Disusun Oleh :
NIM : 16644023
NIM : 16644023
Menyetujui :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing PDAM Tirta Kencana Samarinda
ii
RINGKASAN
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Samarinda adalah suatu Badan Usaha
Pemerintah Daerah dibidang pelayanan jasa pelayanan air minum yang memenuhi
syarat, Kota Samarinda sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Timur yang didirikan pada
tahun 1932. Magang industri di PDAM Samarinda Unit Instalasi Pengolahan Air
Cabang Gunung Lipan yang berlokasi di Gunung Lipan, Samarinda, Kalimantan Timur
dan dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2019 hingga 28 Maret 2019 dengan tugas
khusus “Evaluasi Kerja Filter IPA Gunung Lipan”. Tujuan pelaksanaan magang
industri adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengolahan air baku menjadi air
bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari serta
menambah ilmu pengetahuan dalam bidang pengalaman kerja sesuai dengan aspek
bidang ilmu kimia, mendapatkan keterampilan dalam pengolahan air bersih. Manfaat
yang diperoleh dari kegiatan magang industri ini adalah untuk mendapatkan gambaran
langsung tentang pelaksanaan kerja industri terutama di bidang pengolahan air bersih.
Berdasarkan permasalahan diatas dalam pengumpulan data digunakan beberapa metode,
yaitu observasi, pencarian referensi, praktek kerja, wawancara dan membaca berbagai
literatur. Metode observasi yaitu pengamatan langsung baik pada PDAM Samarinda
Unit Instalasi Pengolahan Air Cabang Gunung Lipan. Metode wawancara yaitu dengan
cara bertanya jawab langsung dengan sesama rekan kerja, asisten pembimbing
lapangan, laboran dan pembimbing lapangan. Metode praktek yaitu praktek langsung di
PDAM Samarinda Unit Instalasi Pengolahan Air Cabang Gunung Lipan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang industri pada PDAM
SAMARINDA UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR GUNUNG LIPAN,
Samarinda, Kalimantan Timur. Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat guna
menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Negeri Samarinda, Jurusan Teknik Kimia
Program Studi Teknologi Kimia Industri.
Penulis mengangkat tugas khusus dengan judul “Evaluasi Kerja Filter IPA
Gunung Lipan”. Penulis kian menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan diri
penyusun dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan adanya bantuan serta dukungan
dari luar diri pribadi penyusun sehingga penyelesaian masalah yang dihadapi penyusun
dapat teratasi.
Pada kesempatan ini, penyusun dengan segala rasa hormat mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan serta bimbingan yang
penyusun telah dapatkan selama masa belajar hingga terselesaikannya penyusunan
laporan ini kepada :
1. Allah SWT atas segala kasih yang diberikan-Nya kepada kita.
2. Bapak Dedy Irawan, ST.,M.T, selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Samarinda.
3. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi S-1 Terapan
Teknologi Kimia Industri sekaligus Dosen Pembimbing magang industri.
4. Bapak Muhammad Sofyan, selaku Kepala Seksi IPA Gunung Lipan.
5. Bapak Hendrik Lesmana, selaku pembimbing magang industri.
6. Seluruh Staf dan Karyawan Instalasi Pengolahan Air Gunung Lipan PDAM
Samarinda
7. Ibu dan Ayah tercinta beserta seluruh anggota keluarga dan orang yang turut
mendoakan dan memberikan dorongan baik secara moril maupun materil.
8. Kepada teman seperjuangan praktek magang industri di Samarinda, Sri Yuvita
Dewi Askari dan Chika Varsya Ramadhanty Haris
iv
Terimakasih untuk semua pihak yang membantu, semoga jerih payah dan jasa baik
yang telah diberikan akan mendapatkan berkah dan limpahan rahmat Allah SWT
kepada kita semua. AMIN
Samarinda, …………….2019
Dinda Lestari
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ..................................................................................................................iii
1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Samarinda ............... 1
vi
2.1 Lokasi dan Tata Letak Pabrik ............................................................................. 7
3.3.3 Pompa........................................................................................................ 24
2.7 Turbiditas.......................................................................................................... 38
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.Data Kekeruhan dan pH Pada Air setelah Sedimen dan Galery di PDAM Unit
IPA Gunung Lipan Samarinda pada Bulan Februari 2019 .............................. 45
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 13.Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) IPA Gunung Lipan ...................... 22
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Samarinda No.13 Tahun 1974
tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Kotamadya Tingkat II
Samarinda pada tanggal 13 April 1974, dengan pinjaman dari IBRD (Bank Dunia)
sebesar ± Rp. 3 Milyar untuk melaksanakan Proyek Air Minum Samarinda Fase I
Tahap I dengan membuat 2 buah instalasi air minum yaitu (IPA) Instalasi
Pengolahan Air Cendana kapasitas 160 L/det dan IPA Samarnda Seberang 40
L/det, sehingga total kapasitas menjadi 300 L/det. Peningkatan terus dilakukan
hingga kapasatas terakhir pada IPA Cendana 2 berkapasitas 600 l/det , IPA
Gunung Lipan dengan kapasitas 200 l/det (2008), IPA loa bakung 250 l/det
(2010), serta IPA Gunung Lingai 100 l/det (2014), dengan total kapasitas terakhir
adalah 2.287,5 l/det.
