Anda di halaman 1dari 19

USULAN GARIS BESAR

TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO

STUDY PENURUNAN TURBIDITY,TSS,COD MENGGUNAKAN BIJI


KELOR (Moringa oelifera) SEBAGAI NANOBIOKOAGULAN
(Study Kasus : Pencemaran Saluran Drainase oleh limbah domestik, di
Kelurahan Barusari, Semarang)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1
(S1)

DIMAS KRESHNA WIBAWARTO


21080110110001

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
cair yang apabila dibuang ke lingkungan dapat menurunkan kualitas lingkungan,
sehingga untuk melestarikan lingkungan agar dapat bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia (PERDA Jateng No.5 tahun 2012), dan dewasa ini karena
perilaku dan kebiasaan masyarakat yang menyalurkan saluran buangan rumahnya
langsung ke saluran drainase sehingga mengubah fungsi dari drainase menjadi
saluran buangan masyarakat.
Seperti halnya kasus yang terjadi di saluran drainase Kelurahan Barusari,
Semarang, banyak sekali terlihat Pipa-pipa buangan dari rumah langsung di
salurkan menuju ke drainase. Karena hal inilah sehingga menimbulkan pencemaran
pada saluran drainase yang menjadikan tingkat kekeruhan, TSS dan COD menjadi
meningkat sehingga tidak memenuhi baku mutu yang akan di buang ke badan air.
Di Indonesia terdapat banyak sekali tanaman-tanaman yang dapat
digunakan untuk dimanfaatkan sebagai biokoagulan, salah satunya adalah Biji
Kelor (Moringa oleifera) ini adalah tanaman dari familia Moringaceae. Di
Indonesia khususnya di perkampungan dan pedesaan tanaman kelor baru sampai
digunakan untuk pagar hidup dan juga bunga muda buah muda dimanfaatkan untuk
sayuran.Padahal biji ini dapat digunakan sebagai pengolahan limbah cair yang lebih
ekonomis dan lebih ramah lingkungan. Dalam penelitian yang sudah dilakukan biji
kelor ini sangat memuaskan dalam hal penjernihan air karena mempunyai senyawa
rhamnossyloxy-benzil-isothiocyanate yang mampu mengabsorpsi partikel-partikel
air limbah.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Belum diketahuinya variasi dosis dan pengaruhnya dari Nano biokoagulan
biji kelor terhadap penurunan dari kadar Turbidity, TSS, dan COD
2. Belum diketahuinya variasi kecepatan pengadukan cepat dan pengaruhnya
dari biokoagulan biji kelor terhadap penurunan dari kadar Turbidity, TSS,
dan COD
3. Belum diketahuinya efisiensi penurunan kadar Turbidity, TSS, dan COD
pada air saluran di Kelurahan Barusari, Semarang Selatan dengan
menggunakan Nano biokoagulan biji kelor

1.3 Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan proses koagulasi-flokulasi dengan biokoagulan biji kelor
dalam menurunkan konsentrasi Turbidity, TSS, dan COD.
2. Kecepatan pengadukan cepat dan dosis koagulan yang optimal sehingga
membantu keberhasilan proses koagulasi-flokulasi.
3. Pengukuran konsentrasi awal parameter air limbah Saluran Drainase di
Kelurahan Barusari, Semarang Sealatn

lalu hasil dari proses Jartest

dengan :
a. Memvariasikan kecepatan pengadukan cepat dan dosis koagulan.
b. Menganalisa hasil proses tersebut terhadap penurunan tersebut terhadap
penurunan konsentrasi Turbidity, TSS dan COD.
c. Menganalisa pengaruh dari variasi dosis koagulan dan kecepatan
pengadukan cepat.

1.4 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa konsentrasi

dosis nano biokoagulan yang optimal serta

pengaruhnya dari penggunaan biokoagulan biji kelor dalam menurunkan


konsentrasi Turbidity, TSS, dan COD?
2. Berapa besarnya kecepatan pengadukan cepat yang optimal serta
pengaruhnya dari penggunaan biokoagulan biji kelor dalam menurunkan
konsentrasi Turbidity, TSS, dan COD?
Berapa besar efisiensi penurunan kadar Turbidity, TSS, dan COD pada
saluran drainase di Kelurahan Barusari, Semarang Selatan dengan
menggunakan biokoagulan biji kelor?

