Anda di halaman 1dari 7

PEMURNIAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI KULIT NANAS

MENGGUNAKAN PROSES DISTILASI-ADSORPSI PADA


VARIASI JENIS PERLAKUAN DAN UKURAN
PORI ADSORBEN
Diah Pramushinta1, Said Zul Amraini2, Chairul2
1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293
Telp. 083186742817; d.pramushinta@gmail.com

ABSTRACT

One of the alternatives is by utilizing bioethanol as a renewable alternative energy


source. This study aims to obtain ethanol from pineapple feel using solid state
fermentation process and the purification using distillation and adsorption process,
obtain comparative data on the adsorption capacity of the natural zeolite without
activation and the activated natural zeolite, to get data the optimum of adsorbent to
produce bioethanol, and characterize the physical properties of bioethanol and
qualitative test by GC-MS. The pore size of adsorbent variations are 60; 100; 200 mesh
and variation of treatment of adsorbent the natural zeolite without activation and the
activated natural. From the research is obtained the highest bioethanol concentration
average is 10,44 % volume. The most effective process for ethanol purification is
distillation and adsorption process by natural zeolite adsorbent without activation with
pore size of 200 mesh. Ethanol content increased from 95 % to 99.8 % v. Bioethanol
from distillation and adsorption process in accordance with ISO standards.

Keywords: Bioethanol; solid state fermentation; zeolite; distillation and adsorption


