Anda di halaman 1dari 21

FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM XI

“Identifikasi Metabolit Sekunder I”

Disusun oleh :

Yuanita Erma Zakiya (19.71.020987)

Farmasi A

PROGRAM STUDI D – III FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN

Untuk melakukan indentifikasi metabolit sekunder pada simplisia tumbuhan

B. DASAR TEORI

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan herbal
sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu, sumber simplisia,
cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara yang baik. Simplisia
adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan sediaan herbal yang belum mengalami
pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang telah
dikeringkan. Biasanya, simplisia dijadikan obat-obatan tradisional dalam bentuk larutan,
serbuk, tablet, maupun kapsul. (Ditjen POM, 2005 dalam Ramadani, 2015).

Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia
mineral (Melinda, 2014 dalam Rahmatina, 2017).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan baku: kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa
faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian
tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan
asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
3. Pencucian: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.
4. Perajangan
5. Pengeringan: mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
6. Sortasi kering: tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan
8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Depkes, 1985).

Metabolit Sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme dan ditemukan dalm bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu
dan yang lainnya fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit,
menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. (Rasyid,2012 dalam Maimunah, 2015).

Beberapa senyawa metabolit sekunder memiliki aktivitas sebagai antioksidan.


Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh
(Hariana, 2006 dalam Maimunah, 2015).

Daun jambu biji (Psidium guajava L) tergolong daun tidak lengkap karena hanya
terdiri dari tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun
bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada daunnya bagian terlebar daun
jambu biji (Psidium guajava L) berada ditengah-tengah dan memiliki bagian jorong karena
perbandingan panjang : lebarnya adalah 1,5-2 : 1 (13-15:5,6-6 Cm). Daun jambu biji
(Psidium guajava L) memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki 1
ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu
tulang ke samping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan
kita pada susunan sirip ikan. Jambu biji (Psidium guajava L) memiliki ujung daun yang
tumpul, pada umumnya warna daun bagian atas tampak lebih hijau jika dibandingkan
sisi bawah daun. Tangkai daun berbentuk selindris dantidak menebal pada bagian
tangkainya (Ayuni Renata, 2012).

Kandungan kimia daun jambu biji (Psidium guajava L) antara lain : asam psidiolat,
asam ursolat, asam kategonat, asam oleanolat, asam guajavolat, asam krategolat, guajaverin,
isokuersetin, hiperin, senyawa flavonol, tanin, kasuarinin dan kuersetin (Hargono, 2003
dalam Ariani et al.,2008).
Salah satu kandungan kimia dari daun jambu biji (Psidium guajava L), yaitu
kuersetin, termasuk senyawa flavonoid yang mempunyai fungsi menghambat fusi membran
gamet landak laut saat terjadi fertilisasi. Kuersetin juga menghambat aktivitas hialuronidase
sehingga spermatozoa tidak dapat menembus kumulus menjelang fertilisasi. Dilaporkan pula
bahwa kuersetin juga dapat menghambat enzim sitokrom P-450 III A 4 dalam proses
hidroksilasi estradiol -17β menjadi estron dan selanjutnya menjadi estriol (Hargono, 2003
dalam Ariani, et all, 2008).

Sistematika dan klasifikasi tanaman jambu biji (Psidium guajava L) adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L (Yulinar Rochmasari, 2011).
Zat berkhasiat utama adalah zat penyamak 9 %, minyak atsiri yang berwarna
kehijauan dan berisi Egenol. Penggunaannya untuk anti diare, adstringens. Pemeriannya
adalah bau aromatik, rasa sepat. Bagian yang digunakan biasanya daun. Waktu panennya
biasanya dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6 – 9 bulan (Yulinar Rochmasari,
2011).
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga, L) termasuk dalam famili Zingiberaceae. Ada
dua jenis lengkuas (Alpinia galanga, L), yaitu lengkuas putih dan merah yang bisa
digunakan sebagai bumbu penyedap dan obat (Setiawan, 2009 dalam Kurnia, 2018).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkuas diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magniliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Liliopsida ( Berkeping satu/ monokotil )
Sub kelas : Commelinidae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L. Swartz (Setiawan, 2009 dalam Kurnia, 2018).
Rimpang lengkuas (Alpinia galanga, L) mengandung lebih kurang 1% minyak
atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri atas metil sinamat 48%, sineol 20-30%,
eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, d-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu, rimpang
juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut
kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa
senyawa flavonoid, dan lain-lain (Azwar, 2010 dalam Kurnia, 2018).

Minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung methyl cinamate 48%, cineol
2-30%, kamfer, d-pinen, galangin, dan eugenol (yang membuat pedas). Selain itu juga
mengandung sesquiterpene, camphor, galangol, cadinine, hydrate hexahydro cadalene, dan
kristal kuning (Fauzi, 2009 dalam Kurnia, 2018).

Salah satu spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah
secang (Caesalpinia sappan L.), tergolong tumbuhan herbal yang tumbuh alami pada hutan-
hutan sekunder. Secang (Caesalpinia sappan L.), mengandung senyawa fenolik seperti
flavonoid, mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas (Panovska et al., 2005
dalam Rahmawati, 2011 dalam Sari, 2016).

Senyawa antioksidan dari bahan alami atau tumbuhan memiliki kelebihan


dibandingkan dengan bahan sintetik karena residu yang dihasilkan lebih mudah terdegradasi
(Wijayakusuma et al., 1996 dalam Sari, 2016).

Secang (Caesalpinia sappan L.), dikenal di berbagai daerah di Indonesia dengan nama
lokal yang berbeda-beda, seperti seupeng (Aceh); sepang (Gayo); sopang (Batak); cacang
(Minangkabau); secang (Sunda); kayu secang, soga Jawa (Jawa); kaju secang (Madura); cang
(Bali); sepang (Sasak); supa, suang (Bima); sepel (Timor); ; hong (Alor); kayu sema (Manado);
dolo ; sapang (Makassar); seppang (Bugis); sefen (Halmahera Selatan); sawala, hiniaga,
sinyiang, singiang (Halmahera Utara); sunyiha (Ternate); dan roro (Tidore) (Direktorat Obat
Asli Indonesia, 2008 dalam Sari, 2016).
Klasifikasi secang (Caesalpinia sappan L.), adalah (Tjitrosoepomo, 1994 dalam
Fadliah, 2014 dalam Sari, 2016) :

Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Family : Caesalpiniaceae
Genus : Caesalpinia
Species : Caesalpinia sappan L
Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) hasil penapisan mengandung lima
senyawa aktif yang terkait dengan flavonoid baik sebagai antioksidan primer maupun
antioksidan sekunder (Safitri, 2002 dalam Sari, 2016). Telah diketahui ternyata flavonoid
yang terdapat dalam ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) memiliki sejumlah
kemampuan yaitu dapat meredam atau menghambat pembentukan radikal bebas hidroksil,
anion superoksida, radikal peroksil, radikal alkoksil, singlet oksigen, hidrogen peroksida
(Miller, 2002 dalam Sari, 2016).
Menurut Hariana (2006) dalam Sari, 2016 kandungan kimia kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) adalah salah satunya adalah Brazilin. Brazilin adalah golongan
senyawa yang memberi warna merah pada secang (Caesalpinia sappan L.) dengan struktur
C6H14O5 dalam bentuk kristal. Brazilin diduga mempunyai efek anti-inflamasi dan anti
bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli).
Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum) memiliki daun herbal kecil yang
memiliki banyak cabang dan sub unit. Daun barunya berbentuk oval dan daun yang lainnya
memanjang. Bunga berwarna putih, memiliki buah yang bergerombol dan berbentuk bulat.
Buah berbentuk mericarps biasanya disatukan oleh margin yang membentuk sebuah
cremocarp dengan diameter sekitar 2 - 4 mm, warna kecoklatan, kuning atau coklat,
gundul, terkadang dimahkotai oleh sisa-sisa sepals, memiliki bau aromatik. Ketumbar
(Coriandrum sativum) memiliki rasa yang berkarakteristik dan pedas. (British
pharmacopoeia, 2004 dalam Kinasih, 2020).
Taksonomi Ketumbar (Coriandrum sativum)
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Apiles
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum
(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2004 dalam Kinasih, 2020).
Ketumbar (Coriandrum sativum) mengandung komponen aktif yaitu vitamin, rasa,
peptida, mineral, asam lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan sel hidup
(Cristian D et al., 2013 dalam Kinasih, 2020).
Kandungan kimia terbesar dari Ketumbar (Coriandrum sativum) yaitu 1,8%
minyak atsiri. Penyulingan minyak mengandung 65-70% dari linalool (coriandrol), yang
tergantung pada sumbernya. Kandungan lainnya yaitu Monoterpene hidrokarbon α-pinene,
β-pinene, limonene, γ-terpinene, ρ-lymene, borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol dan
Geranylacetate; Hetero-cyclic compounds –pyrazine, pyridine, thiazole, furan,
tetrahydrofuran derivatives; Isocoumacin (coriandrin), dihyrocoriandrin, coriandrones A-
E, glazonoids; Phthalides-neochidilide, Z-digustilide; Phenolic acids, sterols, dan
flavonoid (Wallis, 2005 dalam Kinasih, 2020).
Bubuk ketumbar (Coriandrum sativum) dan minyak esensial ketumbar
(Coriandrum sativum) sebagai makanan preservatif alami termasuk sebagai antibakteri,
antifungi dan antioksidan (Politeo et al., 2007 dalam Kinasih, 2020).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa ketumbar (Coriandrum sativum) memiliki
efek farmakologi, diantaranya sebagai diuretik, antioksidan, antikonvulsan, sedatif,
antimikroba, antidiabetik, antimutagen serta antihelmintes (Pathak, et al., 2011 dalam
Kinasih, 2020).
Minyak atsiri biji ketumbar (Coriandrum sativum) telah lama digunakan dalam
makanan, wewangian, dan minuman keras industri farmasi sebagai rasa dan karminatif.
Dalam pengobatan digunakan sebagai antiseptik, aromatik kuat, stimulan, karminatif, anti-
spasmodik, ekspektoran, anti-spasmodik dan diuretik (Claudiu Nicolae et al, 2009 dalam
Kinasih, 2020).
BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan

 Tabung reaksi  Sampel tanaman


 Penyaring  Kloroform beramonia
 Pipet  Asam sulfat
 Rak tabung reaksi  Pereaksi Mayer
 Papan spot test  Pereaksi Dragendorf
 Spatula  Pereaksi Wagener
 Pelarut n-Heksana atau petroleum eter
 Metanol atau etanol
 HCl pekat
 Pita logam Mg
 Air suling
 FeCl3 1%
 Anhidrida asetat
B. CARA KERJA
 Skrining fitokimia alkaloid menggunakan metode Culvenor dan dan Fitzgerald

Siapkan alat dan bahan

Sampel tanaman sebanyak 5-10 gram diektraksi dengan


kloroform beramonia lalu disaring

Selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan 0,5-1 ml asam sulfat 2N


dan dikocok sampai terbentuk dua lapisan.

Lapisan asam (atas) dipipet dan dimasukkan ke dalam tiga buah


tabung reaksi.

Tabung reaksi yang pertama ditambahkan dua tetes pereaksi


Mayer

Tabung reaksi kedua ditambahkan dua tetes pereaksi Dragendorf

Tabung reaksi yang ketiga dimasukkan dua tetes pereaksi Wagener

Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan


putih pada tabung reaksi yang pertama dan timbulnya endapan
berwarna coklat kemerahan pada tabung reaksi kedua dan ketiga .
 Skrining fitokimia flavonoid dengan pereaksi Wilstater/Sianidin

Siapkan alat dan bahan

Sampel tanaman diektraksi dengan pelarut n-Heksana atau


petroleum eter sebanyak 15 ml kemudian disaring

Ekstrak yang diperoleh selanjutnya diekstraksi lebih lanjut


menggunakan metanol atau etanol sebanyak 30 ml

Selanjutnya, 2 ml ekstrak metanol atau etanol yang diperoleh


kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambah dengan 0,5 ml asam klorida pekat (HCl pekat) dan


3-4 pita logam Mg

Adanya flavonoid ditandai dengan warna merah, oranye dan


hijau tergantung struktur flavonoid yang terkandung dalam
sampel tersebut.

 Skrining fitokimia tannin dengan metode FeCl3

Siapkan alat dan bahan

Sebanyak 2 ml ekstrak air dari suatu bagian tanaman


ditambahkan ke dalam 2 ml air suling

Larutan ekstrak tersebut ditetesi dengan satu atau dua


tetes larutan FeCl3 1%

Adanya kandungan tanin ditandai dengan timbulnya


warna hijau gelap atau hijau kebiruan.
 Skrining fitokimia terpenoid dan steroid dengan pereaksi Lieberman-Burchard

Siapkan alat dan bahan

Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan


pelarut n-heksana atau petroleum eter sebanyak 10 ml kemudian
disaring.

Ekstrak yang diperoleh diambil sedikit dan dikeringkan di atas


papan spot test

Ditambahkan tiga tetes anhidrida asetat dan kemudian satu tetes


asam sulfat pekat.

Lakukan hal yang sama pada tanaman yang berbeda

Adanya senyawa golongan terpenoid akan ditandai dengan


timbulnya warna merah sedangkan adanya senyawa golongan
steroid ditandai dengan munculnya warna biru.
 Skrining fitokimia saponin

Siapkan alat dan bahan

Masukkan sampel tanaman pada tabung reaksi

Ditambahkan air panas pada tabung tersebut

Kocok tabung reaksi yang berisikan simplisia dan air


panas tersebut

Amati perubahan yang terjadi. Jika terbentuk busa


maka positif mengandung saponin
BAB III

HASIL PENGAMATAN

1. Psidii folium
Jenis uji kualitatif Pereaksi yang Hasil
No. fitokimia digunakan

1) Saponin Aquadest + (terdapat busa)


Asam asetat glacial + + (merah atau
2) Terpenoid
H2SO4 kuning)
3) Tannin Larutan FeCl3 10% + (hitam kebiruan)
Tetes kloroform + tetes
pereaksi mayer yang + (putih
4) Alkaloid
dilarutkan dalam kecoklatan)
aquadest dan HgCl2
+ (merah atau
5) Flavonoid Mg + HCl
kuning ada busa)
Asam asetat glasial + - (tidak ada
6) Steroid
H2SO4 perubahan warna)

2. Languatis rhizome
Jenis uji kualitatif Pereaksi yang Hasil uji
No.
fitokimia digunakan

1) Saponin Aquadest + (terdapat busa)


Terpenoid Asam asetat glacial + -(tidak ada
2) H2SO4 perubahan warna )

3) Tannin Larutan FeCl3 10% + (hitam kebiruan)


Alkaloid Tetes kloroform + tetes + (putih
pereaksi mayer yang kecoklatan)
4) dilarutkan dalam
aquadest dan HgCl2
Flavonoid Mg + HCl + (merah atau
5) kuning ada busa)
Steroid Asam asetat glasial + + (biru atau ungu)
6) H2SO4

3. Sapan lignum
Jenis uji kualitatif Pereaksi yang Hasil uji
No. fitokimia digunakan
Saponin Aquadest - (tidak terjadi
1)
perubahan warna)
Terpenoid Asam asetat glacial + + (merah atau
2) H2SO4 kuning)
Tannin Larutan FeCl3 10% - (tidak terjadi
3)
perubahan warna)
Alkaloid Tetes kloroform + tetes - (tidak terjadi
4)
pereaksi mayer yang perubahan warna)
Flavonoid dilarutkan
Mg + HCl dalam - (tidak terjadi
5) aquadest dan HgCl2
perubahan warna)
Steroid Asam asetat glasial + -(tidak terjadi
6)
H2SO4 perubahan warna)
4. Coriandri fructus
Jenis uji kualitatif Pereaksi yang Hasil uji
No.
fitokimia digunakan

1) Saponin Aquadest + (terdapat busa)


Terpenoid Asam asetat glacial + + (merah atau
2)
H2SO4 kuning)

3) Tannin Larutan FeCl3 10% + (hitam kebiruan)


Alkaloid Tetes kloroform + tetes + (ptih kecoklatan)
pereaksi mayer yang
4) dilarutkan dalam
aquadest dan HgCl2
Flavonoid Mg + HCl + (merah atau
5) kuning ada busa)
Steroid Asam asetat glasial + + ( biru atau ungu)
6) H2SO4

Keterangan :

(+) = menunjukkan bahwa teridentifikasi senyawa metabolit sekunder

(-) = menunjukkan bahwa tidak teridentifikasi senyawa metabolit sekunder.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kita akan melakukan Uji identifikasi pada metabolit sekunder disebut juga
dengan uji fitokimia. Metabolit sekunder yang sering ada pada simplisia tumbuhan yaitu
saponin, terpenoid, tannin, alkaloid, flavonoid dan steroid.

1. Saponin
Menambahkan sebanyak 0,5 ml sampel ke dalam 5 ml aquadest, lalu dihomogenkan selama 30
detik. Jika simplisia positif mengandung saponin maka akan terdapat buih atau busa.

2. Tannin
Mencampurkan 1 ml sampel dan 3 tetes larutan FeCl3 10 %. Jika simplisia positif mengandung
tannin maka akan terjadi perubahan warna lrutan pada lartan menjadi hitam kebiruan.

3. Terpenoid
Menambahkan sampel, asam asetat glasial dan H2SO4 masing-masing sebanyak 0,5 ml. Jika
simplisia positif mengandung terpenoid maka akan terjadi perubaha n warna sampel menjadi
merah atau kuning.

4. Flavonoid
Menambahkan sampel sebanyak 0,5 ml, serbuk Mg sebanyak 0,5 gram dan 5 ml HCl pekat yaitu
tetes demi tetes. Jika simplisia positif mengandung flavonoid maka akan terjadi perubahan warna
pada larutan yaitu menjadi merah atau kuning.

5. Steroid
Menambahkan sampel, asam asetat glasial dan H2SO4 masing-masing sebanyak 0,5 ml. Jika
simplisia positif mengandung steroid maka akan terjadi perubahan warna pada larutan sampel
menjadi biru atau ungu.

6. Alkaloid
Menambahkan sebanyak 0,5 ml sampel dan 5 tetes kloroform serta pereaksi mayer ( 1 gram
KI yang dilarutkan dalam 20 ml aquadest), kemudian ditambah lagi dengan 0,271 gram HgCl2
hingga larut. Jika simplisia positif mengandung alkaloid maka akan terjadi perubahan warna
larutan menjadi putih kecoklatan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sapan lignum mengandung flavonoid dan terpenoid
2. Coriandri fructus mengandung saponin, terpenoid, tannin, alkaloid, flavonoid dan
steroid.
3. Psidii folium mengandung saponin, terpenoid, tannin, alkaloid dan flavonoid.
4. Languatis rhizome mengandung saponin, tannin, alkaloid, flavonoid dan steroid.
DAFTAR PUSTAKA
 Ariani, Sri Retno Dwi, et all. 2008. Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.) sebagai Antifertilitas Kontrasepsi pada Tikus Putih (Rattus norvegicus).Solo:
Jurnal Universitas Sebelas Maret.
 Ayuni, Renata. 2012. Khasiat Daun-Daun Ajaib Tumpas Beragam Penyakit. Yogyakarta :
Alaska.
 Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Depkes.
 Kinasih, Firda Auliya Ciptaning. 2020. Pengaruh Ekstrak Biji Ketumbar (Coriandrum
sativum L.) Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale Secara In Vitro. Malang : Skripsi.
Universitas Muhammadiyah.
 Kurnia Winda, Susanti. 2018. Pengaruh Konsentrasi Kombinasi Carbomer dan Natrium
Carboxymethylcellulose sebagai Gelling Agent terhadap Karakteristik Fisik Sediaan Gel Gigi
Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga). Skripsi. Universitas Muhammadiyah :
Malang.
 Maimunah, Dewi. 2015. Identifikasi Metabolit Sekunder dan Bioaktifitas Ekstrak Metanol
Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus B.). Samarinda : Jurnal. Universitas
Mulawarman .
 Rahmadina, Selvi. 2015. Uji Cemaran Mikroba Pada Serbuk Simplisia Obat Tradisional.
Tugas Akhir. Medan : Universitas Sumatera Utara.
 Rahmatina. 2017. Gambaran Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pegagan
(Centella\asiatica.) Pada Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi. Karya Tulis Ilmiah.
Banjarmasin : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
 Sari, Ramdana. 2016. Secang (Caesalpinia sappan L.) : Tumbuhan Herbal Kaya Antioksidan.
Jurnal. Makassar : Balai Litbang Lingkungan dan Kehutanan .
 Yulinar, Rochmasari. 2011. Studi Isolasi Dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia
Dalam Fraksi Netral Daun Jambu Biji Australia (Psidium Guajava L.). Depok : Jurnal.
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai