Oleh :
Equalisasi
Proses ini dimaksudkan untuk mengontrol karakteristik limbah cair
agar supaya fluktuasi kualitasnya dapat dikurangi. Proses ini sangat
diperlukan apabila limbah cair akan mengalami proses pengolahan
berikutnya. Equalisasi dilakukan dalam suatu bak yang ukuran dan jenis
baknya sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah limbah cair yang
diolah dan variabilitas aliran limbah cair. Bak equalisasi yang digunakan
harus dapat menampung keseluruhan jadwal proses dari suatu kegiatan
produksi yang mungkin bervariasi dari segi debit limbah cair yang
dihasilkan.
Bak equalisasi ini dapat pula dipakai sebagai tempat pengkondisian
limbah cair sebelum mengalami proses pengolahan berikutnya. Secara
sistimatis, tujuan dilakukan proses di dalam bak equalisasi adalah sebagai
berikut:
Netralisasi
Beberapa limbah cair industri makanan mungkin bersifat asam atau
alkali. Kondisi ini memerlukan langkah-langkah netralisasi sebelum
limbah cair itu diijinkan untuk dibuang ke badan air atau dimasukkan ke
dalam system pengolahan berikutnya, baik secara biologi maupun kimia.
Sedimentasi
Proses sedimentasi atau pengendapan ini dimaksudkan untuk
menghilangkan atau memisahkan padatan tersuspensi dari limbah cair.
Proses ini digolongkan menjadi 3, yakni: discrete, flocculent dan zone
settling. Dalam pengendapan discrete, partikel-partikelnya berdiri sendiri
dan tidak akan berubah dalam ukuran, bentuk maupun densitas selama
proses pengendapan.
Pengendapan flocculen terjadi apabila partikel-partikel teraglomerasi
selama proses pengendapan terjadi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan dalam ukuran dan kecepatan pengendapan. Zone settling
merupakan suspensi yang terflokulasi.
Pemisah Minyak
Pemisah minyak ini menggunakan sebuah tangki. Di dalam tangki
tersebut, minyak bebas akan mengambang di permukaan membentuk suatu
lapisan yang dapat diambil atau dipisahkan.
Flotasi
Unit flotasi ini digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi,
minyak dan grease yang terkandung di dalam limbah cair serta sekaligus
untuk memisahkan dan mengkonsentrasikan sludge atau lumpur yang
terjadi. Di dalam unit flotasi ini harus dilengkapi udara tekan yang akan
menimbulkan gelembung-gelembung udara yang menuju ke permukaan.
Proses ini mengakibatkan gumpalan-gumpalan lumpur, padatan
tersuspensi, atau minyak akan terangkat dan mengambang ke permukaan,
yang selanjutnya akan dengan mudah dipisahkan. Cairan yang sudah
mempunyai kualitas yang relative baik, dapat dikeluarkan dari bagian
bawah tangki flotasi.
FeSO4.7H2O 70 – 200 4–7 Untuk limbah cair dengan alkalinitas tinggi dan rendah.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3HCl
Pengolahan Sekunder
Pada umumnya proses pengolahan sekunder terdiri dari proses
aerobik dan anaerobik, digunakan untuk mendegradasi senyawa-senyawa
organik yang terlarut di dalam limbah cair. Proses pengolahan ini
menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik yang
terkandung di dalam limbah cair. Mikroorganisme yang digunakan pada
umumnya diambil dari system yang sudah berjalan, dan dapat diambil dari
keluaran system maupun dari lumpur yang terjadi. Di dalam prakteknya,
mikroorganisme awal yang biasa disebut sebagai starter, terlebih dahulu
harus dilakukan aklimatisasi untuk mengkondisikan kebiasaan hidupnya
dengan lingkungan yang baru.
Proses Aerobik
Proses aerasi bertujuan untuk memindahkan oksigen, baik oksigen
murni maupun udara, ke dalam proses pengolahan biologis. Aerasi dapat
juga digunakan untuk “mengusir” senyawa yang mudah menguap dari
sejumlah limbah cair. Aerasi merupakan proses perpindahan (transfer)
massa antara gas (oksigen) dan cairan. Transfer oksigen ke dalam limbah
cair dipengaruhi oleh variable fisik dan kimia, antara lain;
Temperature.
Pencampuran secara turbulen.
Kedalaman limbah cair.
Karakteristik limbah cair.
Proses Anaerobik
Dekomposisi bahan organik di dalam limbah cair akan
menghasilkan gas metana dan karbon dioksida. Proses dekomposisi ini
berjalan tanpa adanya oksigen. Walaupun secara kinetika dan
keseimbangan bahan sangat mirip dengan proses aerobik, tetapi beberapa
syarat dasar perlu mendapatkan perhatian dalam merancang unit
anaerobik ini.
Pada proses ini konversi dari asam-asam organik yang akan
membentuk gas metana menghasilkan energi yang rendah. Akibat dari hal
tersebut maka hasil pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan
degradasinya juga rendah. Konversi bahan organik menjadi gas baik
metana maupun karbon dioksida dapat mencapai kisaran antara 80 sampai
90%. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, diperlukan kenaikan
temperatur. Tetapi hal ini perlu diperhitungkan dengan matang, mengingat
bahwa kenaikan temperatur ini akan menambah biaya operasional dari
penanganan limbah cair.
Keuntungan dari proses ini adalah dihasilkannya gas metana yang
merupakan bahan bakar yang dapat digunakan sebagai sumber panas.
Selain itu, keuntungan lain adalah bahwa proses ini mampu untuk
mendegradasi bahan organik yang tinggi di dalam limbah cair. Kandungan
bahan organik yang rendah tidak efisien untuk diolah secara anaerobik.
Hingga kini ada beberapa macam model digester untuk proses anaerobik,
antara lain Proses kontak secara anaerobik, Anaerobic Filter Reactor,
Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB), Fluidized Bed Reactor (FBR),
dll.
Digester untuk proses kontak secara anaerobik, dilengkapi dengan
pengaduk supaya keseluruhan isi dari digester ini teraduk secara
homogen. Gas yang dihasilkan dialirkan bersama keluaran menuju
degasifier untuk memisahkan gas dengan cairan keluaran. Cairan
kemudian ditampung di dalam tangki pengendap. Cairan bening
kemudian dikeluarkan atau diproses lanjut menggunakan unit proses lain
sesuai dengan kualitas keluaran yang dikehendaki, sedangkan lumpur
yang mengendap, yang merupakan kumpulan dari biomassa
disirkulasikan lagi ke dalam digester.
Waktu tinggal limbah cair dalam system ini antara 6 sampai 12
jam. Secara skala penuh, proses kontak ini sudah dipakai untuk mengolah
limbah cair dari perusahaan pengalengan daging dengan kondisi laju
pengumpanan sebesar 2,5 kg COD/(m3.d) pada temperatur 30 sampai 35
oC. Waktu tinggal limbah cair di dalam digester 13,3 jam, waktu tinggal
lumpur biomassa 13,3 hari. Efisiensi degradasi bahan organik sangat
baik, yaitu bisa mencapai 90%.
Digester Anaerobic Filter Reactor dilengkapi dengan media paking
untuk menempel dan bertumbuhnya mikroorganisme. Berdasarkan cara
pengoperasiannya, maka dapat dibagi menjadi 2, yaitu aliran ke atas dan
aliran ke bawah. Selain untuk menempelnya massa mikroorganisme,
media ini juga membantu mekanisme terlepasnya gas yang dihasilkan
dari limbah cairnya.
Pada digester sistem Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)
ini, limbah cair masuk ke dalam digester dari bagian bawah. Limbah cair
ini harus terdistribusi secara merata mengalir melalui massa
mikroorganisme yang sudah membentuk butiran-butiran halus. Massa
mikroorganisme ini seolah-olah membentuk “selimut” yang melayang-
layang di dalam digester. Pada permukaan digester dibuat penangkap
gas. Limbah cair terolah keluar dari bagian atas digester. Pada keluaran
ini juga dilengkapi dengan system pengendapan yang memungkinkan
endapan biomassa kembali ke dalam digester dan limbah cair terolah
dibuang ke badan air atau dilakukan pengolahan berikutnya.
Proses menggunakan UASB ini sangat rentan, pembentukan dan
keberadaan “selimut” di dalam digester harus benar-benar dijaga. Laporan
menunjukkan bahwa pemberian calsium sebanyak 150 mg/l akan
membantu proses granulasi (pembentukan butiran) dan pemberian ion
ferro pada kadar 5 sampai 10 mg/l akan mengurangi pembentukan
filamen yang dapat mencegah terbentuknya butiran-butiran biomassa.
Untuk menjaga supaya ‘selimut’ biomassa tetap dalam kondisi tersuspensi,
kecepatan aliran limbah cair dijaga pada 0,6 sampai 0,9 m/jam. Kadar
padatan di dalam “selimut” pada kondisi tersuspensi ini berkisar antara
100 sampai 150 g/l. digester ini mampu bekerja pada laju pengumpanan
sampai 96 kg COD/(m3.d).
Fluidized Bed Reactor (FBR). Pada digester ini, massa
mikroorganisme menempel pada permukaan pasir atau bahan lain seperti
sponge dan lain-lain untuk media. Supaya media tersebut dapat
terfluidisasi, maka perlu diperhitungkan kecepatan aliran dan distribusi
limbah cair dari umpan dan dari resirkulasi ke dalam digester. Konsentrasi
biomassa di dalam digester bisa sampai 30.000 mg/l. Kinerja dari unit ini
dapat mencapai 80% efisiensi pada laju pengumpanan sebesar 4 kg
COD/(m3.d).
Pada proses anaerobik ini dikenal 4 grup mikroorganisme yang
berfungsi untuk mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme hidrolitik
akan mendegradasi senyawa-senyawa polimer seperti misalnya
polisacharida dan protein menjadi senyawa monomer yang lebih
sederhana. Proses ini belum menghasilkan penurunan kadar bahan organik
dari dalam limbah cair. Monomer-monomer tersebut kemudian akan
terkonversi menjadi asam-asam lemak (volatile fatty acid) dengan
melepaskan sedikit gas hidrogen. Asam-asam yang terbentuk tersebut
antara lain asam asetat, propionat dan butirat, serta sedikit asam valerat.
Pada proses pengasaman tersebut, sedikit penurunan kadar bahan organik
(COD) terjadi disamping terjadi pula gas hidrogen.
Penurunan bahan organik pada proses ini tidak lebih dari 10%.
Semua asam yang lebih tinggi dari saman asetat akan diubah menjadi
asam asetat melalui proses asetogenik. Contoh reaksi dari asam propionat
menjadi asam asetat adalah sebagai berikut:
3.1. Kesimpulan
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Kelola Mina Laut terdiri dari
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dikumpulkan dan diambil
oleh pihak luar, salah satunya untuk dijadikan pakan ternak. Limbah cair
diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah. Proses pengolahan limbah
pada PT. Kelola Mina Laut Gresik terdiri dari proses pengolahan Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No. 1, April 2011 fisika dan
pengolahan biologi. Pengolahan secara fisika pada IPAL meliputi
pemisahan dengan filter yang terdapat pada kolam pengumpul dan
pemisahan secara manual dengan alat penyaring yang dilakukan oleh
tenaga pengelola IPAL, sedangkan pengolahan biologi melalui
pengolahan pada kolam aerasi dan pada kolam kontrol. Limbah cair akan
melalui filter di dalam kolam pengumpul, kolam aerasi, kolam
pengendapan dan kolam kontrol.