2. Etiologi
Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang amat penting.
Di negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang dewasa mendekati 90%.
Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi H. pylori lebih tinggi lagi. Hal ini
menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H.
pylori menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori
pada anak sangat rendah. Diantara orang dewasa infeksi kuman H. pylori lebih tinggi dari
pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara berkembang, yakni sekitar 30%
(Hirlan, 2006).
Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di komunitas
karena mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun presentase keberhasilannya
rendah. Pada awal infeksi mukosa lambung akan menunjukkan respon inflamasi akut.
Gastritis akut akibat H. pylori sering diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi
kronik (Hirlan 2006).
Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya pengeluaran asam lambung yang
berlebihan, Pertahanan dinding lambung yang lemah, Infeksi H. pylori ketika asam lambung
yang dihasilkan lebih banyak sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan
gerakan saluran cerna, Stress psikologis. ( Misnadiarly 2009 ).
Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin, Bahan
kimia, misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan luka bakar, sepsis
trauma, pembedahan, kerusakan saraf, Refluk usus – lambung, Endotoksin. ( Inayah 2004 ).
Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol, merokok,
alcohol, sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. (
Inayah 2004 ).
Gastritis sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan terlalu banyak,
terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu/mengandung
mikroorganisme. Penebab lain mencakup dengan alkohol, aspirin, refluks empedu. Bentuk
terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna makanan atau alkali kuat, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren/perforasi, pembentukan jaringan parut dapat terjadi.
(Smeltze, dkk 2001).
3. Patofisiologi.
4. Manifestasi klinis.
Sindrom grastritis berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemisis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat- obatan
atau bahan kimia tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai
keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 1999 ).
5. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif,
antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan.
2. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek- nenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka
pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak- anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja di luar rumah.
Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
Commuter Marrie
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin
Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti- panti.
Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
3. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan
unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang
paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional
semua anggota keluarganya.
2) Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang
ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran
sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau
pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan
pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
3) Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan
angagota baru untuk masyarakat.
4) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga
5) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial,
ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.
Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga
untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah
Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua
untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka.
Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota
keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama
lain.
f) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah
orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya.Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari.
(Andarmoyo, 2012)
Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Andarmoyo, (2012) meliputi:
a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan dan pendidikan KK
d. Komposisi keluarga
e. Genogram
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
g. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
h. Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya.
j. Aktivitas dan reaksi keluarga
Reaksi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas reaksi.
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri
(Andarmoyo, 2012).
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta dena rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis, atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
mengubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan
dengan kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan pelaku.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik yang di klinik. Adapun
pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan pada penderita kusta yaitu :
a. Keadaan umum klien :
Biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I, reaksi ringandan berat tipe
II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf tepi motorik.
b. Sistem pengelihatan :
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi sehingga reflek kedip
berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi
kelemahan mata lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi
berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis.
Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka akan rontok.
c. Sistem pernafasan klien
Dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapat ganguan pada tenggorokan.
d. Sistem muskuloskeletal
Adanya gangguan saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan
kaki, jika diberikan akan atropi.
e. Sistem integumen
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-merahan),
Infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada kerusakan fungsi otonom terjadi
gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit
kering, tebal, mengeras dan pecah- pecah. Rambut sering didapati kerontokan jika terdapat
bercak.
8. Diagnosa Keperawatan
keperawatan atau kebutuhan kesehatan keluarga, apakah hasilnya telah sesuai dengan kretria
yang diharapkan (Setiadi, 2008)
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.