Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha bagi terbentuknya manusia yang memiliki kecakapan dalam
ilmu pengetahuan, mengabdi kepada masyarakat sehingga dapat berperan serta
dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang adil dan makmur. Dalam
rangka mewujudkan harapan tersebut, berbagai bentuk usaha atau kegiatan
ilmiah yang diterapkan dalam dunia industri yaitu melakukan kegiatan magang.
Tujuan dari kegiatan praktik industri ini diharapkan mahasiswa dapat
memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa
pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia
kerja yang sebenarnya. Sebab, untuk dapat terjun langsung di masyarakat tidak
hanya dibutuhkan pendidikan. Formal yang tinggi dengan perolehan nilai yang
memuaskan serta keterlampilan (skill) dan pengalaman pendukung untuk lebih
mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Politeknik Kesehatan Jurusan Sanitasi dilahirkan oleh perwujudan dan
keinginan pemerintah dan masyarakat untuk menjadi lembaga pendidikan
tinggi profesional menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterlampilan tinggi, mandiri, dan berwawasan maju dengan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, budaya, dan kemanusiaan dalam upaya
kesejahteraan masyarakat.
Sanitasi Industri adalah proses menciptakan kondisi atau suasana
lingkungan industri yang bersih dengan harapan karyawan dapat bekerja
dengan aman, nyaman, dan lebih produktif dan pada akhirnya dapat
memberikan kontribusi yang positip bagi industri itu sendiri.
Kompetensi yang diharapkan Jurusan Diploma 3 Sanitasi, Politeknik
Kesehatan Tanjung karang yaitu menguasai dan mampu menerapkan sanitasi
industri dan keselamatan kerja pada tingkat madya yang berbasis pada bidang
kesehatan lingkungan dalam arti yang luas,mencakup sanitasi industri dan
keselamatan kerja, beberapa persyaratan sanitasi industri, anatara lain

1
ketersediaan air bersih, adanya pengelolaan air limbah dan sampah,
ketersediaan ruang yang cukup sesuai persyaratan, tingkat kebisingan ditempat
kerja, getaran, syarat radiasi, ketiadaan vektor pembawa penyakit, serta adanya
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Praktek diperusahaan merupakan salah satu program untuk pencapaian
menuju lulusan yang diharapkan. Praktek kerja lapangan industri ini
merupakan kegiatan akademik yang dilakukan secara langsung pada industri
yang sesuai dengan program studi mahasiswa. Kurikulum yang diberikan pada
jenjang diploma ini 60% praktek dan 40% teori, sehingga praktek industri ini
memang sangat diperlukan untuk melihat capaian kemampuan mahasiswa.
Mahasiswa program studi Jurusan Kesehatan Lingkungan Prodi DIII
Sanitasi dan salah satu materi adalah sanitasi industri dan keselamatan kerja
industri, pada pemilihan tempat praktek kerja di industri, mahasiswa ingin
lebih mendalami dan mengimplementsikan ilmu yang sudah didapat di
perkuliahan serta dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada pada
diri masing-masing sebagai bekal untuk terjun langsung ke dunia kerja setelah
lulus dan mempunyai kulitas dalam bersaing di pasar bebas. Untuk itu
diharapkan adanya kerjasama yang baik yang selalu bersinergi antar dunia
industri dengan institusi pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana penerapan Sanitasi Industri Dan
Keselamatan Kerja Industri di PT. GGP PG 4 Kecamatan Labuhan Ratu,
Lampung Timur Tahun 2020.

C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM DARI MAGANG
a. Mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis
secara langsung dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam
kegiatan di bidang Sanitasi Industri dan Keselamatan Kerja

2
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang diterima selama perkuliahan,
serta mampu bekerja sama dalam sebuah team work pada praktek di
lapangan.
c. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan perusahaan lokasi
magang sehingga diharapkan kerjasama yang terjalin dapat berlanjut.

2. TUJUAN KHUSUS DARI MAGANG


a. Mengetahui alur proses produksi, alur proses perngelolaan limbah
(cair,padat,B3)
b. Melihat dan memahami secara langsung proses pengendalian mutu dan
keselamatan
c. Mengetahui proses sanitasi industri yang dilakukan oleh perusahaan
sesuai persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan
kerja industri.

D. MANFAAT MAGANG
Manfaat pelaksanaan magang di Perusahaan / Industri adalah :
a. Memperoleh gambaran sanitasi industry di perusahaan
b. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan
sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.

E. RUANG LINGKUP MAGANG


Membatasi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan di bagian BP-K3 dan
Departement Packing House Fresh Pineapple.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN INDUSTRI
Industri adalah seluruh bentuk kegiataan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan
barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi termasuk jasa
industri. (Effendi, H. 2003)

B. PENGERTIAN HYGIENE DAN SANITASI INDUSTRI


Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes
RI , 2004).
Sanitasi industry adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dalam seluruh bentuk kegiataan ekonomi
yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri
sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi termasuk jasa industri. (Ghozali, Imam. 2009)

C. PERSYARATAN HYIGIENE DAN SANITASI INDUSTRI


1. Lokasi
Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang
diakibatkan antara lain oleh bahan pencemar seperti banjir, udara (debu,
asap, serbuk, bau), bahan padat (sampah, serangga, tikus) dan sebagainya.
Bangunan harus dibuat dengan cara yang terlindung dari sumber pencemar
seperti tempat pembuangan sampah umum, WC umum, pengolahan limbah
dan sumber pencemar lainnya yang diduga dapat mencemari hasil produksi
makanan. Pengertian jauh dari sumber pencemaran adalah sangat relatif

4
tergantung kepada arah pencemaran yang mungkin terjadi seperti arah
angin dan aliran air. Secara pasti ditentukan jarak minimal adalah 500
meter, sebagai batas kemampuan terbang lalat rumah atau mempunyai
dinding pemisah yang sempurna walaupun jaraknya berdekatan.
2. Konstruksi
Secara umum konstruksi dan rancang bangun harus aman dan
memenuhi peraturan perundang-undangan tentang Keselamatan dan
Keamanan yang berlaku, seperti memenuhi undang-undang gangguan
(Hinder Ordoonantie) dan sesuai dengan peruntukan wilayahnya
(Rancangan Umum Tata Ruang), Pedoman Konstruksi Bangunan Umum,
Pedoman Plumbing Indonesia dan lain-lain.
3. Halaman
Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan
nomor pendaftaran/Laik hygiene sanitasi makanan di tempat yang mudah
dilihat. Halaman harus selalu kering dan terpelihara kebersihannya, tidak
banyak serangga (lalat, kecoa) dan tikus serta tersedia tempat sampah yang
memenuhi syarat kesehatan, serta tidak terdapat tumpukan barang-barang
yang tidak teratur sehingga dapat menjadi tempat berkembang biaknya
serangga dan tikus.
4. Tata ruang
Pembagian ruang untuk restoran dan rumah makan minimal terdiri
dari dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan dan ruang
adminsitrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk memisahkan
ruangan yang satu dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu. Ruangan
harus ditata dengan baik sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta
barang-barang lainnya yang dapat mencemari makanan.
5. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak
mudah rusak, tidak lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan
tahan terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Dibuat miring ke arah
tertentu dengan kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga tidak terjadi

5
genangan air, serta mudah untuk dibersihkan. Untuk itu bahannya harus
kuat, rata, kedap air dan dipasang dengan rapi. Pertemuan antara lantai
dengan dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati)
dengan tujuan agar sisa-sisa kotoran mudah dibersihkan dan tidak
tertinggal/ menumpuk di sudut-sudut lantai.
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang dan tidak
lembab dan mudah dibersihkan. Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat,
kering, tidak menyerap air, dipasang rata tanpa celah/retak. Dinding dapat
dilapisi plesteran atau porselen agar tidak mudah ditumbuhi oleh jamur atau
kapang. Keadaan dinding harus dipelihara agar tetap utuh, bersih dan tidak
terdapat debu, lawa-lawa atau kotoran lain yang berpotensi menyebabkan
pencemaran pada makanan.
7. Atap dan langit-langit
Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan
kotoran lain, sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap
tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan
tikus. Langit-langit harus terpelihara dan selalu dalam keadaan bersih,
bebas dari retakan dan lubang-lubang dan tidak menjadi sarang serangga
dan tikus. Tinggi langit-langit minimal adalah 2,4 meter di atas lantai,
makin tinggi langit-langit, makin baik persyaratannya, karena jumlah
oksigen ruangan semakin banyak.
8. Pintu dan jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri (self closing)
dan membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana
makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat kassa yang dapat dibuka
dan dipasang. Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat
menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kawat kasa,
tirai plastik, pintu rangkap dan lain-lain. Setiap bagian bawah pintu
sebaiknya dilapisi logam setinggi 36 cm, untuk mencegah masuknya tikus.
Jarak pintu dengan lantai harus cukup rapat dan tidak lebih dari 5 mm.
9. Pencahayaan

6
Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk
melakukan pekerjaan. Setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat
cuci peralatan dan tempat cuci tangan, internsitas pencahayaan sedikitnya
10 foot candle pada titik 90 cm dari lantai. Pencahayaan harus tidak
menyilaukan dan tersebar merata, sehingga sedapat mungkin tidak
menimbulkan bayangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menempatkan beberapa lampu dalam satu ruangan.
Pencahayaan dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle
meter).

10. Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman
berkisar antara 28o C – 32oC. Sejauh mungkin ventilasi harus cukup untuk
mencegah udara ruangan tidak terlalu panas, mencegah terjadinya
kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit, dan
membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
Ventilasi dapat diperoleh secara alamiah dengan membuat lubang
penghawaan yang cukup. Lubang penghawaan bisa berupa lubang
penghawaan tetap dan lubang penghawaan insidental (misalnya jendela
yang bisa dibuka dan ditutup). Jumlah lubang penghawaan minimal 10%
dari luas lantai. Aliran ventilasi yang dipersyaratkan adalah minimal 15 kali
per menit. Bila ventilasi alamiah tidak dapat memenuhi persyaratan maka
bisa dibuat ventilasi buatan berupa ventilasi mekanis, misalnya kipas angin,
exhauser fan, AC.
11. Ruangan Pengolahan Makanan
Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang
bekerja dengan mudah dan efisien, mencegah kemungkinan kontaminasi
makanan dan memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan makanan tidak
boleh berhubungan langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi,
dan dibatasi dengan ruangan antara luas lantai dapur yang bebas dari
peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi untuk setiap orang pekerja.

