Anda di halaman 1dari 14

EFISIENSI PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN SILIKA GEL

TERHADAP KADAR BIOETANOL BONGGOL JAGUNG (Zea Mays)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I


pada jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Oleh:
KUMALA SARI
D500140102

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

EFISIENSI PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN SILIKA GEL


TERHADAP KADAR BIOETANOL BONGGOL JAGUNG (Zea Mays)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:
KUMALA SARI
D500140102

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Eni Budiyati, S.T., M.Eng.


NIK. 991

i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 3 Januari 2019

Penulis

KUMALA SARI
D500140102

iii
EFISIENSI PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN SILIKA GEL
TERHADAP KADAR BIOETANOL BONGGOL JAGUNG (Zea Mays)

Abstrak
Teknologi pemurnian bioetanol untuk kebutuhan bahan bakar sudah banyak
dilakukan. Salah satu cara pemurnian bioetanol adalah dengan penambahan
adsorben ke dalam bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
waktu pendiaman dan massa adsorben terhadap kenaikan kadar bioethanol. Pada
penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh waktu pendiaman terhadap
kadar kenaikan bioetanol. Waktu pendiaman bioetanol terbaik didapat pada
perendaman adsorben selama 60 menit, dengan kadar 5,1%. Sedangkan waktu
pendiaman yang semakin lama dapat mempengaruhi kemampuan adsorbsi silika
gel semakin menurun dan mengakibatkan penurunan kadar bioetanol yang
dihasilkan. Pengaruh massa adsorben terhadap kenaikan kadar bioetanol bonggol
jagung, peningkatan terbaik pada massa adsorben 1,25 gram, dengan kenaikan
kadar etanol sebesar 0,1% diperoleh kadar etanol sebesar 5,1%. Pengaruh massa
adsorben terhadap kenaikan kadar bioetanol, dimana semakin banyak massa
adsorben maka semakin banyak air yang dapat terserap. Dalam proses distilasi
didapatkan volume bioetanol sebesar 64,75 mL dengan perolehan kadar bioetanol
mula-mula 4%, yang akan digunakan sebagai umpan adsorbsi menggunakan silika
gel. Pada setiap sampel digunakan volume bioetanol sebanyak 5 mL, dengan variasi
waktu pendiaman (60; 120; 180; 240 dan 300) menit, sedangkan untuk variasi
massa adsorben sebesar (0,25; 0,5; 0,75; 1 dan 1,25) gram.
Kata Kunci: Bonggol jagung, adsorpsi, adsorben, silika gel, bioetanol

Abstract
Bioethanol purification technology for fuel needs has been done a lot. One of
methods to purify bioethanol is by adding adsorbents to bioethanol. This study aims
to determine the effect of residence time and mass of adsorbent on increasing
bioethanol levels. In this study, it was shown that there was an effect on residence
time on the level of increase in bioethanol. The best bioethanol planting time was
obtained by soaking the adsorbent for 60 minutes, with a content of 5.1%. While
the longer dwelling time can affect the ability of silica gel adsorption to decrease
and result in a decrease in the level of bioethanol produced. The effect of the mass
of the adsorbent on the increase in corn hump bioethanol levels, the best increase
in the mass of the adsorbent was 1.25 grams, with an increase in ethanol content of
0.1% obtained by ethanol content of 5.1%. The effect of the mass of the adsorbent
on increasing levels of bioethanol, where the more mass of the adsorbent, the more
water can be absorbed. In the distillation process, the volume of bioethanol was
64.75 mL with the acquisition of the initial bioethanol level of 4%, which will be
used as bait for adsorption using silica gel. In each sample bioethanol volume was
used as much as 5 mL, with variations in residence time (60; 120; 180; 240 and
300) minutes, while for mass variations of the adsorbent amounted to (0.25; 0.5;
0.75; 1 and 1.25) grams.

