarenakan kompetensi dari sistem imun yang
terus berkurang seiring bertambahnya usia.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Elviani dkk. (2021), didapatkan
hasil kejadian Covid-19 terbanyak pada rentang umur 26-35 terdiri dari 141
pasien (21,2%), hal ini terjadi dikarenakan rentang usia itu merupakan usia
produktifnya seseorang dimana aktivitas, mobilitas, interaksi sosial yang terjadi
sangat tinggi sehingga rentan terjangkit Covid-19.
4.1.3. Demografi Pasien Berdasarkan Derajat Keparahan
Dalam Pedoman Tata Laksana Covid-19 Edisi 3 derajat keparahan Covid-19
terbagi menjadi 5 tingkatan, antara lain tanpa gejala, ringan, sedang, berat, dan
kritis. Berikut demografi derajat keparahan Covid-19 pasien rawat inap di RSI Siti
Khadijah dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.3 Demografi Pasien Covid-19 Rawat Inap di RSI Siti Khadijah
Palembang Tahun 2021 Berdasarkan Derajat Keparahan Penyakit

Derajat Keparahan Jumlah Pasien Persentase (%)


Covid-19
Tanpa Gejala 0 0%
Ringan 9 7,83%
Sedang 74 64,35%
Berat 30 26,09%
Kritis 2 1,73%
Total 115 100%
Berdasararkan data penelitian di atas terlihat bahwa pasien Covid-19 rawat
inap di RSI Siti Khadijah Palembang sebagian besar mengalami Covid-19 dengan
derajat sedang yaitu berjumlah 74 pasien (64,35%), pasien dengan derajat berat
berjumlah 30 pasien (26,09%), 9 pasien (7,83%) dengan derajat ringan, 2 pasien
(1,73%) kritis. Hasil ini sejalan dengan penelitian Maharianingsih, Sudirta, &
Suryaningsih (2022) yang mengahasilkan 178 pasien (89%) memiliki derajat
sedang dan 22 orang (11%) memiliki derajat berat dan keduanya sama-sama
ditempatkan di ruang isolasi Covid-19. Sama halnya dengan penelitian

Institut Sains dan Teknologi


5

Kusumawardani, Maria, & Fanani (2021) yang menyatakan pasien Covid-19


rawat inap salah satu rumah sakit di Jawa Barat sebagian besar memiliki derajat
sedang berjumlah 105 pasien 98,1% dan hanya 2 pasien (1,9%) dengan tingkat
keparahan berat.
Derajat keparahan Covid-19 di dalam penelitian ini ditinjau dari 2 apsek
antara lain kadar SpO2 dan ada atau tidaknya infeksi pneumonia. Dalam
penelitian Akbar, Rahardjo, Parti, & Sakinah (2022), menyimpulkan bahwa ada
hubungan tinggi rendahnya saturasi oksign (SpO2) dengan derajat keparahan
Covid-19. Saturasi oksigen merupakan nilai yang menunjukkan kandungan
oksigen di dalam darah seseorang dan bisa menjadi tolak ukur distress pernafasan
pada pasien Covid-19, hal ini penting untuk diketahui dikarenakan pada pasien
Covid-19 biasanya sirkulasi akan cenderung terhambat dikarenakan adanya cairan
pada parenkim paru karena adanya infeksi virus, dengan diketahui kadar SpO2
maka bisa melakukan tindakan tambahan seperti pemasangan oksigen untuk
meningkatkan kadar oksigen (Mejia et al., 2020).
Ada tidaknya infeksi pneumonia juga penting dijadikan acuan karena hal ini
juga sangat berhubungan dengan keparahan Covid-19. Dalam penelitian Ruan,
Yan, Wang, Jiang & Song (2020), menyatakan bahwa kegagalan pernafasan
akibat kadar oksigen yang terlalu rendah dapat meningkatkan keparahan dan
menjadi faktor penyebab utama kematian terhitung >85% pneumonia
menyebabkan kematian.
Kedua indikator ini juga tertulis dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN
& IDAI (2020), dikategorikan pasien Covid-19 berderajat sedang dengan ciri
bertanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, nafas cepat) namun tidak berat
dan kadar SpO2 nya ≥93%, untuk pasien Covid-19 dengan derajat berat ialah
pasien dengan tanda klinis pneumonia berat (demam, batuk, sesak, nafas cepat)
ditambah SpO2 <93% atau frekuensi nafas >30x/menit.
Untuk pasien dengan derajat keparahan kritis, ditinjau dari diagnosis pasien
menderita ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). ARDS adalah kejadian
gagal nafas berat yang disertai hipoksemia yang paling sering karena pneumonia,
sepsis, dan aspirasi (Kassrian, Taneja, & Mehta, 2020). Hal ini bisa terjadi karena

Institut Sains dan Teknologi


5

kantung udara pada paru-paru (alveolus) dipenuhi oleh cairan sehingga


mengganggu proses compliance dan pertukaran gas.

4.1.4 Demografi Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta atau Komorbid


Dalam pedoman tatalaksana Covid-19 (2020), disebutkan ada beberapa
penyakit penyerta atau komorbid yang ada, diantaranya diabetes mellitus,
hipertensi, PPOK, tuberkulosis, gagal ginjal, gagal jantung, autoimun,
gastrointestinal, gangguan koagulasi, cedera miokardium, Berikut data riwayat
penyakit yang pasien rawat inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah miliki.
Tabel 4.4 Demografi Pasien di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021
Berdasarkan Riwayat Penyakit atau Komorbid

Komorbid Jumlah Pasien Persentase


Pneumonia 23 20%
Pneumonia+Hipertensi 12 10,43%
Pneumonia+DM 11 9,56%
Pneumonia+Hiperkoagulasi 3 2,61%
Pneumonia+Asma 2 1,74%
Pneumonia+Gangguan Fungsi Hati 4 3,48%
Pneumonia+ISPA 1 0,87%
Pneumonia+GERD 1 0,87%
Pneumonia+Hipertensi+Hiperkoag 1 0,87%
ulasi
Pneumonia+GERD+DM 1 0,87%
Pneumonia+Hipertensi+Dm 2 1,74%
Pneumonia+Asma+Hiperkoagulasi 1 0,87%
Total Pneumonia 62 53,91%
Hipertensi 4 3,48%
Hipertensi+DM 4 3,48%
Hipertensi+Asma 2 1,74%
Hipertensi+GERD 1 0,87%
Hipertensi+ARDS+Hiperkoagulasi 2 1,74%

Institut Sains dan Teknologi


5

Total Hipertensi 13 11,30%


ISPA 8 6,96%
ISPA+GERD 7 6,08%
ISPA+GERD+Hipertensi 2 1,74%
ISPA+GERD+DM 1 0,87%
Total ISPA 18 15,65%
DM 5 4,34%
DM+Hiperkoagulasi 2 1,74%
Total DM 7 6,08%
GERD 2 1,74%
GERD+Asma 1 0,87%
Total GERD 3 2,61%
Anemia 1 0,87%
Anemia+TB 1 0,87%
Total Anemia 2 1,74%
PPOK 1 0,87%
Kolesterol 1 0,87%
Hiperkoagulasi 4 3,48%
BPH+Gangguan Fungsi Hati 1 0,87%
Total dengan Komorbid 112 97,39%
Tanpa Komorbid 3 2,61%
Total Keseluruhan 115 100%

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa pasien Covid-19 inap di RSI Siti
hadijah Palembang sebagian besar memiliki penyakit penyerta atau komorbid,
dengan pneumonia sebagai komorbid dengan jumlah terbanyak. Dari hasil
penelitian didapatkan data pasien dengan komorbid pneumonia berjumlah 62
pasien (53,91%) yang terdiri dari pneumonia tunggal sekitar 23 pasien (20%) dan
sisanya kombinasi dengan komorbid lain, komorbid terbanyak kedua ialah ISPA
dengan total 18 pasien (15,65%) dengan ISPA tunggal sebanyak 8 pasien (6,96%)
dan sisanya kombinasi komorbid lain, komorbid terbanyak berikutnya ialah
hipertensi dengan total 13 pasien (11,30%) dengan hipertensi tunggal berjumlah 4

Institut Sains dan Teknologi


5

pasien (3,48%) dan sisanya kombinasi. Dari tabel terlihat bahwa komorbid
pneumonia juga berkaitan dengan hipertensi, DM, ISPA, GERD, hiperkoagulasi,
dan asma. Pasien Covid-19 tanpa komorbid hanya berjumlah 3 pasien (2,61%).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Maharianingsih, Sudirta, & Suryaningsih
(2022), yang menghasilkan pasien rawat inap di RSUD karangasem 196 pasien
(98%) memiliki komorbid dan hanya 4 pasien (2%) tanpa komorbid, dari
penelitian ini juga dihasilkan komorbid terbanyak yaitu pneumonia dengan pasien
berjumlah 102 (51%).
Pneumonia adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan paru-paru
(alveoli) dengn gejala batuk disertai nafas cepat dan sesak, biasanya disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme (Amalia, 2019). Pneumonia umumnya terjadi
dikarenakan mikroorganisme seperti bakteri antara lain P. aeruginosa, S.
pneumoniae, Enterobacteriaceae, H.influenzae, dan S. aureus (Centers for
Diseases Control and Prevention, 2019). Pneumonia yang terjadi pada pasien
Covid-19 berbeda dengan pneumonia pada umumnya dikarenakan terjadi karena
paparan virus SARS Cov-2. Virus SARS Cov-2 sangat agresif menyerang
pernafasan bagian atas, pneumonia bisa terjadi karena Covid-19 dikarenakan
berada dalam satu jaringan yakni paru-paru saat virus itu sudah menyerang maka
penyebarannya keseluruh jaringan paru akan lebih cepat dari pneumonia biasanya
(Nurhayati & Pratiwi, 2020).
Komorbid terbanyak berikutnya ialah ISPA, ISPA ialah penyakit akibat
infeksi pada saluran pernapasan bagian atas atau bawah biasanya ringan hingga
parah dan menyebabkan kematian (Idris dkk., 2021). Sama halnya dengan
pneumonia, ISPA erat kaitannya dengan Covid-19 karena sama-sama menyerang
pada bagian saluran pernafasan dan menjadi salah satu penanda atau ciri Covid-19
dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020). Dalam penelitian Idris
dkk (2021), pada pasien-pasien yang terkena ISPA mempunyaki resiko besar
terjangkit penyakit Covid-19.
Kemudian komorbid hipertensi, hipertensi adalah suatu penyakit kronis
yang ditandai dengan peningkatan tekanah darah arteri yakni sistolik ≥140 mmHg
atau diastolik ≥90 mmHg dalam pemeriksaan yang berulang (Kemenkes, 2019).
Hipertensi merupakan komorbid yang paling sering ditemui pada pasien Covid-

Institut Sains dan Teknologi


5

19, virus SARS Cov-2 menjalin ikatan dengan ACE2 di paru-paru untuk masuk
ke dalam sel, sehingga penggunaan terapi ACE dan ARB masih dipertanyakan
bisa memberi manfaat atau merugikan jika masih tetap digunakan saat pasien
terkena Covid-19 karena ACE dan ARB dikhawatirkan akan meningkatkan ikatan
virus dengan paru-paru (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI, 2020).
Namun pernyataan itu diperjelas oleh berbagai penelitian yang dilakukan salah
satunya oleh Linelejan, Umboh & Wantania (2021), yang menyimpulkan bahwa
penggunaan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin
receptor blockers (ARB) sebagai terapi pada COVID-19 dengan hipertensi tidak
memiliki pengaruh terhadap progresifitas penyakit, luaran terapi, dan mortalitas
namun memiliki manfaat dalam menurunkan mortalitas dan luaran pasien
COVID-19 dengan hipertensi. Jadi pada pasien-pasien Covid-19 dengan
komorbid hipertensi diperbolehkan menggunakan antihpertensi golongan ACEI
maupun ARB.
Penyakit penyerta atau komorbid merupakan suatu penyakit tambahan baik
fisik maupun psikis selain dari kondisi utama pasien yang sedang ditangani yang
sapat memperburuk kondisi dari pasien itu sendiri (Yonata, 2016). Dengan adanya
komorbid, tentunya penanganan dan pemberian terapi pasien harus disesuaikan
dengan kondisi penyakit yang menyertainya. Dalam penelitian Haq dkk., (2021),
adanya penyakit penyerta dapat berpengaruh terhadap derajat keparahan Covid-19
khususnya pada pasien dengan penyakit penyerta kronis karena akan terjadi
penurunan respon imun yang menyebabkan mudah terinfeksi Covid-19 an
menghasilkan luaran yang buruk.
4.2. Pola Penggunaan Obat Antibiotik
4.2.1. Golongan Obat Antibiotik
Dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020), dituliskan
bahwa penggunaan antibiotik yang disarankan pada beberapa tingkat keparahan
Covid-19 antara lain pada derajat ringan dengan penggunaan azitromisin, derajat
sedang dengan penggunaan azitromisin atau levofloxacin per oral atau iv, dan
pada derajat berat atau kritis azitromisin atau levofloxacin peroral atau iv dan juga
bisa menggunakan antibiotik lain yang disesuaikan dengan koinfeksi pada pasien
Covid-19. Dalam PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2021),

Institut Sains dan Teknologi


5

penggunaan antibiotik hanya disarankan pada pasien Covid-19 dengan derajat


berat atau kritis yang memiliki koinfeksi bakteri. Berikut ini tabel yang
menggambarkan penggunaan golongan antibiotik pada pasien Covid-19 rawat
inap di RSI Siti Khadijah Palembang.
Tabel 4.5. Golongan Antibiotik yang Digunakan Pasien Covid-19 Rawat Inap di
RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021

Golongan Obat Jenis Obat Frekuensi Persentase


Makrolida Azitromicin tab 52 35,37%
Azitromicin iv 2 1,36%
Total 54 36,73%
Sefalosporin Ceftriaxone iv 11 5,44%
Cefotaxim iv 2 1,36%
Total 13 9,52%
Kuinolon Levofloxacin tab 12 8,16%
Levofloxacin iv 67 45,59%
Total 79 53,75%
Total Keseluruhan 146 100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat penggunaan antibiotik terbanyak pada
golongan kuinolon yaitu levofloxacin sebanyak 12 (8,16%) per oral dan iv 67
(45,59%) dengan total golongan 79 (53,75%), golongan terbanyak ke-2 yaitu
makrolida dengan total 54 (36,73%) yang terdiri dari azitromisin peroral
berjumlah 52 (35,37%) dan iv berjumlah 2 (1,36%). Golongan terakhir yaitu
sefalosporin, dengan total 14 (9,52%) yang terdiri dari ceftriaxone iv berjumlah 11
(5,44%) dan cefotaxime iv 2 (1,36%). Keduanya tergolong dalam golongan
sefalosporin generasi ke-3 (Kemenkes, 2013).
Hasil ini sama dengan penelitian Kelana, Ikawati & Wiedyaningsih (2021)
yang menyimpulkan bahwa levofloxacin merupakan antibiotik yang paling sering
diberikan baik dalam bentuk tunggal sebanyak 10 pasien (62,5%) dan dalam
bentuk kombinasi antara lain dengan azitromisin sebanyak 1 pasien (20%) serta
dengan cefoperazone berjumlah 4 pasien (80%).
Levofloxacin merupakan antibiotik golongan fluorokuinolon yag biasanya
digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh Salmonella, Haemophilus, P.

Institut Sains dan Teknologi


5

aeruginosa, Moraxella catarrhalis, E. coli, Gonokokus, Enterobacteriaceae,


Shigella, golongan ini bekerja dengan mempengaruhi sintesis dan metabolisme
asam nukleat (Kemenkes, 2013). Menurut American Thoracis Society and
Infectious Diseas Society of America (2019), levofloxacin merupakan pilihan
terapi utama pada pneumonia komunitas diikuti golongan flurokuinolon lain
seperti moxifloxacin, gemifloxacin. Golongan Fluorokuinolon, levofloxacin
menjadi drug of choice dari berbagai klinisi dalam menangani pneumonia karena
memiliki karakteristik farmakokinetik yang unggul, yakni saat konsentrasi obat di
paru-paru jauh lebih tinggi dibandingkan dalam darah serta profil safety yang
unggul dibandingkan dengan makrolida dan β-laktam (Jasper et al., 2021). Dalam
penelitian Kelana, Ikawati & Wiedyaningsih (2021), >50% pasien yang dengan
terapi levofloxacin memiliki status keluar membaik dibandingkan dengan yang
meninggal, dengan peninjaun secara klinis adanya perbaikan pada gejala batuk
dan sesak sehingga kebutuhan pasokan oksigen menurun.
Golongan terbanyak ke-2 yaitu makrolida berupa azitromisin. Golongan
makrolida bekerja dengan memodifikasi atau menghambat sintesis protein dengan
berikatan pada subunit ribosom 50S, sehingga menghambat translokasi peptida.
Golongan ini aktif menghambat bakteri gram positif, Enterococcus, dan basil
gram positif. Dalam penelitian Donsu & Hasmono (2020), azitromisin memberi
efek imunomodulator, mampu menghentikan peradangan yang dapat
menyebabkan gagalnya fungsi organ dan kematian pada COVID-19. Azitomisin
memiliki efek antibakteri yang digunakan sebagai jaring pengaman agar tidak
terjadi kegagalan klinis dari bakteri Community Acqired Pneumonia (CAP)
(Eljaaly et al., 2017). Azitromisin dianggap memiliki sifat antivirus yang mungkin
bekerja sinergis dengan kombinasi antivirus berbagai uji reklinis telah dilakukan
salah satunya oleh Tran et al (2019), azitromisin pada tikus yang terinfeksi virus
influenza H1N1 berhasil mengurangi viral load di paru-paru dan meredakan
hipotermia yang dipicu oleh infeksi dengan penggunaan secara intranasal.
Kemudian golongan sefalosporin generasi ketiga, bekerja dengan
menghambat atau merusak dinding sel bakteri (Kemenes, 2013). Berdasarkan
PDPI (2020), antibiotik golongan sefalosporin (β-lactam) ini digunakan pada

Institut Sains dan Teknologi


5

terapi Covid-19 dengan pneumonia yaitu pada pasien dengan derajat sedang,
berat, hingga kritis.
4.2.2 Kesesuain Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19
Penggunaan antibiotik dikatakan sesuai apabila jenis obat yang digunakan
sesuai dengan standar acuan yang digunakan di dalam penelitian ini. Evaluasi
kesesuaian juga ditinjau berdasarkan diagnosis, derajat keparahan Covid-19, dan
tanggal masuk pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah. Dikarenakan
panduan tatalaksana Covid-19 yang berulang kali mengalami revisi, dalam
melihat kesesuaian antibiotik digunakan standar berupa pedoman tatalaksana
Covid-19 edisi ke-3 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI, 2020) dan
revisi protokol tatalaksana Covid-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN &
IDAI, 2021). Berikut ini tabel kesesuaian antibiotik pada pasien Covid-19 rawat
inap di RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2021.
Tabel 4.6 Kesesuaian Penggunaan Antibiotik pada Pasien Covid-19 Rawat Inap
di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021

Kesesuaian Penggunaan Jumlah Persentase (%)


Obat
Obat Sesuai 98 85,22%
Obat Tidak Sesuai 17 14,78%
Total 115 100%
Berdasarkan tabel 4.7 mengenai kesesuaian penggunaan antibiotik dari 115
data rekam medik pasien 98 pasien (85,22%) dikategorikan sesuai dan 17 pasien
(14,78%) menggunakan antibiotik yang tidak sesuai. Adapun ketidaksesuain dari
17 pasien itu dikarenakan pertama, ada 2 pasien dengan derajat keparahan ringan
tanpa infeksi pneumonia menggunakan antibiotik ceftriaxone iv 2x1 gram dan
levofloxacin iv 750 mg, kemudian 2 pasien dengan derajat keparahan sedang
menggunakan antibiotik ceftriaxone dan kombinasi ceftriaxone dengan
azitromisin. 4 pasien tersebut berada dalam waktu rawat inap periode januari
hingga juni, menurut PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020), untuk
pasien Covid-19 dengan derajat ringan dianjurkan menggunakan antibiotik
azitromisin 500 mg selama 5 hari dan untuk pasien Covid-19 dengan derajat
sedang dianjurkan menggunakan antibiotik azitromisin 500 mg per oral atau iv

Institut Sains dan Teknologi


6

selama 5-7 hari atau levofloxacin 750 mg per oral atau iv selama 5- 7 hari.
Berikutnya periode juli hingga desember ada 3 pasien dengan derajat ringan
menggunakan azitromisin 500 mg dan 9 pasien derajat sedang menggunakan
azitromisin 500 mg, levofloxacin 750 mg per oral atau iv, dan kombinasi
keduanya. Hal ini tidak sesuai dengan PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN &
IDAI (2021) yang hanya memperbolehkan penggunaan antibiotik pada pasien
Covid-9 dengan derajat berat atau kritis yang mengalami koinfeksi.
Hasil penelitian secara garis besar sejalan dengan penelitian Mardianto,
Yulia, & Herawati (2022) yang menunjukkan ketepatan penggunaan antibiotik
pada pasien Covid-19 sebesar 64,27%, ketidaktepatan antibiotik dikarenakan tidak
sesuai dengan pedoman tatalaksana Covid-19 edisi 2020 diantaranya penggunaan
antibiotik diluar azitromisin atau levofloxacin per oral atau iv. Berbeda dengan
penelitian Oktarina, Ulfa, & Angin (2021) yang menunjukkan ketepatan dalam
penggunaan antibiotik pada pasien Covid-19 sebanyak 44 pasien (100%).
Kebanyakan antibiotik yang digunakan sesuai dengan rekomendasi PDPI,
PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI (2020), yaitu sebagian besar menggunakan
antibiotik levofloxacin dan azitromisin. Dalam penggunaan obat antibiotik dari
115 rekam medik sebagian menggunakan monoterapi dan yang lain menggunakan
dual terapi atau kombinasi, menggunakan azitromisin+levofloxacin,
azitromisin+golongan sefalosporin, menggunakan levofloxacin peroral dan iv. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian Kelana, Ikawati, dan Wiedyaningsing (2021),
yang menghasilkan bahwa 16 pasien (76,2%) menggunakan antibiotik tunggal dan
hanya 5 pasien (23,8%) menggunakan dual terapi antibiotik.
Kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan standar perlu dilakukan
karena jika penggunaan antibiotik tidak tepat pasien bisa mengalami resistensi
antibakteri, reaksi gangguan pada ginjal, dan infeksi yang bisa memperparah
Covid-19 (Chedid et al., 2021).
4.2.3 Kesesuaian Pemilihan Dosis Antibiotik pada Pasien Covid-19
Pemilihan dosis dikatakan sesuai jika penggunaan antibiotik pasien sesuai
dengan pemberian antibiotik dalam dosis 24 jam. Evaluasi kesesuaian dosis
ditinjau dari dosis antibotik yang tertulis dalam rekam medik pasien dibandingkan
dengan pedoman tatalaksana Covid-19 edisi 3 dan revisi protokol tatalaksana

Institut Sains dan Teknologi


6

Covid-19. Berikut tabel kesesuaian pemberian dosis antibiotik pada pasien Covid-
19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang.
Tabel 4.7. Kesesuaian Pemberian Dosis Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021

Kesesuaian Pemberian Jumlah Persentase (%)


Dosis
Dosis Sesuai 115 100%
Dosis Tidak Sesuai 0 0%
Total 115 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dari 115 sampel data reka medik pasien terdapat 115
pasien (100%) dengan dosis antibiotik yang sesuai dan tidak ada pasien yang
menggunakan antibiotik tidak sesuai dengan standar pedoman tatalaksana Covid-
19 edisi ke-3. Hal ini sejalan dengan penelitian Lisni, Mujianti & Anggriani
(2021) yang menyimpulkan 100% pasien rawat inap Covid-19 mendapatkan dosis
antibiotik yang sesuai dan tepat sesuai standar. Berbeda dengan hasil penelitian
Pepitasari & Anggraini (2021) bahwa dari total antibiotik pada terapi pasien
terdapat 29 kasus dosis azitromisin yang tidak sesuai dan 24 kasus dosis
levofloxacin yang tidak sesuai, jika dipersentasikan sebesar 10,31% terjadi
ketidak tepatan dosis obat. Ketidak sesuaian dosis dengan standar hal ini bisa
terjadi akibat pertimbangan dari dokter yang ditinjau dari infeksi pneumonia yang
pasien alami.
Menurut PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN & IDAI (2020), untuk pasien
dengan derajat ringan dianjurkan diberi azitromisin 500 mg, untuk pasien dengan
derajat sedang dianjurkan diberi azitromisin 500 mg dan levofloxacin 750 mg baik
oral maupun iv, dan untuk pasien Covid-19 dengan derajat berat atau krtis
dianjurkan diberi azitromisin 500 mg dan levofloxacin 750 mg baik oral maupun
iv atau pemilihan antibiotik yang disesuaikan dengan koinfeksi yang terjadi pada
pasien Covid-19. Untuk golongan sefalosporin seperti ceftriaxone dosis yang
dianjurkan sebesar 1-2 gram/hari, untuk cefotaxime 1-2 gram setiap 8-12 jam
(PDPI, 2020).

Institut Sains dan Teknologi


6

4.2.4 Kesesuaian Lama Pemberian Antibiotik pada Pasien Covid-19


Kesesuaian lama pemberian ditinjau dari lamanya pemberian antibiotik pada
pasien tanpa pemberhentian dalam pengobatan pasien Covid-19 dengan
membandingkan lama pemberian obat antibiotik pada rekam medic masing-
masing pasien dengan standar pedoman tatalaksana Covid-19 edisi ke-3 dan revisi
protokol tatalaksana Covid-19. Berikut tabel kesesuaian lama pemberian
antibiotik pada pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang.
Tabel 4.8. Kesesuaian Lama Pemberian Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021

Kesesuaian Lama Jumlah Persentase (%)


Pemberian
Lama Pemberian Sesuai 88 76,52%
Lama Pemberian Tidak 27 23,48%
Sesuai
Total 115 100%
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil dari 115 rekam medik terdapat 88
pasien (76,52%) dengan lama pemberian antibiotik sesuai standar dan 27 pasien
(23,48%) yang tidak sesuai dengan pedoman tatalaksana covid-19 edisi ke-3. Hal
ini sejalan dengan penelitian Mardianto, Yulia, Herawati (2022) yang
mengahsilkan ketepatan lama pemberian sebesar 89,29%. Namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Lisni, Mujianti, & Anggriani (2021) yang
menghasilkan kesesuaian durasi penggunaan obat sebesar 100%. Lama pemberian
yang tidak sesuai dalam penelitian ini dilatar belakangi oleh lama perawatan yang
cukup lama sehingga dokter kembali merespkan antibiotik yang sama walaupun
telah lewat durasi obat sesuai standar.
Ketidaksesuaian lama pemberian dalam penelitian ini karena pada beberapa
pasien penggunaan azitromisin tablet 500 mg selama 3 hari, 9 hari, 10 hari, 11
hari, 12 hari, dan 19 hari. Hal ini bertentangan dengan standar pedoman
tatalaksana Covid-19 yang menganjurkan penggunaan azitromisin 500 mg pada
pasien dengan derajat ringan selama 5 hari dan pasien dengan derajat sedang,
berat hingga kritis 5-7 hari pemberian. Hal sama terjadi dengan antibiotik
levofloxacin 750 mg iv ataupun peroral yang diberikan selama 4, 8, 9, sampai 15

Institut Sains dan Teknologi


6

hari pemberian, hal ini tidak sesuai dengan standar pedoman tatalaksana Covid-19
edisi 3 yang menganjurkan penggunaan levofloxacin 750 mg iv maupun oral
selama 5-7 hari.
4.2.5 Interaksi Obat Antibiotik dengan Terapi Covid-19 Lain
Identifikasi interaksi obat antibiotik dengan terapi Covid lain dilakukan
terhadap 115 pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang tahun
2021. Dari 115 pasien terdapat 54 pasien (46,96%) yang berpotensi mengalami
interaksi obat dan pasien Covid-19 yang tidak terdapat interaksi obat berjumlah 61
pasein (53,04%). Berikut jumlah potensi interaksi obat pada pasien Covid-19
rawat inap di RSI Siti Khadijah tahun 2021.
Tabel 4.9. Jumlah Interaksi Obat pada Pasien Rawat Inap Covid-19 di RSI Siti
Khadijah Palembang Tahun 2021

Jumlah Interaksi Obat Jumlah Pasien, n=115 (%)


1 31 (26,96%)
2 16 (13,91%)
3 6 (5,22%)
4 1 (0,87%)
Total pasien tedapat interaksi 54 (46,96%)
0 61 (53,04%)
Total 115 (100%)
Dari tabel 4.9 jumlah pasien terbanyak dengan 1 interaksi antibiotik dengan
terapi lain berjumlah 31 pasein (26,96%), dengan 2 interaksi berjumlah 16 pasien
(13,91%), 3 interaksi berjumlah 6 pasien (5,22%), dan 4 interaksi berjumlah 1
pasien (0,87%). Hal ini berbeda dengan penelitian Kusumawardani, Maria &
Fanani (2021) yang menghasilkan jumlah pasien terbanyak dengan >5 interaksi
obat. Perbedaan ini bisa terjadi karena berbagai faktor, antara lain dalam
penelitian ini hanya diteliti interaksi antibiotik dengan terapi lain, rata-rata pasien
memiliki komorbid pneumonia yang memiliki terapi yang hampir sama dengan
Covid-19 sedangkan penelitian sebelumnya pasien didominasi dengan komorbid
hipertensi, DM, dan obesitas. Dengan memiliki komorbid yang beragam tentunya
risiko kejadian yang tidak diharapkan meningkat seiring banyakna jumlah obat
yang diresepkan untuk dikonsumsi. Polifarmasi dapat menyebabkan berbagaia

Institut Sains dan Teknologi


6

kemugkinan antara lain komplikasi terkait obat, ketidak patuhan, kualitas hidup
yang rendah, terjadinya interaksi antar obat, dan peningkatan risiko kematian
(Rahman et al., 2020).
Jika meninjau jumlah interaksi obat berdasarkan obat yang digunakan bisa
kita lihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10. Jumlah kejadian Interaksi Obat berdasarkan Obat pada Pasien Rawat
Inap Covid-19 di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2021

Interaksi Obat ∑ (100%) Efek Level Tipe Interaksi


Keparahan
Levofloxacin-Becom 9 (7,83%) Multivitamin Moderat Farmakokinetik
zet/becom c dan mineral
lainnya dapat
mengganggu
penyerapan
levofloxacin ke
dalam aliran
darah dan
mengurangi
efektivitasnya
Azitromisin-Levofloxacin 22 azitromisin oral Minor Farmakodinamik
(25,88%) dan levofloxacin
keduanya
meningkat
menyebabkan
irama jantung
abnormal yang
berbahaya

Levofloxacin-Prednison 7 (6,09%) levofloxacin dan Major Farmakodinamik


obat lain di
kelasnya dapat
menyebabkan

Institut Sains dan Teknologi


6

tendinitis dan
ruptur tendon,
dan risikonya
dapat meningkat
bila
dikombinasikan
dengan steroid
Azitromisin-Antasida 1 (1,17%) Menurunkan Moderat Farmakokinetik
kadar
azitromisin oral
dengan
mengurangi
penyerapan obat
dari lambung
dan usus ke
dalam tubuh saat
diminum
Levofloxacin- 15 Risiko atau Moderat Farmakodinamik
Dexamethason (13,04%) keparahan
tendinopati
dapat meningkat
ketika
Dexamethasone
dikombinasikan
dengan
Levofloxacin
Levofloxacin-Glimepirid 3 (3,53%) levofloxacin Major Farmakodinamik
meningkatkan
efek glimepiride
dengan
sinergisme
farmakodinamik

Institut Sains dan Teknologi


6

Levofloxacin-Metformin 6 (7,06%) Levofloxacin iv Moderat Farmakodinamik


meningkatkan
efek metformin
oral dengan
menambahkan
efek obat
Levofloxacin-Sucralfat 3 (3,53%) Levofloxacin Moderat Farmakokinetik
menurunkan
kadar sukralfat
oral dengan
mengurangi
penyerapan obat
dari lambung
dan usus ke
dalam tubuh saat
diminum
Levofloxacin-Novorapid 6 (7,06%) Levofloxacin Moderat Farmakodinamik
meningkatkan
efek Insulin
Aspart dengan
menambahkan
efek obat
Levoofloxacin-Apidra 2 (2,35%) Levofloxacin Moderat Farmakodinamik
meningkatkan
efek Insulin
Glulisine dengan
menambahkan
efek obat
Levofloxacin-Levemiir 5 (5,88%) Levofloxacin Moderat Farmakodinamik
meningkatkan
efek Insulin
Detemir dengan

Institut Sains dan Teknologi


6

menambahkan
efek obat
Total 85 (100%)
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa potensi interaksi obat terbanyak
terjadi pada penggunaan azitromisin dan levofloxacin secara bersamaan pada 22
(25,88%), diikuti levofloxacin dengan dexametason berjumlah 15 (13,04%),
Levofloxacin dengan becom zet berjumlah 9 (7,83%), Levofloxacin dengan
prednison berjumlah 7 (6,09%), Levofloxacin dengan metformin dan levofloxacin
dengan novorapid berjumlah 6 (7,06%), Levofloxacin dengan levemi berjumlah 5
(5, 88%), selanjutnya levofloxacin dan glimepiride dan levofloxacin dengan
sucralfat berjumlah 3 (3,53%), levofloxacin dengan apidra berjumlah 2 (2,35%),
dan azitromisin dengan antasida berjumlah 1 (1,17%).
Azitomisin dengan levofloxacin memiliki potensi interaksi obat, hal ini
sejalan dengan penelitian Lisni, Mujianti, & Anggriani (2021) sebanyak 35
kejadian interaksi obat azitromisin-levofloxacin dari 92 total kejadian interaksi
obat. Penggunaan azitromisin-levofloxacin secara bersamaan dapat menyebabkan
irama jantug menjadi abnormal dan tentunya hal ini begitu berbahaya. Namun
apabila memang diperlukan keduanya unutk dikombinasikan maka dapat
dilakukan pemantauan terhadap pasien. Mengonsumsi levofloxacin bersama obat
lain yang dapat memperpanjang interval QT harus ditinjau dengan hati-hati,
karena perpanjangan QT akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
plasma levofloxacin (Lisni, Mujianti, & Anggriani, 2021). Hasil penelitian
observasional penggunaan levofloxacin-azitromisin menghasilkan kejadian
terjadinya gangguan kardiovaskuler, kondisi ini kemungkinan akibat risiko
perpanjangan QT yang disebabkan karena efek farmakodinamik dari kombinasi
keduanya (Lu, Yuan, Li, Sutton, Rao, Jacob, & Bennett, 2015). Interaksi antara
levofloxacin dan azitromisin tergolong level keparahan minor.
Kemudian levofloxacin dengan dexametason memiliki potensi interaksi
obat, hal ini sejalan dengan penelitian Farida, Putri, Hanafi, Herdianti (2020)
sebanyak 5 (4,5%) jumlah peresepan yang menghasilkan kejadian interaksi obat
antara levofloxacin dengan dexametason. Mengonsumsi levofloxacin bersamaan
dengan dexametason dapat menimbulkan interaksi obat fase farmakodinamik

Institut Sains dan Teknologi


6

dengan kategori moderat. Penggunaan antibiotik levofloxacin dengan


dexametason dan prednison yang termasuk dalam golongan obat kortikosteroid
secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan efek samping rupture tendon
dan tendinitis. Efek samping ini dapat terjadi selama penggunaan hingga beberapa
bulan setelah terapi levofloxacin selesai diberikan (Maulidia, Mahmudah,
Sastyarina, 2021).
Potensi interaksi obat antara levofloxacin dengan becom zet terjadi karena
multivitamin dapat mengganggu penyerapan levofloxacin dan golongan kuinolon
lain ke dalam aliran darah dan mengurangi efektivitasnya (Pitman, Hoang, Wi,
Alsheikh, Hiner, & Percival, 2019). Potensi interaksi ini tergolong kedalam
interaksi secara farmakokinetik dengan level keparahan moderat.
Selanjutnya potensi interaksi antara levofloxacin dengan metformin. Sejalan
dengan penelitian Farida, Putri, Hanafi, Herdianti (2020), terjadi 10 (9,1%)
interaksi obat antara levofloxacin-metformin dengan signifikansi moderat dan fase
interaksi obat tergolong farmakodinamik. Levofloxacin meningkatkan efek
metformin oral dengan menambahkan efek obat.
Levofloxacin dengan novorapid yang mengandung insulin aspart memiliki
potensi interaksi jika digunakan secara bersamaan. Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin aspart dengan menambahkan efek obat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Wiyati, Wulandari & Damayanti (2021) yang menghasilkan 2 interaksi
(5,71%) antara levofloxacin dengan insulin aspart. Mekanisme interaksi yang
terjadi ialah levofloxacin mengganggu efek terapi dari insulin mengakibatkan
perubahan glukosa darah dan peningkatan risiko hipoglikemia atau hiperglikemia,
pasien yang paling berisiko terkena hipoglikemia adalah pasien yang menderita
diabetes melitus tipe 2 yang diobati dengan sulfonilurea, hipoglikemia biasanya
terjadi 4-6 hari setelah pemberian dosis pada awal terapi antibiotik kuinolon
(Drugs.com, 2022).
Kemudian levofloxacin dengan levemir memiliki potensi interaksi obat,
penggunaan levofloxacin bersamaan dengan levemir atau insulin detemir
menyebabkan efek insulin meningkat dengan interaksi pada fase farmakodinamik
dan level keparahan moderat. Hal ini sama dengan penelitian Farida, Putri, Hanafi

Institut Sains dan Teknologi


6

& Herdianti (2020) yang menghasilkan adanya potensi interaksi antara


levofloxacin dengan insulin detemir berjumlah 5 (4,5%).
Berikutnya potensi interaksi pada fase farmakodinamik antara levofloxacin
dengan glimepiride, levofloxacin meningkatkan efek glimepiride. Hal ini sejalan
dengan penelitian Elbetawy, Hafez, Zaki, Soliman, & Abdel (2016), yang
membuktikan adanya potensi interaksi antara levofloxacin dengan glimepiride
yang diuji pada tikus yang diabetes secara signifikan peningkatan aktivitas LDH
serum dan tingkat MDA dan penurunan darah tingkat GSH dan aktivitas SOD
dibandingkan dengan glimepiride saja. Penggunaan glimepiride dengan
levofloxacin berpotensi meningkatkan risiko hipoglikemia yang diinduksi
glimepiride pada pasien diabetes, serta, mereka dapat memusuhi peningkatan
biomarker stres oksidatif yang disebabkan oleh glimepiride.
Levofloxacin denagn sucralfat mengalami potensi interaksi obat dengan
mekanisme kerja levofloxacin menurunkan kadar sukralfat oral dengan
mengurangi penyerapan obat dari lambung dan usus ke dalam tubuh saat diminum
(Medscape, 2022) Sejalan dengan penelitian Farida, Putri, Hanafi, Herdianti
(2020) yang menghasilkan 10 (9,1%) kejadian interaksi antara levofloxacin
dengan sucralfat. Sucralfat ialah cytoprotective agent yang dalam suasana asam
akan membentuk suatu protein yang melapisi mukosa lambung (Sweetman,
2009). Penggunaan levofloxacin bersamaan dengan sucralfat dapat menyebabkan
penurunan absorbsi levofloxacin, hal ini dapat terjadi karena adanya pembentukan
kompleks yang tidak larut antara komponen aluminium pada sucralfat sehingga
penyerapan levofloxacin menurun maka untuk mencegah interaksi obat, sucralfat
sharusnya diberikan 2 jam setelah levofloxacin (Pertiwi, Niruri, Tanasale, &
Erlangga, 2019).
Lalu kejadian potensi interaksi obat antara levofloxacin dengan apidra
(insulin glulisine), mekanisme kerja interaksi yang tejadi ialah levofloxacin
meningkatkan efek insulin glulisine dengan menambahkan efek obat (Medscape,
2022). Dalam penelitian Hidayah, Kuandarto & Farida (2018), juga menghasilkan
kejadian interaksi antara levofloxacin dengan insulin glulisin. Interaksi antar
kedua obat ini tergolong ke dalam fase interaksi farmakodinamik dengan level
keparahan moderat.

Institut Sains dan Teknologi


7

Yang terakhir ialah potensi interaksi obat antara azitromisin dengan


antasida. Mekanismenya antasida menurunkan kadar azitromisin oral dengan
mengurangi penyerapan obat dari lambung dan usus ke dalam tubuh saat diminum
(Medscape, 2022). Sejalan dengan penelitian Farida & Soleqah (2016), yang
menghasilkan 2 (5,13%) kejadian interaksi obat antara azitromisin dan antasida
dengan signifikansi moderat dan fase interaksi obat terjadi pada tahapan absorbsi.
Pengecekkan potensi interaksi antibiotik dengan terapi Covid-19 lain
ditinjau dengan menggunakan WebMD’s Drug Interaction Checker, Medscape
Drug Interactions Checker, Drugs.com.

4.3. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan melihat data dalam
rekam medik pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang pada
tahun 2021, ada beberapa data yang tidak digunakan peneliti dalam penelitian ini
seperti hasil CT scan, hasil X-Ray toraks, USG paru, sehingga peneliti tidak
mengetahui kondisi pasien secara langsung dan melihat efek yang ditimbulkan
oleh obat-obat yang digunakan. Dalam penelitian ini mengidentifikasi interaksi
antibiotik dengan terapi Covid-19 lain dengan menggunakan WebMD’s Drug
Interaction Checker, Medscape Drug Interactions Checker, Drugs.com, dan
beberapa jurnal sehingga masih sangat mungkin terjadinya interaksi antara
antibiotik dengan terapi lain yang digunakan. Peneliti mencoba menggunakan
pedoman Covid-19 yang relevan dengan periode data rekam medik yang diambil,
dikarenakan pedoman Covid-19 yang beberapa kali mengalami perubahan.

Institut Sains dan Teknologi


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kajian pola


penggunaan antibotik pada pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah
Palembang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, usia, derajat keparahan
penyakit, dan penyakit penyerta pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti
Khadijah Palembang tahun 2021 ialah sebagai berikut:
a. Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin terbanyak ialah laki-
laki berjumlah 60 pasien (52,17%) sedangkan perempuan 55 pasien
(47,83%)
b. Demografi pasien berdasarkan usia, paling banyak pada rentang usia
46-55 berjumlah 31 pasien (29,96%).
c. Demografi pasien berdasarkan derajat keparahan Covid-19, paling
banyak pasien berderajat sedang berjumlah 74 pasien (64,35%)
d. Demografi pasien berdasarkan penyakit penyerta (komorbid), paling
banyak mengalami pneumonia dengan total 63 pasien (53,91%)

2. Pola penggunaan antibiotik meliputi penggolongan antibiotik, kesesuaian


pemilihan obat, kesesuaian pemilihan dosis obat, kesesuaian lama waktu
pemberian dan potensi interaksi antibiotik dengan obat lain dalam
pengobatan pasien Covid-19 rawat inap di RSI Siti Khadijah Palembang
tahun 2021, sebagai berikut:
a. Penggunaan antibiotik terbanyak pada golongan kuinolon dengan
jumlah 79 pasien (59,75%)
b. Kesesuain penggunaan antibioik pada pasien Covid-19 berjumlah 98
pasien (85,22%) dan 17 pasien (14,78%) menggunakan antibiotik
diluar standar.
c. Kesesuaian dosis antibiotik yang diberikan pada pasien Covid-19
berjumlah 115 pasien (100%)

Institut Sains dan Teknologi


71

Institut Sains dan Teknologi


72

d. Kesesuaian lama pemberian antibiotik berjumlah 88 pasein (76,52%)


dan 27 pasien (23,48%) memiliki lama pemberian kurang dan lebih
dari standar.
e. Potensi interaksi antara antibiotik dengan terapi lain tanpa interaksi
berjumlah 61 pasein (53,04%) dan pasien dengan interaksi
berjumlah 54 pasien (46,96%) diantaranya1 interaksi 31 pasien
(26,96%), 2 interaksi 16 pasien (13,91%), 3 interaksi 6 pasien
(5,22%), dan 4 interaksi 1 pasien (0,87%), dengan interaksi antar
obat terbanyak pada azitromisin-levofloxacin berjumlah 22
(25,88%).
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kesesuaian pengobatan Covid-19 dengan metode prospektif dengan
melihat secara langsung pengobatan apa saja yang diberikan dengan pemantauan
reaksi yang terjadi pada pasien secara laboratorium dan klinis sehingga dapat
meneliti semua indikator kesesuaian pengobatan yang telah ditetapkan dan
diharapkan antar tenaga kesehatan baik dokter, perawat, dan farmasi tetap
mempertahankan kerja sama dan komunikasi yang efektif agar pelayanan
langsung kepada pasien optimal dan terhindar dari ketidaksesuain pengobatan
yang tidak diinginkan.

Institut Sains dan Teknologi


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Rahardjo, Parti, & Sakinah. (2022). Analisis Hubungan NLR, D-dimer dan
Saturasi Oksigen dengan Derajat Keparahan COVID-19 di RSU Kaliwates
Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences. Volume 8(1): 51-
55. ISSN: 2714-5654.

Al Amin & Juniati. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia Berdasarkan


Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi
Tepi Canny. Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 Nomor 6 Hal 33-42.

Al-Bari, Hossain, & Zahan. (2021). Exploration Of Sex-Specific And Age-


Dependent COVID-19 Fatality Rate In Bangladesh Population. World
Journa of Radiologyl, Volume 13 No.1 Hal 1-18.

Amalia. (2019). Determinan Pneumonia Pada Anak Balita Di Puskesmas


Pataruman Iii Kota Banjar Tahun 2018. Jurnal Medika Hutama Volume 1
Nomor 1 Hal 8-16.

Burhan, Erlina, Agus Dwi Susanto, Sally Aman Nasution, Eka Ginanjar, Ceva
Wicaksono Pitoyo, Adityo Susilo, Isman Firdaus, Anwar Santoso, Dafsah
Arifa Juzar, Syafri Kamsul Arif, Navy G., Lolong Wulung, Dita
Adityaningsih, Ari Fahrial Syam, Menaldi Rasmin I, and Catharine Mayung
Sambo. (2020). Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 3.Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter Anestesiologi Dan Terap.

Cai, H. (2020). Sex difference and smoking predisposition in patients with


COVID-19. Lanset Respir Med Volume 8 Nomor 1. doi: 10.1016/S2213-
2600(20)30117-X.

Centers for Diseases Control and Prevention. (2019). Antibiotic Resistance


Threats in the United States 2019. Atlanta: U. S. Department of Health and
Human Services. https://doi.org/10.15620/cdc:82532.

Chedid, Waked, Haddad, Chetata, Saliba & Choucair. (2021). Antibiotics in


treatment of COVID-19 complications: a review of frequency, indications,

7 Institut Sains dan Teknologi


7

and efficacy. Journal of Infection and Public Health, Volume 14 Nomor 5.


https://doi.org/10.1016/j.jiph.2021.02.001.

Dinkes. (2021). Peta Kasus Terkonfirmasi Covid-19. Palembang: Esri [Diakses


pada: 15 Januari 2022]. https://dinkes.palembang.go.id/
Elbetawy, Hafez, Zaki, Soliman, & Abdel. (2016). Modulation of Glimepride
Effects by Ciprofloxacin and Levofloxacin in Diabetic Rats. Pharmacologia
Volume 7 Nomor 6-7. Hal 344-349. ISSN 2044-4648 DOI:
10.5567/pharmacologia.2016.344.349.

Eljaaly, K., Alshehri, S., Aljabri, A., Abraham, I., Al Mohajer, M., Kalil, A, Nix,
D. (2017). Clinical failure with and without empiric atypical bacteria
coverage in hospitalized adults with community-acquired pneumonia: A
systematic review and meta-analysis. BMC Infect. Dis. Volume 17, 1–7.
Farida, Putri, Hanafi, Herdianti. (2020). Profil Pasien dan Penggunaan Antibiotik
pada Kasus Community-Acquired Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit
Akademik Wilayah Sukoharjo. Journal Pharm Sci Clin Res Volume 2 Hal
151-164. Doi: 10.20961/jpscr.v5i2.39763.
Farida & Soleqah. (2016). Identifikasi Potensi Interaksi Obat-Antibiotik pada
Peresepan Pneumonia. Journal of Pharmaceutical Science and Clinica
Research Volume 1 Hal 90-101.
Fehr, A.R., & Perlman, S. (2015). Coronaviruses:Methods and protocols. In:
Majer HJ, editor. Coronaviruses: Methods and Protocols, Methods in
Molecular Biology. 1st ed. New York: Springer Science& Business
Media. p. 1–282.
Hairunnisa & Amalia.(2020). Penyakit Virus Corona Baru 2019.Jurnal Biomedika
dan Kesehatan.Volume 3 No.2.
Hakim, L., N. (2020). Urgensi Revisi Undang-undang tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia. Jurnal Maslah-Masalah Sosial Vol 11 No. 1 Hal 43-50. DOI:
10.22212/aspirasi.v11i1.589.
Haq, Nugraha, A., Anggy, F., Damayanti, F., Wibisana, I., Widhiani, N., Syifa,
R., & Warnaini, C. (2021). Faktor-faktor Terkait Tingkat Keparahan Covid-

Institut Sains dan Teknologi


7

19. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 9 Nomor 1.


Hal 48-55.
Hidayati, Deny. (2020). Profil Penduduk Terkonfirmasi Covid-19 dan
Meninggal: Kasus Indonesia dan DKI Jakarta. Jurnal Kependudukan
Indonesia Hal 93-100.
Hussain, Jabeen, Raza, F., Shabbir, S., Baig, Amanullah, A., Aziz, B. (2020).
Structural Variations in Human ACE2 May Influence Its Binding with
SARS-Cov-2 Spike Protein. Journal of Medical Virology Vol 92 Hal 1580-
1586. DOI: 10.1002/jmv.25832.

Idris, HIdayati, Istiana, Rusianan, Ilham, Wasilah, Hadi, Ariyanti, Supiyadi,


Arifin & Zulkahfi. (2021). Edukasi Penularan Covid-19 pada Masyarakat
dengan Agregat Keluarga Balita ISPA di Kec Praya barat kab. Lombok
Tengah. Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 2 Nomor 2. ISSN: 2714-
691x.

Jasper, Musuuza, Tischendorf, Stevens, Gamage, Osman, Safdar. (2021). Are


Fluoroquinolones or Macrolides Better for Treating Legionella Pneumonia?
A Systematic Review and Meta-analysis. Clinical Infectious Diseases
Volume 72 Nomor 11. doi: 10.1093/cid/ciaa441.

Kassrian, S., Taneja, R., & Mehta, S. (2020). Diagnosis and Management of
Acute Respiratory Distress Syndrome in a Time of COVID-19. Diagnostics.
Volume 10, 1053. https://doi.org/10.3390/diagnostics10121053.

Kemenkes RI. (2013). Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pelayanan Kefarmasian pada Hipertensi.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesda 2018. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Knight, G.M., Glover, R.E., McQuaid, C.F., Olaru, I.D., Gallandat, K., Leclerc,
Q.J., Fuller, N.M., Willcocks, S.J., Hasan, R., Van Kleef, E. (2021).

Institut Sains dan Teknologi


7

Antimicrobial resistance and COVID-19: Intersections and implications.


Elife, 10, e64139.https://doi.org/10.7554/eLife.64139.
Kourkouta, L., Kotsiftopoulus, C., Papageorgiou, M., IIiadis, C., Monios, A.
(2017).The Rational Use of Antibiotics Medicine.Journal of Healthcare
Communications. Vol 2, No.4: 36. http://healthcare-
communications.imedpub.com/archive.php.

Linelejan, Umboh & Wantania. (2021). Pengaruh penggunaan angiotensin


converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin receptor blocker
(ARB) pada pasien coronavirus disease 2019 (covid-19) dengan hipertensi .
Jurnal e-CliniC Volume 9 Nomor 1 Hal 104-109.

Lu, Yuan, Li, Sutton, Rao, Jacob, Bennett. (2015). Cardiac Risk Assoaciated with
Antibiotics: Azithromycin and levofloxacin. Expert Opin Drug Saf. Volume
12 Nomor 2. P259-03. Di: 10.1517/14740338.2015.989210.

Maharianingsih, Sudirta, & Suryaningsih. (2022). Karakteristik Pasien dan


Penggunaan Obat Pada Pasien Covid-19 Derajat Sedang-Berat di RSUD
Karangasem. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education Volume 2
(2): 86 – 94 ISSN: 2775- 3670.

Mardianto, Yulia, & Herawati. (2022). Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Covid-19 di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang. Tunas-tunas Riset
Kesehatan. Volume 12 Nomor 2 Hal 113-121.
http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik.

Maulidia, Mahmudah, Sastyarina. (2021). Kajian Potensi Interaksi Obat pada


Pasien COVID-19 di Rumah Sakit X Kota Samarinda. Proceeding of
Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Volume 14. e-ISSN: 2614-4778.
Website: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id.

Menkes RI. (2015). Lampiran Permenkes nomor 8 tahun 2015 tentang Pedoman
PPRA RS. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Mejia, Medina C, Cornejo, Morello E, Vásquez S, Alave J, & Málaga G. (2020).
Oxygen saturation as a predictor of mortality in hospitalized adult patients
with COVID-19 in a public hospital in Lima, Peru. PLOS ONE Volume
15(12), e0244171. https://doi.org/10.1371/JOURNAL.PONE.0244171.

Institut Sains dan Teknologi


7

Nurhayati & Pratiwi. (2020). Management Kasus Pneumonia Covid-19: A


Literature Review. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan Volume 13 Nomor 2
Hal 100-109. ISSN: 2721-1797.
Oktarina, Ulfa & Angin. (2021). Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Covid-
19 di Rawat Inap Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung Tahun 2020.
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 7.No.2. p-ISSN : 2442-6032 ,e-
ISSN : 2598 9979.
Paules, C., Marston, H., Fauci, A. (2020). Coronavirus Infections-More Than
Just the Common Cold Catharine. JAMA ;323(8):707–8.
http://dx.doi.org/10.1001/jama.2020.0757
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
2019-nCoV. Jakarta: PDPI.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Pneumonia Covid-19: Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.

PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI. (2021). Revisi Protokol


Tatalaksana Covid-19. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, &
IDAI.

Pertiwi, Niruri, Tanasale, & Erlangga. (2019). Potensi Interaksi Obat anatara
Penggunaan Antbiotik Golongan Kuinolon dari Pasen Dewasa Demam
Tifoid. Jurnal Unversitas Udayana hal 17-21.

Pitman, Hoang, Wi, Alsheikh, Hiner, & Percival. (2019). Revisiting Oral
Fuoroquinolone And Multivalent Cation Drug Interactions: Are They Still
Relevant?. Antibiotics. Volume 8 Nomor 3. Doi:
10.3390/antibiotics8030108.

Public Health Emergency Operating Center (PHEOC)-Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. (2022). Covid-19: Situasi kasus Indonesia [Diakses
pada: 10 Januari 2022]. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.
Putra, D.E., Retnoningrum, D., Arkhaesi, N., Pramudo, S.G. (2021). Pola
Pemberian Antibiotik dii Era Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di rumah

Institut Sains dan Teknologi


7

Sakit Nasional Dipenegoro). Journal Medica Hospitalia Volume 8 Nomor 2


Hal 194-199. e-ISSN: 2685-7898 https://doi.org/10.36408/mhjcm.v8i2.578.
Putri, N.A., Putra, A.E., Mariko, R. (2021). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan
Gejala Dengan Kejadian COVID-19 di Sumatera Barat. Jurnal Majalah
Kedokteran Andalas Volume 44 Nomor 2 Hal 104-111. e-ISSN: 2442-5230.
Qiao, M., Ying, G., Singer, A., Zhu, Y. (2017).Review of antibiotic resistance in
China and its environment. J. Enviromental International.
http://dx.doi.org/10.1016/j.envint.2017.10.016

Rahman, S., Singh, K., Dhingra, S., Charan, J., Sharma, P., Islam, S., Jahan, D.,
Iskandar, K., Samad, N., & Haque, M. (2020). The Double Burden of the
Covid-19 Pandemic and Polypharmacy on Geriatric Population-Public
Health Implications. Ther Clin Risk Manag, Volume 16. 1007-1022.
Doi:10.2147/tcrm.S272908.

Rawson, T.M., Moore, L.S., Zhu, N., Ranganathan, N., Skolimowska, K.,
Gilchrist, M., Satta, G., Cooke, G., Holmes, A. (2020). Bacterial and fungal
co-infection in individuals with coronavirus: a rapid review to support
COVID-19 antimicrobial prescribing. Clinical Infectious
Diseases.https://doi.org/10.1093/cid/ciaa530.

Ruan, Yan, Wang, Jiang & Song. (2020). Clinical predictors of mortality due to
COVID-19 based on an analysis of data of 150 patients from Wuhan, China.
Intensive Care Med Volume 46:846-848.

Ruiz, J. (2020). Enhanced antibiotic resistance as a collateral COVID-19


pandemic effect?. Journal of Hospital Infection,
https://doi.org/10.1016/j.jhin.2020.11.010.
Siordia, J. (2020). Epidemiology and clinical features of COVID-19: A
review of current literature. J Clin Virol. ;127:1–7.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcv.2020.104357.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
CV. Alfabeta.

Susilo, A., Remende, C., Pitoyo, C.W., Santoso, Yulianti, M., Herikurniawan,
Sinti, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E.J., Chen, L., Wijaya, E.,

Institut Sains dan Teknologi


7

Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, C., Yunihastuti, E.


(2020). Coronavirus disease 2019 tinjauan literatur terkini. J Penyakit
Dalam. Volume 7 Nomor 1. p45-67. DOI: 10.7454/jpdi.v7i1.415.

Tjay, T.H., & Rahardja, K. (2015). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek - Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tran, D.H., Sugamata, R., Hirose, T., Suzuki, S., Noguchi, Y., Sugawara, A., Ito,
F., Yamamoto, T., Kawachi, S., Akagawa, K.S., Ōmura, S., Sunazuka, T.,
Ito, N., Mimaki, M., Suzuki, K. (2019). Azithromycin, a 15-membered
macrolide antibiotic, inhibits influenza A (H1N1) pdm09 virus infection by
interfering with virus internalization process. J. Antibiot. (Tokyo). Volume
72, 759–768.
Walidaini, M., Rachmawati, F., Lutvia, N., Nurdevy, & Rejeki, D. (2022). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi kefatalan Covid-19. Jurnal Kesmas Indonesia.
Volume 14 Nomor 2 Hal 165-179.
Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia
Control and Prevention. China: Hubei Science and Technologi Press.

WHO. (2015). Global Action Plan On Antimicrobial Resistance. Geneva: World


Health Organization.

WHO. (2021). Living guidance for clinical management of COVID-19. [Diakses


pada: 10 Januari 2022). https://apps.who.int/iris/handle/10665/338882.

Wu, Z.,& McGoogan, J.M. (2020). Characteristics of and important lessons from
the coronavirus disease 2019 (COVID‐19) outbreak in China: summary of a
report of 72 314 cases from the Chinese Center for Disease Control and
Prevention. JAMA. 323(13):1239‐1242.
Yonata. (2016). Pengaruh Komorbid terhadap Terjadinya Bakterimia MDR Gram
Negatif pada Pasien Rawat Inap. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung
Volume 1 Nomor 2. https://doi.org/10.23960/jk%20unila.v1i2.1613.
Yuliana. (2020). Corona Virus Diseases.Wellness and Healthy Magazine. Volume
2 Nomor .ISSN 2656-0062.

Zang, J, Dong, X, Cao, Y, Yuan, Y, Yang, Y, Yan, Y.Q., Akdis, C., Gao, Y.
(2020). Clinical characteristics of 140 patients infected with SARS-CoV-2

Institut Sains dan Teknologi


8

in Wuhan, China. Allergy Volume 75 Nomor 7 Hal 1730-1741; published


online Feb 19. DOI:10.1111/all.14238.

Zavala, E., Salcedo, J. (2020). Medicacio´n prehospitalaria en pacientes


hospitalizados por COVID-19 en un hospital pu´blico de Lima-Peru´. Acta
Med Peru Vol 37:393-5. http://dx.doi.org/1035663/amp.2020.373.1277.

Zeshan, B., Karobari, M., Afzal, N., Siddiq, A., Basha, S., Basheer, S., Peeran,
SW., Mustafa, M., Daud, N., Ahmed, N., Chan, Y., & Noorani, T.
(2022).The Usage of Antibiotics by COVID-19 Patients with Comorbidities:
The Risk of Increased Antimicrobial Resistance. Antibiotics Vol 11, No.
35.https://doi.org/10.3390/antibiotics11010035.

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.1. Uraian Penelitian

No. Tanggal/Bulan/Tahun Keterangan

1. 1 Desember 2021 Penetapan Judul

2. Desember-Januari 2022 Pembuatan Proposal Penelitian

3. 27 Mei 2022 Pengajuan Surat Izin Penelitian


dari Kampus ISTN Jakarta

4. 28 Mei 2022 Pengajuan Surat Izin Penelitian ke


Rumah Islam Sakit Siti Khadijah
Palembang

5. 03 Juni 2022 Pengajuan Kaji Etik Penelitian ke


STIKES Prima Indonesia

6. 06 Juni 2022 Pengambilan Surat Balasan Izin


Penelitian dari Rumah Sakit Islam
Siti Khadijah Palembang

7. Juni – Juli 2022 Pengambilan Data Rekam Medik


di Rumah Sakiit Islam Siti
Khadijah Palembang

8. 08 Juli 2022 Pengambilan Surat Keterangan


Selesai Penelitian yang
Dikeluarkan oleh Rumah Sakit
Islam Siti Khadijah Palembang

9. Juni-Juli 2022 Pembuatan Hasil dan Pembahasan


dari Data-data yang Didapat Saat
Penelitian

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.2. Surat Izin Penelitian

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.3. Surat Izin Penelitian dari RSI Siti Khadijah Palembang

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.4. Surat Selesai Penelitian RSI Siti Khadijah Palembang

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.5. Surat Permohonan Kaji Etik

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.6. Surat Keterangan Layak Etik

Institut Sains dan Teknologi


8

Lampiran 1.7. Gambar-gambar saat Waktu Penelitian di RSI Siti Khadijah


Palembang

Institut Sains dan Teknologi


8

Institut Sains dan Teknologi


89

No. Data Pasien dan Data Klinik Terapi Terapi Obat Lain Interaksi Obat Tepat Tepat Dosis Tepat
Antibiotik Obat Lama
Pemberian
1. Nama: KO (53Th) (Lk) Azitromisin Vometa ft 3x1 (dompe - √ √ √
No RM: CM.295XXX 1x500 mg tab Urinter 2x1 (pipemidic
Tanggal Masuk: 05/01/2021 (7 hari) acid
Tanggal Keluar: 13/01/2021 Inpepsa 3x1
Diagnosa Utama: Covid-19 Candesartan 1x1
Diagnosa Sekunder:Confirm Pneumonia Klobazam 1x1
Riwayat Penyakit:- Amlodipin 1x1
TD: 120/80 Becom zet 2x1
Nafas: 28x/menit Pumpitor inj 2x1
Denyut Nadi: 100x/menit Buscopan inj 3x1 (Hiosin
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
2. Nama: SH (52 Th) (Pr) Levofloxacin N acetylsistein 3x1 - √ √ √
No RM: CM.181XXX 1x750 mg iv (5 Becom zet 2x1
Tanggal Masuk: 18/01/2021 hr) Oseltamivir 2x1
Tanggal Keluar: 31/01/2021 Acetin 2x600
Diagnosa Utama: Covid-19 Probable Mucohexin 3x1
Diagnosa Sekunder:Hipertensi,Dispepsia.
Riwayat Penyakit:-
TD: 150/80
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 81x/menit
Suhu: 36⁰ C
SpO2: 96% (Sedang)
3. Nama: SK (74Th) (Pr) Levofloxacin Becom z 1x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.296XXX 1x750 mg tab Laxadin 3x1 (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 01/01/2021 (6 hr) Lansoprazol 1x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar: 07/01/2021 Remdesivir inj 1x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Cernevit inj 2x1 levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Sekunder:Hipertensi, Asma Lansorazole inj 2x1 darah dan mengurangi
Riwayat Penyakit:- Resfar 3x600 efektivitasnya)
TD: 150/80 Vit C 1x1
Nafas: 24x/menit Seretide 2x1 (semprot)
Denyut Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,3⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)

Institut Sains dan Teknologi


90

4. Nama: EP (76Th) (Pr) Azitromisin 1x1 Aspilet 1x1 - √ √ √


No RM: CM.295XXX 500 mg tab (5 CPG 1x1
Tanggal Masuk: 19/01/2021 hr) Atorvastatin 20 1x1
Tanggal Keluar: 23/01/2021 Candesartan 8 1x1
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19+DM Klobazam 1x1
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Laxadin 1x1
Riwayat Penyakit:- Spirinolakton 25 1x1
TD: 100/60 Amlodipin 5 mg 1x1
Nafas: 20x/menit Inf Kidmin 1x1
Denyut Nadi: 69x/menit Citicolin 2x1
Suhu: 36⁰ C Mecobalamin inj 1x1
SPO2: 98% (Sedang) Lantus 1x8 ui.
5. Nama: MR (44Th) (Pr) Azitromisin Prednison 4 mg 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.286XXX 1x500 tab (6 hr) Sukralfat 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 12/01/2021 Levofloxacin Becom c 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar: 20/01/2021 1x750 mg iv (6 Oseltamivir 2x75 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 hr) New diatab 1x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder:ISPA Resfar 1x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Omeprazole inj 1x1
TD: 120/50 Levofloxacin-Prednison (Major,
Nafas: 20x/menit levofloxacin dan obat lain di
Denyut Nadi: 82x/menit kelasnya dapat menyebabkan
Suhu: 36,2⁰ C tendinitis dan ruptur tendon,
SPO2: 98% (Sedang) dan risikonya dapat meningkat
bila dikombinasikan dengan
steroid seperti prednisonee)
6. Nama: ML (51 Th) Axzitromicin Asetylsistein 3x1 Azitromisin-Antasid (Moderat, √ √ X
(Lk) No RM: 1x500 mg tab (3 Become zet 1x1 menurunkan kadar azitromisin
CM.295XXX hr) New diatab 3x1 oral dengan mengurangi
Tanggal Masuk: 05/01/2021 Acetynn 2 x 600 mg penyerapan obat dari lambung
Tanggal Keluar:13/01/2021 Oseltamivir 2x75 dan usus ke dalam tubuh saat
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Curcuma 3x1 diminum).
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Antasid 2x1
Riwayat Penyakit:- Lansoprazole 1x1
TD: 120/80 OMZ 1 mg 2x1
Nafas: 20x/menit Betasrec 2x16
Denyut Nadi: 85x/menit Cernevit inj 1x1
Suhu: 36,4⁰ C B Pluid Inj 1x1
SPO2: 96% (Sedang) Ondansetron inj 1x1
7. Nama: SR (73 Th) (Lk) Azitromisin tab Paracetamol 3x1 - √ √ X

Institut Sains dan Teknologi


91

No RM: CM.296XXX 1x 500 mg (3 hr) Fluimucil 3x200 mg


Tanggal Masuk: 20/01/2021 Micardis 1x8 mg‟
Tanggal Keluar:23/01/2021 Avigan 2x800
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Atorvastatin 20 1x1
Diagnosa Sekunder:- Aspilet 1x1
Riwayat Penyakit: Dislipidemia
(Kolesterol)
TD: 120/80
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 84x/menit
Suhu: 36,2⁰ C
SPO2: 96% (Ringan)
8. Nama: INZ (66 Th) Azitromisin tab Curcuma 3x1 - √ √ √
(Pr) No RM: 1x500 mg (7 hr) Diclofenac gel 2x1
CM.127XXX Becum zet 1x1
Tanggal Masuk: 09/01/2021 Flumin 3x1
Tanggal Keluar:23/01/2021 Oseltamivir 2x1
Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 Cernevit Inj 1x1
Diagnosa Sekunder:Pneumonia OMZ inj 1x1
Riwayat Penyakit:- B fluid 1x1
TD: 120/80
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 74x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
9. Nama: MS (52 Th) Levofloxacin iv Amlodipin 1x10 mg Levofloxacin-Dexametason √ √ X
(Lk) No RM: 1x 750 mg (15 CPG 1x1 (Moderat, Risiko atau
CM.296XXX hari) Candesartan 1x1 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Masuk: 10/022021 Spirinolacton 1x25 mg meningkat ketika
Tanggal Keluar:24/02/2021 Laxadin syr 1x1 Dexamethasone
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 + Resfar inj 3x400 mg dikombinasikan dengan
Pneumonia ARDS Covifor inj 1x100 mg Levofloxacin).
Diagnosa Sekunder:Hiperkoagulasi + Vit C inj 1x1000
MMD Cernevit inj 2x1
Riwayat Penyakit: Hipertensi Dexametason inj 2x1
TD: 160/100 Lansoprazole inj 2x1
Nafas: 31x/menit Furosemid inj 1x1
Denyut Nadi: 108x/menit Diviti inj 1x1
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 66% (Kritis)
10. Nama: HMH (71 Th) (Lk) Levofloxacin inf NRF 2x1 Levofloxacin-Glimepirid √ √ √

Institut Sains dan Teknologi


92

No RM: CM.296XXX 1x750 mg (5 CPG 1x75 mg (Major, glimepiride oral


Tanggal Masuk: 07/02/2021 hari) Laxadin Syr 1 x 2C meningkatkan efek levofloxacin
Tanggal Keluar:13/02/2021 Ibu Profen 1x1 iv dengan menambahkan efek
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Bisolvon Syr 1 x C obat).
Diagnosa Sekunder:DM + CAD Na Diclofenac 2x1
Riwayat Penyakit: DM Metforin 3 x500 mg Levofloxacin-metformin
TD: 150/70 Glimepirid 1x1 (Moderat, levofloxacin iv
Nafas: 30x/menit Sukralfat 1xC meningkatkan efek metformin
Denyut Nadi: 100x/menit Covifor inj 1x100 mg oral dengan menambahkan efek
Suhu: 37,8⁰ C Vit C inj 1x1 obat).
SPO2: 93% (Sedang) Cernevit inj 2x1
Resfar inj 3x400 mg
Heparin 2x5000
Prosogan inj 2x1
11. Nama: HMT (67 Th) (Lk) Azitromisin Tab Fluimucil 3x200 mg Azitromisin-Dexametason √ √ √
No RM: CM.297XXX 1x500 mg (5 hr) Avigan 2x1600-2x600 mg (Moderat, Konsentrasi serum
Tanggal Masuk: 23/02/2021 PCT 3x1 Deksametason dapat
Tanggal Keluar:28/02/2021 Omeprazole 1x20 ditingkatkan bila
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Cernevit inj 2x1 dikombinasikan dengan
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Vit C 1x1 Azitromisin)
Riwayat Penyakit: Hipertensi Stage II Candesartam 1x8 mg
TD: 160/80 Amlodipin 1x5 mg
Nafas: 24x/menit Dexametason 1x5 mg
Denyut Nadi: 81x/menit
Suhu: 38,5⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
12. Nama: HS (52 th) Levofloxacin iv Curcuma 3x2 Levofloxacin-Dexametason √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (7 hr) Avigan drip NS 100 (Moderat, Risiko atau
CM.122XXX Simarc 1x2 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Masuk: 01/03/2021 Vit C 1x1000 meningkat ketika
Tanggal Keluar:08/03/2021 PCT fls 2x1 Dexamethasone
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 + CAD Dexa 2x1 (IV) dikombinasikan dengan
Diagnosa Sekunder:Hiperkoagulasi Resfar 3x600 mg Levofloxacin).
Riwayat Penyakit:- Cernevit 1x1
TD: 120/80 Ome 2x1
Nafas: 28x/menit Remdisivir 1x1drip NS
Denyut Nadi: 114x/menit 100
Suhu: 38,5 C Diviti 1x1
SPO2: 89% (Berat)
13. Nama: HM (66 Th) (Lk) Azitromisin Acetin 1x600 mg - √ √ X

Institut Sains dan Teknologi


93

No RM: CM.297XXX 1x500 mg tab (9 Becom zet 1x1


Tanggal Masuk: 03/03/2021 Hr) Prednison 3x1
Tanggal Keluar:16/03/2021 Ceftriaxone iv New diatab 3x2
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 + 2x1 gr (7 Hr) Clobazam 1x10 mg
Penumonia Avigan 2x600 mg
Diagnosa Sekunder:- Pumpitor inj 1x1
Riwayat Penyakit: DM Resffar inj 1x1
TD: 100/70 Novorapid 3x10ui
Nafas: 20x/menit Sansulin 1x8ui
Denyut Nadi: 84x/menit B Fluid 1x1
Suhu: 38,4⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
14. Nama: CN (32 Th) Azitromisin Becom zet 1x1 - √ √ √
(Lk) No RM: 1x500 mg tab(5 Oseltamivir 2x75 mg
CM.977XXX Hr) Acetin 2x600mg
Tanggal Masuk: 18/03/2021 Lansoprazole 2x1
Tanggal Keluar:26/03/2021 Transpulmin Syr 3x2 Cth
Diagnosa Utama: Confrim Covid-19
Diagnosa Sekunder:ISPA
Riwayat Penyakit:-
TD: 110/80
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 98% (Ringan)
15. Nama: ABN (67 th) (Lk) Levofloxacin iv Atorvastatin 1x20 mg - √ √ √
No RM: CM.298XXX 1x750 mg (5 hr) Nitrocap 2x1
Tanggal Masuk: 25/3/2021 Ramipiril 1x1
Tanggal Keluar:30/03/2021 Aspilet 1x1
Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 CPG 1x1
Diagnosa Sekunder:Pneumonia Arixtra 1x1
Riwayat Penyakit: Hipertensi
TD: 140/100
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 78x/menit
Suhu: 36,6⁰ C
SPO2: 98% (Sedang)
16. Nama: SG (45Th) (Pr) Levofloxacin tab PCT 3x500 mg Levofloxacin tab-sucralfat √ √ √
No RM: CM.262XXX 1x750 mg (5 Hr) N-Acetil Sistein 3x1 (Moderat, levofloxacin
Tanggal Masuk: 29/01/2021 Sucralfat syr 4x2 cth menurunkan kadar sukralfat
Tanggal Keluar:03/02/2021 Oseltamivir 2x1 oral dengan mengurangi

Institut Sains dan Teknologi


94

Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 B Fluid 1x1 inf penyerapan obat dari lambung
Diagnosa Sekunder:Anemia, TB Vit C 1x1000 inj dan usus ke dalam tubuh saat
Riwayat Penyakit: TB Paru Cernevit 2x1 diminum)
TD: 120/80 Lansoprazole 2x30
Nafas: 26x/menit Resfar 3x400 mg
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 37,6⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
17. Nama: SY (47 Th) (Lk) Azitromisin tab PCT 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.26XXX 1x500 mg (7 Hr) Ulsafat Syr 3xC (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 10/02/2021 Levofloxacin iv Becom Zet 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:20/02/2021 1x750 mg (5 Hr) Oseltamivir 2x75 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ambroxol 3x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: ISPA, Pneumonia Omeprazole 1x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Vit C 1x1
TD: 100/80 Hidrokortison 1x1 vial
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 84x/menit
Suhu: 37 C
SPO2: 98% (Sedang)
18. Nama: WES (28 Th) (Lk) Azitomicin tab PCT 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.206XXX 1x500 mg (7 Hr) Becom zet 1x1 (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 10/02/2021 Levofloxacin iv Ulsafat Syr 2xC levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:20/02/2021 1x750 mg (7 Hr) Oseltamivir 2x75 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N- Acetyl sistein 3x200 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder:ISPA, Dispepsia mg berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Asam Mefenamat 3x500
TD: 110/70 mg
Nafas: 20x/menit Vit C iv 1x1000
Denyut Nadi: 84x/menit Omeprazol 1x1 iv
Suhu: 36⁰ C Betadine gargle 3x1
SPO2: 97% (Sedang)
19. Nama: SRI (62 Th) Levofloxacin iv Amlodipin 1x10 mg Levofloxacin-Novorapid √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (6 Hr) Candesartan 1x16 mg (Moderat, Levofloxacin
CM.293XXX Trombo Aspilet 1x1 meningkatkan efek Insulin
Tanggal Masuk: 20/03/2021 Asam Folat 2x1 Aspart dengan menambahkan
Tanggal Keluar:25/03/2021 Becom zet 1x1 efek obat).
Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 Novomix 2x15 ui
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi + DM Nebulizer
TD: 150/90

Institut Sains dan Teknologi


95

Nafas: 30x/menit Ca Gluconat 1x1


Denyut Nadi: 98x/menit Novorapid 3x12 ui
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 99% (Sedang)
20. Nama: NY (38 Th) Azitromisin Oseltamivir 2x75 mg - √ √ X
(Pr) No RM: 1x500 mg tab Acetin 2x600 mg
CM.10XXX (11 Hr) PCT 3x1
Tanggal Masuk: 14/02/2021 Lansoprazol 1x1
Tanggal Keluar:24/02/2021 Becom zet 1x1
Diagnosa Utama: Susp.Covid-19 Domperidon 3x1
Diagnosa Sekunder:ISPA Ringan
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/70
Nafas: 21x/menit
Denyut Nadi: 77x/menit
Suhu: 36,7⁰ C
SPO2: 98% (Ringan)
21. Nama: LA (63 Th) (Lk) Azitromisin Oseltamivir 2x1 - √ √ X
No RM: CM.290XXX 1x500 mg tab N acetin 3x200 mg
Tanggal Masuk: 20/04/2021 (19 Hr) Becom zet 1x1
Tanggal Keluar:09/05/2021 Ceftriaxone 2x1 Aspilet 2x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 gr (5 Hr) Tramadol 2x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Pronalges suppose 3x1
Riwayat Penyakit:- Remdesivir 1x1
TD: 160/80 Durogesik patch 1
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 100x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 90% (Berat)
22. Nama: DAP (32 Th) Azitromisin Avigan 2x1600-600 mg Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
(Pr) No RM: 1x500 tab (1) Acetin 2x600 mg (Minor, azitromisin oral dan
CM.279XXX Levofloxacin iv PCT 3x1 kp levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 23/4/2021 1x750 mg (5 Hr) Cernivit inj 2x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:04/05/2021 Omeprazole iv 2x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Resfar inj 3x400 mg berbahaya).
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Ondasetron inj 3x400
Riwayat Penyakit:- Sucralfat Syr 3xC
TD: 120/70
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 102x/menit
Suhu: 36,4⁰ C
SPO2: 93-98% (Sedang)

Institut Sains dan Teknologi


96

23. Nama: ZR (40 Th) Azitromisin Avigan 2x1600-600 mg Azitromisin-Levofloxacin √ √ √


(Lk) No RM: 1x500 mg tab(7 PCT 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.299XXX Hr) Trombo aspilet 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 15/04/2021 Levofloxacin iv Codein 3x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:24/04/2021 1x750 mg (7 Hr) Resfar iv 3x400 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Cermevit 2x1 drip NS 100 berbahaya).
Diagnosa Sekunder:Pneumonia OMeprazole 2xx1 vial
Riwayat Penyakit:- Diviti 1x2,5
TD: 120/80
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 38,1⁰ C
SPO2: 95% (Sedang)
24 Nama: AM (Pr) (56 Th) Azitromisin Avigan 2x1600-600 mg - √ √ √
No RM: CM.298XXX 1x500 mg tab (7 Fluimucil 3x400 mg
Tanggal Masuk: 31/03/2021 Hr) Lansoprazole 2x1
Tanggal Keluar:09/04/2021 Atorvastatin 1x20 mg
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Vit C 2x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Cernevit 2x1 drip NS
Riwayat Penyakit:: DM tipe II 100 Novorapid 3x10 ui
TD: 120/80 Levemir 1x14 ui
Nafas: 26x/menit Bisolvon 3xC
Denyut Nadi: 102x/menit
Suhu: 36C
SPO2: 98% (Sedang)
25. Nama: AIF (55) (Lk) Ceftriaxone 2x1 Lansoprazole 2x1 - X √ √
No RM: CM.211XXX gr (5 Hr) Fluimucil 3x1
Tanggal Masuk: 20/04/2021 Avigan 2x1600-600 mg
Tanggal Keluar:30/04/2021 Becom zet 2x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Metil prednisolon 2x1
Diagnosa Sekunder:- Vit C inj 1x1
Riwayat Penyakit:- Cernevit 2x1 drip NS 100
TD: 140/90
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 72x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 97% (Ringan)
26. Nama: MZ (54 Th) Levofloxacin iv PCT 3x1 - √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (7 Hr) Oseltamivir 2x75 mg
CM.52XXX N-Acetil Sistein 3x1
Tanggal Masuk: 29/03/2021 Lodia 2x1
Tanggal Keluar:07/03/2021

Institut Sains dan Teknologi


97

Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Becom zet 3x1


Diagnosa Sekunder:ISPA, GERD, Vertigo Ulsafat 3xC
Riwayat Penyakit: Hipertensi Betahistin 3x1
TD: 150/90 Klobazam 1x1
Nafas: 22x/menit Omeprazole inj 2x1
Denyut Nadi: 91x/menit
Suhu: 36 C
SPO2: 97% (Sedang)
27. Nama: MS (61 Th) Levofloxacin iv Osletamivir 2x75 mg Levofloxacin-Dexametason √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (7 Hr) Etoricoxib 1x60 mg (Moderat, Risiko atau
CM.299XXX Avigan 1x1600-600 mg keparahan tendinopati dapat
Tanggal Masuk: 21/04/2021 N Acetil Sistein 3x400 meningkat ketika
Tanggal Keluar: 02/05/2021 mg Dexamethasone
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Becomzet 1x1 dikombinasikan dengan
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Lansoprazol 1x1 Levofloxacin).
Riwayat Penyakit: DM Resfar 3x400
TD: 130/80 Omeprazol 1x1 Levofloxacin-Novorapid
Nafas: 20x/menit Levemir 1x10 ui (Moderat, Levofloxacin
Denyut Nadi: 86x/menit Cernevit 2x1 drp NS 100 meningkatkan efek Insulin
Suhu: 37⁰ C Novorapid 3x 8ui Aspart dengan menambahkan
SPO2: 96% (Sedang) Dexametason 3x1 efek obat).
28. Nama: HR (63 Th) (Pr) Levofloxacin Avigan 2x600 g Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.299XXX 1x750 mg tab (7 Newdiatab 3x1 kp (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 28/04/2021 Hr) Etorixocib 1x60 mg mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar: 9/05/2021 Levofloxacin iv Becomzet 1x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 + GERD 1x750 mg (5 Hr) Resfar 3x400 mg levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Omeprazol 1x1 darah dan mengurangi
Riwayat Penyakit:- Cernevit 2x1 drip NS 100 efektivitasnya)
TD: 120/70
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
29 Nama: AM (37) (Pr) Levofloxacin iv Avigan 2x600 mg - √ √ √
No RM: CM.299XXX 1x750 mg (7 Hr) Tromboaspilet 1x1
Tanggal Masuk: 15/04/2021 PCT 3x1 kp
Tanggal Keluar:24/04/2021 Klobazam 1x1 kp
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Pumpitor 2x40 mg
Diagnosa Sekunder:Hiperkogulasi Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit:- Cernevit 2x1 drip NS 100

Institut Sains dan Teknologi


98

TD: 110/70 Diviti 1x2,5


Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 97x/menit
Suhu: 36,7⁰ C
SPO2: 95% (Sedang)
30. Nama: SI (60 Th) Levofoxacin iv 1 PCT 3x1 kp - √ √ √
(Pr) No RM: x 750 mg (5 Hr) Avigan 2x600 mg
CM.42XXX Fluimucil 2x600 mg
Tanggal Masuk: 13/04/2021 Becomzet 1x1
Tanggal Keluar:25/04/2021 Lansoprazol 1x30 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Hidrokortison zolf 2x1
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Omeprazol 1x1
Riwayat Penyakit:- Resfar 3x400 mg
TD: 110/70 Cernevit 2x1 drip NS 100
Nafas: 24x/menit Kabiven 1x1
Denyut Nadi: 100x/menit Gentamicin salep 2x1
Suhu: 38,9⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
31 Nama: IC (51) (Pr) Levofloxacin iv Avigan 2x600 mg - √ √ √
No RM: 1x750 mg (6 Hr) PCT 1x 650 mg
CM.201XXX Acetin 1x600 mg
Tanggal Masuk: 29/04/2021 Lansoprazole 1x1
Tanggal Keluar:09/05/2021 Becomzet 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 OMZ iv 1x1
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Resfar 3x400
Riwayat Penyakit: Asma Vit C 1000 1x1
TD: 130/80 Cernevit 2x1
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 77x/menit
Suhu: 37,8⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)
32. Nama: SM (67 Th) Levofloxacin iv Oseltamivir 2x75 mg - √ √ X
(Lk) No RM: 1x750 mg(8 Hr) PCT 3x1
CM.115XXX Ulsafat Syr 3xC
Tanggal Masuk: 18/04/2021 N acetyl Sistein 3x1
Tanggal Keluar:28/04/2021 Becomzet 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Lodia 2x1 kp
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Amlodipin 1x10
Riwayat Penyakit: DM dan Hipertensi mg Glimepirid 1x1
TD: 160/80 Curcuma 3x1
Nafas: 24x/menit Omeprazole 1x1
Denyut nadi: 81x/menit
Suhu: 36,8⁰ C

Institut Sains dan Teknologi


99

SPO2: 94% (Sedang)


33. Nama: GA (18) (Pr) Azitromisin Avigan 2x600 mg - √ √ X
No RM: CM.45XXX 1x500 mg tab Codein 3x1
Tanggal Masuk: 23/04/2021 (10 Hr) Inpepsa 3xC
Tanggal Keluar:04/05/2021 Resfar 3x400 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Cernevit 2x1 drip NS 100
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral, Pumpitor 2x1
gangguan fungsi hati Fluimucil 3x1
Riwayat Penyakit:- Liverprime 3x1
TD: 110/70 Becom c 2x1
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,5⁰ C
SPO2: 98% (Sedang)
34. Nama: MD (46 Th) Levofloxacin iv Oseltamivir 2x75 mg - √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (7 Hr) PCT 3x1
CM.299XXX Becomzet 1x1
Tanggal Masuk: 10/04/2021 Ulsafat Syr 3xC
Tanggal Keluar: 22/04/2021 Amlodipin 1x10 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetyl Sistein 3x1
Diagnosa Sekunder: GERD, ISPA OMZ 2x1 vial
Riwayat Penyakit: Hipertensi
TD: 170/100
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 90x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
35. Nama: SO (58) (Lk) Levofloxacin Avigan 2x600 mg - √ √ X
No RM: CM.200XXX iv1x750 mg (4 MST tab 2x10 mg kp
Tanggal Masuk: 29/04/2021 Hr) Resfar 3x400 mg
Tanggal Keluar:02/05/2021 Cernevit 2x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Pumpitor 2x1
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral, Ketorolac 2x1
hiperkoagulasi Diviti 1x2
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 82x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 95% (Sedang)
36. Nama: MA (55 Th) (Pr) Levofloxacin iv Oseltamivir 2x75 mg Levofloxacin-Prednison (Major, √ √ √

Institut Sains dan Teknologi


10

No RM: CM.299XXX 1x750 mg (7Hr) Ulsafat 3xC levofloxacin dan obat lain di
Tanggal Masuk: 19/04/2021 Becomzet 3x1 kelasnya dapat menyebabkan
Tanggal Keluar:30/04/2021 N Acetyl Sistein 3x1 kp tendinitis dan ruptur tendon,
Diagnosa Utama: Probable Covid-19 PCT 3x1 kp dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Sekunder: GERD Klobazam 1x1 bila dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit: Asma Seretide 2x1 steroid seperti prednisone)
TD: 130/80 Omeprazole 2x1
Nafas: 32x/menit Covifor 1x100
Denyut Nadi: 74x/menit Metil Predinisolon 1x1
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
37. Nama: YG (61 Th) (Pr) Levofloxacin tab PCT 3x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.16XXX 1x750 mg (7Hr) Oseltamivir 2x75 mg (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 14/04/2021 Ulsafat 3xC mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar:25/04/2021 N Acetyl Sistein 3x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Klobazam 1x1 malam levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD Becomzet 3x1 darah dan mengurangi
Riwayat Penyakit:- OMZ 2x1 efektivitasnya)
TD: 110/70 Vit c 1000 1x1
Nafas: 20x/menit Ondansetron 4 mg 1x1
Denyut Nadi: 83x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
38. Nama: SIR (27 Th) Azitromisin 1x1 PCT 3x1 Azitromisin-Dexametason √ √ √
(Pr) No RM: tab (7 Hr) New diatab kp (Moderat, Konsentrasi serum
CM.299XXX Cefotaxim inj Acetin 1x600 mg Deksametason dapat
Tanggal Masuk: 03/05/2021 2x1gr (6 Hr) Avigan 2x600 mg ditingkatkan bila
Tanggal Keluar:20/05/2021 Omeprazol 1x1 dikombinasikan dengan
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 B fluid 1x1 Azitromisin)
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Dexametason 3x1 vial
Riwayat Penyakit:-
TD: 100/70
Nafas: 22x/menit
Denyut Nadi: 92x/menit
Suhu: 37,8⁰ C
SPO2: 91% (Berat)
39. Nama: DH (39 Th) (Lk) Levofloxacin tab PCT 3x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
No RM: CM.302XXX 1x750 mg (7Hr) Ulsafat SYr 3xC (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk: 22/06/2021 Oseltamivir 2x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar:001/07/2021 N Acetil Sistein 3x1 mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Becomzet 3x1 levofloxacin ke dalam aliran

Institut Sains dan Teknologi


10

Diagnosa Sekunder:ISPA, GERD. Omeprazole 2x1 darah dan mengurangi


Riwayat Penyakit:- Metil Prednisolon 1x4 mg efektivitasnya)
TD: 130/70 Vit C 1000 1x1
Nafas:26x/menit Levofloxacin tab-sucralfat
Denyut Nadi: 105x/menit (Moderat, levofloxacin
Suhu: 36,4⁰ C menurunkan kadar sukralfat
SPO2: 96% (Sedang) oral dengan mengurangi
penyerapan obat dari lambung
dan usus ke dalam tubuh saat
diminum)
40. Nama: WM (30 Th) (Pr) Ceftriaxone 2x1 PCT 3x1 - √ √ √
No RM: CM.103XXX gr (7 Hr) N Asetil Sitein 3x2
Tanggal Masuk: 29/06/2021 Becomzet 1x1
Tanggal Keluar:09/07/2021 Lansoprazol 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Prov D3 1x1
Diagnosa Sekunder:ISPA Silex 3xC
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/870
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 86x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 91% (Berat)
41. Nama: SRN (39 Th) Azitromisin tab PCT 3x1 Azitromisin-Dexametason √ √ X
(Lk) No RM: 1x500 mg (10 N Acetil Sistein 3x1 (Moderat, Konsentrasi serum
CM.306XXX Hr) Dexametason 3x1 Deksametason dapat
Tanggal Masuk: 12/07/2021 Ceftriaxone 2x1 Aminofilin drip 1x1 ditingkatkan bila
Tanggal Keluar:23/07/2021 gr (10 Hr) dikombinasikan dengan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Azitromisin)
Diagnosa Sekunder:Pneumonia
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 29x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 89% (Berat)
Nama: AK (46 Th) (Lk) Levofloxacin tab Becom C 2x1 Levofloxacin-becom c √ √ √
42. No RM: CM.223XXX 1x750 mg (7 Hr) N Acetyl Sitein 2x1 (Moderat, multivitamin dan
Tanggal Masuk:07/07/2021 PCT 3x1 kp mineral lainnya dapat
Tanggal Keluar:17/07/2021 Glimepirid 1x2 mg mengganggu penyerapan
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ulsafat 3xC levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral, Omeprazole 2x1 darah dan mengurangi

Institut Sains dan Teknologi


10

GERD. Oseltamivir 2x1 efektivitasnya)


Riwayat Penyakit: DM Vit C 1000 1x1
TD: 120/80 Apidra 3xui Levofloxacin tab-sucralfat
Nafas: 28x/menit (Moderat, levofloxacin
Denyut Nadi: 84x/menit menurunkan kadar sukralfat
Suhu: 36,4 C oral dengan mengurangi
SPO2: 90% (Berat) penyerapan obat dari lambung
dan usus ke dalam tubuh saat
diminum)

Levofloxacin-Glimepirid
(Major, glimepiride oral
meningkatkan efek levofloxacin
dengan menambahkan efek
obat).

Levofloxacin-apidra (Moderat,
Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin Glulisine dengan
menambahkan efek obat).

43. Nama: HR (66 th) (Pr) Azitromisin tab Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
No RM: CM.283XXX 1x500 (12 hr) Metil Prednisolon 3x4 mg (Moderat, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 26/01/2021 Levofloxacin iv Ambroxol Sirup 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:06/02/2021 1x750 mg (11 Aspilet 1x1 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19+ Hr) CPG 1x1 jantung abnormal yang
Pneumonia ISDN 3x1 berbahaya).
Diagnosa Sekunder:- Bisoprolol 1x25 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi Candesartan 1x8 mg Levofloxacin-Prednison (Major,
TD: 170/100 Resfar 1x1fls levofloxacin dan obat lain di
Nafas: 30x/menit kelasnya dapat menyebabkan
Denyut Nadi: 99x/menit tendinitis dan ruptur tendon,
Suhu: 38,2⁰ C dan risikonya dapat meningkat
SPO2: 86% (Berat) bila dikombinasikan dengan
steroid seperti prednisone)
44. Nama: HA (59 Th) Azitromisin Vitamin E 2x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
(Pr) No RM: 1x500 mg (9 Hr) Favipiravir 2x1600 mg - (Minor, azitromisin oral dan
CM.244XXX Levofloxacin iv 600 mg levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 11/07/2021 1x750 mg (5 Hr) N Acetyl Sistein 3x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:21/07/2021 Ibu Profen 2x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19

Institut Sains dan Teknologi


10

Diagnosa Sekunder:- Lansoprazol 2x30 mg berbahaya).


