Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena
penerapan kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas
hidup yang lebih baik, namum di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang
justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak tersebut harus
dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan
industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu
maka kualitas lingkungan juga berubah
Pertumbuhan industri tahu didaerah menunjukkan perkembangan
yang sangat cepat. Tahu merupakan makanan bergiizi yang mengandung
protein nabati yang berguna bagi tubuh. Tahu dikenal sejak jaman dulu di
daratan China, berasal dari kata Tao Hu yang artinya kacang hancur seperti
bubur (Widie Kastyanto, 1990).
Tahu dibuat oleh para pengrajin rumah tangga dimana teknologi dan
peralatannya pun masih sangat sederhana. Walaupun protein tahun tidak
sebaik protein hewani, tetapi perannya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sangat berarti dalam memperbaiki nilai gizi masyarakat.
Tahu keberadaanya di Indonesia cukup ditunjang oleh program
pemerintah, hal ini terbukti dengan adanya koperasi (KOPTI) sebagai badan
usaha yang bergerak dalam pengadaan kedelai disetiap daerah.
Industri tahu menghasilkan limbah cair tahu yang mengandung
protein dan bahan organik yang dibuang langsung ke lingkungan sehingga
dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan. Disamping itu, juga
menghasikan limbah padat yang berupa ampas tahu yang dimanfaatkan untuk
pakan ternak dan pembuatan tempe gembus, limbah cair dari industri tahu
juga dapat dijadikan untuk dijadikan gas bio melalui proses anaerob yang
dapat dimanfaatkan untuk memasak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengelolaan limbah industri tahu di Karwisi?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahu bagaimana proses pengelolaan limbah industri
tahu di Karwisi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Limbah Industri
Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal
dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya.
Selain itu libah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air
sehingga di dalam proses pengelolaannya, air harus dibuang. Jenis-jenis
industri yang menghasilkan limbah cair antara lain, industri pulp dan rayon,
pengelolaan cramb rubber, minyak kelapa sawit, baja dan besi, minyak
goring, kertas, tekstil, kaustik soda, elektor plating, plywood, tepung tapioka,
pengalengan, pencelupan dan pewarna, daging dan lain-lain.
B. Jenis Klasifikasi Industri
Klasifikasi industri mempermudah untuk mengelompokkan jenis
industri dari salah satu aspek, sehingga mempercepat untuk mengenali
industri tersebut, sehingga mudah untuk membedakan satu industri dengan
industri lainnya. Jenis klasifikasi industri terdiri dari:
1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda,
tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut.
Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a. Industri Ekstraktif
Industri ekstraktif yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh
langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil
perikanan, dan industri hasil kehutanan.
b. Industri Non-Ekstarktif
Industri non-ekstraktif yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasihasil industri lain. Misalnya: industri kayu, industri kain, dan industri
pemintalan.

c. Industri Fasilitatif
Industri fasilitatis adalah industri yang produk utamanya adalah
berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Misalnya:
asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi dll.
2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri tahu
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga merupakan industri yang menggunakan tenaga
kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang
sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga atau
tetangga. Pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri
atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri
kerajinan, industri tahu/tempe, dan industri makanan ringan.
b. Industri Kecil
Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5
sampai 20 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif
kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masyarakat
sekitar. Misalnya: industri batu-bata, industri genteng, dan industri
pengelolaan rotan.
c. Industri Sedang
Industri sedang merupakan industri yang mengunakan tenaga kerja
sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal
yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu,
pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu.
Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
d. Industri Besar
Industri besar merupakan industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
100 orang. Ciri industri besar adalah memilki modal besar yang
dihimpun secara kolektif dalam bentuk kepemilikan saham, para tenaga
kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan

dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test).
Misalnya: industri tekstil, industri mobil dll.
C. Karakteristik Limbah Cair Industri
1. Karakteristik Fisik
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam limbah cair
industri, antara lain:
a. Padatan
Berasal dari bahan organik maupun anorganik, baik yang
larut, mengendap maupun berbentuk suspense. Pengendapan di
bagian dasarair akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada
badan dasar penerima, selain menyebabkan tumbuhnya tanaman
tertentu, seperti eceng gondok, juga berbahaya bagi makhluk hidup
lain dalam air. Banyaknya padatan menunjukkan banyaknya lumpur
yang terkandung dalam air limbah.
b. Kekeruhan
Kekeruhan

menunjukkan

sifat

atis

optis

air

yang

menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan akan


membatasi pencahayaan ke dalam air. Sifat ini terjadi karena adanya
bahan yang terapung maupun yang terurai seperti bahan organik,
jasad renik, lumpur, tanah liat, dan benda lain yang melayag maupun
terapung. Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2
dalam satuan mg/1. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar
listrik dan makin tinggi pula kepadatannya.
c. Bau
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
menguraikan zat organik untuk menghasilkan gas tertentu. Bau juga
timbul karena reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat lemahnya
bau yang di timbulkan bergantung pada jenis dan banyaknya gas
yang dihasilkan.

d. Temperatur
Temperatur air limbah akan memengaruhi badan penerima
apabila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur juga
dapat memengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan
dalam air. Perubaha suhu memperlihatkan aktivitas kimia dan
biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pada suhu yang tinggi
terjadi pembusukan dan penambahan tingkatan oksidasi zat organik.
e. Daya hantar listrik
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk
mengalirkan arus listrik, yang tercermin dari kadar padatan total
dalam air dan suhu pada saat pengukuran. Konduktivitas limbah cair
dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion dan
kadar yang terlarut di dalam limbah tersebut (senyawa anorganik >
konduktor senyawa organik).
f. Warna
Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau
tersuspensi dalam air, selain bahan pewarna tertentu yang
mengandung logam berat.
2. Karakteristik Kimia
Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air
baik dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang di timbulkannya.
Secara umum sifat air dipengaruhi oleh banhan kimia organik dan
anorganik.
a. Bahan kimia organik
1) Karbohidrat dan perotein
2) Minyak dan lemak
3) Pestisida
4) Fenol
5) Zat warna dan surfaktan
b. Bahan kimia anorganik
1) Klorida

2) Fosfor
3) Logam berat dan beracun
4) Nitrogen
5) Sulfur
3. Karakteristik Biologi
a. Virus
D. Pengelolaan Limbah Cair Industri
Pengelolaan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengelolaan
menurut tingkat perlakuan dan pengelolaan menurut karakteristiknya.
1. Pengelolaan berdasarkan Tingkat Perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengelolaan limbah dapat
digolongkan menjadi 5 tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua
tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan proses tetap bergantung
pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium.
Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah, dapat ditetapkan
jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahapan pengelolaan
air limbah:
a. Pra-pengelolaan (pre-treatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat
dan berukuran 3030 cm untuk debit air 100 m2 per jam sudah
cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan
dapat dipasang secara seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran
messnya (besar lubang kawat tikus) dapat dibandingkan dengan
kawat kasa penghalang nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap
hari untuk mengambil bahan yang terjaring. Contoh bahan-bahan
yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang yang
ikut bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak di
atas permukaan air.

b. Pengelolaan primer (primary treatment)


Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan
halus atau zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring
pada penyaringan terdahulu.
Pengelolaan

secara

kimia

dilakukan

dengan

cara

mengendapkan bahan padatan melalui penambahan zat kimia.


Reaksi yang terjadi akan menyebabkan berat jenis bahan padatan
menjadi lebih besar daripada air. Tidak semua reaksi dapat berlaku
untuk semua senyawa kimia (terutama senyawa organik).
Pengelolaan secara fisika dilakukan melalui pengendapan
maupun pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang
terkandung dalam air limbah. Penguapan dilakukan dengan
memasukkan udara ke dalam air dan menciptakan gelembung gas
sehingga partikel halus terbawa bersama gelembung ke permukaan
air. Sementara itu, pengendapan (tanpa penambahan bahan kimia)
dilakukan dengan memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk
mengendapkan partikel-partikel dari air yang mengalir di atasnya.
c. Pengelolaan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Di
dalam proses biologis ini, banyak dipergunakan reactor lumpur aktif
dan trickling filter.
d. Pengelolaan tersier (tertiary treatment)
Pengelolaan tersier merupakan tahap pengelolaan tingkat
lanjut yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa
organik maupun anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan
melalui proses fisik (filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan
lain-lain), proses kimia (absorbs karbon aktif, pengendapan kimia,
pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi, dan reduks), dan proses
biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga).