Keywords: Corn weed, adsorption, adsorbent, silica gel, bioethanol

1
1. PENDAHULUAN
Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian
nasional, untuk tujuan komersial sebagai bahan baku industri. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan gaya hidup yang lebih
konsumtif. Hal ini dapat menimbulkan banyak sampah. Sampah yang
menumpuk banyak membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Menurut (Harianja dan Idiawati, 2015) diantara bahan limbah yang
memiliki jumlah besar adalah limbah dengan kandungan lignoselulosik seperti
sekam, jerami, sagu, ubi, dan bonggol jagung. Salah satu metode pemanfaatan
sampah antara lain metode biokonversi (proses pengubahan sampah menjadi
bahan bakar termasuk didalamnya sebagai bioetanol dengan melibatkan
mikroorganisme). Komponen-komponen utama yang terkandung dalam
sampah organik meliputi pati, selulosa, hemiselulosa dan lignin (Mushlihah dan
Trihadiningrum, 2013).
Bonggol jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang memiliki
kandungan bahan lignoselulosa yang potensial dikembangkan menjadi
bioetanol. Selain sebagai sumber karbohidrat jagung dimanfaatkan pula sebagai
pakan ternak, diolah menjadi minyak, tepung, furfural, dan bahan baku indutri
(Sulistyawati, 2008; Muslihah, 2012; Mushlihah dan Trihadiningrum, 2013).
Salah satu alternatif bahan baku yang dapat digunakan untuk pembuatan
bioetanol adalah biomassa berselulosa. Menurut Wayman, (2002) dalam
Riyanti, (2009) biomassa berselulosa merupakan sumber daya alam yang
berlimpah dan murah serta mendukung industri bahan bakar nabati (BBN)
seperti etanol dan butanol. Biomassa berpotensi sebagai BBN dilihat dari
kandungan energi dari selulosa yang bisa dikonversi menjadi gula sederhana
kemudian dikonversi menjadi bioetanol (Riyanti, 2009).
Biomassa merupakan salah satu komoditas yang bisa diproduksi menjadi
bioetanol. Selain murah bioetanol berbahan dasar limbah biomassa dapat
membantu dapat membantu pengelolaan lingkungan yang bersih, memberikan
alternatif pengelolaan limbah padat berlignoselulosa dari pertanian menjadi
bahan bakar terbarukan (Shah dan Rehan, 2014; Leustean, 2009)

2
Hasil penelitian terdahulu kemurnian bioetanol dari bonggol jagung
menggunakan analisa interpolasi densitas adalah 3,9306% pada kondisi HCl 0,5
M dengan waktu fermentasi 7 hari, sedangkan dengan analisa Gas
Chromatograph (GC) kadar etanol tertinggi diperoleh 1,3039% pada perlakuan
kondisi yang sama (Fachry et al., 2013).
Beberapa proses pemurnian etanol diantaranya yaitu extractive distillation,
pressure swing distillation, dan metode adsorpsi (Tadayon et al., 2014; Kumar
et al., 2010; Dyartanti et al., 2012). Namun hanya metode adsorpsi-lah yang
banyak digunakan karena selain murah tapi juga mudah pengoprasiannya
(Dyartanti et al., 2012).
Proses pemurnian dengan metode adsorpsi dapat dilakukan dengan
menggunakan za-zat padat atau adsorben untuk mengikat suatu zat dari suatu
larutan (McCabe et al., 1999). Silika gel merupakan media adsorpsi yang
mempunyai daya serap tinggi terhadap air serta bersifat hidrofilik sehingga
kandungan air dalam bioetanol dapat diserap secara sempurna dan terikat pada
pori adsorben sehingga kadar etanol meningkat (Oktaviani et al., 2017). Selain
itu adsorben silika gel lebih mudah di regenerasi dan dapat langsung dipakai
tanpa harus diaktivasi terlebih dahulu. Selain itu juga dari segi ekonomi silika
gel harganya lebih murah dibandingkan dengan zeolit serta mudah didapatkan
(Dyartanti et al., 2012).
Berdasarkan dari uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan
limbah bonggol jagung menjadi bioetanol dengan proses adsorpsi
menggunakan adsorben silika gel, serta mengetahui pengaruh waktu pendiaman
dan massa adsorben terhadap kadar etanol yang dihasilkan.

2. METODE

2.1 Persiapan Bahan Baku


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bonggol jagung, fermipan
dan silika gel. Bahan baku limbah bonggol jagung didapatkan dari perkebunan
salah satu warga di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Ponorogo, fermipan dibeli
dari pasar di Sukoharjo, sedangkan absorben silika gel diperoleh dari CV.
Agung Jaya Surakarta.

3
Petama-tama limbah bonggol jagung dipotong-potong hingga berukuran ±
3 cm. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di bawah sinar
matahari. Setelah bonggol jagung kering kemudian digiling atau dihaluskan
menggunakan grinder. Bonggol jagung yang telah halus selanjutnya diayak
hingga diperoleh sampel dalam bentuk serbuk dengan ukuran partikel 40 µ
sebanyak 120 gram.

2.2 Proses Hidrolisis


Larutan 0,5 N H2SO4 ke dalam labu leher tiga sebanyak 1000 mL kemudian
memanaskan dengan hot plate. Setelah itu memasukan tepung bonggol jagung
sebanyak 120 gram ke dalam labu leher tiga dan mengaduk menggunakan
pengaduk merkuri selama 2 jam. Selanjutnya biarkan hasil hidrolisis dingin
hingga suhu kamar.

2.3 Pembuatan Starter


Larutan hasil hidrolisis selanjutnya diukur pH dengan menggunakan pH
meter digital. Menambahkan NaOH yang sudah dilarutkan sedikit demi sedikit
hingga pH mencapai 4,5-5,5. Kemudian, mengambil larutan hasil dari hidrolisis
sebanyak 60 mL dan memasukkan kedalam botol cupang 1000 mL.
Selanjutnya, menambahkan 0,03 gram urea dan fermipan 9 gram lalu menutup
dengan penutup botol. Setelah itu mendiamkan selama 1 x 24 jam pada suhu
kamar.

2.4 Proses Fermentasi


Proses fermentasi ini menggunakan proses anaerob. Mengambil hasil
hidrolisis sebanyak 600 mL dan memasukkan ke dalam botol cupang 1000 mL.
Kemudian menambahkan urea sebesar 0,27 gram dan starter ke dalam botol
cupang 1000 mL. Proses fermentasi dilakukan di suhu lingkungan dan waktu
yang digunakan selama 3 hari. Berikutnya melakukan distilasi hasil fermentasi.

2.5 Proses Distilasi


Melakukan pemisahan etanol hasil fermentasi dengan cara distilasi.
Pertama, menyaring larutan hasil fermentasi dengan menggunakan kertas
saring. Lalu, memasukkan filtrat/larutan yang dihasilkan ke dalam labu leher
tiga. Proses distilasi berlangsung pada suhu ±79°C dengan waktu selama 3 jam.

4
2.6 Proses Adsorpsi
Absorben sebelum dipergunakan terlebih dahulu dilakukan aktivasi secara
fisik dengan pengovenan pada suhu 120°C selama 3 jam. Silika gel yang telah
diaktivasi selanjutnya didinginkan selama 1 jam dalam desikator kemudian
absorben siap dipergunakan (Gunawan et al., 2012).
Adsorben silika gel untuk variabel waktu pendiaman divariasikan yaitu 30
menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Lalu, memasukkan
adsorben silika gel sebesar 1,25 gram dan menambahkan etanol hasil distilasi
sebesar 5 mL ke dalam botol vial. Selanjutnya dilakukan pengambilan larutan
sampel sesuai dengan variasi waktu pendiaman menggunakan pipet tetes.
Kemudian menghitung kadar etanol dari larutan tersebut dengan refraktometer.
Selanjutnya menganalisis adsorben batu silika gel untuk variabel massa
adsorben yaitu 0,25 gram, 0,5 gram, 0,75 gram, 1 gram dan 1,25 gram.
Berikutnya, memasukkan 5 mL etanol ke dalam masing-masing botol vial
sesuai dengan variasi massa adsorben tersebut. Selanjutnya melakukan
pengambilan larutan masing-masing sampel pada waktu 60 menit
menggunakan pipet tetes. Kemudian menghitung kadar etanol dari larutan
tersebut dengan refraktometer.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh waktu pendiaman terhadap kenaikan kadar etanol


Berikut ini merupakan tabel pengaruh waktu pendiaman terhadap kenaikan
kadar etanol bonggol jagung:

Tabel 1. Pengaruh waktu pendiaman terhadap kenaikan kadar etanol


No. Waktu pendiaman (jam) Kadar etanol (%)
1. 1 5,1
2. 2 5
3. 3 4,9
4. 4 4,8
5. 5 4,6

5
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik hubungan antara waktu pendiaman
terhadap kadar etanol sebagai berikut:

5.2
5.1
5 5.1
Kadar etanol (%)

4.9 5
4.8 4.9
4.7 4.8
4.6
4.5 4.6
4.4
4.3
1 2 3 4 5
Waktu pendiaman (jam)

Variasi waktu pendiaman Linear (Variasi waktu pendiaman)

Gambar 1. Grafik hubungan antara waktu pendiaman terhadap kadar etanol


Berdasarkan Gambar 5, menunjukan hasil penelitian bahwa penggunaan
adsorben silika gel terbaik pada waktu perendaman 1 jam dengan kadar etanol
yang paling optimal sebesar 5,1%. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
semakin lama waktu pendiaman, kadar etanol yang dihasilkan akan semakin
menurun.
Fenomena ini dapat terjadi karena lamanya waktu perendaman berpengaruh
terhadap waktu kontak terhadap bioetanol. Sehingga waktu pendiaman yang
terlalu singkat, memungkinkan air yang terdapat pada campuran bioetanol
bonggol jagung belum terserap secara maksimal. Namun sebaliknya, jika
waktu perendaman terlalu lama dapat mengakibatkan kehilangan bioetanol
terlalu tinggi. Hal ini terjadi kemungkinan selama proses penyerapan air oleh
adsorben, bioetanol juga ikut terjerap.
Faktor lain yang mungkin terjadi adalah silika gel sudah berada pada titik
kejenuhan, sehingga sudah tidak dapat lagi menyerap kelembaban dan dapat
diregenerasi kembali dengan dihangatkan pada mesin oven dengan suhu 120°C
selama 3 jam (Krismawati, 2012; Gunawan et al., 2012).

3.2 Pengaruh massa adsorben terhadap kadar etanol


Berikut ini merupakan tabel pengaruh massa adsorben terhadap kadar
kenaikan etanol bonggol jagung:

6
Tabel 2. Pengaruh massa adsorben terhadap kenaikan kadar etanol
No. Massa adsorben (gram) Kadar etanol (%)
1. 0,25 4,7
2. 0,5 4,85
3. 0,75 4,9
4. 1 5
5. 1,25 5,1
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik hubungan antara waktu pendiaman
terhadap kadar etanol sebagai berikut:
5.2
5.1
5.1
5
Kadar etanol (%)

5
4.9
4.9 4.85
4.8
4.7
4.7
4.6
4.5
0.25 0.5 0.75 1 1.25
Massa Adsorben (gram)

Variasi massa adsorben Linear (Variasi massa adsorben)

Gambar 2. Grafik hubungan antara massa adsorben terhadap kadar etanol


Berdasarkan Gambar 6, diperoleh massa adsorben terbaik terhadap adsorpsi
bioetanol bonggol jagung pada massa 1,25 gram dengan kadar etanol yang
diperoleh 5,1%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin besar massa
adsorben maka kadar etanol akan semakin meningkat.
Kondisi ini sejalan dengan penelitian (Hargono et al., 2013) yang
menyatakan bahwa semakin banyak adsorben yang ditambahkan, maka
semakin banyak air yang dapat terserap yang berdampak pada kadar
peningkatan etanol yang dihasilkan, dengan konsentrasi larutan etanol yang
semula tetap. Hal ini bisa terjadi karena kandungan air dalam bioetanol
semakin sedikit, sehingga semakin susah untuk dipisahkan.

Berdasarkan penelitian ini, pengaruh perbandingan massa adsorben dan


volume bioetanol bahwa kenaikan kadar etanol pada massa absorben 1 gram
dengan 1,25 gram tidak terpaut jauh, hanya berkisar 0,1% saja.

7
4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Perlakuan waktu pendiaman, massa adsorben dengan volume bioetanol


bonggol jagung berpengaruh terhadap kenaikan kadar etanol pada proses
adsorbsi.
2. Perbandingan waktu pendiaman adsorben dengan volume bioetanol
mempengaruhi proses adsorbsi bioetanol terhadap kadar kenaikan etanol,
dimana semakin lama waktu pendiaman, maka kemampuan adsorbsi silika
gel semakin menurun dan mengakibatkan penurunan kadar bioetanol yang
dihasilkan.
3. Pengaruh massa adsorben dengan volume etanol yang tetap berpengaruh
terhadap kadar kenaikan etanol. Dimana semakin banyak massa adsorben
maka semakin banyak air yang dapat terserap.
4. Waktu pendiaman terbaik menggunakan adsorben silika gel adalah 1 jam
dan massa adsorben 1,25 gram, dengan kadar bioetanol yang diperoleh
sebesar 5,1%.