Riwayat Penyakit: DM Vitamin D 1x1
TD: 130/80 Vitamin C 2x200 mg Levofloxacin-Novorapid
Nafas: 22x/menit Zinc 1x1 (Moderat, Levofloxacin
Denyut Nadi: 84x/menit Vit C inf 2x1 meningkatkan efek Insulin
Suhu: 36,7⁰ C Heparin 2x5000 ui Aspart dengan menambahkan
SPO2: 95% (Sedang) Novorapid 3x8ui efek obat).

45. Nama: AH (41 Th) (Lk) Levofloxacin iv B Com C 1x1000 Azitromisin-Levofloxacin X √ √


No RM: CM.285XXX 1x750 mg (7 Hr) Paracetamol 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 16/07/2021 Azitromisin 1x1 Omeprazol 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:03/08/2021 (7 Hr) Ondansetron 8 mg 3x1 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Oseltamivir 2x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder:ISPA berbahaya).
Riwayat Penyakit:-
TD: 130/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 37,7⁰ C
SPO2: 98% (Sedang)
46. Nama: AS (55 Th) (Pr) Azitromisin Amlodipin 1x 10 mg - X √ X
No RM: CM.44XXX 1x500 mg tab kp Lansoprazol 1x1
Tanggal Masuk: 22/07/2021 (13 Hr) Becom C 1x1000
Tanggal Keluar:04/08/2021 Paracetamol 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetyl Sistein 3x1
Diagnosa Sekunder:- Metformin 2x1
Riwayat Penyakit: DM Cetirizin 2x1
TD: 170/90 Ketokonazol 2x1
Nafas: 20x/menit Apidra 3x14 ui
Denyut Nadi: 86x/menit Levemir 1x10 ui
Suhu: 36,6⁰ C
SPO2: 99% (Ringan)
47. Nama: ARN (42 Th) (Lk) Azitromisin 1x1 N acetil Sistein 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.302XXX iv (7 Hr) Salbutamol syr 3xC (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 24/06/2021 Levofloxacin Antasida Syr 3xC levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:04/07/2021 1x750 mg tab (7 Curcuma 3x1 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Hr) Ambroxol Syr 3xC jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Dexametason 3x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Remdisivir 1x100 mg

Institut Sains dan Teknologi


10

TD: 130/80 Levofloxacin-Dexametason


Nafas: 28x/menit (Moderat, Risiko atau
Denyut Nadi: 101x/menit keparahan tendinopati dapat
Suhu: 36⁰ C meningkat ketika
SPO2: 95% (Sedang) Dexamethasone
dikombinasikan dengan
Levofloxacin).
48. Nama: MR (51 th) Azitromisin Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Pr) No RM: 1x500 mg tab(5 Prove D3 1x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.305XXX Hr) Cetirizin 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 08/07/2021 Levofloxacin iv Favipiravir 2x1600 mg- meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:17/07/2021 750 mg 1x1 (5 600 mg jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Hr) Dexametason iv 2x1 berbahaya).
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral, Omeprazol iv 2x1
hiperkoagulasi Resfar drip Ns 100 ml Levofloxacin-Dexametason
Riwayat Penyakit:- 3x400 (Moderat, Risiko atau
TD: 130/80 Arixtra iv 1x1 keparahan tendinopati dapat
Nafas: 26x/menit meningkat ketika
Denyut Nadi: 84x/menit Dexamethasone
Suhu: 38⁰ C dikombinasikan dengan
SPO2: 95% (Sedang) Levofloxacin).

Azitromisin-Dexametason
(Moderat, Konsentrasi serum
Deksametason dapat
ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan
Azitromisin)
49. Nama: RW (23 Th) Levofloxacin tab N Acetil Sistein 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Lk) No RM: 750 mg (7 Hr) Salbutamol 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.24XXX Azitromisin Antasid Syr 3x1 levofloxacin tab keduanya
Tanggal Masuk: 21/06/2021 1x500 mg tab (7 Remdesivir Inj 1x2 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:04/07/2021 Hr) Omeprasol 1xorder jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ondansetron 1xorder berbahaya).
Diagnosa Sekunder: ISPA Dexametason 3x1
Riwayat Penyakit:- Levofloxacin-Dexametason
TD: 120/80 (Moderat, Risiko atau
Nafas: 24x/menit keparahan tendinopati dapat
Denyut Nadi: 86x/menit meningkat ketika
Suhu: 37,2⁰ C Dexamethasone
SPO2: 93% (Sedang)

Institut Sains dan Teknologi


10

dikombinasikan dengan
Levofloxacin).

Azitromisin-Dexametason
(Moderat, Konsentrasi serum
Deksametason dapat
ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan
Azitromisin)
50. Nama: SB (26 Th) Azitromisin 1x Asam Folat 3x1 - X √ X
(Pr) No RM: 500 mg tab(3 Becom C 2x500 mg
CM.291XXX Hr) CaCO3 3x1
Tanggal Masuk: 24/08/2021 Asam Traneksamat inj
Tanggal Keluar:02/09/2021 3x1
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Ca Gluconas iv 1x1
Diagnosa Sekunder: Anemia Oseltamivir 1x1
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/70
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 95% (Ringan)
51. Nama: AFR (25 Th) Azitromisin Avigan 2x1600 mg-600 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Lk) No RM: 1x500 mg (5 Hr) mg (Minor, azitromisin oral dan
CM.302XXX Levofloxacin iv Paracetamol 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 24/06/2021 1x750 mg (6 hr) Becom zet 2x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:05/07/2021 N Acetil Sistein 3x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 CPG 1x75 mg berbahaya).
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit:- Cernevit dalam NS 100
TD: 130/90 ml 2x1
Nafas: 20x/menit Kidmin 1x1
Denyut Nadi: 84x/menit Omeprazol 2x1
Suhu: 37⁰ C Gelfusal infus 1x1
SPO2: 94% (Sedang)
52. Nama: ST (57 Th) Levofloxain iv Avigan 2x1600 mg-600 Levofloxacin-metformin √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (5 Hr) mg (Moderat, levofloxacin iv
CM.296XXX Paracetamol 3x1 kp meningkatkan efek metformin
Tanggal Masuk: 22/06/2021 Metformin 2x500 mg oral dengan menambahkan efek
Tanggal Keluar:01/07/2021 Amlodipin 1x5 mg obat).
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Becomzet 1x1
Diagnosa Sekunder: DM, Hipertensi Lansoprazol 1x1
Riwayat Penyakit: DM, Hipertensi

Institut Sains dan Teknologi


10

TD: 150/90 N Acetil Sistein 2x3


Nafas: 28x/menit Na Diclofenak gel 1x1
Denyut Nadi: 88x/menit Esilgan 1x0,5 mg kp
Suhu: 36⁰ C Resfar iv inf 3x400
SPO2: 98% (Sedang) Vitamin C 1x1000 mg
Omeprazol inj 1x1
53. Nama: KYR (48 Th) (Lk) Azitromisin Metformin 2x500 mg - √ √ √
No RM: CM.270XXX 1x500 mg tab (6 Vit C 1x1
Tanggal Masuk: 13/07/2021 Hr) Favipiravir 2x1600 mg-
Tanggal Keluar:22/07/2021 600 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetil Sistein 2x600
Diagnosa Sekunder:Pneumonia bilateral mg
Riwayat Penyakit: DM Becom zet 1x1
TD: 130/80 Lansoprazole 1x1
Nafas: 30x/menit Candesartan 1x8 mg
Denyut Nadi: 92x/menit Levemir 1x 10ui
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
54. Nama: HN (82 Th) (Lk) Levofloxacin iv Favipiravir 2x3 tab Levofloxacin-Dexametason √ √ √
No RM: CM.145XXX 1x750 mg (7 Hr) Ambroxol Syr 3xC (Moderat, Risiko atau
Tanggal Masuk: 30/06/2021 Becomzet 1x1 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Keluar:08/07/2021 Teofilin 2x150 mg meningkat ketika
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ibu profen 3x1 Dexamethasone
Diagnosa Sekunder: PPOK Codein 3x1 dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit:- Spirinolakton 2x 25 mg Levofloxacin).
TD: 110/80 Dexametason 3x1 ampul
Nafas: 33x/menit Omeprazol 1x1 iv
Denyut Nadi: 114x/menit Ventolin puff
Suhu: 36,8⁰ C Furosemid 1x1 iv
SPO2: 84% (Berat)
55. Nama: AN (44 Th) (Lk) Levofloxacin tab Paracetamol 3x1 - √ √ √
No RM: CM.302XXX 1x750 mg (5 Hr) Avigan 2x1600-600
Tanggal Masuk: 21/06/2021 Levofloxacin iv mg Curcuma 3x1
Tanggal Keluar:02/07/2021 1x750 mg (7 Hr) Flunarizin 2x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Omeprazol 2x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Becomzet 1x1
Riwayat Penyakit:- Resfar in 3x400 mg
TD: 130/80 Omeprazol 2x1 iv
Nafas: 26x/menit Cernevit 2x1 drip NS 100
Denyut Nadi: 96x/menit ml

Institut Sains dan Teknologi


10

Suhu: 38⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
56. Nama: SRT (36 Th) (Pr) Cefotaxim 2x1 Asam Mefenamat 3x1 - √ √ √
No RM: CM.305XXX gr iv (5 Hr) Megazinc 2x1
Tanggal Masuk: 09/07/2021 Azitromisin tab Omeparzol 2x1
Tanggal Keluar:19/07/2021 1x500mg (5 Hr) N Acetil Sistein 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ceterizin 2x1
Diagnosa Sekunder:ISPA, Pneumonia Asam Traneksamat 3x1
Riwayat Penyakit:- Vit D 1x1
TD: 100/90 Tramadol 3x1 inj
Nafas: 30x/menit Ketoprofen sup 3x1
Denyut Nadi: 96x/menit Paracetamol 2x1
Suhu: 36,5⁰ C Diviti 1x2,5 mg
SPO2: 90% (Berat)
57. Nama: AST (67 Th) (Lk) Levofloxacin Favipiravir 2x1600 mg- Levofloxacin-metformin √ √ X
No RM: CM.305XXX 1x750 mg(8 Hr) 600 mg (Moderat, levofloxacin iv
Tanggal Masuk: 06/07/2021 Levofloxacin iv N Acetil sistein 3x400 mg meningkatkan efek metformin
Tanggal Keluar:19/07/2021 1x750 mg (4 Hr) Amlodipin 1x5 mg oral dengan menambahkan efek
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Metformin 2x1 obat).
Diagnosa Sekunder: DM Becomzet 1x1
Riwayat Penyakit:Hipertensi Furosemid 1x1 Levofloxacin-levemir (moderat,
TD: 150/80 Vit C 1x1 Levofloxacin meningkatkan
Nafas: 30x/menit Levemir 1x8 ui efek Insulin Detemir dengan
Denyut Nadi: 90x/menit Dexametason 2x1 inj menambahkan efek obat).
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 94-97% (Sedang)
58. Nama: DAR (76 Th) (Lk) Levofloxacin iv N Acetil Sistein 3x200 Levofloxacin-Prednison (Major, √ √ √
No RM: CM.24XXX 1x750 mg (6 hr) mg levofloxacin dan obat lain di
Tanggal Masuk: 01/07/2021 Prednison 2x8 mg kelasnya dapat menyebabkan
Tanggal Keluar:15/07/2021 Ibu profen 2x400 mg tendinitis dan ruptur tendon,
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Herbesser 1x100 mg dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Sekunder: Pneumonia, Hipertensi Candesartan 1x16 mg bila dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit:- FG Troches 4x1 tab steroid seperti prednisone)
TD: 140/90 Alprazolam 1x1
Nafas: 28x/menit Avigan 2x1600 mg-600
Denyut Nadi: 85x/menit mg
Suhu: 36,4⁰ C Vit D 1x1000 mg
SPO2: 94% (Sedang) Vit E 2x400 mg
Zink 1x1
Vit c 2x1 inf

Institut Sains dan Teknologi


10

Cernevit drip NS 100 ml


2x1
Kidmin 1x1
59. Nama: AMS (44 Th) Ceftriaxone 2x1 Paracetamol 3x1 - √ √ √
(Lk) No RM: gr (5 Hr) Favipiravir 2x1600 mg-
CM.114XXX 600 mg
Tanggal Masuk: 15/07/2021 N Acetyl Sistein 3x1
Tanggal Keluar:26/07/2021 Curcuma 3x1
Diagnosa Utama: Probable Covid-19 Vit C 1000 1x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral Lansoprazol 1x1
Riwayat Penyakit: Gangguan Fungsi Oseltamivir 2x75 mg
Hati TD: 110/70 Vit D 1x1
Nafas: 28x/menit Metil Prednisolon 1x8 mg
Denyut Nadi: Aminoleban 1x1
112x/menit Suhu: 38,5⁰
C
SPO2: 92% (Berat)
60. Nama: NSR (18 Th) (Pr) Levofloxacin iv Paracetamol 3x1 - √ √ √
No RM: CM.206XXX 1x750 mg (7 Hr) N Acetil Sistein 3x1
Tanggal Masuk: 21/07/2021 Ulsafat Syr 3xC
Tanggal Keluar:30/07/2021 Favipiravir 2x1600 mg-
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 600 mg
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD Becom C 1x1
Riwayat Penyakit:- Omeprazole 2x1
TD: 130/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 92% (Berat)
61. Nama: AS (67 Th) Levofloxacin iv Favipiravir 2x1600 mg- X √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (6 Hr) 600 mg
CM.135XXX Curcuma 3x1
Tanggal Masuk: 02/08/2021 N Acetil Sistein 3x400
Tanggal Keluar:09/08/2021 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit D5000 1x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral Zink 1x20 mg
Riwayat Penyakit: Gangguan fungsi hati Liverprime 3x1
TD: 150/90 Metil Prednisolon 2x8 mg
Nafas: 28x/menit Omeprazol iv 1x40 mg
Denyut Nadi: 84x/menit Vit C inf 1x1000
Suhu: 37⁰ C Aminoleban inf 1x1
SPO2: 94% (Sedang)
62. Nama: MFH (63 Th) (Pr) Azitromisin tab Avigan 2x3 tab - √ √ √

Institut Sains dan Teknologi


10

No RM: CM.307XXX 1x500 mg (7 hr) Metil Prednisolon 3x8 mg


Tanggal Masuk: 12/07/2021 N Acetil Sistein 3x200
Tanggal Keluar:18/07/2021 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Lansoprazol 2x30 mg
Diagnosa Sekunder: Pneumonia, Becom C 2x1
hiperkoagulasi Heparin 2x5000 unit
Riwayat Penyakit: Asma Bronkial
TD: 110/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 95% (Sedang)
63. Nama: RA (57 Th) Levofloxacin iv Vit D 1x5000 Levofloxacin-Dexametason √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (7 Hr) Becomzet 1x1 (Moderat, Risiko atau
CM.119XXX Amlodipin 1x1 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Masuk: 10/08/2021 Sucralfat 3xC meningkat ketika
Tanggal Keluar:22/08/2021 Acetin 2x600 mg Dexamethasone
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Favipiravir 2x3 tab dikombinasikan dengan
Diagnosa Sekunder: Pneumonia, Curcuma 3x1 Levofloxacin).
Hiperkoagulasi Vit C 1x1000
Riwayat Penyakit: Hipertensi Omeprazol 1x40 mg
TD: 160/80 Dexametason 1x5 mg
Nafas: 28x/menit Arixtra 1x2,5 mg
Denyut Nadi: 95x/menit Metil Prednisolon 2x4 mg
Suhu: 37,8⁰ C
SPO2: 87% (Berat)
64. Nama: YH(74 th) (Pr) Levofloxacin iv Omeprazol 2x1 inj - X √ √
No RM: CM.219XXX 1x750 mg (7 Hr) Ondansetron 1 ampul
Tanggal Masuk: 21/08/2021 Heparin 2x5000 u
Tanggal Keluar:29/08/2021 Kidmin inf 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ca Gluconas 1x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral, Paracetamol kp
Anemia N Acetil Sistein 3x2 tab
Riwayat Penyakit:Hipertensi Becom zet 2x1
TD: 140/80 Prove D3 1x1000
Nafas: 28x/menit Betahistin 3x1
Denyut Nadi: 96x/menit Sucralfat syr 3xC
Suhu: 38,4⁰ C Vitamin K 1x1
SPO2: 93% (Sedang) Asam Tranexamat 1x1
65. Nama: HN (56 Th) (Lk) Levofloxacin iv Prove D3 1x1 Levofloxacin-Dexametason √ √ √
No RM: CM.306XXX 1x750 mg (7 Hr) N Acetil Sistein 3x400 (Moderat, Risiko atau

Institut Sains dan Teknologi


11

Tanggal Masuk: 23/07/2021 mg keparahan tendinopati dapat


Tanggal Keluar:07/08/2021 Paracetamol 3x1 meningkat ketika
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 CaCO3 3x1 Dexamethasone
Diagnosa Sekunder: Pneumonia, Avigan 2x1600 mg-600 dikombinasikan dengan
hiperkoagulasi mg Levofloxacin).
Riwayat Penyakit:- Curcuma 3x1
TD: 110/70 Allupurinol 1x1
Nafas: 26x/menit Resfar inf 3x400 mg
Denyut Nadi: 112x/menit Vit c 2x1 inf
Suhu: 38⁰ C Omepraz iv 2x1
SPO2: 93% (Sedang) Dexametason 2x1
Diviti 1x1
Vit K 3x1
Asam Traneksamat 3x1
ampul
66. Nama: MTM (64 th) Levofloxacin iv Avigan 2x1600 mg-600 Levofloxacin-Prednison (Major, √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (7 Hr) mg levofloxacin dan obat lain di
CM.306XXX Paracetamol 3x1 kp kelasnya dapat menyebabkan
Tanggal Masuk: 12/07/2021 Trombo Aspilet 1x1 tendinitis dan ruptur tendon,
Tanggal Keluar:26/07/2021 Prove D 1x1 dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Allupurinol 1x100 mg bila dikombinasikan dengan
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Xarelto 1x20 mg steroid seperti prednisone)
Riwayat Penyakit: DM Tipe II CaCO3 3x1
TD: 120/100 Cetirizin 1x1 Levofloxacin-Novorapid
Nafas: 28x/menit Metil Prednisolon 2x8 mg (Moderat, Levofloxacin
Denyut Nadi: 110x/menit Omeprazol 1x1 meningkatkan efek Insulin
Suhu: 37⁰ C Novorapid 3x10 ui Aspart dengan menambahkan
SPO2: 93% (Sedang) Lantus 1x8 ui efek obat).
Vit C 2x1
Ca Gluconas 1x1
Heparin 2x5000 u
67. Nama: MHA (66 Th) (Lk) Levofloxacin iv Favipiravir 2x1600 mg- Levofloxacin-Prednison (Major, √ √ √
No RM: CM.307XXX 1x750 mg (5 Hr) 600 mg levofloxacin dan obat lain di
Tanggal Masuk: 07/07/2021 N acetil Sistein 3x200 mg kelasnya dapat menyebabkan
Tanggal Keluar:16/07/2021 Vit C 2x1 tendinitis dan ruptur tendon,
Diagnosa Utama: Probable Covid-19 Vit E 1x200 mg dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Zink 1x1 bila dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit: DM tipe II Lansoprazol 2x30 mg steroid seperti prednisone).
TD: 160/120 Becomzet 1x1
Nafas: 30x/menit Metil prednisolon inj Levofloxacin-Novorapid