2. Pengelolaan berdasarkan Karakteristik


Proses pengelolaan berdasarkan karakteristik air limbah dapat
dilakukan secara:
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui:
1) Penghancuran
2) Perataan air (misalnya: mengubah sistem saluran dan membuat
kolam)
3) Penggumpalan (misalnya: menggunakan alumunium sulfat dan
ferrosulfat)
4) Sedimentasi
5) Pengapungan
6) Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui:
1) Pengendapan dengan bahan kimia
2) Pengelolaan dengan logoon atau kolam
3) Netralisasi
4) Penggumpalan atau koagulasi
5) Sedimentasi (misalnya dengan discrete

settling,

floculant

settling, dan zone settling)


6) Oksidasi dan reduksi
7) Klorinasi
8) Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau
natrium sulfat)
9) Pembuangan fenol
10) Pembuangan sulfur
c. Proses biologi, dapat dilakukan dengan:
1) Kolam oksidasi
2) Lumpur aktif (mixed liquid suspende solid/MLSS)
3) Trickling filter
4) Lagoon
5) Fakultatif

d. Proses fisika kimia biologi


e. Pengelolaan tingkat lanjut
E. Definisi Tahu
Tahu merupakan makanan yang terbuat dari bahan baku kedelai, dan
prosesnya masih sederhana dan terbatas pada skala rumah tangga. Suryanto
(dalam Hartaty, 1994) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tahu adalah
makanan padat yang dicetak dari sari kedelai (Glycine spp) dengan proses
pengendapan protein pada titik isoelektriknya, tanpa atau dengan penambahan
zat lain yang diizinkan.
Tahu adalah sebuah makanan yang familiar di kalangan masyarakat
Indonesia. selain harganya yang murah dan mudah untuk didapat, tahu
mengandung nilai protein yang tinggi karena bahan baku utamanya adalah
kedelai . Dari kedelai itulah sebab tahu menghasilkan protein , dan kedelai itu
sendiri juga mengandung vitamin K, makanan yang layak dikonsumsi adalah
makanan yang mengandung unsur 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna, dimana
yang dimaksud makanan empat sehat lima sempurna adalah makanan yang
mengandung gizi lengkap seperti karbohidrat , mineral , kalsium , serat ,
vitamin dan protein

karena tahu mengandung protein. Jadi tahu layak

digolongkan sebagai makanan empat sehat lima sempurna.


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan.
Industri tahu menggunakan bahan baku dasar kedelai asam cuka
(Cuka Batur) dan air. proses pemasakan tahu dilakukan dengan menggunakan
steam dan operasional steam membutuhkan bahan bakar. Bahan bakar yang
digunakan berupa kayu bakar, berambut, grajen, minyak tanah dll.

10

F. Alat dan Bahan


Dalam proses produksi tahu umumnya meggunakan peralatan yang
sangat sederhana. Berikut ini peralatan dan bahan yang digunakan dalam
proses produksi tahu, yaitu:
1. Bahan: a. Kacang kedelai
b. Air
c. Cuka
2. Alat: a. Ember/Baskom, tempat untuk merendam kedelai.
b. Mesin penggiling, untuk mehaluskan kedelai.
c. Mesin uap, yaitu proses pemasakan kedelai menggunakan kayu
bakar.
d. Alat penyaringan, untuk memisahkan ampas dengan sari dari
kedelai. Untuk menyaringnya digunakan kain.
e. Alat cetak, yaitu proses terakhir untuk mencetak tahu yang
sudah dicampurkan dengan cuka.
G. Proses Pembuatan Tahu
Langkah-langkah (proses) pembuatan tahu adalah sebagai berikut:
1. Kacang kedelai yang tersedia dicuci hingga bersih.
2. Lalu kedelai yang sudah bersih tersebut direndam dalam air selama 2-3
jam atau sampai kedelai terpisah dengan kulitnya.
3. Setelah melalui proses perendaman, kedelai selanjutnya digiling
menggunakan mesin penggiling dan diberi air untuk memudahkan proses
penggilingan.
4. Setelah digiling kedelai yang sudah halus tersebut kita masukkan dalam
bak-bak untuk selanjutnya diuapi.
5. Kemudian kedelai dimasak atau direbus pada mesin uap yang berbahan
kayu bakar sampai mendidih.
6. Setelah diuapi, kemudian selanjutnya dipindahkan ke alat penyaringan
utnuk disaring menggunakan kain agar sari kedelai dapat terpisah dari
ampasnya.

11

7. Ampas tahu yang tertahan pada kain lalu disimpan dalam wadah/karung
sebagai campuran makanan ternak, sedangkan sari tahu dalam bak akan
diolah lebih lanjut untuk menjadi tahu.
8. Setelah disaring, dibiarkan terlebih dahulu agar sisa-sisa airnya menetes,
dan sari tahu yang terdapat dalam air mengendap.
9. Setelah didiamkan beberapa saat, kedelai yang telah digiling diberi
sedikit cuka untuk memisahkan air dan sari kedelainya.
10. Setelah air dan sari kedelainya dipisahkan, sari kedelainya dicetak pada
cetakan yang sudah disediakan, atau dibentuk sesuai dengan keinginan.
11. Setelah dirasa sudah cukup maka cetakan kemudian ditutup. Proses ini
berfungsi untuk memberi bentuk pada produk tahu yang nantinya
diasilkan sekaligus unutk meniriskan air yang masih tertempel pada sari
kedelai tersebut.
12. Tahu yang sudah jadi dan siap dipasarkan.
H. Limbah Industri Tahu
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Dalam proses
pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan
limbah cair.
Limbah padat seperti ampas tahu belum dirasakan dampaknya
terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak seperti
ayam, bebek, sapi, kambing, babi dan sebagainya atau oncom, tetapi limbah
cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan
menyebabkan tercemarnya sungai.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi
maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang
akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya
kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya
yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan
dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan

12

berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila
limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih
digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit
lainnya.
I. Pengelolaan Limbah Tahu
a. Limbah Cair
Air limbah tahu yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu
biasanya oleh limbah industri ditampung di bak penampungan air limbah
sebelum dibuang ke lingkungan dan ada juga yang dibuang ke salurang
irigasi.
1) Gas bio
Beberapa industri menggunakan bak penampungan dalam
pengelolaan air limbah tahu. Bak-bak penampungan tersebut ada
yang dibuat sistem kedap udara/rapat udara dan ada yang sistem
terbuka. Bak sistem kedap udara dengan proses anaerobik yang
dapat menghasilkan gas alami (bio gas) yang kemudian ditampung
dengan drum kemudian gas tersebut disalurkan melalui selang ke
dapur yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan memasak. Air limbah
yang ditampung di bak-bak terbuka dibairkan mengalir dan
tergenang secara terbuka lalu mengalir ke saluran irigasi. Dalam hal
ini, bau busuk dari limbah tahu masih menyengat.
2) Sebagai sumber pupuk pertanian
Air limbah tahu yang mengandung zat organik oleh industri
langsung dibuang ke saluran irgasi dapat dimanfaatkan untuk
kesuburan tanah pertanian. Air limbah tahu merupakan limbah
organik yang mudah terurai dan baik untuk pertanian. Biasanya para
petani mencari air untuk mengairi sawahnya dan memanfaatkannya.
Selain itu, air limbah tahu juga berguna untuk tambahan makanan
ikan-ikan peliharaan di sawah. Biasanya para petani yang mengelola
ikan di sawah secara rutin dan teurs menerus mengaliri sawahnya

13

untuk makanan ikan. Dan hasilnya pun ikan cepat besar. Namun,
apabila konsentrasi air limbah terlalu pekat, maka air limbah tahu
dapat menjadi sumber pencemaran air persawahan dan kolam
sehingga ikan-ikan yang diperlihara di sawah dan di kolam akan
mati.
b. Limbah Padat
Ampas tahu yang dihasilkan biasanya oleh industry tahu dijual
untuk dimanfaatkan dalam pembuatan tempe gembus. Selain itu, ampas
tahu oleh peternak digunakan untuk pakan ternak sapi, kambing, dan babi
serta itik.

14

BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi Industri Tahu
Lokasi industri tahu yang kami pilih terletak di daerah Makassar,
Kecamatan Panakkukang, Kelurahan Karwisi. Industri ini merupakan pabrik
pembuatan tahu yang masuk dalam klasifikasi industri rumah tangga. Cara
pembuatan tahu-pun masih dengan cara sederhana sehingga peran individu
atau dalam hal ini para pekerja sangatlah berperan besar didalam proses
pembuatannya.
Pabrik yang berdiri sejak tahun 2012 ini didirikan oleh Mas Agus.
Pabrik pembuatannyapun dibangun dalam kompleks rumahnya sendiri, dan
masih bertahan sampai hari ini. Namun, sampai saat ini belum ada pihak
pemerintah yang datang untuk observasi atau menilai secara langsung pabrik
tahu yang berada di Karwisi ini.
Proses pembuatan tahu ini berlangsung di sebuah ruangan. Dan
didalam ruangan ini proses produksi tahu berlangsung secara konstan.
Didalamnya terdapat 3 pekerja dengan pembagian tugas masing-masing. Ada
yang bertugas merendam dan menggiling (1 orang). Ada yang bertugas untuk
menguapi dan menyaring (1 orang). Ada yang bertugas untuk pengendapan
dengan cuka dan mencetak (1 orang).
Di dalam ruangan tersebut peralatan yang digunakan dapat dibilang
sederhana dan masih sangat tradisional. Saat pertama memasuki pintu
ruangan kita akan melihat proses pencetakan tahu dan sebuah alat
penyaringan yang berfungsi untuk menyaring antara ampas dan air yang akan
digunakan. Kemudian proses memasak menggunakan mesin. Mesin uap atau
panas yang dikumpulkan berasal dari kayu yang dibakar bukan mesin uap.
Jadi awalnya kayu akan dibakar di dekat mesin tersebut. Lalu uap panasnya
akan terkumpul sebelum akhirnya akan disalurkan melalui pipa-pipa besi ke
bak-bak penampungan. Teknik ini merupakan pengganti teknik perebusan sari

15

kedelai, jadi pabrik ini tidak merebus sari kedelai mereka melainkan
meggunakan teknik penguapan.
Selain itu di dalam ruangan juga terdapat 1 mesin penggiling yang
berfungsi untuk memisahkan air dengan ampasnya. Selain itu juga terdapat 2
bak dari batu yang digunakan sebagai wadah untuk menguapi sari kedelai
yang dicampurkan dengan cuka. Lalu ada 4 bak plastik yang digunakan
sebagai wadah cuka yang nantinya akan dituangkan pada wadah sari kedelai
yang telah disaring.

Alat penyaringan ini terdapat disamping tempat

pencetakan tahu. Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan sari kedelai


dari ampasnya. Ada 15 cetakan dari kayu untuk mencetak tahu. Serta
beberapa wadah atau ember untuk menyimpan hasil cetakan tahu yang
nantinya akan dipasarkan ke beberapa lokasi pemasaran.
1. Lingkungan Luar/Halaman
Pabrik tahu di Karwisi tidak memiliki halaman atau lingkungan
luar di depan pabrik tersebut, karena lokasi pabrik berada di depan
jalanan dan kanal.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di pabrik tahu Karwisi sebanyak 3 pekerja dengan
pembagian tugas masing-masing. Ada yang bertugas merendam dan
menggiling (1 orang). Ada yang bertugas untuk menguapi dan menyaring
(1 orang). Ada yang bertugas untuk pengendapan dengan cuka dan
mencetak (1 orang).

Gambar 3.1 Tenaga Kerja

16

3. Produksi Tahu
Untuk memproduksi tahu tiap hari diperlukan sebanyak 375 kg
kedelai yang digunakan dan menghasilkan 25 cetakan tahu. Setiap
cetakan diperoleh dari 15 kg kedelai, dan setiap cetakan memiliki 56
potong tahu yang sudah dipotong. Jadi, pabrik tahu di Karwisi tiap
harinya memproduksi tahu sebanyak 1400 potong tahu.

Gambar 3.2 Produksi Tahu


4. Penggunaan Sumber Energi
Pabrik tahu di Karwisi menggunakan sumber energi, seperti air,
listrik, dan bahan bakar. Pabrik tersebut menggunakan air sumur bor
ketika memproduksi tahu, dan bahan bakar yang digunakan yaitu kayu
bakar. Mesin uap atau panas yang dikumpulkan berasal dari kayu yang
dibakar bukan mesin uap.

Gambar 3.3 Sumber Energi

17

5. Pemanfaatan Ampas
Industri tahu di Karwisi memanfaatkan ampas yang sudah
digiling. Biasanya, hasil ampas tersebut sebelumnya sudah dibeli oleh
orang lain atau warga sekitar yang tinggal didekat pabrik rumahan tahu
tersebut. Hasil ampas ini digunakan untuk makanan hewan ternak seperti
ayam, babi kambing, sapi dll.

Gambar 3.4 Pemanfaatan Ampas


6. Pemasaran
Hasil dari proses tahu di selanjutnya akan dipasarkan di Pasar
Karwisi dan beberapa lokasi lainnya. Serta ada juga pembeli atau
pelanggan yang mengambil pesanannya yang kemudian mereka nanti
akan menjualnya, seperti penjual tahu berkendaraan, serta penjual bakso
maupun penjual gorengan yang sudah menjadi pelanggan.

Gambar 3.5 Pemasaran

18

7. Pengambilan Air Bersih


Air yang digunakan di industri tahu Karwisi menggunakan air
sumur bor. Dalam ruangan pabrik tersebut terdapat 3 krang air dalam
melakukan proses pengelolaan tahu. Lokasi krang air tersebut yaitu
tempat perendaman kedelai, tempat penguapan (bak berisi tahu yang
diuapkan), dan tempat pencetakan tahu.

Gambar 3.6 Penggunaan Air Bersih


8. Pencahayaan
Pencahayaan

di

industri

tahu

Karwisi

menggunakan

pencahayaan alami, karena di pabrik tersebut tidak memiliki jendela.


Sehingga cahaya matahari langsung masuk di pabrik tahu tersebut.

Gambar 3.7 Pencahayaan

19

9. Kebisingan pada ruang


Di pabrik tahu Karwisi tidak terjadi adanya kebisingan dalam
ruangan tersebut. Hal ini karena dalam proses pengelolaan masih
menggunakan cara sederhana dan hanya satu mesin yang digunakan yaitu
mesin uap yang tidak menimbulkan kebisingan pada ruangan.
10. Getaran di ruang kerja
Di pabrik tahu Karwisi tidak terjadi getaran di ruang kerja. Hal
ini karena dalam proses pengelolaan masih menggunakan cara sederhana
serta ruangan pabrik tersebut memiliki ruangan terbuka .
11. Pengendalian vektor penyakit
Tidak adanya tindakan pengendalian vektor penyakit (seperti
lalat dan nyamuk) yang dilakukan oleh tenaga kerja di pabrik tahu
Karwisi agar tahu yang diproduksi nya tidak tercemar oleh kuman atau
bakteri penyebab penyakit.
12. Memiliki Toilet
Didalam ruangan pabrik tahu Karwisi memiliki 1 toilet. Toilet
tersebut belum dapat dikatakan bersih atau tidak dirawat karena adanya
lumut dan juga licin sehingga mampu membuat seseorang terpeleset.

Gambar 3.8 Toilet


13. Tempat Perendaman Kedelai
Pabrik tahu di Karwisi memiliki tempat perendaman kedelai
yaitu sebuah wadah bak plastik atau ember. Perendaman kedelai ini
termasuk dalam proses pembuatan tahu. Lokasi tempat perendaman
kedelai terdapat di dekat kran air. Proses perendaman selama lebih dari 2
jam.

20

Gambar 3.9 Tempat Perendaman Kedelai


14. Mesin Penggiling
Pabrik tahu di Karwisi memiliki mesin pengiling. Mesin
penggiling ini dilakukan setelah merendam kedelai selama lebih dari 2
jam. Lokasi mesin penggiling ini terdapat di dekat tempat perendaman
kedelai.

Selama

proses

penggilingan

ditambahkan

air

untuk

mempermudah penggilingan.

Gambar 3.10 Mesin Penggiling


15. Mesin Uap (Pemasakan)
Pabrik tahu di Karwisi memiliki mesin uap. Mesin uap ini
digunakan pada proses pemasakan. Mesin uap atau panas yang
dikumpulkan berasal dari kayu yang dibakar bukan mesin uap. Jadi
awalnya kayu akan dibakar di dekat mesin tersebut. Lalu uap panasnya
akan terkumpul sebelum akhirnya akan disalurkan melalui pipa-pipa besi
ke bak-bak penampungan. Terdapat 2 bak penampungan untuk

21

menampung sari kedelai yang sudah dihaluskan/digiling yang selanjutnya


akan diuapi.

Gambar 3.11 Mesin Uap


16. Alat Penyaringan
Pabrik tahu di Karwisi memiliki alat penyaringan yang
merupakan bagian dari proses pembuatan tahu. Alat penyaringan ini
terdapat disamping tempat pencetakan tahu. Penyaringan ini berfungsi
untuk memisahkan sari kedelai dari ampasnya. Setelah diuapi,
selanjutnya dipindahkan ke kain penyaring dan dibutuhkan waktu 10
menit agar sari kedelai dapat terpisah dari ampasnya. Ampas tahu akan
tetap bertahan dalam kain sementara sari dari kedelai akan jatuh kedalam
wadah yang sudah disiapkan dibawahnya dan selanjutnya dipindahkan ke
bak yang yang sudah diberikan cuka.

Gambar 3.12 Alat Penyaringan

22

17. Tempat Menaruh Cuka


Pabrik tahu di Karwisi memilki tempat untuk menaruh cuka.
Terdapat 4 bak penampungan asam cuka. Asam cuka diperoleh atau
dibeli hanya dalam setahun atau dua tahun sekali. Artinya, air cuka itu
akan dipakai berulang-ulang dalam proses pembuatan tahu dan selama
pabrik tahu tersebut terbuka. Wadah cuka ini merupakan tempat dari hasil
sari kedelai yang sudah di masak di mesin uap yang akan dicampurkan
dengan asam cuka. Para pekerja cukup mengandalkan perasaan untuk
mengukur banyaknya cuka yang akan dicampurkan.

Gambar 3.13 Tempat Menaruh Cuka


18. Alat Percetakan
Percetakan merupakan proses terakhir dari pembuatan tahu.
Pabrik tahu di Karwisi memiliki 15 cetakan dari kayu untuk mencetak
tahu. Setelah tadi di letakan pada cetakan dan selanjutnya menunggu agar
tahunya jadi sempurna. Kemudian di distribusikan ke pasar-pasar lokal.

Gambar 3.14 Alat Percetakan

23

19. Pengelolaan Limbah


Pengelolaan limbah di pabrik tahu Karwisi sebagaian besar
sudah dikelola dengan baik seperti ampas sisa tahu yang digunakan oleh
sebagian besar warga sekitar untuk campuran makanan ternak bahkan
bisa dikomersilkan untuk di jual kepada orang yang telah memesan
sebelumnya. Sedangkan pada pengelolaan limbah cairnya dikumpulkan
dalam 1 bak penampungan dan belum bisa memanfaatkan limbah cair
tersebut dengan baik seperti menggunakannya sebagai biogas tersebut
sebagai bahan bakar pengganti gas yang dapat di gunakan pada rumah
tangga karena proses pengelolaan limbahnya masih dalam tahap uji coba.
Kemudian limbah asap dari pabrik tahu tersebut juga dapat
mengakibatkan masalah kesehatan bagi para pekerja disana akibat
terpapar terus-menerus oleh asap dari pengelolaan tahu tersebut karena
tidak menggunakan masker dan aroma dari tahu tersebut juga sangat
mengganggu karena menimbulkan bau yang busuk.

Gambar 3.15 Pengelolaan Limbah

24

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengolahan limbah cair industri tahu dapat berupa pengolahan limbah cair
secara anaerob, aerob, dan kombinasi anaerob-aerob. Sedangkan pengolahan
limbah padat yang berupa ampas tahu dapat dimanfaatkan kembali menjadi kecap,
taoco, tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai makanan (kue
kering, cake, lauk pauk, kerupuk, dll.), digunakan sebagai bahan pembuat tempe
gembus, serta juga diolah untuk dijadikan pakan ternak.

Gambar 4.1 Diagram Proses Pengolahan Limbah Industri Tahu dengan


Sistem Anaerob Boiogas

25

Gambar 4.1 Diagram Proses Pengolahan Limbah Industri Tahu dengan


Sistem Kombinasi Biofilter Anaerob-aerob

B. Saran
1. Karyawan yang bekerja di pabrik tahu setidaknya memakai seragam,
penutup kepala, dan sarung untuk kepentingan hygiene tahu tersebut.
2. Perlu diadakan tindakan penyusunan tempat penyimpanan kedelai hingga
percetakan tahu agar pabrik tahu terlihat lebih rapid an teratur.
3. Ruangan sebaiknya diberikan pencahayaan yang lebih terang agar
pekerja dapat bekerja secara efektif dan pada lantai diharapkan selalu
kering untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.
4. Dalam masa percobaan, pengolahan limbah tahu agar kiranya jika
berhasil harus selalu dikontrol dan dijaga penanganannya.

26

Anda mungkin juga menyukai