process

1 Pendahuluan Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang


Kebutuhan energi saat ini masih banyak tidak mengakumulasi gas karbon dioksida
disuplai dari bahan bakar yang berasal dari (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin
fosil. Adanya isu lingkungan dan fakta akan mobil berbahan bakar bensin [Teresa, dkk.,
terbatasnya sumber bahan bakar fosil yang 2010]. Kelebihan lain dari bioetanol adalah
berakibat pada krisis energi yang akan pada cara pembuatannya yang sederhana yaitu
menyebabkan terganggunya pertumbuhan fermentasi dengan menggunakan
perekonomian dunia telah menstimulasi upaya mikroorganisme tertentu [Mursyidin, 2007].
penggunaan dan pengembangan bahan bakar Salah satu bahan baku yang digunakan
yang renewable dan ramah lingkungan untuk fermentasi etanol adalah kulit nanas.
[Junaidi, 2012]. Provinsi Riau merupakan salah satu daerah
Salah satu bahan bakar terbarukan yang penghasil nanas terbesar di Indonesia.
sangat potensial untuk dikembangkan adalah Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
etanol. Etanol yang terbuat dari tumbuhan [2012] produksi buah nanas di Riau mencapai
disebut bioetanol digunakan sebagai bahan 63.030 ton. Dari hasil studi kasus di lapangan
bakar mempunyai beberapa kelebihan, yang dilakukan Oktaviani [2013], beberapa
diantaranya lebih ramah lingkungan, memiliki usaha olahan keripik nanas di Kualu Nanas,
nilai oktan yang lebih tinggi dari premium. Pekanbaru, Riau memiliki kapasitas rata-rata
12-15 kg/hari dengan jumlah buah nanas yang
digunakan sebagai bahan baku sekitar 200 2.3 Tahap Persiapan Fermentor
kg/hari. Fermentor yang digunakan dalam proses
Bioetanol yang digunakan pada campuran fermentasi ini adalah erlenmeyer ukuran 2 liter,
bahan bakar untuk kendaraan harus bersifat fermentor yang akan digunakan disterilisasi
anhydrous agar tidak menyebabkan korosi pada terlebih dahulu pada temperatur 121 °C selama
mesin, sehingga bioetanol harus mempunyai 15 menit di dalam autoclave untuk
grade sebesar 99%-100% [Khairani, 2007]. menghilangkan mikroorganisme kontaminan.
Teknologi komersial yang efisien untuk
mengeringkan etanol adalah adsorpsi air dari 2.4 Tahap Fermentasi
uap etanol azeotropik oleh molecular sieves Proses fermentasi dilakukan pada
[Rakhmatullah, dkk.]. Zeolit termasuk bahan erlenmeyer 2 liter, fermentor dan kulit nanas
molecular sieve, pemilihan zeolit sebagai yang telah disterilisasi diinokulasikan dengan
bahan penyerap pada proses dehidrasi bioetanol inokulum zymomonas mobilis yang telah
didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara disiapkan secara hati-hati dan aseptik. pH awal
lain ketersediaan zeolit alam Indonesia yang proses fermentasi diatur 5 menggunakan buffer
melimpah, harga zeolit alam yang murah, tidak sitrat dan temperatur 30 °C serta kondisi
memerlukan input energi yang tinggi, dan tidak anaerob, proses fermentasi berlangsung selama
akan menyebabkan kontaminasi terhadap 24 jam dengan volume inokulum 10% v.
etanol yang dihasilkan setelah proses dehidrasi
[Khaidir, 2011]. 2.4 Tahap Persiapan Adsorben
Pada penelitian ini digunakan dua jenis
2 Metodologi adsorben untuk proses adsorbsi yaitu zeolit
2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku Substrat alam tanpa aktivasi dan zeolit alam teraktivasi
Substrat yang digunakan dalam produksi basa. Tahap persiapan zeolit alam teraktivasi
fuel grate bioethanol dengan metode Solid basa adalah dengan menghaluskan zeolit alam
State Fermentation (SSF) adalah kulit nanas kemudian diayak hingga mencapai ukuran
yang diperoleh dari industri rumah tangga sesuai dengan variabel penelitian yaitu 60, 100,
pengolahan keripik nanas desa Kualu Nanas, dan 140 mesh. Pada tahap persiapan zeolit
Riau. Limbah nanas yang diperoleh kemudian teraktivasi basa yaitu zeolit alam 60, 100, dan
dicuci dan dibentuk menjadi substrat halus 140 mesh dipanaskan dalam furnace pada suhu
dengan cara dihaluskan menggunakan blender 300 °C selama 3 jam. Setelah itu zeolit
hingga membentuk slurry. diaktivasi secara kimia melalui penambahan
basa. Sebanyak 20 gram sampel zeolit alam
2.2 Tahap Pengembangan dan Inokulasi ditambahkan 30 ml larutan NaOH 0,75 N.
Zymomonas mobilis Campuran di-refluks selama 2 jam pada suhu
Mikroorganisme yang digunakan adalah 90 °C sambil diaduk dengan menggunakan
Zymomonas mobilis yang diperoleh dari pengaduk. Campuran kemudian disaring dan
Laboratorium PAU Universitas Gadjah Mada, dibilas dengan aquades hingga mencapai pH
dan ditumbuh kembangkan pada media tumbuh netral. Residu yang diperoleh dikeringkan
yang diperkaya dengan komposisi media dalam furnace dengan suhu 300 °C selama 3
glukosa 100 gram/liter, yeast exstract 10 jam [Zuhaidha, 2012].
gram/liter, KH2PO4 1 gram/liter, MgSO4.7H2O
0,5 gram/liter, dan (NH4)2SO4 1 gram/liter. 1 2.5 Tahap Pemisahan dan Pemurnian
jarum ose Zymomonas mobilis diinokulasi ke Pada tahap pemisahan dan pemurnian yaitu
dalam 1 ml media tumbuh diperkaya yang telah terdiri dari proses pembuatan etanol-air pada
disterilisasi pada temperatur 121 oC selama 20 kondisi azeotrop yaitu kondisi dimana air tidak
menit dan dikocok menggunakan shaker dapat dipisahkan lagi. Alat yang digunakan
selama 24 jam pada kecepatan 120 rpm pada proses ini adalah alat distilasi dan
[Aditya, 2011]. pemurnian dilakukan secara berulang-ulang
hingga campuran etanol-air tidak dapat Pada penelitian ini, kadar alkohol pada
dipisahkan lagi. bioetanol tidak dapat ditingkatkan lagi saat
Pemurnian lanjutan yaitu penghilangan air mencapai kadar 95-96% volum. Hal ini sesuai
atau dikenal dengan proses dehidrasi, pada dengan literatur yang menyatakan bahwa
penelitian ini digunakan proses distilasi- campuran azeotrop etanol-air tidak mengikuti
adsorbsi dengan variasi jenis dan ukuran Hukum Raoult’s. Pada campuran etanol-air
adsorben, kemudian diukur kadar alkohol yang terjadi penyimpangan (deviasi) positif dengan
diperoleh. titik didih campuran berada dibawah titik didih
masing-masing bahan yaitu di bawah titik didih
2.6 Tahap Analisa Produk etanol dan air [Clark 2005]. Walaupun
Etanol hasil fermentasi kemudian dimurnikan dengan distilasi secara terus-
dimurnikan dengan proses distilasi dan menerus, kadar etanol yang diperoleh tidak
distilasi-adsorsi lalu etanol hasil pemurnian akan melebihi 95,6% berat. Oleh karena itu,
yang diperoleh dianalisa karakteristiknya. untuk memurnikan etanol, maka perlu
Analisa yang dilakukan yaitu analisa kadar dilakukan adsorpsi menggunakan adsorben
alkohol, densitas, viskositas etanol, pH, serta yang bertindak sebagai molecular sieve
uji kuantitatif menggunakan GCMS. [Prihandana, 2007].

3 Hasil dan Pembahasan 3.3 Pengaruh Aktivasi Terhadap Luas


3.1 Bioetanol Hasil Proses Fermentasi Permukaan Zeolit
Pada penelitian ini digunakan metode solid Zeolit diaktivasi terlebih dahulu melalui
state fermentation (SSF) dan mikroba yang aktivasi fisika dan aktivasi kimia menggunakan
digunakan adalah Zymmomonas mobilis. Pada NaOH. Proses aktivasi secara fisis bertujuan
penelitian ini diperoleh kadar alkohol rata-rata untuk menghilangkan molekul-molekul air
hasil fermentasi kulit nanas menggunakan serta zat-zat organik pengotor yang ada pada
metode solid state fermentation (SSF) sebesar kerangka zeolit. Perlakuan termal ini dapat pula
10,44% volum. menyebabkan perpindahan kation, yang akan
mempengaruhi letak kation serta ukuran pori
3.2 Perolehan Kadar Alkohol Hasil Proses dan pada akhirnya akan mempengaruhi
Distilasi kesetimbangan serta kinetika adsorpsi [Ackley
Kadar etanol yang diperoleh dari hasil dkk., 2003]. Aktivasi kimia bertujuan untuk
fermentasi adalah sebesar 11% volum yang membersihkan permukaan pori, membuang
terdiri dari campuran etanol-air maupun senyawa pengotor, mengatur kembali letak
senyawa pengotor sehingga perlu dilakukan atom yang dipertukarkan. Prinsipnya dengan
pemurnian untuk meningkatkan kadar alkohol penambahan pereaksi tertentu sehingga
pada bioetanol hasil fermentasi. Kadar alkohol diperoleh pori-pori zeolit yang bersih [Affandi,
yang diperoleh setiap pengulangan proses 2011].
distilasi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Luas permukaan dari sampel zeolit yang
Tabel 3.1 Perolehan Kadar Alkohol pada digunakan ditentukan berdasarkan adsorpsi
Proses Distilasi isotermis menggunakan metode Brunauer,
Kadar Alkohol pada Distilasi ke- (% v) Emmett, & Teller (BET) [Condon 2006].
No.
1 2 3 4 5 6 7 Kurva standar hasil pengukuran luas
1 25 41 68 74 84 95 95 permukaan menggunakan metode BET dapat
2 22 47 61 73 85 95 95 dilihat pada Lampiran D. Hasil dari uji BET
3 26 49 70 76 86 95 95 Autsorb yang telah dilakukan memberikan data
4 22 48 63 73 84 94 95,4 tentang luas permukaan zeolit yang dapat
5 20 42 60 71 81 94 95,2 dilihat pada gambar 3.1 berikut.
6 23 41 56 72 80 94 95
Luas Permukaan (m2/gr)

