Anda di halaman 1dari 21

REVIEW

KONSEP PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


INDUSTRI
D

I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA: NURUL FADILAH
NIM : 20031010
DOSEN PENGAMPU : RUSDYAH,SKM,M.KES,PHD

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN


PADANG SIDEMPUAN
T.A 2021/2022

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI


PENCEMARAN AIR
 Perubahan kualitas air secara fisik, kimia dan biologis yang berakibat pada
kehidupan mikroorganisme (misal degradasi)
 Adanya bahan-bahan pengotor di badan air (danau, sungai, aquifer, dl)
 Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (PP No.82 thn 2001)

Macam-macam Pencemaran Air


 Bahan Patogen (penyakit)
 Bahan Kimia Organik
 Bahan Kimia Anorganik
 Kekurangan Oksigen/Eutrofikasi
 Endapan (Sedimentasi)
 Polusi Panas

Bahan-bahan Patogen

 Demam
 Tiphoid/tifus
 Kolera
 Disentry
 Bakteri, virus, parasite
 Buangan Manusia dan Hewan

Karakterisasi Limbah Cair Industri

Secara umum, limbah cair industry dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Limbah sanisasi, contoh: dari buangan WC/kamar mandi.


b. Limbah proses, berasal dari proses pengolahan bahan dalam operasi.
c. Limbah yang berasal dari air pendingin (cooling water)
d. Limbah dari ketel (boiler)
e. Limbah yang berasal dari operasi pembersihan peralatan.

Pengolahan Limbah Cair Pada Industri Dan Permasalahannya


Kegiatan  industri  dalam  menghasilkan  suatu  barang  dan  atau jasa  memberikan
berbagai dampak positif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.   Namun dari setiap
kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri tentu menghasilkan dampak negatif juga
yakni limbah sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut.   Limbah yang
disebut juga polutan adalah bagian yang tidak terlepaskan dari suatu industri, baik industri
besar maupun industri kecil. Efek dari limbah yang dihasilkan itu tentu bisa mengganggu
keseimbangan lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan suatu industri dapat berupa
limbah   cair.   Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.   Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri harus diolah
dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan menghilangkan
polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan polutan yang ada
didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut. Sebelum melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair, industri harus memahami
manajemen pengelolaan limbah seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan
dan pengolahan limbah, kebijakan untuk minimasi limbah sebelum menghasilkan dan
mengolah limbah, menetapkan personil yang bertanggung jawab terhadap penerapan
prosedur pengelolaan dan pengolahan   limbah   serta   melakukan   evaluasi   penerapan   
prosedur   pengelolaan   dan pengolahan  limbah. Beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan 
dalam  pengolahan  limbah meliputi

1. Proses produksi pada industri tersebut,


2. Kualitas dan kuantitas limbah cair yang dihasilkan serta perubahannya,
3. Kondisi lingkungan secara geografi, kondisi air di sekitar daerah pembuangan
limbah cair.

Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:

1. Pengolahan limbah secara fisika


Dengan memisahkan material-material pengotor yang kasat mata serta berukuran
cukup  besar dengan  menggunakan  penyaringan  atau perlakuan  fisik. Prosesnya
meliputi sedimentasi, floatasi, absorbs, dan penyaringan (screening);
2. Pengolahan limbah secara kimia
Adanya penambahan bahan kimia untuk mengendapkan / memisahkan /
menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah cair tersebut. Prosesnya meliputi
koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lain-lain.
3. Pengolahan limbah secara biologi
Menggunakan biota hidup atau mikroba untuk menguraikan zat-zat pencemar didalam
limbah cair. Prosesnya meliputi aerobik, anaerobik, fakultatif.

Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri harus memastikan bahwa
limbah cair yang dibuang telah aman bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair
yaitu titik setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang ke
badan air. Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium internal maupun
laboratorium eksternal yang telah terakreditasi.  Hasil pengujian yang dikeluarkan
sebaiknya dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan
hidup yang dikeluarkan oleh pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat
didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari
suatu usaha dan/atau kegiatan.