Institut Sains dan Teknologi


11

Denyut Nadi: 120x/menit 3x125 mg (Moderat, Levofloxacin


Suhu: 36,8⁰ C Novorapid 3x8 ui meningkatkan efek Insulin
SPO2: 96% (Sedang) Eye fresh 4x1 Aspart dengan menambahkan
Levemir 1x14 ui efek obat).
Remdesivir 1x100 mg
vial Levofloxacin-levemir (Moderat,
Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin Detemir dengan
menambahkan efek obat).
68. Nama: TY (64 Th) (Lk) Azitromisin N Acetil Sistein 3x200 Azitromisin-Levofloxacin X √ X
No RM: CM.197XXX 1x500 mg tab mg (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 17/08/2021 (10 Hr) Becomzet 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:21/08/2021 Levofloxacin iv Candesartan 1x8 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 1x750 mg (10 Ondansetron 3x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Hr) Avigan 2x1600 mg-600 berbahaya).
Riwayat Penyakit:- mg
TD: 140/80 Klobazam 1x1 Levofloxacin-Dexametason
Nafas: 28x/menit B Fluid 1x1 (Moderat, Risiko atau
Denyut Nadi: 88x/menit Dexametason 3x1 keparahan tendinopati dapat
Suhu: 36,2⁰ C Paracetamol 3x1 kp meningkat ketika
SPO2: 95% (Sedang) Dexamethasone
dikombinasikan dengan
Levofloxacin).
69. Nama: YE (42 Th) Levofloxacin iv N Acetil Sistein 3x200 √ √ √
(Pr) No RM: 1x 750 mg (5 mg
CM.173XXX Hr) Lansoprazol 2x30 mg
Tanggal Masuk: 09/07/2021 Favipiravor 2x1600 mg-
Tanggal Keluar:13/07/2021 600 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit D 2x500
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral Vit E 2x400 mg
Riwayat Penyakit:- Zink 1x1
TD: 150/100
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 77x/menit
Suhu: 36,2⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)
70. Nama: YY (37 Th) (Lk) Ceftriaxone iv N Acetil sistein 3x1 - √ √ X
No RM: CM.305XXX 2x1 gr (4 Hr) Divalproex 3x1
Tanggal Masuk: 06/07/2021 Omeprazol 2x1
Tanggal Keluar:13/07/2021 Ketorolac 1x1 inj
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Dexametason 3x1 inj

Institut Sains dan Teknologi


11

Diagnosa Sekunder: Pneumonia


Riwayat Penyakit:-
TD: 110/80
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 91x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 87% (Berat)
71. Nama: SPY (47) (Lk) Azitromisin tab KSR 1x1 Azitromisin-Levofloxacin X √ √
No RM: CM.290XXX 1x500 mg (5 Hr) Aspar K 2x1 (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 22/07/2021 Levofloxacin 1x Oseltamivir 2x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:01/08/2021 750 mg iv (7 Hr) Furosemid 2x1 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Levemir 1x12 ui jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: - Albumin 1x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit:DM Tipe II Apidra 3x8 ui
TD: 110/70 Levofloxacin-Insulin Glusin
Nafas: 20x/menit (Moderat, Levofloxacin
Denyut Nadi: 80x/menit meningkatkan efek Insulin
Suhu: 36,2⁰ C Glulisine dengan menambahkan
SPO2: 97% (Sedang) efek obat).

Levofloxacin-levemir (Moderat,
Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin Detemir dengan
menambahkan efek obat).
72. Nama: MIH (61Th) (Pr) Azitromisin iv Curcuma 3x1 - √ √ X
No RM: CM.113XXX 1x500 mg (10 Vit D 1x1
Tanggal Masuk: 11/08/2021 Hr) Vit E 1x1
Tanggal Keluar:27/08/2021 Zink 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetil sistein 3x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia ARDS, Lansoprazole 2x1
Hiperkoagulasi Amlodipin 1x10 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi, DM Candesartan 1x8mg
TD: 120/80 Glimeprid 1x1
Nafas: 31x/menit Avigan 2x600 mg
Denyut Nadi: 81x/menit Ibu profen 2x1
Suhu: 36,7⁰ C Vit C 2x1 Inf
SPO2: 85% (Kritis) Heoarin 2x5000 u
Resfar 1x5 grr
Metil Prednisolon 3x125
mg amp

Institut Sains dan Teknologi


11

73. Nama: EKM(36 Th) (Lk) Azitromisin Ulsafat Syr 3xC - √ √ √


No RM: CM.302XXX 1x500 mg tab (7 Paracetamol 3x1 kp
Tanggal Masuk: 22/06/2021 Hr) Oseltamivir 2x1
Tanggal Keluar:01/07/2021 Glimepirid 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Becomzet 3x1
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD, DM Omeprazol 2x1
Riwayat Penyakit:: DM Apidra 3x12 ui
TD: 120/80 Vit C 1x1000
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 82x/menit
Suhu: 36,8⁰ C
SPO2: 94% (Sedang)
74. Nama: EWS (32 Th) Levofloxacin iv Curcuma 3x1 - √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (5 Hr) N Acetil Sistein 3x400
CM.29XXX mg
Tanggal Masuk: 03/07/2021 Omeprazole 1x1
Tanggal Keluar:07/07/2021 Vit C 1x1000 drip NS 100
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 ml
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 37,4⁰ C
SPO2: 88% (Berat)
75. Nama: ASM (52 Th) (Pr) Azitromisin tab Becomzet 1x1 Azitromisin-Levofloxacin X √ √
No RM: CM.306XXX 1x500 mg (5 Hr) Zink 3x10 mg (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 20/07/2021 Levofloxacin iv Favipiravir 2x1600 mg- levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:30/07/2021 1x750 mg (7 Hr) 600 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Tablet Garam 2x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: DM Tipe II, N Acetil Sitein 3x400 mg berbahaya).
Hipokalemia Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit: DM Tipe II Novorapid 3x8 ui Levofloxacin-Novorapid
TD: 120/80 Levemir 1x10 ui (Moderat, Levofloxacin
Nafas: 26x/menit Omeprazol 2x1 meningkatkan efek Insulin
Denyut Nadi: 84x/menit Heparin drip nS 100 ml Aspart dengan menambahkan
Suhu: 36⁰ C 1x15000 unit efek obat).
SPO2: 94% (Sedang)
Levofloxacin-levemir (Moderat,
Levofloxacin meningkatkan
efek Insulin Detemir dengan

Institut Sains dan Teknologi


11

menambahkan efek obat).


76. Nama: IRY (42 Th) (Pr) Azitromisin tab Osletamivir 2x75 mg - √ √ √
No RM: CM.56XXX 1x 500 mg (7 N Acetil Sistein 3x200
Tanggal Masuk: 26/06/2021 Hr) mg
Tanggal Keluar:08/07/2021 Lansoprazole 1x30 mg
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Candesartan 1x16 mg
Diagnosa Sekunder: Hipertensi Ibu profen 3x1
Riwayat Penyakit:- Vit C 2x1
TD: 120/80 Vit D 1x1
Nafas: 20x/menit Vit E 2x1
Denyut Nadi: 80x/menit Vit C inj 2x1
Suhu: 39⁰ C Cernevit Drip NS 100 ml
SPO2: 96% (Sedang) 2x1
77. Nama: SRO (60 Th) Levofloxacin iv Vit C 1x1000 mg - √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (7 Hr) Zink 1x1
CM.306XXX Prove D3 1x1
Tanggal Masuk: 27/07/2021 N Acetyl Sistein 3x200
Tanggal Keluar:06/08/2021 mg
Diagnosa Utama: Prob Covid-19 Favipiravir 2x1600 mg-
Diagnosa Sekunder: Pneumonia, 600 mg
Nefrolitiasis Omeprazole 1x1
Riwayat Penyakit:- Ondansetron 3x4 mg
TD: 130/80 ampul
Nafas: 26x/menit Pronalges suppose 2x1
Denyut Nadi: 96x/menit Heparin drip NS 100 ml
Suhu: 38⁰ C 24 jam
SPO2: 92% (Berat)
78. Nama: RY (29 th) (Pr) Azitromisin Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.196XXX 1x500 mg tab (7 Ulasafat Syr 3xC (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 14/08/2021 Hr) N Acetil Sistein 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:24/08/2021 Levofloxacin iv Oseltamivir 2x75 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 1x750 mg (5 Hr) OBH Syr 3x1 cth jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD Becomzet 2x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit:- Vit C 1x1
TD: 120/80 Omeprazole 2x1 vial
Nafas: 20x/menit
Denyut Nadi: 80x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
79. Nama: YC (47 Th) (Pr) Levofloxacin iv N Asetil Sistein 3x400 Levofloxacin-Prednison (Major, √ √ √
No RM: CM.307XXX 1x750 mg (5 Hr) mg levofloxacin dan obat lain di

Institut Sains dan Teknologi


11

Tanggal Masuk: 06/08/2021 Vit D 1x5000 kelasnya dapat menyebabkan


Tanggal Keluar:14/08/2021 Zink 1x20 mg tendinitis dan ruptur tendon,
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Glucophage 2x500 mg dan risikonya dapat meningkat
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral Amlodipin 1x5 mg bila dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit: DM tipe II Ondansetron 3x4 mg kp steroid seperti prednisone)
TD: 120/70 Levemir 1x10 ui
Nafas: 26x/menit Omepraz 1x 40 mg Levofloxacin-levemir (Moderat,
Denyut Nadi:86x/menit Vit c 2x1 Levofloxacin meningkatkan
Suhu: 36,4⁰ C Metil prednisolon 2x4 mg efek Insulin Detemir dengan
SPO2: 94% (Sedang) menambahkan efek obat).
80. Nama: RKO (41 Th) Azitromisin Avigan 1x1600 mg-600 - √ √ X
(Pr) No RM: 1x500 mg tab (8 mg
CM.306XXX Hr) N Acetil Sistein 2x3 tab
Tanggal Masuk: 23/07/2021 Vit d 1x5000 mg
Tanggal Keluar:07/08/2021 Metformin 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Becom zet 2x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral New diatab 3x1
Riwayat Penyakit: DM Omeprazol 2x1
TD: 160/80 Akarbose 3x1
Nafas: 24x/menit Tramadol 3x1 kp
Denyut Nadi: 100x/menit Glimepirid 1x2 mg
Suhu: 36,6⁰ C Lantus 1x10 ui
SPO2: 94% (Sedang) Arixtra 1x1
Heparin 2x5000 u
Novorapid 3x8 ui
81. Nama: IAN (45Th) (Pr) Levofloxacin iv Paracetamol 3x1 - √ √ √
No RM: CM.153XXX 1x750 mg (7 Hr) N Acetil Sistein 3x1
Tanggal Masuk: 02/07/2021 Favipiravir 2x1600 mg-
Tanggal Keluar:17/07/2021 600 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Ulsafat3xC
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD. Klobazam 1x1 kp
Riwayat Penyakit:- Tremenza 1x1 kp
TD: 110/60 Vit K 3x1
Nafas: 26x/menit OMZ 2x1
Denyut Nadi: 88x/menit Vit C 1x1000 mg
Suhu: 38⁰ C Modexa nasal 2x2 puff
SPO2: 95% (Sedang)
82. Nama: MSM (74 Th) (Lk) Levofloxacin iv Favipiravir 2x8 mg - √ √ √
No RM: CM.306XXX 1x750 mg (7 Hr) Paracetamol 3x1
Tanggal Masuk: 22/06/2021 Ulsafat Syrf 3xC

Institut Sains dan Teknologi


11

Tanggal Keluar:02/07/2021 N Acetil Sistein 3x1


Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Tromboaspilet 1x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral, Spirinolakton 1x12,5 mg
GERD Laktulosa 3xC
Riwayat Penyakit: Anemia Omeprazol 2x1 iv
TD: 140/90 Ondansetron 2x1 ampul
Nafas: 22x/menit Vit C 1x1000 drip NS 100
Denyut Nadi: 99x/menit ml
Suhu: 36,4⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)
83. Nama: MMR (64 th) Azitromisin tab Avigan 3x600 mg - √ √ X
(Lk) No RM: 1x500 mg (8 Hr) Metil prednisolon 3x 8
CM.105XXX mg
Tanggal Masuk: 09/07/2021 N Acetil sistein 3x200 mg
Tanggal Keluar:17/07/2021 Vit D 1x5000 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit E 1x200 mg
Diagnosa Sekunder: Hiperkoagulasi Zink 1x20 mg‟
Riwayat Penyakit:- Lansoprazol 2x30 mg
TD: 100/60 Ibu Profen 2x1
Nafas: 26x/menit Curcuma 3x1
Denyut Nadi: 80x/menit Becom c 2x1
Suhu: 38⁰ C Vit C 2x1 gram
SPO2: 98% (Sedang) Heparin 2x5000 u
84. Nama: ASR (58 Th) Azitromisin tab Avigan 2x600 mg - √ √ √
(Lk) No RM: 1x 500 mg (6 N Acetil Sitein 3x200 mg
CM.279XXX Hr) Amlodipin 1x 5mg
Tanggal Masuk: 02/07/2021 Zink 1x1
Tanggal Keluar:08/07/2021 Vit C 2x1 gram
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Lansoprazol 2x30 mg
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Prove D 1x1
Riwayat Penyakit: Hipertensi
TD: 160/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 93x/menit
Suhu: 37,5⁰ C
SPO2: 94% (Sedang)
85. Nama: MUN (64 Th) Levofloxacin iv Lansoprazol 1x1 - √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (7 Hr) Spirinolakton 1x1
CM.278XXX Prove D3 2x1
Tanggal Masuk: 10/07/2021 Zink 1x1
Tanggal Keluar:17/07/2021 Vit E 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19

Institut Sains dan Teknologi


11

Diagnosa Sekunder: Pneumonia Favipiravir 2x600 mg


Riwayat Penyakit:: Hipertensi N Acetil Sistein 3x1
TD: 190/100 Valsartan 1x1
Nafas: 20x/menit CPG 1x1
Denyut Nadi: 106x/menit Bisoprolol 1x1
Suhu: 36,5⁰ C Vit C 2x1 drip NS 100 ml
SPO2: 95% (Sedang)
86. Nama: MZE (71 Th) (Lk) Levofloxacin iv Fluimucil 3x2C Levofloxacin-Dexametason √ √ X
No RM: CM.306XXX 1x750 mg (9 Hr) Stimuno 1x1 (Moderat, Risiko atau
Tanggal Masuk: 14/07/2021 Ibuprofen 3x1 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Keluar:23/07/2021 Favipiravir 2x3tab meningkat ketika
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Candesartan 2x1 Dexamethasone
Diagnosa Sekunder: - Aspilet 1x1 dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit:: Hipertensi, Asma N Acetil sistein 3x1 Levofloxacin).
TD: 140/90 Omeprazol 2x1 vial
Nafas: 32x/menit Dexametason 3x1 ampul
Denyut Nadi: 116x/menit Vit c 2x1 gram
Suhu: 39,2⁰ C
SPO2: 91% (Berat)
87. Nama: MLE (44 Th) Azitromisin Favipiravir 2x1600 mg- - √ √ √
(Pr) No RM: 1x500 mg (5 600 mg
CM.307XXX Hr) N Acetil Sistein 3x400
Tanggal Masuk: 24/08/2021 Ceftriaxone 2x1 mg
Tanggal Keluar:03/08/2021 gr (5 Hr) Vit D 1x5000 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Becomzet 1x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Curcuma 3x1
Riwayat Penyakit: Gangguan Fungsi Hati Klobazam 1x 5mg
TD: 110/60 Omeprazol 1x1 vial
Nafas: 34x/menit Ranitidin 2x1ampul
Denyut Nadi: 80x/menit Heparin 2x5000 unit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 90% (Berat)
88. Nama: SYL (62 Th) Levofloxacin iv Lansoprazol 2x1 - X √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (5 Hr) Toricoxib 1x1
CM.41XXX Mecobalamin 3x1
Tanggal Masuk: 28/08/2021 Provelyn 1x1
Tanggal Keluar:02/09/2021 Asam folat 3x1
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Resfar 3x400 mg
Diagnosa Sekunder: Hiperkoagulasi Vit c 2x1 ampul
Riwayat Penyakit: DM Omeprazol 2x1 vial
TD: 110/70 Novorapid 3x10 ui
Nafas: 30x/menit

Institut Sains dan Teknologi


11

Denyut Nadi: 84x/menit Heparin 1x2000 iv


Suhu: 36,4⁰ C Sansulin 1x12 ui
SPO2: 98% (Sedang)
89. Nama: EBS (52 th) (Pr) Azitromisin tab Klonidin 3x1 - X √
No RM: CM.292XXX 1x500 mg (5 Hr) Candesartan 1x16 mg √
Tanggal Masuk: 19/10/2021 Amlodipin 1x10 mg
Tanggal Keluar:29/10/2021 Asam folat 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Bcomplex 1x1
Diagnosa Sekunder: - Vit D 1x1
Riwayat Penyakit: Hipertensi, DM Acetin 2x600 mg
TD: 220/120 Fg Troches 3x1
Nafas: 28x/menit Avigan 2x600 mg
Denyut Nadi: 91x/menit NRF 2x1
Suhu: 37⁰ C Levemir 1x8 ui
SPO2: 93% (Sedang) Betadin 2x1 kp

90. Nama: MRI (46 Th) Ceftriaxone 2x1 Amlodipin 1x5 mg - X √ X


(Pr) No RM: gram (2 Hr) Oseltamivir 2x75 mg
CM.300XXX Paracetamol 3x1
Tanggal Masuk: 24/05/2021 Sucralfat 3xC
Tanggal Keluar:06/06/2021 Meropenem inj 2x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Furosemid inj 2x1
Diagnosa Sekunder: - Omerasol 2x1 ampul
Riwayat Penyakit:: Hipertensi
TD: 160/90
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 86x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
91. Nama: MSO (56 Th) Levofloxacin iv Amlodipin 1x 10 mg Levofloxacin-Dexametason √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (5 Hr) Klonidin 3x1 (Moderat, Risiko atau
CM.296XXX Prove D 1000 1x1 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Masuk: 25/06/2021 Candesartan 1x16 mg meningkat ketika
Tanggal Keluar:06/07/2021 Vectrine sirup 3x1 Dexamethasone
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Acetin 2x600 mg dikombinasikan dengan
Diagnosa Sekunder: CAD NRF 2x5mg Levofloxacin).
Riwayat Penyakit: Hipertensi Aspilet 1x 80 mg
TD: 170/90 ISDN 3x1
Nafas: 28x/menit Dexametason 1x1 vial
Denyut Nadi: 100x/menit Remdesivir 1x100 mg
Suhu: 36,5⁰ C Heparin 2x5000 u
SPO2: 92% (Sedang)