2
Kencana dari 50 L/s menjadi 180 L/s
3
Pulau Atas 20 L/s, sehingga kapasitas total
menjadi 1685 L/s.
1.4.1 Intake
Intek yaitu tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan penyaring
yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak
sampai masuk ruang intake karena bisa mengganggu kinerja pompa. Intek
pada IPA Gunung Lipan Samarinda berupa instalasi yang terdiri dari 4 buah
pompa intake yang berfungsi untuk memompa air baku yang nantinya akan
dialirkan ke instalaasi pengolahan air.
4
1.4.2 Bak Penenang
Bak penenang adalah suatu bak penampung air baku dari intek. Fungsi
bak penenang ini adalah mengendapkan partikel – partikel suspended solid
atau lumpur- lumpur yang terikut pada air baku.
1.4.3 Koagulasi
Dalam koagulasi air baku diaduk cepat sambil diinjeksikan larutan
bahan kimia penjernih air dengan konsentrasi dan dosis tertentu agar
tercampur secara sempurna dan merata.
1.4.4 Flokulasi
Air baku yang telah tercampur bahan kimia penjernih akan membuat
proses pemisahan dan pengikatan lumpur dari airnya, yang lumpur disebut
flok dimana flok yang terjadi akan semakin membesar dan berat.
1.4.5 Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok - flok yang
terbentuk dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Kemudian
air yang telah jernih diteruskan dan air lumpurnya dibuang pada sistem
pembuangan lumpur.
1.4.6 Filtrasi
Air yang telah dipisahkan dengan floknya akan disaring dengan
saringan pasir silika untuk menangkap lumpur-lumpur kecil yang masih
melayang di air.
5
1.5 Ruang Lingkup Magang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Samarinda terdiri dari 11
instalasi Pengolahan Air (IPA) diantaranya, yaitu :
1. Unit 1 Instalasi Pengolahan Air Cendana
2. Unit 2 Instalasi Pengolahan Air Tirta Kencana
3. Unit 3 Instalasi Pengolahan Air Seberang
4. Instalasi Pengolahan Air Selili
5. Instalasi Pengolahan Air Palaran
6. Instalasi Pengolahan Air Gunung Lipan
7. Instalasi Pengolahan Air Loa Bakung
8. Instalasi Pengolahan Air Gunung Lingai
9. Instalasi Pengolahan Air Bengkuring
10. Instalasi Pengolahan Air Pulau Atas
11. Instalasi Pengolahan Air Bendang
12. Instalasi Pengolahan Air Lempake
13. Instalasi Pengolahan Air Bukuan
6
BAB II
TATA LETAK PABRIK, ORGANISASI DAN SEGI EKONOMIS
PERUSAHAAN
7
b. Unit 2 Instalasi Pengolahan Air Tirta Kencana
c. Unit 3 Instalasi Pengolahan Air Seberang
d. Instalasi Pengolahan Air Selili
e. Instalasi Pengolahan Air Palaran
f. Instalasi Pengolahan Air Gunung Lipan
g. Instalasi Pengolahan Air Loa Bakung
h. Instalasi Pengolahan Air Gunung Lingai
i. Instalasi Pengolahan Air Bengkuring
j. Instalasi Pengolahan Air Pulau Atas
k. Instalasi Pengolahan Air Bendang
l. Instalasi Pengolahan Air Lempake
m. Instalasi Pengolahan Air Bukuan
8
Gambar 2.Struktur Organisasi PDAM Samarinda
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap bagian bidang mempunyai
fungsi dan wewenangnya sebagai berikut :
1. Bidang Pengawas
a. Membantu Direktur Utama dalam mengadakan penelitian atas sistem
pengendalian pengelolaan dan pelaksanaannya pada PDAM.
b. Mengadakan pengawasan terhadap penyelenggara tata kerja dari unit-unit
pelayanan menurut ketentuan yang berlaku.
c. Mengadakan pengawasan dan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan,
materil dan personel PDAM.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Direktur Utama sebagai
bahan dalam menentukan kebijaksanaan atau tindakan-tindakan yang
perlu diambil.
9
2. Direktur Utama
a. Mengadakan hubungan kerja sama dengan instansi yang terkait untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada
kepala daerah, terdiri atas perhitungan laba rugi, laporan keuangan dan
operasi.
c. Mengajukan rencana anggaran belanja tahunan pada badan pengawas
agar program PDAM tahun ini dan yang akan datang dalam bidang
keuangan dan operasi dapat mencapai sesuai dengan program Pemerintah
Daerah dan Pusat.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Badan Pengawas sebagai
bahan pengambil keputusan.
3. Direktur Bagian Umum
Mengendalikan kegiatan bidang administrasi dan umum, keuangan,
kepegawaian dan pelayanan langganan, mengawasi dan menilai
pengamanan terhadap seluruh aktivitas perusahaan.
4. Direktur Bidang Teknik
Mengendalikan kebijakan umum teknik, membuat perencanaan desain
proyek, program kerja, pengadaan dan pemeriksaan proyek-proyek yang
dilaksanakan oleh PDAM.