Adapun peraturan yang mengatur baku mutu air limbah yang berlaku saat ini secara
nasional adalah  Peraturan  Menteri  Lingkungan  Hidup  Republik  Indonesia  Nomor  5 
Tahun  2014 tentang baku mutu air limbah.  Peraturan ini mengatur baku mutu air limbah
untuk industri pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng, industri
monosodium glutamate, industri   inosin   monofosfat,   industri   pengolahan   kopi,
industri   elektronika,   industri pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan
dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil perikanan, industri hasil pengolahan rumput
laut, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan daging, industri pengolahan kedelai,
industri pengolahan obat tradisional atau jamu, industri peternakan sapi dan babi, industri
petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi, industri cerutu, proses primer basah
dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering dalam industri rokok dan/atau
cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan industri oleokimia
dasar.  Baku mutu limbah cair bagi industri diatas ditetapkan berdasarkan kemampuan
teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan atau berdasarkan daya tampung
lingkungan di wilayah industri tersebut untuk memperoleh konsentrasi atau beban
pencemaran yang paling tinggi.   Baku mutu untuk tiap industri tentu berbeda untuk setiap
parameter dan persyaratannya. Sebagaimana bisa dilihat di Tabel 1 untuk baku mutu
industri pelapisan logam dan galvanis, pada Tabel 2 untuk baku mutu industri   
Penyamakan Kulit, dan Tabel 3 untuk baku mutu minyak sawit dibawah ini.
 
TABEL 1.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
DAN GALVANIS
 
TABEL 2.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
TABEL 3.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI MINYAK SAWIT
Namun demikian, ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang
harus diperhatikan, yaitu:

1. Pengetahuan tentang Neraca bahan dari bahan baku dan air yang digunakan dalam
proses produksi,
2. Kualitas air buangan dan debit limbah cair yang fluktuatif.
3. Variasi jenis limbah cair yang dihasilkan, misal kadar polutan  yang tinggi untuk
sedikit parameter
4. Sifat-sifat air buangan yang tidak berubah setelah digunakan misalnya air
pendingin.
  

Secara ekonomis, industri akan lebih mudah untuk melakukan pengolahan air limbah yang
dilakukan secara terpisah daripada yang telah tercampur dengan sumber air limbah lain.
Industri diharapkan sedapat mungkin memisahkan limbah cair yang dihasilkan dari
kegiatan produksi dari limbah cair domestik ataupun dari air hujan. Dengan demikian
pelaksanaan pengolahan air limbah industri dapat dilakukan dengan optimal, air limbah
yang telah diolah dapat dialirkan ke badan air  dan tidak memberi dampak buruk pada
lingkungan sekitar.

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DI


YOGYAKARTA (LITERATURE REVIEW)

Ahmed Joko Susilo *, Tyas Satrio Nugroho


1,2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
*
Email : ahmedjokosusilo@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini, peneliti membuat sistem pengolahan limbah cair industri batik di
Yogyakarta untuk menciptakan pengolahan yang dapat mengendalikan limbah sehingga
limbah tidak mencemari lingkungan dari hasil review jurnal-jurnal yang telah ada dan
membandingkan metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu sistem yang baik.
Metode yang digunakan, yaitu ulasan literatur jurnal yang telah di review. Hasil penelitian ini
adalah terbentuknya sebuah sistem yang dapat diterapkan pada industri-industri batik
dengan metode adsorpsi, lahan basah buatan dan fitoremidiasi agar limbah yang dihasillkan
aman dan tidak berbahaya.

