PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)
Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
Saat ini rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) menjadi begitu populer. Hampir
di setiap pameran tanaman obat, nama rosela selalu diperkenalkan. Hal ini
disebabkan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan
(Mardiah,dkk, 2009).
Di Indonesia, nama rosela sudah dikenal sejak tahun 1922. Di Amerika dan
komunitas imigran Senegal, produk rosela digunakan dalam bentuk bunga atau
sirup. Saat ini rosela kembali menarik perhatian perusahaan makanan dan minuman
rosela sebagai produk makanan alami dan sebagai pengganti bahan pewarna sintetik
(Mardiah,dkk, 2009).
selama enam bulan, produksi rosela sekitar 2-3 ton/ha kelopak segar tanpa biji atau
200-375 kg per hektar kelopak kering rosela, dan biji kering 2-3 kali bobot kelopak.
Bagian tanaman yang bisa diproses menjadi produk pangan adalah kelopak
bunganya. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair
(juicy). Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah
Flavonoid rosella terdiri dari flavanols dan pigmen antosianin. Pigmen antosianin
ini yang membentuk warna ungu kemerahan menarik di kelopak bunga maupun
Kelopak bunga rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa
sirup dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga
dengan jeruk, apel, papaya, dan jambu biji. Kandungan vitamin A dan vitamin C
(Daryanto, 2006).
Penelitian tentang rosella terus berkembang, baik yang dilakukan oleh ahli
biokima, dokter, maupun ahli pangan. Penelitian tersebut diarahkan pada penelitian
terdapat pada tanaman rosella memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit
dan kaya akan kandungan antioksidan (Mardiah,dkk, 2009). John McIntosh dari
Institute of Food Nutrition and Human Health, Massey University, Selandia Baru,
kelopak rosela, maka diperlukan proses ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan suatu
konstituen yang dapat larut yang semula padatan atau cairan, dipisahkan dari
Sebuah contoh ekstraksi yang dapat dilihat sehari-hari adalah pelarutan komponen-
komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar
bagi tanaman rempah-rempah lain untuk dijadikan komoditi ekspor dalam bentuk
Salah satu bahan utama dalam melakukan proses ekstraksi adalah pelarut.
Pengertian dari pelarut itu sendiri adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda
padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut yang banyak
digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut adalah aseton, etanol, metanol,
methanol, dsb. Sedangkan pelarut non polar yaitu pelarut yang molekul-
kovalen nonpolar (senyawa organik), contohnya : eter, benzen, bensin, CCl4, dsb.
Pelarut seperti ini disebut juga sebagai pelarut organik (Manan, 1997).
ekstrak rosela.
Maksud serta tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
varietas kelopak rosela serta konsentrasi pelarut yang tepat, sehingga diperoleh
dipasaran.
ungu merupakan jenis herba yang memiliki kandungan vitamin C tinggi. Memiliki
warna lebih pekat (ungu) dari Rosela merah dan memiliki rasa yang khas. Selain
dan 18 jenis asam amino yang diperlukan tubuh. Salah satunya adalah arginin yang
berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Di samping itu, rosela juga
mengandung protein, kalsium, dan unsur-unsur lain yang berguna bagi tubuh
rosela ini salah satunya pelarut jenis polar yaitu etanol dan air. Air yang digunakan
dalam industri pangan pada umumnya harus mempunyai beberapa syarat yaitu tidak
berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa. Air berfungsi sebagai bahan
yang dapat mendispersi berbagai senyawa yang terdapat dalam bahan makanan.
(Winarno, 1986).
merupakan pelarut yang relatif aman (tidak bersifat racun bagi tubuh). Berdasarkan
beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ekstrak antioksidan yang
dihasilkan dengan etanol mempunyai aktivitas yang tinggi Selain itu ditinjau dari
segi harga, etanol lebih murah daripada heksan, methanol, dan klorofrom. Untuk
6
menambah pelarut pada bahan yang akan diekstrak dengan perbandingan tertentu
Menurut Ferdian (2007), ekstrak klorofil daun rami yang dibuat dengan
menggunakan pelarut alkohol menghasilkan kadar klorofil yang sangat tinggi yaitu
Menurut Ramdhan (1994), bahwa zat warna yang dikandung kunyit kering
hal ini disebabkan karena pada jumlah pelarut sebanyak 1000 ml maka sudah cukup
sempurna atau dapat dikatakan bahwa pelarut alkohol dapat menarik zat warna
kunyit seluruhnya.
Menurut Estiasih, dkk (2007), aktivitas antioksidan total ekstrak umbi akar
ginseng jawa dengan menggunakan pelarut etanol 70% ternyata mempunyai kadar
yang digunakan maka semakin banyak kurkuminoid yang terekstrak dan semakin
7
tinggi pula aktivitas antioksidan yang terkandung didalam ekstrak bubuk simplisia
temulawak karena sifatnya lebih larut dalam pelarut alkohol dibandingkan dengan
pelarut air.
dengan nilai EC50 yaitu sebesar 151,90 mg/L. Aktivitas antioksidan memiliki
hubungan linier dan korelasi yang kuat dengan kandungan vitamin C, dimana
pernah dibuktikan oleh Duh, dkk (1992) yang mengekstrak antioksidan dari kulit
bunga rosela.
Penelitian dimulai pada bulan April 2009 sampai selesai. Tempat yang
Pangan Universitas Pasundan Bandung yang terletak di Jl. Dr. Setiabudhi No. 193,
Bandung.