7
12. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan
Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. Bak
pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) bak pencuci yaitu untuk
merendam (Hushing), menyabun (washing) dan membilas (rinsing).
Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan
larutan Kalium Permanganat (PK) 0,02% satu sendok teh dalam satu ember
ukuran 10 liter atau disiram air mendidih (80oC) dalam beberapa detik atau
menggunakan larutan zat kaporit 50 ppm. Satu sendok makan dalam ember
ukuran 10 liter.
13. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan,
sebagai berikut: 1-10 orang : 1 buah, dengan tambahan 1 (satu) buah untuk
setiap penambahan 10 orang atau kurang. Tempat cuci tangan diletakkan
sedekat mungkin dengan pintu masuk, sehingga setiap orang yang masuk
dapur pertama kali adalah mencuci tangan.
14. Air bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan
pengelolaan makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017. Air bersih secara fisik adalah
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman
penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu sebelum digunakan.
15. Jamban dan peturasan
TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia.
Jamban harus dibuat dengan leher angsa dan dilengkapi dengan air
penyiraman dan untuk pembersih badan yang cukup serta tissue dan diberi
tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan

8
dengan sabun sesudah menggunakan jamban. Jumlahnya harus memadai
seperti table berikut :
Perbandingan Jumlah Karyawan dengan banyaknya Jamban yang harus
tersedia
16. Kamar mandi
TPM harus dilengkapi dengan kamar mandi dengan air kran mengalir
dan saluran air limbah yang memenuhi pedoman plumbing. Jamban kamar
mandi harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1-10
orang, dengan penambahan 1 (satu) buah untuk setiap 20 orang. Kamar
mandi dianjurkan tanpa bak mandi, tetapi menggunakan shower
(pancuran). Sehingga dapat mencegah pertumbuhan larva nyamuk penular
penyakit. Kalau ada kamar mandi harus dikuras seminggu sekali.
17. Tempat sampah
Tempat sampah untuk menampung sampah sementara dibuat dari
bahan yang kuat, kedap air dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup
dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan
makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume tempat sampah
disesuaikan dengan produksi sampah pada setiap kegiatan. Sampah harus
sudah dibuang dalam waktu 1 x 24 jam dari TPM. Kantong sampah yang
telah penuh di tempatkan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah.
18. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan
Locker karyawan dibuat dari bahan yang kuat, aman, mudah
dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
karyawan. Locker ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan
gudang. Locker untuk karyawan pria hendaknya terpisah dengan locker
karyawan wanita.

D. PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT


KERJA (K3 INDUSTRI)
Keselamatan dan kesehatan kerja industri adalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para

9
pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian
semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila
semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman,
maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan
dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas.

E. PERSYARATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN DI TEMPAT


KERJA (K3 INDUSTRI)
Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga). Pada pasal tersebut
disebutkan 18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja di
tempat kerja di antaranya sebagai berikut :
1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan &
getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.

10
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang,
tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan &
penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.

F. BAHAYA DAN HAZARD DI LINGKUNGAN INDUSTRI


Bahaya ( hazard ) adalah faktor intrinsic yang melekat pada sesuatu biasa
pada barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi ).Bahaya ini akan tetap
menjadi bahaya tanpa menimbulkan dampak/konsekuensi ataupun berkembang
menjadi accident bila tidak ada kontak dengan manusia.
Faktor hazard ditempat kerja
1. Faktor fisik
a. Kebisingan
b. Getaran
2. Faktor biologi
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
d. Parasit
3. Faktor Ergonomi
a. Sikap tubuh dalam bekerja
b. Jam kerja dan jam lembur
4. Faktor Psikologi
a. Motivasi dan kepuasan kerja
b. Seleksi dan penempatan pegawai
c. Penyakit akibat kerja (PAK)
5. Faktor Kimia
Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia dan atau fisika dan atau toksikilogui berbahaya terhadap tenaga kerja
instalasi dan lingkungan .

11
G. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaaan
dan atau lingkungan kerja . Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (3)
Peraturan Pemerintahan Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja:
1. Faktor Fisik
2. Golongan Kimia
3. Golongan Biologi
4. Golongan mental Psikologi
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Kewaspadaan untuk menghindari penyakit akibat kerja tersebut bisa berupa :
1. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
3. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga
kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.

Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu


pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:
1. Pakailah APD secara benar dan teratur
2. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.

12
BAB III

HASIL KEGIATAN

A. GAMBARAN UMUM INDUSTRI


1. SEJARAH INDUSTRI
Perusahaan Nusantara Tropical Farm berdiri pada tahun 1992 dengan
nama Nusantara Tropical Fruit, yang bergerak pada sector holtikultura
dengan tanaman yang ditanami yaitu pisang cavendis dan jambu Kristal.
Dahulu perusahaan ini merupakan perusahaan perusahaan hasil
penggabungan antara perusahaan gunung sewu group (Indonesia) dengan
Delmonte Produce asal Filipina, dan kemudian pada tahun 1996 melepas
semua asetnya sehingga gunung sewu group mengakusisi 100% dari
perusahaan tersebut. Perusahaan ini terletak di Desa Labuhan Ratu,
Kecamatan Raja Basa Lama, Lampung Timur. Seiring perjalanannya waktu
sekarang perusahaan ini bergabung di group giant food (GGF) dan PT.
Nusantara Tropical Farm (PT.NTF) Merger ke PT. Great Giant Pineapple
pada tanggal 1 januari 2018, sehingga nama perusahaan ini menjadi PT.
Great Giant Pineaple Plantation Group 4 (PT. GGP PG4).
Varietas nanas pertama kali ialah varietas nanas tanpa duri (smooth
cayenne) yang berasal dari Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Lampung.
Konsultan pada mulanya didatangkan dari Taiwan Pineapple Corporation
dan ahli teknologi mesin untuk pengelolaan nanas didatangkan dari Amerika
Serikat, Jerman Barat, Jepang, Italia dan Taiwan yang kemudian
dimodifikasi.
Upaya Peningkatan kualitas produksi tanaman nanas terus dilakukan
setiap tahunnya. Pada tahun 1985, PT GGPC berhasil mengekspor nanas
kaleng yang berasal dari sari buah nanas. Pemanfaatan limbah pengolahan
nanas menghasilkan pengembangan perusahaan dengan didirikannya PT
Great Giant Livestock Company.

13
2. LOKASI
Perkebunan PT Great Giant Foods Plant Group IV berlokasi di Jl
Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Secara geografis terletak
pada 4o37’-5o15’ LS dan 1060 32’-106o52’BT. Secara adminisratif terletak
di :
1. Selatan : Kecamatan Labuhan Ratu
2. Utara : Taman Nasional Way Kambas
3. Timur : Taman Nasional Way Kambas
4. Barat : Kecamatan Sukadana

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Gambar 3.1. Peta lokasi PT Great Giant Pineapple PG4


P
PT Great Giant Food Plant Group IV terdapat beberapa komoditi yaitu nanas,
pepaya, jambu, pisang, markisa, mangga. Untuk tanaman pepaya, markisa, dan
mangga masih berupa lahan research untuk di kembangkan lebih lanjut.

14
3. VISI dan MOTTO INDUSTRI
Visi dari PT Great Giant Foods PG4 Lampung Timur, yaitu :
a. Menjadi produsen nanas terbesar dalam bidang olahan didunia
b. Menjadi pemimpin dalam makanan segar dan olahan diseluruh dunia
c. Menjadi pemimpin makanan segar dan olahan yang terdepan dalam
industri.

Motto dari PT Great Giant Pineapple PG4 Lampung Timur, yaitu :

Gambar 3.2. Motto PT. Great Giant Pineapple PG4

15
4. STRUKTUR ORGANISASI
Strukur organisasi di PT Great Giant Foods PG4 Dipimpin oleh
seorang direktur yang dibantu oleh manager serta beberapa kepala bagian
dan kepala divisi, sehingga wewenang berlangsung secara vertikal.

Gambar 3.3. Struktur Organisasi PT. GGP PG4

16
Berikut merupakan rincian tugas dari masing - masing bagian organisasi :
1. Direktur Produksi memiliki beberapa tugas, yaitu :
a. menentukan pokok-pokok kebijakan dan pengendalian perusahaan
sebagai pelaksana kebijakan umum yang telah ditetapkan
b. membuat perencanaan perusahaan dibantu oleh manager dan kepala
bagian lainnya
c. menjalankan operasional perusahaan secara menyeluruh
d. melaksanakan pengawasan dan analisa operasional perusahaan
e. bertanggung jawab terhadap kebijakan, pengendalian perusahaan dan
mengadakan langkah-langkah kongkrit bagi kepentingan,kemajuan
serta perkembangan perusahaan

2. Bagian Keuangan bertanggung jawab terhadap penerimaan dan


pengeluaran perusahaan, merencanakan jumlah upah tenaga kerja yang
akan dibayar

3. Bagian akuntansi bertanggung jawab terhadap seluruh data keuangan


perusahaan baik pengeluaran maupun penerimaan, serta surat-surat
berharga

2. Bagian personalia memiliki beberapa tugas, yaitu :


a. Bertanggung jawab untuk mempersiapkan, membina dan
membentuk sumberdaya manusia yang ada di PT Great Giant Foods
b. Melaksanakan pengawasan bidang ketenagakerjaan dan bidang
administrasi umum
c. Mengatur penggolongan upah dan tenaga kerja
d. Membantu memimpin perusahaan dalam bidang kesejahteraan
karyawan/buruh serta menyediakan sarana dan fasilitas bagi
karyawan dan buruh perusahaan
e. Menyeleksi tenaga kerja serta karyawan yang akan diterima untuk
bekerja di PT Great Giant Foods PG4
f. Bertanggung jawab atas pelatihan tenaga kerja

17
3. Bagian Humas memiliki beberapa tugas, yaitu :
a. Bertanggung jawab atas hubungan dengan masyarakat luar dalam
lingkup perusahaan
b. Sebagai pusat pelayanan umum
c. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan kantin perusahaan,
kebersihan kantor, akomodasi tamu dan lain-lain
d. Bertanggung jawab terhadap tenaga kerja dan biaya yang timbul
dalam departemennya

4. Bagian purchasing memiliki beberapa tugas, yaitu :


a. Bertanggung jawab dalam penyediaan alat-alat permintaan seluruh
bagian
b. Mengirimkan barang-barang yang telah dibeli

7. Manager memiliki beberapa tugas, yaitu :


a. Bertanggung jawab terhadap operasional
b. Pengawasan terhadap operasional masing-masing divisi
c. Bertanggung jawab terhadap operasional lahan, mulai dari awal
produksi sampai akhir produksi.

8. Bagian produksi memiliki beberapa tuga, yaitu :


a. Bertanggung jawab terhadap mutu produk yang dihasilkan
b. Memproses buah yang telah dipanen oleh bagian plantation untuk
kemudian dikemas
c. Mengirimkan hasil produksi ke pasaran luar
d. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan barang-barang produksi

9. Bagian mekanik memiliki beberapa tugas, yaitu :


a. Bertanggung jawab atas operasional unit untuk melayani seluruh
bagian
b. Bertanggung jawab terhadap perbaikan unit/alat kerja seluruh bagian

18
10. Bagian storagememiliki beberapa tugas, yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap pengadaan material untuk operasional
seluruh bagian
b. Mendata pengiriman barang ke lokasi seluruh bagian
c. Mendata pemasukan bagian dari purchasing

11. Bagian MTC laboratorium kultur jaringan memiliki tugas untuk


bertanggung jawab terhadap operasional pembuatan bibit

12. Bagian nursery memiliki beberapa tugas, yaitu :


a. Bertanggung jawab terhadap penanaman bibit dan pengelolaan
pembibitan
b. Bertanggung jawab terhadap pengiriman bibit ke seluruh areal PT
Great Giants Foods PG4.

5. TENAGA KERJA
a. PKWTT
PKWTT adalah pekerja yang mempunyai perjanjian kerja waktu
tertentu dan pekerja yang mempunyai waktu tidak tertentu. Jumlah
pekerja laki-laki yaitu 407 orang sedangkan yang perempuan 64 orang.
b. PKWT
PKWT adalah tenaga kerja dan pekerja harian lepas. Jumlah pekerja
laki-laki yaitu 3.805 orang dan perempuan 1.941 orang.

