ABSTRAK: Kulit nanas merupakan limbah buah yang memiliki kandungan gula dan karbohidrat yang cukup tinggi,
sehingga berpotensi untuk dijadikan bahan baku energi alternaitif yaitu etanol. Pada penelitian ini, proses pembuatan
etanol dari kulit nanas dikembangkan, dimana kulit nanas difermentasi menggunankan yeast terimobilisasi dalam butiran
alginate. Kulit nanas di buat serbuk yang selanjutnya dihodrilisis menggunakan asam klorida. Larutan gula yang
dihasilkan dari proses hidrolisis di fermentasi oleh yeast terimobilisasi dalam butiran alginate. Pada proses hidrolisis,
konsentrasi asam mempengaruhi perolehan konsentrasi gula. Konsentrasi gula terbesar dihasilkan setelah 10 menit waktu
hidrolis yaitu dengan menggunakan HCl 2 M dimana konsentasi yang dihasilkan 12,6 OBrix. Temperatur dan kecepatan
pengadukan tidak mempengaruhi perolehan konsentrasi gula. Alkohol dapat dihasilkan oleh yeast terimobilisasi dalam
butiran alginate. Konsentrasi alkohol tertinggi yang dihasilkan sebesar 36 % volume oleh yeast terimobilisasi dalam
butiran alginate dengan diameter 2,78 mm.
ABSTRACT: Pineapple peel is a waste that has high sugar and carbohydrate content so that it can be used as an
alternative raw material for ethanol production. In this research, the process of making ethanol from pineapple peel was
developed where it was fermented using immobilized yeast in alginate beads. Powdered pineapple peel then underwent
hydrolysis process using hydrochloric acid. The sugar solution produced from the process was fermented by immobilized
yeast in alginate beads. In the hydrolysis process, the acid concentration affected the yield of sugar obtained. The greatest
concentration of sugar which was 12.6 OBrix was produced after 10 minutes of hydrolysis time by using 2 M HCl. Stirring
speed and temperature did not have an influence to the yield of sugar. The highest alcohol concentration that can be
produced by immobilized yeast in 2,78 mm-diameter of alginate beads was 36% by volume.
memiliki kelebihan seperti memiliki biokompabilitas yeast ( Saccharomyces Cerevisiae ) dimasukan ke dalam
yang baik, harga yang murah, tersedia dalam jumlah latutan tersebut. Selanjutnya 1 mL sampel larutan diambil
banyak, dan preparasi yang mudah. sehingga pada setelah 4 hari untuk dianalisa kadar alkohol pada berbagai
penelitian ini material alginate digunakan untuk variasi ukuran butir.
memproduksi alkohol dari kulit buah nanas, serta proses
pengaruh ukuran butir alginate terhadap produksi alkohol Penentuan Kadar Gula dan Etanol
dipelajari.
Kadar gula diukur dengan refraktometer glukosa dan
kadar etanol diukur dengan menggunakan refaktometer
METODE PENELITIAN alkohol. Refraktometer diteteskan dengan aquades
sebanyak 4 tetes pada bagian prisma untuk mengkalibrasi
Pembuatan Serbuk Kulit Buah Nanas refraktometer dan diteropong hingga terlihat kadar gula 0
o
Brix. Setelah itu, bagian prisma dibersihkan dari aquades
Kulit nanas yang didapatkan dari penjual buah di dengan menggunakan tisu hingga kering. Sampel
lingkungan Fakultas Teknologi Universitas Jayabaya, kemudian diteteskan sebanyak 4 tetes pada bagian prisma
dipotong – potong hingga berukuran 1 cm. potongan – hingga terlihat kadar gula dalam satuan oBrix. Skala oBrix
potongan ini di keringkan selama 3 hari dengan cara di dari refraktometer sama dengan berat gram gula dari 100
jemur di bawah sinar matahari. Potongan yang telah gram larutan yang diukur.
dikeringkan kemudian diblender dan diayak oleh ayakan
berukuran 80 mesh. Pengukuran Ukuran Butir
Berdasarkan persamaan Arrhenius, peningkatan Gambar 2. Foto butiran alginat dengan metode ekstrusi
temperatur akan mempengaruhi besarnya laju reaksi, pada berbagai ukuran tip dan ketinggian, 1) 12 G, 12
sehingga gula yang dihasilkan akan semakin besar. cm, 2) 16 G, 14 cm 3) 18 G, 16 cm
Namun hal tersebut tidak berlaku pada penelitian ini
dimana temperatur tidak mempengaruhi konsentrasi
glukosa yang dihasilkan, seperti pada Tabel 2. Hal serupa
terjadi pada proses hidrolisis jerami gandum oleh asam
format (Zhuang et al, 2012).
