Anda di halaman 1dari 3

Pembuatan Bioetanol Dari Biji Lai (Durio kutejensis)

Roy Aditya1, Alimuddin2 dan Rudi Kartika2,*


1
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
2
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
*Corresponding Author : Roy11aditya@ymail.com

Abstrak Durian Lai (Durio kutejensis) merupakan buah lokal Kalimantan. Sejauh ini biji buah lai
belum dimanfaatkan hanya dibuang begitu saja sebagai limbah, kandungan karbohidrat yang tinggi
mencapai 47,6 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi amonium sulfat dan waktu
fermentasi terbaik terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Proses hidrolisisi pati dilakukan
secara enzimatis melalui tahap liquifikasi dan sakarifikasi dengan menggunakan enzim alfa-
amilase dan glukolase yang akan mengkonversi pati menjadi glukosa. Glukosa hasil hidrolisis
ditambahkan amonium sulfat sebagai sumber nutrisi dengan variasi 0,1 %; 0,3 % dan 0,5 % (b/v)
kemudian difermentasi menggunakan jamur Saccharomyces cereviceaea dengan variasi waktu 4,
5 dan 6 hari. Pemurnian bioetanol dilakukan dengan proses destilasi. Analisa kadar etanol
menggunakan kromatografi gas. Hasil penelitian menunjukkan penambahan nutrisi amonium sulfat
yang paling optimum adalah 0,3 % (b/v) dan waktu fermentasi yang optimum adalah 6 hari dengan
kadar etanol sebesar 9,403 %.

Kata-kata kunci: Biji lai (Durio kutejensis), ammonium sulfat, fermentasi, bioetanol

Pendahuluan alam, dengan kata lain bioetanol sebagai


bahan bakar yang terbarukan.
Pada saat ini banyak penelitian yang
Kalimantan Timur memiliki
mengembangkan tentang energi alternatif
beragam jenis tumbuhan yang dapat
pengganti bahan bakar minyak, salah satu
digunakan sebagai bahan baku pembuatan
alternatifnya adalah bioetanol. Bioetanol
etanol. Salah satunya adalah menggunakan
merupakan cairan hasil proses fermentasi
jenis buah yang berasal dari pulau
gula dari sumber karbohidrat menggunakan
Kalimantan yaitu lai (Durio kutejensis).
bantuan mikroorganisme. Proses fermentasi
Sekitar 10-15 % berat buah lai
yang dilakukan adalah proses fermentasi
merupakan biji. Sejauh ini biji buah lai belum
yang tidak menggunakan oksigen atau
dimanfaatkan hanya dibuang begitu saja
proses anaerob. Bahan-bahan yang dapat
sebagai limbah, padahal jika ditelusuri lebih
diubah menjadi bioetanol yaitu bahan-bahan
lanjut dan mendalam ternyata biji buah lai ini
yang mengandung serat kasar dengan
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi
karbohidrat yang tinggi misalnya umbi kayu,
setara dengan spesies durio yang lainnya,
ubi jalar, pisang, kulit pisang dan lain-lain.
yaitu mencapai 47,6 % [1]. Kadar karbohidrat
Bioetanol dapat dihasilkan dari tanaman
yang tinggi inilah yang dapat dimanfaatkan
yang banyak mengandung senyawa
sebagai sumber gula untuk proses
karbohidrat dengan menggunakan bantuan
fermentasi. Hingga saat ini belum ada
dari aktivitas mikroba. Mikroorganisme yang
penelitian mengenai tumbuhan sejenis durian
banyak digunakan untuk mengkonversi
ini. Sehingga perlu adanya sebuah penelitian
glukosa menjadi etanol adalah
yang berkaitan dengan tumbuhan khas
Saccharomyces cerevisiae.
Kalimantan ini terutama berkaitan dengan
Keunggulan dari penggunaan
pemanfaatannya sebagai bahan baku
bioetanol ini adalah pembakaran yang lebih
bioetanol yang digunakan sebagai bahan
bersih dari pada bahan bakar fosil yang
subtitusi bahan bakar.
berarti mengurangi emisi gas rumah kaca
dan ini merupakan keuntungan etanol yang
Metode Penelitian
paling signifikan bagi lingkungan
Preparasi Sampel
dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Selain itu dapat juga digunakan sebagai zat Biji lai dicuci hingga bersih lalu
tambahan untuk meningkatkan nilai oktan dikupas kulit luarnya. Setelah itu dipotong
dari bahan bakar. Keunggulan yang paling menjadi bagian-bagian kecil, lalu dijemur di
utama ialah bioetanol terbuat dari bahan- bawah sinar matahari selama 3-5 hari hingga
bahan yang mudah ditemui dan memiliki kering selanjutnya dihaluskan dengan
jumlah yang melimpah ketersediaannya di

1
blender, kemudian diayak hingga menjadi Hasil dan Pembahasan
tepung.
Pada penelitian ini menggunakan biji
Hidrolisis buah lai (Durio kutejensis) sebagai bahan
baku untuk menghasilkan bioetanol melalu
1. Proses Liquifikasi
proses fermentasi. Proses fermentasi
900 gram tepung biji lai dimasukkan ke
dilakukan dengan dua variabel bebas yaitu
dalam panci besar, lalu ditambah 4.500 mL
jumlah amonium sulfat sebagai sumber
akuades kemudian diatur pH antara 4-5
nutrisi dan lama waktu fermentasi. Dari hasil
menggunakan HCl 0,1 N. Selanjutnya
fermentasi diperoleh bioetanol yang
ditambahkan enzim alfa-amilase sebanyak 3
sebelumnya telah melalui proses destilasi.
mL dan diaduk hingga rata. Campuran
tepung biji lai dipanaskan dengan hot plate Tabel 1. Hasil Analisa Kadar Etanol dari
o
pada suhu 80-90 C sambil diaduk selama 60 Fermentasi Biji Lai
menit kemudian didinginkan hingga suhu
55C untuk dilanjutkan pada proses
sakarifikasi. Konsentrasi
Waktu Konsentrasi
2. Proses Sakarifikasi Amonium
Fermentasi Etanol (%)
Sampel hasil proses liquifikasi Sulfat (%)
ditambahkan enzim glukolase sebanyak 3
mL, selanjutnya sampel tadi dipanaskan 0,1 4,657
dengan pada suhu 50-60 C sambil diaduk 4 Hari 0,3 4,196
selama 60 menit kemudian didinginkan 0,5 2,937
hingga mencapai suhu ruang. 0,1 8,057
5 Hari 0,3 8,511
Fermentasi 0,5 6,618
0,1 8,233
Sampel hasil proses sakarifikasi
6 Hari 0,3 9,403
dimasukan ke dalam 3 wadah fermentasi
0,5 7,692
kemudian ditambahkan Saccharomyces
cerevisiae sebanyak 2 ose dan ditambahkan
juga nutrisi ammonium sulfat masing-masing Peningkatan konsentrasi etanol dapat
pada wadah sebanyak 0,1 %; 0,3 %; 0,5 % dilihat pada proses fermentasi dengan
sambil diaduk. Setiap wadah dipisahlkan masing-masing penambahan amonium sulfat
menjadi tiga wadah untuk difermentasi 0,1 %; 0,3 %, dan 0,5 % secara keseluruhan
dengan variasi waktu fermentasi berlangsung meningkat dari 4 hari hingga 6 hari. Dimana
selama 4, 5, dan 6 hari. Campuran dijaga konsentrasi etanol tertinggi terdapat pada

suhu maksimum 35 C dan kemudian ditutup lama fermentasi 6 hari yaitu 9,403 %.
wadah fermentasi

Destilasi
Seperangkat alat destilasi disiapkan
kemudian dimasukan hasil fermentasi ke
dalam labu destilasi. Selama proses destilasi

diatur suhu destilasi pada 78 C dan
dihentikan proses destilasi ketika semua
etanol telah terpisah.

Analisis Data
Gambar 1. Kurva kadar etanol terhadap
Anilisis kadar etanol menggunakan penambahan ammonium sulfat dan lama waktu
instrumen Gas Chromatography (GC), Tipe fermentasi
17A 2010, Merek Shimadzu. Adapun
tahapan analisis kadar etanol dengan Fermentasi biji lai dengan konsentrasi
menggunakan Kromatografi Gas yaitu ammonium sulfat 0,3 % (b/v) menghasilkan
diambil 1 l dari masing-masing destilat dan etanol dengan kadar paling optimum pada
disuntikkan ke dalam kolom melalui tempat hari ke-6 yaitu 9,403 %. diduga pertumbuhan
injeksi. Luas puncak etanol dari kromatogram dan aktivitas Saccharomyces cerevisiae
dihitung. Kadar etanol dalam destilat berada pada fase logaritmik. Selama fase ini
ditentukan dengan membaca hasil pembiakan bakteri berlangsung cepat, sel-sel
kromatogram. membelah dan jumlahnya meningkat secara

2
logaritma sesuai dengan pertambahan waktu Referensi
serta nutrien yang tersedia pada media
[1] Rasyid dan Genisa. 1994. Komposisi
dikonsumsi secara baik sehingga
biji durian dalam satu buah biji.
menghasilkan zat-zat metabolik secara
Semarang : Universitas Diponegoro.
maksimal. Peningkatan konsentrasi
[2] Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi
ammonium sulfat akan meningkatkan ion
Pangan 1. Jakarta: Gramedia
ammonium dalam media. Selanjutnya ion
Pustaka Utama.
ammonium sebagai sumber nitrogen
[3] Minarni, Neni. Ismuyanto dan
digunakan dalam pembentukan asam amino,
Sutrisno. 2013. Pembuatan Bioetanol
asam nukleat, dan protein sel [2].
dengan Bantuan Saccharomyces
Kadar etanol yang sangat rendah
cerevisiae dari Hasil Hidrolisis Biji
dihasilkan pada hari ke-4, yaitu pada media
Durian (Durio zhibetinus). Malang :
dengan konsentrasi ammonium sulfat 0,5 %
Universitas Brawijaya.
(b/v) sebesar 2,937 %. Hal ini diduga
disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya adalah penambahan ammonium
sulfat yang berlebih dapat mempengaruhi
derajat keasaman media fermentasi,
ammonium sulfat di dalam air akan
+
melepaskan ion H yang menyebabkan
media fermentasi menjadi asam dan
mempengaruhi kerja enzim. Pada pH yang
terlalu asam dapat mendenaturasi enzim-
enzim yang dibutuhkan untuk melakukan
proses glikolisis pada Saccharomyces
cerevisiae, karena adanya pengaruh tersebut
maka jalur glikolisis yang setiap tahapannya
dikatalisis oleh enzim akan terhambat yang
kemudian akan berpengaruh terhadap
konsumsi dan perubahan glukosa menjadi
etanol [3].

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penambahan ammonium sulfat 0,1 %


(b/v), 0,3 % (b/v), dan 0,5 % (b/v) masing-
masing menghasilkan etanol dengan
kuantitas tertinggi yaitu sebesar 8,233 %;
9,403 % dan 7,692 %.
2. Waktu yang diperlukan mikroba untuk
menghasilkan etanol dengan kuantitas
tertinggi adalah 6 hari yaitu sebesar 9,403
% pada penambahan ammonium sulfat
0,3 % (b/v).

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua, keluarga dan
teman-teman. Atas doa dan dukungannya.
Selanjutnya penulis berterima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah memberi
saran dan masukan.

Anda mungkin juga menyukai