1.5 Tujuan
1. Menganalisa dosis nano biokoagulan yang optimal serta pengaruhnya dari
penggunaan biokoagulan biji kelor dalam menurunkan konsentrasi
Turbidity, TSS, dan COD.
2. Menganalisa kecepatan pengadukan cepat yang optimal serta pengaruhnya
dari penggunaan biokoagulan biji kelor dalam menurunkan konsentrasi
Turbidity, TSS, dan COD.
3. Menganalisa efisiensi penurunan kadar Turbidity, TSS, BOD, dan COD
pada air saluran drainase di Kelurahan Barusari, Semarang dengan
menggunakan biokoagulan biji kelor.

1.6 Ruang Lingkup


1.6.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam tugas akhir ini adalah :
1. Percobaan ini dilakukan dalam skala laboratorium.
2. Air yang digunakan adalah Air Saluran Drainase Kelurahan Barusari,
Semarang.

3. Variabel bebas : Dosis dan Kecepatan Pengadukan Cepat


Variabel kontrol : Suhu
Variabel terikat : Turbidity, TSS, BOD, dan COD
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu dan Tempat
Pelaksanaan percobaan dilakukan selama 3 bulan (Maret-Mei 2014) di
Laboratorium Lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.

1.7 Manfaat Penelitian


1.7.1 Manfaat terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Manfaat penelitian dalam tugas akhir ini adalah:
1. Sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
penggunaan biokoagulan biji kelor pada limbah farmasi
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
yang sama.
1.7.2 Manfaat terhadap Masyarakat
Manfaat penelitian dalam tugas akhir ini adalah:
1. Sebagai bahan acuan bagi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan
Barusari, Semarang untuk memanfaatkan Tanaman menjadi nano
biokoagulan pada pengolahan limbah domestik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biokoagulan
Biokoagulan adalah suatu koagulan organik alami yang memiliki zat aktif yang
memiliki peran sebagai kationik dan mampu mengikat partikel-partikel koloid
didalam air (Tarigan, 2011). Beberapa biokoagulan dari tanaman yang dapat
digunakan antara lain:
2.1.1 Kelor (Moringa Oleifera)
Biji kelor (Morinaga Oleifera) mengandung karbohidrat, protein, dan
lemak. Biji kelor dapat dimanfaatkan sebagai koagulan untuk menjernihkan
air. Didalam biji kelor yang berperan sebagai koagulan adalah protein yang
akan menghasilkan protein larut dalam air yang bermuatan positif. Larutan
tersebut memiliki sifat seperti polielektrolit alum dan merupakan polimer yang
dapat mengikat partikel koloid dan dapat membentuk flok yang dapat
mengendap. Biji kelor dapat menurunkan logam berat didalam air limbah.
Meknisme penurunan konsentrasi logam berat juga karena aktiitas asam amino
biokoagulan yang mampu mengadsorpsi dan membentuk ikatan antara partikel
air limbah sehingga membentuk ikatan-ikatan stabil yang dapat mengendap
secara gravitasi.
Tanaman kelor (Moringa olifera) secara klasifikasi di kelompokkan
dengan tatanan sebagai berikut :
1. Kingdom : Plantae
2. Filum

: Magnoliophyta

3. Kelas

: Magnoliopsida

4. Famili

: Moringaceae

5. Genus

: Moringa

6. Spesies

: Moringa olifera L.

2.1.2 Kacang Babi (Vicia Faba)


Kacang babi (Vicia Faba) dikenal memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi, berkisar 20-25% dan beragam jenis asam amino dengan kadar
yang cukup tinggi. Dalam 100 gram kacang babi, mengandung 26,2 protein.
Protein yang terkandung dalam kacang babi (Vicia Faba) inilah yang nantinya
diharapkan dapat menggantikan fungsi dari PAC. Protein yang merupakan
salah satu penyusun dari kacang babi (Vicia Faba) dan beberapa tanaman
family Leguminosae lainnya dapat berfungsi sebagai polielektrolit kationik
alami dan menunjukkan hasil koagulasi positif.
2.1.3 Asam Jawa (Tamarindus Indica)
Asam Jawa (Tamarindus Indica) adalah suatu koagulan organik
alami (biokoagulan) yang bahan aktifnya adalah suatu polipeptida yang
bertindak sebagai kationik. Bahan aktif dalam biji dan daun asam jawa
(Tamarindus Indica) mengandung protein, saponin, flavonois yang berperan
sebagai koagulan dalam mengikat partikel-partikel koloid dalam air.
Mekanisme koagulasi dengan menggunakan biji dan daun Biji kelor
(Tamarindus Indica) terdapat pada kemampuan adsorpsi dan neutralisasi
muatan koloidal. Biji dan daun asam jawa (Tamarindus Indica) dikenal
memiliki polielektrolit kationik. Olek karena itu jika jumlah optimum dosis
dari campuran biji dan daun asam jawa (Tamarindus Indica) sebanding dengan
ukuran partikel tersuspensi maka partikel berukuran kecil akan menghasilkan
massa gumpalan yang lebih besar.