4.2 Saran
Saran yang penulis dapat sampaikan pada penelitian ini adalah:

1. Perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai proses distilasi dan adsorbsi
bioetanol bonggol jagung (Zea Mays)
2. Perlu dilakukan analisis mengenai aktivasi silika secara fisik dengan
temperatur oven lebih tinggi dari 120°C terhadap kemampuan adsorbsinya

DAFTAR PUSTAKA
Dyartanti, E. R., Putra, F. C., dan Priadi, R. O. 2012. "Pembuatan Etanol Fuel Grade
dalam Kolom Unggun dengan Adsorbent Hybrid Active Granulated
Zeolite - Silika Gel," Jurnal Ekuilibrium, 11 (2) : 63 - 66.

Fachry, A. R., Astuti, P., dan Puspitasari, T. G. 2013. “Pembuatan Bioetanol dari

8
Limbah Tongkol Jagung dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida
dan Waktu Fermentasi,” Jurnal Teknik Kimia, 19 (1) : 60 – 69.

Gunawan., Fibriari, I., dan Hastuti, R. 2012. "Pengkayaan Alkohol Ciu Bekonang
dengan Metode Destilasi Adsorptif Menggunakan Zeolit Alam dan
Silika Gel," Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 15 (3) : 79 - 83.

Hargono., Nugraheni, A. K., dan Zakaria, L. R. 2013. "Pembuatan Bioetanol Grade


Bahan Bakar dari Bahan Baku Umbi Gadung Melalui Proses
Fermentasi Distilasi-Dehidrasi," Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, 2 (3) : 163 - 169.

Harianja, J. W., Idiawati, N., dan Rudiyansyah. 2015. “Optimasi Jenis dan
Konsentrasi Asam pada Hidrolisis Selulosa dalam Tongkol Jagung,”
Jurnal Kimia Khatulistiwa, 4 (4) : 66 - 71.

Krismawati, N. 2012. "Optimasi Konsentrasi Adsorben dan Waktu Adsorbsi


Menggunakan Silika Gel dan Zeolit Sintetis 3Å Terhadap Kadar
Bioetanol Sorgum (Sorghum bicolor L,.). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Kumar, S., Singh, N., and Prasad, R. 2010. "Anhydrous Ethanol: A Renewable
Source of Energy," Renewable and Sustainable Energy Reviews, 14
: 1830 – 1844.

Leustean, Iuliana. 2009. “Bioethanol from Lignocellulosic Materials,” Journal of


Agroalimentary Processes and Technologies, 15 (1) : 94 – 101.

McCabe, W. L., Julian, C. S., and Peter, H. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 1.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Muslihah, Siti. 2012. Pengaruh Penambahan Urea dan Lama Fermentasi yang
Berbeda Terhadap Kadar Bioetanol dari Sampah Organik. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Maulana Malik Ibrahim:
Malang.

Mushlihah, S., dan Trihadiningrum, Y. 2013. “Produksi Bioetanol dari Limbah

9
Tongkol Jagung sebagai Energi Alternatif Terbarukan,” Prosiding
Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII, 1 – 8.

Oktaviani, S., Chairul., dan Yenti, S. R. 2017. "Pemurnian Bioetanol Hasil


Fermentasi Nira Nipah Menggunakan Proses Destilasi-Adsorpsi
Menggunakan Adsorben Silica Gel," Jom FTEKNIK, 4 (2) : 1 - 7.

Riyanti, E. I. 2009. “Biomassa Sebagai Bahan Baku Bioetanol,” Jurnal Litbang


Pertanian, 28 (3) : 101 – 110.

Shah, Nasrullah., and Rehan, Touseef. 2014. “Bioethanol Production from


Biomass,” Journal of Chemistry and Biochemistry, 2 (2) : 161 – 167.

Sulistyawati, Sari. 2008. MODIFIKASI TONGKOL JAGUNG SEBAGAI


ADSORBEN LOGAM BERAT Pb ( II ). Skripsi. Fakultas MIPA.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Tadayon, F., Motiee, F., Erfani, A., and Baghbani, B.R. 2014. "Design of
Adsorptive Distillation For Separation of Ethanol-Water Azeotropic
Mixture Using Bio-Based Adsorbents". Studia UBB Chemia, LIX, 4
: 65 - 74.

10

Anda mungkin juga menyukai