Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.

) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

PENGARUH PERBANDINGAN AMILUM SINGKONG (Manihot esculenta Crantz.)


FULLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA TERHADAP SIFAT FISIK EKSIPIEN
CO-PROCESSING

Arisanti, C.I.S1, Wiradewi, N.M.A1, Wijayanti, N.P.A.D1,


1
Jurusan Farmasi - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana

Korespondensi: Wiradewi, N.M.A


Jurusan Farmasi - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: asihwiradewi68@gmail.com

ABSTRAK

Amilum singkong dapat berfungsi sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur. Namun
demikian, amilum memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang rendah sehingga perlu dilakukan
modifikasi terhadap amilum singkong yang dilanjutkan dengan co-prossesing dengan gom
akasia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan amilum singkong dan
gom akasia terhadap sifat fisik eksipien co-processing dari amilum singkong fully
pregelatinized dan gom akasia sebagai eksipien dalam pembuatan tablet dengan metode kempa
langsung. Pada penelitian ini eksipien co-processing dari amilum singkong fully pregelatinized
dan gom akasia dibuat dengan perbandingan amilum singkong dan gom akasia masing-masing
97,5:2,5; 95:5; dan 92,5:7,5. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap eksipien co-processing.
Hasil evaluasi kemudian dianalisis menggunakan ANOVA one-way dengan taraf kepercayaan
95%. Semakin meningkatnya jumlah gom akasia menghasilkan peningkatan sifat alir amilum
dan penurunan susut pengeringan, jumlah fines, kelembaban, kompresibilitas. Berdasarkan hasil
penelitian telah diketahui bahwa variasi konsentrasi amilum singkong dan gom akasia
memberikan perbedaan yang bermakna terhadap sifat alir, susut pengeringan, kelembaban dan
kompresibilitas yang dihasilkan (Sig. <0,05).

Kata kunci: amilum singkong, fully pregelatinized, eksipien co-processing, gom akasia

1. PENDAHULUAN
Eksipien merupakan bahan tambahan menghasilkan tablet yang rapuh sedangkan
dalam sediaan farmasi yang tidak memiliki kompresibilitas yang tinggi akan
efek farmakologis. Amilum merupakan menghasilkan tablet dengan waktu hancur
eksipien yang sering digunakan dalam yang lama (Qiu et al., 2009). Oleh sebab itu,
pembuatan tablet kempa langsung. Amilum perlu dilakukan modifikasi fisik terhadap
pada sediaan tablet berfungsi sebagai pengisi, amilum.
pengikat dan penghancur (Rowe, et al., 2009). Co-processing merupakan teknik
Disamping itu, amilum bersifat inert dan penggabungan dua atau lebih eksipien yang
ekonomis (Plackett, 2011). Namun, amilum telah ada untuk menghasilkan eksipien baru,
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang dimana penggabungan bahan tersebut akan
rendah (Qiu, et al., 2009). Sifat alir yang saling melengkapi, sehingga akan diperoleh
rendah dapat mempengaruhi keseragaman eksipien dengan sifat yang lebih baik
bobot tablet yang nantinya juga dibandingkan dengan penggunaan masing-
mempengaruhi homogenitas kandungan zat masing eksipien secara tunggal (Gohel, 2005).
aktif di dalam sediaan. Eksipien dengan Metode co-processing memiliki kelebihan
kompresibilitas yang rendah akan yaitu mampu meningkatkan ukuran partikel,

91
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

meningkatkan kompaktibilitas dan 2.2 Metode


mengefisienkan penggunaan eksipien dalam 2.2.1 Pembuatan Amilum Singkong
sediaan dibandingkan pencampuran bahan Umbi singkong dikupas, dicuci dengan
pengikat langsung ke dalam campuran bahan air sampai bersih. Singkong yang telah bersih
formulasi tablet (Patel, 2009). dipotong kecil-kecil, kemudian dihancurkan
Menurut penelitian Olowosulu et al., menggunakan blender dengan bantuan
(2011), co-processing amilum jagung fully akuades dimana perbandingan singkong :
pregelatinized dengan gom akasia memiliki akuades (2 : 1)b/v. Selanjutnya diperas dan
sifat alir yang lebih tinggi dibandingkan disaring menggunakan kain flannel. Air hasil
dengan amilum jagung fully pregelatinized. saringan tersebut didiamkan selama 24 jam
Perbandingan amilum jagung fully hingga terbentuk endapan. Kemudian endapan
pregelatinized dengan gom akasia 97,5:2,5; dicuci dengan akuades sampai diperoleh
95:5 dan 92,5:7,5 menunjukkan laju alir endapan amilum yang lebih jernih sedangkan
amilum jagung fully pregelatinized co- cairan supernatan dibuang. Endapan yang
processing semakin meningkat seiring dengan diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu
meningkatnya jumlah gom akasia yang 50C selama 24 jam, lalu digerus dan diayak
digunakan. dengan ayakan nomor 80 (Soebagio, 2009).
Pada penelitian Yamini, et al., (2011),
amilum singkong memiliki kemampuan 2.2.2 Pembuatan Eksipien Co-processing
sebagai pengikat yang lebih baik Eksipien co-processing amilum singkong
dibandingkan dengan amilum jagung dan fully pregelatinized dan gom akasia dibuat
amilum kentang. Amilum singkong memiliki dengan menyiapkan suspensi campuran
amilopektin lebih tinggi yaitu 83% amilum singkong dengan gom akasia dengan
dibandingkan amilum jagung dengan perbandingan 97,5:2,5; 95:5; dan 92,5:7,5.
amilopektin 72% dan amilum kentang dengan Sejumlah gom akasia yang diperlukan
amilopektin 79%. Amilopektin dalam air didispersikan dalam akuades, selanjutnya
dapat membentuk larutan koloidal. Bila ditambahkan suspensi gom akasia ke dalam
larutan koloidal dipanaskan maka akan suspensi amilum singkong secara menyeluruh
terbentuk massa yang lengket, sifat inilah dengan pengadukan selama 10 menit untuk
yang dimanfaatkan sebagai bahan pengikat memperoleh suspensi yang homogen.
yang dapat meningkatkan sifat alir amilum. Campuran suspensi dipanaskan pada
Penelitian terhadap eksipien co-processing waterbath dengan suhu 80oC selama 15 menit.
amilum singkong fully pregelatinized dengan Bentuk pasta yang telah terbentuk selanjutnya
gom akasia belum diteliti. Maka, dilakukan dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC
penelitian dalam pembuatan eksipien co- selama 48 jam. Setelah kering, amilum diayak
processing amilum singkong fully menggunakan ayakan nomor 20. (Olowosulu
pregelatinized dengan gom akasia untuk et al., 2011).
pembuatan tablet menggunakan metode
kempa langsung. Dilakukan penelitian 2.2.3 Uji Sifat Fisik Eksipien Co-processing
mengenai pengaruh perbandingan amilum 1) Uji Identifikasi
singkong (Manihot esculenta Crantz.) fully Dibuat suspensi 1 gram amilum singkong
pregelatinized dan gom akasia terhadap sifat dalam 50 mL akuades, dipanaskan sampai
fisik eksipien co-processing dengan mendidih selama 1 menit, hingga terbentuk
perbandingan 97,5:2,5; 95:5 dan 92,5:7,5. larutan yang encer. Campur 1 mL suspensi
dengan 0,05 mL iodium 0,005M. Hasil positif
2. BAHAN DAN METODE menunjukkan terbentuknya warna biru tua
2.1 Bahan (Depkes RI, 1995).
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah singkong, akuades (PT.Bratachem) 2) Uji organoleptis
dan gom akasia (PT.Bratachem). Diamati penampilan fisik amilum
singkong yang meliputi warna, bau, dan rasa
amilum (Depkes RI, 1995).