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Bahan
3.1.1 Bahan Utama
PDAM Samarinda merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak
di bidang pengolahan dan pendistribusian air bersih. Air baku yang diambil
adalah air yang berasal dari sungai mahakam. Bagian pertama masuknya air
baku disebut sebagai intake. Air baku dipompa dengan debit 300 L/s dan
dengan volume > 800.000 m3.
A. Bahan Koagulasi
Al2(SO4)3 (Alumunium Sulfat) merupakan bahan koagulasi yang biasa
digunakan karena efektif untuk melarutkan kadar karbonat, berfungsi
sebagai pembentuk flok (sebagai koagulan), ekonomis (murah), dan
mudah didapat dipasaran. Alumunium Sulfat terdapat dalam bentuk
serbuk, kristal (putih abu-abuan), dan koral atau padat ukuran 5-15 cm.
Sifat Alumunium Sulfat mudah larut dalam air secara sempurna (daya
larut 500 gr/L).
B. Bahan Desinfektan
1. CaCOCl2 (calcium hypoclorit atau kaporit)
Nama dagang: kaporit
Kaporit yang diperdagangkan atau dipasarkan mengandung 60-70 %
calcium hypoclorit, sisanya kalsium karbonat.
Sifat: mudah larut sempurna dalam air, larutan bersifat korosif, bila
kontak dengan bagian tubuh terasa sakit atau perih, cara mengatasinya
adalah dengan menyiram air pada bagian tubuh yang terkena.
2. Gas khlor (klorida, Cl2)
Sifat-sifatnya:
- Dalam keadaan gas berwarna kuning kehijauan
- Dalam keadaan cair berwarna batu ambar.
11
- Khlor cair mudah menguap
- Daya larut gas khor 0,7293 gr/ 100 gr air.
- Gas khlor dengan konsentrasi 3-5 ppm diudara sudah tercium.
- Gas khlor menyebabkan rasa pedas pada kulit,
Perbandingan berat:
- Gas khlor 2,48 kali lebih berat dari udara.
- Khlor cair 1,44 kali lebih berat dari air.
Gas khlor lebih menguntungkan daripada kaporit. Dari segi harga
khlor lebih murah dari kaporit dan penggunaannya lebih mudah
dibanding kaporit, jika hanya tabung gas khlor yang bocor maka akan
menyebabkan kematian bagi yang menghirupnya.
C. Bahan Netralisasi
1. Na2CO3 ( soda ash atau soda abu)
Bentuknya seperti kapur dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
jadi pengolahan sama dengan kaporit.
2. Gas khlor (klorida, Cl2)
Sifat-sifatnya:
- Dalam keadaan gas berwarna kuning kehijauan
- Dalam keadaan cair berwarna batu ambar.
- Khlor cair mudah menguap
- Daya larut gas khor 0,7293 gr/ 100 gr air.
- Gas khlor dengan konsentrasi 3-5 ppm diudara sudah tercium.
- Gas khlor menyebabkan rasa pedas pada kulit,
Perbandingan berat:
- Gas khlor 2,48 kali lebih berat dari udara.
- Khlor cair 1,44 kali lebih berat dari air.
Gas khlor lebih menguntungkan daripada kaporit. Dari segi harga
khlor lebih murah dari kaporit dan penggunaannya lebih mudah
dibanding kaporit, jika hanya tabung gas khlor yang bocor maka akan
menyebabkan kematian bagi yang menghirupnya.
12
3.2 Sistem Proses
Proses pengolahan air pada IPA Gunung Lipan Samarinda adalah sebagai
berikut :
Air Baku
Dikembalikan ke
sungai
Bak Penenang
IPAL
Koagulasi /
Flokulasi Pembubuhan Tawas
13
3.2.1 Intake
15
koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Air
yang berasal dari bak penenang selanjutnya dialirkan menuju bak splitter
box. Pada bangunan splitter box akan terjadi proses koagulasi dimana dalam
sistem ini air baku akan diaduk dengan cepat sambil diinjeksikan dengan
larutan bahan kimia penjernih air (tawas) dengan kosentrasi 1% dan dosis
tertentu agar tercampur secara merata.
16
3.2.4 Sedimentasi
17
3.2.5 Filtrasi
18
Gambar 11.Saringan Pasir Cepat
Operasi filter dengan jenis saringan pasir cepat dapat dijelaskan
melalui ilustrasi berikut. Pada saat filtrasi, air mengalir melalui valve A,
mengalir ke arah bawah, melalui sistem underdrain, dan valve B. Valve-
valve lain dalam keadaan tertutup. Karena pemampatan oleh materi
pengotor, maka tahanan aliran semakin besar, energi tambahan yang
dibutuhkan dikompensasi oleh bukaan valve yang diatur dengan alat kontrol
aliran, sehingga kecepatan filtrasi relatif konstan.
