Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA NY J DENGAN GASTRITIS

DI DESA PENENGAHAN KABUPATEN PESWARAN

PADA TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :

AFRIAN SAPUTRA

2021207209150

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2021
A. Konsep Dasar Teori Gastritis

1. Pengertian.

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal

dengan maag berasal dari bahasa yunani yatiu gastro yang berarti perut atau

lambung dan titis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan

berarti penyakit tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. (Refelina Widja,

2009).

Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung.

Penyakit ini sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan

yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering telat makan. Gastritis bisa

bertambah parah jika tidak segera disembuhkan. Gastritis atau lebih dikenal

sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut

atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis

bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi

yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Admin,

2012).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-

sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam

pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa

macam: Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah

inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau

maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman,

2001).
2. Etiologi.

Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang

amat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang

dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi

H. pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada

masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H. pylori menunjukkan

tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori pada

anak sangat rendah. Diantara orang dewasa infeksi kuman H. pylori lebih

tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara

berkembang, yakni sekitar 30% (Hirlan, 2006).

Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di

komunitas karena mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun

presentase keberhasilannya rendah. Pada awal infeksi mukosa lambung akan

menunjukkan respon inflamasi akut. Gastritis akut akibat H. pylori sering

diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik (Hirlan 2006).

Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya pengeluaran

asam lambung yang berlebihan, Pertahanan dinding lambung yang lemah,

Infeksi H. pylori ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak

sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan gerakan saluran

cerna, Stress psikologis. ( Misnadiarly 2009 ).

Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin,

Bahan kimia, misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan

luka bakar, sepsis trauma, pembedahan, kerusakan saraf, Refluk usus –

lambung, Endotoksin. ( Inayah 2004 ).

Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol,

merokok, alcohol, sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,

trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan

syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. ( Inayah 2004 ).


Gastritis sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan terlalu

banyak, terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu

berbumbu/mengandung mikroorganisme. Penebab lain mencakup dengan

alkohol, aspirin, refluks empedu. Bentuk terberat dari gastritis akut

disebabkan oleh mencerna makanan atau alkali kuat, yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi ganggren/perforasi, pembentukan jaringan

parut dapat terjadi. (Smeltze, dkk 2001).

3. Patofisiologi.

Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan

gastrointestinal bagian atas. Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat-

obat anti peradangan bukan steroid dapat merusak sawar mukosa lambung

merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan

perdarahan. Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat,

Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat, Perfusi

mukosa lambung terganggu, Jumlah asam lambung, Faktor ini saling

berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa

lambung terganggu sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam

lambung juga terpacu ( Inayah, 2004 ).

Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung

melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas

siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting

untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglanding

merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting.

Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti

inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topikal.

Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut

bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga dapat

menurunkan sekresi bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan


factor defensive tergaggu. (Hirlan, 2001).

4. Manifestasi klinis.

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemisis dan melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan

anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan

kimia tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai

keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea,

dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 1999 ).

5. Komplikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berups hematemesis dan

melena, dan berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan

SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran yang diperlihatkan

hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi

Helicobacter pylori, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 6o-90 % pada

tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.

( Mansjoer dkk., 1999 ).

6. Patogenesis.

Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung

adalah sebagai berikut : Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion

H+ meninggi, perfusi jaringan lambung yang tergaggu, jumlah asam

lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-

daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu.

Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat

kerusakan mukosa barier oleh cairan. (Inayah, 2004.).


7. Pengobatan

Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu mengkonsumsi

makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas

dan asam, berhenti merokok dan minuman beralkohol, mengkonsumsi

antasida sebelum makan (Misnadiarly, 2009)

Yang perlu dilakukan dalam pengobatan gastritis yaitu mengatasi

kedaruratan medis yang terjadi, mengatasi dan menghindari penyebab

apabila dijumpai, serta pemberian obat-obat H2 blocking, antasid atau obat-

obat ulkus lambung lainnya. Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman

H. pylori bertujuan untuk mengeradikasi kuman tersebut. ( Inayah 2004 ).

Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara universal untuk melakukan

eradiksi adalah infeksi kuman H. pylori yang ada hubungannya dengan

tukak peptik. Antibiotik yang dianjurkan adalah klaritomisin, amoksisilin,

metronidazol dan tetrasiklin (Hirlan, 2006).

8. Penatalaksanaan

Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari

alkohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan

melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan

perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh

mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung

mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena.

Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin

diperlukan untuk mengangkat jaringan perforasi. (Smeltzer dkk., 2001)

B. Konsep Keluarga

a. Pengertian keluarga
Menurut WHO dalam Sulistyo Andarmoyo (2012), keluarga adalah kumpulan anggota

rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau

perkawinan.

Menurut Raisaner dalam Jhonson (2010), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri

dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang

terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

1. Tujuan Pembentukan Keluarga

 Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat

terhadap perkembangan individu

 Keluarga sebagai perantara kebutuhan dan harapan anggota

keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat

 Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota

keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-

ekonomi dan kebutuhan seksual.

 Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan

identitas seseorang individu dan perasaan harga diri (Andarmoyo,

2012)

2. Sasaran Asuhan Keperawatan

Sasaran dari asuhan keperawatan adalah keluarga sehat, keluarga resiko tinggi yang

rawan kesehatan dan keluarga yang memerlukan tindak lanjut.

a. Keluarga sehat

Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan antisipasi

terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang

keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit.

b. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga resiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan untuk

menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga

dengan faktor resiko penurunan status kesehatan.


c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan dan

memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan/kesehatan misalnya: klien

pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan,

penyakit terminal.(Muslihin,2012 )

3. Struktur keluarga

Menurut Muslihin ( 2012) , struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat ada beberapa struktur keluarga yang

ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam - macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn

melalui jalur ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn

melalui jalur ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pimpinan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi keluarga

Friedman (1998) dalam Padila, (2012) menyebutkan lima fungsi dasar keluarga:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial.

b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan

rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi

oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (gakin atau pra keluarga sejahtera).

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik

untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

5. Tugas keluarga

Pada dasarnya tugas kelurga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber–sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagiantugas masing–masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing–masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya,

(Jhonson, 2010).

6. Ciri-ciri keluarga

Menurut Robert dan Charles dalam Fadila, (2012) ciri - ciri keluarga adalah:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan


hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan.

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga.

Ciri keluarga Indonesia menurut Jhonson (2010) adalah sebagai berikut:

1) Suami sebagai pengambil keputusan.

2) Merupakan suatu kesatuan yang utuh.

3) Berbentuk monogram.

4) Bertanggung jawab.

5) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.

6) Ikatan keluarga sangat erat.

7) Mempunyai semangat gotong-royong,

7. Tipe keluarga menurut (Padila, 2012).

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya

keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga

dengan orangtua tiri.

2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau

tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga

dengan karier keduanya.

3) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai

konsekuensi dari perceraian.

4) Bujangan dewasa sendiri

5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang


berhubungan.

6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua

anak-anaknya sudah terpisah.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu

dan anak.

2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan

pada hukum tertentu.

3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin

yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu

pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber yang sama.

8. Tahap perkembangan keluarga

Rodgers cit Friedman (1998) dalam Jhonson (2010) menjelaskan meskipun setiap

keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum

seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tahap-tahap perkembangan keluarga

yaitu:

a. Pasangan baru (keluarga baru), keluarga baru dimulai saat masing-

masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga

melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)

keluarga masing- masing:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang

menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran

anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan:


1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan seksual dan kegiatan keluarga

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah. Tahap ini dimulai saat kelahiran

anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan

tempat tinggal, privasi dan rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun

diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap

yang paling repot)

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir

pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga

maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk:

1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga

e. Keluaraga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab

serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih

dewasa:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada

anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan

meninggal:

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman


sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan

meninggal sampai keduanya meninggal:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

5) Melakukan life review (menurunkan hidupnya)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan

keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan

keluarga, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan

keperawatan. (Abi Muslihin, 2012)

Tahap-tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

(Andarmoyo, 2012)

Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian

keluarga adalah:

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :


1) Kepala Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di

identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk

komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota

keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota

keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari

yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan

setiap anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur,

pekerjaan dan pendidikan.

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga)

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga

7) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa keluarga yang terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-


kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang

yang dimiliki oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga

pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,

namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit

termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe


rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan

sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi

dengan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan

keluarga berpindah tempat

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

interaksi keluarga dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis

atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran
menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi Efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada

anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta

perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh

mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak ?

b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota

keluarga ?

a) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota keluarga ?


5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

papan ?

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga ?

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

c) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji

sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor

2) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan/stress

3) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan/stress

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga adalah keputusan tentang respon keluarga


tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

keluarga sesuai dengan kewenangan perawat, (Setiadi, 2008).

