Anda di halaman 1dari 6

Biota Vol.

13 (1): 47-52, Februari 2008


ISSN 0853-8670

Pengaruh Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Produksi Alkohol Secara


Fermentasi Berbahan Baku Gaplek Ubi Kayu (Manihot utillisima)
The Ragi and Fermentation Time Effect on Alcohol production by cassava (Manihot
utillisima) ”Gaplek” fermentation

P. Kianto Atmodjo
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta 55281
E-mail: kianto@mail.uajy.ac.id

Abstract
The research of the ragi and the fermentation time effect on alcohol production by
cassava gaplek has been done. The aim of this research were to find out the best time
fermentation and trade mark commercial ragi to produce alcohol. Time fermentation
were 1 and 2 weeks. The ragi trade marks were NKL and MK. The result showed that
the alcohol production was 15-17% in a week, and 18-20% in two week fermentation.
The alcohol quantity which produced by both NKL and MK ragi were not
significantly different.

Key words: fermentation, gaplek, alcohol

Diterima: 20 November 2007, disetujui: 26 Januari 2008

Pendahuluan menghasilkan ubu kayu per tahun minimal


700.000 ton tahun 2006 ini dan sebagian sekitar
Alkohol atau etil alkohol (CH3CH2OH), 250.000 ton dalam ujud gaplek yang dihargai
mempunyai densitas 0,78506 g/ml pada 250C, Rp. 550-750 per kg (Werdiono, 2006). Gaplek
titik didih 78,40C, tidak berwarna dan adalah hasil olah pasca panen ubikayu dengan
mempunyai bau serta rasa yang spesifik cara dikupas dan dikeringkan dibawah sinar
(Kartika, 1990). Alkohol adalah hasil matahari, yang merupakan khas dari daerah
fermentasi lebih lanjut dari tape, dan Gunung Kidul (Rukmana dan Yuyun, 2001).
diproduksi membutuhkan waktu 7-9 hari Kandungan karbohidrat dan energi ubi kayu
dengan hasil sekitar 5-20%, tergantung dari tidak kalah dibanding beras merah dan beras
jenis ketan (Atmodjo, 2006). Namun produksi giling, apalagi bila dibuat gaplek. kandungan
alkohol ini dianggap masih cukup mahal, karbohidrat tepung gaplek lebih tinggi daripada
dikarenakan harga beras ketan per kg mencapai singkong yaitu sebesar 81% (Tarwiyah, 2001),
Rp. 5000,- sehingga harga alkohol yang sehingga amat berpotensi untuk bahan baku
diperoleh tentunya akan lebih tinggi sekitar 3-4 pembuatan alkohol.
kali harga beras ketan. Padahal alkohol Alkohol dibuat melalui proses peragian
dipasaran seharga Rp. 7000-10000 per liter ubi kayu yang menghasilkan produk tape
tergantung kualitasnya. Untuk itu perlu dicari ketela. Proses pembuatan tape ini melibatkan
bahan baku lain yang jumlahnya melimpah dan peran mikrobia campuran dalam bentuk ragi.
harganya murah. Ragi adalah suatu inokulum padat yang
Salah satu bahan baku yang kaya akan mengandung berbagai jenis kapang, khamir,
karbohidrat adalah ubi kayu (Manihot dan bakteri yang berfungsi sebagai starter
utilissima Pohl.) yang banyak dibudidayakan dalam fermentasi tape (Hidayat, 2006).
oleh masyarakat diantaranya adalah masyarakat Inokulum ragi tape yang baik menurut Sarjono
daerah Kabupaten Gunung Kidul yang mampu dan Wibowo (1988) adalah yang memenuhi
Pengaruh Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Produksi Alkohol

kriteria-kriteria sebagai berikut : bersifat (NKL dan MK) aquades steril, phenolpthalin,
selektif terhadap mikrobia yang diinginkan, NaOH 0,1 N, reagen Arsenomolibdat, reagen
mikrobia tersebut mampu tumbuh dan Nelson, larutan glukosa standar, asam sitrat
berkembangbiak di dalam substrat yang 10%, NA (Nutrien Agar), larutan laktofenol,
diinginkan, stabil selama penyimpanan, dan dan methylen blue.
mampu melakukan proses fermentasi dalam
lingkungan yang sederhana dan mudah
Rancangan Percobaan
dikendalikan. Pada saat ini banyak ragi tape Rancangan percobaan yang digunakan
yang beredar dengan berbagai merek dagang, dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
diantaranya adalah ragi NKL dan MK Lengkap dengan ulangan sebanyak tiga kali
(Sulistyawan, 2002). dibagi dua tahap. Tahap pertama meneliti
Selain ragi, faktor-faktor yang waktu fermentasi yaitu satu minggu dan dua
mempengaruhi fermentasi etanol antara lain minggu. Tahap kedua menenliti dua macam
adalah sumber karbon, pH, suhu, sumber ragi: NKL dan MK.
nitrogen, faktor tumbuh, oksigen, alkohol dan
Pembuatan tape gaplek ubi kayu
CO2. Selain itu, kondisi fisiologi inokulum,
(Id.wikipedia.org/wiki/Tape, 2006)
dan kualitas substrat pertumbuhan juga
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh Lima kilogram gaplek ubi kayu
serta efisiensi fermentasi. Kondisi fisiologi dipotong-potong berukuran 5 cm dicuci dan
inokulum tergantung pada faktor-faktor direndam dalam panci selama 10 menit,
lingkungan, adanya mikrobia kontaminan akan kemudian dikukus selama kurang lebih 30
sangat berpengaruh terhadap produk metabolit menit sehingga agak lunak. Diangkat dan
yang dihasilkan dan menghambat proses didinginkan, selanjutnya ditaburi ragi dengan
fermentasi (Najafpour et al., 2004). perbandingan 5 kg gaplek : 5 butir ragi (1 butir
Permasalahan yang berhasil diungkap = 5 gram), lalu disimpan dalam kantong plastik
dari penelitian adalah pertama lama proses dengan berat 500 g dan dibiarkan pada suhu
pembentukkan alkohol dengan bahan dasar kamar.
gaplek ubi kayu. Kedua adanya perbedaan
antara ragi merk NKL dan MK dalam
Penentuan kadar gula
menghasilkan alkohol. Tape gaplek ubi kayu diukur kadar
gulanya dengan metode Nelson-Somogy
(Sudarmadji et al., 1997) satu minggu dan dua
Metode Penelitian minggu. Penentuan kadar gula diawali dengan
pembuatan kurva standar dengan cara: larutan
Penelitian dilaksanakan pada bulan glukosa standar (10 mg glukosa anhidrat/100
Januari sampai dengan Juni 2007 di ml) diencerkan sehingga diperoleh larutan
Laboratorium Biopangan dan Industri atau lab. glukosa dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10
Instruksional II Fakultas Tekno Biologi mg/100 ml. Lima tabung reaksi yang bersih,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. diisi 1 ml larutan glukosa standar, satu tabung
Alat-alat yang digunakan yaitu: tabung diisi 1 ml aquades sebagai blanko. Kemudian
reaksi, erlenmeyer 250 ml, labu ukur, ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 1
waterbath, laminair flow Cabinet-Esco, ml reagen Nelson dan semua tabung
mikropipet Socorex, spektrofotometer Genesys dipanaskan pada penangas air mendidih selama
10 UV, cawan petri, lampu Bunsen, buret, 20 menit. Tabung diambil dan didinginkan
kompor, panci, dandang, kantong plastik, pipet dalam gelas piala yang berisi air dingin hingga
ukur, pro pipet, gelas benda, mikroskop, alat suhu tabung mencapai 25 °C. Setelah dingin
distilasi uap, alkoholmeter, dan gelas ukur 100 ditambahkan 1 ml reagen Arsenomolibdat,
ml. digojok sampai semua endapan Cu2O yang ada
Bahan-bahan yang digunakan dalam larut kembali. Aquades sebanyak 7 ml
penelitian meliputi :gaplek ubi kayu dari ditambahkan ke dalam larutan yang sudah tidak
kabupaten Gunung Kidul, ragi komersial lokal terdapat endapan Cu2O, digojog sampai

48 Biota Vol. 13 (1), Februari 2008


P. Kianto Atmodjo

homogen. Larutan yang sudah homogen digojog hingga homogen. Dari pengenceran
diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan 9 ml tersebut diambil 1 ml lagi untuk dimasukkan ke
aquades kemudian diukur Optical Density dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades
pada spektrofotometer dengan panjang steril sehingga diperoleh pengenceran 1 : 100,
gelombang 540 nm, kemudian dibuat kurva selanjutnya dari sampel yang sudah diencerkan
standar hubungan antara kadar glukosa dan tersebut diambil 1 ml dibiakkan di dalam
absorbansi. medium dengan cara taburan. Pembiakkan
Selanjutnya sampel sebanyak 1 ml khamir dilakukan pada medium MEA (Malt
diambil dan dimasukkan dalam tabung reaksi Extract Agar), Penanaman dilakukan
yang bersih. Reagen Nelson sebanyak 1 ml menggunakan teknik sebar yaitu diambil
ditambahkan ke dalam larutan sampel dan sampel sebanyak 1 ml ditambahkan ke medium
selanjutnya diperlakukan sama seperti pada agar sebanyak 15-20 ml dalam cawan petri
penyiapan kurva standar. Kadar gula pereduksi dengan suhu 450C dan dibiarkan membeku.
dalam satuan mg/100 ml dapat diperoleh dari Cawan petri dibalik dan dieramkan pada suhu
kurva standar dan persamaan regresi linier yang 20-250C selama 5-7 hari. Koloni yang terjadi
didapatkan. dihitung jumlahnya.
Pengamatan morfologi khamir dengan
Penentuan Kadar Alkohol methylen blue. Gelas benda dan gelas penutup
Distilasi alkohol (Kartika et al., 1997) dibersihkan dengan alkohol sampai bebas
lemak dan debu. Satu tetes larutan cat methylen
Tape gaplek ubi kayu umur 1 dan 2
blue diambil dan diletakkan di tengah-tengah
minggui diambil satu kg kemudian diperas
gelas benda. Satu ose suspensi biakan khamir
untuk diambil cairannya, selanjutnya cairan ini
kemudian diletakkan diatas gelas benda yang
didistilasi dengan menggunakan alat distilasi
telah diberi methylen blue dan ditutup dengan
uap. Distilasi dilakukan dengan tabung Glinsky
gelas penutup. Harus dijaga agar pada waktu
(distilasi dengan fraksionasi sederhana) atau
meletakkan gelas penutup jangan sampai
distilasi biasa. Untuk memperoleh distilat yang
terbentuk gelembung udara dalam preparat,
baik dapat ditambahkan garam pada sampel
setelah itu diamati dengan mikroskop.
yang didistilasi sehingga alkohol yang
dihasilkan bebas dari air. Analisis data
Penentuan kadar alkohol menggunakan Data yang diperoleh dianalisis
alkoholmeter (Anonim, 2005) variansinya menggunakan ANOVA, dan bila
Distilat dituangkan ke dalam gelas ukur beda nyata dilanjutkan dengan Duncan’s
100 ml. Alkoholmeter dimasukkan secara Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf
perlahan ke dalam distilat. Alkoholmeter kepercayaan 95% (Gaspersz, 1994).
didiamkan sehingga dapat mengapung dengan
stabil, dan didiamkan selama 2 menit sampai Hasil dan Pembahasan
distilat menjadi tenang lalu dibaca angkanya.
Persentase alkohol dalam satuan persen dibaca Pembuatan peuyem/tape
pada batang alkoholmeter yang berbatasan
dengan distilat. Gaplek adalah ubi kayu yang telah
dikupas kulitnya dan dikeringkan secara alami.
Penentuan total jumlah khamir (Wibowo Pada saat membuat tape dari gaplek timbul
dan Ristanto, 1988) permasalahan yaitu gaplek ini tidak dapat jadi
Penentuan total jumlah mikrobia untuk tape. Cara membuat tape ini didasarkan
mengetahui jumlah mikrobia yang masih pengalaman peneliti dalam membuat tape dari
terdapat dalam peuyem ubi kayu dilakukan beras ketan yang tidak membutuhkan waktu
dengan mengambil 1 ml sampel cairan tape perendaman lama dan air yang banyak. Setelah
ketan kemudian dimasukkan ke dalam 9 ml mencoba berbagai cara, maka diperoleh cara
aquades steril (pengenceran 1 : 10), kemudian membuat tape dari gaplek sebagai berikut:
pertama gaplek dipotong kecil-kecil (2-3 cm)

Biota Vol. 13 (1), Februari 2008 49


Pengaruh Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Produksi Alkohol

kemudian direbus selama 15 menit. Selanjutnya ketan (Rp. 7000- Rp.9000 per kg), maka hasil
dimasak menggunakan dandang selama 2 jam. ini dirasa cukup baik dan kompetitif dalam
Gaplek dijaga jangan sampai terlalu matang produksi alkohol menggunakan bahan baku
supaya tetap utuh bentuknya. Langkah gaplek ubi singkong. Hasil ini tidak berbeda
selanjutnya gaplek ini didinginkan di atas jauh dengan hasil-hasil penelitian fermentasi
nyiru. Setelah didiamkan sekitar 2-3 jam, singkong yang diberitakan oleh berbagai media
gaplek ditaburi ragi sampai merata dengan massa yaitu 6,5 kg singkong untuk
perbandingan satu butir ragi untuk 1 kg gaplek. menghasilkan alkohol dengan kadar 95% (Yun,
Kemudian gaplek ini dimasukkan ke dalam 2006).
kantong plastik dan ditutup tidak terlalu rapat
Produksi Alkohol menggunakan ragi yang
agar masih ada sedikit udara. Gaplek
beda merk
difermentasi pada suhu kamar.
Ragi merupakan campuran berbagai
Waktu fermentasi gaplek untuk produksi
mikrobia yang akan melakukan proses
alkohol
fermentasi secara bertahap (Kasmidjo, 1991).
Gaplek difermentasi selama satu sampai Tahap pertama jamur benang menghidrolisis
dua minggu dengan asumsi bahwa jika hanya 3 amilum menjadi gula sederhana (glukosa).
hari saja rasa tape gaplek masih berasa manis, Tahap berikutnya glukosa akan difermentasi
tanda baru terbentuk gula dari proses hidrólisis menjadi alkohol oleh khamir. Selain jamur dan
amilum oleh jamur. Gula yang terbentuk ini khamir, pada ragi seringkali dijumpai spora
selanjutnya difermentasi menjadi alkohol dan bakteri. Spora ini akan tumbuh menjadi sel
produk yang lain oleh khamir. Waktu yang bakteri di akhir proses hidrólisis amilum dan
dibutuhkan untuk proses ini kurang lebih 3-4 awal konversi gula menjadi alkohol. Akibat
hari. Tanda telah terbentuk alkohol adalah rasa pertumbuhan bakteri akan menyebabkan timbul
manis berkurang, rasa dan bau alkohol cita rasa selain rasa manis dan alkoholis yaitu
bertambah. Proses pembentukan alkohol terus masam.
berlangsung sampai semua gula habis Pembuatan ragi didasarkan pada proses
terkonversi. Apabila proses fermentasi ini penumbuhan jamur benang dan khamir pada
berlanjut terlalu lama, maka akan timbul rasa tepung ubi atau beras, setelah tumbuh lebat
asam sebagai akibat proses fermentasi lebih dilakukan pengeringan dan dicampur dengan
lanjut yang mengubah alkohol menjadi asam bumbu (bawang, lombok dsb) yang berperan
organik (Purwantari et al, 2004; Jefries, 2005). sebagai pengawet. Setiap produk ragi memiliki
Hasil penelitian pembuatan alkohol dari keistimewaan masing-masing tergantung dari
gaplek ubi kayu ini (Tabel 1) dengan variasi campuran bahan dan sumber mikrobianya.
waktu fermentasi dapat diketahui bahwa Pada penelitian produksi alkohol dengan
volume cairan tape, kadar alkohol, serta bau bahan baku gaplek ubi singkong menggunkan
dan rasa alkoholis hasil fermentasi dalam ragi yang terkenal di seputar DIY-Jawa Tengah
waktu 1 minggu lebih rendah dibandingkan 2 yaitu NKL buatan dari Solo, dan ragi yang
minggu, sedangkan kadar gula dan asam total kurang terkenal (masih baru) adalah MK
lebih tinggi pada fermentasi satu minggu buatan dari Yogyakarta. Tabel 2.
dibanding 2 minggu. Hasil ini membuktikan memperlihatkan bahwa alkohol yang
bahwa waktu fermentasi menentukan banyak diproduksi hampir sama yaitu 16% dari ragi
sedikitnya alkohol yang terbentuk. MK dan 16,5% dari ragi NKL.
Banyaknya alkohol yang dihasilkan tidak Kemampuan ragi NKL dalam melakukan
kalah jauh dibandingkan dengan fermentasi fermentasi yang lebih tinggi dibanding ragi MK
tape dari bahan baku ketan, yaitu sekitar 20- didukung parameter lain terutamai total khamir
24% (Atmodjo, 2006), apalagi ketan hitam dan kadar asam. Total khamir dari ragi NKL
yang sampai sebanyak 35 %, sedangkan gaplek lebih tinggi dibanding ragi MK, yaitu 6,75 x
ubi singkong hanya mampu mencapai 20%. 108 sel/ml dibanding 4,2 x 108 sel/ml dan
Namun demikian dengan harga gaplek ubi kadar asam dari fermentasi dengan ragi NKL
singkong (Rp 750 – Rp.1000 per kg) dan beras (0,8%) lebih rendah dibanding ragi Mk

50 Biota Vol. 13 (1), Februari 2008


P. Kianto Atmodjo

(1,02%). Hasil fermentasi alkohol dari bahan dibanding 10%. Selain itu, hasil di atas juga
gaplek ini hasilnya lebih tinggi dibandingkan lebih dari hasil penelitian Purwantari et al.(
alkohol dari Pabrik alkohol dikota Solo yang 2004) dan Nowak ( 2001).
menggunakan bahan baku molase, yaitu 16%

Tabel 1. Pengaruh waktu fermentasi tape gaplek ubi singkong terhadap produksi alkohol
Parameter Waktu Fermentasi
1 Minggu 2 Minggu
Volume cairan (ml/500g) 150-170 210-300
Total khamir sel x 108/ml 4,55-5,05 6,25-11,1
Kadar gula mg/100ml 14,5-19,39 8,76-8,82
Kadar asam total % 1,17-1,27 0,78-1,14
Kadar Alkohol % 15-17,5 18-20
Bau Asam Kuat lemah
Bau Alkohol Kuat kuat
Warna ubi Putih Agak kuning
Penampakan uni Utuh agak keras lembek

Tabel 2. Produksi alkohol berbahan dasar singkong dengan menggunakan ragi NKL dan MK
Parameter Merk Ragi
MK NKL
Volume cairan ml/ kg 505 550
Total khamir sel x 108/ml 4,2 6,75
Kadar Alkohol % 16 16,5
Kadar gula mg/100 ml 8,78 8,75
Kadar asam total % 1,02 0,8
Bau Asam lemah Kuat
Bau Alkohol kuat Kuat
Warna ubi putih Putih

Gaspersz, V. 1994, Metode Perancangan Percobaan,


Kesimpulan Penerbit CV. Armico, Bandung.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, Hidayat, N. 2006. Produksi Bioetanol. http://www.migas-


indonesia.com. 09/16//2006.
maka dapat disimpulkan bahwa produksi
alkohol berbahan baku gaplek ubi singkong Id.wikipedia.org/wiki/Gaplek. 07/15/2006.
sebaiknya menggunakan ragi merk NKL lebik Jefrries, T.W. 2005. Ethanol Fermentation on The Move.
baik dibanding MK. Adapun waktu fermentasi Nature Biotechnol. 23 (1): 40- 41.
yang dibutuhkan dalam fermentasi alkohol ini Kartika, B., Guritno, A.D. dan Ismoyowati. 1997.
satu minggu. Adapun alkohol yang dihasilkan Petunjuk Evaluasi Produk industry hasil
memiliki kadar 16-16,5%. pertanian. PAU-Pangan dan Gizi. Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Kasmidjo, R.B. 1991. Pembuatan dan Pemanfaatan Ragi,
Daftar Pustaka Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Anonim. 2005. Alcoholmeter Use Instruction. www.
Kuswanto, K.R. 1994. Food Fermentation of Cassava In
brewhaus.com/Alcoholmeter-Instructions.htm.
Indonesia, Application and Control of
04/17/2005.
Microorganism In Asia, Proceedings of The
Atmodjo, K. 2006, Pengaruh Variasi Beras Ketan (oryza International Workshop On Application and
sativa var. Glutinosa L.) dan Suhui fermentasi Control of Microorganism In Asia, Science
Terhadap produksi Alkohol. Biota XI (3): and Technology Agency, RIKEN, Japan
152-158. International Science and Technology
Exchange Centre.

Biota Vol. 13 (1), Februari 2008 51


Pengaruh Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Produksi Alkohol

Purwantari E.P., Susilowati, A. dan Setyaningsih, R.


2004. Fermentasi Tepung Ganyong (Cannna
edulis Kerr.) untuk Produksi Etanol oleh
Aspergillus niger dan Zymomonas mobilis. J.
Bioteknol. 1 (2): 43-47.
Najafpour, G., Younesi, H., Syahidah dan Ismail, K.
2004. Ethanol Fermentation in an Immobilized
Cell Reactor using Saccharomyces cerevisiae.
Biores Technol. 92 (3): 251-60.
Nowak, J. 2001. Comparison of Polish Industrial
Distellery Yeast with Ethanol Producing
Bacteria Zymomonas mobilis, Elec. Pol.
Agricul Univ., FoodScience and Technol,
http://www.ejpau.media.pl/series/volume4/iss
ue2/food/art-06.html. 09/08/2006.
Rukmana, R. dan Yuyun, Y. 2001. Ubi kayu, Budidaya
dan Pasca Panen.
Sardjono dan Wibowo, D. 1988. Mikrobiologi Pengolahan
Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. 1997. Prosedur
Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sulistyawan, R.D.T. 2002. Mutu Tape 4 Macam Beras
Ketan Lokal. Skripsi. Fakultas Teknobiologi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Werdiono, D. 2006. Gaplek Tidak Hanya Penuhi Pasar
Lokal. Harian KOMPAS. WWW. Kompas.
Com. 03/06/2006.
Wibowo, D. dan Ristanto. 1988. Petunjuk Khusus Deteksi
mikrobia Pangan, PAU-Pangan dan Gizi,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Yun. 2006. Energi Alternatif dari Singkong sampai
dengan Aren. Kompas.Net.

52 Biota Vol. 13 (1), Februari 2008

Anda mungkin juga menyukai