Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 3
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOIDA
(Ekstrak Psidium guajava)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK : 1
KELAS : D
1. Muhamad Lutfi Irfan Syafii (202010410311042)
2. Diva Salesia (202010410311108)
3. Tyara Kusuma Wardhani Wahyudi (202010410311301)
4. Hana Septi Widiani (202010410311334)

DOSEN PEMBIMBING :
apt. SITI ROFIDA, S.Si, M.Farm
apt. AMALIYAH DINA ANGGRAENI, M.Farm
apt. DITA AYUNITA WINATA, S.Farm
DHEA AULIA PUTRI., S.Farm

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoida dalam
tanaman Psidium guajava L.
1.2 Tinjauan Pustaka
A. Definisi Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji merupakan salah satu tumbuhan tropis yang secara empiris
digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Tumbuhan ini termasuk dalam familia
Myrtaceae (Wibisono, 2011). Buah jambu biji dapat bermanfaat sebagai
makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung
vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji
mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol. Tidak
hanya buahnya, pohon, daun, akar, dan kayunya juga memiliki banyak manfaat
antara lain: pohonnya sering digunakan sebagai pembatas di pekarangan dan
sebagai tanaman hias, daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat
tadisional, dan kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memiliki kayu
yang kuat dan keras (Budiarto, 2011)
Jambu biji tersebar dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia hingga Asia
Selatan, diantaranya India dan Sri Lanka. Jambu di beberapa tempat dikenal
sebagai jambu klutuk (Jawa), jambu paratugala (Makassar), jambu bigi
(Madura), sotong (Bali), galiman (Batak), glima breuh (Aceh) dan kayawase
(Maluku). Di Indonesia, terdapat banyak macam-macam jenis jambu biji yang
dibudidayakan. Salah satunya adalah jambu kristal. Ciri utama dari buah jambu
kristal adalah memiliki daging buah tebal yang berwarna putih, kulit luar
berwarna hijau muda, memiliki sedikit biji dengan persentase 3%, kandungan air
sedikit, memiliki rasa manis, serta bertekstur renyah. (Dinyanti, 2021)
B. Taksonomi Jambu Biji (Psidium guajava)
 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Viridiplantae
 Infrakigdom : Streptophyta
 Superdivisi : Embryophyta
 Divisi : Tracheophyta
 Subdivisi : Spermatophytina
 Kelas : Magnoliopsida
 Superordo : Rosanae
 Ordo : Myrtales
 Suku : Myrtaceae
 Marga : Psidium
 Jenis : Psidium guajava L.
(ITIS, 2021)
C. Morfologi Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur
maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak.
Tanaman jambu biji (Psidium Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m
sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.
Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan
(Anggraini, 2010).
Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun bertangkai.
Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada daunnya bagian terlebar daun jambu
biji (P. Guajava L.) berada ditengah-tengah dan memiliki bagian jorong karena
perbandingan panjang : lebarnya adalah 1,5 - 2 : 1 (13 - 15 : 5,6 - 6 Cm). Daun
jambu biji (P. Guajava L.) memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun
ini memiliki 1 ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan tangkai daun dari ibu tulang ke samping,keluar tulang-tulang cabang,
sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip ikan. Jambu biji
memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun bagian atas
tampak lebih hijau jika dibandingkan sisi bawah daun. Tangkai daun berbentuk

selindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya (Ayuni, 2012).

Gambar 1. Jambu Biji (Psidium guajava)

D. Manfaat Jambu Biji (Psidium guajava)


Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik
untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang
telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki kandungan yang banyak
bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti
mikroba dan analgesik (Dalimartha, 2000). Daun jambu biji berkhasiat
adstringen (pengelat), antidiare, antiradang. Buah berkhasiat antioksidan karena
kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
daya tahan tubuh (Elimamet al, 2009)
Pada umumnya daun jambu biji (Psidium guajava L.) digunakan untuk
pengobatan seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak,
kadar kolesterol darah meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan
kumur atau sakit gigi dan demam berdarah (Ningrum, 2013).
E. Kandungan Kimia Jambu Biji (Psidium guajava)
Ekstrak daun jambu biji putih mengandung senyawa saponin, tanin
steroid, flavonoid, alkaloid dan riterpenoid. Beberapa senyawa tersebut
mempunyai aktivitas antioksidan salah satunya adalah senyawa golongan
flavonoid, karena kemampuannya yang dapat mereduksi radikal bebas.
Golongan flavonoid meliputi kalkon, flavon, isoflavon, flavonol, flavanon dan
katekin mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Maulana, dkk., 2016).

F. Golongan Senyawa, Klasifikasi dan Pembagian Struktur Flavonoida


I. Definisi
Salah satu metabolit sekunder yang penting pada tumbuhan
adalah flavonoid yang merupakan turunan dari 2-phenyl-benzyl-γ-pyrone
dengan biosintesis menggunakan jalur fenilpropanoid. Flavonoid pada
tumbuhan berperan memberi warna, rasa pada biji, bunga, dan buah serta
aroma (Mierziak et al., 2014), serta melindungi tumbuhan dari pengaruh
lingkungan, sebagai antimikroba, dan perlindungan dari paparan sinar
UV. Dalam bidang kesehatan, flavonoid berperan sebagai anti bakteri,
anti oksidan, anti inflamasi, dan anti diabetes (Panche et al., 2016).
Dalam perkembangannya, hingga tahun 2011 ditemukan lebih
dari 9000 flavonoid dan telah digunakan untuk suplemen kesehatan
(Wang et al., 2018). Flavonoid dibagi menjadi beberapa sub kelompok
berdasarkan substitusi karbon pada gugus aromatik sentral (C). Sub
kelompok tersebut adalah: flavon, flavonols, flavanone, flavanol/
katekin, antosianin dan kalkon (Panche et al., 2016).
Flavonoid merupakan kelompok polifenol dan diklasifikasikan
berdasarkan struktur kimia serta biosintesisnya (Seleem et al., 2017).
Struktur dasar flavonoid terdiri dari dua gugus aromatik yang
digabungkan oleh jembatan karbon (C6-C3-C6) (Uzel et al., 2005).
Flavonoid diklasifikasikan sebagai flavon, flavanone, flavonol, katekin,
flavanol, kalkon dan antosianin (Panche et al., 2016). Pembagian
kelompok flavonoid didasarkan pada perbedaan struktur terutama pada
substitusi karbon pada gugus aromatik sentral dengan beragamnya
aktivitas farmakologi yang ditimbulkan (Wang et al., 2018).
II. Klasifikasi dan Pembagian Struktur Flavonoida
a. Flavon
Flavon merupakan flavonoid yang sering ditemukan pada daun,
buah dan bunga dalam bentuk glukosida. Beberapa contoh senyawa
flavon adalah : apigenin, luteolin, luteolin-7- glukosida, akatekin, dan
baicalin (Cushnie and Lamb, 2005). Struktur flavon sendiri terdiri dari
ikatan rangkap antara posisi 2′dan 3′, serta memiliki keton pada posisi 4.
Sebagian besar flavon memiliki gugus hidroksil pada posisi 5. Tanaman
yang banyak mengandung flavon diantaranya adalah seledri, kamomil,
daun mint, dan ginkgo biloba (Panche et al., 2016).
b. Flavonol
Flavonol merupakan flavonoid dengan gugus keton. Senyawa
flavonol diantaranya adalah kuersetin, mirisetin, fisetin, galangin, morin,
rutin, dan robinetin (Cushnie and Lamb, 2005). Perbedaan antara flavonol
dengan flavon terdapat pada gugus di posisi 3 pada cincin C yang
memungkinkan terjadinya glikosilasi.Aktivitas farmakologi yang dimiliki
flavonol adalah antioksidan. Gugus aromatic cincin B merupakan gugus
yang bertanggung jawab atas aktivitas flavonol karena ikatan rangkap
konjugasi pada nomor 2′ dan 3′ memiliki kemampuan untuk perpindahan
elektron dari cincin B menuju radikal bebas dan memecah radikal bebas
(Makris et al., 2006). Tanaman yang banyak mengandung flavonol
adalah: tomat, apel, anggur, bawang, beri dan lain lain (Panche et al.,
2016).
c. Flavanon
Flavanon merupakan flavonoid yang paling banyak terdapat pada
famili Compositae, Leguminosae dan Rutaceae. Senyawa itu terdapat pada
akar, batang, bunga, buah, biji, dan rizoma (Brodowska, 2017). Senyawa
flavanol diantaranya adalah naringin, naringenin, ponkiretin, pinocembrin,
dan lonchocarpol A (Cushnie and Lamb, 2005). Ciri dari flavanon ini
adalah cincin C yang saturasi, memiliki ikatan rangkap diantara posisi 2
dan 3 dan ini yang membedakan dengan flavon. Tumbuhan yang banyak
mengandung flanavon adalah jeruk, anggur dan lemon (Panche et al.,
2016). Aktivitas farmakologi flavanone adalah antioksidan dan
antiinflamasi. Sebagai antioksidan flavanone berperan dalam memecah
radikal bebas oleh gugus OH sedangkan pada antiinflamasi flavanone
menginhibisi pembentukan sitokin pro- inflamasi pada makrofaga,
mengurangi produksi nitrat dan nitrit yang menjadi indikator proses
inflamasi (Bodet et al., 2008; Inês Amaro et al., 2009).
d. Flavanol
Flavanol atau disebut juga katekin, merupakan derivat dari
flavanone dengan penambahan gugus hidroksi. Perbedaan yang mencolok
yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada posisi 2 dan 3 serta gugus hidroksi
yang selalu menempel di posisi 3 pada cincin C (Panche et al., 2016).
Flavanol banyak ditemukan pada tumbuhan seperti teh, kiwi, apel, kokoa,
dan anggur merah. Mengkonsumsi flavanol sebanyak 176-185 mg terbukti
menstimulasi kadar nitrit oksida pada darah perokok dengan mekanisme
meningkatkan dilatasi pembuluh darah. Senyawa flavanol diantaranya
adalah katekin, epikatekin, dan galokatekin yang dapat dibagi lagi menjadi
turunan yang lebih kompleks (Brodowska, 2017).
G. Identifikasi Senyawa
1. Uji Warna
Uji flavonoid berdasarkan reaksi warna :
a. Metode Bate Smith-Metchalf
Menurut Marliana (2005) uji flavonoid dengan ditambahkan HCl pekat
kemudian dipanaskan pada penangas air, jika terjadi perubahan warna merah tua
sampai ungu menunjukkan hasil yang posistif.
b. Metode Wilstater
Ekstarak daun ditambahkan HCl dan logam Mg, ketika berubah menjadi
warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua
diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh
aglikon atau glikosida. Tujuan ditambahkan logam Mg dan Hcl pekat pada
metode ini adalah untuk ereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur
flavonoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi jingga atau merah (Hassan
& Laily, 2014).
2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah proses pemisahan yang tergantung pada perbedaan
distribusi campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Fase diam dapat
berupa pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk mengalir
(kromatografi kolom) atau berupa pembentukan lapis tipis dimana fase gerak
dibiarkan untuk naik berdasarkan kapilaritas (kromatografi lapis tipis). Perlu
diperhatikan bahwa senyawa yang berbeda memiliki koefisien partisi yang
berbeda antara fase gerak dan diam Senyawa yang berinteraksi lemah dengan
fase diam akan bergerak lebih cepat melalui sistem kromatografi. Senyawa
dengan interaksi yang kuat dengan fase diam akan bergerak sangat lambat
(Christian, 1994; Skoog, 1993).
Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi, dimana sebagai
fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penyerap) dan fase gerak
adalah zat cair yang disebut sebagai larutan pengembang (Gritter dkk., 1991).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk memisahkan senyawa- senyawa
yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam
digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silika gel atau alumina. Silika gel
biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada
lapisan dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa
digunakan adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 2002). Metode dalam KLT
dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan persamaan :
1.3 Prosedur Kerja
A. Alat dan Bahan

NO. ALAT BAHAN

1. Ekstrak Psidium Guajava


Pipet
2. Tisu n-heksana
3. Kain Lap Etanol

4. Tabung Reaksi Aquadest


5. Label HCL Pekat
6. Penjepit Kayu Butanol
7. Alumunium Foil Magnesium
8. Pinset Kloroform
9. Vial 10 Ml Pereaksi Sitrat Borat
10. KLT Kiesel Gel GF 254

B. Deskripsi Prosedur Kerja


 Preparasi sampel
- 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam
tabung reaksi sampai fase n-heksan tidak berwarna
- Residu dilartukan dalam 20 mL etanol dan dibagi menjadi 4 bagian,
masing-masing disebut sebagai larutan VIA, VI B, VIC, VID
 Reaksi Warna
1. Uji Wilstater
- Larutan VI A sebagai blanko, larutan VI B ditambaj 0,5 ml HCl pekat
dan 4 potong magnesium
- Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2 mL air
suling melewati dinding tabung, kemudian 1 ml butanol secara
perlahan-lahan melewati dinding tabung
- Diamati warna yang terjadi disetiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya
flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavanon
2. Uji Bate Smith Matecalve
- Larutan VI A sebagai blanko, larutan VI B ditambah 0,5 ml HCl pekat
dan diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan diatas
penangas air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi
- Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu
menunjukkan adanya senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan
blanko)
 Kromatografi Lapis Tipis
- Larutan IIID dan fase n-heksan pada fase diam ditotolkan pada fase
diam.
- Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : Lapisan tipis selulosa (diganti Kiesel Gel 254)
Fase gerak : Kloroform:aseton:asam formiat(6:6:(I gtt))
Penampak noda : Pereaksi Sitrat Borat atau Atau Asam Sulfat 10%
- Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna
kuning intensif. 4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia
akan hilang secara perlahan ketika amonianya menguap meninggalkan
noda. 5. Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-
borat sifatnya permanen.
-
C. Bagan Alir
a. Preparasi sampel

0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam


tabung reaksi sampai fase n-heksan tidak berwarna

Residu dilartukan dalam 20 mL etanol dan dibagi menjadi 4


bagian, masing-masing disebut sebagai larutan VIA, VI B, VIC,
VID
b. Reaksi Warna
Uji Wilstater

Larutan VI A sebagai blanko, larutan VI B ditambaj 0,5 ml HCl


pekat dan 4 potong magnesium

Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2


mL air suling melewati dinding tabung, kemudian 1 ml butanol
secara perlahan-lahan melewati dinding tabung

Uji Bate Smith Matecalve

Larutan VI A sebagai blanko, larutan VI B ditambah 0,5 ml


HCl pekat dan diamati perubahan warna yang terjadi,
kemudian dipanaskan diatas penangas air dan diamati lagi
perubahan warna yang terjadi

Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu


menunjukkan adanya senyawa leukoantosianin
(dibandingkan dengan blanko)
c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Larutan IIID dan fase n-heksan pada fase diam ditotolkan pada fase
diam.

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

1. Fase diam : Kiesel gel GF 254


2. Fase gerak : Kloroform:aseton:asam formiat(6:6:(I gtt))
3. Penampak noda : pereaksi sitrat borat, atau uap amonia,
atau asam sulfat 10%
D. Skema Kerja
a. Preparasi Sampel
-

b. Reaksi Warna
 Uji Bate-Smith dan Metcalf
 Uji Wilstater
c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karnunika.

Anggraini, Septia. 2010. Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch
Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta

Anggraini, Noviana. 2019. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B pada Lipstik dan
Perona Pipi yang di Pasarkan di Pasar Tengah Bandar Lampung.
Undergraduate thesis. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Ayuni, Renata. 2012. Khasiat Selangit Daun-Daun Ajaib Tumpas Beragam


Penyakit. Alaska.
Yogyakarta. hlm. 130
Brodowska, K.M., 2017. Natural flavonoids: classification, potential role, and
application of flavonoid analogues. Eur. J. Bioological Res. 7, 108–123.
Budiarto, A. 2011. Ketertarikan lalat buah (Bactrocera sp) terhadap atraktan nabati
dan non nabati.
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “veteran”,
Surabaya.
Cushnie, T.P.T., Lamb, A.J., 2005. Antimicrobial activity of flavonoids.Int. J.
Antimicrob. Agents 26, 343–356.
Dalimartha, Setiawan. 2000 Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia, Trubus
Agriwidya, Jakarta, hlm. 73. Integrated Taxonomic Information System. 2021.
Psidium guajava

Kumar, S., Pandey, A.K., 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids:
An Overview. Sci. World J. 1–16.

Maulana, Egi Azikin; I. A. R. Astiti Asih; dan Made Arsa. 2014. Uji Kualitatif
Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Palado (Agave angustifolia) yang
Diekstraksi dengan Pelarut Air dan Etanol. J. Akad. Kim. 3(3): 165-172

Ningrum, Retno Aria. 2013. Pemanfaatan Tumbuhan Jambu biji Sebagai Obat
Tradisional. Universitas Negeri Yogyakarta. Jogjakarta.

Sun, C., Wu, Z., Wang, Z. and Zhang, H., 2015. Effect of ethanol/water solvents on
phenolic profiles and antioxidant properties of Beijing propolis extracts.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2015.

Anda mungkin juga menyukai