Jika bukaan alat kontrol aliran tersebut telah tercapai, maka operasi
filter harus dihentikan, dan operasi pemeliharaan harus dilakukan. Valve A
tertutup, sementara valve B dibiarkan terbuka selama beberapa saat untuk
memberikan kesempatan sisa supernatan tersaring terlebih dahulu, setelah
itu valve B juga ditutup. Kemudian valve D dibuka sehingga sisa supernatan
akan keluar melalui saluran air pencuci. Air pencuci dialirkan dengan
membuka valve E, sehingga gerakan keatas air akan menyebabkan lapisan
pasir terekspansi dan kotoran penyumbat ikut terlepas. Air cucian pun akan
mengalir melalui valve D. Setelah pembersihan dianggap mencukupi, valve
D dan E kemudian ditutup, dan valve A dibuka. Untuk menghindari
19
pengotor yang tersisa, terutama yang terakumulasi di bagian dasar lapisan
filter, maka air olahan awal biasanya dibuang melalui valve C selama 10-20
menit pertama. Setelah kualitas air kembali normal, valve C ditutup dan
valve B kembali dibuka.
Kadangkala pada praktiknya dilapangan, kombinasi pembersihan
backwash dengan bantuan udara diterapkan, hal ini dilakukan jika
pembersihan dengan backwash tidak begitu memuaskan, ditandai dengan
pendeknya waktu operasi filter setalah backwash (jarak waktu antar
backwash sangat sempit).
20
3.2.6 Reservoir
3.2.8 Distribusi
Air dialirkan ke rumah konsumen menggunakan pipa. Air yang
didistribusikan merupakan air bersih yang layak digunakan karena telah
melewati beberapa tahap penjernihan air.
22
3.3 Sistem Pemproses dan Instrumentasi
3.3.1 Bak Pengaduk Cepat dan Bak Pengaduk Lambat
Bak pengaduk cepat adalah tempat terjadinya proses pencampuran
koagulasi dengan partikel-partikel tersuspensi sehingga terjadi proses
flokulasi yang memungkinkan flok-flok mengendap. Bak pengaduk lambat
adalah tempat terjadinya proses pembentukan flok yang merupakan
penggabungan partikel-partikel tersuspensi dengan bantuan koagulan.
Proses koagulasi dan flokulasi dipengaruhi oleh muatan listrik partikel
kapasitas muatan ion, ukuran dan konsentrasi, pH, temperature dan
konsentrasi elektrolit.
Ada dua cara pengadukan yang digunakan dalam bak pengaduk yaitu:
a. Secara mekanis: motor dengan alat pengaduk baling-baling
b. Secara hidrolis: penerjunan air (waterfall)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan bak
pengaduk:
a. Jumlah bak minimum 2 buah
b. Titik pembubuhan alum harus ada diujung aliran masuk
Adapun peralatan atau bagian dari bak pengaduk yaitu:
a. Bila pengadukan secara mekanis
Saluran masuk (inlet)
Ruang pengaduk
Sumber tenaga dan motor
Pengaduk (baling-baling)
b. Bila pengadukan secara hidrolis
Saluran masuk (inlet)
Saluran keluar
3.3.2 Filter
Filter merupakan suatu alat yang berfungi untuk menjernihkan air,
memurnikan air atau menyaring air. Air dari fulsator masuk ke filter untuk
disaring. Setelah disaring, air akan masuk ke gallery dan ditampung di
dalam reservoir.
23
Setelah filter digunakan, filter akan mengalami penyumbatan sehingga
dilakukan pembersihan dengan pencucian menggunakan udara dan
pencucian dengan air (pencucian permukaan filter dengan backwash).
Indikator bahwa filter sudah memerlukan pencucian adalah sebagai berikut:
1. Air yang keluar (filtrat) debitnya tidak normal (lebih kecil) misal: 80%
hal tersebut biasa dilihat dari alat ukur debit atau secara visual kecepatan
efisiensi dan efektifitas proses penyaringan.
2. Sudah terdapat lapisan kotoran dibagian teratas dari media penyaring.
Hal ini akan mengurangi efisiensi dan efektifitas proses penyaringan.
3. Bila ada head loss meter dapat menunjukkan angka lebih besar dari
biasanya.
3.3.3 Pompa
Pompa adalah mesin untuk menggerakkan fluida. Pompa
menggerakkan fluida dari tempat bertekanan rendah ke tempat dengan
tekanan tinggi, untuk mengatasi perbedaan tekanan ini maka diperlukan
energi.
Jenis pompa yang banyak digunakan adalah jenis putar (pompa
sentrifugal), pompa diffuser atau pompa turbin meliputi pompa turbin untuk
sumur.
3.3.4 Saturator
Saturator adalah sebuah tabung besar yang merupakan terminal
larutan kapur untuk diinjeksikan ke air hasil olahan. Air kapur dari saturator
ini juga masih membawa partikel kapur yang luput mengendap ke dalam
resevoir.
3.3.5 Blower
Blower merupakan mesin atau alat yang digunakan untuk menaikkan
atau memperbesar tekanan udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu
ruangan tertentu juga sebagai pengisapan atau pemvakuman udara atau gas
tertentu. Di industri-industri kimia, alat ini biasanya digunakan untuk
24
mensirkulasikan gas-gas tertentu didalam tahap proses-proses secara
kimiawi yang dikenal dengan nama booster atau circulator.
3.4 Produk
Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan air pada IPA Gunung Lipan
adalah berupa air bersih dengan kualitas air yang memicu pada PERMENKES RI
No : 429/MENKES/PER/IV/2010, yaitu :
- Kekeruhan maksimal 5 NTU
- pH minimal 6,5 dan maksimal 8,5
- Sisa klor di pelanggan minimal 0,2 mg/L
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Samarinda adalah suatu Badan
Usaha Pemerintah Daerah di bidang pelayanan jasa, pelayanan air minum
yang memenuhi syarat sesuai dengan PERMENKES RI No :
429/MENKES/PER/IV/2010.
2. Proses pengolahan air pada PDAM Samarinda unit 6 IPA Gunung Lipan terdiri
atas :
- pengendapan awal
- koagulasi dan flokulasi
- sedimentasi
- filtrasi
- reservoir
4.2 Saran
Untuk tetap dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat,
sebaiknya PDAM Samarinda terus meningkatkan mutu pelayanannya dengan
mempertahankan kualitas air yang memenuhi syarat sesuai ketentuan.
26
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui kerja
dari filter dalam pengolahan air bersih serta mengevaluasi kerja filter.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
28
Pada proses penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan
tersaring pada media pasir, sedangkan bakteri dan bahan koloid yang
berukuran lebih kecil tidak tersaring seluruhnya. Ruang antara butiran
berfungsi sebagai sedimentasi dimana butiran terlarut mengendap. Bahan-
bahan koloid yang terlarut kemungkinan akan ditangkap karena adanya gaya
elektrokinetik. Banyak bahan-bahan yang terlarut tidak dapat membentuk
flok dan pengendapan gumpalan-gumpalan masuk ke dalam filter dan
tersaring. Setelah filter digunakan beberapa saat, filter akan mengalami
penyumbatan. Untuk itu perlu dilakukan pembersihan, yaitu pencucian
dengan udara dan pencucian dengan air (pencucian permukaan filter dengan
penyemprotan dan pencucian dengan backwash).
Jenis saringan pasir yang sering digunakan :
1. Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat adalah saringan pasir yang mempunyai kerja
mengolah air baku secara gravitasi melalui lapisan pasir sebagai media
penyaringan. Kecepatan penyaringan berkisar antara 0,1 – 0,4 m³/jam.
Proses penyaringan dapat berjalan baik apabila tinggi pasir penyaring
minimal 70 cm, karena aktifitas mikroorganisme terjadi di lapisan
sampai 30 – 40 cm di bawah permukaan. Mikroorganisme ini berfungsi
menghancurkan zat organik sewaktu air mengalir melewati pasir
tersebut. Ketebalan pasir di bawahnya lagi berfungsi sebagai saringan
zat kimia, karena disini terjadi proses kimiawi. Diameter pasir berkisar
antara 0,2 -0,3 mm, dapat menyaring telur cacing, kista amoeba, larva
cacing, dan bakteri.
2. Saringan Pasir Cepat
Saringan pasir cepat juga bekerja atas dasar gaya gravitasi melalui pasir
berdiameter 0,2 – 2,0 mm, dan kerikil berdiameter 25– 50 mm,
kecepatan filtrasi 100- 125 m/hari. Tebal pasir efektif sekitar 80 – 120
cm. Saringan pasir cepat ini dapat menyaring telur cacing, kista
amoeba, larva cacing. Pasir cepat ini juga bisa digunakan untuk
mengurangi Fe dan Mn.
29
B. Sedimentasi atau Pengendapan
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel padat yang
tersusupensi dalam cairan atau zat cair dengan menggunakan pengaruh
gravitasi atau gaya berat secara alami. Kegunaan sedimentasi untuk
mereduksi bahan-bahan yang tersuspensi pada air dan kandungan organisme
tertentu di dalam air. Ada dua jenis pengendapan yaitu Discrete Settling dan
Flocelent Settling. Discrete Settling terjadi apabila proses pengendapan
suatu partikel tidak terpenuhi oleh proses pengelompokkan partikel
sehingga kecepatan endapannya akan konstan. Flocelent Settling
dipengaruhi oleh pengelompokkan partikel sehingga kecepatan
pengendapan yang dimiliki berubah semakin besar.
Proses sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Diameter butiran
b. Berat jenis butiran
c. Berat jenis zat cair
d. Kekeruhan cairan
e. Kecepatan aliran.
30
Kestabilan koloid dapat dikurangi dengan proses koagulasi (proses
destabilisasi) melalui penambahan bahan kimia dengan muatan berlawanan.
Terjadinya muatan pada partikel menyebabkan antar partikel yang
berlawanan cenderung bergabung membentuk inti flok. Proses koagulasi
selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan intiflok atau flok
kecil menjadi flok yang berukuran besar. Proses koagulasi-flokulasi terjadi
pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat,
dibubuhkan bahan kimia (disebut koagulan). Pengadukan cepat
dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat tercampur secara
merata/ homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok
yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum
adalah aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-
pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang
cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi koagulasi dan
flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH,
komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi serta dosis koagulan.
B. Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-
partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan
dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Proses flokulasi adalah
proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi
flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok). Flok-flok kecil yang
sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari
suspended solids, pH, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan
lamanya pengadukan. Beberapa tipe flokulator adalah channel floculator
(buffle channel horizontal, buffle channel vertikal, buffle channelvertikal
dengan diputar, melalui plat berlubang, dalam Cone, dan dengan pulsator),
pengadukan secara mekanik, pengadukan melalui media, pengadukan secara
pneumatic (dengan udara).
31
C. Aerasi
Aerasi dalah proses pengolahan air dengan mengontakkan air dengan
udara yang bertujuan untuk menyisihkan gas yang terlarut di air permukaan
atau untuk menambah oksigen ke air untuk mengubah substansi yang di
permukaan menjadi suatu oksida. Dalam keadaan teroksidasi, besi dan
mangan terlarut di air. Bentuk senyawa dengan larutan ion, keduanya
terlarut pada bilangan oksidasi +2, yaitu Fe+2 dan Mn+2. Ketika kontak
dengan oksigen atau oksidator lain, besi dan mangan akan teroksidasi
menjadi valensi yang lebih tinggi, bentuk ion kompleks baru yang tidak
larut ke tingkat yang cukup besar. Oleh karena itu, mangan dan besi
dihilangkan dengan pengendapan setelah aerasi. Reaksinya dapat ditulis
sebagai berikut:
4 Fe+2 + O2 + 10 H2O 4Fe(OH)3 ¯ + 8 H+
2 Mn+2 + O2 + 2 H2O 2MnO2 ¯ + 4 H+
Ada empat tipe aerator yang sering digunakan, yaitu gravity aerator,
spray aerator, air diffuser, dan mechanical aerator. Fungsi dari proses aerasi
adalah menyisihkan methana (CH4), menyisihkan karbon dioksida (CO2),
menyisihkan H2S, menyisihkan bau dan rasa, menyisihkan gas-gas lain.
2.4 Filtrasi
Filtrasi adalah proses pengolahan air dimana air baku yang akan diolah
dilewatkan melalui lapisan media berpori. Selama perjalanan melalui media
berpori tersebut, kualitas air akan membaik yakni dengan berkurangnya jumlah
materi tersuspensi dan koloid, berkurangnya jumlah mikroorganisme, dan lain-
lain. Pada prinsipnya, media berpori dapat berupa apapun asalkan merupakan
bahan yang stabil, seperti lapisan pasir, kerakal, antrasit, gelas, silinder, dan lain-
lain.
Bahan-bahan pengotor yang dipisahkan dari air akan terakumulasi pada
bagian berpori lapisan media tersebut. Dengan demikian ruang efektif pori-pori
akan terus berkurang sehingga tahanan (atau kehilangan tekan) melalui media
tersebut meningkat, dan akhirnya efisiensi proses filtrasi akan berkurang. Setelah
33
beberapa lama, kehilangan tekan tersebut akan sangat besar mengakibatkan
naiknya muka air diatas filter dan/atau menurunnya kualitas air olahan sehingga
operasi pembersihan harus dilakukan. Berdasarkan interval waktu pembersihan
dan metode pembersihannya, maka secara garis besar filtrasi dibagi menjadi 2
golongan umum, saringan pasir lambat (slow sand filter –SSF) dan saringan pasir
cepat (rapid sand filter – RSF). Selain kedua hal diatas, kedua jenis filtrasi
tersebut juga sangat jauh berbeda dari segi kecepatan filtrasinya, yakni jumlah air
yang dihasilkan per satuan luas dan waktu.
34
terjadi dapat diatasi dengan mengeruk lapisan atas media tersebut sekitar satu
hingga beberapa sentimeter, proses ini dinamakan scrapping.
RSF pertama kali digunakan di USA (Somerville) tahun 1885 dan Eropa
tahun 1895 di perusahaan air minum Zurich (Swiss). Filter jenis ini dibuat sebagai
filter terendam dengan muka air bebas yang mengalirkan air melalui media filtrasi
dengan bantuan gravitasi. Kebanyakan RSF masih dibuat seperti ini, akan tetapi
pada perkembangannya selama 100 tahun terakhir beberapa bentuk lain seperti
pressure filter, RSF upflow, multi-media filter, dan dry filter telah dioperasikan.
35
Gambar 15. Pressure Filter
Salah satu kerugian filtrasi downflow (aliran air ke arah bawah) adalah
terjadinya gradasi ukuran butir. Dengan demikian pasir berukuran halus akan
terakumulasi diatas lapisan media dan yang kasar akan berada di bawah. Dengan
demikian, air baku akan kontak terlebih dahulu dengan material halus yang sangat
mudah mengalami clogging, hingga headloss menjadi demikian besar dan waktu
operasi filter menjadi pendek.
Kerugian ini dapat dikurangi dengan penggunaan material filter yang
seragam, dengan koefisien keseragaman (uniformity coefficient – d60/d10) kurang
dari 1.2 – 1.3. Material dengan ukuran seragam tersebut bisa jadi sedikit lebih
mahal dari material biasa. Material dengan ukuran tidak seragam di satu sisi
memberikan keuntungan untuk aliran upflow (Gambar 3), dimana air baku
melewati bagian berukuran kasar terlebih dahulu, dengan demikian kenaikan
headloss tidak begitu besar pada awal filtrasi sehingga waktu operasi filter pun
tidak terganggu.
36
Gambar 16.Unit filtrasi dengan aliran keatas (upflow)
37
Operasi backwash ditandai dengan jumlah ekspansi (E) lapisan pasir yang
dicapai. Berikut ilustrasi proses backwash dan hubungan antara ketebalan media,
ketebalan media terekspansi, dan headloss pada media diilustrasikan dalam
gambar berikut.
2.7 Turbiditas
Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang
dihasilkan karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi
yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa
lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid, dan sebagainya.
Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar
sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air.
Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara
visual, sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air
serta peraba pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin
dan lain sebagainya dapat dideteksi oleh lidah (indera perasa)
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan
tetapi juga menyebabkan air tidak produktif, karena menghalangi masuknya sinar
matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu
banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna
dan kotor.
38
Menurut Nybakken (1992) dalam Siagian (2009), menyatakan bahwa
adanya zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada
perairan tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal
penurunan cahaya yang mencolok.
Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan
kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh
ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam
perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan
fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada
ekosistem perairan juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan
organisme perairan. Apabila kekeruhan semakin tinggi maka sebagian materi
terlarut tersebut akan menempel pada bagian rambut-rambut insang sehingga
kemampuan insang untuk mengambil oksigen terlarut menjadi menurun, bahkan
pada tingkat kekeruhan tertentu dapat menyebabkan insang tidak dapat berfungsi
dan menyebabkan kematian.
2.8 Turbidimeter
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan,
yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah
satu parameter mutuyang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-
kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang
tidak ada, padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu,
untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Ada
beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, pertama dengan ukuran redaman
(pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati kolom sampel air, Kekeruhan
diukur dengan cara ini menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup
detektor ke sisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut
Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan
laut dapat diukur dengan menggunakan Secchi disk (Keping Secchi).
39
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan,
yaitu :
a. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang.
b. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak
tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
c. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall
meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang
pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.
b. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut, adalah parameter kimia air yang terpenting didalam
akuakultur. Kandungan oksigen yang rendah akan mengakibatkan kematian
40
ikan yang banyak, secara langsung atau tidak langsung, Seperti juga manusia,
ikan memerlukan oksigen untuk proses respirasi (bernafas). Jumlah oksigen
yang diperlukan oleh ikan adalah bergantung kepada size (ukuran), kadar
makan, tahap aktivitas, dan juga suhu. Anak ikan atau benih memerlukan
jumlah oksigen yang lebih dibandingkan dengan ikan yang lebih besar, kerana
kadar metabolik anak ikan lebih tinggi.Untuk mendapatkan kadar
pertumbesaran ikan yang tinggi, ikan harus dipelihara pada kandungan oksigen
yang optimal. Sebagai panduan kandungan oksigen didalam air minimal 5
mg/l. Kandungan oksigen yang kurang dari 5 mg/l akan menyebabkan ikan
merasa tertekan, dan pada kandungan oksigen < 2 mg/l pula dapat
menyebabkan kematian ikan. Walau bagaimanapun harus diingat, terdapat juga
jenis-jenis ikan yang tidak memerlukan kandungan oksigen yang tinggi,
contohnya ikan Keli.Seperti yang diketahui bukan hanya ikan yang
memerlukan oksigen, tetapi juga bakteri memerlukan jumlah oksigen yang
besar, Ketika terjadi Dekomposisi (penguraian) bahan-bahan organik (terdiri
dari algae, bakteria, dan bahan buangan ikan) adalah merupakan proses yang
utama menggunakan oksigen didalam sistem akuakultur.
c. Karbondioksida (CO2)
Jumlah kandungan CO2 pada tahap 10 mg/l masih tidak mendatangkan kesan
kepada kehidupan ikan jika pada masa yang sama kandungan oksigen didalam
air yang tinggi. Air kolam yang yang mempunyai kadar penebaran ikan yang
normal, selalu mempunyai kandungan CO2 sekitar <5 mg/l. Bagi kolam yang
mempunyai kepadatan yang tinggi, misalnya bagi ternakan secara intensif,
kandungan CO2 adalah pada tahap antara 0 mg/l pada sebelah tengah hari dan 5
- 15 mg/l pada waktu subuh Tahap kandungan CO2> 20 mg/l akan
mendatangkan masalah kepada ikan.
Ada dua cara yang dapat diamalkan untuk mengurangkan kandungan CO2.
Cara yang paling mudah adalah dengan memberikan pengudaraan "aeration".
Dengan cara ini CO2 boleh dibebaskan ke udara. Cara kedua adalah dengan
menambah bahan yang terdiri dari "carbonate", contohnya CaCO3 atau
Na2CO3. Cara ini akan menghilangkan CO2 dari air dan menyimpannya
41
didalam bentuk penampan "bicarbonate" atau "carbonate". Kita akan sentuh
perkara ini didalam perkara berkaitan dengan alkalinitas. (Benefield, Lary D.,
Joseph F.,& Barron L. Weand. 1982).
42
BAB III
PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS
3.1 Alat
1. Alat Analisa NTU
2. Saringan pasir cepat (rapid sand filter – RSF)
3. Botol sampel
3.2 Bahan-bahan
1. Air sebelum masuk Filter
2. Air di galery
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekeruhan ( NTU) pH
NO. Tanggal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 8 Februari 2019 2,68 2,50 5,60 6,15
2. 11 Februari 2019 1,84 0,52 5,80 5,20
3. 13 Februari 2019 1,94 1,48 6,00 6,00
4. 15 Februari 2019 2,32 1,89 5,80 5,80
5. 18 Februari 2019 2,42 1,74 5,80 5,80
6. 20 Februari 2019 3,85 0,36 5,70 5,70
7. 22 Februari 2019 2,50 2,36 5,90 5,90
8. 25 Februari 2019 1,40 0,80 5,60 5,60
9. 27 Februari 2019 2,13 1,80 5,40 5,50
10. 1 Maret 2019 2,51 2,41 5,30 5,40
11. 4 Maret 2019 2,64 2,59 6,00 6,00
12. 6 Maret 2019 2,56 2,35 5,80 5,90
13. 8 Maret 2019 2,65 2,45 5,80 5,80
14. 11 Maret 2019 2,48 2,25 6,20 6,30
15. 13 Maret 2019 2,60 2,40 5,30 5,40
4.2 Pembahasan
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui kerja dari filter dalam
pengolahan air bersih serta mengevaluasi kerja filter pada IPA Gunung Lipan.
Sampel yang digunakan berupa air sebelum masuk filter dan air sesudah di filter
(galery) pada PDAM Unit IPA Gunung Lipan.
Filtrasi merupakan pengolahan air dimana air baku yang akan diolah
dilewatkan melalui lapisan media berpori. Selama perjalanan melalui media
berpori tersebut, kualitas air akan membaik yakni dengan berkurangnya jumlah
materi tersuspensi dan koloid, berkurangnya jumlah mikroorganisme, dan lain-
44
lain. Flok-flok yang dipisahkan dari air akan terakumulasi pada bagian berpori
lapisan media tersebut. Dengan demikian ruang efektif pori-pori akan terus
berkurang sehingga tahanan (atau kehilangan tekan) melalui media tersebut
meningkat, dan akhirnya efisiensi proses filtrasi akan berkurang, yang dapat
menyebabkan menurunnya kualitas air olahan sehingga operasi pembersihan
harus dilakukan sekali dalam sehari atau beberpa hari.
Filter yang digunakan pada PDAM unit IPA Gunung Lipan Samarinda
adalah saringan pasir cepat (rapid sand filter – RSF) dimana air melewati lapisan
berpori berukuran medium menuju kasar dengan kecepatan filtrasi yang tinggi,
dimana ukuran diameter pasir efektif beragam antara 0.5 s/d 2 mm, dan kecepatan
filtrasi yang umumnya diterapkan antara 1.5 s/d 3 mm/s. Kecepatan filtrasi ini
begitu besar hingga filter akan mampat (clogging) dalam waktu yang relatif
singkat, sehingga membutuhkan operasi pembersihan sekali dalam satu atau
beberapa hari dan kecepatan filtrasi ini juga menyebabkan lapisan bakteri yang
berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk sehingga
membutuhkan proses desinfeksi yang lebih intensif. Penggunaan pasir dengan
diameter medium s/d kasar, menyebabkan materi pengotor akan masuk ke
kedalaman lapisan pasir tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pembersihan filter
hanya mungkin dilakukan dengan cara backwash, dimana arah aliran dibalikkan
sehingga media pasir tersebut terekspansi dan teraduk sedemikian sehingga
pengotor yang terakumulasi dan menempel di dalam lapisan akan terangkat.
Dapat dilihat dari data pengamatan Tabel 2 yang dilakukan selama periode
Februari-Maret 2019, dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan pada Air di Galery
(Tempat Penampungan Air Setelah Filtrasi) lebih kecil dibandingkan dengan nilai
kekeruhan pada Air setelah Sedimentasi. Hal ini menunjukkan bahwa kerja filter
pada PDAM Unit IPA Gunung Lipan Samarinda bekerja dengan baik dan sesuai
dengan teori filtrasi yang mengatakan bahwa selama perjalanan melalui media
berpori kualitas air akan membaik yakni dengan berkurangnya jumlah materi
tersuspensi dan koloid.
Dari hasil data yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan rata –
rata pada IPA Gunung Lipan setelah proses filtrasi memiliki nilai kekeruhan
dibawah 5 NTU serta nilai pH rata–rata sebesar (5,2 – 6,3), pH yang rendah
45
disebabkan penambahan soda abu terjadi pada saat air akan dialirkan ke reservoir,
maka dapat di simpulkan bahwa air hasil pengolahan IPA Gunung Lipan telah
memenuhi standar produk yang telah ditentukan sehingga layak untuk
dikonsumsi.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan dari penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui kerja
dari filter dalam pengolahan air bersih serta mengevaluasi kerja filter sehingga
dapat disimpulkan nilai kekeruhan pada periode Februari-Maret 2019 pada air di
Galery lebih kecil daripada air sebelum masuk Filter, Hal ini menunjukkan bahwa
filter bekerja dengan baik.
5.2 Saran
1. Perhatikan kebersihan dan kinerja pada filter.
2. Perhatikan alat-alat dalam penunjang kinerja filter
3. Peremejaan kondisi keadaan filter yang telah ada sehingga tidak mengganggu
kelancaran air menuju reservoit
.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
49
Pengecekan pH Sampel
50