Kata kunci: Batik, Limbah, Pengolahan, Sistem

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang majemuk dengan banyak keanekaragaman seperti suku,
ras, adat istiadat, dan budaya. Dengan banyaknya keanekaragaman tersebut, ada salah satu yang
menarik, yaitu budaya. Kebudayaan merupakan segala pikiran dan perilaku manusia yang secara
fungsional dan disfungsional ditata dalam masyarakatnya (Koentjaraningrat, 1997). Budaya yang
mencirikhaskan atau menyimbolkan suatu negara membuat banyak juga suatu budaya seperti,
kerajinan, seni, dan musik itu menjadi keuntungan bagi ekonomi masyarakat karena keunikan dan
mempunyai nilai jual tersendiri. Salah satu budaya warisan Indonesia yang terkenal di
mancanegara dan memiliki nilai jual tinggi adalah batik. Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu
“amba” yang berarti tulis dan “nitik” yang berarti titik. Menurut (Sularso, 2009) kata batik
merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam (wax) yang diaplikasikan ke
atas kain sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye) atau dalam bahasa Inggrisnya “wax
resist dyeing”.
Kota Yogyakarta, yang merupakan salah satu kota penghasil kerajinan batik terbesar di
Indonesia. Batik yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara luar
membuat meningkatnya permintaan. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2015, jumlah batik
yang diekspor sebesar USD 156 juta atau setara Rp. 2,1 triliun. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan sebesar 10 % dari tahun 2014 (Kemenperin, 2016). Meningkatnya permintaan
produksi batik berarti semakin banyak juga limbah yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan
dampak yang buruk pada lingkungan sekitar dan kesehatan masyarakat, jika limbah tersebut
dibuang ke sembarang tempat (Wardi, 2019). Sebagai contoh limbah dibuang ke tanah atau
sungai maka dapat mencemari tanah dan sungai. Pada tahun 2016 dan 2017 menurut (Badan
Pusat Statistik, 2018) sungai-sungai yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta status
mutu air tergolong tercemar berat.
Dari latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan sistem pengolahan
terhadap limbah cair batik yang dihasilkan oleh industri batik. Sehingga kualitas mutu air yang
dihasilkan oleh limbah cair batik aman dan tidak mencemari lingkungan. Sistem tersebut dapat
dibentuk dengan mengumpulkan ulasan-ulasan penelitian/literatur terkait pengolahan limbah cair
batik. Hal tersebut didasarkan pada definisi dari sistem itu sendiri yang merupakan kumpulan dari
elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005).

2. METODOLOGI
Pada tahapan ini metodologi penelitian yang digunakan adalah ulasan literatur dengan
mengikuti beberapa langkah yang terdapat pada (Kitchenham, 2007). Berikut merupakan langkah
dalam melakukan ulasan literatur:
Langkah-langkah pada Gambar 1. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1. Langkah Ulasan Literatur

 Pendefinisian Pertanyaan penelitan, pada tahap ini merupakan spesifikasi literatur yang
dilakukan dengan merumuskan pertanyaan penelitian (Najwa & Susanto, 2017). Pada
penelitian ini berikut merupakan pertanyaan penelitian yang dirumuskan:
“Bagaimana sistem dalam pengolahan limbah cair batik?”
 Pencarian basis data jurnal, pada tahap ini menentukan sumber literatur yang didapatkan. Pada
penelitian ini sumber literatur yang digunakan adalah penyedia jurnal nasional yang
didapatkan dari google cendikia.
 Penyaringan berdasarkan kata kunci, pada tahap ini penelitian yang dilakukan berfokus pada
kata yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. Pada penelitian ini kata kunci yang
digunakan mencakup beberapa kata yaitu, “Limbah Cair Batik, Limbah Cair, dan Pengolahan
Limbah Cair Batik”
 Penilaian literatur, pada tahapan ini literatur yang digunakan diberikan batasan, dengan
melihat kriteria inclusion dan exclusion sebagai pemilihan paper yang akan dibahas.
Kriteria Inclusion

1. Isi paper sesuai dengan akan dibahas dengan membaca abstrak penelitian
2. Tahun publikasi paper yang dibahas minimal 2015
3. Termasuk dalam kriteria topik (pengolahan limbah cair batik)
4. Pencarian literatur pada situs yang telah ditentukan sebelumnya
5. Judul terdapat kata Limbah, dan Pengolahan Limbah / penanganan limbah
Kriteria Exclusion
1. Bahasa pengantar paper berbahasa inggris
2. Jurnal, conferences, dan procceding dengan tahun terbit dibawah 2015
 Ekstraksi data, pada tahapan ini merupakan pengambilan informasi dari literatur yang sudah
didapatkan dengan rincian sebagai berikut; identifikasi, nama penulis, tahun publikasi,
sumber.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil literatur review didapatkan bahwa pengolahan limbah cair batik dengan
menggunakan metode fitoremediasi, adsorbsi, dan lahan basah buatan dapat menurunkan
kandungan COD, BOD, TSS, dan Cr pada limbah cair batik.
Tabel 27. Hasil Review Literatur
NoSumber PustakaLatar Belakang & MetodeHasil & Kesimpulan
NoSumber PustakaLatar Belakang & MetodeHasil & Kesimpulan
1 Judul : 2019) Latar belakang:
Pengolahan Pengolahan limbah batik agar
Limbah Batik memenuhi baku mutu yang telah
Tulis dengan ditetapkan berdasarkan
Fitoremidiasi keputusan Gubernur Jawa Timur
Menggunakan No. 72 tahun 2013 tentang baku
Tanaman Eceng mutu limbah cair bagi industri
Gondok atau kegiatan usaha di Jawa
(Eichornia Timur.
Crassipes)
Metode:
Penulis: Menggunakan metode
(Suharto, Rancangan Acak Kelompok
Wirosoedarmo, & (RAK) faktorial yang terdiri dari
Sulanda, 2018) dua faktor denan tiga kali
ulangan.
Kata Kunci:
Eceng gondok,
fitoremidiasi,s
limbah batik

Latar belakang:
2 Judul: Mengetahui efisiensi penurunan
Penurunan BOD BOD dan COD pada limbah cair
dan COD pada batik dengan reaktor CW
Limbah Cair menggunakan tanaman
Industri Batik Hippochaetes lymenalis. Limbah
dengan Sistem cair batik dengan beberapa
Constructed macam konsentrasi diolah
Wetland dengan waktu tinggal 7 dan 14
Menggunakan hari.
Tanaman
Metode:
Hippochaetes
Eksperimental
Iymenalis.

Penulis:
(Triwiswara,
Hasi TSS (122.67 mg.L-1). dengan jumlah eceng
l: gondok sebanyak 7 buah.
Pada penelitian ini dapat Kesimpulan: Hasil:
diketahui bahwa lama Proses pengolahan Limbah cair batik dengan
pemaparan berpengaruh limbah cair batik beberapa macam
nyata terhadap menggunakan konsentrasi diolah dengan
kandungan COD, BOD metode Fitoremediasi waktu tinggal 7 dan 14
dan TSS. Lama dengan tanaman Eceng hari.
pemaparan berpengaruh Gondok terbukti dapat Constructed wetland dapat
sangat nyata yaitu COD menurunkan kadar BOD, menurunkan BOD dan
(150.33 mg.L-1), BOD COD, dan TSS. Perlakuan COD pada limbah dari
(165.33 mg.L-1) dan TSS terbaik berdasarkan proses produksi batik
(122.67 mg.L-1). Jumlah jumlah eceng gondok dan masing-masing sebesar
eceng gondok lama waktu pemaparan 88,2% dan 88,6% selama
berpengaruh nyata limbah batik paling 14 hari. Sedangkan
terhadap kandungan efektif untuk kandungan sebagai pengolahan
BOD (165.33 mg.L-1), BOD, COD dan TSS tambahan untuk efluen
berpengaruh sangat terdapat pada perlakuan dari IPAL batik,
nyata terhadap COD yang sama, yaitu pada penurunan BOD dan COD
(150.33 mg.L-1) serta lama pemaparan 12 hari masing-masing
Kata kunci: sebesar 23,1% dan 14,05%
BOD, COD, selama 14 hari.
limbah cair batik,
constructed Kesimpulan:
wetland, Constructed wetland
hippochaetes menggunakan
Iymenalis. tanaman Hippochates
lymenalis dapat
menurunkan
konsentrasi BOD dan
COD pada limbah cair
batik yang telah
mengalami pengolahan
pendahuluan.
Efisiensi penurunan
paling tinggi dicapai pada
Latar belakang: limbah cair yang telah
3 Judul: Penelitian ini untuk dihilangkan lilinnya dan
Pengolahan mengidentifikasi pengaruh diendapkan.
Limbah Industri komposisi zeolit dan karbon Hasil:
Batik Tulis aktif terhadap persentase Berdasarkan analisa dapat
dengan Metode penghapusan konten COD, efek diketahui bahwa persen
Gabungan komposisi zeolit dan karbon removal COD tertinggi
Adsorbsi dan aktif terhadap persentase sebesar 47,75% pada
Elektrokoagulasi penghapusan konten TSS, efek variabel 1:5 dan waktu
waktu elektrokoagulasi menit sedangkan untuk
Penulis: terhadap persentase persen removal TSS
(Priambodo, penghapusan konten COD, dan tertinggi sebesar 89,07%
Wijayanto, & efek waktu elektrokoagulasi pada variabel 1:1 dan
Udyani, 2019) terhadap persentase waktu 50 menit. Hasil dari
penghapusan konten TSS. penelitian dapat
Kata kunci: disimpulkan bahwa
Adsorbsi, Metode: semakin tinggi karbon
elektrokoagulasi, Eksperimental aktif pada kolom adsorbsi
karbon, aktif, semakin besar nilai persen
zeolit. removal COD dan TSS
serta semakin lama waktu
pada kolom Berdasarkan penelitian ini dan TSS2. Selain itu
elektrokoagulasi diketahui bahwa semakin semakin lama waktu tinggal
semakin besar nilai tinggi perbandingan karbon limbah batik tulis pada
persen removal COD aktif dengan zeolite pada elektrokoagulasi maka
dan TSS. kolom adsorbsi semakin semakin besar persen
besar persen removal removal terhadap
Kesimpulan: terhadap penurunan COD penurunan COD dan TSS.
Kesimpulan terakhir
diketahi bahwa semakin
lama waktu tinggal pada
elektrokoagulasi maka
didapatkan hasil terbaik
pada waktu 50 menit
dengan besar persen
removal COD sebesar
54,12% dan persen
removal TSS sebesar
4 Judul: Latar belakang: 89,07%.
Fitoremidiasi Air Industri rumah tangga batik Hasil:
Limbah Pencelupan membuang air limbah yang Setelah 14 hari hasilnya
Batik tidak diolah yang dapat menunjukkan pengurangan
Parakannyasag menyebabkan polusi pada air Cr tertinggi diukur pada
Tasikmalaya limbah dan lingkungannya. 77,5% terjadi pada tangki
Menggunakan Ki air limbah 100%. Ki Apu
Apu (Pistia Metode: daun mengubah
stratiotes L). Eksperimental kandungan klorofil
daunnya dengan perkiraan
Penulis: tertinggi 0,4 mg / L untuk
(Cahyanto, klorofil-b dan 1,3 mg / L
Sudjarwo, untuk total klorofil;
Larasanti, & keduanya terjadi di tangki
Fadillah, 2018) air limbah 75%. Tingkat
fitoremediasi tertinggi
Kata kunci: yang ditunjukkan oleh
Air limbah ukuran BOD adalah 33,4
pencelupan batik, mg / L / hari terjadi dalam
phytoremidiasi, tangki air limbah 100%
ki apu, kromium. dan dengan ukuran
kekeruhan sebesar 23,3 mg
/ L / hari terjadi pada
tangki air limbah 75%. Ki
Apu dianggap memiliki
efektivitas fitoremediasi
yang tinggi untuk
mengurangi kandungan Cr
dalam air limbah
pencelupan batik di
Parakannyasag,
Tasikmalaya.

Kesimpulan:
Perubahan tertinggi hasil
fitoremediasi air limbah
pencelupan batik
Parakannyasag
menggunakan Ki Apu
adalah pada konsentrasi air
limbah 50% untuk DO, klorofil total dan 100% untuk Cr dan BOD.
pada konsentrasi air kekeruhan, serta pada
limbah 75% untuk konsentrasi air limbah
Batik dengan
Metode
Fitoremediasi.

5 Judul: Latar belakang:


Efektivitas Batik merupakan salah satu
Pengolahan potensi industri bangsa
Limbah Cair Indonesia yang mengalami
Industri Batik pertumbuhan pesat di berbagai
dengan Teknologi daerah. Disamping memberikan
Lahan Basah manfaat di bidang ekonomi,
Buatan. industri batik juga menimbulkan
dampak negatif terhadap
Penulis: lingkungan. Salah satu
(Indrayani & dampaknya berupa limbah cair
Triwiswara, 2018) dengan volume yang besar dan
karakteristik yang berbahaya
Kata Kunci: bagi kesehatan manusia dan
Lahan basah lingkungan.
buatan, limbah
cair batik, tanaman Metode:
air. Eksperimen

Latar belakang:
6 Judul: Motif dan warna batik
Pengendalian dihasilkan dengan pewarna yang
Kromium (Cr) mengandung logam berat
yang terdapat kromium (Cr). Industri batik
di Limbah secara umum tergolong usaha
kecil dan menengah sehingga Sedangkan efisiensi efisiensi rata-rata sebesar
optimal fitoremediasi 89,3%; tanaman melati air
limbah cair pencelupan (Echinodorus palaefolius)
batik Parakannyasag dengan efisiensi rata-rata
terjadi pada konsentrasi sebesar 41,8%; tanaman
air limbah 25% untuk Cr, Kana lonceng (Thalia
BOD, dan kekeruhan. geniculate) dengan
Hasil: efisiensi rata-rata sebesar
Pada sistem lahan basah 47,9%.
buatan tingkat efektifitas
yang paling optimal dalam Kesimpulan:
menyisihkan pencemar Dari hasil penelitian
pada limbah sampel L1 menyatakan bahwa sistem
(limbah batik dari wax lahan basah buatan yang
trap IPAL); sampel L2 memiliki efisiensi paling
(limbah batik dari bak tinggi yaitu pada reaktor
pengendapan IPAL); yang menggunakan
sampel L3 (limbah batik tanaman Kana
dari bak koagulasi IPAL); Lonceng/Thalia geniculate
sampel L4 (limbah batik dengan efisiensi rata-rata
dari outlet IPAL), secara sebesar 92,8%.
berturut-turut yaitu Hasil:
menggunakan tanaman Konsentrasi Cr pada air
Kana Lonceng (Thalia limbah kelompok 1
geniculate) dengan menurun dari 0,0546 mg/l
efisiensi rata-rata sebesar menjadi 0,0378 mg/l
92,8%; Pegagan air setelah diberi perlakuan
(Centella asiatica) dengan dengan enceng gondok.
7 Judul: sebagian besar tidak mengolah
Penulis: Penambahan Jenis limbah batik yang mengandung
(Setiyono & Serbuk Kayu Pada logam berat Cr.
Gustaman, Penjernihan
2017) Limbah Cair Metode:
Industri Batik Eksperimen
Kata kunci: dengan
Cr, limbah batik, Penerapannya
fitoremediasi. Sebagai Bahan
Pembelajaran
Masyarakat
Pengerajin Batik

Penulis:
(Jannah, 2017)

Kata kunci:
Limbah, batik,
serbuk kayu.

Latar belakang:
Industri batik dikalangan Konsentrasi Cr pada air crassipes), kayambang
masyarakat menjadi limbah kelompok 2 (Salvinia cucullata) dan
penunjang dari eksistensi menurun dari 0,0488 kayu apu (Pistia
batik, tetapi juga merupakan mg/l menjadi 0,0315 stratiotes).
penghasil limbah cair. mg/l setelah diberi
Metode yang baik dan perlakuan dengan Kesimpulan:
menjangkau seluruh lapisan kayambang. Pada perlakuan
masyarakat yakni metode Konsentrasi Cr pada air penambahan serbuk kayu
filtrasi-adsorbsi. Adsorben limbah kelompok 1 jati memiliki nilai tambah
yang dikembangkan adalah menurun dari 0,0464 karena dapat
serbuk kayu karena mg/l menjadi 0,0240 mempertahakan warna,
berpotensi menyerap warna. mg/l setelah diberi serta menurunkan aroma
perlakuan dengan kayu dan pH lebih baik daripada
Metode: apu. perlakuan penambahan
True eksperiment jenis serbuk kayu albasia,
dan Kesimpulan: randu dan kontrol. Dengan
Tanaman enceng nilai rata-rata tingkat
gondok (Eichornia kekeruhan secara
crassipes), kayambang berurutan K=3.38>
(Salvinia cucullata), dan P3=3.32> P1=
kayu apu (Pistia 3.12> P2=2.20 dan nilai
stratiotes) mampu rata-rata aroma secara
menyerap Cr pada air berurutan P3=3.45>
limbah batik. Tidak ada K=3.31> P1=3.27>
perbedaan daya serap P2=2.80 serta nilai rata-rata
tingkat pH secara berurutan
Cr antara enceng
K=8> P2=7.8> P1=7.6>
gondok (Eichornia
P3=7.3.

Pengolahan limbah industri batik telah banyak dilakukan oleh banyak orang dan salah satu
hasil penelitian menunjukkan penggunaan tanaman Kana Lonceng (Thalia geniculate) memiliki
efisiensi yang tinggi dalam mengurangi kadar kandungan pencemar (COD, BOD, TDS, dan TSS)
dalam limbah cair batik yang ditanam pada lahan basah buatan. Pada penggunaan metode
fitoremediasi yang menggunakan tanaman enceng gondok (Eichornia crassipes) memberikan
hasil bahwa tanaman tersebut dapat mengurangi kadar kandungan pencemar dengan tambahan
kandungan seperti logam berat kromium (Cr) yang mengalami penurunan. Pada metode adsorbsi
dengan komposisi zeolite, ijuk, dan karbon aktif menunjukan penurunan pada kadar pencemar
yang semakin baik dengan perbandingan karbon aktif yang lebih besar dari zeolite. Selain itu
dengan ditambahkan nya serbuk kayu pada limbah cair batik dapat menurunkan pH dan
mengurangi sifat organoleptik seperti kekeruhan dan aroma pada limbah Dengan melakukan
pengolahan, limbah yang berbahaya tersebut dapat diatasi atau ditanggulangi agar tidak
mencemari lingkungan. Metode-metode telah di uji cobakan dalam pengolahan limbah cair batik
dari hasil review yang telah dilakukan, peneliti mengajukan sebuah sistem yang
mengkombinasikan dari metode-metode yang telah dilakukan yang dapat menurunkan kadar
pencemar pada limbah tersebut.

Gambar 1. Sistem Pengolahan Limbah Cair Batik

Sistem pengolahan limbah cair batik yang ada berdasarkan pada Gambar 1. terbagi ke 3
tahapan umum, yaitu tahapan absorpsi, lahan basah buatan dan fitoremidiasi. Adapun penjelasan
sistem pengolahan tersebut:
1. Pada tahap pertama ini menggunakan metode absorpsi. Pada proses ini limbah akan direndem
dengan serbuk kayu kemudian limbah akan dialirkan ke bak penampungan selanjutnya.
Sebelum itu, limbah akan di saring dengan menggunakan bahan zeolit, ijuk dan karbon aktif
dengan perbandingan zeolit : karbon aktif yaitu 1 : 5.
2. Pada tahap kedua menggunakan metode lahan basah buatan. Pada tahapan ini limbah yang
telah melewati tahap pertama akan masuk ke dalam bak ini. Komposisi dari bak ini ada arang,
kerikil, dan pasir dengan masing-masing perbandingan 1 : 1 : 1,5.
3. Pada tahap ketiga ini menggunakan metode fitoremidiasi. Pada tahap ini limbah yang telah
melalui tahap pertama dan kedua akan di tampung di bak ini dengan tanaman eceng gondok.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan jurnal yang telah di review, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan banyak
pengembangan metode pengolahan limbah batik ini dapat menurunkan kadar limbah dari
perusahaan batik dan peneliti menginovasikan sebuah sistem pengolahan limbah industri batik
dengan beberapa tahap, seperti metode adsorpsi, lahan basah buatan dan fitoremediasi yang dapat
dikembangkan lagi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018.
Cahyanto, T., Sudjarwo, T., Larasanti, S. P., & Fadillah, A. (2018). Fitoremediasi Air Limbah
Pencelupan Batik Parakannyasag Tasikmalaya Menggunakan Ki Apu. SCRIPTA BIOLOGICA, hh.
83-89.
Indrayani, L., & Triwiswara, M. (2018). Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Dengan
Teknologi Lahan Basah Buatan. Dinamika Kerajinan dan Batik, 53-66.
Jannah, M. (2017). Penambahan Jenis Serbuk Kayu Pada Penjernihan Limbah Cair Industri Batik
Dengan Penerapannya Sebagai Bahan Pembelajaran Masyarakat Pengerajin Batik. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, 1-15.
Jogiyanto, H. (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Kitchenham, B. (2007). Guidelines for Performing Systematic Literature Reviews in Software


Engineering. UK: EBSE Technical Report.

Koentjaraningrat. (1997). Pengantar Antopologi pokok-pokok etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta. Najwa,
N. F., & Susanto, T. D. (2017). Kajian dan Peluang Penelitian Tata Kelola Teknologi

Informasi : Ulasan Literatur. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 517- 530.

Priambodo, A. N., Wijayanto, A. A., & Udyani, K. (2019). Pengolahan Limbah Industri Batik Tulis
dengan Metode Gabungan Adsorbsi dan Elektrokoagulasi. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan VII (pp. 519-524). Surabaya: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Setiyono, A., & Gustaman, R. A. (2017). Pengendalian Kromium (Cr) Yang Terdapat Di Limbah Batik
Dengan Metode Fitoremediasi. Unnes Journal of Public Health, 155-160.
Suharto, B., Wirosoedarmo, R., & Sulanda, R. H. (2018). Pengolahan Limbah Batik Tulis Dengan
Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes). Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, 14-19.
Sularso. (2009). Tahun Gabungan Koperasi Batik Indonesia. Jakarta: Koperasi Pusat Gabungan Koperasi
Batik Indonesia.

Triwiswara, M. (2019). Penurunan BOD dan COD pada Limbah Cair Industri Batik dengan Sistem
Constructed Wetland Menggunakan Tanaman Hippochaetes Lymenalis. Prosiding Seminar Nasional
Industri Kerajinan dan Batik 2019 (pp. C3.1-C3.11). Yogyakarta: SNIKB.

Anda mungkin juga menyukai