40 3.4 Pengaruh Ukuran Zeolit Terhadap


30 Kemampuan Adsorbsi
20 Dehidrasi etanol merupakan proses
10 pemurnian etanol sehingga didapatkan etanol
0 dengan kadar diatas titik azeotrop. Dehidrasi
ZTA; 100 ZTB; 60 ZTB; 100 ZTB; 200 yang dilakukan yaitu dengan cara distilasi
mesh mesh mesh mesh
adsorbsi menggunakan molecular sieve zeolit
Jenis Adsorben alam tanpa aktivasi dan zeolit alam teraktivasi
basa dengan ukuran partikel 60, 100, dan 200
Gambar 3.1 Luas Permukaan Sampel Zeolit mesh. Kadar etanol sebelum dan setelah proses
distilasi-adsorbsi dapat dilihat pada tabel 3.2
Keterangan: berikut.
ZTA: Zeolit alam tanpa aktivasi
ZTB: Zeolit alam teraktivasi basa Tabel 3.2 Perolehan Kadar Alkohol pada
Proses Distilasi-Adsorpsi
Perlakuan aktivasi seharusnya Kadar Kadar
Kenaikan
menyebabkan peningkatan luas permukaan Etanol Etanol
Jenis kadar
spesifik karena pemanasan zeolit dapat No. setelah setelah
Adsorben Etanol
menguapkan air yang terperangkap dalam pori- adsorpsi adsorpsi
(% v)
pori kristal zeolit, sehingga luas permukaan (% v) (% v)
pori-pori bertambah. Akan tetapi hal ini tidak ZTA; 60
1 95 99,5 4,5
terjadi pada penelitian ini karena kemungkinan mesh
distribusi pori zeolit yang kurang merata. Hasil ZTA; 100
2 95 99,7 4,7
penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan mesh
Muchtar [1983], bahwa menurunnya luas ZTA; 200
3 95 99,8 4,8
permukaan dapat disebabkan oleh distribusi mesh
pori yang kurang merata. Penurunan nilai luas ZTB; 60
4 95,4 99,5 4,1
permukaan zeolit dapat disebabkan pula karena mesh
tebentuknya aglomerasi (gumpalan). ZTB; 100
5 95,2 99,6 4,4
Aglomerasi merupakan proses bergabungnya mesh
partikel–partikel kecil menjadi struktur yang ZTB; 200
6 95 99,5 4,5
lebih besar melalui mekanisme pengikatan fisis mesh
[Agusetiani, 2012].
Penelitian yang dilakukan oleh Hubungan antara kenaikan kadar etanol dengan
Yuliusman dkk., [2010] dengan mengunakan ukuran zeolit dapat dilihat pada gambar 3.2
metode uji BET Autosorb terlihat bahwa zeolit
alam memiliki luas permukaan lebih besar 5
Bioetanol (% Volum)

dibandingkan dengan zeolit alam yang telah


Peningkatan Kadar

4,8
dilakukan aktivasi, hal ini mengindikasikan
bahwa proses aktivasi yang dilakukan 4,6 ZTA
diperkirakan merusak struktur alumina dan 4,4 ZTB
silika dari zeolit yang dapat memperkecil luas 4,2
permukaannya. Selain itu suhu kalsinasi yang
4
tinggi juga membuat luas permukaan zeolit 0 100 200 300
semakin kecil, karena kalsinasi ditujukan untuk Ukuran Pori Zeolit (mesh)
mendapatkan kristalinitas yang baik. Semakin
tinggi suhu kalsinasi, semakin baik kristalnya, Gambar 3.2 Grafik Hubungan Antara Ukuran
semakin besar pula ukurannya sehingga Pori Zeolit terhadap Peningkatan
menurunkan luas permukaan efektifnya. Kadar Bioetanol
atau kotoran
Dari grafik dapat di atas dapat dilihat No. Bioetanol Warna Bau
bahwa peningkatan kadar bioetanol dengan 3 ZTA; 200 Jernih dan Khas
menggunakan zeolit alam teraktivasi basa lebih mesh terang, tidak etanol,
rendah dibandingkan peningkatan kadar ada endapan tidak asam
bioetanol menggunakan zeolit alam tanpa atau kotoran
aktivasi. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya 4 ZTB; 60 Jernih dan Khas
luas permukaan zeolit setelah proses aktivasi mesh terang, tidak etanol,
yang menyebabkan menurunnya kemampuan ada endapan tidak asam
penyerapan air oleh zeolit sehingga kenaikan atau kotoran
kadar bioetanolnya juga rendah. 5 ZTB; 100 Jernih dan Khas
Pada proses distilasi-adsorsi dengan variasi mesh terang, tidak etanol,
ukuran pori zeolit peningkatan kadar bioetanol ada endapan tidak asam
mengalami kenaikan sesuai dengan semakin atau kotoran
kecilnya ukuran pori zeolit. Hal ini sesuai 6 ZTB; 200 Jernih dan Khas
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin mesh terang, tidak etanol,
besar luas permukaan adsorben akan ada endapan tidak asam
menyebabkan kontak antara zeolit dengan air atau kotoran
akan semakin besar sehingga hasil penyerapan Warna dan bau bioetanol yang dihasilkan
etanol semakin banyak. dari hasil pemurnian menggunakan zeolit
Adsorben berukuran kecil dengan luas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
permukaan yang besar akan memberikan Kualitas Bioetanol yang dapat digunakan
jumlah partikel yang lebih banyak dari sebagai bioetanol untuk campuran bahan bakar
adsorben berukuran besar untuk massa yang (gasohol) [SNI 7390-2008].
sama [Lee, 2003]. Semakin besar luas
permukaan adsorben maka semakin banyak 3.5.2Densitas, Viskositas, dan pH Bioetanol
pori yang dimiliki per satuan partikel adsorben. Hasil uji densitas, viskositas, dan pH
Hal ini menyebabkan etanol yang diserap bioetanol dari proses distilasi-adsorpsi dapat
semakin banyak [Prayitno, dkk., 2009 ]. dilihat pada tabel 3.4 berikut.

