BAB I
PENDAHULUAN
Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan
dasar kacang kedelai yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Saat ini
industri tahu yang tersebar di daerah Samarinda masih tergolong dalam skala
Selama ini limbah cair industri tahu tidak dimanfaatkan dengan maksimal
dan biasanya dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah. Limbah cair industri
bahan organik serta ganguan kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan air
terdiri dari protein 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10%
(Coniwanti dkk., 2013). Kandungan tersebut dapat diolah lebih lanjut agar dapat
metode koagulasi-flokulasi.
Limbah cair industri tahu yang telah diolah dapat mengurangi pencemaran
lingkungan dan aman untuk dibuang ke sungai karena polutan yang terkandung
dalam limbah cair industri tahu sudah memenuhi baku mutu standar dan tidak
2
membahayakan makhluk hidup. Pada penelitian ini, limbah cair industri tahu akan
serbuk biji kelor dengan memvariasikan waktu pengendapan (50, 60, dan 70
menit), dosis kaogulan (2000, 3000, 4000, dan 5000 mg/200 L), dan ukuran
partikel koagulan (50 dan 70 mesh). Dari penelitian tersebut diperoleh waktu
77,43%, total suspended solid (TSS) 90,32%, dan chemical oxygen demand
(COD) 63,26% pada dosis koagulan 5000 mg/200 L dan ukuran partikel koagulan
70 mesh.
koagulan bittern (air tua) pada limbah cair proses pencucian industri pengolahan
ikan dengan memvariasikan bittern yang ditambahkan (10%, 20%, 30%, dan 40%
dari volume limbah cair) dan waktu pengadukan lambat (15, 30, 45, 60, dan 75
menit). Hasil TSS terbaik adalah 80 mg/L pada waktu pengadukan 30 menit
cair industri tahu dapat diolah dengan proses koagulasi-flokulasi dan dapat
menurunkan nilai turbiditas, TSS, dan COD. Pada penelitian yang dilakukan oleh
3
Yanuarita dkk. (2017) bittern dapat digunakan sebagai koagulan dan dapat
penelitian lain yaitu dengan mengolah limbah cair industri tahu menggunakan
proses koagulasi-flokulasi. Pada penelitian kali ini yang divariasikan yaitu volume
koagulan dan waktu pengendapan. Digunakan air tua sebagai koagulan karena
kandungan mineral dan aman untuk lingkungan sekitar (Nugraha dkk., 2015).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan air tua
cair industri tahu agar dapat mengurangi kadar TSS dan COD dengan variasi
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menurunkan nilai TSS dan COD
limbah cair industri tahu serta menemukan koagulan pengganti yang lebih ramah
terhadap lingkungan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah cair atau air buangan (waste water) adalah cairan buangan yang
tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
kelestarian lingkungan hidup. Setiap aktivitas produksi dalam suatu industri selalu
menghasilkan air buangan. Oleh karena itu, diperlukan penanganan lebih lanjut
secara tepat agar tidak mencemari lingkungan (Asmadi dan Suharno, 2012).
Limbah industri tahu terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan padat.
Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan
berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda
padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang
disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses
awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terbentuk
tidak terlalu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat
yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas
5
tahu yang terbentuk besarnya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pengepresan atau pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan
oleh industri tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang
disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang
tinggi dan cepat terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa
organik yang sederhana. Bahan anorganik seperti ion fosfat dan nitrat dapat
dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen
hasil proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi
beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang
sebagian besar hewan air dan akan menimbulkan gangguan estetika yang berupa
terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang
merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan,
air limbah akan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan menimbulkan bau
busuk. Bau busuk ini dapat mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah
ini masuk ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak
dapat digunakan lagi. Apabila limbah ini mengalir ke sungai maka akan
kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus, dan penyakit
lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan
2.2 Koagulasi-Flokulasi
selama flokulasi. Sedangkan flokulasi adalah proses pengolahan air dengan cara
sekitar 1 nm (10 - 7 cm) hingga 0,1 nm (10 - 8 cm). Partikel-partikel ini tidak
dapat mengendap dalam periode waktu tertentu dan tidak dapat dihilangkan
1. Tingkat Kekeruhan
3. Temperatur Air
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah
5. Alkalinitas
6. Kecepatan Pengadukan
7. Dosis Koagulan
8. Jenis Koagulan
penyediaan lahan (tambak), pengaliran air laut ke lahan, proses penguapan air
laut, proses kristalisasi garam, serta pemisahan garam dari airnya sehingga
diperoleh garam rakyat. Air sisa dari proses produksi garam rakyat disebut dengan
istilah air tua atau bittern. Air tua adalah larutan sisa proses pembuatan garam dari
air laut dengan menggunakan energi matahari. Dalam proses pembuatan garam,
komponen yang diambil dari air laut adalah natrium klorida (Nugraha dkk., 2015).
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2
µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Contoh dari TSS yaitu lumpur,
tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur. TSS umumnya
diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui
reaksi kimia. Dalam hal ini, bahan buangan organik akan dioksidasi oleh kalium
bikromat (K2Cr2O7) menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion krom. Kalium
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalis perak sulfat
(Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Setelah reakis oksidasi selesai maka akan
11
berubah warna menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi
oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat
yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti semakin banyak oksigen yang
diperlukan maka semakin banyak juga kalium bikromat yang terpakai (Enrico,
2008).
Nomor 5 Tahun 2014, baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
upaya-upaya untuk melestarikan fungsi air. Upaya yang dilakukan adalah dengan
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas
dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui
air. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat kadar maksimum baku mutu limbah cair industri
tahu.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih satu semester mulai
3.3.1 Alat
3.3.2 Bahan
2. Air Tua
3. Ca(OH)2
4. Aquadest
7. Indikato Ferroin
Mengatur pH
dengan menambahkan Ca(OH)2
Melakukan Pengendapan
(15, 30, 45, dan 60 menit)
B. Proses Koagulasi-Flokulasi
menit.
dikeringkan.
mg.
b. Prosedur Analisa
sempurna.
18
sebagai penyangga.
mg (A−B)×1000
TSS ( )= ...................................................(3.1)
L VSampel
250 mL.
erlenmeyer.
blanko.
mg (A−B)×C×8000
COD ( )= ......................................................(3.2)
L VSampel
DAFTAR RUJUKAN
A, Allo. 2015. Pengaruh Loading Rate Terhadap Penurunan Kadar COD dan
https://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/01/11/total-
Bangun, Ayu Ridaniati., Aminah, Siti., Hutahaean, Rudi Anas., dan Ritonga, M.
Coniwanti, Pamilia., Mertha, Indah Desfia., dan Eprianie, Diana. 2013. Pengaruh
Universitas Sriwijaya.
Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair
KEMEN LH. 2014. Baku Mutu Air Limbah. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
P, Dian Yanuarita., Malik, Abdul., dan Goa, Londa. 2017. Pemanfaatan Bittern