Institut Sains dan Teknologi


11

Vit c 2x 500 mg inj


92. Nama: AST (49 Th) (Pr) Ceftriaxone 2x1 ISDN 3x1 - √ √ √
No RM: CM.299XXX gr (5 Hr) Becomzet 1x1
Tanggal Masuk: 28/08/2021 Vit D 1x1000
Tanggal Keluar:01/09/2021 Paracetamol 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Candesartan 1x16 mg
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Klonidin 3x1
Riwayat Penyakit:: Hipertensi,CAD Furosemid 2x1 ampul
TD: 220/120 Asam traneksamat 3x1
Nafas: 28x/menit ampul
Denyut Nadi: 82x/menit Vit K 3x1ampul
Suhu: 36⁰ C Cedocard drip NS 100 ml
SPO2: 90% (Berat)
93. Nama: HLA (35 Th) (Pr) Azitromisin tab Provit d5000 1x1 - X √ √
No RM: CM.214XXX 1x500 mg (7 Hr) Lansoprazol 1x1
Tanggal Masuk: 02/09/2021 Metil Prednisolon 3x1
Tanggal Keluar:09/09/2021 Favipiravir 2x1600 mg-
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 600 mg
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Becomzet 2x1
Riwayat Penyakit:- Ibu profen 2x400 mg
TD: 110/80 Vit C 2x1 ampul
Nafas: 28x/menit
Denyut Nadi: 90x/menit
Suhu: 37,5⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
94. Nama: HRY (54 th) (Lk) Levofloxacin tab Favipiravir 2x1600 mg- Levofloxacin-Dexametason √ √ √
No RM: CM.307XXX 1x750 mg (7 Hr) 600 mg (Moderat, Risiko atau
Tanggal Masuk: 20/08/2021 Levofloxacin iv N Acetil Sistein 3x400 keparahan tendinopati dapat
Tanggal Keluar:04/09/2021 1x750 mg (7 Hr) mg meningkat ketika
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Zink 1x1 Dexamethasone
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Prove D 1x1 dikombinasikan dengan
Riwayat Penyakit:Hipertensi Vit C 2x1 Levofloxacin).
TD: 130/80 Codein 3x1
Nafas: 30x/menit CaCO3 3x1
Denyut Nadi: 107x/menit Omeprazol 2x1 ampul
Suhu: 36,6⁰ C Aminoleban infus 1x1
SPO2: 84% (Berat) Heparin 2x5000 unit
Vit C 2x1 ampul
Dexametason 2x1 ampul

Institut Sains dan Teknologi


12

95. Nama: HHO (59 th) Levofloxacin tab Paracetamol 3x1 - √ √ √


(Lk) No RM: 750 mg (5 Hr) Becomzet 2x1
CM.307XXX Levofloxacin iv Prove D 1x1
Tanggal Masuk: 20/08/2021 1x750 mg (7 Hr) CaCO3 3x1
Tanggal Keluar:01/09/2021 N Acetil Sistein 3x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Oseltamivir 2x1
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Bilateral Omeprazol 2x1 ampul
Riwayat Penyakit:- Heparin 2x7500 unit
TD: 140/80 Vit C 2x1 ampul
Nafas: 30x/menit Ranitidin 2x1 ampul
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 38,9⁰ C
SPO2: 90% (Berat)
96. Nama: DV (43 Th) Levofloxacin tab N Acetyl Sitein 3x400 mg Levofloxacin-becom z √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (5 Hr) Metformin 3x500 mg (Moderat, multivitamin dan
CM.307XXX Levofloxacin iv Trombo aspilet 1x80 mg mineral lainnya dapat
Tanggal Masuk: 20/06/2021 1x750 mg (6 Hr) Oseltamivir 2x75 mg mengganggu penyerapan
Tanggal Keluar:01/07/2021 Becomzet 2x1 levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Prove D 1x1 darah dan mengurangi
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Ambroxol 3x1 efektivitasnya)
Riwayat Penyakit: DM tipe II Metil prednisolon 2x8 mg
TD: 110/70 Lodia 3x1 Levofloxacin-metformin
Nafas: 26x/menit CaCO3 3x1 (Moderat, levofloxacin iv
Denyut Nadi: 100x/menit Xarelto 1x20 mg meningkatkan efek metformin
Suhu: 37⁰ C Omeprazol 2x1 ampul oral dengan menambahkan efek
SPO2: 95% (Sedang) Sansulin 1x8 ui obat).
Novorapin 3x10 ui
Diviti 1x2,5 mg
97. Nama: HRE (64 Th) (Lk) Azitromisin tab Favipiravir 2x1600 mg- Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.307XXX 1x500 mg(5 Hr) 600 mg (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 24/06/2021 Levofloxacin iv Vit D 1x5000 mg levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:03/07/2021 750 mg (5 Hr) N Acetyl Sistein 3x400 meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 mg jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: BPH (Perbesaran Tamsulosin 1x1 berbahaya).
prostat jinak) Avodart 2x1
Riwayat Penyakit:: Gangguan Fungsi Vit c 1x500 mg Levofloxacin-Dexametason
Hati TD: 120/90 Dexametason 2x1 (Moderat, Risiko atau
Nafas: 30x/menit ampul Heparin drip NS keparahan tendinopati dapat
Denyut Nadi: 111x/menit 100 ml Aminoleban 1x1 meningkat ketika
Suhu: 36⁰ C Dexamethasone
SPO2: 93% (Sedang) dikombinasikan dengan

Institut Sains dan Teknologi


12

Levofloxacin).

Azitromisin-Dexametason
(Moderat, Konsentrasi serum
Deksametason dapat
ditingkatkan bila
dikombinasikan dengan
Azitromisin)
98. Nama: DS )47 Th) (Pr) Azitromisin Oseltamivir 2x75 mg - X √ X
No RM: CM.307XXX 1x500 mg tab (7 Fluimucil 3x1 cth
Tanggal Masuk: 22/08/2021 Hr) Stimuno 1x1
Tanggal Keluar:01/09/2021 Vit D 1000 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit C 1x1000 mg ampul
Diagnosa Sekunder: - Omeprazol 1x1
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 86x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 95% (Ringan)

99. Nama: NRM (57 Th) (Pr) Azitromisin tab Acetin 2X600 mg - X √ √
No RM: CM.294XXX 1x500 mg (5 Hr) Vit D 1x1
Tanggal Masuk: 21/08/2021 Becom zet 1x1
Tanggal Keluar:03/09/2021 Favipiravir 2x600 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19
Diagnosa Sekunder: -
Riwayat Penyakit:-
TD: 90/60
Nafas: 24x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 97% (Sedang)
100. Nama: IWD (35 Th) Azitromisin Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Pr) No RM: tablet 1x1(6 Hr) N Acetyl Sistein 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.230XXX Levofloxacin tab Becomzet 1x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 19/01/2021 1x750 mg (5 Hr) Candesartan 1x8 mg meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:02/02/2021 Amlodipin 1x5 mg jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Betaserc 3x1 berbahaya).
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Simvastatin 1x20 mg
Riwayat Penyakit:: Hipertensi

Institut Sains dan Teknologi


12

TD: 120/70 Bisoprolol 1x5 mg Levofloxacin-becom z


Nafas: 24x/menit Oseltamivir 2x1 (Moderat, multivitamin dan
Denyut Nadi: 96x/menit Omeprazol 1x1 mineral lainnya dapat
Suhu: 38⁰ C Aspilet 1x1 mengganggu penyerapan
SPO2: 94% (Sedang) Ondansetron iv 2x4 mg levofloxacin ke dalam aliran
darah dan mengurangi
efektivitasnya)

101. Nama: HR (48 th) (lk) Azitromisin tab Recolfar 1x0,5 mg - X √ √


No RM: CM.298XXX 1x500 mg (5 Hr) Becomzet 1x1
Tanggal Masuk: 31/03/2021 Ceftriaxone 2x1 Avigan 2x1600 mg-600
Tanggal Keluar:04/04/2021 gr (5 Hr) mg
Diagnosa Utama: Susp. Covid-19 Asam Folat 2x1
Diagnosa Sekunder: ISPA, CKD Paracetamol 3x1
Riwayat Penyakit:- Lasix 1x1 ampul
TD: 110/70 Metil prednisolon 1x125
Nafas: 30x/menit mg vial
Denyut Nadi: 84x/menit
Suhu: 36,5⁰ C
SPO2: 93% (Sedang)
102. Nama: AYO (52 th) Azitromisin tab Avigan 2x1600 mg-600 - √ √ √
(Lk) No RM: 1x500 mg (5 Hr) mg
CM.20XXX Fluimucil 3x200 mg
Tanggal Masuk: 10/03/2021 Curcuma 3x1
Tanggal Keluar:19/03/2021 Simarc 1x2 mg malam
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Bisolvon syr 3xC
Diagnosa Sekunder: Hiperkoagulasi Vit C 2x1 ampul
Riwayat Penyakit:- Cernevit 2x1vial
TD: 110/80 ,Lansoprazol 2x1 vial
Nafas: 28x/menit Diviti 1x1 inj
Denyut Nadi: 87x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 90% (Berat)
103. Nama: RWI (56 Th) (Pr) Azitromisin tab Avigan 2x1600 mg-600 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.297XXX 1x500 mg (5 Hr) mg (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 06/03/2021 Levofloxacin iv Glimepirid 1x1 mg levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:17/03/2021 1x750 mg (6 Hr) Resfar 3x400 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit c 1x1000 mg jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: Pneumonia Arixtra 1x2,5 mg berbahaya).
Riwayat Penyakit:: DM tipe II
TD: 110/80 Levofloxacin-Glimepirid

Institut Sains dan Teknologi


12

Nafas: 26x/menit (Major, glimepiride oral


Denyut Nadi: 84x/menit meningkatkan efek levofloxacin
Suhu: 36,3⁰ C iv dengan menambahkan efek
SPO2: 96% (Sedang) obat).

104. Nama: NRN (63 Th) (Pr) Levofloxacin iv Amlodipin 1x 5mg - √ √ √


No RM: CM.140XXX 1x750 mg (6 Hr) Ibu profen 2x1
Tanggal Masuk: 01/03/2021 Lansoprazol 1x30 mg
Tanggal Keluar:09/03/2021 Trombo aspilet 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Covifor drip NS 100 ml
Diagnosa Sekunder: HHD 1x1
Riwayat Penyakit:: Hipertensi Vit C
TD: 16090 Cernevit 2x1vial
Nafas: 24x/menit Resfar 3x400 mg
Denyut Nadi: 91x/menit
Suhu: 37⁰ C
SPO2: 94% (Sedang)
105. Nama: SYM (67 th) Levofloxacin tab Amlodipin 1x 10 mg Levofloxacin-becom z √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (6 Hr) Bisoprolol 1x5 mg (Moderat, multivitamin dan
CM.285XXX Becomzet 1x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Masuk: 14/03/2021 Lansoprazol 1x1 mengganggu penyerapan
Tanggal Keluar:27/03/2021 N Acetyl Sistein 3x400 levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 mg darah dan mengurangi
Diagnosa Sekunder: pneumonia bilateral Avigan 2x600 mg efektivitasnya)
Riwayat Penyakit: Hipertensi Aspilet 1x80 mg
TD: 190/100 Atorvastatin 1x20 mg
Nafas: 26x/menit Etoricoxib 1x60 mg
Denyut Nadi: 80x/menit Citocolin 500 mg 2x1
Suhu: 38⁰ C Gabapentin 2x1
SPO2: 97% (Sedang)
106. Nama: THI (47 Th) (Pr) Levofloxacin iv Becomzet 2x1 - X √ √
No RM: CM.296XXX 1x750 mg (7 Hr) Inpepsa syr 3x1
Tanggal Masuk: 05/02/2021 Oseltamivir 2x75 mg
Tanggal Keluar:15/02/2021 Fluimucil 3x200 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Resfar 2x400 mg
Diagnosa Sekunder: Dispepsia Pumpitor 2x1 vial
Riwayat Penyakit:-
TD: 140/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 37⁰ C

Institut Sains dan Teknologi


12

SPO2: 98% (Ringan)


107. Nama: MRA (52 Th) (Pr) Levofloxacin iv Metformin 3x1 Levofloxacin-metformin √ √ X
No RM: CM.302XXX 1x750 mg (10 Amlodipin 1x1 (Moderat, levofloxacin iv
Tanggal Masuk: 07/02/2021 Hr) Paracetamol 3x1 meningkatkan efek metformin
Tanggal Keluar:19/02/2021 Trombo aspilet 1x80 mg oral dengan menambahkan efek
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Antasid 1x1 obat).
Diagnosa Sekunder: DM tipe II, Vometa 3x1 kp
Hiperkagulasi Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit:- Cernevit 1x1vial
TD: 120/80 Vit C 1x1000
Nafas: 26x/menit Lansoprazol 2x1 vial
Denyut Nadi: 94x/menit Diviti 1x1 inj
Suhu: 37,5⁰ C
SPO2: 90% (Berat)
108. Nama: IRP (50 Th) (Lk) Azitromisin Paracetamol 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
No RM: CM.52XXX 1x500 mg (5 Hr) Curcuma 3x1 (Minor, azitromisin oral dan
Tanggal Masuk: 28/02/2021 Levofloxacin iv Oseltamivir 2x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Keluar:09/03/2021 1x750 mg (5 Hr) Acetin 1x600 mg meningkat menyebabkan irama
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Beomzet 1x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Cetirizin 1x1 berbahaya).
Riwayat Penyakit :Hipertensi Amlodipin 1x1
TD: 160/100 B Fluid 1x1 Levofloxacin-Dexametason
Nafas: 26x/menit Resfar 2x1000 (Moderat, Risiko atau
Denyut Nadi: 80x/menit Omeprazol 1x1 keparahan tendinopati dapat
Suhu: 37,8⁰ C Cernevit drip 1x1 meningkat ketika
SPO2: 95% (Sedang) Dexametason 2x1 Dexamethasone
dikombinasikan dengan
Levofloxacin).
109. Nama: RYB (26 Th) Levofloxacin iv New diatab 1x1 kp - √ √ √
(Lk) No RM: 1x750 mg (5 Hr) Avigan 2x800 mg
CM.298XXX Prove d1000 1x1
Tanggal Masuk: 20/03/2021 Becomzet 1x1
Tanggal Keluar:26/03/2021 N Acetyl Sistein 3x400
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 mg
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral Antasid 3xC
Riwayat Penyakit:- Omeprazol 1x1 inj
TD: 130/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰ C
SPO2: 92% (Berat)

Institut Sains dan Teknologi


12

110. Nama: SHA (63 Th) Levofloxacin tab Digoxin 1x1 Levofloxacin-becom z √ √ √
(Pr) No RM: 1x750 mg (5 Hr) Bisoprolol 1x1 (Moderat, multivitamin dan
CM.126XXX Levofloxacin iv Aspilet 1x1 mineral lainnya dapat
Tanggal Masuk: 14/03/2021 1x750 mg (5 Hr) KSR 1x1 mengganggu penyerapan
Tanggal Keluar:24/03/2021 Becomzet 1x1 levofloxacin ke dalam aliran
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 N Acetyl Sistein 3x400 darah dan mengurangi
Diagnosa Sekunder: Pneumonia bilateral mg efektivitasnya)
Riwayat Penyakit:Asma Spirinolakton 1x0,5 mg
TD: 130/80 Avigan 2x600 mg
Nafas: 20x/menit Laxadin syr 3x2C
Denyut Nadi: 100x/menit Omeprazol 1x1
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 95% (Sedang)
111. Nama: MWI (54 Th) Azitromisin tab N Asetil Sistein 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ X
(Lk) No RM: 1x500 mg (10 KSR 1x1 (Minor, azitromisin oral dan
CM.306XXX Hr) Paracetamol 3x1 levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 21/06/2021 Levofloxacin iv Omeprazol 2x1 vial meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:02/07/2021 1x750 mg (10 Resfar 1x1 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Hr) Avigan 2x600 mg berbahaya).
Diagnosa Sekunder: ISPA
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 26x/menit
Denyut Nadi: 120x/menit
Suhu: 37,5⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
112. Nama: NSR (62 Th) Azitromisin tab Metformin 3x1 Azitromisin-Levofloxacin √ √ √
(Lk) No RM: 1x500 mg (6 Hr) Spirinolakton 1x25 mg (Minor, azitromisin oral dan
CM.106XXX Levofloxacin iv Candesartan 1x 8 mg levofloxacin iv keduanya
Tanggal Masuk: 15/06/2021 1x750 mg (5 Hr) Asam Folat 2x1 meningkat menyebabkan irama
Tanggal Keluar:20/06/2021 jantung abnormal yang
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 berbahaya).
Diagnosa Sekunder: -
Riwayat Penyakit:-DM Levofloxacin-metformin
TD: 150/90 (Moderat, levofloxacin iv
Nafas: 33x/menit meningkatkan efek metformin
Denyut Nadi: 106x/menit oral dengan menambahkan efek
Suhu: 36,5⁰ C obat).
SPO2: 94% (Sedang)
113. Nama: PRM (68 Th) (Lk) Azitromisin tab Becomzet 1x1 - √ √ √
No RM: CM.294XXX 1x500 mg (5 Hr) Amlodipin 1x5 mg
Tanggal Masuk: 24/06/2021 Miniaspi 1x80 mg
Tanggal Keluar:04/07/2021 Candessartan 1x8 mg

Institut Sains dan Teknologi


12

Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Avigan 2x3 tab;et


Diagnosa Sekunder: DM, CAD Resfar 3x400 mg
Riwayat Penyakit: Hipertensi, DM Novorapid 3x10 ui
TD: 180/90 Levemir 1x10 ui
Nafas: 28x/menit N Acetyl Sistein 3x1
Denyut Nadi: 94x/menit
Suhu: 36⁰ C
SPO2: 96% (Sedang)
114. Nama: IG (50 Th) Levofloxacin iv Oseltamivir2x75 mg - √ √ X
(Lk) No RM: 1x750 mg (8 Hr) Paracetamol 3x1
CM.302XXX Ulsafat syr 3x 1cth
Tanggal Masuk: 23/06/2021 N Acetil Sistein 3x200
Tanggal Keluar:03/07/2021 mg
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 Vit C 1x1000 mg
Diagnosa Sekunder: ISPA, GERD Omeprazol 2x1 vial
Riwayat Penyakit:-
TD: 120/80
Nafas: 30x/menit
Denyut Nadi: 88x/menit
Suhu: 36 C
SPO2: 90% (Berat)
115. Nama: SA (23 Th) (Pr) Azitromisin tab Paracetamol 3x1 - √ √ √
No RM: CM.280XXX 1x500 mg (5 Hr) Lodia 3x1
Tanggal Masuk: 11/07/2021 Becomzet 2x1
Tanggal Keluar:18/07/2021 Prove d3 1x1
Diagnosa Utama: Confirm Covid-19 FG Troches 3x1
Diagnosa Sekunder: Dispepsia Oseltamivir 2x75 mg
Riwayat Penyakit:- Omeparzol 2x1
TD: 90/80 Resfar 3x400 mg
Nafas: 20x/menit B Fluid 1x1
Denyut Nadi: 90x/menit Ondansetron 3x4 mg
Suhu: 36,8⁰ C
SPO2: 94% (Ringan)

Institut Sains dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai