Anda di halaman 1dari 6

Panen dan Pengolahan Hasil

Kemiri Sunan
14 Agustus 2012Apep Rudi Priatna S.Pt

Kriteria Panen, kemiri minyak mulai berproduksi setelah umur 3-4 tahun dengan produksi
awal ± 50 kg biji kering /pohon/tahun, tanaman yang berasal dari benih grafting dapat
berproduksi lebih awal yaitu 2-3 tahun. Panen dilakukan pada saat buah telah masak
fisiologis yang ditandai dengan kulit buah 2/3 bagian berwarna kuning kecoklatan dan bila di
remas kulit buah terasa lembut dan empuk. Buah siap panen akan diperoleh kurang lebih 6
bulan setelah pembungaan.

Teknik Panen, panen dilakukan dengan memetik buah yang sudah masak di pohon dengan
galah panen yang ujungnya telah dilengkapi songkok bambu atau kawat. Selain metode
tersebut, juga dapat dilakukan dengan memasang jaring/paranet untuk menampung buah-
buah yang jatuh. Buah yang telah jatuh di tanah tidak dapat dijadikan untuk benih. Buah hasil
panen dikumpulkan dan dibawa ke tempat teduh untuk diperam selama sat minggu.

Penanganan Hasil untuk benih, dilakukan pengupasan setelah buah diperam di tempat teduh
dengan aerasi udara baik dan tidak terkena hujan atau basah (di dalam gudang) selama 1
minggu setelah panen. Tujuan dari pemeraman ini, disamping untuk memberikan waktu yang
cukup dalam proses pematangan fisiologis dari biji juga untuk memudahkan proses
pengupasan. Biji dikeluarkan dari buah dengan cara membuka cangkang baik secara manual
menggunakan tangan atau mekanis menggunakan dekortikator. Pengeringan biji dilakukan
didalam rak-rak pengering dengan system kering angin atau menggunakan pengatur suhu dan
angin (blower) sampai kadar air biji 7-9% dengan waktu yang diperlukan selama 5-7 hari.
Biji untuk benih tidak boleh dikeringkan langsung di bawah sinar matahari. Benih kemiri
sunan yang sudah kering dengan kadar air 7-9% dimasukkan dalam blek (kotak kaleng) yang
tertutup rapat atau dikemas dalam kantong plastik volume 2 dan 4 kg, kemudian disimpan di
atas rak-rak penyimpanan dalam ruangan dengan suhu < 18oC.

Penanganan hasil untuk olahan, pengupasan buah untuk mengeluarkan bijinya sama dengan
yang dilakukan untuk benih, namun untuk diolah, biji boleh dikeringkan dengan cara dijemur
di bawah sinar matahari dan atau alat blower.

Penyiapan bahan baku biji, pengupasan buah/kapsul kemiri minyak dengan menggunakan
mesin decorticator (pengupas buah) atau secara manual. Biji yang diperoleh kemudian
dikeringkan dengan jalan menjemurnya di bawah sinar matahari sampai kadar airnya < 7%.
Lama penjemuran ini sangat tergantung pada sinar matahari.
Ekstraksi minyak, pengepresan minyak dilakukan dengan menggunakan ekspeller atau
dengan alat pres manual dengan menggunakan dongkrak sebagai sumber tenaga pres. Hasil
pengepresan yang baik adalah yang menghasilkan jumlah minyak yang diperoleh, mendekati
potensi rendemen bahan baku.

Penyaringan minyak, minyak yang diperoleh dari hasil presan masih kotor bercampur dengan
ampas (crude). Oleh sebab itu perlu disaring agar bersih, minyak yang sudah bersih dapat
digunakan pengganti minyak tanah untuk bahan bakar kompor masak di rumah tangga.
Penyaringan dapat dilakukan dengan system sentrifugal menggunakan dynamo listrik sebagai
sumber tenaganya.

Pengolahan Biodiesel, proses esterifikasi dan Trans-sterifikasi dilakukan apabila crude yang
akan diproses mempunyai kadar ALB >3%, esterifikasi adalah proses pencampuran crude
dengan methanol dan H2SO4 (80%) dengan system sintrifugal pada suhu 550C selama 60
menit. Sedangkan trans esterifikasi dilakukan apabila ALB <3%, yaitu pencampuran crude
dengan methanol dan KOH (80%) dengan system yang sama dengan esterifikasi. Dari proses
ini dihasilkan gliserol pertama.

Proses pencucian minyak, proses ini dilakukan dengan memindahkan minyak dari tabung
pertama ke tabung ke dua. Pada tabung kedua ini dilakukan pemanasan minyak mencapai
suhu 650C selama 60 menit. Selanjutnya lakukan pencucian dengan memasukan air sekitar
15 – 20% dari kondisi minyak (sisa setelah dikeluarkan giserol), sambil dilakukan
pengadukan ringan. Kemudian lakukan pengendapan dan pemisahan air pencucian. Proses ini
dilakukan beberapa kali sampai diperoleh minyak yang benar-benar bersih.

Proses pengeringan, dilakukan dengan cara memvakum minyak pada suhu 700C selama 60
menit. Selanjutnya minyak sudah dapat dikeluarkan dari tabung ke dua dan dilakukan
pendinginan minyak selama 24 jam
Oleh: F RAHARDI

Provinsi Nusa Tenggara Timur,khususnya Pulau Flores, Pulau Adonara, Pulau


Solor dan Pulau Lembata,merupakan penghasil kemiri utama di Indonesia.

Buah kemiri itu masih dijual dalam bentuk biji kupas dengan
cangkang (kulit/tempurung biji) terbuang sia-sia. Padahal nilai tambah akan
diperoleh apabila biji kemiri itu diolah menjadi minyak, ampasnya menjadi
bungkil (tepung) kemiri, dan cangkangnya untuk karbon aktif.

Pengolahan biji kemiri menjadi minyak dan cangkang kemiri menjadi karbon
aktif bisa dikerjakan dalam skala rumahtangga dengan peralatan sederhana.

Advertisement

Selama ini, masyarakat NTT sudah terbiasa mengupas (memecah) biji kemiri
hingga daging biji terpisah dari cangkangnya.

Biasanya mereka merebus biji utuh, menjemurnya,lalu memecahkannya satu


per satu. Biji ini langsung mereka jual ke pengepul. Cangkang kemiri mereka
gunakan sebagai bahan bakar perebus biji atau mereka buang.

Sebenarnya nilai tambah dari biji kemiri kupas sudah lebih baik daripada
kemiri gelondongan (bercangkang). Harga kemiri kupas berkisar Rp 40.000 per
kilogram (kg), kemiri cangkang paling tinggi Rp 12.000 per kg.

Rendemen minyak kemiri sekitar 15%. Berarti, dari 1 kg biji kemiri akan
diperoleh 0,15 kg minyak dan 0,85 kg bungkil.

Harga bungkil di tingkat produsen sekitar Rp 40.000 per kg sedangkan harga


minyak kemiri di tingkat produsen sekitar Rp 200.000 per kg. Dari 1 kg biji
kemiri akan diperoleh bungkil senilai Rp 34.000 dan minyak Rp 30.000 = Rp
64.000, hingga ada marjin kotor sekitar Rp 24.000 per kg.

Nilai marjin ini masih harus dikurangi biaya penyusutan dan


operasional. Pengolahan sederhana Marjin dari pengolahan biji kemiri jadi
minyak dan bungkil selama ini dinikmati oleh pabrik-pabrik besar di Pulau
Jawa.

Padahal, biji kemiri bisa diolah menjadi minyak dan bungkil secara sederhana
dengan peralatan yang relatif terjangkau oleh masyarakat. Harga alat pengol ah
biji kemiri menjadi minyak, paling kecil Rp 2 juta dan yang besar mencapai Rp
600 juta per unit. Mesin-mesin kecil umumnya berpenggerak listrik sedangkan
mesin besar memerlukan genset khusus bertenaga disel. Pilihan kapasitas mesin
bisa disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di satu kawasan. Meski panen
kemiri hanya berlangsung sekali dalam setahun, biji kemiri bisa disimpan untuk
diolah jadi minyak sepanjang tahun.

Harga minyak kemiri di tingkat eceran mencapai Rp 70.000 per 100 gram (Rp
700.000 per kg). Minyak kemiri digunakan sebagai bahan kosmetik, mulai dari
penyubur rambut sampai pelembab kulit (moisturizers,emollients).

Secara tradisional, masyarakat Asia Tenggara dan Pasifik memakai minyak


kemiri sebagai minyak rambut dengan diberi wewangian daun pandan atau
bunga kenanga.

Harga bungkil kemiri hampir sama dengan harga biji kemiri utuh. Sebab,
bungkil (tepung) kemiri bukan seperti bungkil kedelai atau bungkil kelapa
sebagai bahan pakan ternak, tapi sebagai bumbu masakan biasa dan shortening
(perenyah industri kue kering/goreng.

Selain daging biji, cangkang kemiri pun punya nilai komersial. Selama ini,
cangkang kemiri lebih banyak terbuang sia-sia.

Petani menggunakan sebagian cangkang kemiri sebagai bahan bakar untuk


merebus biji kemiri. Padahal dengan teknologi sederhana, cangkang kemiri bisa
diolah menjadi karbon aktif.

Karbon aktif adalah bagian arang yang keras dan mengilat. Karbon aktif
digunakan sebagai filter dalam berbagai industri, terutama industri yang
menghasilkan cemaran limbah cair.
Pengolahan cangkang kemiri menjadi karbon aktif dimulai dengan proses
pengarangan menggunakan drum bertutup yang diberi lubang dan ganjal
di bagian bawahnya. Ke dalam drum itu dimasukkan cangkang sedikit kemiri
dan langsung dibakar.

Kemudian secara bertahap ke dalam drum itu dimasukkan cangkang baru


setelah cangkang sebelumnya mulai terbakar. Demikian seterusnya hingga
drum itu penuh.

Kendala nyaris tak ada

Setelah drum penuh dan semua cangkang terbakar, ganjal di bawah drum
diambil hingga permukaan bagian bawah drum langsung menempel di tanah.

Bagian atas drum lantas ditutup hingga oksigen tak bisa masuk ke dalam drum.
Karena tak ada oksigen, panas yang dihasilkan oleh pembakaran hanya akan
menghasilkan arang dan bukan abu. Pastikan tak ada bagian yang b ocor
sehingga oksigen masuk dan cangkang jadi abu.

Setelah seluruh bagian cangkang berubah jadi arang dan dingin, drum
dibongkar. Bila ada cangkang yang masih membara, segera disiram air. Arang
cangkang kemiri ini selanjutnya digiling dan diayak sehingga menghasilkan
serbuk arang dan bagian yang keras yang disebut karbon aktif. Sebagai limbah
arang aktif, serbuk arang itu bisa dicetak menjadi briket arang.

Jadi, ada empat produk yang dihasilkan kemiri, yaitu minyak kemiri, bungkil
(tepung) kemiri, karbon aktif, dan briket arang.

Dengan agroindustri terpadu seperti ini, nilai tambah yang akan diperoleh
masyarakat jadi lebih tinggi dari sekadar menjual biji kemiri kupas. NTT
hanyalah salah satu penghasil kemiri di Indonesia. Di kawasan ini, kemiri
bukan dibudidayakan tapi tumbuh secara alami di lereng-lerang bukit hingga
membentuk “hutan kemiri”. Komoditas ini terutama tumbuh di kawasan yang
masih sedikit basah, sementara di kawasan yang ekstrem kering tumbuh lontar,
asam jawa, dan jambu mete. Di hutan kemiri ini, diameter batang pohon bisa
mencapai lebih dari satu meter sehingga panen kemiri hanya bisa dilakukan
dengan memungut buah yang telah berjatuhan.

Selama ini masyarakat memproses biji kemiri bercangkang jadi kemiri kupas
masih secara manual. Populasi tenaga kerja di NTT masih cukup besar
sehingga penggunaan mesin pemecah biji masih belum terlalu mendesak.
Bahkan tenaga yang ada masih bisa diberdayakan untuk memproses
cangkang kemiri jadi karbon aktif. Sebab produksi biji kemiri kupas jadi
minyak dan tepung kemiri tak memerlukan tenaga kerja sebanyak proses
pengupasan dan pengarangan. Di NTT, khususnya di Flores, Koperasi Kredit
sudah cukup maju sehingga faktor manajemen, permodalan, dan pemasaran
produk sebenarnya tak perlu jadi hambatan.

Daripada berencana mengembangkan budidaya kelor yang masih harus dirintis


dari nol, lebih ideal mengolah biji kemiri menjadi minyak dan tepung, serta
cangkangnya menjadi karbon aktif dan briket arang.

F.Rahardi adalah pengamat agrobisnis dan mantan pemimpin redaksi


majalah Trubus.

[Artikel ini diambil dari Tabloid KONTAN – media bisnis dan investasi di
bawah grup Kompas Gramedia – Edisi 16 November-22 November
2015. Judul asli artikel ini adalah “Nilai Tambah Kemiri”. Floresa.co
mempublikasinya kembali agar pembaca di NTT terutama di Flores bisa
mendapatkan informasi cara pengelolaan kemiri yang baik sehingga harganya
bisa lebih tinggi]

Anda mungkin juga menyukai