3.5 Karakteristik Sifat Fisika Bioetanol Tabel 3.4 Densitas, Viskositas, dan pH
Karakteristik sifat fisika bioetanol hasil Bioetanol Hasil Proses Distilasi-Adsorpsi
pemurnian dengan proses distilasi-adsorpsi Densitas Viskositas pH
meliputi penampakan fisik berupa warna, bau, No. Bioetanol (g/ml) (Cp)
densitas, viskositas, dan pH. H S H S H S
ZTA; 60
1 0,80 1,08 6,7
3.5.1 Warna dan Bau Bioetanol mesh
Hasil penampakan fisik dan bau ZTA; 100
2 0,77 0,90 6,6
bioetanol yang dihasilkan dari proses distilasi- mesh
ZTA; 200
adsorpsi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut. 3 0,81 1,09 6,5
mesh 6,5-
Tabel 3.3 Warna dan Bau Bioetanol Hasil 0,79 1,17
ZTB; 60 9,0
Proses Distilasi-Adsorpsi 4 0,76 1,07 6,6
mesh
No. Bioetanol Warna Bau ZTB; 100
5 0,82 1,09 6,5
1 ZTA; 60 Jernih dan Khas mesh
mesh terang, tidak etanol, ZTB; 200
6 0,82 1,08 6,5
ada endapan tidak asam mesh
atau kotoran Keterangan:
2 ZTA; 100 Jernih dan Khas H: Hasil uji
mesh terang, tidak etanol, S: Standar
ada endapan tidak asam
Densitas dan viskositas bioetanol hasil Agusetiani L, Pardoyo, Subagio A, 2012.
proses distilasi-adsorpsi mendekati nilai Pembuatan Nanozeolit Dari Zeolit
densitas dan viskositas etanol teknis standar. Alam Secara Top Down Menggunakan
Nilai pH bioetanol hasil proses distilasi- High Energy Dan Aplikasinya Untuk
adsorpsi memenuhi nilai standar pH bioetanol Penyerapan Ion Fe3+. Skripsi. Fakultas
sesuai dengan SNI 7390 tahun 2008. Sains dan Matematika, Universitas
Diponegoro. Semarang
4. Kesimpulan Badan Pusat Statistik, 2012, Produksi Buah-
Kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian buahan Menurut Provinsi,
ini sebagai berikut. Http://www.bps.go.id/produksi, diakses
1. Fermentasi dari kulit nanas dapat pada 10 Juni 2013, pukul 15.00 WIB.
menghasilkan bioetanol yang memenuhi Condon JB. 2006. Surface Area and Porosity
standar SNI untuk uji fisik dan kadar Determinations by Physisorption
etanol measurements and theory. Amsterdam.
2. Proses yang paling efektif untuk Elsevier.
pemurnian etanol adalah proses distilasi- Junaidi, B.A, Abdullah, dan Gunawan. (2012).
adsorbsi dengan adsorben zeolit alam Kajian Produksi Biodiesel dan
tanpa aktivasi dengan ukuran pori 200 Bioetanol Berbasis Mikroalga Secara
mesh. Simultan, Laporan Penelitian, Fakultas
MIPA, Universitas Lampung,
5. Saran Lampung.
Pada produksi bioetanol dari kulit nanas Khairani, R. 2007. Tanaman jagung sebagai
selanjutnya direkomendasikan untuk bahan bio-fuel.
melakukan analisa komposisi kimia bioetanol http://www.macklintmip-unpad.net/Bio-
hasil pemurnian sesuai dengan standar fuel/Jagung/Pati.pdf, diakses pada 25
pengujian yang tercantum pada SNI tahun Juli 2013, pukul 15.00 WIB.
2008. Lee, Y.,J., Kim, J.,H., Kim, S.,H., Hong, S.,B.,
& Seo, G. (2008). Nanocrystalline Beta
6. Ucapan Terimakasih Zeolite : An Efficient Solid Acid
Penulis mengucapakan terimakasih kepada Catalyst For The Liquid Phase
Bapak Said Zul Amraini, ST., MT dan Bapak Degradation of High-Density
Chairul ST., MT yang telah membimbing dan Polyethylene. Apllied Catalyst B :
memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat Enviromental 83 (2008) 160-167.
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian Oktaviani, R. 2013. Produksi Etanol dari
ini. Mama, papa dan adik-adik tersayang, Limbah Kulit Nanas dengan Metode
terima kasih atas doa dan kasih sayangnya Solid State Fermentation (SSF)
selama ini. Terhadap Variasi Waktu dan Variasi
Ukuran Partikel Substrat. Laporan
Daftar Pustaka Penelitian, Fakultas Teknik, Universitas
Ackley, M.W., Rege, S.U., Saxena, H., 2003, Riau, Pekanbaru.
Application of Natural Zeolites in The Prihandana, R. (2007). Bioetanol Ubi Kayu
Purification and Separation of Gases, Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta:
Journal Microporous and Mesoporous Agromedia.
Materials 61, 25-42. Prayitno, Umi S, 2009, Penentuan Kecepatan
Aditya, F. L. 2011. Pembuatan Bioetanol dari Adsorpsi Boron Dalam Larutan
Nira Sorgum menggunakan Bakteri Zirkonium Dengan Zeolit, Prosiding
Zymomonas mobilis dengan Variasi Seminar Nasional V Sdm Teknologi
Volume Inokulum, Laporan Penelitian, Nuklir, Sttn Batan, Yogyakarta, Issn
Teknik Kimia Universitas Riau, 1978 – 0176.
Pekanbaru.
Rahmatullah DKA, Wiradini G, Ariyanto NP.
2007. Pembuatan adsorben dari zeolit
alam dengan karakteristik adsorben
properties untuk kemurnian bioetanol.
Laporan akhir. Bandung. Fakultas
teknologi industri. Institut teknologi
bandung.
SNI 7390-2008. Standar Nasional Indonesia
Kualitas Bioetanol. Badan Standarisasi
Nasional (BSN).
Teresa M. M., Antonio A. M. dan Caetano,
N.S. 2010. Microalgae for Biodiesel
Production and Other Applications: A
Review, Renewable and Sustainable
Energy, 14 217-232.
Yuliusman , Widodo W.P, Yulianto S.N,Yuda
P. 2010. Preparasi Zeolit Alam
Lampung Dengan Larutan Hf, Hcl Dan
Kalsinasi Untuk Adsorpsi Gas CO.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Indonesia. Depok
Zuhaidha, N. 2012. Zeolit Alam Teraktivasi
Basa Untuk Pemurnian Bioetanol.
Skripsi, Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai