Anda di halaman 1dari 9

KIMIA

TUGAS URAIAN
TANAMAN BINTARO




Oleh :

Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya
2009
BINTARO

Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera manghas L.
Nama binomial : Cerbera manghas

BINTARO
Bintaro (Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan
ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa), toto (Tonga),
serta vasa (Fiji).
Nama ilmiah Cerberus diambil dari nama anjing berkepala sepuluh dalam mitologi Yunani.
Dinamakan Cerbera, karena biji Pohon Bintaro dan semua bagian pohonnya, mengandung
racun yang disebut cerberin. Yakni racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di
dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan
kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya dapat menyebabkan keracunan.
Penyebarannya secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia
Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Di Indonesia
bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh
kota.
1. Ciri-ciri
Habitus : Pohon, tinggi, _+ 20 m Batang Tegak, berkayu, bulat, berbintik-bintik, hitam
Daun : Tunggal, tersebar, lonjong (berbentuk bulat telur), tepi rata ujung dan pangkal
meruncing, tipis,licin, pertulangan menyirip, panjang 15-20 cm, lebar, 3-5 cm,
berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan
Bunga : Majemuk, berkelamin dua, harum, di ujung batang, tangkai silindris, panjang
+ 11 cm, hijau, kelopak tidak jelas, tangkai putik panjang 2-2,5 cm, jumlah empat,
kepala sari coklat, benang sari berjumlah lima, posisi bakal buah tinggi, kepala putik
hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk terompet dengan pangkal merah muda,
mahkota berdiameter 3-5 cm, ujung pecah menjadi lima, halus, putih
Buah : Kotak, lonjong (berbentuk telur), masih muda hijau setelah tua kehitaman,
panjang 5-10 cm, berwarna merah cerah jika masak
Biji : Pipih, panjang, putih
Akar : Tunggang, coklat

2. Kandungan kimia
Tanaman Bintaro (Cerbera odollam Gaertn) merupakan salah satu tanaman yang bijinya
mengandung kadar lemak/minyak sebesar 46-64% dan dapat diolah menjadi sumber
energi yang ramah lingkungan. Daun, buah dan kulit batang bintaro mengandung
saponin, daun dari buahnya juga mengandung polifenol, disamping itu kulit batangnya
mengandung tanin. Daun dan buahnya mengandung bahan yang mempengaruhi jantung,
suatu glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai
sebagai racun panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri
atau membunuh orang.
3. Manfaat
Daun muda, akar dan kulit batang bintaro berkhasiat untuk pencahar, dengan 10 gram
daun muda segar bintaro dicuci, dimakan sebagai lalap. Biji Bintaro yang telah melalui
proses pengeringan dan pengepresan akan diperoleh minyak mentah yang disebut crude
cerbera oil (CCO). Ampas hasil proses pengepresan biji Bintaro dapat dibuat briket bahan
bakar dan dapat dibuat kompos untuk pupuk tanaman, sehingga dalam pengembangan
sumber energi biji Bintaro tidak menghasilkan sampah (zero waste). Minyak biji Bintaro
itu bisa memiliki daya bahan bakar selama 11,8 menit, sedangkan minyak tanah 5,6
menit dengan takaran 1 ml minyak biji Bintaro dan minyak tanah. Itu menunjukkan
bahwa minyak biji Bintaro memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak
tanah.

PROSES PENGOLAHAN BIJI BINTARO SEBAGAI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF
Alat
Soxhlet
Cawan
Palu
Oven
Furnace 550C blender
Kain
Gelas ukur 300 ml
Peralatan
Neraca 3 lengan
Mesin pres
Alat destilasi dan cetakan briket
Botol bekas ukuran kecil kecil + tutup yang terbuat dari logam
Ember bekas cat tembok ukuran 20 kg dan pengaduk kayu
Bahan
Biji kering bintaro +/- 5 kg
Sekam padi +/- 10 kg
Tepung tapioka/singkong 0.5kg
Sampah sayuran (organik) 5 kg
Kotoran kambing 5kg air
Pelarut n-heksana
KOH
Alkohol 96 % 250cc
Proses pengolahan
1. Biji bintaro dikeluarkan dari buahnya dengan bantuan golok dan palu, kemudian
disangrai atau dijemur. Hal itu dapat dilakukan dengan bantuan oven dengan tujuan
hanya untuk menguapkan kandungan air dan menguraikan minyak dalam biji buah
tersebut. Biji yang sudah kering dan masih hangat dicampur dengan sekam kulit padi
kemudian dimasukan kedalam mesin pres.
2. Tahap pertama proses pengepresan dihasilkan minyak dan ampas yang masih cukup
mengandung minyak maka perlu diulang hingga ampas yang keluar benar-benar
kering. Minyak yang dihasikan ditampung pada tempat yang bersih dan dapat
langsung dipergunakan sebagai bahan bakar tanpa dicampur lagi dengan BBM, atau
juga dapat diproses lebih lanjut seperti penyaringan untuk membersihkan dan
menjernihkan sehingga mendapatkan metil ester.
3. Tahap kedua ampas kering ditampung atau dikumpulkan pada ember untuk dibuat
menjadi briket arang atau diolah menjadi kompos untuk pupuk tanaman sehingga,
dalam proses ini tidak menghasilkan sampah (zero waste).
4. Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi pelarut dilakukan dengan peralatan soxhlet dan sebagai pelarutnya adalah
n-heksana. Prinsip kerja ekstraksi minyak dengan peralatan soxhlet adalah sebagai
berikut: pelarut n-heksana dalam labu bulat diuapkan dengan heating mantle, dan
keluar melalui pipa terluar dari soxhlet menuju kondensor. Di dalam kondensor akan
terjadi pendinginan, sehingga uap pelarut tersebut berubah menjadi cair kembali
dan turun ke dalam soxhlet untuk mengekstraksi minyak dan senyawa-senyawa non
polar lainnya yang terdapat dalam biji bintaro. Setelah cairan di dalam soxhlet
penuh, maka minyak biji bintaro yang telah terekstraksi beserta pelarutnya akan
turun melalui pipa kecil bagian dalam dari soxhlet menuju labu bulat, jadi prinsip
ekstraksi dengan ekstraksi soxhlet adalah ekstraksi sinambung, artinya pelarut yang
digunakan untuk mengekstraksi selalu baru atau fresh hasil pengembunan dari uap
pelarut. Proses ekstraksi ini berlangsung terus menerus selama 6-8 jam. Menurut
hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, telah ditentukan komposisi asam
lemak penyusun trigliserida yang terkandung pada minyak biji bintaro.
Setelah proses soxhlet tersebut selesai, larutan hasil ekstraksi kemudian dipindahkan
ke dalam gelas kimia, dan ditambahkan sejumlah Na2SO4 anhidrat. Dalam hal ini,
Na2SO4 anhidrat berfungsi sebagai penarik air yang mungkin masih ada dalam
larutan. Larutan tersebut kemudian disaring dan pelarut yang masih ada diuapkan
dengan rotatory evaporator menggunakan penangas air pada suhu 70C.
Penggunaan alat rotatory evaporator dimaksudkan agar pelarut yang digunakan
dapat menguap sebelum titik didihnya, sehingga pemisahan pelarut dari minyak biji
bintaro menjadi lebih cepat dan senyawa organik yang ada tidak rusak, karena
pemanasannya tidak terlalu tinggi. Setelah semua pelarut n-heksana diuapkan, maka
minyak biji Bintaro yang diperoleh ditimbang, kemudian dihitung rendemen minyak
yang dihasilkan terhadap berat kering serbuk biji Bintaro.
5. Pengepresan
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pemisahan minyak dari bahan yang
berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang tinggi
kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70 persen. Sebagaimana kita ketahui bersama,
minyak biji Bintaro terkandung dalam bahan berbentuk biji dengan kandungan
minyak sekitar 35-45%. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi yang paling
sesuai untuk biji Bintaro yaitu teknik pengepresan mekanis. Dua cara yang umum
digunakan pada pengepresan mekanis biji Bintaro yaitu pengepresan hidrolik
(hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing).
Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan. Tekanan
yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan yang digunakan akan
mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak Bintaro yang dihasilkan. Untuk teknik
pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan, biji Bintaro perlu mendapat
perlakuan pendahuluan berupa dipanaskan/dioven dan dicampur dengan sekam
kulit padi. Biji Bintaro dipanaskan bertujuan untuk menggumpalkan atau
menguraikan kandungan protein dan lemak/minyaknya.
Dengan pengepresan hidrolik dapat dihasilkan rendemen minyak sampai dengan 30
persen. Dengan cara ini biji Bintaro dipress menggunakan pengepresan berulir
(screw) yang berjalan secara kontinyu. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan
dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir
ganda (twin screw press). Rendemen minyak Bintaro yang dihasilkan dengan teknik
pengepres berulir tunggal (single screw press) sekitar 25 35%, sedangkan dengan
teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak
sekitar 40 - 45 persen.
6. Pemurnian Minyak
Tujuan pemurnian adalah untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak
diinginkan, seperti bau yang kurang sedap, warna yang kurang menarik serta rasa
yang tidak enak. Lemak atau minyak kasar yang dihasilkan dari proses ekstraksi
tersebut masih mengandung kotoran-kotoran yang bukan golongan trigliserida.
Dalam proses pemurnian minyak nabati terdapat dua tahap penting, yakni tahap
netralisasi (penetralan) dan tahap bleaching (pemucatan warna). Tahap netralisasi
(penetralan) adalah proses untuk memisahkan senyawa-senyawa terlarut seperti
asam lemak bebas, fosfatida dan beberapa pigmen (bahan berwarna). Minyak
dengan kandungan asam lemak bebas tinggi, biasanya dipisahkan dengan
menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambahkan alkali.
Sedangkan minyak dengan asam lemak bebas rendah, cukup ditambahkan larutan
NaOH, garam Na2CO3 atau larutan KOH sehingga asam lemak ikut fase air dan
terpisah dari minyaknya.
Berdasarkan data sifat-fisiko kimianya, yaitu dengan membandingkan nilai angka
asam (jumlah asam lemak bebas) terhadap angka penyabunannya (jumlah total
asam lemak), diperoleh kandungan asam lemak bebas dari minyak biji bintaro
kurang dari 2%, yang berarti nilai ini cukup rendah. Sehingga proses netralisasi
(penetralan) cukup dengan menambahkan larutan alkali, dalam hal ini digunakan
larutan KOH. Sampel minyak yang akan dinetralisasi, dilarutkan terlebih dahulu
dengan etanol 96% dan selanjutnya ditambahkan KOH sesuai dengan bilangan
asamnya, dengan tujuan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas yang terdapat
pada minyak biji Bintaro. Penambahan etanol 96% selain berfungsi untuk melarutkan
minyak, juga dapat melarutkan sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam-
asam lemak bebas minyak biji Bintaro dengan larutan KOH. Untuk mempercepat dan
menyempurnakan reaksi, campuran tersebut dipanaskan sambil diaduk dengan
magnetic stirrer pada suhu 64oC. Selanjutnya campuran tersebut dimasukkan ke
dalam corong pisah dan ditambahkan sejumlah n-heksana untuk menarik lapisan
minyak (fasa organik) dari fasa airnya (sabun yang terlarut dalam alkohol). Kemudian
lapisan atas (lapisan minyak/fasa organik) diambil dan dipindahkan ke dalam beaker
untuk dilakukan tahap bleaching (pemucatan warna).
Pada tahap bleaching (pemucatan warna), lapisan minyak (fasa organik)
ditambahkan sejumlah kecil adsorben seperti bleaching earth (tanah pemucat) dan
karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan
juga akan menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak
misalnya peroksida. Adsorben yang digunakan adalah campuran bentonit 2% dan
karbon aktif 0,2%. Penambahan bentonit dan karbon aktif sebagai adsorben warna
sangat efektif untuk memucatkan dan menghilangkan beberapa zat warna yang
terdapat dalam minyak. Lapisan minyak dalam n-heksana (fasa organik) yang telah
ditambahkan campuran bentonit dan karbon aktif ini, kemudian disaring beberapa
kali sampai tidak ada lagi warna hitam pada kertas saring dan pelarut n-heksana
diuapkan dengan menggunakan alat rotatory evaporator. Terlihat jelas bahwa terjadi
perubahan warna dari minyak biji Bintaro yang sebelum pemurnian berwarna coklat
menjadi berwarna kuning setelah dilakukan pemurnian.

Anda mungkin juga menyukai