2.2

Pilihan Koagulan

2.2.1 Tanaman Kelor

Gambar 2. 1 Daun Kelor

Biji kelor merupakan alternatif koagulan organik. Kelor sebagai


koagulan dapat digunakan dengan dua cara yaitu : Biji kering dengan kulitnya
dan biji kering dengan kulitnya (Ndabigengesere dkk,1995). Kandungan
protein, lemak dan karbohidrat dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2. 1 Kandungan Protein, Lemak dan Karbohidrat dalam biji kelor (%berat)

Preparat

Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)

Biji dengan Kulit


1.Bubuk

36,7

34,6

5,0

2.Larutan

0,9

0,8

50,3

1,3

3.Padatan Residu 29,3


Biji tanpa kulit
1.Bubuk

27,1

21,1

5,5

2.Larutan

0,3

0,4

27,3

3.Padatan Residu 26,4


Sumber : Ndabigengesere dkk,1995

Biji Kelor juga memiliki zat aktif yaitu rhamnossyloxy-benzilisothiocyanate yang mampu mengabsorpsi partikel-partikel dalam air limbah

dengan mengubah bentuk menjadi bentuk yang lebih kecil maka zat aktif dalam
biji kelor akan semakin banyak karena luas permukaan biji kelor semakin luas.
Apabila kandungan air dalam kelor besar, maka kemampuan menyerap limbah
cair nya kecil,sehingga biji kelor harus di ubah dulu menjadi ukuran lebih kecil
agar presentasi penyerapannya semakin besar.

Gambar 2. 2 Biji Kelor

2.3

Penelitian Terdahulu
Sebelum dilaksanakannya penelitian ini, sebelumnya sudah ada penelitian

yang serupa tetapi hanya memafaatkan sebagai biokoagulan,sedangkan di


penelitian ini akan di jadikan sebagai nano biokogaulan.

Tabel 2. 2 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No.

Penulis

Judul

1.

Khairul Amdani Pemanfaatan


(Thesis)

Kelor

Universitas

oleifera)

Sumatra Utara

Koagulan
Proses

Hasil
Biji 1.Koagulasi

(Moringa berpengaruh
Sebagai sangat nyata di
Pada pH

penyisihan

dengan

No.

Penulis

Judul

Hasil

Koagulasi/Flokulasi turbiditas
Dan

Sedimentasi sebanyak 83,08%

Limbah

Cair 2.Dosis optimum

Industri Pencucian penyisihan


Jeans

turbidity

di

120mg/250mL
dengan
penyisihan
turbiditas
sebanyak 92,01%
2.

Dalam
Ayu

Skripsi Pengaruh
Ridaniati Air,

Bangun

Kadar Lama

Dosis

Dan pengendapan

Lama Pengendapan selama 60 menit


Koagulan

Serbuk dengan

Biji Kelor Sebagai penurunan


Alternatif

turbiditas sebesar

Pengolahan Limbah 77,43%,


Cair Industri Tahu

TSS

90,32

%,

dan

COD

63,26

pada

dosis

koagulan

5000

mg/L,

pH

air

limbah tahu 4, dan


kadar air 7%
3.

Dalam

Skripsi Pemanfaatan

Riko Putra 2013

Kelor

Biji Waktu

Sebagai Pengendapan 50

Biokoagulan Pada menit


Proses
Limbah

dengan

Koagulasi penyisihan
Cair turbidity 89,42 %,

No.

Penulis

Judul
Industri

Hasil
Tahu TSS 98,73 % ,

Dengan Metode Jar COD


Test

pada

69,38%,
dosis

3000mg/L,pH 4

2.4

Kerangka Pikir Penelitian


Dalam penelitian memerlukan dasar pemikiran yang jelas untuk

menerangkan hubungan antarkonsep yang akan diteliti. Penelitian ini memiliki


kerangka pikir yang digambarkan pada gambar 2.4 sebagai berikut :

Kebiasaan masyarakat yang membuang limbah cair domestik


langsung ke badan air yang dapat menimbulkan dampak negatif

Limbah cair domestik mengandung senyawa organik yang cukup


tinggi dengan Total Suspended Solid yang cukup tinggi pula

Pemanfaatan Biji Kelor yang berfungsi sebagai nano biokoagulan


untuk menyisihkan senyawa organik dan TSS yang terkandung
dalam air limbah

Faktor yang mempengaruhi koagulasi:


