(Carica papaya L)
(17020200014)
ABSTRAK
Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas farmakologi
sebagai antelmintik, antimalaria, antibakteri, dan antiinflamasi. Aktivitas tersebut
diduga disebabkan oleh kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak. Faktor-
faktor lingkungan memilliki pengaruh terhadap metabolit sekunder yang terdapat di
dalam suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya
L.) yang diperoleh dari daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali berdasarkan uji
skrining fitokimia.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu ekstraksi dengan maserasi
mengunakan etanol 96%, penetapan kadar air ekstrak, dan skrining fitokimia. Uji
skrining fitokimia yang dilakukan meliputi identifikasi minyak atsiri, alkaloid,
flavonoid, steroid, triterpenoid, glikosida, saponin, dan tanin. Hasil penetapan kadar
air menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki
kadar air sebesar 9,408 ± 0,761%. Hasil skrining fitokimia yang diperoleh berupa data
kandungan kimia dari ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) yang disajikan
dalam bentuk tabel. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
pepaya (Carica papaya L.) yang diperoleh dari daerah Ubud, Kabupaten Gianyar,
Bali mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, dan tanin.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kaya akan sumber tanaman obat yang secara turun-
temuruntelah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Masyarakat sekarang lebih
memilih untuk kembali ke alam walaupun perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin modern. Penggunaan obat tradisional menjadi pilihan utama karena
efek samping obat tradisional yang relatif kecil jika digunakan secara tepat dan tanpa
penyalahgunaan (Krisyanella, 2009).
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili caricaceae telah
banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Daun pepaya (Carica papaya L.)
mengandung alkaloid karpainin, karpain, pseudokarpain, vitamin C dan E, kolin, dan
karposid. Daun pepaya mengandung suatu glukosinolat yang disebut benzil
isotiosianat. Daun pepaya juga mengandung mineral seperti kalium, kalsium,
magnesium, tembaga, zat besi, zink, dan mangan (Milind dan Gurdita, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)
memiliki aktivitas farmakologi sebagai antelmintik, antimalaria, antibakteri, dan
antiinflamasi (Owoyele et al., 2008; Rehena, 2010; Bora, 2012; Nirosha dan
Mangalanayaki, 2013).
Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica
papaya L.) diduga berperan terhadap aktivitas farmakologi tersebut. Pemilihan pelarut
yang sesuai merupakan faktor penting dalam proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan
adalah pelarut yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang terdapat
dalam simplisia (Depkes RI, 2008).
Etanol memiliki rumus molekul C2H5OH, yang bersifat non polar dan OH
merupakan gugus yang bersifat polar, sehingga pelarut etanol dapat menarik
kandungan kimia yang bersifat polar maupun non polar. Selain itu, ekstraksi dengan
pelarut etanol lebih aman dibandingkan dengan pelarut methanol (Depkes RI, 2008)..
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar air dan kandungan kimia yang
terdapat di dalam ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) yang diperoleh dari
daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Penetapan kadar air bertujuan untuk
mengetahui batasan maksimal atau rentang besarnya kandungan air di dalam bahan
(Azizah dan Salamah, 2013).
Faktor- faktor lingkungan seperti iklim, cahaya matahari, suhu udara, lingkungan
atmosfer (CO2, O2, dan kelembaban), lingkungan perakaran (sifat kimia dan fisika
tanah), dan ketersediaan air di dalam tanah memiliki pengaruh terhadap hasil
metabolisme sekunder tanaman (Nitisapto dan Siradz, 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
Pepaya merupakan tanaman dari suku Caricaceae dengan Marga Carica. Marga
ini memiliki kurang lebih 40 spesies, tetapi yang dapat dikonsumsi hanya tujuh
spesies, diantaranya Carica papaya L. Tanaman pepaya berdasarkan struktur
klasifikasi Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :
Kerajaan :Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Brassicales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Daun (folium) merupakan tumbuhan yang penting dan umumnya tanpa tumbuhan
mempunyai sejumlah besar daun. Tyas (2008) mengatakan bahwa daun pepaya
merupakan daun tunggal, berukuran besar, menjari, bergerigi dan juga mempunyai
bagian-bagian tangkai daun dan helaian daun (lamina). Daun pepaya mempunyai
bangun bulat atau bundar, ujung daun yang lancip, tangkai daun panjang dan
berongga.
Permukaan daun licin sedikit mengkilat. Dilihat dari susunan tulang daunnya,
daun pepaya termasuk daun-daun yang bertulang menjari. Daunnya berkumpul di
pucuk batang
Tanaman pepaya dapat tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 1.00 m dpl.
Tanaman pepaya lebih cocok tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup tersedia
air), dengan curah hujan 1000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Di
daerah yang beriklim kering, yang mempunyai musim hujan 2-5 bulan dan
mempunyai musin memarau 6-8 bulan, tanaman pepaya dapat hidp dan masih mampu
berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang sesuai untuk pepaya
yaitu tanah yang subur yang ditandai dengan prioritas baik, mengandung kapur, dan
mempunyai pH 6-7. Tanaman pepaya lebih cocok ditanam di daerah terbuka (tidak
ternaungi) dan tidak trgenang air. Tanah yang berdrainase tidak baik menyebabkan
tanaman mudah tersrang penyakit terutama pada bagian akar (Anton, 2011)
Daun, akar dan kulit batang pepaya mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid.
Daun dan akarnya juga mengandung polifenol dan biji mengandung saponin (Depkes,
2000). Daunnya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo karpaina,
glikosid, karposid, dan saponin. Daun pepaya (Carica papaya L) mengandung
berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI , vitamin B1 0,15 mg, vitamin C
140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram,
kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk,
karpain, karposit, Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif
untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap.”
2.5.1.1 Alkaloid
Alkaloid yang terdapat di dalam daun papaya adalah alkaloid karpain. Alkaloid
karpain termasuk dalam golongan alkaloid piridina dan termasuk dalam kelompok
alkaloid sejati. Untuk identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan cara reaksi
pengendapan dan reaksi warna. Untuk reaksi pengendapan, larutan untuk
pengendapan alkaloid dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
1. Metode Ektraksi
Pada identifikasi alkaloid diperkirakan endapan yang terbentuk pada uji Mayer
tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan
merkurium (II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan
merah merkurium (II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka
akan terbentuk kalium tetraiodomerkura t(II). Alkaloid mengandung atom nitrogen
yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (McMurry, 2004).
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Pada uji alkaloid dengan pereaksi
Dragendorff, nitrogen pada alkaloid akan membentuk ikatan kovalen koordinat
dengan K+ yang merupakan ion logam sehingga terbentuk endapan (Miroslav, 1971).
Karpain adalah alkaloid yang terdapat dalam daun papaya. Rumus struktur dari
karpain adalah C28H50N2O4 terdiri dari dua substituen identik yakni cincin piperidin
berikatan dengan gugus ester. Alkaloid karpaina terdapat paling banyak dalam
tumbuhan suku Caricaceae, yaitu Carica papaya Linn atau yang kita kenal sebagai
pepaya. Hampir semua bagian dari Carica papaya mengandung alkaloid karpaina
(Claus dkk, 1970; Lewis, 1977)
Gambar 3 Struktur karpain dan diastromer (Hegnauer,1964)
Uji aktivitas antimalaria in vitro dilakukan terhadap hasil ekstraksi daun pepaya
yang dilarutkan dalam DMSO kemudian dilakukan pada lempeng multi titer datar
dengan 24 lubang. Pengujian dilakukan pada kultur parasit dengan tingkat parasitemia
1% dan hematokrit 5% dengan duplikasi percobaan. Setelah diinkubasi selama 48
jam, kultur dipanen dan dibuat sediaan lapisan darah tipis dengan pewarnaan Giemsa
10%, didiamkan selama 15 menit, dicuci dengan air dan dikeringkan, kemudian
dihitung persentase parasitemia dan persentase pertumbuhan Plasmodium falciparum
dan hambatannya, dengan menghitung jumlah eritrosit yang terinfeksi setiap 1000
eritrosit di bawah mikroskop. Fidock (2004) & Kohler (2002) melaporkan bahwa
suatu ekstrak yang memiliki efek antimalaria secara in vitro apabila memiliki nilai
IC50 sebesar 50 µg/ml, sedangkan pada tingkat fraksi IC50 lebih kecil dari 25µg/ml dan
isolate IC50 lebih kecil dari 1µg/ml. Laporan dari Santoso (1998) menujukkan bahwa
pada daun, bunga, akar papaya terdapat kandungan alkaloid karpine, sehingga bila
dikonsumsi rasanya pahit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili caricaceae. Khasiat
daun papaya diantaranya yaitu menambah nafsu makan, meluruhkan haid,
menghilangkan rasa sakit, memudahkan pengeluaran feses (mencegah konstipasi),
anti ambein dan berkhasiat pula sebagai antidiabetes, mencegah anemia, dan
antikanker. Kandungan yng terdapat dalam daun papaya yaitu alkaloid, saponin dan
flavonoid. Identifikasi senyawa kimia dari tanaman daun papaya dapat dilakukan
melalui uji ekstrak. Daun papaya mengandung senyawa antibakteri, antimalaria
DAFTAR PUSTAKA
Adi, L. T. (2007) Terapi Herbal berdasarkan Golongan Darah. Jakarta:Agro Media Pustaka
Anton Prayoga, 2011. Jurus Sukses Budidaya Pepaya Kalifirnia. Klaten: Abata Press. Hal 8-
13, 16-28
Azizah, B., dan N. Salamah. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik dan Perbandingan
Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit. Jurnal
Ilmiah Kefarmasian, 3(1): 21-30
Bora, A. M. A. B. 2012. Vermisidal dan Ovisidal Ektrak Daun Pepaya (Carica papaya L)
Terhadap Cacing Ascaris suum Secara In Vitro. (Skripsi). Denpasar: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana,pp 23, 24,26, 42.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Hegnauer.R., 1967, The Taxonomic Significance of Alkaloids, dalam Swain, T., (Ed),
Chemical Plant Taxonomy, Academic Press. London.
Krisyanella, Dachriyanus, Marlina. 2009. Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Serta Isolasi
Senyawa Aktif Antibakter dari Daun Karamunting ( rhodomyrtus tomentosa(W.Ait)
Hassk. Padang: Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
McMurry, J., dan R.C. Fat. 2004. Chemistry Fourth Edition. New Jersey: Prentice-Hall,Inc
Miroslav, V. 1971. Detection and Indification of Organic Compound. New York: Planum
Publishing Corporation and SNTC Publisher of Techinical Literatur
Nirosha, N., dan R. Mangalanayaki. 2013. Antibacterial Acitivy of Leavers and Stem Extract
of Carica papaya L. IJAPBC, 2(3):475
Nitisapto, M dan S.A Siradz. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Jahe
pada Beberapa Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan, 5(2):15-19
Raharjo, B. 2006. Uji kerentanan Aedes aegypti dari Surabaya, Palembang serta Beberapa
wilayah di Bandung terhadap Temephos. Institute Teknologi Bandung. Bandung
Rehena, J.F 2010. Uji Aktivitas Ektrak Daun Pepaya (Carica papaya Linn) sebagai
Antimalaria In Vitro. Jurnal Ilmu Dasar, 11(1):96-100
Tyass, W.S. 2008. Evaluasi Keragaan Pepaya (Carica papaya) di Enam Lokasi di Boyolali
Skripsi. Jurusan Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal