PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha bagi terbentuknya manusia yang memiliki kecakapan dalam
ilmu pengetahuan, mengabdi kepada masyarakat sehingga dapat berperan serta
dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang adil dan makmur. Dalam
rangka mewujudkan harapan tersebut, berbagai bentuk usaha atau kegiatan
ilmiah yang diterapkan dalam dunia industri yaitu melakukan kegiatan magang.
Tujuan dari kegiatan praktik industri ini diharapkan mahasiswa dapat
memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa
pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia
kerja yang sebenarnya. Sebab, untuk dapat terjun langsung di masyarakat tidak
hanya dibutuhkan pendidikan. Formal yang tinggi dengan perolehan nilai yang
memuaskan serta keterlampilan (skill) dan pengalaman pendukung untuk lebih
mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Politeknik Kesehatan Jurusan Sanitasi dilahirkan oleh perwujudan dan
keinginan pemerintah dan masyarakat untuk menjadi lembaga pendidikan
tinggi profesional menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterlampilan tinggi, mandiri, dan berwawasan maju dengan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, budaya, dan kemanusiaan dalam upaya
kesejahteraan masyarakat.
Sanitasi Industri adalah proses menciptakan kondisi atau suasana
lingkungan industri yang bersih dengan harapan karyawan dapat bekerja
dengan aman, nyaman, dan lebih produktif dan pada akhirnya dapat
memberikan kontribusi yang positip bagi industri itu sendiri.
Kompetensi yang diharapkan Jurusan Diploma 3 Sanitasi, Politeknik
Kesehatan Tanjung karang yaitu menguasai dan mampu menerapkan sanitasi
industri dan keselamatan kerja pada tingkat madya yang berbasis pada bidang
kesehatan lingkungan dalam arti yang luas,mencakup sanitasi industri dan
keselamatan kerja, beberapa persyaratan sanitasi industri, anatara lain
1
ketersediaan air bersih, adanya pengelolaan air limbah dan sampah,
ketersediaan ruang yang cukup sesuai persyaratan, tingkat kebisingan ditempat
kerja, getaran, syarat radiasi, ketiadaan vektor pembawa penyakit, serta adanya
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Praktek diperusahaan merupakan salah satu program untuk pencapaian
menuju lulusan yang diharapkan. Praktek kerja lapangan industri ini
merupakan kegiatan akademik yang dilakukan secara langsung pada industri
yang sesuai dengan program studi mahasiswa. Kurikulum yang diberikan pada
jenjang diploma ini 60% praktek dan 40% teori, sehingga praktek industri ini
memang sangat diperlukan untuk melihat capaian kemampuan mahasiswa.
Mahasiswa program studi Jurusan Kesehatan Lingkungan Prodi DIII
Sanitasi dan salah satu materi adalah sanitasi industri dan keselamatan kerja
industri, pada pemilihan tempat praktek kerja di industri, mahasiswa ingin
lebih mendalami dan mengimplementsikan ilmu yang sudah didapat di
perkuliahan serta dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada pada
diri masing-masing sebagai bekal untuk terjun langsung ke dunia kerja setelah
lulus dan mempunyai kulitas dalam bersaing di pasar bebas. Untuk itu
diharapkan adanya kerjasama yang baik yang selalu bersinergi antar dunia
industri dengan institusi pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana penerapan Sanitasi Industri Dan
Keselamatan Kerja Industri di PT. GGP PG 4 Kecamatan Labuhan Ratu,
Lampung Timur Tahun 2020.
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM DARI MAGANG
a. Mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis
secara langsung dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam
kegiatan di bidang Sanitasi Industri dan Keselamatan Kerja
2
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang diterima selama perkuliahan,
serta mampu bekerja sama dalam sebuah team work pada praktek di
lapangan.
c. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan perusahaan lokasi
magang sehingga diharapkan kerjasama yang terjalin dapat berlanjut.
D. MANFAAT MAGANG
Manfaat pelaksanaan magang di Perusahaan / Industri adalah :
a. Memperoleh gambaran sanitasi industry di perusahaan
b. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan
sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN INDUSTRI
Industri adalah seluruh bentuk kegiataan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan
barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi termasuk jasa
industri. (Effendi, H. 2003)
4
tergantung kepada arah pencemaran yang mungkin terjadi seperti arah
angin dan aliran air. Secara pasti ditentukan jarak minimal adalah 500
meter, sebagai batas kemampuan terbang lalat rumah atau mempunyai
dinding pemisah yang sempurna walaupun jaraknya berdekatan.
2. Konstruksi
Secara umum konstruksi dan rancang bangun harus aman dan
memenuhi peraturan perundang-undangan tentang Keselamatan dan
Keamanan yang berlaku, seperti memenuhi undang-undang gangguan
(Hinder Ordoonantie) dan sesuai dengan peruntukan wilayahnya
(Rancangan Umum Tata Ruang), Pedoman Konstruksi Bangunan Umum,
Pedoman Plumbing Indonesia dan lain-lain.
3. Halaman
Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan
nomor pendaftaran/Laik hygiene sanitasi makanan di tempat yang mudah
dilihat. Halaman harus selalu kering dan terpelihara kebersihannya, tidak
banyak serangga (lalat, kecoa) dan tikus serta tersedia tempat sampah yang
memenuhi syarat kesehatan, serta tidak terdapat tumpukan barang-barang
yang tidak teratur sehingga dapat menjadi tempat berkembang biaknya
serangga dan tikus.
4. Tata ruang
Pembagian ruang untuk restoran dan rumah makan minimal terdiri
dari dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan dan ruang
adminsitrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk memisahkan
ruangan yang satu dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu. Ruangan
harus ditata dengan baik sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta
barang-barang lainnya yang dapat mencemari makanan.
5. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak
mudah rusak, tidak lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan
tahan terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Dibuat miring ke arah
tertentu dengan kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga tidak terjadi
5
genangan air, serta mudah untuk dibersihkan. Untuk itu bahannya harus
kuat, rata, kedap air dan dipasang dengan rapi. Pertemuan antara lantai
dengan dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati)
dengan tujuan agar sisa-sisa kotoran mudah dibersihkan dan tidak
tertinggal/ menumpuk di sudut-sudut lantai.
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang dan tidak
lembab dan mudah dibersihkan. Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat,
kering, tidak menyerap air, dipasang rata tanpa celah/retak. Dinding dapat
dilapisi plesteran atau porselen agar tidak mudah ditumbuhi oleh jamur atau
kapang. Keadaan dinding harus dipelihara agar tetap utuh, bersih dan tidak
terdapat debu, lawa-lawa atau kotoran lain yang berpotensi menyebabkan
pencemaran pada makanan.
7. Atap dan langit-langit
Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan
kotoran lain, sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap
tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan
tikus. Langit-langit harus terpelihara dan selalu dalam keadaan bersih,
bebas dari retakan dan lubang-lubang dan tidak menjadi sarang serangga
dan tikus. Tinggi langit-langit minimal adalah 2,4 meter di atas lantai,
makin tinggi langit-langit, makin baik persyaratannya, karena jumlah
oksigen ruangan semakin banyak.
8. Pintu dan jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri (self closing)
dan membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana
makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat kassa yang dapat dibuka
dan dipasang. Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat
menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kawat kasa,
tirai plastik, pintu rangkap dan lain-lain. Setiap bagian bawah pintu
sebaiknya dilapisi logam setinggi 36 cm, untuk mencegah masuknya tikus.
Jarak pintu dengan lantai harus cukup rapat dan tidak lebih dari 5 mm.
9. Pencahayaan
6
Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk
melakukan pekerjaan. Setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat
cuci peralatan dan tempat cuci tangan, internsitas pencahayaan sedikitnya
10 foot candle pada titik 90 cm dari lantai. Pencahayaan harus tidak
menyilaukan dan tersebar merata, sehingga sedapat mungkin tidak
menimbulkan bayangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menempatkan beberapa lampu dalam satu ruangan.
Pencahayaan dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle
meter).
10. Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman
berkisar antara 28o C – 32oC. Sejauh mungkin ventilasi harus cukup untuk
mencegah udara ruangan tidak terlalu panas, mencegah terjadinya
kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit, dan
membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
Ventilasi dapat diperoleh secara alamiah dengan membuat lubang
penghawaan yang cukup. Lubang penghawaan bisa berupa lubang
penghawaan tetap dan lubang penghawaan insidental (misalnya jendela
yang bisa dibuka dan ditutup). Jumlah lubang penghawaan minimal 10%
dari luas lantai. Aliran ventilasi yang dipersyaratkan adalah minimal 15 kali
per menit. Bila ventilasi alamiah tidak dapat memenuhi persyaratan maka
bisa dibuat ventilasi buatan berupa ventilasi mekanis, misalnya kipas angin,
exhauser fan, AC.
11. Ruangan Pengolahan Makanan
Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang
bekerja dengan mudah dan efisien, mencegah kemungkinan kontaminasi
makanan dan memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan makanan tidak
boleh berhubungan langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi,
dan dibatasi dengan ruangan antara luas lantai dapur yang bebas dari
peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi untuk setiap orang pekerja.
7
12. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan
Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. Bak
pencucian peralatan sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) bak pencuci yaitu untuk
merendam (Hushing), menyabun (washing) dan membilas (rinsing).
Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan
larutan Kalium Permanganat (PK) 0,02% satu sendok teh dalam satu ember
ukuran 10 liter atau disiram air mendidih (80oC) dalam beberapa detik atau
menggunakan larutan zat kaporit 50 ppm. Satu sendok makan dalam ember
ukuran 10 liter.
13. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan,
sebagai berikut: 1-10 orang : 1 buah, dengan tambahan 1 (satu) buah untuk
setiap penambahan 10 orang atau kurang. Tempat cuci tangan diletakkan
sedekat mungkin dengan pintu masuk, sehingga setiap orang yang masuk
dapur pertama kali adalah mencuci tangan.
14. Air bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan
pengelolaan makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017. Air bersih secara fisik adalah
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman
penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu sebelum digunakan.
15. Jamban dan peturasan
TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia.
Jamban harus dibuat dengan leher angsa dan dilengkapi dengan air
penyiraman dan untuk pembersih badan yang cukup serta tissue dan diberi
tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan
8
dengan sabun sesudah menggunakan jamban. Jumlahnya harus memadai
seperti table berikut :
Perbandingan Jumlah Karyawan dengan banyaknya Jamban yang harus
tersedia
16. Kamar mandi
TPM harus dilengkapi dengan kamar mandi dengan air kran mengalir
dan saluran air limbah yang memenuhi pedoman plumbing. Jamban kamar
mandi harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1-10
orang, dengan penambahan 1 (satu) buah untuk setiap 20 orang. Kamar
mandi dianjurkan tanpa bak mandi, tetapi menggunakan shower
(pancuran). Sehingga dapat mencegah pertumbuhan larva nyamuk penular
penyakit. Kalau ada kamar mandi harus dikuras seminggu sekali.
17. Tempat sampah
Tempat sampah untuk menampung sampah sementara dibuat dari
bahan yang kuat, kedap air dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup
dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan
makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume tempat sampah
disesuaikan dengan produksi sampah pada setiap kegiatan. Sampah harus
sudah dibuang dalam waktu 1 x 24 jam dari TPM. Kantong sampah yang
telah penuh di tempatkan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah.
18. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan
Locker karyawan dibuat dari bahan yang kuat, aman, mudah
dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
karyawan. Locker ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan
gudang. Locker untuk karyawan pria hendaknya terpisah dengan locker
karyawan wanita.
9
pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian
semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila
semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman,
maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan
dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas.
10
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang,
tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan &
penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
11
G. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaaan
dan atau lingkungan kerja . Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (3)
Peraturan Pemerintahan Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja:
1. Faktor Fisik
2. Golongan Kimia
3. Golongan Biologi
4. Golongan mental Psikologi
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Kewaspadaan untuk menghindari penyakit akibat kerja tersebut bisa berupa :
1. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
3. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga
kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
12
BAB III
HASIL KEGIATAN
13
2. LOKASI
Perkebunan PT Great Giant Foods Plant Group IV berlokasi di Jl
Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Secara geografis terletak
pada 4o37’-5o15’ LS dan 1060 32’-106o52’BT. Secara adminisratif terletak
di :
1. Selatan : Kecamatan Labuhan Ratu
2. Utara : Taman Nasional Way Kambas
3. Timur : Taman Nasional Way Kambas
4. Barat : Kecamatan Sukadana
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
14
3. VISI dan MOTTO INDUSTRI
Visi dari PT Great Giant Foods PG4 Lampung Timur, yaitu :
a. Menjadi produsen nanas terbesar dalam bidang olahan didunia
b. Menjadi pemimpin dalam makanan segar dan olahan diseluruh dunia
c. Menjadi pemimpin makanan segar dan olahan yang terdepan dalam
industri.