92
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

3) Uji pH 8) Uji Kelembaban


Dicampurkan 1 gram amilum dengan 10 Ditimbang 5 gram amilum yang telah
mL air bebas CO2 selama 1 menit. Pengujian dikeringkan dan kemudian dikeringkan
pH amilum menggunakan pH meter (Oakton kembali di dalam oven pada suhu 1050C
pH 510 series). Amilum singkong memiliki selama 15 menit (Ansel, 2005)
pH sekitar 4,5-7,0 (Rowe et al., 2009).
9) Uji Sifat Alir
4) Uji Susut Pengeringan Ditimbang 100 gram amilum, kemudian
Disiapkan botol timbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong alir. Amilum
dipanaskan pada suhu 105C selama 30 menit, dituang melalui tepi corong secara perlahan-
lalu timbang. Dilakukan pekerjaan tersebut lahan ke dalam corong yang bagian bawahnya
sampai memperoleh bobot botol timbang yang tertutup. Tutup corong bagian bawah dibuka
konstan atau perbedaan hasil antara 2 secara perlahan-lahan dan amilum dibiarkan
penimbangan tidak melebihi 0,005 gram. mengalir keluar hingga membentuk kerucut.
Ditimbang 1 gram amilum masukan ke dalam Dicatat waktu yang diperlukan (detik) dengan
botol timbang dan diratakan dengan menggunakan stopwatch sampai semua
menggoyangkan botol, hingga berupa lapisan amilum melewati corong (Voigt, 1995). Dan
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, diukur tinggi amilum yang berbentuk kerucut
lalu dimasukkan ke dalam oven, buka tersebut dan jari-jari amilum (Voigt, 1995).
tutupnya, dikeringkan pada suhu 105C
hingga bobot konstan. Nilai susut pengeringan 10) Uji Kompresibilitas
yang baik adalah kurang dari 15% (Depkes a. Bobot jenis nyata
RI, 1995). Ditimbang serbuk zat uji yang telah
dikeringkan sebanyak 50 gram.
5) Uji Mikroskopik Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
Amilum singkong secukupnya diletakkan ukur 100 mL dan dicatat volumenya
pada gelas objek. Ditambahkan 2 tetes (Voigt, 1995)..
akuades, diamati susunan amilum, bentuk
hilus dan lamela dari amilum singkong di b. Bobot jenis mampat
bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran Ditimbang serbuk zat uji yang telah
400 kali (Depkes RI, 1995). Amilum dikeringkan sebanyak 50 gram.
singkong memiliki susunan amilum tunggal, Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
letak hilusnya di tengah, bentuk hilusnya ukur 100 mL dan dicatat volumenya.
berupa titik atau bercabang tiga dan lamela Setelah itu dilakukan pengetukan hingga
tidak jelas. volumenya konstan (Voigt, 1995).

6) Uji Makroskopik c. Kompresibilitas


Ditimbang amilum sebanyak 100 gram, Persen kompresibilitas dihitung
selanjutnya dilakukan pengayakan bertingkat berdasarkan data yang diperoleh dari
dengan ayakan nomor 20, 40, 60 dan 80. pengukuran bobot jenis nyata dan bobot
Derajat kehalusan amilum dapat ditentukan jenis mampat. Amilum dengan nilai
melalui nomor ayakan dari ayakan bertingkat kompresibilitas 12-18% akan memiliki
tersebut (Depkes RI, 1995). sifat alir yang baik (Voigt, 1995).

7) Uji Distribusi Ukuran Partikel 2.2.5 Analisis Data


Ditimbang 100 gram amilum. Dilakukan Hasil pengujian dianalisis secara statistik
pengayakan secara bertingkat mulai dari mesh dengan menggunakan metode Analysis of
20, 40, 60, 80, dan 100 selama 15 menit. Hasil Variance (ANOVA) One-Way, dengan taraf
pengayakan dari masing-masing mesh kepercayaan 95%. Uji ANOVA digunakan
ditimbang. Persentase fines yang dikehendaki untuk melihat pengaruh perbandingan amilum
adalah 10%-20% (Ansel, 2005). singkong dan gom akasia terhadap sifat fisik
eksipien co-processing dari amilum singkong

93
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

fully pregelatinized dan gom akasia, dilihat 3.1.3 Uji pH


dari nilai signifikan () pada output ANOVA. Hasil pengujian pH menunjukkan bahwa
Selanjutkan dilakukan uji Least eksipien co-processing dari amilum singkong
Significant Difference (LSD) untuk fully pregelatinized dan gom akasia dengan
memperjelas perbedaan pada masing-masing perbandingan (97,5:2,5), (95:5) dan (92,5:7,5)
formula dengan melihat perbedaan antar telah memenuhi rentang yang dipersyaratkan
kelompok variasi perbandingan amilum dan pH amilum yaitu 4,5-7,0 (Rowe et al, 2009).
gom akasia pada masing-masing perlakuan. Sehingga pada saat penyimpanan amilum
akan stabil atau dapat bertahan lama.
3. HASIL
3.1 Uji Sifat Fisik Eksipien Co-processing 3.1.4 Uji susut pengeringan
Hasil pengujian sifat fisik eksipien co- Terjadi penurunan yang signifikan (Sig.
processing ditunjukkan pada tabel A.1. <0,05) nilai susut pengeringan seiring
meningkatnya konsentrasi gom akasia pada
3.1.1 Uji identifikasi eksipien co-processing, namun eksipien co-
Hasil uji identifikasi eksipien co- processing dari amilum singkong fully
processing dari amilum singkong fully pregelatinized dan gom akasia dengan
pregelatinized dan gom akasia dengan perbandingan (97,5:2,5), (95:5) dan (92,5:7,5)
perbandingan (97,5:2,5), (95:5) dan (92,5:7,5) memenuhi persyaratan nilai susut
menunjukkan hasil positif yaitu ditunjukkan pengeringannya <15% (b/b) (Depkes RI,
dengan timbulnya warna biru keunguan 1995).
setelah amilum direaksikan dengan iodium.
Hal ini membuktikan bahwa bahan yang 3.1.5 Uji mikroskopik
dipergunakan benar amilum. Amilum singkong memiliki susunan
amilum yang tunggal, letak hilus di tengah,
3.1.2 Uji organoleptik bentuk hilusnya bercabang tiga dan lamela
Amilum yang dihasilkan berwarna putih, tidak terlihat. Dari hasil pengujian sesuai
tidak berbau dan tidak berasa sesuaikan dengan pustaka yaitu letak hilus amilum
dengan ketentuan Farmakope Indonesia Edisi singkong yaitu berada di tengah yang dapat
IV. berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga
dan lamela tidak jelas (Wicaksono, 2008).
Gambar hasil pengujian mikroskopik dapat
dilihat pada Gambar B.1.

Tabel A.1. Data hasil pengujian sifat fisik eksipien co-processing


Eksipien co-processing dari amilum singkong
fully pregelatinized dan gom akasia
No Uji Pustaka
(97,5:2,5) (95:5) (92,5:7,5)
1 Identifikasi Biru keunguan Biru keunguan Biru keunguan Biru keunguan
Putih, tidak Putih, tidak Putih, tidak Putih, tidak
2 Organoleptik berbau, tidak berbau, tidak berbau, tidak berbau, tidak
berasa berasa berasa berasa
3 pH 4,50-7,00 5,66 5,65 5,64
Susut
4 <15% 12,60% 12,18% 11,78%
Pengeringan
5 Kelembaban 1-5% 4,25% 3,86% 3,54%
6 Waktu alir 4-10 (g/detik) 10,62 (g/detik) 11,95 (g/detik) 13,70 (g/detik)
o o o o
7 Sudut diam 25 -30 29,81 29,45 28,73o
8 Kompresibilitas 12-18% 16,45% 14,14% 12,87%

94
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

a b c

Hilus Hilus Hilus

Gambar B.1. Gambar hasil pengujian mikroskopik eksipien co-processing

Keterangan : a. amilum singkong:gom akasia (97,5:2,5)


b. amilum singkong:gom akasia (95:5)
c. amilum singkong:gom akasia (92,5:7,5)