6. FASILITAS KESEJAHTERAAN
a. Fasilitas Olahraga
b. Fasilitas Kesehatan
c. Fasilitas Makan
d. Fasilitas Ibadah
e. Fasilitas Perumahan

19
7. SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI
a. Sarana :
1) Balai Pengobatan
2) Lab tanah
3) Lab HPT
4) Gedung alpha
5) Farming Service
6) Packing House
7) lapangan basket
8) lapangan futsal
9) Ware House
b. Pra Sarana :
1) Mesin pengolahan tanah
2) Mesin perawatan nanas
3) Mesin penanganan pasca panen

8. LOGO PERUSAHAAN

Gambar 3.4. Logo PT. Great Giant Pineapple PG4

20
B. HASIL PRAKTIKUM SANITASI INDUSTRI DAN K3 INDUSTRI
1. Jadwal Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapangan Di PT. GGP PG4
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan
No Waktu kegiatan Rincian kegiatan
1 Senin,13 januari 1. Diterima oleh pihak PT. GGP PG4
2020 2. Perkenalan dasar-dasar K3
3. Mempelajari tingkat bahaya di packing
house nanas
2 Selasa, 14 januari 4. Mempelajari tentang prosedur HIRA
2020 5. Pengumpulan data program K3
6. Mengetahui program pest control
3 Rabu, 15 januari 7. Melakukan kegiatan sidak dan sosialisasi
2020
4 Kamis, 16 januari 8. Mengetahui alur pengelolaan limbah di
2020 gudang
9. Mengetahui alur pengelolaan limbah cair,
padat dan limbah b3.
5 Jumat, 17 januari 10. Mengetahui pengolahan air bersih di
2020 gudang dan mengetahui penyakit akibat
kerja
6 Sabtu, 18 januari 11. Diskusi
2020
7 Senin, 20 januari 12. Pengukuran kebisingan dan pencahayaan
2020 di PH
13. Mengetahui dan melihat jumlah toilet dan
kesesuaian dengan jumlah pekerja
14. Mengetahui alur produksi nanas
15. Pengamatan konsistensi penggunaan APD
pada alur produksi nanas
16. GMP (Personal Hygiene) Sanitasi industry
17. Melihat rumah APD
8 Selasa, 21 januari 18. Mengetahui alur pengelolaan limbah di
2020 PH dan mengetahui pengolahan air bersih
dan air minum di PH
9 Rabu, 22 januari 19. Laporan
2020
10 Kamis, 23 januari 20. Presentasi
2020
11 Jumat, 24 januari 21. Perbaikan laporan
2020

21
2. PROSES PRODUKSI (DIAGRAM ALIR) PACKING HOUSE NANAS

Penerimaan buah Penerimaan buah Line proses (potong


(raw material) area (raw material) bak puncle)
forklift pencucian buah

Line proses (packer Line proses Line proses


dan timbang) (grading dan (waxing dan
timing) fungisida)

Gudang material
Paletezing anteroom
packaging dan supply
box

Rapid cooling 1 Cold storage


loading Rapid cooling 2

Keterangan :

1. Penerimaan buah (raw material) area forklift


Buah dari hasil perkebunan dimasukkan kedalam bak pencucian buah
2. Penerimaan buah (raw material) bak pencucian buah
Proses pencucian buah dilakukan dengan melalui 2 tahap. tahap pertama
pada kolam pertama berisi air bersih, selanjutnya pada kolam kedua berisi
air klorin yang dilakukan pergantian air setiap 12 jam sekali.
3. Line proses (potong puncle)
Buah yang msuk akan dilakukan pemotongan puncle dan kron
4. Line proses (waxing dan fungisida)
Buah yang telah memasuki proses pemotongan, selanjutnya akan
dilkakunnya proses penyemprotan fungsida dan waxing. Penyemprotang

22
fungsida dilakukan di bagian puncle dan kron. Sedangkan waxing dilakukan
di bagian bawah. Fungsi dari pemberian fungisida yaitu untuk mengurangi
jamur agar buah tetap segar. Sedangkan fungsi waxing yaitu supaya buah
nanas warnanya lebih mencolok.
5. Line proses (grading dan timing)
Line proses (grading dan timing) adalah tempat pemisahan buah sesuai
dengan ukuran buah nanas.
6. Line proses (packer dan timbang)
Adalah tempat penimbangan buah yang akan dimasukkan kedalam box
sesuai size
5. Gudang material packaging dan supply box
Adalah tempat yang memberikan suplay kardus untuk pengisisan buah
nanas
6. Paletezing
Tempat mempalet atau menyusun buah per size dan per zona
7. Anteroom
Ruang antara menuju cold storage rapid cooling 1 dan rapid cooling 2
8. Cold storage
Tempat penyimpanan buah sebelum dikirm
9. Rapid cooling 1
Untuk proses pendinginan buah
10. Rapid cooling 2
Untuk proses pendinginan buah
11. Loading
Proses pengiriman melalui container

3. PENGOLAHAN AIR BERSIH


Kami mengunjungi kantor alfa dan packing house nanas. Di kantor alfa
air bersih bersumber dari 1 sumur bor dan terdapat 1 tower untuk
penyimpanan air untuk keperluan bagian kantor alfa, mest, kantin, balai
pengobatan, workshop hingga toilet. Penggunaan 1 sumur bor di kantor alfa
dapat mencukupi kebutuhan karyawan. Packing House Fresh Pineapple PG

23
4 memiliki suber air bersih berjumlah 3 sumur bor yaitu di stasiun 837,
stasiun 842 dan didalam area PH nanas. Kedalaman sumur bor yaitu 60-80
meter. Di sini terdapat 3 tower air yang salah satunya berkapaitas 143.000
liter. Berikut gambar tower yang ada di PH nanas:

4. PENGOLAHAN LIMBAH
a. Limbah padat
Limbah padat di PT GGP PG4 terdiri dari limbah organik dan
limbah an organic. Pengelolaan limbah tersebut dilakukan oleh pihak ke-
3. Untuk membedakan limbah organik dan anorganik dibedakan lokasi
TPS nya. Sedangkan Limbah padat yang dihasilkan dari hasil produksi
PH nanas yaitu crown dan buah yang riject. Limbah tersebut dibuang
berdasarkan TPS nya masing-masing, yaitu crown dibuang dilokasi TPS
218 sedangkan buah yang reject dibuang di TPS catle.

b. Limbah cair

24
Kami disini mengunjungi pengelolaan limbah cair di PT. GGP PG4
bagian kantor alfa dan packing house nanas. Di kantor alfa limbah cair
yang dihasilkan berasal dari perumahan atau mess dan kantor. Contoh
limbahnya antara lain sisa deterjen dari proses pencucian di perumahan.
Packing House Nanas PG4 terdapat beberapa jenis limbah cair antara
lain larutan chlorin bekas pencucian buah nanas berasal dari plantation,
larutan waxing dan fungisida sisa dari pelapisan nanas.

c. Limbah B3
Kami disini mengunjungi pengelolaan limbah B3 di PT. GGP PG4
bagian kantor alfa dan packing house nanas. Limbah B3 di PT GGP PG 4
diantaranya oli, aki bekas, filter bekas, drum chemical dan karung bekas
pupuk kimia.

5. SISTEM MANAGEMENT K3
Sistem management K3 di PT. GGP PG4 Kecamatan Labuhan Ratu
Kabupaten Lampung Timur sudah mendapatkan sertifikat Global GAP dan
sertifikat HACCP. PT. GGP PG4 masih berproses untuk mencapai Zero
Accident.

25
6. PENGUKURAN–PENGUKURAN PRAKTEK
a. Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga

mengganggu atau membahayakan kesehatan. Menurut Mentri

Lingkungan Hidup Tahun 1996 cara pengukuran menggunakan

Soundlevel Meter dengan ketinggian 1,2 meter selama 10 menit/ 5 detik

sehingga memperoleh 120 data. Fungsi dilakukan pengukuran kebisingan

adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan apakah sudah sesuai dengan

nilai ambang batas di PERMENKES No 70 tahun 2016 dan juga untuk

mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja. Pengaruh

kebisingan terhadap tenaga kerja sebagai berikut :

1) Gangguaan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
emosi dan lain-lain.
3) Gangguan Komunikasi
Dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan dapat berakibat
kepada pekerjaan karena tidak dapat mendengar isyarat ataupun tanda
bahaya.
4) Gangguan pada pendengaran atau ketulian
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gangguan
pendengaran ini bersifat progresif tapi apanila tidak dikendalikan dapat
menyebabkan ketulian permanen.

Data Hasil Pengukuran Kebisingan


Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020

26
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Fruit Receiver
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.2. Data Kebisingan Ruang Fruit Receiver


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 96,4 95,8 95,3 95,6 96,0 95,7 96,1 95,9 95,8 96,0 95,6 96,1
2 96,4 96,3 96,2 96,6 96,0 97,4 95,4 95,8 96,3 95,8 96,2 95,7
3 96,1 96,3 95,2 96,3 95,9 96,1 96,0 95,9 96,3 95,8 95,9 95,2
4 95,9 95,8 96,2 95,8 96,2 96,7 96,1 96,8 97,0 96,0 96,2 97,5
5 95,6 96,2 95,2 97,0 96,1 96,3 96,9 96,0 96,9 96,2 97,1 96,9
6 96,3 96,0 96,7 96,2 95,9 96,2 96,3 96,0 95,7 95,9 96,2 96,8
7 96,8 96,5 96,6 96,8 96,1 96,7 96,3 96,5 95,9 96,4 97,0 96,8
8 97,6 96,3 96,1 96,2 96,8 95,8 96,6 96,1 95,7 96,7 97,2 96,8
9 96,4 96,6 96,1 96,5 96,2 96,4 96,3 96,8 96,8 96,9 95,8 95,7
10 96,2 95,8 96,1 95,7 96,2 96,1 95,5 96,5 95,6 96,3 95,4 96,4

Pembahasan :
Range = Maksimal – Minimal
= 97,5 – 95,2
= 2,3

Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n


= 1 + 3.3 log 120
= 7.86

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 2,3


Interval Kelas = = 7.86 = 0,29
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuwensi Nilai tengah


1 95,2 – 95,49 6 95,34
2 95,59 – 95,88 21 95,73
3 95,98 – 96,27 41 96,12
4 96,37 – 96,66 28 96,51
5 96,76 – 97,05 19 96,90
6 97,15 – 97,44 3 97,29
7 97,54 – 97,83 2 97,68
8 97,93 – 98,22 0 98,07

1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

27
1
=10log 120 ∑(6 𝑥 100.1 𝑥 95,34 + 21 𝑥 100.1 𝑥 95,73 + 41 𝑥 100.1 𝑥 96,12 +

28 𝑥 100.1 𝑥 96,51 + 19 𝑥 100.1 𝑥 96,90 + 3 𝑥 100.1 𝑥 97,29 +

2 𝑥100,1 𝑥 97,68 + 0 𝑥 100.1 𝑥 98,07 )

1
= 10 log 120 (51.255.239.901)

= 96,3 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di ruang Fruit Receiver

sebesar 96,3 dBA sehingga melebihi ambang batas yaitu di atas 85 dBA

sesuai dengan persyaratan PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI

No 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan

kerja industri.

Data Hasil Pengukuran Kebisingan


Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.10 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang Proses)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.3. Data Kebisingan Ruang Proses


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 91,4 91,6 91,0 92,2 91,1 92,3 91,4 91,5 90,3 91,1 90,2 92,0
2 91,0 91,2 91,7 91,4 90,6 92,0 91,4 92,2 92,4 91,9 91,6 92,1
3 91,2 90,5 92,1 91,1 92,8 91,7 91,8 90,7 92,3 90,8 91,1 92,2
4 92,1 91,1 90,8 91,9 91,0 90,7 91,7 90,9 90,6 92,0 91,6 92,5
5 91,3 91,6 91,2 91,7 91,3 91,6 91,4 90,7 91,5 91,8 92,0 91,1
6 91,8 90,8 91,0 91,7 91,2 91,1 90,8 91,8 90,6 92,0 90,7 91,6
7 90,0 92,2 93,7 92,3 92,0 93,1 92,3 91,7 92,0 91,9 90,4 92,1
8 92,4 91,9 92,8 92,4 92,2 91,6 92,7 92,5 91,9 92,0 91,1 92,0
9 91,6 91,9 92,6 91,7 91,9 91,3 91,5 91,4 92,5 92,0 90,6 91,7
10 92,5 92,2 91,9 92,2 92,6 91,5 92,0 91,9 92,0 92,4 91,0 91,7

Pembahasan :

28
Range = Maksimal – Minimal
= 93,7 – 90,0
= 3,7
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 3,7
Interval Kelas = = 7.86 = 0,47
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuensi Nilai tengah


1 90,0 – 90,47 4 90,23
2 90,57 – 91,04 20 90,80
3 91,14 – 91,61 33 91,37
4 91,71 – 92,18 37 91,94
5 92,28 – 92,75 22 92,51
6 92,85 – 93,32 3 92,8
7 93,42 – 93,89 1 93,65
8 93,99 – 94,46 0 94,22
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log ∑(4 𝑥 100.1 𝑥 90,23 + 20 𝑥 100.1 𝑥 90,80 +
120

33 𝑥 100.1 𝑥 91,37 + 37 𝑥 100.1 𝑥 91,44 +

22 𝑥 100.1 𝑥 92,51 + 3 𝑥 100.1 𝑥 92,8 +

1 𝑥100,1 𝑥 93,65 + 0 𝑥 100.1 𝑥 94,22 )


1
= 10 log 120 (388.702.444.190)

= 102,8 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di Ruang Proses

sebesar 102,8 dBA sehingga melebihi ambang batas yaitu 85 dBA sesuai

dengan persyaratan PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No 70

Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja

industri.

29
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.20 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang QC)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.4. Data Kebisingan Ruang QC


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 68,1 69,2 69,0 67,7 69,5 70,0 68,8 70,3 69,0 68,2 62,4 64,3
2 69,1 70,7 69,8 69,2 68,3 68,8 69,2 68,0 68,6 69,2 67,8 68,9
3 68,4 69,4 68,9 68,6 69,3 69,2 68,7 68,5 69,5 69,0 67,1 69,0
4 69,5 68,8 68,8 69,8 69,0 68,8 69,7 70,2 68,2 69,1 69,0 69,7
5 69,5 69,0 69,1 68,8 68,7 69,5 68,5 68,3 68,7 69,4 68,1 69,2
6 69,4 68,9 68,2 69,8 68,7 69,0 69,5 68,7 69,8 68,2 69,0 67,0
7 69,0 68,1 68,4 69,7 68,9 69,3 68,6 69,6 68,9 69,2 68,2 68,9
8 69,0 68,9 70,5 68,5 68,6 68,5 68,2 68,3 68,0 79,7 81,1 64,2
9 67,2 68,4 69,2 72,4 69,8 68,5 69,5 69,7 68,6 68,9 69,0 67,3
10 68,6 68,3 69,0 69,2 69,1 70,1 71,2 69,2 69,0 69,3 67,1 66,0

Pembahasan :
Range = Maksimal – Minimal

30
= 81,1 – 62,4
= 18,7
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 18,7


Interval Kelas : = 7.86 = 2,37
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuensi Nilai tengah


1 62,4 – 64,77 3 63,58
2 64,87 – 67,24 5 66,05
3 67,34 – 69,71 97 68,52
4 69,81 – 72,18 12 70,99
5 72,28 – 74,65 1 73,46
6 74,75 – 77,12 0 75,93
7 77,22 – 79,59 0 78,40
8 79,69 – 82,06 2 80,87
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log 120 ∑(3 𝑥 100.1 𝑥 63,58 + 5 𝑥 100.1 𝑥 66,05 +

97 𝑥 100.1 𝑥 68,52 + 12 𝑥 100.1 𝑥 70,99 + 1 𝑥 100.1 𝑥 73,46 +

0 𝑥 100.1 𝑥 75,93 + 0 𝑥100,1 𝑥 78,40 + 2 𝑥 100.1 𝑥 80,87 )


1
= 10 log 120 (16.052.460.886)

= 81,26 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di Ruang QC

sebesar 81,26 dBA masih di bawah ambang batas yaitu di bawah 85

dBA sesuai dengan persyaratan PERATURAN MENTERI

KESEHATAN RI No 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri.

31
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.30 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang Lab)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.5. Data Kebisingan Ruang Lab


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 63,1 64,1 64,4 64,7 64,8 64,4 64,2 63,9 63,3 65,0 63,8 64,1
2 63,5 63,4 77,8 63,8 64,3 64,7 63,3 63,8 64,2 70,0 63,5 64,4
3 76,9 63,5 64,1 63,8 64,3 68,1 63,9 63,3 64,9 64,4 64,3 63,8
4 64,3 63,6 64,4 64,9 64,3 63,6 75,1 76,3 64,1 64,9 64,0 66,8
5 74,0 73,9 76,0 78,8 73,0 63,6 65,7 66,0 66,8 64,1 63,4 64,1
6 63,7 63,2 64,3 64,2 64,5 63,8 64,4 64,9 64,1 65,9 65,7 64,2
7 64,9 70,4 65,5 63,9 65,0 65,5 64,3 65,0 67,3 64,5 65,5 66,5
8 66,1 65,4 64,5 65,4 63,8 68,1 65,5 64,1 63,9 63,7 64,8 66,6
9 65,2 65,4 65,4 64,8 64,6 64,3 64,2 67,0 66,4 65,9 65,3 67,0
10 63,6 67,1 63,9 64,9 63,8 64,1 65,1 65,4 64,6 64,8 65,1 66,2

Pembahasan :

Range = Maksimal – Minimal

32
= 78,8 – 63,1
= 15,7
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 15,7
Interval Kelas : = 7.86 = 2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuensi Nilai tengah


1 63,1 – 65,1 80 64,1
2 65,2 – 67,2 27 66,2
3 67,3 – 69,3 2 68,3
4 69,4 – 71,4 2 70,4
5 71,5 – 73,5 1 72,5
6 73,6 – 75,6 3 74,6
7 75,7 – 77,7 3 76,7
8 77,8 – 79,8 2 78,8

1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log ∑(80 𝑥 100.1 𝑥 64,1 + 27 𝑥 100.1 𝑥 66,2 + 2 𝑥 100.1 𝑥 68,3 +
120

2 𝑥 100.1 𝑥 70,4 + 1 𝑥 100.1 𝑥 72,5 + 3 𝑥 100.1 𝑥 74,6 +

3 𝑥100,1 𝑥 76,7 + 2 𝑥 100.1 𝑥 78,8 )


1
= 10 log 120 ( 749.977.416,17535)

= 67,96 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di ruang Laboratorium

sebesar 67,96 dBA sehingga masih di bawah ambang batas yaitu di

bawah 85 dBA sesuai dengan persyaratan PERATURAN MENTERI

KESEHATAN RI No 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri.

33
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.40 WIB
Tempat : Ruang Palletezing
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.6. Data Kebisingan Ruang Palletezing


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 80,0 78,5 79,6 79,8 81,5 80,0 80,8 80,6 78,8 80,0 79,8 82,8
2 79,0 80,8 82,8 79,2 80,7 78,8 79,8 79,2 85,6 80,7 81,2 80,6
3 79,3 81,2 80,4 80,5 79,3 78,5 79,1 80,1 80,8 79,6 79,9 78,2
4 83,3 79,6 79,9 78,7 86,5 79,7 79,0 79,4 79,9 80,8 80,1 80,2
5 79,9 79,7 80,0 79,9 79,7 80,1 80,5 79,5 82,5 78,8 80,5 79,5
6 82,2 79,3 78,8 81,4 79,9 81,9 81,2 80,8 81,1 79,7 82,5 79,4
7 80,1 78,1 77,7 77,7 78,7 78,7 79,3 82,4 80,5 80,9 81,8 82,0
8 89,0 78,7 79,8 77,9 78,9 82,4 77,8 80,9 78,4 77,0 77,8 78,9
9 78,9 78,6 77,8 78,9 80,3 80,6 80,0 78,2 79,3 80,1 79,5 79,8
10 80,1 78,8 77,8 79,8 79,5 85,5 79,5 78,9 80,1 77,9 79,5 78,8

Pembahasan :
Range = Maksimal – Minimal

34
= 89,0 – 77,0
= 12
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 12
Interval Kelas = = 7.86 = 1,52
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuwensi Nilai tengah


1 77,0 – 78,52 14 77,76
2 78,62 – 80,14 68 79,38
3 80,24 – 81,76 23 81
4 81,86 – 83,38 11 82,62
5 83,48 – 85 2 84,24
6 86 – 87,52 1 86,76
7 87,62 – 89,14 1 88,38
8 89,24 – 90,76 0 90
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log 120 ∑(14 𝑥 100.1 𝑥 77,76 + 68 𝑥 100.1 𝑥 79,38 +

23 𝑥 100.1 𝑥 81 + 11 𝑥 100.1 𝑥 82,62 + 2 𝑥 100.1 𝑥 84,24 +

1 𝑥 100.1 𝑥 86,76 + 1 𝑥100,1 𝑥 88,38 + 0 𝑥 100.1 𝑥 90 )


1
= 10 log 120 ( 59.630.716.385)

= 86,96 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di Ruang

Paletizing sebesar 89,96 dBA sehingga sudah melebihi nilai ambang

batas yaitu 85 dBA sesuai dengan persyaratan PERATURAN MENTERI

KESEHATAN RI No 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri.

35
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Panel AC dan Genset
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.7. Data Kebisingan Ruang Panel AC dan Genset


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 78,0 77,8 78,1 78,5 78,6 80,1 77,7 79,5 79,2 80,6 77,6 78,5
2 77,8 77,6 78,5 77,1 77,6 78,6 78,4 77,1 77,3 77,9 77,1 77,8
3 77,6 77,4 77,9 77,1 77,6 77,7 78,2 80,6 85,2 78,1 78,3 77,4
4 81,1 77,4 77,8 77,2 78,9 78,9 79,3 79,8 86,6 77,9 85,0 80,5
5 85,5 77,9 77,8 78,1 78,1 77,8 77,5 77,4 77,3 77,7 77,4 77,3
6 77,5 77,7 77,7 77,4 77,5 77,9 77,8 78,8 78,2 78,2 78,0 77,7
7 78,2 78,2 78,0 77,2 77,3 78,5 78,2 78,9 79,1 78,5 78,4 78,7
8 78,9 78,2 78,8 78,4 78,4 77,9 77,1 77,2 77,4 77,6 78,1 77,3
9 77,5 77,0 77,3 78,0 77,7 77,6 77,4 77,9 77,0 77,1 78,3 77,9
10 82,5 77,7 77,4 77,7 78,3 77,9 77,4 77,7 77,6 79,0 79,0 78,9

Pembahasan :

Range = Maksimal – Minimal


= 86,6 – 77,1

36
= 9,5
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 9,5
Interval Kelas = = 7.86 = 1,2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuwensi Nilai tengah


1 77,1 – 78,3 84 77,7
2 78,4 – 79,6 25 79
3 79,7 – 80,9 5 80,3
4 81 – 82,2 1 81,6
5 82,3 – 83,5 1 82,9
6 83,6 – 84,8 0 84,2
7 84,9 – 86,1 3 85,5
8 86,2 – 87,4 1 86,8

1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log 120 ∑(84 𝑥 100.1 𝑥 77,7 + 25 𝑥 100.1 𝑥 79 + 5 𝑥 100.1 𝑥 80,3 +

1 𝑥 100.1 𝑥 81,6 + 1 𝑥 100.1 𝑥 82,9 + 0 𝑥 100.1 𝑥 84,2 +

3 𝑥100,1 𝑥 85,5 + 1 𝑥 100.1 𝑥 86,8 )


1
= 10 log 120 ( 9.350.465.643,4901)

= 78,9 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di Ruang Panel AC dan

Genset sebesar 78,9 dBA sehingga masih di bawah ambang batas yaitu

di bawah 85 dBA sesuai dengan persyaratan PERATURAN MENTERI

KESEHATAN RI No 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri.

37
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Pengadukan Stafresh

Tabel 3.8. Data Kebisingan Ruang Pengadukan Stafresh


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 55,1 69,3 71,0 59,9 59,7 55,9 58,1 59,2 72,1 53,1 68,2 50,4
2 64,4 56,5 53,2 59,2 53,0 52,3 56,4 52,6 54,1 51,3 53,8 51,8
3 53,3 53,1 58,1 56,1 57,0 54,5 60,5 54,1 64,1 54,9 54,6 53,2
4 58,1 56,1 53,8 56,1 57,8 55,0 56,8 70,1 61,6 54,8 68,4 54,3
5 60,6 56,8 61,8 57,9 59,3 55,8 56,7 52,1 54,0 59,2 67,2 61,8
6 56,2 66,7 59,0 58,4 56,4 58,8 54,5 53,5 54,7 53,2 54,0 63,0
7 53,4 54,0 56,7 55,2 68,2 66,3 64,0 67,5 55,3 56,6 59,4 55,9
8 73,8 54,0 62,2 54,4 61,8 54,2 61,9 62,5 63,5 55,0 56,5 54,7
9 71,8 72,5 55,9 54,3 68,1 59,3 71,8 64,5 53,5 56,4 62,4 73,3
10 53,1 52,8 56,1 54,6 58,1 53,1 60,8 53,5 58,8 58,6 58,1 55,3

Pembahasan :

Range = Maksimal – Minimal


= 73,8 – 50,4

38
= 23,4
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 23,4
Interval Kelas = = 7.86 = 2,97
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuwensi Nilai tengah


1 50,4 – 53,37 17 51,88
2 53,47 – 56,44 39 54,95
3 56,45 – 59,42 26 57,93
4 59,52 – 62,49 14 61,00
5 62,59 – 65,66 8 64,12
6 65,76 – 68,73 7 67,24
7 68,83 – 71,8 5 70,31
8 71,9 – 74,87 4 73,38

1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log 120 ∑(17 𝑥 100.1 𝑥 51,88 + 39 𝑥 100.1 𝑥 54,95 +

26 𝑥 100.1 𝑥 57,93 + 14 𝑥 100.1 𝑥 61,00 + 8 𝑥 100.1 𝑥 64,12 +

7 𝑥 100.1 𝑥 67,24 + 5 𝑥100,1 𝑥 70,31 + 4 𝑥 100.1 𝑥 73,38 )


1
= 10 log 120 ( 246.955.444,24)

= 63,13 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di Ruang Pengadukan

Stafresh sebesar 63,13 dBA sehingga masih di bawah ambang batas

yaitu di bawah 85 dBA sesuai dengan persyaratan PERATURAN

MENTERI KESEHATAN RI No 70 Tahun 2016 tentang standar dan

persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri.

39
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang Bengkel)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang

Tabel 3.9. Data Kebisingan Ruang Bengkel


Menit 5” 10” 15” 20” 25” 30” 35” 40” 45” 50” 55” 60”
ke
1 72,7 71,7 67,1 71,1 67,8 68,9 69,6 72,1 74,8 72,7 77,7 76,3
2 64,1 65,0 69,1 70,9 64,5 71,9 68,3 76,5 76,6 76,2 66,8 72,9
3 69,8 71,7 71,9 69,3 72,0 70,7 68,9 69,3 73,1 75,8 71,9 72,2
4 66,0 67,0 65,5 72,5 75,2 73,2 72,4 70,1 75,7 71,1 66,6 71,6
5 71,0 73,4 83,5 89,1 70,7 70,1 78,3 83,1 80,9 80,5 92,3 87,5
6 86,6 90,2 88,8 89,3 91,1 82,6 88,6 78,6 80,6 85,8 81,8 86,8
7 77,9 84,0 85,0 87,3 84,5 87,5 87,2 85,5 84,3 86,7 85,2 85,6
8 86,0 88,0 84,5 89,5 86,4 88,8 86,6 81,3 85,3 89,6 88,1 88,7
9 86,7 86,0 87,7 84,3 86,7 85,7 86,7 86,5 88,3 89,1 87,3 88,5
10 87,1 89,3 85,3 88,7 88,6 90,6 77,1 84,3 79,5 85,1 86,9 87,6

Pembahasan :

Range = Maksimal – Minimal

40
= 92,3 – 64,1
= 28,2
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 28,2
Interval Kelas = = 7.86 = 3,6
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠

Kelas Interval Frekuwensi Nilai tengah


1 64,1 – 67,7 9 65,9
2 67,8 – 71,4 16 69,6
3 71,5 – 75,1 19 73,3
4 75,2 – 78,8 12 77
5 78,9 – 82,5 7 80,7
6 82,6 – 86,2 19 84,4
7 86,3 – 89,9 34 88,1
8 90,0 – 93,6 4 91,8
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛

1
=10log 120 ∑(9 𝑥 100.1 𝑥 65,9 + 16 𝑥 100.1 𝑥 69,6 +

19 𝑥 100.1 𝑥 73,3 + 12 𝑥 100.1 𝑥 77 + 7 𝑥 100.1 𝑥 80,7 +

19 𝑥 100.1 𝑥 84,4 + 34 𝑥100,1 𝑥 88,1 + 4 𝑥 100.1 𝑥 91,8 )


1
= 10 log 120 ( 35.250.524.880,427)

= 84,68 dBA

Tingkat kebisingan di Packing House Nanas di Ruang Bengkel

sebesar 84,68 dBA sehingga masih di bawah ambang batas yaitu di

bawah 85 dBA sesuai dengan persyaratan PERATURAN MENTERI

KESEHATAN RI No 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri.

41
b. Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pengukuran
pencayaan menggianakan alat lux meter yang memiliki prinsip kerja
terdiri dari rangka sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel, sensor
pada alat ini diletakkan pada sumber cahaya yang akan diukur
intensitasnya cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang
diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Pada prinsipnya makin
banyak yang diserap oleh sel arus yang dihasilkanpun semakin besar.
Fungsi dilakukan pengukuran pencahayaan adalah untuk mengetahui
tingkat pencahayaan apakah sudah sesuai dengan nilai ambang batas di
PERMENKES No 70 tahun 2016 dan juga untuk mengetahui pengaruh
pencahayaan terhadap tenaga kerja.
Langkah – langkah pengendalian pencahayaan di tempat kerja :
1) Modifikasi sistem pencahayaan yang sudah ada seperti
a) Menaikkan atau menurunkan letak lampu di dasarkan pada objek
kerja.
b) Mengganti warna lampu yang digunakan
c) Mengganti jenis lampu yang lebih sesuai
d) Merubah posisi lampu
e) Pemeliharaan dan pembersihan lampu
f) Penyediaan pencahayaan local
g) Penggunakaan korden dan perawatan jendela

Upaya mengatasi masalah pencahayaan di tempat kerja, Sanders dan


Mecornick (1987) dan Grandjean (1993) memberikan pedoman untuk
desain sistem pencahayaan yang tepat di tempat kerja dengan cara :
1) Menghindari penempatan arah cahaya langsung dalam lapangan
penglihatan tenaga kerja.
2) Menghindari penggunaan cat yang mengkilat.
3) Menggunakan cahaya defusi ( cahaya merata ) untuk menyediakan
atmosfer pekerjaan terbaik.

42
Pengukuran pencahayaan di lakukan dengan alat LUX Meter adapun
hasil pengukuran bedasarkan lokasi di PT.GGP PG 4 :
Tabel 3.10. Hasil Ukur Pencahayaan
Nama Lokasi Hasil Standar Baku Keterangan
Mutu
Ruang Uji Belah 780 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Ruang Kantor QC 212 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Ruang Laboratorium 280 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
QC
Ruang Inkubasi 365 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Ruang Inakulasi 450 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Ruang Seleksi Buah 455 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Drayer 435 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Greding And 300 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Labeling
Penimbangan Box 215 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Box Feeding 580 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Ruang Palletezing 70 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Cool Storage 37 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Anteroom 71 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Rapid 1 29 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Loding Dock 98 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Gudang Material 285 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Gudang Chemical 445 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat

Berdasarkan permenkes RI no 70 tahun 2016 tentang standar


persyaratan kesehatan lingkungan kerja industry persyaratan factor
pencahayaan bagian pangan yaitu untuk cool storage, anteroom, rapid 1,
dan loading box. Tidak memenuhi syarat dikarenakan dibawah nilai
ambang batas yaitu 100-500 lux. Jadi, di perlukannya penambahan
cahaya diruangan yang belum memenuhi syarat supaya menghindari
kecelakaan akibat kerja.

43
BAB IV

PEMBAHASAN

A. SANITASI INDUSTRI
1. PENGOLAHAN AIR
a. Air bersih
Air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang ada di PT. GGP
PG 4, kami mengunjungi sumber air bersih di kantor alfa dan PH nanas.
Sumber air bersih di kantor Alfa berasal dari 1 sumur bor, yang
mempunyai kapasitas 180 m3/ hari. Pemeriksaan air bersih di PT.GGP
PG 4 dilakukan setiap 1 tahun sekali dan dilakukan pengurasan rutin
untuk tower 3 bulan sekali.
Air bersih di packing house nanas bersumber dari 3 sumur bor yaitu
di stasiun 837, stasiun 842 dan PH nanas. Kedalaman sumur yaitu 60-
80meter. Pemeriksaan air bersih di PT.GGP PG 4 setiap 1 tahun sekali
dan dilakukan pengurasan rutin untuk tower 3 bulan sekali.
Menurut PERMENKES NO 32 tahun 2017 tentang standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk
keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandain
umum, menyebutkan bahwa air untuk keperluan hygiene sanitasi
memiliki persyaratan kesehatan yaitu:
1) Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang
pembawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan vektor
a) Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang
pembawa penyakit
b) Jika menggunakan container sebagai penampung air harus
dibersihkan secara berkala minimum 1 kali seminggu
2) Aman dari kemungkinan kontaminasi

Jadi, air bersih di kantor alfa dan PH nanas sudah memenuhi


persyaratan yaitu diantaranya berasal dari sumber air yang terlindung,
tersedia dalam jumlah yang cukup, kualitas air sudah diperiksa secara
berkala dan sudah memenuhi kualitas fisik.

44
b. Air minum
Air minum RO (Reserve Osmosis) yang ada di PH nanas diambil
dari sumber air bersih yaitu sumur bor. Air minum dilakukan pergantian
filter setiap bulan. Tanki dilakukan pengurasan setiap 1 hari sekali.
Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan kurang lebih pengukuran
setiap 1 tahun sekali.
Menurut PERMENKES 43 TAHUN 2014 tentang Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum, menyatakan bahwa persyaratan hygiene sanitasi
dalam pengelolaan air minum meliputi aspek diantaranya tempat,
peralatan, dan penjamah. Dijelaskan bahwa aspek tempat yaitu meliputi
lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan
penularan penyakit, lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,
mudah dibersihkan, dan tidak terjadi genangan air. Harus memiliki
ventilasi untuk pertukaran udara dengan baik. Sedangkan, pada lokasi air
minum RO yang terdapat di PH Nanas terlihat adanya genangan air di
sekelilingnya. Pada kran pengambilan air minum menggunakan botol
terlihat adanya lumut, lumut dapat menularkan penyakit karena lumut
mengandung zat arsenic yang dapat mengakibatkan penyakit apabila
terpapar dalam jangka lama. Dan tidak adanya ventilasi pada ruangan air
minum RO di PH nanas.

2. PENGOLAHAN LIMBAH
b. Limbah padat
Limbah padat di PT GGP PG4 terdiri dari limbah organik dan
limbah an organic. Limbah organik terdiri dari dedaunan, sisa sayuran,
kertas, kardus, makanan sisa, dll. sedangkan limbah anorganik terdiri
dari plastik, kaca, besi, kain, kaleng, dll. Semua limbah organik dan
limbah an organik dari masing-masing ruangan disimpan dengan
menggunakan kotak sampah untuk organic berwarna hijau dan an organic
berwarna merah atau kuning yang dilapisi dengan plastik berwarna
hitam. Limbah padat yang memiliki nilai ekonomis atau yang dapat
berguna (dijual lagi) selalu dilakukan pemilahan terlebih dahulu, lalu

45
selanjutnya limbah tersebut diangkut oleh motor pengangkut sampah
yang dilakukan setiap hari. Sampah organik dan anorganik yang tidak
berguna lagi langsung dibuang ke TPA areal kali kapuk.
Limbah padat yang dihasilkan di PH nanas yaitu crown dan buah
riject. Untuk crown sendiri dibuang setiap hari ke TPS 218, sedangkan
buah reject dibuang ke cattle. Menurut Permenkes No 70 tahun 2017
tentang standar persyaratan kesehatan lingkungan kerja industry
menyatakan bahwa di suatu tempat industri harus mempunyai tempat
penyimpanan sampah, sampah daur ulang yang mencukupi, mudah dan
efektif untuk dibersihkan. Pada PT. GGP PG 4 sudah memenuhi
persyaratan dikarenakan sudah adanya pemisahan antara limbah organik
dan anorganik, sudah mempunyai tempat penyimpanan sampah dan
sampah daur ulang yang mencukupi.

c. Limbah cair
Untuk pembuangan limbah cair domestic yang ada di perumahan
atau mess dan kantor menggunakan instalasi pembuangan air limbah
(kolam WWT). Kolam WWT memiliki kedalaman 2 meter yang terdiri
dari 3 kolam yaitu kolam 1 berisikan kerikil yang berguna untuk
penyerapan bahan-bahan tertentu yang terlarut dalam air. Kolam 2
berisikan sapu ijuk yang berfungsi untuk menyaring kotoran besar yang
dimasukan kedalam penyaringan air dan untuk meratakan air yang
mengalir. Kolam 3 berisikan pasir yang berfungsi untuk menyaring
kotoran halus dan menahan endapan lumpur agar terhenti pada bagian
pasir. Di setiap masing-masing rumah atau mess sudah memiliki septic
tank.
Pengelolaan limbah cair di packing house nanas menggunakan
sistem aerob. Limbah cair yang dihasilkan di PH nanas yaitu klorin,
waxing dan fungisida. Alur pengelolaan limbah cair yaitu setelah proses
produksi di PH menghasilkan limbah, limbah yang dihasilkan dialirkan
kekolam 1 selanjutnya kekolam 2 lalu kekolam 3 mengalir kekolam 4

46
dan selanjutnya kekolam 5. Namun saat ini di PT. GGP PG 4 sedang
dilakukakannya improvement perubahan IPAL dengan yang baru.
Pengelolaan limbah secara aerob seringkali merupakan pengolahan
tahap ke-2 (secondary treatment) dalam sebuah IPAL. Proses aerob salah
satu proses pengolahan limbah yang berlangsung dengan hadirnya
oksigen dengan memanfaatkan aktifitas mikroba aerob untuk
menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah menjadi zat
anorganic yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran
terhadap lingkungan.
Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah di PH nanas masih dalam
keadaan terbuka dan dan tidak kedap air (masih berupa tanah, bukan
bangunan permanen), Sedangkan menurut Permen LH Nomor 3 tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Kawasan Industri,
menyebutkan bahwa penanggung jawab kawasan industry wajib
menggunakan saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembasan air limbah ke lingkungan.

d. Limbah B3
Limbah B3 di PT GGP PG 4 yaitu oli, aki bekas, filter bekas, drum
semical dan karung bekas pupuk kimia. Limbah B3 oli dan aki bekas
ditampung di tempat sementara (gudang limbah B3) yang berbeda lalu
diserahkan ke pihak ke-3 yaitu PT. Nicosa. Limbah B3 filter bekas di
simpan di tempat sementara (gudang limbah B3) lalu ditimbun di area
gudang limbah B3. Limbah karung bekas pupuk kimia diserahkan ke
pihak ke-3. Limbah B3 drum semical dicacah supaya bisa di daur ulang
ke PT. GGPC menjadi biji plastik dan lem kayu.
Menurut Permenkes No 70 tahun 2017 tentang standar persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industry, menyatakan bahwa jika industry
menghasilkan limbah B3 maka harus disediakannya ruangan khusus, jika
tidak ada pengelolaannya harus di kelola pihak ke-3 yang sudah memiliki
izin dalam pengelolaan limbah. Pada PT. GGP PG 4 sudah memenuhi
syarat dikarenakan sudah adanya kesediaan ruangan khusus untuk limbah

47
B3, lalu dilanjutkan atau diserahkan oleh pihak ke 3 yang sudah memiliki
sertifikat untuk mengelola limbah B3.

3. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah di PT GGP PG4 terdiri dari limbah organik dan limbah an
organic. Sampah organik terdiri dari dedaunan, sisa sayuran, kertas, kardus,
makanan sisa, dll. sedangkan sampah anorganik terdiri dari plastik, kaca,
besi, kain, kaleng, dll. Semua sampah organik dan sampah an organik dari
masing-masing ruangan disimpan dengan menggunakan kotak sampah
untuk organic berwarna hijau dan an organic berwarna merah atau kuning
yang dilapisi dengan plastik berwarna hitam. Sampah padat yang memiliki
nilai ekonomis atau yang dapat berguna (dijual lagi) selalu dilakukan
pemilahan terlebih dahulu, lalu selanjutnya limbah tersebut diangkut oleh
motor pengangkut sampah yang dilakukan setiap hari. Sampah organik dan
anorganik yang tidak berguna lagi langsung dibuang ke TPA areal kali
kapuk.
Menurut Permenkes No 70 tahun 2017 tentang standar persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industry menyatakan bahwa di suatu tempat
industri harus mempunyai tempat penyimpanan sampah, sampah daur ulang
yang mencukupi, mudah dan efektif untuk dibersihkan. Pada PT. GGP PG 4
sudah memenuhi persyaratan dikarenakan sudah adanya pemisahan antara
limbah organik dan anorganik, sudah mempunyai tempat penyimpanan
sampah dan sampah daur ulang yang mencukupi.

4. PENGENDALIAN VEKTOR
Program pengendalian Pest Control PT.GGP PG 4
a. Tujuan
Melakukan pengendalian Pest untuk menghilangkan potensi kontaminasi
terhadap produk.
b. Ruang Lingkup

48
Pengendalian Pest (tikus,serangga,dll) melalui aplikasi bahan
kimia,pemasangan perangkap cell lalat,perangkap lampu insect killer dan
perangkap tikus di lingkungan produksi,gudang,dan area exterior
c. Tanggung jawab
Koordinator : Juanto
Tenaga Kerja : 1) Junaidi
2) Rudianto
3) Sutopo

d. Pengendalian Tikus (dengan menggunakan perangkap tikus);


Target/Tujuan : Mengendalikan hama tikus diarea interior ph dan exterior
pabrik dan mencegah kontaminasi tikus diarea produksi
PH.
Pemeriksaan dan penghitungan perangkap tikus dilakukan oleh tk pest
control perangkap tikus yang dipasang dipastikan layak dipakai
penghitungan tangkapan tikus dilakukan dan di catat dalam form
laporan hasil tangkapan tikus dengan perangkap tikus.
1) Jika ditemukan hasil tangkapan atau jejak tikus diarea produksi
atau gudang maka harus dilakukan investigasi dan dilakukan
tindakan perbaikan, serta dicantumkan pada record.
2) Inspector yang bertugas harus memastikan pada saat melakukan
pemeriksaan membawa perangkap tikus untuk mengganti
perangkap tikus yang terdapat tikus, rusak ataupun hilang. Hasil
pemeriksaan perangkap tikus dicatat dalam laporan pemeriksaan
kondisi perangkap.
3) Penanganan hasil tangkapan (tikus) yang didapat adalah
mengubarnya kedalam tanah dengan terlebih dahulu memastikan
tikus dalam keadaan mati.
4) Dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan perangkap tikus
sebelumnya. Maka jika di perlukan dapat dilakukan relokasi atau
penambahan perangkap tikus artau juga pengurangan perangkap
tikus.

49
e. Pengendalian Serangga
Jenis serangga yang di kendalikan di PT. GGP PG 4 adalah Rengit,
Lalat Rumah, Lalat Buah, Semut Merah, Semut Hitam, Semut Merah
Bersayap, Semut Hitam Bersayap, Lembing, Kupu, Kepik, Nyamuk,
Kecoa, Laba-laba, Cicak, Belalang, Capung, Laron, Cocopet, dan
Burung.
Untuk pengendalian serangga menggunakan 4 cara yaitu :
menggunakan cell lalat, menggunakan lampu insect killer,menggunakan
bahan kimia, dan menggunakan melalui penangkapan serangga secara
manual.
Target/ tujuan : Mengendalikan serangga yang ada diluar area produksi
dengan aplikasi pestisda dan mengurangi resiko
serangga masuk ke are produksi PH.

f. Menggunakan cell lalat :


1) Pemeriksaan dan penghitungan di cell lalat dilakukan setiap hari oleh
tk pest control, perhitungan hasil tangkapan di cell lalat dalam laporan
hasil tangkapan di cell lalat dalam laporan hasil tangkapan insect di
cell lalat Juga melakukan pergantian perangkap cell lalat berdasarkan
pemeriksaan kondisi perangkap, apabila ditemukan kondisi perangkap
cell lalat kotor, rusak / cacat ataupun hilang. Hasil pemeriksaan
kondisi perangkap cell lalat ini dicatat dalam form pemeriksaan
kondisi sel lalat.
2) Penanganan hasil tangkapan serangga yang didapat di cell lalat adalah
dengan mengubur.
3) Jika diperlukan dapat dilakukan relokasi perangkap cell lalat ataupun
melakukan penambahan atau juga unit perangkap cell lalat.
4) Pemasangan cell lalat dilakukan di area exterior PH.

g. Menggunakan lampu insect killer


1) Pemasangan lampu insect killer jenis glue trap dilakukan diseluruh
area industry produksi terutama sekali di prioritaskan di area yang

50
potensial dimasuki serangga atau yang paling banyak jumlah
serangganya.
2) Pelaksanaan pemeriksaan kondisi dan kebersihan lampu insect killer
ditunjukan kepada pemeriksaan kondisi insect kiler seperti kondisi UV
dan kebersihan bagian saringan luar lampu dengan cara memasukan
dengan cara yang tertangkap kedala bak penampungan atau mengganti
perangkap lem yang sudah tangkapannya, secara keseluruhan hasil
pemeriksaan kondisi perangkap insect killer ini dicatat dalam laporan
pemeriksaan kondisi lampu insect killer untuk penggantian lampu
insect killer dilakukan bila kondisi lampu UV rusak/ buram/ mati, atau
maksimal pemakaian 6 bulan, dan kegiatan ini dicatat dalam form
recorde pemasangan dan penggantian lampu insect killer.
3) Melakukan penimbangan serangga seminggu sekali hasil dicatat
dalam form laporan penimbangan insect pada lampu insect killer/glue
trap
4) Penanganan hasil tangkapan serangga di lampu insect killer adalah
dengan cara mengubur hasil tangkapan tersebut
5) Jika diperlukan dapat dilakukan relokasi lampu insect killer atau
melakukan penambahan atau pengurangan unit lampu insectkiller
pada lampu lokasi yang telah dilakukan Pemasangan perangkap tikus
dilakukan di area produksi dan di area exterior ph lain nya, dan untuk
pergantian umpan satu minggu sekali.

h. Menggunakan bahan kimia


1) Sebelum menggunakan aplikasi menggunakan bahan kimia TK harus
memastikan alat pelindung diri (APD) yang digunakan memadai yang
dipakai dengan benar : APD
2) Tersebut meliputi wearpack, jas hujan, sepatu boot, kaos tangan,
masker, dan masker topeng
3) Rencana aplikasi dibuat oleh coordinator pest control dan dicatat
dalam form monitoring aplikasi pestisida termasuk di dalamnya

51
mencatat penundaan atau pembatalan atas permintaan penanggung
jawab area serta realisasi dari aplikasi pestisda tersebut
4) Sebelum melaksanakan aplikasi, coordinator atau tenaga kerja pest
control memastikan bahwa lokasi yang diaplikasi aman untuk dapat
diaplikasi dengan mendapat konfirmasi dari penanggung jawab area.
5) TK harus melakukan reparasi larutan bahan kimia mengacu pada
pedoman umum tentang pestisida.
6) Monitoring penggunaan dan persediaan bahan baku (pestisida) dan
peralatan/perlengkapan/sperpart pest control lainnya (bahan
pendukung) merupakan tanggung jawab coordinator pest control dan
dicatat dalam buku laporan pemakaian bahan baku dan bahan
pendukung pest control.
7) Untuk mencegah terjadinya resistensi serangga terhadap bahan kimia
(insectisida) tertentu, maksimal setiap 3 bulan sekali akan dilakukan
penggantian bahan kimia (saat ini yang diterapkan dengan
menggunakan delta metrin dan cyper metrin).
a) Metode Spraying (Mist Blower)
Menggunakan larutan Bravo 50 EC atau Decis 2,5 EC dengan
dosis 0,01 % -0.2% ,Dengan memasukan 5 liter air ke tangki hand
spraying atau mist blower masukan Bravo 50 EC sebanyak 5-20 ml
dan tambahkan lagi air sampai mencapai 10 liter. Agar serangga
tidak resisten maka setiap 3 bulan sekali pestisida yang digunakan
akan diganti oleh deltametrin tiap 1 ml , air yang digunakan
sebanyak 1 liter air , sedangkan sipermetrin tiap 2 ml , air yang
digunakan sebanyak 1 liter air .
b) Metode Fogger
Masukkan 2 liter solar kedalam tanki fogging,tambahkan larutan
Bravo 50 EC atau Decis 2,5 EC dengan dosis 0,01 % -0.2%
sebanyak 2,5-5 ml kemudian tambahkan lagi solar sampai
mencapai 5 liter.

52
i. Melalui penangkapan serangga secara manual di lokasi produksi PH
1) Penangkapan serangga dilakukan diseluruh area produksi PH
2) Penangkapan serangga dilakukan setiap hari kerja (kecuali hari
minggu atau libur proses) oleh tenaga kerja pest control yang bertugas
hasil penangakapan serangga ini dicatat dalam form laporan
penangkapan serangga secara manual di area produksi.
3) Penangan hasil tangkapan serangga secara manual tersebut adalah
dengan cara mengubur

Menurut Permenkes No 70 tahun 2017 tentang standar baku mutu


binatang pembawa penyakit disebutkan bahwa standar baku mutu rendah
dan tinggi untuk lalat tergantung pada persentase lalat yang menempel pada
penangkap lalat jika ≤2 maka dikategorikan rendah atau baik. Sebaliknya
jika persentase lalat yang tertangkap ≥2 maka dapat dikatakan lingkungan
industry tersebut kurang baik.
Sedangkan pada PT. GGP PG4 dapat dilihat jumlah lalat yang
tertangkap pada alat penangkap lalat lebih dari 2 atau dapat dikatan bahwa
lalat di PT. GGP PG4 melebihi standar baku mutu binatang pembawa
penyakit yang artinya lingkungan industry tersebut kurang baik.

5. GMP (Personal Hygiene) Sanitasi Industri


Macam- macam APD yang ada di rumah APD Packing House
a. Sepatu boot
Warna : - Hijau untuk tenaga kerja di luar PH
- Putih untuk tenaga kerja di dalam PH
b. Apron
c. Topi
d. Baju seragam
e. Sarung tangan : ada dua jenis yaitu sarung tangan karet dan kain
f. Ear muff
g. Masker : ada dua jenis yaitu masker kain , masker respirator
h. Safety vest : APD disiapkan setengah jam sebelum waktu mulai bekerja

53
Pelaksanaan Hygine Karyawan PH 01:
Gambar 4.1 Alur Pelaksanaan Hygiene Karyawan

54
APD berada dalam 1 lokasi yaitu Rumah APD dan sudah tersusun
dengan baik sesuai dengan jenis APD yang akan digunakan.

Tenaga Kerja mengembalikan semua APD yang digunakan oleh pekerja


masing – masing dan di Koordinir oleh Mandor.

55
Setelah APD digunakan langsung dilakukan pencucian terlebih dahulu
dengan menggunakan deterjen hingga bersih.

Pengambilan dan Pengembalian selalu dilakukan permandor, APD


dilakukan penomoran agar lebih mudah dalam memonitoring semua APD
yang ada.

56
6. Jumlah toilet dan kesesuaian dengan jumlah pekerja
Standar baku mutu sarana toilet untuk pekerja industri di tetapkan
berdasarkan rasio yaitu perbandingan jumlah toilet dengan jumlah pekerja.
Rasio sarana toilet berbeda antara laki laki dan prempuan jika toilet di
gunakan oleh pekerja laki-laki maka harus ada paturasan atau urinoir
paling banyak 1/3 dari jumlah toilet yang di gunakan. Persyaratan jumlah
toilet dan jumlah pekerja Menurut PERMENKES RI No. 70 TAHUN
2016 diantaranya:

Tabel 4.1 Persyaratan Jumlah Toilet dan Jumlah Pekerja


No Jumlah toilet Jumlah pekerja
1 1 15
2 2 16-35
3 3 35-55
4 4 56-80
5 5 81-110
6 6 111-150
Ditambah 1 toilet setiap tambah 40 orang >150

Data toilet pada PH nanas yaitu berjumlah 7 toilet dengan jumlah


tenaga kerja yaitu 250 orang. Menurut PERMENKES N0 70 Tahun 2016
sarana toilet untuk pekerja industri ditetapkan berdasaran rasio yaitu
perbandingan jumlah toilet dengan jumlah pekerja. Jadi, jika jumlah
tenaga kerja di Packing House Nanas 250 orang maka seharusnya jumlah
toilet yang ada yaitu 8 toilet. Rasio sarana toilet berbeda antara laki-laki
dan perempuan jika toilet digunakan oleh pekerja laki-laki maka harus ada
peturasan atau urinoir paling banyak 1/3 dari jumlah toilet yang
digunakan.
Toilet yang terdapat pada Packing House Nanas ada yang terpisah
antara toilet untuk wanita dan toilet untuk pria, namun sebagian masih ada
toilet yang tidak terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan. Kondisi
toilet tidak bersih dan berbau karena kemungkinan tidak dibersihkan
setelah membuang air kecil atau air besar sehingga kamar mandi terlihat
kotor dan menimbulkan bau yang tak sedap. kamar mandi yang kotor juga

57
dapat menjadi tempat perindukan vector yang akan menimbulkan
penyakit.

B. K3 INDUSTRI
1. Pengertian K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan
dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan
dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi
menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan
berdampak terhadap peningkatan produktivitas.

2. Tujuan Penerapan K3
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
a. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja
b. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secaraaman dan
efisien
c. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

3. Program Kerja K3 di PT. GGP PG 4


a. Program safety back to family
b. Safety brifing
c. Safety contact
d. Safety behavior audit
e. Safety inspection
f. Visible comitmen
g. Safety celebration
h. Perbaikan Rambu rambu Jalan

58
i. Sidak APD
j. Sidak pemakaian helm tenaga kerja berkendaraan sepeda motor
k. Review HIRA
l. Perawatan/ checklist APAR
m. Membuat rambu-rambu arah jalan
n. Ceklist kelayakan APD
o. Investigasi kecelakaan kerja dan nyaris celaka dan meeting analisa
penyebabnya.
p. Pengecekan tenaga kerja terkena chemical
q. Investarisasi penyakit akibat chemical
r. Pengecekan isi kotak p3k
s. Cek cholinesterase
t. Cek audiometric
u. Cek spirometri

4. SISTEM MANAJEMEN K3
Sistem management K3 di PT. GGP PG4 Kecamatan Labuhan Ratu
Kabupaten Lampung Timur sudah mendapatkan sertifikat Global GAP dan
sertifikat HACCP. Sertifikat Global GAP (Global Good Agricultural
Practice) adalah sistem sertifikasi yang menerapkan pendekatan sistem
produksi untuk memastikan keamanan produk buah segar untuk dikonsumsi
sehari-hari. Sedangkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Points) yaitu sertifkasi bukti penerapan secara efektif yang
diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan
keamanan pangan melalui sistem yang dirancang secara sistematis dan
terintegrasi. PT. GGP PG4 masih berproses untuk mencapai Zero Accident.
Menurut Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang pedoman
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bahwasanya
sistem manajemen yang baik, dimulai dengan dilakukannya identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan
hal ini, harus dipertimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang
berlaku serta persyaratan lainnya. Di PT. GGP PG 4 sistem manajemen K3

59
belum sepenuhnya terlaksana karena ketersediaan APD belum terpenuhi
secara keseluruhan sesuai jumlah tenaga kerja yang ada, dari
ketersediannya APD bisa menunjukan bahwasannya untuk menekan angka
kecelakaan kerja atau zero accident masih belum dapat dapat terlaksana.

5. ALAT PELINDUNG DIRI


Alat pelindung diri bertujuan untuk memastikan kesesuaian antara alat
pelindung diri (APD) yang dibutuhkan tenaga kerja dengan paparan bahaya
ditempat kerja sudah sesuai standart keselamatan dan upaya preventif untuk
mengurangi terjadinya kecamatan kerja dan penyakit akibat kerja.
Tabel 4.2. APD yang disediakan oleh PT Great Giant Pineapple PG 4:
NO APD PENGGUNA TUJUAN PENGELOLAAN
1 Kacamata tenaga kerja yang melindungi bagian Dikelola oleh
safety bertugas mata agar tidak pengguna,tidak
mempersiapkan kontak langsung boleh dibawa
larutan spraying dengan bahan kimia. pulang.
dan melakukan
aktifitas spraying
menggunakan
bahan chemical.
2 Masker Tenaga kerja yang Melindungi area dikelola oleh
kain bertugas hidung dan mulut pengguna,boleh
mempersiapkan agar tidak kontak dibawa pulang.
larutan spraying. langsung dengan
bahan kimia
3 Sarung tenaga kerja Melindungi telapak dikelola oleh
tangan bunches receiver, tangan dari luka pengguna, boleh
katun patio carero, areal. akibat goresan fisik dibawa pulang.
saat menarik roller
bunches
4 Helm Tenaga kerja Melindungi bagian Dikelola oleh
safety bunvhes receiver, kepala dari potensi pengguna, tidak
patio carero, luka akibat benda boleh dibawa
dehander, bengkel, yang jatuh dari pulang.
cable way, ketinggian.
bangunan,panen.
5 Sepatu semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
boot kerja dilingkungan kaki tenaga kerja dan pengguna, tidak
pendek high hygiene area. menjaga kebersihan boleh dibawa
putih area lantai dari pulang
(khusus potensi kotoran dari
untuk luar area produksi.

60
high
hygiene
area).
6 sarung Semua tenaga Melindungi tangan Dikelola oleh
tangan kerja tenaga kerja dan pengguna, boleh
karet PH dehander,selector, kebersihan proses dibawa pulang
weigher, dan produksi dari potensi
packer. kotoran dari luar
produksi
7 Apron PH Semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
kerja deflower, badan dan pakaian pengguna, tidak
patio carero, tenaga kerja dari boleh dibawa
dehander, selector, getah atau latex buah pulang
weigher, dan
packer
8 Topi atau Semua tenaga di Melindungi buah Dikelola oleh
jilbab area produksi dari potensi pengguna, boleh
kontaminasi dibawa pulang
9 Masker Semua tenaga Melindungi area Dikelola oleh
respirator kerja plantation hidung dan mulut pengguna, tidak
yang melakukan agar tidak kontak boleh dibawa
aktifitas spraying langsung dengan pulang
dan kontak bahan kimia
langsung dengan
bahan kimia
10 Sarung Semua tenaga Melindungi telapak Dikelola oleh
tangan kerja plantation, tangan dari bahan pengguna, boleh
chemical gudang yang kimia yang dibawa pulang
aktifitas digunakan
berhubungan
dengan bahan
kimia
11 ear plug semua tenaga Melindungi gendang Dikelola oleh
kerja genset, telinga dari ketulian pengguna, tidak
operator mesin boleh dibawa
pulang
12 Apron semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
kulit kerja bengkel badan dan pakaian pengguna, boleh
yang melakukan tenaga kerja dari dibawa pulang
aktifitas ngelas percikan api
13 Kacamata semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
las kerja bengkel mata agar tidak pengguna, tidak
yang melakukan kontak langsung boleh dibawa
aktifitas ngelas dengan api pulang
14 Safety Semua tenaga Melindungi badan Dikelola oleh
bely kerja bangunan agar tidak terjatuh pengguna, boleh
dari ketinggian dibawa pulang

61
15 Sarung Semua tenaga melindungi telapak Dikelola oleh
tangan las kerja bengkel las tangan dari percikan pengguna, boleh
api dibawa pulang
16 Sepatu Semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
boot kerja plantation kaki tenaga kerja pengguna, tidak
panjang dan panen dari terpleset dan boleh dibawa
dan terpatok ular pulang
pendek
17 Safety Semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
shoes kerja bengkel, kaki tenaga kerja pengguna, tidak
operator irigasi, dari kejatuhan benda boleh dibawa
logistic dan semua pulang
tenaga kerja yang
berkaitan dengan
mesin
Berdasarkan UU No 1 tahun 1970 ditetapkannya persyaratan pengurus
harus memberikan alat-alat perlindungan diri bagi seluruh pekerja.
Sedangkan Pelaksanaan APD di PT. GGP PG4 belum sepenuhnya
memberikan APD yang sesuai dengan pekerjaannya dan jumlah APD yang
tersedia belum mencukupi keseluruhan tenaga kerja.

6. Melakukan Kegiatan Sidak dan Sosialisasi


Berdasarkan UU No. 22 tahun 2019 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan, pasal 285 dan perjanjian bersama tahun 2017-2019. Mulai tanggal 1
agustus 2019, seluruh pekerja dan pengendara kendaraan roda dua diarea
PT.GGP PG4 wajib menggunakan helm, membawa kartu KIT (Kartu
Identitas Tenaga Kerja) dan melengkapi kendaraan bermotor berupa rem
depan, belakang dan lampu. Kami melakukan kegiatan sidak dan sosialisasi
di wilayah 3 didampingi oleh bapak wahyudin (K3), pak agus (K3), dan
pak edi (HRD). disini Tindakan yang kami lakukan adalah memberi teguran
tertulis . adapun tenaga kerja da karyawan PT yang tertangkap tidak
menggunakan helm saat sidak adalah 15 TK.
Berdasarkan UU No. 1 tahun 1970, pengurus diwajibkan menunjukan
dan menjelaskan bahaya yang dapat timbul di tempat kerjanya, dan cara-
cara yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. Di PT. GGP PG 4
sudah melakukan monitoring penggunaan APD dan menjelaskan pentingnya

62
penggunaan APD tersebut dalam pelaksanaan program sidak dan sosialisasi
K3 di areal.
7. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Factor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya
pada kinerja perusahaan. Semakin terjadinya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Tabel 4.3. Penyaki Akibat Kerja Tahun 2019
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Duri nanas 1 1 1 1 1 1
Terkena pisau 1
Keseleo/ 1 1
dislokasi
Patah tulang 1 1
Luka lecet 1 1 1
Dyspepsia 1
Dislokasi
Myalgia 2
Susp fraktur 4
Vulnus 2
laceratum
Contusio 1 1
Chepalgia 1
Combustion 1

Grafik 4.1. Kecelakaan Akibat Kerja

63
GRAFIK KECELAKAAN KERJA JANUARI S.D
DESEMBER 2019
6
5
4
3
2
1 GRAFIK KECELAKAAN KERJA
0 JANUARI S.D DESEMBER
2019

Contusio
Chepalgia
Luka lecet

Dislokasi
Patah tulang

Myalgia

Vulnus laceratum
Keseleo/ dislokasi

Dyspepsia

Combustion
Susp fraktur
Duri nanas
Terkena pisau

Berdasarkan Permenkes No 56 tahun 2016 tentang penyelenggaraan


pelayanan penyakit akibat kerja disebutkan bahwa setiap fasilitas pelayanan
kesehatan penyelenggara pelayanan penyakit akibat kerja wajib melakukan
pencatatan kasus diduga penyakit akibat kerja dan kasus penyakit akibat
kerja. Pada balai pengobatan PT.GGP PG 4 sudah melakukan pencatatan
penyakit akibat kerja, Salah satu tujuan pencatatan penyakit akibat kerja
yaitu dapat mengidentifikasi penyebab, pemberian solusi agar dapat
memperbaiki sistem penerapan K3 dan menekan angka kecelakaan kerja.

64
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukam di alur produksi masih
banyak tenaga kerja yang belum memakai APD sesuai dengan ketentuan
perusahaan, serta masih ada beberapa ruangan yang belum memenuhi
syarat kebisingan serta pencahayaan menurut pdermenkes 70 tahun 2016.
Dan untuk pemgelolaan limbah masih belum memenuhi syarat
berdasarkan permenlh no 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.

2. Berdasarkan survei sidak dilapangan masih ada beberapa tenaga kerja


yang belum mematuhi peraturan seperti belum memakai helm,tidak
membawa kit,serta motornya tidak dilengkapi dengan spion

3. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di rumah APD sudah


memenuhi syarat seperti tempat yang telah disediakan untuk meletakan

65
APD yang ada . serta menurut permenkes kesesuaian toiket dengan jumlah
tenaga kerja tidak memenuhi syarat.

B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan menampung keluhan tenaga kerja mengenai
spesifikasi alat pelindung diri. Perusahaan segera melakukan
sosialisasi tentang resiko bahaya dan kegunaan APD yang tepat untuk
menghi ndari kecelakaan dan penyakit akibat kerja minimal 1 bulan 2
kali.

2. Sebaiknya perusahaan lebih konsisiten untuk melakukan sidak.

3. Sebaiknya perusahaan membuat toilet sesuai dengan jumlah tenaga


kerja serta toilet terpisah antara laki laki dan perempuan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Depkes Ri. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPL
Dan PM.

Depkes. 2016. Permenkes No 70 Tahun 2016 Tentang Standar Dan Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Jakarta : Kementerian Kesehatan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program


Spss. Semarang: Undip

PT. Great Giant Pineapple, 2020. Profil PT. Great Giant Pineapple PG4. PT.
Great Giant Pineapple. Lampung Tengah.

Permenkes. 2016. Permenkes No 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Permenkes. 2017. Permenkes No 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu


Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Hygiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua Dan Pemandian Umum.
Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Tentang Jaminan Sosial Tenaga


Kerja. UU No. 3 Tahun 1992. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.

Republik Indonesia. 1993. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja No. Kep-
463/Men/1993 Tentang Pola Gerakan Nasional Membudayakan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Kementerian Tenaga Kerja.

67
Republik Indonesia. 1996. Kepmen Lh Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku
Tingkat Kebisingan. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Pemerintah Ri No 44 Tahun 2015 Tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan
Kematian. Jakarta : Kementerian Kesehatan.

68
LAMPIRAN

GAMBAR KETERANGAN

Melakukan SIDAK APD


terhadap tenaga kerja

Alat perangkap tikus yang


ada di ruang pest control

Alat perangkap lalat yang


diletakkan ditiap tiap
ruangan

Mist blower untuk


pengendali hama

Glue trap untuk perangkap


serangga didalam ruangan

69
Tempat penampungan
bekas botol air mineral
yang akan didaur ulang

Tempat penampungan
karung bekas pupuk kimia

Tempat penampungan aki


bekas

Tempat penampungan oli


bekas

Tempat penampungan
cacahan drum yang akan
dikirim ke ggls

70
Melakukan pengukuran
pencahayaan

Melakukan pengukuran
kebisingan

TOILET

Tempat penerimaan buah


di PH nanas

Tempat mesin cuci dan


setrika dirumah APD

71
Kran pengambilan air
minum

Tempat penampungan air


RO

Kolam WWT di Alpa

Kolam WWT di PH nanas

Kolam IPAL di PH nanas

72
73

Anda mungkin juga menyukai