- Gradien Kecepatan (G)
- Waktu pengendapan (Td)
- G x Td
-

Penentuan Variabel

Variasi Kontrol :
Suhu

Parameter Uji

1. Turbidity, TSS,
dan COD

Variasi Bebas
:
3
- Dosis nanobiokoaguan
4
- Kec. Pengadukan
cepat

5
6
Variasi pembubuhan dosis nano biokoagulan khitin dari Biji Kelor dan
7
kecepatan pengadukan cepat mempengaruhi
penurunan Turbidity, TSS,
dan COD yang terkandung dalam
8 Air Saluran Kelurahan Barusari,
Semarang
-

Gambar 2. 3 Kerangka Penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian berjudul Study

Penurunan Turbidity,TSS,COD

Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oelifera) Sebagai Nanobiokoagulan (Studi

Kasus : Air Saluran Kelurahan Barusari, Semarang) berdasarkan kerangka pikir


penelitian dengan variasi dosis nano biokoagulan dan variasi kecepatan
pengadukan cepat dapat berpengaruh terhadap penurunan parameter Turbidity,
TSS, dan COD yang terkandung dalam air saluran Kelurahan Barusari,
Semarang

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Operasional Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data primer. Pengambilan data
primer meliputi pengambilan Sample air di Saluran Drainase, di Kelurahan Barusari
Semarang dan penyediaan biji (Moringa olifera). Dilakukan juga analisa pH, suhu,
Turbidity, TSS, dan COD pada air limbah. Setelah diketahui konsentrasi awal pH,
suhu, Turbidity, TSS, dan COD pada air limbah, selanjutnya dilakukan uji kinerja
koagulan dengan metode jartest. Melalui uji kinerja koagulan ini diharapkan dapat
diketahuinya dosis optimum biji dan serbuk Biji Kelor dan kecepatan pengadukan
yang efektif dalam menurunkan Turbidity, TSS, dan COD.
3.2 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu: Tahap Persiapan, Tahap
Pelaksanaan serta tahap analisis dan pembahasan. Bagan alir penelitian dapat dilihat
pada gambar 3.1:

Data Primer:
Penyiapan Biji Kelor yang
sudah tua dan dikeringkan
Kualitas air disaluran drainase
kelurahan Barusari, Semarang

Tahap

Uji Pendahuluan:

Persiapan

Penentuan Range Dosis

Persiapan Penelitian

Pengambilan Air Limbah

Uji Karakteristik
Air Limbah

Tahap
Pelaksanaan

a. Khitin sebesar 1 gr yang dilarutkan dalam 100 ml asam fosfat (H3PO4) 85%.
Larutan ini digunakan untuk penelitian selanjutnya. Kemudian larutan khitin
diambil sebanyak 0.1 ml, 0.2 ml, 0.3 ml, 0.4 ml, dan 0.5 ml dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 ml. selanjutnya diencerkan dengan aguadest sampai tanda
batas. Maka diperoleh larutan sebesar 0,01%, 0,02%, 0,03%, 0,04%, 0,05%
yang akan dimasukkan kedalam 1L sample air saluran Kelurahan
Barusari,Semarang
b. Diaduk dengan jartest dengan 3 variasi pengadukan cepat yaitu 100 rpm, 125
rpm, dan 150 rpm selama 1 menit, kemudian dengan pengadukan lambat 45rpm
selama 20 menit, dan di diamkan selama 15 menit.

Uji Kinerja biokoagulan dengan jartest


Tahap
Penulisan
Laporan

Uji Parameter (Turbidity,TSS,BOD,dan COD)


Analisa Data
Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

3.3 Metode Penelitian


Biji Kelor di ambil yang tua (sudah Berwarna coklat) lalu di keringkan, di
ambil bijinya, lalu biji dan Kulit bijinya yang bersih kemudian di blender hingga
menjadi serbuk dan diayak, lalu di keringkan dalam oven pemanas dengan suhu
120 0C selama 30 menit guna menghomogenkan kadar airnya.
a. Bahan
- Tanaman Kelor yang diambil dari Perumahan Ngaliyan, Semarang
- H2SO4 2 N
- NaOH 1 N
- Aquades
b. Alat
- Blender merek Air Lux tipe Shocking Breaker
- Ayakan nomor 18 ukuran 1mm merek Tatonas
- Neraca Analitik merek OHAVS
- pH meter merek WalkLab
- Gelas Beker ukuran 1000ml
- Wadah terbuat dari kaca
- Kompor listrik merek Thermoscientific CIMAREX
-Thermometer
3.4 Pembuatan Nano Biokoagulan
Salah satu cara untuk menanokan suatu material mikro menjadi nano (10-9)
adalah metode Top-Down. Dengan pendekatan ini maka jumlah, jenis, maupun cara
penyusunan atom-atom dapat dikontrol yang berimplikasi pada rekayasa sifat
material yang dihasilkan dan membuat material dengan sifat yang benar-benar baru.
Metode ini di lakukan dengan menggunakan penggerusan mesin High Energy
Milling (HEM) berkecepatan 1200 Rpm. Untuk memastikan bahwa partikel sudah
dalam kategori nano partikel (1100 nm) perlu di uji menggunakan Scanning
Elektron Microscope (SEM) yang berfungsi sebagai kontrol morfologi permukaan.

Dengan ukuran nano ini diharapkan akan memperbesar luas permukaan adsorbsi
dan dapat menjerat logam berat yang ada dalam air lindi (Mikrajuddin Abdullah,
2009).
3.5 Pengujian kemampuan Biokoagulan
Uji kinerja koagulan dilakukan dengan metode jartesht yaitu menentukan
besar dosis optimum Biji Kelor Serbuk daun Biji kelor pada kondisi actual sebagai
biokoagulan dalam menurunkan konsentrasi turbidity, TSS, , COD dalam air
limbah. Selanjutya, menentukan kecepatan pengadukan cepat dan dosis
biokoagulan yang optimum dalam proses jartest sehingga koagulan terdispersi
dengan baik sehingga dapat diketahui kemampuan Biji Kelor Sebagai Nano
biokoagulan dalam menurunkan konsentrasi turbidity, TSS, , COD pada air limbah.
a. Bahan
1. Sample Air Di Saluran (Kelurahan Barusari, Semarang)
2. Serbuk Biji Kelor
3. Aquadest
b. Cara Kerja
1. Dibuat biokoagulan cair dengan melarutkan masing-masing dosis Serbuk
biji dan serbuk Biji kelor ke dalam 100 ml aquadest
2. Sampel limbah cair masing-masing dimasukkan ke dalam gelas beker 1000
ml
3.

Sebanyak 2 gr, 2,5 gr, 3 gr, 3,5 gr, dan 4 gr serbuk Daun Biji kelor yang
telah dicampurkan dengan aquadest masing-masing dimasukkan ke dalam
gelas eker yang telah berisi 1000 ml limbah. Dengan demikian variasi dosis
yang digunakan adalah 20 gr/l, 25 gr/l, 30 gr/l, 35 gr/l, 40 gr/l. Sedangkan
untuk serbuk biji biji kelor dosis yang digunakan adalah 5 gr/l, 10 gr/l, 20
gr/l, 30 gr/l, 40 gr/l, 50 gr/l.

4. Selanjutnya dilakukan Jartest dengan kecepatan pengadukan cepat dalam 4


variasi yaitu: 100 rpm, 125 rpm, 150 rpm, dan 175 rpm selama 1 menit
diikuti dnegan pagadukan lambat 40 rpm selama 3 menit dan pengendapan

selama 60 menit pada setiap sample. Perlakuan jartest ini dilakukan


sebanyak 2 kali ulangan untuk setiap sample yang digunakan.
3.6 Peralatan-Bahan
Adapun bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Bahan
1. Tanaman Kelor yang di ambil di sekitar Perumahan Ngaliyan, Semarang
2. Sample air sungai Kelurahan Barusari,Semarang
3. HCL 2 N
4. NaOH 1 N
5. Aquadest
6. Asam Fosfat (H3PO4) 85%
7. PAC
8. Makroflok
b. Alat
1. Ember Plastik
2. Pipet Gondok
3. pH meter merek walklab
4. Peralatan Jartest
5. Spectrofotometer
6. Saringan
7. Neraca Analitik merek OHAUS
8. Gelas Beker ukuran 1000ml dan 250 ml
9. Labu Ukur 200 ml, 100 ml, 25 ml
10. Corong
11. Jerigen Plastik volume 25 liter
12. Erlenmeyer
13. Gelas ukur 100 ml
14. Tabung reaksi
15. Pipet tetes

16. Pipet Volumetrik


17. Kaca Arloji
18. DO meter merek walklab
19. Kompor Listrik merek Thermoscientific Cimarex
20. Turbidity meterCOD meter merek Velp Scientifica Eco 16
Thermoreactor

Anda mungkin juga menyukai