3.1.6 Uji makroskopik (92,5:7,5) memenuhi rentang persyaratan


Eksipien co-processing dari amilum kelembaban yang baik yaitu 1%-5%
singkong fully pregelatinized dan gom (Depkes RI, 1995).
akasia dengan perbandingan (97,5:2,5),
(95:5) dan (92,5:7,5) memiliki ukuran 3.1.9 Uji sifat alir
partikel antara 250-850 m, yang Eksipien co-processing dari amilum
merupakan serbuk kasar (coarse powder) singkong fully pregelatinized dan gom
(Ansel, 2005), yaitu dengan diameter rata- akasia dengan perbandingan (97,5:2,5),
rata masing-masing eksipien co-processing (95:5) dan (92,5:7,5) memiliki sifat alir
dari amilum singkong fully pregelatinized yang sangat baik, dimana mampu mengalir
dan gom akasia dengan perbandingan >10 gram/detik dan memiliki sudut diam
(97,5:2,5), (95:5) dan (92,5:7,5) adalah antara 25o-30o (Aulton, 1988).
565,5290,143 m; 567,4520,272 m;
dan 571,5180,101 m. 3.1.10 Uji kompresibilitas
Eksipien co-processing dari amilum
3.1.7 Uji distribusi ukuran partikel singkong fully pregelatinized dan gom
Eksipien co-processing dari akasia dengan perbandingan (97,5:2,5),
amilum singkong fully pregelatinized (95:5) dan (92,5:7,5) memiliki nilai
dan gom akasia dengan perbandingan kompresibilitas antara 12%-18% yang
(97,5:2,5), (95:5) dan (92,5:7,5) berarti memiliki sifat alir yang baik
(Aulton, 2002).
menunjukkan distribusi semakin sempit
seiring dengan peningkatan konsentrasi 4. PEMBAHASAN
gom akasia pada perbandingan tersebut. 4.1 Uji Identifikasi
Terbentuknya warna biru keunguan
3.1.8 Uji kelembaban tersebut disebabkan karena kandungan
Terjadi penurunan yang signifikan amilosa yang bereaksi dengan iodin yang
(Sig. <0,05) kelembaban seiring dengan membentuk kompleks menyebabkan
meningkatnya konsentrasi gom akasia pada terbentuknya warna biru, sedangkan
eksipien co-processing, namun eksipien co- amilopektin dari amilum memberikan
processing dari amilum singkong fully warna violet kebiruan atau ungu (Gunawan
pregelatinized dan gom akasia akasia dan Mulyani, 2004).
dengan perbandingan (97,5:2,5), (95:5) dan

95
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

4.2 Uji Organolepik 4.5 Uji Mikroskopik


Uji organoleptik dilakukan bertujuan Peningkatan konsentrasi gom akasia
untuk mengetahui ciri-ciri fisik dari menunjukkan susunan granul amilum yang
amilum. Hasil menunjukkan bahwa bahan lebih bergerombol (Gambar B.1). Hal ini
yang digunakan adalah amilum singkong, dikarenakan, penambahan gom akasia yang
terlihat dari warna, bau dan rasa yang berperan sebagai pengikat dapat
dihasilkan sesuai dengan ciri-ciri amilum menyatukan partikel amilum singkong yang
singkong dalam Farmakope Indonesia IV berukuran kecil membentuk granul amilum
(1995). berukuran lebih besar (Olowosulu et al.,
2011 ).
4.3 Uji pH
Peningkatan konsentrasi gom akasia 4.6 Uji Makroskopik
menunjukkan penurunan nilai pH eksipen Eksipien co-processing dari amilum
co-processing dari amilum singkong fully singkong fully pregelatinized dan gom
pregelatinized dan gom akasia. Hal ini akasia dengan perbandingan (97,5:2,5),
dapat dipengaruhi oleh pH gom akasia. (95:5) dan (92,5:7,5) memiliki ukuran
Gom akasia bersifat sedikit asam 4,5-5,0 partikel yang besar, seiring dengan
(Evans,2002; Rowe et al.,2009), sehingga penambahan gom akasia yang semakin
menyebabkan penurunan pH eksipien co- banyak maka ukuran partikel yang
processing yang dihasilkan namun dihasilkan semakin besar. Hal ini
penurunan nilai pH tidak menunjukkan dikarenakan gom akasia berperan sebagai
penurunan yang signifikan. pengikat yang membentuk susunan amilum
singkong yang bergerombol menjadi granul
4.4 Uji Susut Pengeringan yang berukuran lebih besar yang memiliki
Penurunan nilai susut pengeringan sifat alir yang baik (Olowosulu et al.,
eksipien co-processing dari amilum 2011).
singkong fully pregelatinized dan gom
akasia terjadi karena adanya proses 4.7 Uji Distribusi Ukuran Partikel
gelatinasi amilum yang menyebabkan Seiring dengan peningkatan
amilum mengembang akibat pemanasan konsentrasi gom akasia menunjukkan
dan penambahan air. Pemanasan distribusi ukuran partikel yang semakin
menyebabkan ikatan hidrogen sempit dengan semakin sedikit jumlah fines
intermolekular antara rantai amilosa dan yang dihasilkan. Dimana, peningkatan
rantai cabang amilopektin mulai melemah, konsentrasi gom akasia, menyebabkan
sehingga amilum mengembang lebih cepat terjadinya proses penyatuan partikel-
dan bersifat ireversibel. Rusaknya ikatan partikel amilum yang merupakan serbuk
hidrogen saat proses gelatinasi, halus dengan ukuran partikel kecil, menjadi
menyebabkan saat proses pengeringan air partikel yang lebih besar sehingga
lebih mudah terlepas dari gugus hidroksil meningkatkan ukuran partikel granul
amilum dan menyebabkan penurunan amilum dan mengurangi jumlah fines.
kandungan air (Hapsari, 2008). Selain itu, Apabila jumlah fines terlalu banyak, dapat
terjadi penurunan nilai susut pengeringan menyebabkan aliran granul yang buruk dan
seiring meningkatnya konsentrasi gom tidak seragam kedalam ruang kompresi,
akasia dan penurunan konsentrasi amilum dimana hal ini dapat menyebabkan
yang menyebabkan akan lebih sedikit ketidakseragaman bobot tablet yang akan
ikatan hidrogen pada amilum yang dihasilkan.
berikatan dengan air, sehingga saat proses
pengeringan air akan lebih cepat terlepas 4.8 Uji Kelembaban
dari gugus hidroksil amilum, yang Terlihat bahwa peningkatan konsentrasi
menyebabkan penurunan kandungan air gom akasia pada eksipien co-processing
(Hapsari, 2008). dari amilum singkong fully pregelatinized
dan gom akasia, menunjukkan penurunan

96
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

nilai kelembaban amilum. Dimana eksipien 5. KESIMPULAN


co-processing dari amilum singkong fully Perbandingan amilum singkong dan
pregelatinized dan gom akasia memiliki gom akasia 97,5:2,5; 95:5; dan 92,5:7,5
ukuran partikel 250-850 m yang memberikan pengaruh terhadap sifat fisik
menyebabkan penurunan luas permukaan granul yaitu nilai sifat alir, susut
kontak partikel dengan lembab, sehingga pengeringan, distribusi ukuran partikel,
kemampuan untuk menyerap lembab kelembaban dan kompresibilitas
menjadi lebih rendah (Siregar, 2010). (Sig.<0,05). Dimana semakin
meningkatnya konsentrasi gom akasia pada
4.9 Uji Sifat Alir perbandingan 97,5:2,5; 95:5; dan 92,5:7,5
Ukuran partikel yang kecil akan menghasilkan amilum dengan sifat alir
menyebabkan tidak adanya rongga udara yang baik dan nilai susut pengeringan,
antarpartikel, sehingga amilum tidak dapat jumlah fines, kelembaban dan
mengalir (Voigt, 1995). Amilum singkong kompresibilitas lebih rendah.
fully pregelatinized, eksipien co-processing
dari amilum singkong fully pregelatinized UCAPAN TERIMAKASIH
dan gom akasia dengan perbandingan Penulis mengucapkan terimakasih
(97,5:2,5), (95:5) dan (92,5:7,5) dapat kepada I Gede Pasek Budiyadnya dan Putu
mengalir karena berbentuk granul dengan Ayu Pradnya Puspita atas dukungan serta
ukuran partikel 250850 m yang bantuan selama penelitian ini berlangsung.
menyebabkan adanya rongga udara antar
partikel, sehingga amilum dapat mengalir DAFTAR PUSTAKA
(Ansel, 2005).
Pengukuran sudut diam menunjukkan Ansel, Howard. (2005). Pengantar Bentuk
bahwa semakin tinggi penambahan Sediaan Farmasi 4th Edition.
konsentrasi gom akasia, maka sudut diam Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta:
yang dihasilkan semakin kecil dan ukuran UI-Press
granul juga dapat mempengaruhi sifat alir DepKes RI. (1995). Farmakope Indonesia
granul (Siregar, 2010). Semakin tinggi Edisi IV. Jakarta: Departemen
jumlah pengikat yang digunakan maka Kesehatan Republik Indonesia
granul yang dihasilkan memiliki ukuran Gunawan, D. dan Sri Mulyani . 2004. Ilmu
yang lebih besar dan memiliki kohesifitas Obat Alam (Farmakognosi). Jilid 1.
yang semakin rendah sehingga mampu Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 38 dan
memperbaiki sifat alir (Siregar, 2010). 40.
Gohel, M. C. (2005). A Review of Co-
4.10 Uji Kompresibilitas processed Directly Compressible
Dengan peningkatan jumlah gom Excipients. J. Pharm Sci, Vol 8 (1),
akasia menunjukkan peningkatan ukuran Page 76-93
partikel amilum, ukuran partikel yang lebih Olowosulu, A.K., A. Oyi., A.B. Isah,. dan
besar menyebabkan penurunan nilai M.A. Ibrahim. (2011). Formulation
kompresibilitas. Hal ini disebabkan karena and Evaluation of Novel Coprocessed
partikel yang lebih besar akan lebih sulit Excipients of Maize Starch and Acacia
menyusun diri ketika memperoleh tekanan. Gum (StarAc) For Direct Compression
Kompresibilitas juga dipengaruhi oleh sifat Tabletting. Int. J. of Pharm Res and
alir dan kelembaban. Kelembaban amilum Innov, Vol. 2, Page 39-45
yang lebih rendah menghasilkan Patel, R dan M. Bhavsar. 2009. Directly
kohesivitas yang lebih rendah sehingga Compressible Materials via Co-
ketika dimampatkan akan menghasilkan Processing. Int. J. of Pharm Tech Res.
kompresibilitas yang lebih rendah (Ganesan
Vol.1.No.3: 745-753.
et al., 2008).

97
Pengaruh Perbandingan Amilum Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Fully Pregelatinized
dan Gom Akasia terhadap Sifat Fisik Eksipien Co-processing (Arisanti, C.I.S , Wiradewi,
N.M.A., Wijayanti,N.P.A.D.,)

Plackett, D. 2011. Biopolymers-New


Materials for Sustainable Films and
Coatings. USA : Wiley.
Qiu,Y., Chen,Y., dan Zhang G.G.
2009.Developing Solid Oral Dosage
Forms Pharmaceutical Theory and
Practice.New York:Elsevier Inc. P.
415.
Rowe, R.C., Paul, J. S., Marian, E. Q. 2009.
Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Six Edition. USA:
Pharmaceutical Press.
Siregar, C. J. P. (2010). Teknologi Farmasi
Sediaan Tablet. Jakarta : Kedokteran
ECG
Soebagio, B., N. Wathoni., dan R.K. Meko.
(2009). Profil Aliran Dispersi Pati Ubi
Jalar. Farm. Volume 7 (2)
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta :
GM University Press.
Wicaksono, Y. dan Syifa, N. 2008.
Pengembangan pati singkong-avicel
PH 101 menjadi bahan pengisi co-
process tablet cetak langsung. Majalah
Farmasi Indonesia, 19(4). Hal. 165
171.
Yamini, K., Chalapathi, V.N., Lakshmi,
N.R, K.V, Lokesh., S. Praveen Kumar
Reddy dan Gopal.V. 2011.
Formulation Of Diclofenac Sodium
tablets using Tapioca starch powder- A
promising binder. Journal of Applied
Pharmaceutical Science. PP. 125-127.

98

Anda mungkin juga menyukai