Anda di halaman 1dari 8

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BIJI ROSELLA

Pamilia Coniwanti , Rika Novela , Fauzan Azimah

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Abstrak

Tanaman rosella merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, serat batangnya dapat dimanfaatkan
sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni, bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa
batang tanaman rosella dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif pada pembuatan kertas, sedangkan
pada kelopak bunganya terdapat zat antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna bahan pangan yang
bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan gizi serta zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai
penyakit, dan yang terutama pada biji tanaman ini dapat digunakan sebagai pengganti jarak untuk
menghasilkan minyak yang bermanfaat sebagai alternatif pengganti minyak goreng atau pun untuk diambil
beberapa komponen penting di dalamnya yang dapat bermanfaat sebagai zat aditif dalam bidang kesehatan
maupun kosmetik.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi biji
tanaman rosella dan mengoptimalkan pengambilan asam oleat dari proses ini dengan mengamati pengaruh
kondisi, perlakuan dan berat sampel terhadap pelarut n-hexane dan etanol 96% untuk menghasilkan minyak
yang terbaik. Minyak diperoleh dengan metode ekstraksi, biji tanaman rosella diperoleh dalam kondisi kering
dengan perlakuan gerus serta berat 100 gr yang paling baik unutk menghasilkan % FFA yang optimal sebesar
6,119% dengan menggunakan pelarut n-hexane dengan waktu ekstraksi selama 1 (satu) jam.

Kata kunci : Rosella, asam oleat, ekstraksi

Abstract

Rosella (flower) is a kind of beneficial plant. its (serat) stem can be used as material to make lace and
sack. Some researches even find out that its stem also can be functioned as alternative material in making paper,
meanwhile its flower sepal contains antosianin substance which can be used as food color which is very useful
for our health because it contains nutrition and active substance which can cure many kind of diseases. The most
important is rosella seed can be used to substitute (jarak) to produce oil as an alternative way to substitute
coconut oil. Some components of rosella oil can also be taken out as an additive substance in health and beauty
field.
This research is aimed to trial/measure rosella oil which is produced by extracting rosella seed where we
also consider the influence of the condition, the treatment and the weight of sample to the n-hexane solution and
ethanol 96% to produce the best quality of oil. The oil itself is got from extracting dry rosella seed with grinding
method also 100 gr weight which is the most fix weight to produce optimal % FFA 6,119% by using n-hexane
solution in one hour extracting process.

key words : Rosella, oleic acid, extraction

1. PENDAHULUAN bagian dari tanaman ini memiliki manfaat lain,


Tanaman rosella (Sabdariffa Hibiscus pada serat batang dapat dimanfaatkan sebagai
Linn) merupakan tanaman yang sangat dikenal sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung
saat ini karena pada kelopak bunga rosela dapat goni, bahkan beberapa penelitian menyebutkan
digunakan sebagai minuman kesehatan yang dapat bahwa batang taman rosella dapat dimanfaatkan
menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu, sebagai bahan baku alternatif pada pembuatan

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 1


kertas, sedangkan pada kelopak bunganya terdapat 96%, biji tanaman rosella berasal dari perkebunan
zat antosianin yang dapat digunakan sebagai dan hasil tanaman sendiri, dan analisa laboratorium
pewarna bahan pangan yang bermanfaat bagi dilakukan untuk menentukan % FFA, % yield
kesehatan karena kandungan gizi serta zat aktif minyak, dan Densitas.
yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit,
dan yang terutama pada biji tanaman ini dapat II. FUNDAMENTAL
digunakan sebagai pengganti jarak untuk Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)
menghasilkan minyak yang bermanfaat sebagai merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan
alternatif pengganti minyak goreng atau pun kadar air rendah. Taksonomi tanaman rosella
diambil beberapa komponen penting di dalamnya adalah :
yang dapat bermanfaat sebagai zat aditif dalam Kingdom : Plantae
bidang kesehatan maupun kosmetik. Subkingdom : Tracheobionta
Penelitian ini menggali potensi dan Division : Magnoliophyta
manfaat lain dari tanaman rosella, terutama biji Class : Magnoliopsida
dari tanaman rosella yang memiliki kandungan Subclass : Dilleniidae
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang Ordo : Malvales
dapat bermanfaat pada bidang pangan. Asam Family : Malvaceae
lemak jenuh memiliki ikatan tunggal di antara Genus : Hibiscus Linn
atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam Species : Hibiscus sabdariffa Linn
lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu
ikatan ganda di antara atom-atom karbon
Kriteria Pemilihan Biji Rosella
penyusunnya. Asam lemak jenuh bersifat lebih
stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam Sebelum melakukan pengolahan, biji
lemak tak jenuh. rosella harus dinilai kesegarannya. Hal ini
Masalah yang akan diteliti adalah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan biji
mencari pengaruh variabel proses untuk yang baik dan siap diolah. Penilaian kesegaran ini
menghasilkan % yield minyak yang terbaik, ditentukan berdasarkan atas dasar warna dan
meliputi pengaruh jenis pelarut, pengaruh waktu, keadaan fisik biji. Biji yang baik adalah biji yang
dan pengaruh berat dari biji tanaman rosella kulit luarnya berwarna coklat tua, sampai hitam
terhadap jenis pelarut dan isi biji berwarna putih kekuningan. Sedangkan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah yang berwarna coklat muda atau kehijauan dan
mengetahui pengaruh jenis pelarut, mengetahui keriput dinilai kurang baik.
pengaruh waktu, dan mengetahui pengaruh berat
terhadap % yield minyak yang dihasilkan. Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak dan Sterol
Hipotesa pada penelitian ini adalah pelarut dalam Minyak Biji Rosella
n-hexane akan menghasilkan % yield minyak
yang terbaik dibandingkan dengan pelarut etanol Jenis Asam Jumlah Jenis Sterol Jumlah
96%, waktu ekstraksi selama 3 jam akan Lemak dalam dalam
menghasilkan % yield minyak yang terbaik % %
dibandingkan waktu ekstraksi selama 1 jam dan 2 Asam 2,1 b-sitosterol 61,3
jam, dan berat 100 gr akan menghasilkan % yield miristin
minyak yang terbaik. Asam 35,2 Kampasterol 16,5
Manfaat penelitian ini sendiri adalah agar palmitin
dapat menambah wawasan mahasiswa khususnya Asam 2 Kolesterol 5,1
mahasiswa teknik kimia mengenai ekstraksi palmitoleik
minyak, dapat digunakan sebagai data untuk Asam 3,4 Ergosterol 3,2
penelitian lanjutan dimasa yang akan datang, dan stearat
dapat menjadi gambaran data bagi dunia industri Asam oleat 34
untuk memproduksi minyak rosella dalam skala Asam 14,4
besar. linoleat
Adapun ruang lingkup penelitian ini Sumber: Suwarso, Kuswanto, dan Gani,2006.
adalah proses pembuatan minyak dari biji
tanaman rosella dengan cara ekstraksi Kualitas minyak dari biji-bijian
menggunakan pelarut n-hexane dan etanol dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:

2 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010


1. Kualitas dan kemurnian bahan baku. Adanya Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana
benda asing atau biji yang berkualitas jelek dengan rumus kimia CH 3 (CH 2 ) 4 CH 3 . Awalan
yang tercampur dalam bahan bakupada "Hex" menunjukkan jumlah enam atom karbonnya,
proses, akan menyebabkan minyak cepat sedangkan akhiran ana menunjukkan bahwa
rusak dan berbau. atom karbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal.
2. Usia biji. Biji rosella yang usianya cukup tua Isometri heksana umumnya bersifat tidak reaktif,
akan menghasilkan minyak yang lebih baik dan sering digunakan sebagai pelarut inert dalam
kualitas dan kuantitasnya dibanding dengan reaksi organik, karena heksana tidak polar.
minyak biji rosella yang lebih muda. Heksana di produksi dari pemurnian dari
3. Kadar air yang terkandung dalam biji rosella. crude oil (minyak mentah). Komposisi yang tepat
Biji rosella yang terlalu lama disimpan akan pada fraksi tergantung pada sumber minyak. Pada
mengandung kadar air yang tinggi, sehingga produk industri (biasanya berkisar 50% dari berat
dapat menghasilkan minyak dengan mutu rantai isomer) yang mana fraksi mendidih pada 60
yang kurang baik. 70 C. (Wikipedia,2008)
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat Umumnya heksana digunakan untuk
proses dan pasca proses (misalnya: halusnya mengekstrak minyak dari bijinya seperti pada
hasil pencacahan yang dilakukan pemilihan kacang-kacangan dan flax. Hal ini karena heksana
jenis pelarut, penyimpanan minyak hasil tidak reaktif dan inert dalam reaksi organik karena
proses dan sebagainya. bersifat sangat non-polar dan memilki narrow
Menurut Ketaren (1986) ekstraksi distillation range dan selective power, sehingga
minyak atau lemak adalah suatu cara untuk tidak memrlukan tingkat pemanasan yang tinggi
mendapatkan minyak atau lemak dari sel-sel dan daya ekstraksinya tinggi, yang menjadikan
bahan yang diduga mengandung minyak atau heksana sebagai pelarut yang baik untuk
lemak. Sebagai senyawa hidrokarbon, minyak dan mengekstrak minyak dari bijinya.
lemak atau lipid pada umumnya tidak larut dalam Etanol banyak digunakan sebagai pelarut
air, tetapi larut dalam pelarut organic. Pemilihan berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk
bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya
minyak dan lemak adalah dengan menentukan adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan
derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
akan mudah larut dalam pelarut yang sama yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk
polaritasnya. Polaritas minyak dan lemak berbeda- sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya
beda sehingga tidak ada bahan pelarut umum etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
(universal) untuk semua macam lipid. Contoh di Pengujian dan Analisa Kandungan Minyak.
bawah ini menunjukkan beberapa jenis bahan Pengujian yang penting adalah penentuan sifat
pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lipid tertentu fisika dan sifat kimia dari minyak yang dihasilkan.
(Sudarmadji, 1989): Penentuan berat jenis, viskositas, kelarutan dalam
a. Senyawa trigliserida yang bersifat alkohol, indeks bias, angka penyabunan dan angka
non-polar akan mudah diekstraksi asam. Uji khusus lainnya dapat pula dilakukan
dengan pelarut-pelarut non-polar misalnya kadar eter, penentan total alkohol, titik
misalnya n-Heksana dan Petroleum beku, residu penguapan dan hal ini tergantung pada
eter. jenis bahan. Dengan cara membandingkan hasil
b. Glikopida yang polar akan mudah analisis dengan data pustaka maka ahli kimia dapat
diekstraksi dengan alcohol yang memperoleh gambaran tentang kemurnian koalitas
polar. minyak (Guenther,1987).
c. Lesitin atau secara kimia adalah Penetapan Densitas. Densitas merupakan
senyawa fosfafidil kolin bersifat salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
basis dan akan mudah larut dalam dan kemurnian kandungan minyak. Nilai densitas
pelarut yang sedikit asam seprti minyak umumnya berkisar antara 0,696 1,188
alkohol. pada suhu 25oC (Guenther,1987).
d. Fosfadil serin yaitu fosfolipida yang Nilai densitas minyak pada suhu
bersifat polar dan asam mudah akan 25oC/25oC didefinisikan sebagai perbandingan
larut dalam kloroform yang sedikit antara berat minyak pada suhu 25oC dengan air
polar. Senyawa ini tidak mudah larut pada volume air yang sama dengan volume minyak
dalam alkohol. pada suhu 25oC.

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 3


Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA). sampel agar sesuai dengan dengan ukuran sochlet.
Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan Masukkan bungkusan sampel ke dalam sochlet.
asam lemak yang terdapat paling banyak dalam Nyalakan pompa untuk sirkulasi kondensor. Tuang
minyak tertentu. Dengan demikian asam lemak pelarut sebanyak 400 ml yang akan dipakai melalui
bebas sebagai berikut ini dipakai sebagai tolak bagian atas sochlet. Nyalakan waterbath dan atur
ukur jenis minyak tertentu : temperatur sesuai kebutuhan. Catat hasil ekstraksi
untuk setiap variabel. Lakukan langkah yang sama
Tabel 2.3 Jenis-jenis Asam Lemak Bebas untuk pelarut, massa biji, dan waktu ekstraksi.
Hitung setiap hasil ekstraksi kemudian
Sumber Jenis Asam Berat dibandingkan.
Minyak Lemak Terbanyak molekul Proses Destilasi Batch. Rangkai alat
Susu destilasi hingga siap dipakai. Masukkan larutan
Palmitat 256
Sawit sampel ke dalam labu sampel. Nyalakan pompa
Inti Sawit untuk sirkulasi kondensor dan atur temperatur
Kaproat 200
Kelapa sesuai titik didih pelarut yang dipakai. Catat hasil
Susu Oleat 282 destilasi untuk setiap variabel. Lakukan langkah
Jagung yang sama untuk pelarut, massa biji rosella, dan
Kedele Linoleat 278 waktu ekstraksi yang berbeda. Hitung setiap hasil
Kacang dll. destilasi untuk kemudian dibandingkan.
Suhardi, Bambang dan Slamet, 1997. Hasil (keluaran) dari destilasi inilah yang
merupakan minyak biji rosella. Adapun cara
III. METODOLOGI menghitung % yield dari minyak biji rosella adalah
Metode yang digunakan pada penelitian sebagai berikut :
ini adalah metode solvent extracted dengan Berat minyak hasil
% Yield = x 100 %
variabel operasi sebagai berikut : Berat biji rosella
Jenis Pelarut : Heksana
Ethanol 96 % IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Massa biji rosella : 20 gram Berikut data hasil pengamtan dari
40 gram penelitian yang telah dilakukan. Hasil yang diamati
60 gram berupa keadaan fisik dari minyak biji rosella dan
80 gram jumlah/hasil yang diperoleh, meliputi: data hasil
100 gram ekstraksi, data hasil analisa densitas, data hasil
Waktu ekstraksi : 1 jam analisa % FFA (untuk oleat).
2 jam a. Heksana
3 jam Warna kuning bening dan agak encer,
Sedikit berbau,
Proses Preparasi Bahan. Pada tahap
Relatif tidak ada endapan.
persiapan bahan baku pertama-tama biji rosella
dijemur dibawah panas matahari hingga terlihat b. Ethanol
kering kecoklatan sekitar 3 jam. Tujuan Warna kuning bening agak pekat dan agak
pengeringan ini antara lain untuk mengurangi encer,
kandungan air dalam biji dan mempermudah Sedikit berbau,
dalam proses penghancuran. Untuk mendapatkan Terdapat sedikit endapan.
biji rosella yang sesuai dengan variabel yang
dipakai digunakan blender.
Proses Ekstraksi. Rangkai peralatan Proses ekstraksi yang dilakukan
sochlet hingga siap untuk dipakai. Pada penelitian memperoleh % yield yang berbeda-beda. Hal ini
ini menggunakan sochlet 250 ml dan labu 500 ml. berkaitan erat dengan variabel-variabel penelitian.
Timbang biji rosella masing-masing 20 gram, 40 Jenis pelarut, massa biji, dan waktu ekstraksi
gram, 60 gram, 80 gram, dan 100 gram dengan mempengaruhi yield yang diperoleh. Ektraksi
menggunakan neraca analitis. Biji rosella yang minyak biji rosella menghasilkan minyak mulai
telah ditimbang kemudian dibungkus dengan paling sedikit 12,490 % (n-hexane, 100 gram, 1
kertas saring. Perhatikan ukuran bungkusan jam) dan paling banyak 34,900 % (ethanol 96%, 20

4 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010


gram, 3 jam). Sedangkan perbandingan antara minyak yang diekstraksi menggunakan ethanol
pelarut heksan dan ethanol 96% menunjukkan 96%.
perbandingan yang cukup berarti. Hasil Dari penelitian yang dilakukan, nilai
maksimum untuk heksan adalah sebesar 26,650% densitas meningkat seiring dengan bertambahnya
dan hasil maksimum untuk ethanol 96% adalah variabel waktu ekstraksi. Nilai densitas terendah
sebesar 34,900%. Pengamatan fisik terhadap adalah 0,665 gr/ml dan densitas tertinggi adalah
minyak, produk dari pelarut ethanol 96% 1,115 gr/ml. Dari gambar 4.3. terlihat bahwa
mengandung cukup banyak endapan. densitas terbaik adalah pada massa biji 80 gram,
dan waktu ekstraksi 1 jam. Sedangkan nilai
densitas terendah adalah pada massa biji 20 gr, dan
1 jam waktu ekstraksi. Tingginya densitas pada
waktu ekstraksi yang rendah dan sebaliknya ini
dapat dikarenakan kualitas bahan baku biji rosella
yang digunakan untuk ekstraksi. Semakin tinggi
nilai densitas minyak menunjukkan kualitas
minyak yang semakin baik (Endah, 2007).

Gambar 4.1. Pengaruh Massa Biji, dan Waktu


Ekstraksi terhadap %Yield (Pelarut Heksan)

Dari hasil penelitian yang telah diakukan


dapat disimpulkan bahwa ekstraksi dengan pelarut
ethanol 96%, berat biji 20 gram, dan waktu
ekstraksi selama 3 (tiga) jam memberikan hasil
yang optimal, yaitu sebesar 34,900 %.
Gambar 4.3. Pengaruh Massa Biji, dan Waktu
Ekstraksi terhadap Densitas (Pelarut Heksan)

Dari hasil analisa yang dilakukan, dapat


disimpulkan bahwa densitas terbaik terletak pada 1
jam waktu ekstraksi. Hal ini terlihat pada gambar
4.4, densitas maksimum pada massa biji 100 gr,
dan 1 jam waktu ekstraksi. Sedangkan densitas
minimum pada massa biji 20 gr, dan 3 jam waktu
ekstraksi. Perbedaan waktu pengambilan bahan
Gambar 4.2. Pengaruh Massa Biji, dan Waktu baku sangat mempengaruhi hasil analisa,
Ekstraksi terhadap %Yield (Pelarut Ethanol dikarenakan kualitas bahan baku yang berbeda
96%) pada saat musim kemarau dan musim hujan.
Namun demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas
Perubahan yang terjadi pada minyak bahan baku, massa biji, dan lama waktu ekstraksi
seperti proses oksidasi dan hidrolisis dapat berpengaruh terhadap densitas minyak biji rosella
menyebabkan terbentuknya senyawa baru yang dihasilkan.
sehingga dapat menyebabkan perubahan pada
sifat fisika dan kimia minyak yang salah satunya
adalah densitas (Heny, 2006). Pengujian densitas
merupakan salah satu uji karakteristik pada
minyak.
Analisa yang telah dilakukan terhadap
densitas minyak rosella menunjukkan bahwa
minyak yang diekstraksi menggunakan pelarut n-
hexane memiliki densitas yang lebih besar dari

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 5


Gambar 4.4. Pengaruh Massa Biji, dan Waktu Gambar 4.6. Pengaruh Massa Biji, dan Waktu
Ekstraksi terhadap Densitas (Pelarut Ethanol Ekstraksi terhadap %FFA (Pelarut Ethanol
96%) 96%)

Hasil analisa %FFA yang dilakukan Tabel 4.11. Data Hasil Ekstraksi Minyak dari
terhadap minyak biji rosella menunjukkan bahwa Biji Rosella
ektraksi dengan menggunakan pelarut heksan
menghasilkan minyak dengan %FFA yang sedikit
Massa % Yield
lebih baik daripada ekstraksi dengan
menggunakan ethanol 96%. Hal ini juga Variabel Minyak
menunjukkan tidak terlihat perbedaan kualitas Jenis (gr)
Pelarut
minyak yang begitu mencolok dari ekstraksi
menggunakan heksan ataupun ethanol 96%. Ma Waktu
Data yang diperoleh untuk %FFA dari -ssa Ekstra
minyak rosella berada pada kisaran 29,78% Biji ksi
36,72%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa (gr) (Jam)
minyak biji rosella memiliki potensi untuk 1 4,16 20,800
dijadikan sebagai bahan baku kosmetik, hanya 20 2 4,71 23,550
saja masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk 3 5,33 26,650
mengembangkannya. 1 6,54 16,350
40 2 7,28 18,200
3 8,05 20,145
1 8, 62 14,360
60 2 9,13 15,210
n-
Hexane 3 10,97 18,280
1 11,50 14,375
80 2 11,86 14,825
3 12,41 15,510
1 12,49 12,490
100 2 12,88 12,880
3 13,25 15,250
Gambar 4.5. Pengaruh Massa Biji, dan Waktu
1 6,03 30,150
Ekstraksi terhadap %FFA (Pelarut Heksan)
20 2 6,52 32,600
3 6,98 34,900
1 7,51 18,775
40 2 8,81 22,025
Ethanol
96% 3 9,24 23,100
1 9,29 15,480
60 2 10,77 17,950
3 11,03 18,380
1 11,72 14,650

6 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010


80 2 12,27 15,340 80 2 0,898 34,34
3 14,30 17,875 3 0,917 35,75
1 14,64 14,640 1 1,105 33,84
100 2 15,85 15,850 100 2 0,988 34,46
3 17,04 17,041 3 0,909 35,36

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Tabel 4.12. Data Hasil Analisa Minyak Biji Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
Rosella dengan Pelarut Heksan dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
Variabel Densitas % FFA 1. Secara praktek hasil yang didapat
(gram/ml) (untuk menunjukkan pelarut ethanol 96 %
Massa Waktu
Oleat) memberikan hasil yang lebih baik dari
Biji Ekstraksi
pada pelarut n-heksan. Ektraksi minyak
(gram) (Jam)
biji rosella menghasilkan minyak mulai
1 0,665 33,22 paling sedikit 12,490 % (n-hexane, 100
20 gram, 1 jam) dan paling banyak 34,900 %
2 0,687 34,40 (ethanol 96%, 20 gram, 3 jam).
3 0,685 36,36 Sedangkan perbandingan antara pelarut
1 0,845 32,26 heksan dan ethanol 96% menunjukkan
40 2 0,874 33,33 perbandingan yang cukup berarti. Hasil
3 0,758 35,00 maksimum untuk heksan adalah sebesar
1 0,894 33,27 26,650% dan hasil maksimum untuk
60 2 0,800 35,47 ethanol 96% adalah sebesar 34,900%.
3 0,853 35,98 2. Dari hasil penelitian yang telah diakukan
1 1,115 32,37 dapat disimpulkan bahwa ekstraksi
80 dengan pelarut ethanol 96%, berat biji 20
2 1,031 32,71 gram, dan waktu ekstraksi selama 3 (tiga)
3 0,952 36,38 jam memberikan hasil yang optimal, yaitu
1 1,018 33,67 sebesar 34,900 %.
100 2 0,912 35,53 3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
3 0,871 36,72 hal ini berbanding terbalik dengan dasar
teori yang seharusnya. Karena
keterbatasan kemampuan peralatan
sokletasi yang digunakan pada saat
Tabel 4.13. Data Hasil Analisa Minyak Biji penelitian, maka hasil optimal yang di
Rosella dengan Pelarut Ethanol 96% dapat adalah pada massa biji 20 gram.
Variabel Densitas % FFA
(gram/ml) (untuk Beberapa saran yang dapat diberikan
Massa Waktu Oleat) setelah melaksanakan penelitian ini antara lain:
Biji Ekstraksi 1. Untuk memperoleh minyak biji rosella
(gram) (Jam) yang berkualitas tinggi sebaiknya
1 0,725 29,78 digunakan biji rosella yang cukup tua dan
20 kondisinya baik agar mendapatkan hasil
2 0,747 31,20
yang optimal.
3 0,704 32,20 2. Untuk mengetahui kualitas minyak yang
1 0,822 32,65 lebih akurat, hendaknya melakukan
40 2 0,842 33,67 analisa yang lebih beragam.
3 0,787 33,89 3. Agar minyak hasil ekstraksi biji rosella
1 0,885 32,48 yang dihasilkan dapat dibuat sebagai zat
60 2 0,884 34,23 aditif pada bidang kesehatan dan
3 0,784 36,50 kecantikan kulit, hendaknya dilakukan
1 1, 005 32,82 penelitian lanjutan.

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 7


DAFTAR PUSTAKA Sriwijaya.

Anjar, Erlika & Simon, Sihite. 2007. Ekstraksi Sisma Z.A & Irdayeti, Yessi. 2003. Ekstraksi dari
Minyak dari Jarak Pagar dengan Kulit Pisang. Mahasiswa Jurusan
Pelarut n-Heksan. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Universitas Sriwijaya.

Anonymous. 2009. Oleic Acid.


www.google.co.id. Jakarta

Anonymous. 2009. SNI%2001-2323-2009.


www.google.co.id. Jakarta

Anonymous. 2009. Tanaman Rosella.


http://id.wikipedia.org. Jakarta

Fessenden. R.J & J.S Fessenden, 1992. Kimia


Organik II. Erlangga. Jakarta.

Firmanza, Erwin & Samudra, Isa. 2005.


Pengambilan Oleoresin dari Jahe
Merah melalui Proses Ekstraksi dan
Destilasi. Mahasiswa Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
HP, Stevanus Ronald. 2009. Pengaruh Kondisi,
Perlakuan dan Berat Sampel
Terhadap Ekstraksi Antosianin dari
Kelopak Bunga Rosela dengan Pelarut
Aquadest dan Etanol. Mahasiswa
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
Noprianto, Prastya & Amelia, Rizky. 2008.
Pengaruh Jenis Pelarut, Massa Biji,
Ukuran Partikel, dan Jumlah Siklus
terhadap Yield Ekstraksi Minyak Biji
Ketapang. Mahasiswa Jurusan Teknik
Kima Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.

Pratiwi, Dewi & Soraya, Delfi Fatina. 2009.


Pemanfaatan Minyak Hasil Ekstraksi
Biji Kelor (Moringa oleifera) untuk
Pembuatan Bahan Bakar Nabati.
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

Ruth. S & Tuti. V. 2004. Pengaruh pH dan


Temperatur Terhadap Ekstraksi Pektin
dari Wortel. Mahasiswa Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas

8 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010

Anda mungkin juga menyukai