15
4. STRUKTUR ORGANISASI
Strukur organisasi di PT Great Giant Foods PG4 Dipimpin oleh
seorang direktur yang dibantu oleh manager serta beberapa kepala bagian
dan kepala divisi, sehingga wewenang berlangsung secara vertikal.
16
Berikut merupakan rincian tugas dari masing - masing bagian organisasi :
1. Direktur Produksi memiliki beberapa tugas, yaitu :
a. menentukan pokok-pokok kebijakan dan pengendalian perusahaan
sebagai pelaksana kebijakan umum yang telah ditetapkan
b. membuat perencanaan perusahaan dibantu oleh manager dan kepala
bagian lainnya
c. menjalankan operasional perusahaan secara menyeluruh
d. melaksanakan pengawasan dan analisa operasional perusahaan
e. bertanggung jawab terhadap kebijakan, pengendalian perusahaan dan
mengadakan langkah-langkah kongkrit bagi kepentingan,kemajuan
serta perkembangan perusahaan
17
3. Bagian Humas memiliki beberapa tugas, yaitu :
a. Bertanggung jawab atas hubungan dengan masyarakat luar dalam
lingkup perusahaan
b. Sebagai pusat pelayanan umum
c. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan kantin perusahaan,
kebersihan kantor, akomodasi tamu dan lain-lain
d. Bertanggung jawab terhadap tenaga kerja dan biaya yang timbul
dalam departemennya
18
10. Bagian storagememiliki beberapa tugas, yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap pengadaan material untuk operasional
seluruh bagian
b. Mendata pengiriman barang ke lokasi seluruh bagian
c. Mendata pemasukan bagian dari purchasing
5. TENAGA KERJA
a. PKWTT
PKWTT adalah pekerja yang mempunyai perjanjian kerja waktu
tertentu dan pekerja yang mempunyai waktu tidak tertentu. Jumlah
pekerja laki-laki yaitu 407 orang sedangkan yang perempuan 64 orang.
b. PKWT
PKWT adalah tenaga kerja dan pekerja harian lepas. Jumlah pekerja
laki-laki yaitu 3.805 orang dan perempuan 1.941 orang.
6. FASILITAS KESEJAHTERAAN
a. Fasilitas Olahraga
b. Fasilitas Kesehatan
c. Fasilitas Makan
d. Fasilitas Ibadah
e. Fasilitas Perumahan
19
7. SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI
a. Sarana :
1) Balai Pengobatan
2) Lab tanah
3) Lab HPT
4) Gedung alpha
5) Farming Service
6) Packing House
7) lapangan basket
8) lapangan futsal
9) Ware House
b. Pra Sarana :
1) Mesin pengolahan tanah
2) Mesin perawatan nanas
3) Mesin penanganan pasca panen
8. LOGO PERUSAHAAN
20
B. HASIL PRAKTIKUM SANITASI INDUSTRI DAN K3 INDUSTRI
1. Jadwal Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapangan Di PT. GGP PG4
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan
No Waktu kegiatan Rincian kegiatan
1 Senin,13 januari 1. Diterima oleh pihak PT. GGP PG4
2020 2. Perkenalan dasar-dasar K3
3. Mempelajari tingkat bahaya di packing
house nanas
2 Selasa, 14 januari 4. Mempelajari tentang prosedur HIRA
2020 5. Pengumpulan data program K3
6. Mengetahui program pest control
3 Rabu, 15 januari 7. Melakukan kegiatan sidak dan sosialisasi
2020
4 Kamis, 16 januari 8. Mengetahui alur pengelolaan limbah di
2020 gudang
9. Mengetahui alur pengelolaan limbah cair,
padat dan limbah b3.
5 Jumat, 17 januari 10. Mengetahui pengolahan air bersih di
2020 gudang dan mengetahui penyakit akibat
kerja
6 Sabtu, 18 januari 11. Diskusi
2020
7 Senin, 20 januari 12. Pengukuran kebisingan dan pencahayaan
2020 di PH
13. Mengetahui dan melihat jumlah toilet dan
kesesuaian dengan jumlah pekerja
14. Mengetahui alur produksi nanas
15. Pengamatan konsistensi penggunaan APD
pada alur produksi nanas
16. GMP (Personal Hygiene) Sanitasi industry
17. Melihat rumah APD
8 Selasa, 21 januari 18. Mengetahui alur pengelolaan limbah di
2020 PH dan mengetahui pengolahan air bersih
dan air minum di PH
9 Rabu, 22 januari 19. Laporan
2020
10 Kamis, 23 januari 20. Presentasi
2020
11 Jumat, 24 januari 21. Perbaikan laporan
2020
21
2. PROSES PRODUKSI (DIAGRAM ALIR) PACKING HOUSE NANAS
Gudang material
Paletezing anteroom
packaging dan supply
box
Keterangan :
22
fungsida dilakukan di bagian puncle dan kron. Sedangkan waxing dilakukan
di bagian bawah. Fungsi dari pemberian fungisida yaitu untuk mengurangi
jamur agar buah tetap segar. Sedangkan fungsi waxing yaitu supaya buah
nanas warnanya lebih mencolok.
5. Line proses (grading dan timing)
Line proses (grading dan timing) adalah tempat pemisahan buah sesuai
dengan ukuran buah nanas.
6. Line proses (packer dan timbang)
Adalah tempat penimbangan buah yang akan dimasukkan kedalam box
sesuai size
5. Gudang material packaging dan supply box
Adalah tempat yang memberikan suplay kardus untuk pengisisan buah
nanas
6. Paletezing
Tempat mempalet atau menyusun buah per size dan per zona
7. Anteroom
Ruang antara menuju cold storage rapid cooling 1 dan rapid cooling 2
8. Cold storage
Tempat penyimpanan buah sebelum dikirm
9. Rapid cooling 1
Untuk proses pendinginan buah
10. Rapid cooling 2
Untuk proses pendinginan buah
11. Loading
Proses pengiriman melalui container
23
4 memiliki suber air bersih berjumlah 3 sumur bor yaitu di stasiun 837,
stasiun 842 dan didalam area PH nanas. Kedalaman sumur bor yaitu 60-80
meter. Di sini terdapat 3 tower air yang salah satunya berkapaitas 143.000
liter. Berikut gambar tower yang ada di PH nanas:
4. PENGOLAHAN LIMBAH
a. Limbah padat
Limbah padat di PT GGP PG4 terdiri dari limbah organik dan
limbah an organic. Pengelolaan limbah tersebut dilakukan oleh pihak ke-
3. Untuk membedakan limbah organik dan anorganik dibedakan lokasi
TPS nya. Sedangkan Limbah padat yang dihasilkan dari hasil produksi
PH nanas yaitu crown dan buah yang riject. Limbah tersebut dibuang
berdasarkan TPS nya masing-masing, yaitu crown dibuang dilokasi TPS
218 sedangkan buah yang reject dibuang di TPS catle.
b. Limbah cair
24
Kami disini mengunjungi pengelolaan limbah cair di PT. GGP PG4
bagian kantor alfa dan packing house nanas. Di kantor alfa limbah cair
yang dihasilkan berasal dari perumahan atau mess dan kantor. Contoh
limbahnya antara lain sisa deterjen dari proses pencucian di perumahan.
Packing House Nanas PG4 terdapat beberapa jenis limbah cair antara
lain larutan chlorin bekas pencucian buah nanas berasal dari plantation,
larutan waxing dan fungisida sisa dari pelapisan nanas.
c. Limbah B3
Kami disini mengunjungi pengelolaan limbah B3 di PT. GGP PG4
bagian kantor alfa dan packing house nanas. Limbah B3 di PT GGP PG 4
diantaranya oli, aki bekas, filter bekas, drum chemical dan karung bekas
pupuk kimia.
5. SISTEM MANAGEMENT K3
Sistem management K3 di PT. GGP PG4 Kecamatan Labuhan Ratu
Kabupaten Lampung Timur sudah mendapatkan sertifikat Global GAP dan
sertifikat HACCP. PT. GGP PG4 masih berproses untuk mencapai Zero
Accident.
25
6. PENGUKURAN–PENGUKURAN PRAKTEK
a. Kebisingan
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
1) Gangguaan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
emosi dan lain-lain.
3) Gangguan Komunikasi
Dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan dapat berakibat
kepada pekerjaan karena tidak dapat mendengar isyarat ataupun tanda
bahaya.
4) Gangguan pada pendengaran atau ketulian
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gangguan
pendengaran ini bersifat progresif tapi apanila tidak dikendalikan dapat
menyebabkan ketulian permanen.
26
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Fruit Receiver
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang
Pembahasan :
Range = Maksimal – Minimal
= 97,5 – 95,2
= 2,3
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛
27
1
=10log 120 ∑(6 𝑥 100.1 𝑥 95,34 + 21 𝑥 100.1 𝑥 95,73 + 41 𝑥 100.1 𝑥 96,12 +
1
= 10 log 120 (51.255.239.901)
= 96,3 dBA
sebesar 96,3 dBA sehingga melebihi ambang batas yaitu di atas 85 dBA
kerja industri.
Pembahasan :
28
Range = Maksimal – Minimal
= 93,7 – 90,0
= 3,7
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 3,7
Interval Kelas = = 7.86 = 0,47
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠
1
=10log ∑(4 𝑥 100.1 𝑥 90,23 + 20 𝑥 100.1 𝑥 90,80 +
120
= 102,8 dBA
sebesar 102,8 dBA sehingga melebihi ambang batas yaitu 85 dBA sesuai
industri.
29
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.20 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang QC)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang
Pembahasan :
Range = Maksimal – Minimal
30
= 81,1 – 62,4
= 18,7
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
1
=10log 120 ∑(3 𝑥 100.1 𝑥 63,58 + 5 𝑥 100.1 𝑥 66,05 +
= 81,26 dBA
31
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.30 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang Lab)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang
Pembahasan :
32
= 78,8 – 63,1
= 15,7
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 15,7
Interval Kelas : = 7.86 = 2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛
1
=10log ∑(80 𝑥 100.1 𝑥 64,1 + 27 𝑥 100.1 𝑥 66,2 + 2 𝑥 100.1 𝑥 68,3 +
120
= 67,96 dBA
33
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.40 WIB
Tempat : Ruang Palletezing
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang
Pembahasan :
Range = Maksimal – Minimal
34
= 89,0 – 77,0
= 12
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 12
Interval Kelas = = 7.86 = 1,52
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠
1
=10log 120 ∑(14 𝑥 100.1 𝑥 77,76 + 68 𝑥 100.1 𝑥 79,38 +
= 86,96 dBA
35
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Panel AC dan Genset
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang
Pembahasan :
36
= 9,5
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 9,5
Interval Kelas = = 7.86 = 1,2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛
1
=10log 120 ∑(84 𝑥 100.1 𝑥 77,7 + 25 𝑥 100.1 𝑥 79 + 5 𝑥 100.1 𝑥 80,3 +
= 78,9 dBA
Genset sebesar 78,9 dBA sehingga masih di bawah ambang batas yaitu
37
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Pengadukan Stafresh
Pembahasan :
38
= 23,4
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 23,4
Interval Kelas = = 7.86 = 2,97
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠
1
Leq = 10 log 𝑛 ∑𝑟𝑛 𝑥 100.1 𝑥 𝑖𝑛
1
=10log 120 ∑(17 𝑥 100.1 𝑥 51,88 + 39 𝑥 100.1 𝑥 54,95 +
= 63,13 dBA
39
Data Hasil Pengukuran Kebisingan
Hari / Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Packing House Nanas (Ruang Bengkel)
Nama Pengukuran : Mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang
Pembahasan :
40
= 92,3 – 64,1
= 28,2
Jumlah Kelas (K) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 120
= 7.86
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 28,2
Interval Kelas = = 7.86 = 3,6
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠
1
=10log 120 ∑(9 𝑥 100.1 𝑥 65,9 + 16 𝑥 100.1 𝑥 69,6 +
= 84,68 dBA
41
b. Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pengukuran
pencayaan menggianakan alat lux meter yang memiliki prinsip kerja
terdiri dari rangka sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel, sensor
pada alat ini diletakkan pada sumber cahaya yang akan diukur
intensitasnya cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang
diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Pada prinsipnya makin
banyak yang diserap oleh sel arus yang dihasilkanpun semakin besar.
Fungsi dilakukan pengukuran pencahayaan adalah untuk mengetahui
tingkat pencahayaan apakah sudah sesuai dengan nilai ambang batas di
PERMENKES No 70 tahun 2016 dan juga untuk mengetahui pengaruh
pencahayaan terhadap tenaga kerja.
Langkah – langkah pengendalian pencahayaan di tempat kerja :
1) Modifikasi sistem pencahayaan yang sudah ada seperti
a) Menaikkan atau menurunkan letak lampu di dasarkan pada objek
kerja.
b) Mengganti warna lampu yang digunakan
c) Mengganti jenis lampu yang lebih sesuai
d) Merubah posisi lampu
e) Pemeliharaan dan pembersihan lampu
f) Penyediaan pencahayaan local
g) Penggunakaan korden dan perawatan jendela
42
Pengukuran pencahayaan di lakukan dengan alat LUX Meter adapun
hasil pengukuran bedasarkan lokasi di PT.GGP PG 4 :
Tabel 3.10. Hasil Ukur Pencahayaan
Nama Lokasi Hasil Standar Baku Keterangan
Mutu
Ruang Uji Belah 780 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Ruang Kantor QC 212 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Ruang Laboratorium 280 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
QC
Ruang Inkubasi 365 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Ruang Inakulasi 450 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Ruang Seleksi Buah 455 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Drayer 435 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Greding And 300 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Labeling
Penimbangan Box 215 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Box Feeding 580 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Ruang Palletezing 70 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Cool Storage 37 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Anteroom 71 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Rapid 1 29 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Loding Dock 98 Lux 100-500 Lux Tidak Memenuhi
Syarat
Gudang Material 285 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
Gudang Chemical 445 Lux 100-500 Lux Memenuhi Syarat
43
BAB IV
PEMBAHASAN
A. SANITASI INDUSTRI
1. PENGOLAHAN AIR
a. Air bersih
Air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang ada di PT. GGP
PG 4, kami mengunjungi sumber air bersih di kantor alfa dan PH nanas.
Sumber air bersih di kantor Alfa berasal dari 1 sumur bor, yang
mempunyai kapasitas 180 m3/ hari. Pemeriksaan air bersih di PT.GGP
PG 4 dilakukan setiap 1 tahun sekali dan dilakukan pengurasan rutin
untuk tower 3 bulan sekali.
Air bersih di packing house nanas bersumber dari 3 sumur bor yaitu
di stasiun 837, stasiun 842 dan PH nanas. Kedalaman sumur yaitu 60-
80meter. Pemeriksaan air bersih di PT.GGP PG 4 setiap 1 tahun sekali
dan dilakukan pengurasan rutin untuk tower 3 bulan sekali.
Menurut PERMENKES NO 32 tahun 2017 tentang standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk
keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandain
umum, menyebutkan bahwa air untuk keperluan hygiene sanitasi
memiliki persyaratan kesehatan yaitu:
1) Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang
pembawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan vektor
a) Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang
pembawa penyakit
b) Jika menggunakan container sebagai penampung air harus
dibersihkan secara berkala minimum 1 kali seminggu
2) Aman dari kemungkinan kontaminasi
44
b. Air minum
Air minum RO (Reserve Osmosis) yang ada di PH nanas diambil
dari sumber air bersih yaitu sumur bor. Air minum dilakukan pergantian
filter setiap bulan. Tanki dilakukan pengurasan setiap 1 hari sekali.
Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan kurang lebih pengukuran
setiap 1 tahun sekali.
Menurut PERMENKES 43 TAHUN 2014 tentang Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum, menyatakan bahwa persyaratan hygiene sanitasi
dalam pengelolaan air minum meliputi aspek diantaranya tempat,
peralatan, dan penjamah. Dijelaskan bahwa aspek tempat yaitu meliputi
lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan
penularan penyakit, lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,
mudah dibersihkan, dan tidak terjadi genangan air. Harus memiliki
ventilasi untuk pertukaran udara dengan baik. Sedangkan, pada lokasi air
minum RO yang terdapat di PH Nanas terlihat adanya genangan air di
sekelilingnya. Pada kran pengambilan air minum menggunakan botol
terlihat adanya lumut, lumut dapat menularkan penyakit karena lumut
mengandung zat arsenic yang dapat mengakibatkan penyakit apabila
terpapar dalam jangka lama. Dan tidak adanya ventilasi pada ruangan air
minum RO di PH nanas.
2. PENGOLAHAN LIMBAH
b. Limbah padat
Limbah padat di PT GGP PG4 terdiri dari limbah organik dan
limbah an organic. Limbah organik terdiri dari dedaunan, sisa sayuran,
kertas, kardus, makanan sisa, dll. sedangkan limbah anorganik terdiri
dari plastik, kaca, besi, kain, kaleng, dll. Semua limbah organik dan
limbah an organik dari masing-masing ruangan disimpan dengan
menggunakan kotak sampah untuk organic berwarna hijau dan an organic
berwarna merah atau kuning yang dilapisi dengan plastik berwarna
hitam. Limbah padat yang memiliki nilai ekonomis atau yang dapat
berguna (dijual lagi) selalu dilakukan pemilahan terlebih dahulu, lalu
45
selanjutnya limbah tersebut diangkut oleh motor pengangkut sampah
yang dilakukan setiap hari. Sampah organik dan anorganik yang tidak
berguna lagi langsung dibuang ke TPA areal kali kapuk.
Limbah padat yang dihasilkan di PH nanas yaitu crown dan buah
riject. Untuk crown sendiri dibuang setiap hari ke TPS 218, sedangkan
buah reject dibuang ke cattle. Menurut Permenkes No 70 tahun 2017
tentang standar persyaratan kesehatan lingkungan kerja industry
menyatakan bahwa di suatu tempat industri harus mempunyai tempat
penyimpanan sampah, sampah daur ulang yang mencukupi, mudah dan
efektif untuk dibersihkan. Pada PT. GGP PG 4 sudah memenuhi
persyaratan dikarenakan sudah adanya pemisahan antara limbah organik
dan anorganik, sudah mempunyai tempat penyimpanan sampah dan
sampah daur ulang yang mencukupi.
c. Limbah cair
Untuk pembuangan limbah cair domestic yang ada di perumahan
atau mess dan kantor menggunakan instalasi pembuangan air limbah
(kolam WWT). Kolam WWT memiliki kedalaman 2 meter yang terdiri
dari 3 kolam yaitu kolam 1 berisikan kerikil yang berguna untuk
penyerapan bahan-bahan tertentu yang terlarut dalam air. Kolam 2
berisikan sapu ijuk yang berfungsi untuk menyaring kotoran besar yang
dimasukan kedalam penyaringan air dan untuk meratakan air yang
mengalir. Kolam 3 berisikan pasir yang berfungsi untuk menyaring
kotoran halus dan menahan endapan lumpur agar terhenti pada bagian
pasir. Di setiap masing-masing rumah atau mess sudah memiliki septic
tank.
Pengelolaan limbah cair di packing house nanas menggunakan
sistem aerob. Limbah cair yang dihasilkan di PH nanas yaitu klorin,
waxing dan fungisida. Alur pengelolaan limbah cair yaitu setelah proses
produksi di PH menghasilkan limbah, limbah yang dihasilkan dialirkan
kekolam 1 selanjutnya kekolam 2 lalu kekolam 3 mengalir kekolam 4
46
dan selanjutnya kekolam 5. Namun saat ini di PT. GGP PG 4 sedang
dilakukakannya improvement perubahan IPAL dengan yang baru.
Pengelolaan limbah secara aerob seringkali merupakan pengolahan
tahap ke-2 (secondary treatment) dalam sebuah IPAL. Proses aerob salah
satu proses pengolahan limbah yang berlangsung dengan hadirnya
oksigen dengan memanfaatkan aktifitas mikroba aerob untuk
menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah menjadi zat
anorganic yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran
terhadap lingkungan.
Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah di PH nanas masih dalam
keadaan terbuka dan dan tidak kedap air (masih berupa tanah, bukan
bangunan permanen), Sedangkan menurut Permen LH Nomor 3 tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Kawasan Industri,
menyebutkan bahwa penanggung jawab kawasan industry wajib
menggunakan saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembasan air limbah ke lingkungan.
d. Limbah B3
Limbah B3 di PT GGP PG 4 yaitu oli, aki bekas, filter bekas, drum
semical dan karung bekas pupuk kimia. Limbah B3 oli dan aki bekas
ditampung di tempat sementara (gudang limbah B3) yang berbeda lalu
diserahkan ke pihak ke-3 yaitu PT. Nicosa. Limbah B3 filter bekas di
simpan di tempat sementara (gudang limbah B3) lalu ditimbun di area
gudang limbah B3. Limbah karung bekas pupuk kimia diserahkan ke
pihak ke-3. Limbah B3 drum semical dicacah supaya bisa di daur ulang
ke PT. GGPC menjadi biji plastik dan lem kayu.
Menurut Permenkes No 70 tahun 2017 tentang standar persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industry, menyatakan bahwa jika industry
menghasilkan limbah B3 maka harus disediakannya ruangan khusus, jika
tidak ada pengelolaannya harus di kelola pihak ke-3 yang sudah memiliki
izin dalam pengelolaan limbah. Pada PT. GGP PG 4 sudah memenuhi
syarat dikarenakan sudah adanya kesediaan ruangan khusus untuk limbah
47
B3, lalu dilanjutkan atau diserahkan oleh pihak ke 3 yang sudah memiliki
sertifikat untuk mengelola limbah B3.
3. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah di PT GGP PG4 terdiri dari limbah organik dan limbah an
organic. Sampah organik terdiri dari dedaunan, sisa sayuran, kertas, kardus,
makanan sisa, dll. sedangkan sampah anorganik terdiri dari plastik, kaca,
besi, kain, kaleng, dll. Semua sampah organik dan sampah an organik dari
masing-masing ruangan disimpan dengan menggunakan kotak sampah
untuk organic berwarna hijau dan an organic berwarna merah atau kuning
yang dilapisi dengan plastik berwarna hitam. Sampah padat yang memiliki
nilai ekonomis atau yang dapat berguna (dijual lagi) selalu dilakukan
pemilahan terlebih dahulu, lalu selanjutnya limbah tersebut diangkut oleh
motor pengangkut sampah yang dilakukan setiap hari. Sampah organik dan
anorganik yang tidak berguna lagi langsung dibuang ke TPA areal kali
kapuk.
Menurut Permenkes No 70 tahun 2017 tentang standar persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industry menyatakan bahwa di suatu tempat
industri harus mempunyai tempat penyimpanan sampah, sampah daur ulang
yang mencukupi, mudah dan efektif untuk dibersihkan. Pada PT. GGP PG 4
sudah memenuhi persyaratan dikarenakan sudah adanya pemisahan antara
limbah organik dan anorganik, sudah mempunyai tempat penyimpanan
sampah dan sampah daur ulang yang mencukupi.
4. PENGENDALIAN VEKTOR
Program pengendalian Pest Control PT.GGP PG 4
a. Tujuan
Melakukan pengendalian Pest untuk menghilangkan potensi kontaminasi
terhadap produk.
b. Ruang Lingkup
48
Pengendalian Pest (tikus,serangga,dll) melalui aplikasi bahan
kimia,pemasangan perangkap cell lalat,perangkap lampu insect killer dan
perangkap tikus di lingkungan produksi,gudang,dan area exterior
c. Tanggung jawab
Koordinator : Juanto
Tenaga Kerja : 1) Junaidi
2) Rudianto
3) Sutopo
49
e. Pengendalian Serangga
Jenis serangga yang di kendalikan di PT. GGP PG 4 adalah Rengit,
Lalat Rumah, Lalat Buah, Semut Merah, Semut Hitam, Semut Merah
Bersayap, Semut Hitam Bersayap, Lembing, Kupu, Kepik, Nyamuk,
Kecoa, Laba-laba, Cicak, Belalang, Capung, Laron, Cocopet, dan
Burung.
Untuk pengendalian serangga menggunakan 4 cara yaitu :
menggunakan cell lalat, menggunakan lampu insect killer,menggunakan
bahan kimia, dan menggunakan melalui penangkapan serangga secara
manual.
Target/ tujuan : Mengendalikan serangga yang ada diluar area produksi
dengan aplikasi pestisda dan mengurangi resiko
serangga masuk ke are produksi PH.
50
potensial dimasuki serangga atau yang paling banyak jumlah
serangganya.
2) Pelaksanaan pemeriksaan kondisi dan kebersihan lampu insect killer
ditunjukan kepada pemeriksaan kondisi insect kiler seperti kondisi UV
dan kebersihan bagian saringan luar lampu dengan cara memasukan
dengan cara yang tertangkap kedala bak penampungan atau mengganti
perangkap lem yang sudah tangkapannya, secara keseluruhan hasil
pemeriksaan kondisi perangkap insect killer ini dicatat dalam laporan
pemeriksaan kondisi lampu insect killer untuk penggantian lampu
insect killer dilakukan bila kondisi lampu UV rusak/ buram/ mati, atau
maksimal pemakaian 6 bulan, dan kegiatan ini dicatat dalam form
recorde pemasangan dan penggantian lampu insect killer.
3) Melakukan penimbangan serangga seminggu sekali hasil dicatat
dalam form laporan penimbangan insect pada lampu insect killer/glue
trap
4) Penanganan hasil tangkapan serangga di lampu insect killer adalah
dengan cara mengubur hasil tangkapan tersebut
5) Jika diperlukan dapat dilakukan relokasi lampu insect killer atau
melakukan penambahan atau pengurangan unit lampu insectkiller
pada lampu lokasi yang telah dilakukan Pemasangan perangkap tikus
dilakukan di area produksi dan di area exterior ph lain nya, dan untuk
pergantian umpan satu minggu sekali.
51
mencatat penundaan atau pembatalan atas permintaan penanggung
jawab area serta realisasi dari aplikasi pestisda tersebut
4) Sebelum melaksanakan aplikasi, coordinator atau tenaga kerja pest
control memastikan bahwa lokasi yang diaplikasi aman untuk dapat
diaplikasi dengan mendapat konfirmasi dari penanggung jawab area.
5) TK harus melakukan reparasi larutan bahan kimia mengacu pada
pedoman umum tentang pestisida.
6) Monitoring penggunaan dan persediaan bahan baku (pestisida) dan
peralatan/perlengkapan/sperpart pest control lainnya (bahan
pendukung) merupakan tanggung jawab coordinator pest control dan
dicatat dalam buku laporan pemakaian bahan baku dan bahan
pendukung pest control.
7) Untuk mencegah terjadinya resistensi serangga terhadap bahan kimia
(insectisida) tertentu, maksimal setiap 3 bulan sekali akan dilakukan
penggantian bahan kimia (saat ini yang diterapkan dengan
menggunakan delta metrin dan cyper metrin).
a) Metode Spraying (Mist Blower)
Menggunakan larutan Bravo 50 EC atau Decis 2,5 EC dengan
dosis 0,01 % -0.2% ,Dengan memasukan 5 liter air ke tangki hand
spraying atau mist blower masukan Bravo 50 EC sebanyak 5-20 ml
dan tambahkan lagi air sampai mencapai 10 liter. Agar serangga
tidak resisten maka setiap 3 bulan sekali pestisida yang digunakan
akan diganti oleh deltametrin tiap 1 ml , air yang digunakan
sebanyak 1 liter air , sedangkan sipermetrin tiap 2 ml , air yang
digunakan sebanyak 1 liter air .
b) Metode Fogger
Masukkan 2 liter solar kedalam tanki fogging,tambahkan larutan
Bravo 50 EC atau Decis 2,5 EC dengan dosis 0,01 % -0.2%
sebanyak 2,5-5 ml kemudian tambahkan lagi solar sampai
mencapai 5 liter.
52
i. Melalui penangkapan serangga secara manual di lokasi produksi PH
1) Penangkapan serangga dilakukan diseluruh area produksi PH
2) Penangkapan serangga dilakukan setiap hari kerja (kecuali hari
minggu atau libur proses) oleh tenaga kerja pest control yang bertugas
hasil penangakapan serangga ini dicatat dalam form laporan
penangkapan serangga secara manual di area produksi.
3) Penangan hasil tangkapan serangga secara manual tersebut adalah
dengan cara mengubur
53
Pelaksanaan Hygine Karyawan PH 01:
Gambar 4.1 Alur Pelaksanaan Hygiene Karyawan
54
APD berada dalam 1 lokasi yaitu Rumah APD dan sudah tersusun
dengan baik sesuai dengan jenis APD yang akan digunakan.
55
Setelah APD digunakan langsung dilakukan pencucian terlebih dahulu
dengan menggunakan deterjen hingga bersih.
56
6. Jumlah toilet dan kesesuaian dengan jumlah pekerja
Standar baku mutu sarana toilet untuk pekerja industri di tetapkan
berdasarkan rasio yaitu perbandingan jumlah toilet dengan jumlah pekerja.
Rasio sarana toilet berbeda antara laki laki dan prempuan jika toilet di
gunakan oleh pekerja laki-laki maka harus ada paturasan atau urinoir
paling banyak 1/3 dari jumlah toilet yang di gunakan. Persyaratan jumlah
toilet dan jumlah pekerja Menurut PERMENKES RI No. 70 TAHUN
2016 diantaranya:
57
dapat menjadi tempat perindukan vector yang akan menimbulkan
penyakit.
B. K3 INDUSTRI
1. Pengertian K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan
dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan
dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi
menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan
berdampak terhadap peningkatan produktivitas.
2. Tujuan Penerapan K3
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
a. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja
b. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secaraaman dan
efisien
c. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.
58
i. Sidak APD
j. Sidak pemakaian helm tenaga kerja berkendaraan sepeda motor
k. Review HIRA
l. Perawatan/ checklist APAR
m. Membuat rambu-rambu arah jalan
n. Ceklist kelayakan APD
o. Investigasi kecelakaan kerja dan nyaris celaka dan meeting analisa
penyebabnya.
p. Pengecekan tenaga kerja terkena chemical
q. Investarisasi penyakit akibat chemical
r. Pengecekan isi kotak p3k
s. Cek cholinesterase
t. Cek audiometric
u. Cek spirometri
4. SISTEM MANAJEMEN K3
Sistem management K3 di PT. GGP PG4 Kecamatan Labuhan Ratu
Kabupaten Lampung Timur sudah mendapatkan sertifikat Global GAP dan
sertifikat HACCP. Sertifikat Global GAP (Global Good Agricultural
Practice) adalah sistem sertifikasi yang menerapkan pendekatan sistem
produksi untuk memastikan keamanan produk buah segar untuk dikonsumsi
sehari-hari. Sedangkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Points) yaitu sertifkasi bukti penerapan secara efektif yang
diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan
keamanan pangan melalui sistem yang dirancang secara sistematis dan
terintegrasi. PT. GGP PG4 masih berproses untuk mencapai Zero Accident.
Menurut Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang pedoman
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bahwasanya
sistem manajemen yang baik, dimulai dengan dilakukannya identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan
hal ini, harus dipertimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang
berlaku serta persyaratan lainnya. Di PT. GGP PG 4 sistem manajemen K3
59
belum sepenuhnya terlaksana karena ketersediaan APD belum terpenuhi
secara keseluruhan sesuai jumlah tenaga kerja yang ada, dari
ketersediannya APD bisa menunjukan bahwasannya untuk menekan angka
kecelakaan kerja atau zero accident masih belum dapat dapat terlaksana.
60
high
hygiene
area).
6 sarung Semua tenaga Melindungi tangan Dikelola oleh
tangan kerja tenaga kerja dan pengguna, boleh
karet PH dehander,selector, kebersihan proses dibawa pulang
weigher, dan produksi dari potensi
packer. kotoran dari luar
produksi
7 Apron PH Semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
kerja deflower, badan dan pakaian pengguna, tidak
patio carero, tenaga kerja dari boleh dibawa
dehander, selector, getah atau latex buah pulang
weigher, dan
packer
8 Topi atau Semua tenaga di Melindungi buah Dikelola oleh
jilbab area produksi dari potensi pengguna, boleh
kontaminasi dibawa pulang
9 Masker Semua tenaga Melindungi area Dikelola oleh
respirator kerja plantation hidung dan mulut pengguna, tidak
yang melakukan agar tidak kontak boleh dibawa
aktifitas spraying langsung dengan pulang
dan kontak bahan kimia
langsung dengan
bahan kimia
10 Sarung Semua tenaga Melindungi telapak Dikelola oleh
tangan kerja plantation, tangan dari bahan pengguna, boleh
chemical gudang yang kimia yang dibawa pulang
aktifitas digunakan
berhubungan
dengan bahan
kimia
11 ear plug semua tenaga Melindungi gendang Dikelola oleh
kerja genset, telinga dari ketulian pengguna, tidak
operator mesin boleh dibawa
pulang
12 Apron semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
kulit kerja bengkel badan dan pakaian pengguna, boleh
yang melakukan tenaga kerja dari dibawa pulang
aktifitas ngelas percikan api
13 Kacamata semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
las kerja bengkel mata agar tidak pengguna, tidak
yang melakukan kontak langsung boleh dibawa
aktifitas ngelas dengan api pulang
14 Safety Semua tenaga Melindungi badan Dikelola oleh
bely kerja bangunan agar tidak terjatuh pengguna, boleh
dari ketinggian dibawa pulang
61
15 Sarung Semua tenaga melindungi telapak Dikelola oleh
tangan las kerja bengkel las tangan dari percikan pengguna, boleh
api dibawa pulang
16 Sepatu Semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
boot kerja plantation kaki tenaga kerja pengguna, tidak
panjang dan panen dari terpleset dan boleh dibawa
dan terpatok ular pulang
pendek
17 Safety Semua tenaga Melindungi bagian Dikelola oleh
shoes kerja bengkel, kaki tenaga kerja pengguna, tidak
operator irigasi, dari kejatuhan benda boleh dibawa
logistic dan semua pulang
tenaga kerja yang
berkaitan dengan
mesin
Berdasarkan UU No 1 tahun 1970 ditetapkannya persyaratan pengurus
harus memberikan alat-alat perlindungan diri bagi seluruh pekerja.
Sedangkan Pelaksanaan APD di PT. GGP PG4 belum sepenuhnya
memberikan APD yang sesuai dengan pekerjaannya dan jumlah APD yang
tersedia belum mencukupi keseluruhan tenaga kerja.
62
penggunaan APD tersebut dalam pelaksanaan program sidak dan sosialisasi
K3 di areal.
7. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Factor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya
pada kinerja perusahaan. Semakin terjadinya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Tabel 4.3. Penyaki Akibat Kerja Tahun 2019
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Duri nanas 1 1 1 1 1 1
Terkena pisau 1
Keseleo/ 1 1
dislokasi
Patah tulang 1 1
Luka lecet 1 1 1
Dyspepsia 1
Dislokasi
Myalgia 2
Susp fraktur 4
Vulnus 2
laceratum
Contusio 1 1
Chepalgia 1
Combustion 1
63
GRAFIK KECELAKAAN KERJA JANUARI S.D
DESEMBER 2019
6
5
4
3
2
1 GRAFIK KECELAKAAN KERJA
0 JANUARI S.D DESEMBER
2019
Contusio
Chepalgia
Luka lecet
Dislokasi
Patah tulang
Myalgia
Vulnus laceratum
Keseleo/ dislokasi
Dyspepsia
Combustion
Susp fraktur
Duri nanas
Terkena pisau
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukam di alur produksi masih
banyak tenaga kerja yang belum memakai APD sesuai dengan ketentuan
perusahaan, serta masih ada beberapa ruangan yang belum memenuhi
syarat kebisingan serta pencahayaan menurut pdermenkes 70 tahun 2016.
Dan untuk pemgelolaan limbah masih belum memenuhi syarat
berdasarkan permenlh no 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.
65
APD yang ada . serta menurut permenkes kesesuaian toiket dengan jumlah
tenaga kerja tidak memenuhi syarat.
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan menampung keluhan tenaga kerja mengenai
spesifikasi alat pelindung diri. Perusahaan segera melakukan
sosialisasi tentang resiko bahaya dan kegunaan APD yang tepat untuk
menghi ndari kecelakaan dan penyakit akibat kerja minimal 1 bulan 2
kali.
66
DAFTAR PUSTAKA
Depkes Ri. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPL
Dan PM.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
PT. Great Giant Pineapple, 2020. Profil PT. Great Giant Pineapple PG4. PT.
Great Giant Pineapple. Lampung Tengah.
Republik Indonesia. 1993. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja No. Kep-
463/Men/1993 Tentang Pola Gerakan Nasional Membudayakan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Kementerian Tenaga Kerja.
67
Republik Indonesia. 1996. Kepmen Lh Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku
Tingkat Kebisingan. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.
68
LAMPIRAN
GAMBAR KETERANGAN
69
Tempat penampungan
bekas botol air mineral
yang akan didaur ulang
Tempat penampungan
karung bekas pupuk kimia
Tempat penampungan
cacahan drum yang akan
dikirim ke ggls
70
Melakukan pengukuran
pencahayaan
Melakukan pengukuran
kebisingan
TOILET
71
Kran pengambilan air
minum
72
73