PENDAHULUAN
Sistem pneumatik ini biasa diaplikasikan pada mesin – mesin industri. Dikarenakan
kurangnya daya/kekuatan mekanik dari pneumatik. Maka pneumatik ini hanya bisa
diaplikasikan pada mesin – mesin yang tidak terlalu membutuhkan tenaga mekanik yang
kuat (mesin-mesin bertenaga ringan) dalam pengoperasiannya. Sedangkan untuk mesin-
mesin yang membutuhkan tenaga mekanik yang kuat harus menggunakan sistem hidrolik
Kompresor unit adalah pembangkit udara tekan. Unit ini terdiri atas motor listrik,
kompresor dan bejana tekan yang dilengkapi manometer untuk memonitor keadaan tekanan
bejana. Selain berfungsi sebagai reservoir udara tekan bejana juga berfungsi sebagai
pemisah antara uap air dan udara.
Symbol filter
Oil sprayer
e. Manometer
Symbol manometer
Oil sprayer
1.2.7 Aplikasi pneumatic valve:
Untuk sistem dengan beban kecil dan dengan kecepatan gerak yang besar
Keuntungan, yaitu :
Kerugian, yaitu :
- Jika bocor maka terjadi penurunan tenaga yang sangat berarti bagi sistem .
· Daya mekanik yang dihasilkan kecil
· Membutuhkan perawatan yang lebih tinggi, karena udara sebagai penggeraknya
biasanya kotor dan mengandung air sehingga gesekan antara piston cylinder dan
rumah cylinder besar dan mempercepat kerusakan pada air cylinder.
y-
H
Keterangan gambar :
y = sinyal pengukuran
u = sinyal kendali
H = transmiter
Pada praktikum ini yang digunakan sebagai sistem adalah tangki proses , tangki akan
diberi aliran dengan fluida hingga mencapai level tertentu, ketika fluida tersebut menyentuh
sensor maka akan dibaca oleh sensor yang telah diatur nilai acuannya, yaitu berapa level fluida
yang dibutuhkan, ketika level melebihi nilai acuan maka sensor akan mengirim sinyal listrik ke
transmitter untuk diubah menjadi sinyal standar. Kemudian sinyal akan dikirim ke pc untuk
dibandingkan dengan nilai acuan. Apabila terdapat eror maka pc akan mengirimkan sinyal
kendali ke unit kendali akhir yaitu pneumatic valve, maka pneumatic valve akan menutup agar
level tangki tidak melebihi dari nilai acuan.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Proprotional Band
1. Memasang selang penghubung dari out put SOL 1 ke konektor yg terdapat pada
bagian atas tangki proses.
2. Setelah menghidupkan komputer, mengklik “Start”
3. Memilih program PCT 40 dan memilih “section 1 : level Control (inflow)” lalu
“load”
4. Mengklik “control” dan mengeset
Sampling : automatic
Setpoint : 100 mm
Proposional band : 15, 12
Integral time :0s
Derivative time :0s
5. Mengklik apply lalu mengklik OK
6. Klik SOL 3 untuk membuka valve
7. Mengklikikon GO untuk memulai percobaan
8. Menunggu sampai kurva stabil atau paling lama 15 menit lalu mengklik ikon
STOP untuk menghentikan proses pengambilan data
9. Simpan data dengan mengklik save as, ganti nama dan ubah type file dengan xls
Integral Time
1. Klik icon new pada layar
2. Mengklik “control” dan mengeset
Sampling : automatic
Setpoint : 100 mm
Propotional band : 12
Integral time : 60 s, 125 s,
Derivative time :0s
3. Mengklik apply lalu mengklik OK
4. Klik SOL 3 untuk membuka valve
5. Mengklik ikon GO untuk memulai percobaan
6. Menunggu sampai 15 menit lalu mengklikikon STOP untuk menghentikan
proses pengambilan data
7. Simpan data dengan mengklik save as, ganti nama dan ubah type file dengan xls
Derivatif Time
1. Klik icon new padalayar
2. Mengklik “control” dan mengeset
Sampling : automatic
Setpoint : 100 mm
Proposional band : 12
Integral time : 125 s
Derivative time : 6 s, 8 s
3. Mengklik apply lalu mengklik OK
4. Mengklik ikon GO untuk memulai percobaan
5. Klik SOL 3 untuk membuka valve
6. Menunggu sampai 15 menit lalu mengklik ikon STOP untuk menghentikan
proses pengambilan data
7. Simpan data dengan mengklik save as, ganti nama dan ubah type file dengan xls
BAB III
3.1 Data
Terlampir
120
100
80
level
60 PB 12
PB 15
40
set point
20
0
0 50 100 150 200
Waktu
Pengendalian proportional ini menghasilkan sinyal kendali yang besarnya sebanding dengan
sinyal galat (error). Pada percobaan ini digunakan 2 variasi dari proportional band yaitu 12%
dan 15% , penggunaan 2 variasi ini bertujuan untuk mencari proportional yang baik dan optimal
untuk digunakan dan membandingkan praktikum yang telah dilakukan apakah sesuai dengan
teori. Dapat dilihat pada grafik 1 proportional band 12% memiliki error yang lebih kecil
dibandingkan dengan proportional band 15%, dapat dilihat dari selisih antara setpoint dengan
proses variable. Respon yang dihasilkan untuk mencapai garis kemiringan atau slope pada grafik
1 lebih cepat pada proportional band 15% daripada proportional band 12%. Sehingga praktikum
ini sesuai dengan teori yaitu semakin besar nilai proportional bandnya maka error yang
dihasilkan semakin besar dan respon yang dihasilkan semakin cepat. Sehingga dipilih PB 12%
yang memiliki nilai error yang lebih kecil untuk digunakan dalam proses selanjutnya.
180
160
140
120
100
LEVEL
125 s
80
60 s
60
set point
40
20
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00
Waktu
Setelah memilih PB yang paling optimal, langkah kedua pada praktikum ini yaitu
menghilangkan atau memperkecil error yang terjadi maka ditambahkan waktu integral. Pada
praktikum ini waktu integral telah divariasikan yaitu 125 s dan 60 s . Dapat dilihat pada grafik 2
integral time 125 s memiliki error yang lebih kecil dibandingkan dengan 60 s, dilihat dari selisih
antara setpoint yaitu 100 mm dengan proses variable , stabilitas dari 125s lebih baik daripada 60s
walaupun terjadi overshoot yang besar tetapi dengan cepat mengkoreksi nilai errornya sehingga
integral time 125 s memiliki sensivitas yang baik tetapi respon yang dihasilkan untuk mencapai
garis kemiringan atau slope lebih lambat pada integral time 125 s sehingga praktikum ini sesuai
dengan teori bahwa semakin besar integral time maka error yang dihasilkan kecil tetapi respon
yang dihasilkan juga semakin lambat. Sehingga dipilih integral time 125s yang memiliki error
yang lebih kecil dan stabilitas yang baik walaupun respon yang dihasilkan lambat.
3.2.3 Karakteristik pengendalian Derivative Time
120
100
80
Level
60 D 6s
D 8s
40
set point
20
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00
Waktu
Setelah memilih integral time yang optimal , langkah ketiga yaitu memilh nilai derivative
time yang optimal dengan cara memvariaskan nilai dari derivative time yaitu 6s dan 8s.
Penambahan waktu derivative disini bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan error dan
mempercepat respon. Penambahan waktu derivative ini dapat menyebabkan sistem menjadi
peka terhadap noise seperti yang terlihat diatas. Berdasarkan grafik 3 dapat dilihat bahwa jenis D
6s yang menunjukan kondisi yang paling optimum sebab memiliki waktu respon yang cepat
dilihat dari waktu tercepat untuk mencapai garis kemiringan atau slope dan overshoot yang
paling kecil dibandingkan dengan variasi derivative 8s ,sehingga teori tidak sesuai dengan
praktikum bahwa semakin besar nilai kd maka semakin tinggi stabilitas sistem dan mengurangi
overshoot
3.2.4 Karakteristik pengendalian Proportional Integral Derivative Time
180
160
140
120
100 PB
Level
80 PI
60 PID
40 set point
20
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00
Waktu
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pengendalian Proportional memiliki respon cepat
yang dilihat dari waktu tercepat untuk mencapai garis kemiringan atau slope namun nilai
errornya besar sehingga akurasinya rendah , sedangkan setelah diberikan pengendalian integral
nilai offset turun namun efek integral menyebabkan respon sistem menjadi lambat.
Penambahan mode pengendalian derivative dimaksudkan untuk menghilangkan efek integral
sehingga respon sistem lebih cepat dan menurunkan overshoot sehingga menghilangkan offset
walaupun sistem menjadi peka terhadap noise tetapi sistem berusaha mengoreksi error hingga
akhirnya menghilangkan offset dan stabil mendekati set point hal tersebut terlihat pada PID
dengan variasi nilai PB sebesar 12%, Integral sebesar 125 s dan derivative 6 s yang dijadikan
sebagai kondisi optimum dalam pengendalian level kali ini. Sehingga praktikum yang
dilakukan sesuai dengan teori yaitu menghilangkan atau memperkecil offset dan mempercepat
respon, yaitu waktu tercepat untuk mencapai garis kemiringan atau slope.