25 Diamter Diamter
20 Rata - Rata Rata - Rata Diamter Rata-
15 4,02 mm 3,2 mm Rata 2,78 mm
10 33 35 36 38
5
0 Kelebihan menggunakan yeast terimobilisasi dalam
0 2 4 6
proses kontinyu adalah jumlah yeast dalam reaktor lebih
tinggi dibandingkan yeast bebas, sehingga produktivitas
Diameter (mm) lebih tinggi dan dalam operasi berkepanjangan tidak perlu
menambahkan yeast dan mengkhawatikan wash out. Pada
Tabel 4 dapat dilihat konsentrasi alkohol yang dihasilkan
Gambar 4. Distribusi ukuran butir alginate dengan dengan yeast terimobilisasi lebih kecil dibandingkan
menggunakan tip 18 G dengan dengan yeast bebas, hal ini di karenakan efek
diffusional/ transfer massa, karena yeast yang
40 terimobilisasi tidak memiliki kemampuan kontak secara
efektif dengan nutrient atau yeast terinhibisi oleh produk
Jumlah Butir
Gambar 5. Distribusi ukuran butir alginate dengan Alkohol dapat di hasilkan oleh yeast terimobilisasi
menggunakan tip 16 G dalam butiran alginate. Semakin kecil ukuran diameter
butiran alginat maka akan semakin besar konsentrasi gula
35 yang dihasilkan. Konsentrasi alkohol tertinggi yang
30 dihasilkan sebesar 36 % volume oleh yeast terimobilisasi
Jumlah Butiran
Chan, E.-S., Lee, B.-B., Ravindra, P., & Poncelet, D. Nikolić, S., Mojović, L., Pejin, D., Rakin, M., &
(2009). Prediction models for shape and size of ca- Vukašinović, M. (2010). Production of bioethanol
alginate macrobeads produced through extrusion– from corn meal hydrolyzates by free and immobilized
dripping method. Journal of Colloid and Interface cells of Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus.
Science, 338(1), 63–72. Biomass and Bioenergy, 34(10), 1449–1456.
Choonut, A., Saejong, M., & Sangkharak, K. (2014). The Rochmadi, Agus, P., and Wahyu, H, 2009, Pembuatan
Production of Ethanol and Hydrogen from Pineapple Mikrocapsul Dari Resin Urea-Formaldehid, Fakultas
Peel by Saccharomyces Cerevisiae and Enterobacter Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Aerogenes. Energy Procedia, 52, 242–249. Sulfahri, Amin, Mohamad, Sumitro , Sutiman Bambang,
Duarte, J. C., Rodrigues, J. A. R., Moran, P. J. S., Valença, Saptasari, Murni (2016). Bioetanol Alga Spirogyra
G. P., & Nunhez, J. R. (2013). Effect of immobilized Bahan Bakar Masa Depan. Leutikaprio.
cells in calcium alginate beads in alcoholic Wijana, S., S. Kumalaningsih, A. Setyowati, U. Efendi,
fermentation. AMB Express, 3(1), 31. dan N. Hidayat. (1991). Optimalisasi Penambahan
Dumitriu, Severian (2004), Polysaccharides: Structural Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada
Diversity and Functional Versatility, Second Edition, Pakan Ternak terhadap Peningkatan Kualitas Nutrisi.
CRC Press, 1003 Laporan Penelitian Hibah Agricultural Research
Itelima, J., Onwuliri, F., Onwuliri, E., Onyimba, I., & Management Project (ARMP) Departemen Pertanian
Oforji, S. (2013). Bio-Ethanol Production from Republik Indonesia. Universitas Brawijaya. Malang..
Banana, Plantain and Pineapple Peels by Wyman, Charles.,(1996)., Hand Book on Bioethanol,
Simultaneous Saccharification and Fermentation Production and utilization, Taylor and francis.
Process. International Journal of Environmental Zhuang, J. P., Li, X. P., & Liu, Y. (2012). Production of
Science and Development, 213–216. Fermentable Sugars from Wheat Straw by Formic
Lobo, Maria Gloria, Paull, Robert E. (2017), Handbook Acid Pretreatment. Advanced Materials Research,
of Pineaple Technology. Willey Black Well. 550-553, 1258–1261. Journal of Bioprocessing &
Masatuti Endang, Purwanti, Amanda Ayu ,(2013), Biotechniques.
Hidrolisa Pati dari Kulit Singkong (Variabel Ratio
Bahan dan Konsentrasi Asam), Ekuilibrium vol 12.
No. 1, 1-5
McParland, J. J., Grethlein, H. E., & Converse, A. O.
(1982). Kinetics of acid hydrolysis of corn stover.
Solar Energy, 28(1), 55–63.