2.1.1 Taksonomi
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Genus : Averrhoa
2.1.2 Morfologi
menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai
5
6
membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau,
bijinya berbentuk bulat telur, gepeng. Rasa buahnya yang asam, bisa
bilimbi L.) yaitu yang menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning
muda atau sering pula dianggap berwarna putih (Thomas, 2007 : 17).
sampai 5 tahun dan dapat berbuah sepanjang tahun (Soeryoko, 2008 : 36)
7
2.2 Flavonoid
(Robinson, 1995).
bebas yang bersifat merusak. Senyawa ini akan memberikan warna pada buah
dan bunga. Umumnya flavonoid terdapat pada bagian daging dan kulit buah.
Contohnya, chery, anggur dan beberapa jenis bunga. (Winarto, 2004 : 12).
mengubah reaksi tubuh terhadap senyawa lain, seperti alergen, virus dan zat
menekan produksi histamin yang memicu gejala alergi yang terdapat pada
beberapa buah dan sayuran. Seperti pada biji teratai dan kulit anggur.
aglikon dan sebagian kecil gula (Suhanda dan Cahanar, 2006 : 163).
2.3 Simplisia
nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati
eksudat tanaman. Eksudat tanaman didefinisikan sebagai isi sel yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara
tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui
pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh
cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut
2.4 Maserasi
Istilah maserasi berasal dari bahasa latin yaitu maserare, yang artinya
sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk
simplisia yang halus (Voight, 1994). Dalam maserasi ini digunakan larutan
ini harus terendam semua dalam penyari sampai meresap dan melemahkan
susunan sel daun sehingga zat-zat kimia yang terkandung dalam simplisia akan
1989).
maserasi karena cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi. Tetapi juga memiliki
larutan penyari. Larutan penyari yang baik harus memenuhi kriteria yaitu
murah, mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak
mudah terbakar, selektif yaitu hanya mudah menarik zat yang dikehendaki,
etanol 70% dengan pertimbangan bahwa etanol 70% yang bersifat semi polar.
Etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang
penyari, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk, diserkai, diperas, dan dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air etanol atau
pelarut lain. Bila cairan penyari di gunakan air maka untuk mencegah
12
2.5 Ekstrak
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Dep.Kes RI 1995 : 7).
semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi
larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut (Dep.Kes RI 1986 : 2).
sifat dari bahan mentah obat dan dara penyesuaian dengan tiap macam
atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan
b. Ekstrak kental, sediaan ini kuat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
2.6 Salep
mudah digunakan sebagai obat luar, bahan obat harus larut atau
terdistribusi homogen dalam dasar salep yang cocok (Dep.Kes RI, 1979
: 33). Salep merupakan sedian setengah padat dan sediaan yang mudah
seperti infeksi kulit yang ringan, gatal-gatal, luka bakar, sengatan atau
gigitan serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit atau pengerasan
kulit, eksim, kutil, ketombe, jerawat, dan penyakit kulit ringan lainnya
berair dan rangsangan kulit (Anief, 2000 : 110). Kualitas fisik salep
dengan spesifikasi sebagai berikut, yaitu: secara kimia dan fisika stabil,
dan basis salep serap. Basis salep yang digunakan harus tidak merusak
zat aktif. Selain itu, basis salep harus memenuhi syarat basis yang ideal
(Voigt, 1995 : 313). Secara umum jenis basis salep terbagi dalam :
tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak
e. Salep putih adalah dasar salep yang terdiri dari 5 gram malam
yang sudah menjadi emulsi air dalam minyak, misalnya lanolin dan
cold cream. Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak
tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air (Ansel, 1989 :
504).
504).
dikatakan dapat dicuci air, karena sifatnya yang mudah dicuci dari
kulit atau di lap basah. Dikenal pula dengan sebutan cream. Dasar
bahan obat dan keuntungan lain dari dasar salep ini dapat diencerkan
obat dapat lebih efektif apabila menggunakan dasar salep ini dari
Dasar salep ini disebut juga dasar salep yang tidak berlemak,
yang terdiri dari konstituen larut air. Karena dasar salep ini mudah
1989 : 506).
seperti salep. Melunak atau meleleh jika digunakan pada kulit. Dasar
18
salep larut dalam air oleh adanya gugus polar dan ikatan eter yang
merupakan hal yang sangat penting dan menentukan efek terapi serta
bentuk sediaan (Ansel, 1989 : 506). Preparat salep yang ideal adalah
secara luas cocok untuk semua jenis. Sehingga semua hal ini harus
yang baik. Ada kalanya perlu menggunakan dasar salep yang kurang
dasar salep yang secara umum menyediakan segala sifat yang paling
1. Metode Pencampuran
Pada skala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli
lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan
2. Metode Peleburan
larutan yang telah panas, komponen yang larut air, yang dibuat
antara lain:
1. Uji Organoleptis
2. Uji Homogenitas
tercampur merata. Hal tersebut untuk menjamin bahwa zat aktif yang
yang dapat menyebar pada kulit dan dengan cepat pula memberikan
4. Uji Pengukuran pH
1995 : 1039).
memiliki daya lekatnya terlalu lemah maka efek terapi tidak terjadi
mekanik, panas dan kimia. Hal ini untuk mencapai kriteria salep
1. Cera Alba
sarang lebah Apis mellifera L. Pemerian zat padat, lapisan tipis bening,
putih kekuningan, bau khas lemah (Dep.Kes RI, 1979 : 140). Penggunaan
2. Vaselin Putih
fungsi utama sebagai emolien. Vaselin putih berupa massa lunak putih,
tembus cahaya, tidak berbau dan tidak berasa. Vaselin praktis tidak larut
dalam air, gliserin, etanol, dan aseton. Penggunaanya sebagai basis salep
topikal hingga 100 % (Rowe dkk., 2009 : 482), larut dalam kloroform,
3. Asam Stearat
dalam 2 bagian kloroform P, dan 3 bagian eter P (Dep.Kes RI, 1979 : 57).
4. Trietanolaminum (TEA)
Pemerian cairan kental, tidak berwarna hinggá kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopis. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam
untuk emulsifikasi adalah 2-4 % v/v trietanolamina dan 2-5 kali dari asam
5. Lanolin
kuning dan jernih. Lanolin bersifat mudah larut dalam benzen, kloroform,
eter, dan praktis tidak larut dalam air. Lanolin mungkin mengandung
prooksidan yang akan berefek pada bahan obat tertentu. Lanolin dapat
digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan lebih mudah dipakai.
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 % C8H8O8. Digunakan sebagai zat tambahan dan zat pengawet
Kelarutan larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian
7. Gliserin (Gycerolum)
tidak larut dalam kloroform, eter dan dalam minyak lemak. Pemerian
cairan seperti sirup, jernih, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.
8. Aquades
2.8 Hipotesis
1. Ada pengaruh perbedaan jenis basis salep terhadap sifat fisik sediaan salep
ekstrak maserasi buah belimbing wuluh adalah salep dalam basis serap