Anda di halaman 1dari 6

BAHAN BAKAR SINTESIS DAN BIOFUEL

Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
dengan sendirinya, disertai pengeluaran kalor. Bahan bakar dapat terbakar dengan sendirinya
karena: kalor dari sumber kalor < kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran.
Bahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang bisa diubah menjadi energi berguna
lainnya. Contoh yang umum adalah energi potensial yang dirubah menjadi energi kinetis.
Bahan bakar adalah setiap bahan yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi untuk
menghasilkan kerja mekanik secara terkendali. Dengan kata lain, ini adalah zat yang menghasilkan
energi, terutama panas yang dapat digunakan
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan yang
apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan
pengeluaran kalor.
Berdasarkan proses terbentuknya :
1. Bahan bakar alamiah
Bahan bakar alamiah ialah bahan bakar yang berasal dari alam. Contoh bahan bakar padat
alamiah antara lain : antrasit, batubara bitumen, lignit, kayu api, sisa tumbuhan. Sedangkan
bahan bakar gas alamiah misalnya: gas alam dan gas petroleum.
2. Bahan bakar non-alamiah (sintetis)
Bahan bakar non-alamiah ialah bahan bakar yang tidak berasal dari alam atau buatan manusia.
Contoh dari bahan bakar padat non-alamiah antara lain: kokas, semi-kokas, arang, briket, bris,
serta bahan bakar nuklir. Sedangkan bahan bakar cair non-alamiah antara lain: bensin atau
gasolin, kerosin atau - minyak tanah, minyak solar, minyak residu, dan juga bahan bakar padat
yang diproses menjadi bahan bakar cair seperti minyak resin dan bahan bakar sintetis. Untuk
bahan bakar gas non-alamiah misalnya gas rengkah (atau cracking gas) dan producer gas.
Bahan bakar sintetis telah ditemukan sebagai pengganti bahan bakar fosil (solar dan
premium). Campuran batubara, gas alam dan tanaman ternyata mampu menghasilkan emisi
gas CO2 jauh lebih rendah dari bahan bakar fosil. Tidak seperti bahan bakar alternatif lainnya,
bahan bakar sintetis ini langsung bisa digunakan untuk kendaraan bermotor.
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman
atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara
untuk pembuatan biofuel antara lain pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah
tangga, limbah industri dan pertanian), fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa
oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu
atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester, dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari
tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar). Berikut ini sumber daya alam yang berpotensi
sebagai bahan dasar pembuatan biofuel :

Sumber Isi
Nama Lokal Nama Latin P / NP
Minyak % Berat Kering
Jarak Pagar Jatropha Curcas Inti biji 40-60 NP
Jarak Kaliki Riccinus Communis Biji 45-50 NP
Kacang Suuk Arachis Hypogea Biji 35-55 P
Kapok / Randu Ceiba Pantandra Biji 24-40 NP
Karet Hevea Brasiliensis Biji 40-50 P
Kecipir Psophocarpus Tetrag Biji 15-20 P
Kelapa Cocos Nucifera Inti biji 60-70 P
Kelor Moringa Oleifera Biji 30-49 P
Kemiri Aleurites Moluccana Inti biji 57-69 NP
Kusambi Sleichera Trijuga Sabut 55-70 NP
Nimba Azadiruchta Indica Inti biji 40-50 NP
Saga Utan Adenanthera Pavonina Inti biji 14-28 P
Sawit Elais Suincencis Sabut dan biji 45-70 + 46-54 P
Nyamplung Callophyllum Lanceatum Inti biji 40-73 P
Randu Alas Bombax Malabaricum Biji 18-26 NP
Sirsak Annona Muricata Inti biji 20-30 NP
Srikaya Annona Squosa Biji 15-20 NP
Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel yaitu alkohol dan ester. Bahan-bahan ini
secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang
diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar
fosil.Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon
di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi
kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon
yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel
lebih bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan
keamanan energi.

Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam
tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis) atau tanaman yang
mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi
etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya
tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, atau alga. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati
akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses
secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel.

Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan).
Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi)
antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan
gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan
katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.

Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak (atau
esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol.
Untuk memurnikannya, biodiesel mentah (kasar) tersebut bisa dicuci dengan air, sehingga
pengotor-pengotor tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya
dipisahkan. Porsi pertama dari air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit
asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan
pada kondisi vakum untuk menghasilkan produk yang jernih dan bertitik nyala 100oC (pertanda
bebas metanol).
Proses transesterifikasi dan esterifikasi dapat digabungkan untuk mengolah bahan baku dengan
kandungan asam lemak bebas sedang sampai tinggi seperti CPO low grade, maupun PFAD.
Sebagai bahan baku biodiesel dapat digunakan antara lain minyak jarak, minyak sawit, minyak
kelapa dll.

Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen.


Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen
utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat
berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah
hidrokarbon.Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena
biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar.
Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel
lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu,
biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel
merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan
petroleum diesel.

Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total,
partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrogen oksida juga dapat dikurangi dengan penambahan
konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali
lebih rendah dibandingkan dengan garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan
glukosa,sehingga sangat cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar
kapal/motor. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena
karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.

Dampak Biofuel dan Biodiesel

Biofuel dapat terbuat dari kayu, arang, bioalkohol, biogas, minyak sayur bahkan limbah.
Penggunaan limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai
permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan yang
menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan kontribusi bagi
pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa di tahun 2020 nanti 19 juta ton
minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian,
limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain.Tempat penampungan akhir
sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam di dalamnya mengalami
pencernaan anaerobik.Secara kolektif gas-gas ini dikenal sebagai landfill gas (LFG) atau gas
tempat pembuangan akhir sampah.Landfill gas bisa dibakar baik secara langsung untuk
menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi publik.Landfill gas mengandung
sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat di dalam gas alam.

Sebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai kendaraan
biasanya membutuhkan kepadatan energi yang tinggi.Kendaraan biasanya membutuhkan
kepadatan kekuatan yang tinggi yang bisa disediakan oleh mesin pembakaran dalam.Mesin ini
membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin dan
meminimalisir polusi udara.Bahan bakar yang lebih mudah dibakar dengan bersih biasanya
berbentuk cairan dan gas.Dengan begitu cairan (serta gas-gas yang bisa disimpan dalam bentuk
cair) memenuhi persyaratan pembakaran yang portabel dan bersih.Selain itu cairan dan gas bisa
dipompa, yang berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak
membutuhkan banyak tenaga.

Penerapan Ilmu Kimia pada biodiesel dan biofuel

Program Riset Dan Pengembangan Oleh Pertamina

Berdasarkan UU NO 30/2007 tentang energy diservikasi enrgi dan konservikasi energy,


Keputusan Presiden No.10/2006 tentang pembentukan tim nasional pengembangan BBN untuk
pengurangn kemiskinan dan pengangguran, Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyedian dan
pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai bahan bakar lain, peratuaran Menteri No.32/2008 tentang
penyediaan dan tata niaga Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain.

Berikut hasil riset yang dilakukan pertamnia terhadap produk biofuel mereka yaitu
pengujian ketahanan Biosolar B10 pada Mesin Genset (kerjasama dengan BPPT). Untuk
mengetahui ketahanan unjuk kerja dan mengevaluasi efek lain penggunaan bahan bahan bakar
tersebut terhadap mesin.
Hasil:

Pada saat penggunaan awal Biosolar B10 perlu dilakukan pengecekan khususnya kebersihan
filter agar tidak terjadi kebuntuan.
Pengaturan injection timing perlu di-set mundur (retard) guna meng-optimalkan sifat biodiesel
yang mempunyai Cetane Number yang lebih tinggi,.
Campuran Biodiesel sampai dengan maksimum B10 mempunyai karakteristik sangat mirip
dengan B0 sehingga pembentukan deposit relatif tidak terjadi.
Penggunaan biodiesel gas buang menjadi lebih bersih dan mesin lebih tahan lama karena
biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik terhadap komponen mesin dibanding
dengan solar.

Nama : Rantika Khumairah

NPM : A1F015026

Anda mungkin juga menyukai