BIOGAS PLANT
Oleh
Hellen Puspaningrum
NPM 19734015
Oleh
Hellen Puspaningrum
NPM 19734015
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan Sarjana Terapan Teknik
(STr.T)
pada
Jurusan Teknologi Pertanian
Menyetujui,
i
HALAMAN PENGESAHAN II
Oleh
Hellen Puspaningrum
NPM 19734005
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-
Nya, sehingga dapat melaksanakan PKL dan menyusun laporan “Magang Industri
di PT Great Giant Foods” dengan baik dan lancar. Penulisan Laporan Magang
Industri ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai sebutan gelar Sarjana
Terapan Teknik (S.Tr.T) pada Jurusan Teknologi Pertanian. Pada kesempatan kali
ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sarono, M.Si. Selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung.
2. Didik Kuswadi, S.T.P., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian.
3. Dewi Ermaya, S.T.P., M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa
Kimia Industri.
4. Devy Cendekia, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing yang membimbing dan
mengingatkan kami selama pelaksanaan PKL.
5. Bapak Suharyanto selaku kepala bagian Biogas Plant sekaligus pembimbing
lapang yang telah membimbing kami selama periode PKL dengan sabar dan
telaten.
6. Mbak Janeva Indriyani, Mas Septian A.S, Mas Pitoyo, dan Mas Hermawan
selaku analis laboratorium Biogas Plant yang menemani dan mengajari sangat
detail tentang bekerja di laboratorium.
7. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa yang tak pernah henti.
8. Amalia, Chronika, dan Budi sebagai rekan PKL selama 4 bulan.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
laporan Magang Industri ini. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Hellen Puspaningrum
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35
LAMPIRAN ...................................................................................................... 37
Lampiran 1. Dokumentasi .............................................................................. 37
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Logo Perusahaan ...................................................................................... 5
2. Struktural Organisasi ................................................................................ 6
3. Diagram Alir Proses ............................................................................... 19
4. Grafik CODt........................................................................................... 29
5. Grafik COD Load ................................................................................... 30
6. Screen Extractor ..................................................................................... 37
7. Primary Clarifier .................................................................................... 37
8. Kolam Equalisasi ................................................................................... 37
9. Degasifying Basin .................................................................................. 38
10. Methane Reactor .................................................................................... 38
11. Cawan Petri Wadah Analisis TS dan VS................................................. 38
12. Desikator ................................................................................................ 39
13. Oven ...................................................................................................... 39
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data CODt ............................................................................................. 26
2. Data Flowrate Harian ............................................................................. 26
3. Data COD Load ..................................................................................... 27
4. Data Volumetric loading Rate ................................................................ 28
5. Data COD Load, Volume Reaktor, dan VLR .......................................... 30
vi
I. PENDAHULUAN
1
PT. Great Giant Foods melakukan pengolahan kembali dengan
menjadikannya sebagai biogas. Biogas merupakan produk akhir dari degradasi
anaerobik bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan dengan
sedikit oksigen. Apabila kandungan metana dalam biogas lebih dari 50% maka
biogas tersebut telah layak digunakan sebagai bahan bakar (Irvan dkk, 2012).
Proses pengolahan limbah nanas dan tapioka yang dilakukan PT. Great
Giant Foods menjadi biogas menggunakan reaktor metan jenis UASB. UASB
(Up-flow Anaerobic Sludge Blanket) adalah salah satu proses anaerobik yang
mempunyai efisiensi tinggi dan dapat mengolah air limbah dengan beban organik
relatif tinggi (Moenir, dkk., 2014). UASB dioperasikan secara kontinyu, dalam
fermentor UASB limbah dialirkan secara vertikal dari bagian bawah menuju ke
atas melewati Sludge Blanket yang di dalamnya terdapat mikroba pengurai limbah
(Besselievre dan Schwartz, 1976). Aktivitas pertumbuhan mikroorganisme dalam
sistem yang dijalankan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor eksternal)
diantaranya pH, suhu, nutrisi dan senyawa-senyawa penghambat pertumbuhan
bakteri. Berdasarkan faktor penghambat pertumbuhan bakteri didalam methane
reactor, yaitu akibat terlalu tingginya senyawa organik dan anorganik atau sering
disebut pula total padatan tersuspensi dan total volatil tersuspensi.
Melalui praktik lapangan, mahasiswa akan mempelajari proses pengolahan
limbah cair menjadi biogas dalam pemanfaatan energi terbarukan di PT Great
Giant Foods, Lampung sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman dan
mempelajari permasalahan di lapangan serta menambah wawasan secara langsung
mengenai kegiatan pengolahan limbah cair menjadi biogas dalam pemanfaatan
energi terbarukan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
melaksanakan hal tersebut adalah dengan adanya kegiatan Praktik Lapangan (PL).
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh secara teoritis selama perkuliahan sekaligus sebagai pengalaman untuk
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. Pada pelaksanaan Praktik
Lapangan ini, mahasiswa dibimbing oleh dosen pembimbing dan pembimbing
lapangan di tempat pelaksanaan. Data dan informasi yang diperoleh selama
kegiatan nantinya akan digunakan untuk keperluan akademik mahasiswa.
2
1.2 Tujuan Magang
Adapun tujuan dari pelaksanaan magang industri ini adalah:
1. Mengetahui teknologi yang digunakan pada Biogas Plant PT Great
Giant Foods
2. Memahami pengolahan limbah menjadi biogas skala industri
3. Mengetahui analisis yang dilakukan pada limbah dan mengetahui
parameter yang digunakan pada Biogas Plant PT Great Giant
Foods
4. Mengetahui nilai Volumetric Loading Rate (VLR) pada metan
reaktor UASB
5. Mahasiswa mampu melakukan observasi terkait hubungan antara
volume reaktor dan COD Load pada nilai VLR yang dihasilkan.
3
II. KEADAAN UMUM
4
Pada Bulan Februari tahun 1996, PT. Great Giant Foods telah
mendapatkan sertifikat ISO 9002 dari Lyod Register yang menandakan bahwa
system kualitas yang diterapkan telah memenuhi Standar Internasional. Sertifikat
system manajemen mutu lainnya seperti Sertifikat SMKS (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) atau SMK3 dari Sufocindo (1999), Sertifikat
SA 8000 (Social Accountability) dari Bureau Veritas Quality Assurance (2001),
serta Sertifikat ISO 140001, versi 2004 Tentang Pengolahan Lingkungan Tahun
2006.
Logo PT. Great Giant Foods menggunakan warna dasar yaitu hijau dengan
dilengkapi pencitraan grafis huruf dan warna. Hijau melambangkan bahwa PT.
Great Giant Foods adalah perusahaan yang mengangkat tentang Green Company.
Slogan dari PT. Great Giant Foods yaitu “With Quality, We Deliver
Quality” yang mempunyai arti “Dengan Kualitas, Kami Sajikan Kualitas”. Hal
tersebut berarti manajemen PT. Great Giant Foods menjamin bahwa produk yang
di pasarkan atau produk yang ada di konsumen adalah produk yang benar benar
mempunyai kualitas terbaik daripada produk olahan buah yang lainnya, dan dibuat
dengan pengawasan serta jaminan mutu yang berkualitas tinggi.
5
2.3 Organisasi
Struktur organisasi dalam suatu perusahaan sangatlah penting. Dalam
struktur organisasi akan terlihat jelas kedudukan dan jabatan maka akan menjadi
kerangka yang menunjukkan hubungan kerja satu dengan yang lain, sehingga
akan jelas kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Hal ini
dapat dilihat dari gambar struktur organisasi PT dibawah ini :
6
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
7
dikontribusikan oleh konsentrasi ion hidrogen. Semakin tinggi konsentrasi
ion hidrogen maka semakin rendah pH nya. Analisa pH dilakukan periodik
yaitu tiga kali dalam sehariuntuk mengontrol pH limbah raw material.
Analisa suhu bertujuan untuk mengetahui suhu pada limbah raw
material dan kontrol untuk optimalisasi performance bakteri methanogen
di methane reaktor. Dalam analisa pH dan temperatur sampel yang di
analisis adalah dari sampling point screen ekstraktor inlet, Primary
clarifier, Equalization, MR in fluent, Methan Reaktor A, Methan Reaktor
B, Methan Reaktor Effluent, Cannary dan Tapioka.
Keterkaitan suhu dan pH yaitu ketika pH rendah maka suhu akan
tinggi. Demikian sebaliknya ketika pH tinggi maka suhu limbah akan
rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya penguapan sampel limbah.
Berikut langkah kerja dalam analisa pH dan Temperatur :
a. Mengambil sampel screen ekstraktor inlet, Primary clarifier,
Equalization, MR in fluent, Methan Reaktor A, Methan Reaktor B,
Methan Reaktor Effluent, Cannary dan Tapioka dengan menggunakan
derigen.
b. Bilas drigen menggunakan sampel, kemudian masukan sampel
sebanyak 2 Liter kedalam derigen.
c. Menuangkan sampel screen ekstraktor inlet, Primary clarifier,
Equalization, MR in fluent, Methan Reaktor A, Methan Reaktor B,
Methan Reaktor Effluent, Cannary dan Tapioka kedalam erlemeyer
sebanyak 200 mL
d. Membersihkan elektroda pH meter menggunakan aquadest kemudian
Elektroda pH meter dikeringkan menggunakan tissue.
e. Homogenkan sampel dan memasukkan pH meter kedalam sampel
f. Lalu menekan tombol read pada pH meter, hingga titik pada pH meter
tidak berkedip
g. Kemudian mencatat pH dan suhu sampel yang di analisa
h. Bilas kembali elektroda pH meter menggunakan aquadest, keringkan
menggunakan tissue dan rendam kembali elektroda pH meter
menggunakan KCl 3 M.
8
2. Analisa SV 60’ (Sludge Volume 60 Menit)
SV 60’ adalah volum epadatan terendap dari suatu sampel limbah.
Sampel limbah yang di letakkan pada inhoff cone 1000 mL selama 60
menit dengan kondisi tabung benar benar diam. Padatan biasanya
ditunjukkan dengan basis volume sebagai mL padatan per liter air.
Analisa SV 60’ bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak
endapan limbah raw material yang di proses di methan reaktor. Sampel
yang digunakan untuk analisa SV 60’ adalah sampel screen ekstraktor
inlet, Primary clarifier, Equalization, MR in fluent, Methan Reaktor A,
Methan Reaktor B, Methan Reaktor Effluent, Cannary dan Tapioka.
Berikut adalah langkah kerja Analisa CV 60’:
a. Mengambil sampel menggunakan derigen
b. Membilas derigen menggunakan sampel dan masukan sampel
sebanyak 2 Liter kedalam derigen
c. Kemudian menuangkan sampel limbah ke dalam inhoff sebanyak
1000 mL
d. Lakukan pembacaan endapan setelah 60 menit sampel limbah
didiamkan pada inhoff dan mencatat volume endapan dari masing
masing sampel limbah.
9
Sampel yang digunakan untuk analisa TSS dan VSS adalah sampel
point Cannary, Tapioka, Equalization Pond Outlet, Methan Reaktor A,
Methan Reaktor B, dan Effluent Methan Reaktor. TSS dan VSS sebagai
acuan untuk menggambarkan konsentrasi pada parameter BOD.
Berikut merupakan persyaratan yang haruslah dipenuhi agar
metode gravimetri berhasil:
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas
analit yang tak terendapkan secara analitis tidak dapat dideteksi
(biasanya 0,1 mg atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama
dari suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh
hasil yang galat.
3. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari
larutan (Underwood, 1990).
10
TSS = (berat cawan(oven) – berat cawan kosong) x 1.000.000
Volume sampel
VSS = (berat cawan(oven) – berat cawan (furnance)) x 1.000.000
Volume sampel
11
5. Analisa VFA (Volatile Fatty Acid) dan Alkalinity
Analisa VFA dan alkalinitydilakukan periodik yaitu dua kali dalam
sehari. VFA adalah asam organik molekul kecil, terutama asam asetat,
asam propionat, dan asam butirat.
Hasil analisa VFA bisa dijadikan indikasi performance bakteri
methanogen di dalam methane reaktor. Semakin besar removing VFA
pada effent methan reactor maka bisa diindikasikan bahwa performance
biogas dalam keadaan baik pada kondisi optimal.
Alkalinity merupakan kapasitas penetralan asam pada sampel
limbah berdasarkan semua titrasi basa. Dalam kondisi normal kandungan
utama pada alkalinity merupakan karbonat, bikarbonat, dan konsentrasi
hidroksida.
Berikut langkah kerja analisa VFA dan Alkalinity:
a. Mengambil liquid dari sampel sebanyak 100 ml (sludge atau granula
terpisah)
b. Memasukkan ke dalam gelas ukur dan memasukkan magnet dan
elektroda PH
c. Lalu diletakkan pada stirer
d. Menurunkan PH sampel yang dianalisa sampai PH 3,0 dengan larutan
HCI 0,1 N
e. Mencatat berapa banyak volume HCI yang digunakan
f. Mematikan stirer dan memanaskan sampel diatas heater sampai
mendidih dan menunggu selama 3 menit lalu didinginkan hingga suhu
kamar
g. Meletakkan sampel ke stirer, menghidupkan dan memasukan
elektroda pH meter
h. Menaikkan PH sampel sampai PH 6,5 menggunakan larutan NaOH
i. Mencatat hasil titrasi NaOH yang digunakan
j. Menghitung VFA dan alkali dengan menggunakan rumus :
VFA = ((mL NaOH x 101) – (mL HCl + 100/101)) x 60
Alkali = (mL HCl – mL NaOH) x 50
12
6. Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)
Kegiatan analisa COD dilakukan sekali setiap harinya. Namun
bahan yang digunakan merupakan bahan yang berbahaya sehingga analisa
ini tidak dilakukan secara langsung, melainkan membantu teknisi
laboratorium dalam melakukan analisa.
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dalam air limbah dengan
menggunakan agensia oksidator kuat (potasium dikromat, katalizator, dan
panas untuk mengoptimalkan reaksinya). Senyawa anorganik dapat
dioksidasi seperti chloride, nitrat, atau sulfida juga dapat berkontribusi
terhadap COD total sampel. Pengujian pada. air sainpel limbah yang telah
disaring disebut COD soluble atau CODs.
13
i. Mendinginkan dan membaca hasil COD menggunakan
colorimeter (sebelum dibaca vial dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan
j. Menghitung hasil pembacaan colorimeter dengan menggunakan
B. Analisa COD Soluble
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam analisa COD
Soluble
b. Memberi label pada vial reagent COD
c. Memipet sampel sebanyak 10 ml ke dalam tabung plastik dan
memasukkan ke dalam centrifuge selama 20 menit dengan
kecepatan 3500 rpm
d. Melakukan pengenceran pada masing-masing sampel, (untuk
sampel Tapioka, Equalization Pond Outlet dilakukan pengenceran
20 kali), sampel Camary pengenceran 10 kali dan sampel Methan
Reactor A Effluent, Methan Reactor B Effluent, Mix Methan
Reactor Effluent tidak diencerkan) dengan menggunakan labu
ukur 100 ml. Isi labu dengan aquadest, memasukkan sampel
sesuai dengan pengenceran
e. Memipet sampel hasil pengenceran sebanyak 2 ml, memasukkan
kedalam vial sesuai dengan label
f. Membolak balik vial 2 kali sampai homogen
g. Memipet aquadest sebanyak 2 ml dan memasukkan ke dalam vial
0 lalu vial ditutup dan vial diguncangkan secara perlahan untuk
membuat blangko COD
h. Memasukkan ke dalam COD reaktor selama 2 jam
i. Mendinginkan dan membaca hasil COD menggunakan
colorimeter (sebelum dibaca vial dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan tissue)
j. Menghitung hasil pembacaan dari colorimeter dengan
menggunakan rumus
7. Membuat Larutan HCl 0,1 N dalam 2000 mL dan NaOH 0,1 N dalam
2000 mL
14
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan. Larutan HCI berfungsi
untuk menurunkan pH dalan analisa VFA sementara larutan NaOH
berfungsi untuk menaikkan pH dalam analisa VFA.
A. Larutan HCI
Cara membuat larutan HCI terdiri dari:
a. Memipet 16,6 mL larutan HCI
b. Dimasukkan kedalam labu ukur 2000 ml
c. Diencerkan dengan 2000 ml aquadest
d. Lalu larutan di homogenkan
B. Larutan NaOH
Cara membuat larutan NaOH terdiri dari:
a. Menimbang NaOH 8 gram dengan neraca analitik
b. Dilarutkan dengan aquadest
c. Diencerkan dengan 2000 ml aquadest
d. Lalu larutan NaOH di homogenkan
8. Larutan KCl 3M dalam 250 mL
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan. Larutan KCI 3M
digunakan sebagai larutan yang digunakan elektroda.
Cara membuat larutan KCI sebagai berikut:
a. Menimbang KCI sebanyak 55,87 gram
b. Dimasukkan kedalam labu ukur
c. Diberi aquadest sampai miniscus tera
d. Lalu homogenkan larutan KCl
9. Standarisasi Larutan HCI 0,1 N dan NaOH 0,1 N
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan. Setelah larutan dibuat
maka larutan distandarisasi dengan tujuan untuk menstandarisasikan
reagent apakah reagent sudah sesuai atau belum.
Berikut langkah kerja Standarisasi Larutan HCI 0,1 N dan NaOH 0,1 N:
A. Standarisasi Larutan HCI 0,1 N
Langkah kerja standarisasi larutan HCI adalah sebagai berikut:
15
a. Memipet larutan NaOH 0,1 N sebanyak 20 ml
b. Memberi indikator PP sebanyak 3 tetes
c. Dititrasi dengan HCI hingga larutan berwarna putih
V1.M1 = V2.M2
B. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Langkah kerja standarisasi larutan NaOH adalah sebagai berikut:
a. Menimbang KHP 0,40 gram
b. Melarutkan dengan aquadest
c. Memberi indikator PP sebanyak 3 tetes
d. Ditirasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berwama merah
muda
10. Analisa Sludge Profil
Analisa Sludge profile merupakan kegiatan yang dilakukan setiap
pekan. Sludge adalah bakteri yang telah membentuk konsorsium. Sludge
profil adalah performance bakteria methanogen yang to date yang
bertujuan untuk mendeteksi performance granular, baik itu jumlah bakteri,
maupun dan kuantitas bakteri. Semakin baik dan tinggi jumlah, kualitas
dan kuantitas bakteri maka methan dalam kondisi optimal maka duindikasi
bahwa performance methan reaktor dalam kondisi optimal, sebaliknya
semakin baik kualitas dan kuantitas namun jumlahnya sedikit maka bakteri
dalam keadaan tidak normal, demikian juga apabila jumlah dan kuantitas
baik namun kualitas menurun sehingga granular perlu dikembangkan
dengan cara menambah nutrisi dan perlu juga dilakukan analisa berat jenis
volume agar bakteri tidak mudah lolos.
Parameter yang diamati dalam stadge profil sama seperti analisa
harian yaitu PH meter, TSS, TS, VSS, VS, dan SV 60’
Langkah kerja analisa sludge profil yaitu :
a. Mengambil sampel dengan derigen
b. Dimasukkan ke dalam inhoff untuk analisa SV 60°
c. Mengecek PH meter dengan cara granul yang sudah dimasukkan
dalam derigen diletakan di erlemeyer, lalu PH dicek
d. Setelah itu granul diblender 2 menit sampai halus
16
e. Kemudian setelah diblender, sampel dibuang sedikit agar sampel yang
tidak hancur tidak tercampur
f. Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass untuk granular yang padat,
bila granular cair maka dimasukkan ke dalam erlemeyer
g. Melakukan analisa TS, dan VS dengan cara menimbang cawan yang
sudah dioven dan didesikator sebagai cawan kosong, lalu sampel
dimasukkan kedalam cawan sebanyak 20 gram
h. Setelah itu cawan yang berisi sampel dioven selama 24 jam
i. Dimasukkan kedalam desikator
j. Kemudian cawan ditimbang mencatat sebagai hasil TS
k. Lalu difurnace selama 5 jam
l. Dimasukkan ke dalam desikator
m. Menimbang cawan dan mencatat sebagai hasil VS
11. Analisa Berat Jenis Granula
Berat jenis granula merupakan analisa yang dilakukan setiap
minggu. Analisa berat jenis dilakukan untuk mengetahui kualitas granula.
Semakin tinggi kualitsa granula maka mengindikasikan bakteri berada
pada kondisi optimal (berat jenis harus lebih dari 1).
Berikut langkah kerja analisa berat jenis granula:
a. Granula di cuci bersih dan ditiriskan
b. Granul dimasukkan kedalam beaker glass sebanyak 30 gram
c. Menimbang berat labu ukur dan mencatat berat labu ukur
d. Labu ukur di isi aquadest
e. Menimbang labu ukur yang sudah berisi aquadest
f. Mencatat berat labu ukur yang sudah berisi aquadest
g. Granula dimasukkan ke dalam labu ukur
h. Lalu ditimbang labu ukur + aquadest + granular
17
batubara (pembangkit listrik) atau sebagai suplay uap ke Cannary (Limbah
Nanas). Dalam kegiatan pengolahan limbah meliputi pengambilan sample
untuk analisa Ph, suhu, TSS, TS, VSS, VS, VFA dan SV60.
Hasil dari pengolahan buah nanas berupa limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat berupa bonggol dan kulit nanas yang dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak, sementara limbah cair berupa sisa dari air
cucian nanas yang diolah menjadi biogas. Tahapan pada proses
pengolahan Limbah di Plant Biogas terlihat pada diagram alir berikut
18
Gambar 3. Diagram Alir Proses
19
akan diolah. Hal tersebut bisa terjadi saat hari minggu yang mana pada
hari tersebut proses produksi pengolahan nanas sedang berhenti. Maka
untuk memenuhi produksi pada hari minggu digunakanlah bahan baku
limbah cair dari kolam penampungan.
3.5.2 Screen Extractor (Kolam Ekstraksi)
Screen Extractor adalah proses pemisahan atau penyaringan
padatan dengan limbah cair. Screen Extractor berfungsi untuk memisahkan
partikel atau padatan. Padatan yang sudah tersaring dibuang ke kotak
pembuangan dan limbah cair yang sudah tersaring dialirkan kekolam
Primary Clarifier.
3.5.3 Primary Clarifier
Primary Clarifier merupakan proses lanjutan dari screen extractor
yang menggunakan operasional pemakain pompa berkala. Pada tahap ini,
limbah cair yang telah melalui proses filterisasi atau penyaringan di screen
extractor dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu padatan terendap,
tersuspensi, dan padatan terapung. Pada padatan terapung dan padatan
terendap dibuang ke kolam IPAL dengan menggunakan pompa, sementara
untuk padatan tersuspensi diteruskan ketahap selanjutnya melalui system
gravity.
Padatan tersuspensi adalah semua partikel yang memiliki berat
jenis sama dengan 1, padatan terapung adalah semua partikel yang
memiliki berat jenis kurang dari 1, padatan terendap adalah semua partikel
yang memiliki berat jenis lebih dari 1. Padatan tersuspensi, padatan
terapung, dan padatan terendah merupakan bagian dari padatan total.
3.5.4 Equalization Pond (Kolam Equalisasi)
Kolam equalization merupakan tempat bercampurnya limbah cair
dari proses pengolahan nanas, tapioca, dan bilasan alat proses mill juice
yang mengandung NaOH. Pada kolam equalization terdapat mixer yang
berfungsi untuk mengaduk air limbah, agar tidak terjadi pengendapan dari
sisa aci limbah tapioca pada bagian dasar. Didalam kola ini, ada
pesnambahan makronutrisi yang dibutuhkan bakteri apabila hasil Analisa
kurang mencapai standar. Makronutri tersebut digunakan oleh bakteri
20
dalam melakukan proses degradasi senyawa rantai Panjang menjadi rantai
pendek, dimana merupakan proses acidifikasi. Makronutrisi yang
ditambahkan tersebut yaitu Besi (Fe) yang berfungsi untuk menambahkan
berat jenis bakteri Methanogen agar tidak Washout (Bakteri hidup tetapi
berat jenisnya kecil, sehingga tekanan yang diberikan keatas juga kecil).
Kapur berfungsi sebagai perekat antara bakteri Methanogen, untuk
menaikkan Ph pada Raw material dan pembentukan konsorium.
Selanjutnya air limbah akan dialirkan secara upflow menuju pengolahan
tahap selanjutnya yaitu Degasfying Basin. Proses yang terjadi dalam
kolam equalization adalah proses asidogenesis, bakteri acidogenic
(fermentasi) menjadi substrat bagi bakteri methanogenic.
Selama proses asidogenesis, produk yang dihasilkan dari proses
hidrolisis akan dikonversi oleh bakteri acidogenic (fermentasi)
menjadi substratbagi bakteri methanogenik. Gula sederhana, asam amino
dan asam lemak terdegradasi menjadi asetat, karbon dioksida dan
hidrogen (70%) juga menjadi asam lemak volatil (VFA) dan alkohol
(30%). Bakteri yang terlibat dalam asidifikasi ini merupakan bakteri yang
bersifat anaerobik dan merupakan penghasil asam yang dapat tumbuh pada
kondisi asam. Bakteri penghasil asam menciptakan suatu kondisi
anaerobik yang penting bagi mikroorganisme penghasil metan (Fatimah,
2012). Dengan terbentuknya asam organik maka pH aka terus menurun
sehingga pada waktu yang bersamaan dibutuhkan buffer untuk menetralisir
pH. Proses ini terjadi pada kolam equalisasi. Berikut merupakan reaksi
yang terjadi:
C6H12O6 + 2H2O 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2 (acetic acid)
Produk dari proses asidogenesis yang tidak dapat langsung
diubah menjadi metan oleh bakteri methanogenic , akan dikonversi
menjadi substrat bagi methanogenic pada proses asetogenesis. VFA
yang memiliki rantai karbon lebih dari dua dan alkohol yang rantai
karbonnya lebih dari satu akan teroksidasi menjadi asetat dan hidrogen.
Pada fase metanogenesis, hidrogen akan dikonversi menjadi metan.
Bakteri asetogenic adalah penghasil H2. Pembentukan asetat melalui
21
oksidasi asam lemak rantai panjang (seperti asam propionat atau butirat)
akan berjalan sendiri dan hanya mungkin terjadi dengan tekanan hidrogen
parsial yang sangat rendah. Bakteri asetogenic bisa mendapatkan energi
yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan untuk pertumbuhan hanya
pada konsentrasi H2 yang sangat rendah. Mikroorganisme asetogenik dan
methanogenik hidup dalam simbiosis yang saling memerlukan. Organisme
methanogenik dapat bertahan hidup dengan tekanan hidrogen parsial yang
lebih tinggi. Maka harus terus-menerus mengeluarkan produk-produk dari
metabolisme bakteri acetogenic dari substrat untuk menjaga tekanan
parsial hidrogen pada tingkat yang rendah sehingga cocok untuk bakteri
acetogenic (Fatimah, 2012).
Pembentukan asam dari senyawa-senyawa organik sederhana
(monomer) dilakukan oleh bakteri-bakteri penghasil asam yang terdiri dari
sub divisi acids/farming bacteria dan acetogenic bacteria. Asam propionat
dan butiratdiuraikan oleh acetogenic bacteria menjadi asam asetat. Fase
ini terjadi pada kolam equalisasi. Berikut reaksi yang terjadi:
CH3CH2COOH CH3COOH (acetic acid) + CO2 + 3H2
CH3CH2 CH2COOH 2CH3COOH(acetic acid) + 2H2
3.5.5 Degasifying Basin
Siklus anaerob dimulai di degasfying sampai Methan Reactor.
Setelah dari kolam equalization, dan mengalami proses acidifikasi limbah
cair disalurkan ke degasfying basin. Pada proses ini terjadi pelepasan Gas
O2 dengan cara melakukan pengadukan menggunakan mixer. Gas O2
yang terkandung dalam limbah cair akan bergelembung keatas permukaan
kolam. Pada proses ini, juga dilakukan penambahan mikronutrisi seperti
NaOH murni atau regenerasi anion limbah mill juice untuk meningkatkan
Ph yang akan masuk kedalam Methan Reactor. Besi (Fe) yang berfungsi
untuk menambahkan berat jenis bakteri Methanogen agar tidak Washout
(Bakteri hidup tetapi berat jenisnya kecil, sehingga tekanan yang diberikan
keatas juga kecil). Selain itu juga bisa berupa kapur. Dimana kapur
tersebut juga dapat untuk meningkatkan Ph. Karena Ph yang dibutuhkan
untuk masuk ke Methan Reactor sebesar min 4,7. Tetapi penambahan
22
mikronutrisi pada proses ini hanya dilakukan Ketika methan reactor
kondisinya sedang tidak stabil.
3.5.6 Methane Reactor
Setelah proses pembuangan gas O2 dan adjustment pH di kolam
degasifying basin, limbah cair dialirkan ke methane reactor dengan
menggunakan pompa distribusi P101 A/B. Methane reactor yang
digunakan tersebut berjenis UASB atau Upflow Anaerobic Sludgr
Blanked, sehingga air limbah masuk dari bagian bawah reactor lalu
dialirkan secara vertical keatas. Air limbah pertama-tama akan melewati
suatu lapisan yang dinamakan sludge bed. Pada lapisan ini air limbah yang
masuk akan mengalami kontak dengan mikroba anaerob yang berbentuk
granula yang Menyusun sludge bed tersebut. Biogas yang terbentiuk dari
metabolism anaerob akan bergerak keatas dan mengakibatkan terjadinya
proses vertical mixing didalam reactor.
Pada methan reactor ini akan terbentuk gas methane dan limbah
yang tersisa dalam pembentukan biogas. Limbah cair tersebut selanjutnya
akan disalurkan menuju IPAL, sedangkan gas methane nya digunakan
pada boiler tapioka dan Coal generator.
Di dalam Methane Reactor terjadi reaksi Methanogenesis. Proses
Methanogenesis adalah proses dekomposisis senyawa Panjang menjadi gas
methana (CH4) dengan bakteri Methanogen. Produksi Methane dan
karbon dioksida dilakukan oleh bakteri Methanogenik. Sebanyak 70% dari
methane yang terbentuk berasal dari asam asetat, sedangkan sisanya 30%
dihasilkan dari konversi Hidrogen (H) dan karbon dioksida (C02), menurut
persamaan berikut (Rambe,2016).
CH3COOH2bakteri methanogenic
CH4 + CO2
4H2 + CO2 bakteri methanogenic CH4 + 2H2O
Terdapat dua kelompok organisme metanogenik yang terlibat
dalam pembentukan metan. Kelompok pertama merupakan aceticlastic
methanogens yang memecah asetat menjadi metan dan karbon diokasida.
Kelompok kedua antara lain Methanobacterium yang menggunakan
hydrogen dan karbon dioksida untuk membentuk metan (Fatimah, 2012).
23
3.6 Utilitas
Utilitas merupakan unit yang sangat berperan dalam kelancaran proses
produksi. Biogas plant memiliki 3 utilitas yaitu:
1. Stasiun Pompa
2. Kelistrikkan
3. Air
3.7 K3
Induksi K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) dilaksanakan sebagai
orientasi pelaksanaan magang industry. Induksi K3 dijalankan dengan
menggunakan system pemaparan mengenai keselamatan kerja. Alat
pelindung diri (APD) dilaksanakan agar dapat mengetahui dan mematuhi
K3 yang perlu diterapkan dilapangan sesuai satker penempatan maupun
saat sedang berada di area Plant Biogas guna mencegah dan
menanggulangi segala sesuatu yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Peraturan-peraturan tersebut disebut dengan Golden Rule, yang terdiri
dari:
1. Aturan alat pelindung diri (APD)
a. Safety shoes
Wajib dipakai oleh semua kalangan pekerja di Plant Biogas yang
memasuki area operasional biogas.
b. Kacamata las, sarung tangan las, google las
Wajib digunakan oleh pekerja mekanik di Plant Biogas.
c. Tali Pengaman
Wajib digunakan pada pekerja yang bekerja di Plant Operasional
dengan ketentuan dengan tinggi 1,8 meter.
d. Safety Helmet
Wajib digunakan oleh semua pekerja mekanik di Plant Biogas dan
Tamu ataupun visitor yang memasuki area operasional Plant Biogas
untuk aktivitas tertentu.
e. Jas Lab, Respirator Safety, Sarung Tangan Safety
Wajib digunakan oleh analisis dilaboratorium biogsas ataupun visitor
yang memasuki area operasional plant.
24
2. Kelengkapan Keja
Seragam karyawan, seluruh karyawan wajib mengenakan seragam
yang sudah ditentukan oleh instansi dari perusahaan PT Great Giant
Foods.
3. Pelaporan Kecelakaan Kerja
a. Apabila terjadi kecelakaan kerja, segera melaporkan kejadian.
b. Dilarang merusak ataupun menghilangkan barang bukti.
4. Penampungan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)
Penampungan dilakukan di Plant Biogas unit laboratorium.
Pengumpulan dan pelaporan limbah B3 (Reagent COD yang telah
digunakan untuk Analisa COD, bahan kimia lainnya yang telah
expired). Limbah operasional seperti B3 tersebut ditempatkan
ditempat yang setelah ditentukan agar dapat didistribusikan ke pihak
ke 3.
5. Kebisingan
Tingkat kebisingan tidak memberikan dampak negatif penting. Hal
ini disebabkan karena sumber kebisingan jauh dari lokasi
pemukiman warga, selain itu karyawan yang berkeja di Plant Biogas
memiliki ketentuan untuk menggunakan alat pelindung untuk
mengurangi kebisingan yang terjadi.
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Seluruh data berdasarkan pengamatan langsung selama 7 hari (03
Oktober 2022- 09 Oktober 2022). Untuk melakukan perhitungan
Volumetric Loading Read maka diperlukan data-data yang akurat, meliputi
data COD reading sampel Equalization jam 11.30 dan 23.30, data COD
Load, data volume reaktor, dan data volumetric loading read yang
dihasilkan. Berikut merupakan hasil dari pengumpulan data pada PT.
Great Giant foods Plant Biogas :
Flowrate
Date
(m3/d)
03-Okt-22 4.861
04-Okt-22 5.475
26
05-Okt-22 4.901
06-Okt-22 5.546
07-Okt-22 5.655
08-Okt-22 5.640
09-Okt-22 4.490
COD Load
Date COD Total Flowrate (m3/d)
(kg/d)
03-Okt-22 12.050 4.861 58.575,05
04-Okt-22 11.750 5.475 64.331,25
05-Okt-22 11.855 4.901 58.101,36
06-Okt-22 10.805 5.546 59.924,53
07-Okt-22 11.290 5.655 63.844,95
08-Okt-22 11.760 5.640 66.326,40
09-Okt-22 11.455 4.490 51.432,95
𝒎𝒈 𝒎𝟑
𝑪𝑶𝑫 ( ) × 𝑭𝒍𝒐𝒘𝒓𝒂𝒕𝒆 ( )
𝒍 𝒅
𝑪𝑶𝑫 𝑳𝒐𝒂𝒅 = 𝒈
𝟏. 𝟎𝟎𝟎 (𝒌𝒈)
27
COD Load = 11.855 x 4.901
1.000
Dengan Volume Reaktor 4.800 m3, Maka data VLR sebagai berikut :
28
06-Okt-22 59.924,53 12,485
07-Okt-22 63.844,95 13,301
08-Okt-22 66.326,40 13,818
09-Okt-22 51.432,95 10,715
4.2 Pembahasan
29
Grafik COD Load
80,000
60,000
40,000 CODt (mg/l)
20,000
Flowrate (m3/d)
0
COD Load (kg/m3.d)
30
07-Okt-22 63.844,95 13,301
08-Okt-22 66.326,40 13,818
09-Okt-22 51.432,95 10,715
Pada perhitungan untuk mendapatkan nilai VLR, faktor yang
mempengaruhi merupakan COD Load yang masuk metan reaktor dan
volume reaktor yang tetap sebesar 4.800 m3. Pada tanggal 03 Oktober
2022 dengan COD Load 58.575,05 kg/d maka dihasilkan nilai Volumetric
Loading Rate adalah 12,20313542 kg COD/m3.d, lalu pada tanggal 04
Oktober 2022 dengan COD Load 64.331,25 kg/d maka dihasilkan nilai
Volumetric Loading Rate adalah 13,40234375 kg COD/m3.d, pada tanggal
05 Oktober 2022 dengan COD Load 58.101,36 kg/d maka dihasilkan nilai
Volumetric Loading Rate adalah 12,10444896 kg COD/m3.d, lalu pada
tanggal 06 Oktober 2022 dengan COD Load 59.924,53 kg/d maka
dihasilkan nilai Volumetric Loading Rate adalah 12,48427708 kg
COD/m3.d, pada tanggal 07 Oktober 2022 dengan COD Load 63.844,95
kg/d maka dihasilkan nilai Volumetric Loading Rate adalah 13,30103125
kg COD/m3.d, lalu pada tanggal 08 Oktober 2022 dengan COD Load
66.326,40 kg/d maka dihasilkan nilai Volumetric Loading Rate adalah
13,818 kg COD/m3.d, dan pada tanggal 09 Oktober 2022 dengan COD
Load 51.432,95 kg/d maka dihasilkan nilai Volumetric Loading Rate
adalah 10,71519792 kg COD/m3.d.
31
kemampuan bakteri mengoksidasi COD yang masuk per volume, sehingga
proses pengolahan akan menjadi optimal.
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah rata-rata limbah yang diolah per hari 5000 m3, jumlah gas metan
yang dihasilkan per hari 11.708 m3, sehingga jumlah energi listrik yang
digunakan dalam pengolahan biogas rata-rata 2.681 kWh/hari
2. Jumlah rata-rata gas yang disupply ke PT UJA sebesar 2.662 m3/hari
sehingga jumlah energi listrik yang dihasilkan rata-rata sebesar 26,620
Kwh. Selain dimanfaatkan oleh PT UJA, biogas juga memiliki peran 5-
10% menyuplai energi pada PLTU PT Great Giant Foods. Hal ini
dimaksudkan untuk mengefisiensikan biaya pada PLTU PT Great Giant
Foods dengan kalkulasi penghematan sebesar Rp16.438.675,00/hari.
3. Volumetric Loading Rate (VLR) direntang 10.715 -13.818 ini berarti
Reactor UASB masih sesuai dengan Design Plant dimana luas volume
aktif adalah 4800 m3 sehingga design VLR 13.33 kg/m3.d
4. Volumetric Loading Rate dipengaruhi oleh COD Load yang masuk
kedalam metan reaktor dengan volume reaktor yang digunakan adalah
4.800 m3. Semakin tinggi kandungan COD Load yang masuk kedalam
metan reaktor, maka semakin tinggi nilai kemampuan bakteri yang
mampu mengoksidasi bahan organik yang terkandung atau COD Load
pada metan reaktor atau di sebut dengan nilai Volumetric Loading Rate
yang dihasilkan.
5.2 Saran
1. Perlu adanya sebuah filter berlapis pada pipa effluent atau pipa luaran
methane reactor agar dapat mencegah terbuangnya bakteri yang ada
pada methane reactor.
33
2. Perlu adanya penanganan dan inovasi pengolahan hasil screening pada
screen extractor pada limbah nanas. Seperti diolah menjadi bio
fertilizer, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperindah taman yang
ada pada biogas plant
34
DAFTAR PUSTAKA
Darma, Aditya. 2015. Pengaruh Laju Alir Umpan Serta Waktu Tinggal Dalam
Pemanfaatan Air Limbah Industri Tahu Menjadi Biogas Melalui
Fermentasi Anaerob Dengan Sistem Batch. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya
Fatimah, Novita Fara. 2012. Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Trace Metal
(Nikel dan Kobal) pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit 28
secara Anaerobik Termofilik terhadap Produksi Biogas. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Irvan, I. Suraya, H. Tiarasti, B. Trisakti, R. Hasibuan, Y. Tomiuchi, Pembuatan
Biogas Dari Berbagai Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Jurnal Teknik
Kimia USU, Vol. 1, No. 1 (2012), p. 45-48.
Kusumanto, Ismu. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas untuk Pembuatan
Produk Nata De Pina Menggunakan Metode Eksperimen Taguchi. Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 16 No. 1: Kutubkhanah
Mandasari, Ratih. 2014. Pengolahan Pome (Palm Oil Mill Effluent) menggunakan
Proses Koagulasi dan Flokulasi dengan Pengaruh Kecepatan Pengadukan
dan Konsentrasi Koagulan Pac. Palembang: POliteknik Negeri Sriwijaya
Rambe,Siti Masriyani. 2016. Evaluasi Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis Sebagai
Bioreaktor Intermediate Proses Pada Pra Pembuatan Biogas Dari Limbah
Cair Pks Pada Skala Pilot Plant. Jurnal Dinamika Penelitian Industri
Vol.27 No.2. Medan: Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
Ruffino, B. dan Zanetti, M. (2017). Present and future solutions of waste
management in a candied fruit – jam factory: Optimized anaerobic
digestion for on site energy production, Journal of Cleaner Production 159
26-37.
Sutanto Agus. 2011.Potensi Penetralan pH Limbah Cair Nanas dengan
Bioremediasi oleh bakteri Indigen. Jurnal Penelitian Hayati. Edisi Khusus
No. 6C Tahun 2011
Widayatno, Tri., dan Sriyani. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka
Dengan Menggunakan Metode Elektroflokulasi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
35
Widjajanti, Endang. 2009. Penanganan Limbah Laboratorium Kimia. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta Hugot E. 1986. Handbook of Cane Sugar
Engineering. Vol. 7 3th Completety Revised Edition. Elsevier
36
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
37
Gambar 9. Degasifying Basin
38
Gambar 12.Oven
39