Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Teori Gastritis


1. Pengertian
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan maag berasal dari
bahasa yunani yatiu gastro yang berarti perut atau lambung dan titis yang berarti inflamasi
atau peradangan. Gastritis bukan berarti penyakit tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. (Refelina
Widja,2009)
Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung. Penyakit ini
sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan yang terlalu asam, pedas atau
bahkan sering telat makan. Gastritis bisa bertambah parah jika tidak segera disembuhkan.
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis
bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya
itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Admin,2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang daerah
tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis
besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam: Gastritis akut adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman,2001).

2. Etiologi
Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang amat penting.
Di negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang dewasa mendekati 90%.
Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi H. pylori lebih tinggi lagi. Hal ini
menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H.
pylori menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori
pada anak sangat rendah. Diantara orang dewasa infeksi kuman H. pylori lebih tinggi dari
pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara berkembang, yakni sekitar 30%
(Hirlan, 2006).
Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di komunitas
karena mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun presentase keberhasilannya
rendah. Pada awal infeksi mukosa lambung akan menunjukkan respon inflamasi akut.
Gastritis akut akibat H. pylori sering diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi
kronik (Hirlan 2006).
Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya pengeluaran asam lambung yang
berlebihan, Pertahanan dinding lambung yang lemah, Infeksi H. pylori ketika asam lambung
yang dihasilkan lebih banyak sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan
gerakan saluran cerna, Stress psikologis. ( Misnadiarly 2009 ).
Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin, Bahan
kimia, misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan luka bakar, sepsis
trauma, pembedahan, kerusakan saraf, Refluk usus – lambung, Endotoksin. ( Inayah 2004 ).
Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol, merokok,
alcohol, sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. (
Inayah 2004 ).
Gastritis sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan terlalu banyak,
terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu/mengandung
mikroorganisme. Penebab lain mencakup dengan alkohol, aspirin, refluks empedu. Bentuk
terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna makanan atau alkali kuat, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren/perforasi, pembentukan jaringan parut dapat terjadi.
(Smeltze, dkk 2001).

3. Patofisiologi.

Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan gastrointestinal bagian


atas. Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat- obat anti peradangan bukan steroid
dapat merusak sawar mukosa lambung merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya
menimbulkan perdarahan. Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat,
+
Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H meningkat, Perfusi mukosa lambung
terganggu, Jumlah asam lambung, Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang
dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul infark kecil,
disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu ( Inayah, 2004 ).
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui
beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa.
Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam
arakidonat. Prostaglandin merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat
penting. Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topikal.
Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat
korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan factor defensive tergaggu. (Hirlan,
2001).

4. Manifestasi klinis.
Sindrom grastritis berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemisis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat- obatan
atau bahan kimia tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai
keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 1999 ).

5. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif,
antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan.

B. Konsep Teori Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama
lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012) menyatakan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa
keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu
atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau
hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap dirinya sebagai keluarga.

2. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
 Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
 Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek- nenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka
pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
 Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
 Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak- anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
 Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
 Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja di luar rumah.
 Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
 Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
 Commuter Marrie
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
 Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin
 Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
 Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti- panti.
 Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
 Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
 Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
 Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
 Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

3. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan
unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang
paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional
semua anggota keluarganya.
2) Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang
ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran
sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau
pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan
pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
3) Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan
angagota baru untuk masyarakat.
4) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga
5) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial,
ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

4. Tahap perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
a) Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari
membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai
tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan
yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan
kekerabatan dan perencanaan keluarga.
b) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi
ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga.
Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga
memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari
peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung
jawab
c) Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan
diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas
Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar
mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat
menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d) Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada
usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga
maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan.
e) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan
keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak
tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.

Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga
untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah
Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua
untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka.
Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota
keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama
lain.
f) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah
orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya.Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri.

g) Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)


Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap
ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan
persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian.
Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi
mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka
yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.
h) Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau
kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan
kematian pasangan yang lain.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan dan kembali kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja
dapat menjadi problematik.

5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam
Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami


anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang
dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi
keluarga dalam membuat keputusan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
 Keadaan penyakitnya(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis danperawatannya).
 Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
 Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
 Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,psikososial).
 Sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat


Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
 Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
 Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
 Pentingnya hiegine sanitasi.
 Upaya pencegahan penyakit.
 Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
 Kekompakan antar anggota kelompok.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut :
 Keberadaan fasilitas keluarga
 Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan
 Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
 Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
6. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut :
i. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama
untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
ii. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.


Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan
antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
iii. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
iv. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan
rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
v. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga klien.Perawat
diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang
diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga
terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk
memandirikan keluarga.

vi. Sebagai fasilitator


Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
vii. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah- masalah kesehatan yang
dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya
terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu-individu sebagai
keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan penilaian (Padila,
2012)
1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Model pengkajian keluarga terdiri dari 6 kategori yang luas, yaitu: mengidentifikasi data,
tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
koping dan adapasi keluarga. (Friedman, 2012).

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari.
(Andarmoyo, 2012)
Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Andarmoyo, (2012) meliputi:
a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan dan pendidikan KK
d. Komposisi keluarga
e. Genogram
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
g. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
h. Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya.
j. Aktivitas dan reaksi keluarga
Reaksi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas reaksi.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perekembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan tugas perkembangan
yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, di jelaskan mulai lahir hingga
saat ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri
(Andarmoyo, 2012).

3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta dena rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga

Jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis, atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
mengubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan
dengan kesehatan.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan pelaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan


Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan
keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan
lingkungan dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas yang
terdapat di lingkungan setempat, (Andarmoyo, 2012).

6.Stres dan koping keluarga


a. Stresor jangka pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
enam bulan.
b. Stresor jangka panjang
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam
bulan
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.
d. Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres

e. Strategi adaptasi disfungsional


Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stres.

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik yang di klinik. Adapun
pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan pada penderita kusta yaitu :
a. Keadaan umum klien :
Biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I, reaksi ringandan berat tipe
II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf tepi motorik.
b. Sistem pengelihatan :
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi sehingga reflek kedip
berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi
kelemahan mata lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi
berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis.
Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka akan rontok.
c. Sistem pernafasan klien
Dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapat ganguan pada tenggorokan.
d. Sistem muskuloskeletal
Adanya gangguan saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan
kaki, jika diberikan akan atropi.
e. Sistem integumen
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-merahan),
Infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada kerusakan fungsi otonom terjadi
gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit
kering, tebal, mengeras dan pecah- pecah. Rambut sering didapati kerontokan jika terdapat
bercak.

8. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adala suatu pertanyaan yang menggambarkan respon manusia


(perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok secara legal
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau
untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
Menurut Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA, NIC, NOC. Diagnosa yang mungkin
muncul pada diagnosa medis Gastritis yaitu :
 Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan keluar/ hilangnya
cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan) ditambah dengan asupan cairan
yang tidak memadai.
 Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: iritasi mukosa lambung.
 Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan tindakan
pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.
 Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubaha status kesehatan, ancaman
kematian, dan timbulnya rasa nyeri

Sedangkan diagnosa keluarga mengenai promosi kesehataan yaitu :


 Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga
 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
 Perilaku kesehatan cenderung berisiko
9. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari komponen
tujuan umum, tujuan khusus, kreteria tindakan, dan standar untuk menyelesaikan masalah
keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
keperawatan keluarga terdiri dari penyusunan prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi
sumberdaya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan. Penetapan tujuan umum dan
khusus, serta dilengkapi dengan kreteri dan standar. Secara rasional mampu dicapai keluarga
dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga ataupun memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarga. Standar adalah tolak ukur pencapaian hasil intervensi keperawatan terhadap
masalah

keperawatan atau kebutuhan kesehatan keluarga, apakah hasilnya telah sesuai dengan kretria
yang diharapkan (Setiadi, 2008)

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Berdasarkan NIC


NO Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
dengan agen cedera biologis tindakan keperawatan - Melakukan
selama pengkajian nyeri
3 x 24 jam diharapkan nyeri komprehensif yang
dapat berkurang atau meliputi lokasi,
teratasi. Kriteria hasil : karakteristik,
Kontrol Nyeri : onset/durasi,
- Mengenali kapan nyeri frekuensi,kualitas
terjadi intensitas atau
- Melaporkan nyeri yang beratnya nyeri dan
terkontrol factor pencetus
- Menggambarkan faktor - Ajarkan penggunaan
penyebab teknik non
farmakologi seperti
teknik relaksasi
nafas dalam
- Kendalikan factor
lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon pasien
terhadap ketidak
nyamanan (misalnya
suara bising)
- Dorong pasien untuk
monitor nyeri dan
menangani nyeri

2. Ketidakefektifan Manajemen Setelah dilakukan Pengajaran : Proses


Regimen Terapeutik Keluarga b/d tindakan keperawatan Penyakit
kurangnya pajanan tentang selama 1 x 30 menit - Kaji tingkat
penyakit itu keluarga mampu pengetahuan
merawat anggota keluarga keluarga mengenai
yang sakit denga kriteria penyakit
hasil : - Jelaskan mengenai
proses penyakit
Pengetahuan :
- Jelaskan tanda dan
Manajemen Penyakit Akut
gejala penyakit
- Keluarga mengerti
- Edukasi klien
faktor – faktor penyebab
mengenai tindakan
gastritis
untuk mengontrol
- Keluarga mengerti tanda
timbulnya penyakit
dan gejala gastritis
- Klien memodifikasi diet
yang sehat

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai