Anda di halaman 1dari 38

Saluran

Pencernaan
Kelompok 1
2 Anggota Kelompok :

1. Muhamad Lutfi I. S 202010410311042


2. Amalia Ghassani A 202010410311082
3. Faʼisha Amelia 202010410311084
4. Annisya Ainani C. G 202010410311094
5. Atika Royani Salma 202010410311100
Gastritis

3
4 Definisi

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung


yang bersifat secara akut, kronis difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri,
obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan atau
perlukuann yang menyebabkan erosi pada lapisan - lapisan tersebut dengan
gambaran klinis yag ditemukan berupa dispepsi atau indigesti (Wong L, 2014).

Proses inflamasi pada lambung menyebabkan mukosa lambung terasa


sehingga seringkali penderita dapat merasakan mual, muntah dan nyeri pada ulu
hati. Sehingga penyakit ini sering menyebabkan kekambuhan oleh beberapa faktor
(Melani, 2016).
5 Klasifikasi

• Gastritis Akut adalah penyakit yang diakibatkan


peradangan pada dinding lambung, untuk
melindungi lambung dilapisi oleh lendir mukus
yang cukup tebal. Inflamasi akut mukosa lambung
pada sebagian besar merupakan penyakit ringan
dan sembuh sempurna.

• Gastritis Kronis adalah peradangan dilapisan


lambung yang terjadi cukup lama. Penderita
mengalami nyeri ulu hati perlahan dan dalam
waktu yang cukup lama (Angas, 2016). Suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun (Muttagin, 2011).
6 Etiologi
1. Obat-obatan, seperti antinflames nonsteroid / DAINS (indometasin, ibuprofen dan asam
salisilat) sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (Mitomisin,
5-fluoro-2-deokyurine), salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung
2. Minuman beralkohol seperti: whisky voelka dan gin
3. Infeksi bakteri seperti H. pylor (paling sering) H. heilmani, streptococci, staphylococci,
proteus, spesies clostridium spesies, E coli, tuberculosis dan secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5. Infeksi jamur: candidiasis, hisstoplasmosis, dan phycomycopsis.
6. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berburbumbu dan minuman
dengan Kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung.
(Muttagin, 2011)
7 Epidemilogi

Epidemiologi gastritis diduga cukup tinggi. Diperkirakan sekitar 50% populasi dunia
terinfeksi dengan Helicobacter pylori, dimana data epidemiologi menunjukkan prevalensi yang
tertinggi berada di Asia dan negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Dengan demikian
hampir setengah populasi dunia menderita gastritis kronis. Di negara-negara berkembang,
sekitar 30%-50% infeksi Helicobacter pylori ini terjadi pada anak-anak dan mencapai 60% pada
orang usia lanjut. Pada autoimun gastritis, penderita wanita diperkirakan lebih banyak
daripada pria dengan perbandingan 3:1 (Satin 2019).
8 Patofisiologi
8 Lanjutan patofisiologi

Sumber : Dewit, Stromberg & Dallred (2016) dan Price and Wilson, 2012
8 patofisiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit
lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum
alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan
penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID
aspirin dan ibuprofen. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid (NSAID:
misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida, steroid, dan digitalis. Asam
empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung
(Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
Respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah
menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus
yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis. Organisme
tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,
meninggalkan daerah epitel yang gundul mengakibatkan timbulnya rasa nyeri pada bagian
lambung seseorang yang mengalami gastritis karena terjadi inflamasi atau peradangan
pada mukosa lambung (Price and Wilson, 2012 dalam Rostina, 2022).
9 Manifestasi klinis
Manifestasi klinik menurut Brunner & Suddarth (2013)
1. Gastritis akut
Awalan gejala berlangsung cepat : ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala,
kelesuhan, mual, anoreksia, muntah, dan cegukan.
2. Gastritis kronis
a. Keluhan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa asam di mulut,
atau mual dan muntah
b. Pasien gastritis kronis akibat defisiensi vitamin biasanya diketahui mengalami
malabsorbsi vitamin B12.

(Mahmudah, 2018)
10 Manajemen Terapi
Pengobatan ini meliputi (Sukarmin, 2018) :
1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium, Antasida dapat meredakan mulas ringan atau
dyspepsia dengan cara menetralisasi asam diperut.
2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidin dan ranitidin. H2 blocker mempunyai dampak penurunan
produksi asam dengan mempengaruhi langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat
rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
3. Pompa Proton Inhibitor (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini bekerja
menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap elektron yang menimbulkan potensial aksi
saraf otonom vagus. PPI diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung daripada H2
blocker
4. Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka panjang NSAID (Nonsteroid Antiinflamasi Drugs)
seperti aspirin, aspilet, maka penderita disarankan untuk berhenti minum NSAID, atau beralih ke kelas
lain obat untuk nyeri.
5. Jika penyebabnya adalah Helycobacter pylori maka perlu penggabungan obat antasida, PPI dan
antibiotik seperti amoksisilin dan klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan kanker atau ulkus diusus
(Sukarmin, 2018)
2.
Diare
14 Definisi

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar
lebih dari tiga kali sehari dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair yang mungkin dapat disertai dengan
muntah atau tinja yang berdarah (WHO, 2017). Diare adalah suatu kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2011).
15 Klasifikasi Diare

1. Diare Akut (berlansung selama kurang dari 14 hari)


2. Diare Kronis (diareyang berlangsung lebih dari 14 hari)
16 Etiologi dan epidemiologi Diare

Diare disebabkan oleh sejumlah organisme bakteri, virus dan parasit,


yang sebagian besar disebarkan oleh air yang tercemar feses. Infeksi lebih
sering terjadi ketika sanitasi yang buruk dan kebersihan air yang aman
untuk minum, memasak dan membersihkan kurang memadai. Rotavirus
dan Escherichia coli adalah dua agen etiologi paling umum dari penyebab
diare sedang hingga berat di negaranegara berpenghasilan rendaj
(Who,2017)
17 Etiologi dan epidemiologi Diare

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar


kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika
Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per
tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di
seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi
data mortalitas nasional melaporkan 7 lebih dari 28.000 kematian akibat
diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain
itu, diare masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia,
meskipun tatalaksana sudah maju (WHO, 2015).
18 Patofisiologi
19 Manifestasi Klinik

❏ Muntah - muntah
❏ Tenesmus
❏ Hematocheza
❏ Nyeri perut
20 Manajemen Terapi
Terapi Farmakologi Terapi NON Farmakologi
❏ Terapi Simptomatik (Anti diare) ❏ Tidak makan sembarangan
Gol obat : Anti mukolitik, terutama makanan mentah.
defenoksilat dll. ❏ Mengkonsumsi air bersih dan sudah
❏ Rehidrasi menggunakan cairan direbus .
oralit ringan dengan penggunaan IV ❏ Mencuci tangan setelah
❏ Terapi definite (edukasi yang jelas beraktivitas.
sangat penting dalam upaya ❏ Memberikan asi yang eksklusif
pencegahan higenis, sanitas selama 6 bulan sampai 2 tahun.
lingkungan) ❏ Memverikan pendamping ASI sesuai
umur untuk mencegah dehidrasi
(Wiffen,20140
Konstipasi

21
22 Definisi

Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses


(tinja) dalam usus besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan
dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya gerakan peristaltik
pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar dan
timbul perasaan tidak nyaman pada perut (Akmal dkk, 2010).
23 Klasifikasi
Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan
lamanya keluhan yaitu konstipasi akut dan
konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut bila
keluhan berlangsung kurang dari 4 minggu.
Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung
lebih dari 4 minggu disebut konstipasi kronik.
Penyebab konstipasi kronik biasanya lebih
sulit disembuhkan. (Kasdu, 2015)
24 Etiologi
Sembelit dapat terjadi di segala usia dan terjadi di sekitar 16% dari
semua orang dewasa dan 1/3 dari lansia dengan usia 60 tahun. Lebih dari 8
juta kunjungan ke dokter, 1,1 juta di rawat inap, dan 5,3 juta mendapatkan
resep setiap tahunnya (Dipiro,2015).
25 Etiologi
1. Pola hidup ; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar
yang tidak teratur, kurang olahraga.
2. Obat-obatan
3. Kelainan struktural kolon, tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum,
magakolon.
4. Penyakit sistemik, hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus.
5. Penyakit neurologik, hirschprung, lesi medulla spinalis, neuropati otonom.
6. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.
7. Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronis
8. Irritable Bowel syndrome tipe konstipasi (Djojoningrat, 2010).
26 Epidemilogi

Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang terbanyak pada usia lanjut.
Terjadi peningkatan keluhan ini dengan bertambahnya usia; 30-40% orang berusia di
atas 65 tahun mengeluh konstipasi. Di Inggris, 30% orang berusia 60 tahun
merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar. Di Australia,
sekitar 20% dari populasi berusia di atas 60 tahun mengeluh mengalami konstipasi
dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pria. Suatu penelitian yang
melibatkan 3000 orang berusia diatas 65 tahun menunjukkan sekitar 34%
perempuan dan 26 % pria yang mengeluh konstipasi (Pranaka, 2011).
27 Patofisiologi
28 Patofisiologi
Konstipasi dapat timbul dari adanya efek pengisian maupun pengosongan
rectum. Pengisian rectum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltic kolon tidak
efektif. Statis tinja di kolon menyebabkanproses pengeringan tinja yang berlebihan
dan kegagalan untuk memulai reflek dari rectum yangnormalnya akan memicu
evakuasi. Pengosongan rectum melalui evakuasi spontan tergantung padareflek
defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rectum,
serabut-serabut aferendan aferen dari tulang belakang bagian sacrum atau otot-otot
perut dan dasar panggul. Kelainan padareflaksi sfingter ani juga bias menyebabkan
retensi tinja.(Kolon adalah bagian ujung dari saluran pencernaan manusia, yang
terdiri dari usus besar,rektum, dananus. Kolon dimulai pada sisi kananbawah perut,
di manausus kecil mengosongkan isipencernaan ke dalam bagian pertama dari
ususbesar (sekum) (Pranaka, 2011).
29 Manifestasi Klinis
1. Perut terasa begah, penuh dan kaku.
2. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk.
3. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak
bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan
produktivitas kerja.
4. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada
biasanya.
5. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan
tubuh berkeringat dingin
6. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu
disertai rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras
7. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar; (Pranaka, 2011).
30 Manajemen
Terapi

Dipiro, 2015
31 Manajemen
Terapi

Dipiro, 2015
32 Manajemen
Terapi

Dipiro, 2015
33 Manejemen Terapi

● Terapi Non Farmakologi :


1. Perbanyak minum air putih
2. Makan-makanan yang berserat
3. Olahraga yang cukup
34 Manejemen Terapi
● Terapi Farmakologi
1. Fenolftalein
- Mekanisme : Bekerja atas rangsangannya terhadap usus besar
- Indikasi : Mengatasi BAB, persiapan radiologi dan OP
- Kontraindikasi :-
- Rute Pemberian : Per oral
- Dosis : Emulsi 55 mg/5 ml
- Efek Samping : Alergi kulit, kolik, kolaps, pigmentasi
- Perhatian : Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
penurunan berat badan, kehilangan cairan dan elektrolit tubuh
- Nama Obat : Laxadine
35 Manejemen Terapi
● Terapi Farmakologi
2. Laksansia Perangsang
- Mekanisme : Derivat-defenilinotan bekerja langsung terhadap dinding usus besar dengan
memperkuat peristaltiknya sehingga tinja menjadi lunak.
- Indikasi : Pengobatan sembelit yang akut dan kronis, menghilangkan rasa nyeri waktu
BAB penderita hemoroid, pencahar sebelum OP
- Kontraindikasi : Ileus obstruksi usuS baru mengalami pembedahan, kondisi OP abdomen
akut, apenditis, pendarahan rektal, gastroentritis
- Rute Pemberian : Oral, anal/rektal
- Dosis : Tablet 5 mg/tablet salut, 2-3 tablet untuk dewasa
Suppositoria 10 mg-5 mg untuk anak, 1 kali sehari untuk dewasa
- Efek Samping : Kejang perut, secara rektal meransang selaput lendir rektum
- Perhatian : Dapat digunakan selama kehamilan, pada trimester pertama dapat diminum
dengan petunjuk
- Nama Obat : Bicolax, Codylax, Dulcolax, Laxacod, Laxamex, Laxana, Melaxan, Prolaxan.
(Pranaka, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Dewit, Susan C, Stromberg, Holly, Dallred, Carol. ( 2016). Medical Surgical Nursing : Concept and Practice.
Philadelphia : Elsevier.
Price SA, Wilson LM. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Mahmudah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dan Ny. M Gastritis Dengan Masalah Keperawatan
Nyeri Akut Di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018. Univeritas Jember, 6–7.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/87509/SITI\MAHMUDAH_152303101004.p
df?sequence=1\
Rostina. (2022). Nyeri Akut Pada Tn. G Dengan Gastritis Di Ruang Sambiloto Rumah Sakit Tk Ii Kartika
Husada. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49–58.
Sukarmin, (2018). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba
Medika.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, J.T., Robert, L.T., Gary, C.Y., Gary, R.M., Barbara, G.W., L, Michael P. 2015.Pharmacotherapy a
Pathopysiologi Approach. McGraw Hill Education: Jakarta
Djojoningrat, D. 2010. Pendekan Klinis Penyakit Konstipasi. In: Sudoyo W. Aru, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Internal Publishing: 444-445. Jakarta
Pranaka, K., & Andayari, R. (2011). Konstipasi dan Inkontinensia. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
Kasdu, D. 2015. Solusi Problem Konstipasi. Jakarta : Puspa Swara.
Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
THANK YOU!
Do you any question?

Pejuang Preskripsi itu bukan siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling

melainkan siapa yang paling siap

38

berusaha. Sama seperti halnya pejuang akad, bukan siapa yang paling kaya

Anda mungkin juga menyukai