Tahapan dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :

a. Analisa data

Analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep

teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara analisa

data yaitu: validasi data, mengelompokkan data, membandingkan

dengan standart dan membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang

diketemukan. Dalam menganalisa data ada 3 norma yang diperlukan

diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga yang

meliputi :

a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.

b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.

c) Keadaan gizi anggota keluarga.

d) Status imunisasi anggota keluarga.

e) Kehamilan dan KB.

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :

a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi,

luas rumah dan sebagainya.

b) Sumber air minum.

c) Jamban keluarga.

d) Tempat pembuangan air limbah.

e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.

3) Karakteristik keluarga, yang meliputi :

a) Sifat-sifat keluarga.
b) Dinamika dalam keluarga.

c) Komunikasi dalam keluarga.

d) Interaksi antara anggota keluarga.

e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota

keluarga.

f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, (Setiadi,

2008)

b. Perumusan masalah

Menurut Setiadi (2008) dalam bukunya keperawatan keluarga

mengemukakan, komponen diagnosa keperawatan keluarga meliputi

problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/ simpton (tanda).

1) Masalah (Problem)

suatu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga)

yang diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan

penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan

secara jelas dan sesingkat mungkin, (Setiadi, 2008).

Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA

(North American Nursing Diagnosis Association) dalam Setiadi

(2008) adalah sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan

Gastritis menurut NANDA NIC-NOC 2015 adalah:

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan

cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan

karena muntah
c) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

d) Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan

diit dan proses penyakit.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang

mengalami Gastritis pada (NANDA NIC-NOC 2015) dan etiologi

(Komang, 2010) adalah:

(1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

mengenal masalah.

(2) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga

yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala

Baylon dan Maglaya).

Tabel 2.1 Skala Bailon dan Maglaya

Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah yang dapat di
ubah 2
a. Mudah 1 2
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera 2
ditangani
1
b. Ada masalah tetapi tidak perlu 1
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Setiadi (2008)Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot Skor
X Bobot
Angka Tertinggi

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot


Menurut Padila (2012) Dalam menentukan prioritas, banyak faktor

yang mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah,

skor yang lebih besar 3, diberikan pada tidak/kurang sehat karena

kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman

kesehatan skor 2 dan keadaan sejahtera skor 1

Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat di ubah,

perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

b. Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun

tenaga.

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

waktu.

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi

masyarakat dan dukungan masyarakat.

Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat

perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :

a. Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah.

b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

masalah itu ada.

c. Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan–tindakan yang

tepat dalam memperbaiki masalah.

d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka

menambah masalah.
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu

menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan

tersebut.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka

panjang/pendek), penetapan standart kriteria serta menentukan

perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga, (Setiadi, 2008).

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi

dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Selanjutnya

intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang

mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku). Semua

intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun

terapi komplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan

kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan.

Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pertanyaan

spesifik tentang hasil yang diharapakan dari setiap tindakan berdasarkan

tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap

atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita

tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam mementukan

standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya

sama, standarnya bisa jadi berbeda, (Padila, 2012)

4. Implementasi

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada

tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja

sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan


yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. (Setiadi,2008)

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan

terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan klien dan

tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 )


DAFTAR PUSTAKA

. Andarmoyo, Sulistyo (2012).Keperawatan Keluarga : Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan Yogyakarta: Graha Ilmu

Dinas Kesehatan Kolaka (2016), Profil kesehatan kabupaten Kolaka, Kolaka Gustin, R.K
(2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis
pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai Gancah Kota Bukit Tinggi tahun 2011.

Hirlan (2009), Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid2 edisi ketiga, Jakarta, FKUI Inayah (2004).
Asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem pencernaan
jilid I edisi I, Jakarta, Salemaba Medika

Jhonson, (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.

Yogyakarta : Nuha Medika


Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.

Misnadiarly (2009). Mengenal penyakit organ cerna gastritis, dispepsia atau maag, Jakarta,
Pustaka Populer OBDA

Muslihin, (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Padila, (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika


PuskesmasWundulako (2017), Profil Puskesmas Kecamatan Wundulako,
Wundulako

Setiadi, (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Graha Ilmu

Soeparman, dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta

Sudiharto (2007) Asuhan Keperawtan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural, Jakarta: EGC.

Sulastri (2012), Gambaran pola makan penderita gastritis di wilayah kerja puskesmas
kampar kiri hulu kecamatan kampar kiri hulu kabupaten Riau: Skripsi: Sumatra Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU

Anda mungkin juga menyukai