Disusun Oleh :
PARALEL B
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat dan ridho Allah SWT, karena dengan ridho-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengolahan limbah pabrik dengan
menggunakan sampel dari limbah PT. Sier (persero) Surabaya.
Makalah ini berisi tentang karakteristik, analisis limbah cair pabrik, reaksi-reaksi
flokulasi. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami karakteristik
dari limbah tertentu serta cara pengolahan dan baku mutu sesuai peraturan gubernur jawa
timur.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Ibu Atik Widiyati, selaku Dosen Kimia Organik yang telah
mengarahkan dan memberikan beberapa sub. bagian materi. Rekan rekan kelompok yang
turut aktif membantu terselesainya makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi banyak pihak terutama mahasiswa Teknik Kimia. Apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik penulisan atau yang lainnya, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
II.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air limbah dan baku mutu air limbah
yang dihasilkan oleh PT. SIER (Persero) Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara langsung
maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari kegiatan
industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang
berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama. Sedangkan limbah tidak
langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah proses produksi.
II.1.1 Komposisi Air Limbah
Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah
mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi,
secara garis besar zat-zat yang terdapat di air limbah data dikelompokkan seperti pada skema
berikut ini:
Air Limbah
Air (99,9%)
Bahan Padat (0,1%)
Organik Anorganik
Protein (65%)
Karbohidrat (25%) Butiran
Lemak (10%) Garam
Metal
II.1.2 Sumber Air Limbah
Data tentang sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan jumlah rata-
rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan, industri dan aliran air tanah yang ada di
sekitarnya. Kesemuanya ini harus diperhitungkan peningkatannya sebelum membuat suatu
bangunan pengolah air limbah dan merencanakan pemasangan saluran pembawanya.
Di wilayah propinsi Jawa Timur, standarisasi kualitas air telah dituangkan di dalam
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 tahun 2000 tentang
pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur. Inti dari keputusan tersebut adalah
penggolongan baku mutu air ke dalam lima golongan, yaitu :
1. Golongan A
Yaitu air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa
diolah terlebih dahulu.
2. Golongan B
Yaitu air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum dan keperluan rumah tangga
lainnya.
3. Golongan C
Yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D
Yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, industri dan PLTA.
5. Golongan E
Yaitu air yang tidak dapat digunakan seperti yang tertera dalam penjelasan pada golongan
A, B, C, dan D.
Menurut Achmad 2008, bahwa metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair
yang telah dikembangkan sangat beragam. Merode ditetapkan berdasarkan parameter fisika,
kimia dan biologi yang terkandung dalam air limbah. Limbah cair dengan kandungan
polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda
pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari :
I. Pengolahan Primer (primary treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara fisika :
1. Penyaringan (Screening)
limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan
jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari
air limbah.
2. Pengolahan Awal (Pretreatment)
limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran
relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya
adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel partikel pasir jatuh
ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
3. Penyaringan (Screening)
limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan
jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari
air limbah.
4. Pengolahan Awal (Pretreatment)
limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran
relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya
adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel partikel pasir jatuh
ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
5. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki
pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel partikel padat yang tersuspensi
dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapan partikel tersebut akan
membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain
untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
6. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil ( 30 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
II.4 Sistem Pengolahan Air Limbah di IPAL PT.Sier (persero) Surabaya
1. Sumur pengumpul
Sumur pengumpul ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air limbah yang
bersunber dari semua industri industri di kawasan PT. IPAL SIER (Persero). Namun, air
limbah atau air buangan dari setiap industry harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh
PT.IPAL SIER (Persero). Sumur ini berbentuk lingkaran (circular) dengan diameter 5 m dan
kedalaman 8 m. Sumur ini terbagi menjadi dua bagian yang dibatasi oleh beton setebal 30
cm,kedua bagian tersebut adalah :
Dua buah pipa yang besarnya masing masing 400 mm dan 600 mm yang berfungsi
sebagai saluran buangan industry dan perkantoran.
Dua buah rel yang terpasang pada dinding sumur dan papan yang terbentang 4 m
yang digunakan sebagai pijakkan petugas yang akan membersihkan sumur.
Saringan kasar yang terpasang pada piapa induk dan berfungsi untuk menahan benda
benda besar yang masuk dalam sumur basah seperti : kayu, plastic, kaleng, dan lain
lain.
Debit yang masuk ke sumur pengumpul ini 8000 l/hari. Jumlah debit yang masuk
tergantung pada aktifitas perkantoran dan pabrik disekitar PT. IPAL SIER (Persero). Dalam
sumur pengumpul limbah cair akan mengalami homogenisasi sehingga pada saat dialirkan ke
proses selanjutnya akan mempunyai kondisi dan beban pencemaran yang sama. Limbah cair di
sumur pengumpul ini dipompa menggunakan pompa sentrifugal dengan debit 60 l/ detik.
Gambar II.1 : Sumur pengumpul
Pada sumur ini diambil sample influent limbah cair untuk diteliti di dalam laboratorium
untuk diketahui jumlah COD, DO, dan lain lain. Hal tersebut dilakukan karena limbah cair
yang masuk ke dalam PT. IPAL SIER (Persero) harus memenuhi standart yang telah
ditentukan.
2. Sumur kering
Sumur yang ada di IPAL adalah sumur yang sering disebut dengan rumah pompa.Perlu kita
ketahui bahwa di dalam rumah pompa tersebut ada 4 pompa yang berfungsi membantu jalannya
pengolahan limbah yang ada dii IPAL. Pompa tersebut adalah pompa centrifugal yang secara
otomatis dapat bekrja dengan sendirinya dengan level control untuk memompa air limbah ke bak
pengendap pertama (primary settling tank).
Pompa ini masing masing dapat bekerja dalm mengalirkan air limbah dengan debit 60
liter/dt. Dan peralatan yang digunakan di rumah pompa ini antara lain :
Crane untuk mengangkat
Vertical centrifugal pump untuk pemomopaan air limbah.
Secara keseluruhan sumur pengumpul ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Sebagai tempat penampung sementara dari limbah industry di kawasan PT. IPAL SIER
(Persero) Surabaya. Sumur ini mampu menampung buangan industry dan perkantoran
dengan debit sebesar 10.000 m3/hari. Limbah yang terkumpul disumur pengumpul ini
dialirkan secara otomatis oleh pompa sentrifugal (centrifugal pump) berdasarkkan level
control menuju bak pengendap pertama (primary settling tank).
b) Pembersihan sampah sampah atau kotoran yang mengapung dilakukan secara manual oleh
operator melalui dua buah rel (jet savelling/ crame)
c) Pada sumur pengumpul ini juga terjadi proses homogenesis air limbah yaitu pemerataan.
5. Distribution box
Di dalam bak pembagi ini lumpur aktif yang masih tercampur dengan air limbah dari
oxidation ditch akan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian akan dialirkan ke bak pengendap
kedua (clarifier) dan satu bagian lagi akan dialirkan kedalam oxidation ditch (di recycle) sebesar
30% dari total lumpur yang masuk ke bak pembagi (distribution box).
Alat ini biasanya digerakkan oleh motor listrik dengan daya 0,25 KW dan frekuensinya 50 Hz.
Gerakan pada alat ini sangat lambat dikarenakan untuk mencegah terjadinya gelombang pada
air saat pemutaran. Gelombang air akan dapat mengganggu pengendapan (sedimentasi).
Spesifikasi dari bak pengendap kedua ini antara lain ;
Bentuk : cicular
Jumlah : 2 buah
Diameter : 21 m
: 0,7
Kecepatan pelimpahan air m3/jam
Bak ini berbentuk persegi panjang yang memiliki dasar kemiringan. Bak ini dilengkapi pasir
kasar, pasir halus dan batuan sebagai penyaring. Pasir ini harus terus diisi saat pengerukan
limbah cair karena jumlahnya akan terus berkurang pada saat pengerukan. Pengeringan di bak
ini dilakukan dengan bantuan dari sinar matahari langsung.
Di IPAL PT. SIER (Persero) Surabaya terdapat 2 jenis bak pengering yaitu:
Bak pengering Primer yang berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari bak
pengendap pertama.
Bak pengering sekunder yaitu bak pengering yang digunakan untuk mengeringkan
lumpur yang berupa return sludge dari bak pembagi.
II.6 Ketentuan Baku Mutu Air Limbah
Outlet IPAL
Efisiensi Removal (%) 44.444 84.198 85.279
Pada analisa ke- 1 dan 2 air limbah ditambah tawas Al2(SO4)3 sebanyak 5 ml pada setiap analisa:
IV.1 Kesimpulan
1. Proses pengolahan air limbah di IPAL PT SIER adalah pengolahan air limbah yang berasal
dari berbagai perusahaan/industri (baik limbah domestik maupun limbah industri) yang
berada di kawasan industri Rungkut dan Berbek dengan menggunakan activated
sludge/lumpur aktif.
2. Air limbah yang sudah diolah memenuhi mutu kualitas limbah cair kedalam golongan II
(bidang perikanan dan peternakan) sesuai Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun
2013, sehingga aman dibuang ke sungai kelas III (badan air yang menampung air limbah)
yaitu Sungai Tambak Oso.
3. Kebutuhan air pada IPAL PT SIER hanya digunakan untuk air sanitasi saja yang diperoleh
dari PDAM dan kebutuhan listriknya digunakan untuk menjalankan segala aktivitas dalam
IPAL PT SIER.
4. Hasil pengolahan limbah PT.SIER di antaranya pH sebesar 6.808 dengan baku mutu 6-9,
TSS sebesar 32,531 mg/l dan dengan baku mutu sebesar 200 mg/l, COD sebesar 72 mg/l
dengan baku mutu sebesar 100 mg/l dan BOD sebesar 23,277 mg/l dengan baku mutu
sebesar 50 mg/l.
5. Hasil pengolahan limbah secara kimia dan fisika dengan proses koagulasi yaitu penambahan
tawas diperoleh bahwa limbah tersebut akan terbentuk flok dan endapan. Larutan menjadi
lebih jernih dan bau berkurang.
6. pH awal sebelum penambahan tawas adalah 8 dengan baku mutu sebesar 6,0 9,0 dalam hal
ini sudah sesuai dengan standar baku mutu, tetapi ketika ada penambahan tawas pH menjadi
7 dengan kondisi fisik larutan menjadi lebih jernih dan bau nya berkurang.
DAFTAR PUSTAKA