1.1 Definisi
Gastritis merupakan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difus, atau lokal (Wilson & Lindseth, 2002). Menurut pendapat para ahli yang lain, pengertian dari
gastritis adalah sebagai berikut:
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung (Suyono, 2001).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus dan lokal
dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atropi kronik
(Brunner Suddarth, 2002 : 1062).
Menurut Williams (2008:206) gastritis adalah sebuah gangguan sistem pencernaan yaitu berupa
peradangan mukosa lambung.
Menurut Willkins dalam bukunya Medical-Surgical Nursing (2006:319) bahwa gastritis adalah
inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut atau kronis.
1.2 Klasifikasi
Gastritis ini merupakan gastritis yang sering diakibatkan diet yang tidak teratur (Brunner&Suddart,
2002). Hal ini diakibatkan oleh pola makan yang terlalu banyak maupun terlalu cepat. Selain itu,
makan makanan yang terlalu berbumbu dan mengandung mikroorganisme dapat mengiritasi
lambung. Penyebab iritasi lambung lainnya yaitu alkohol, aspirin, refluks empedu, maupun terapi
radiasi. Namun penyebab terkuat dari gastritis akut berupa asam atau alkali kuat sehingga mukosa
menjadi perforasi dan terjadi pembentukan jaringan parut yang dapat mengakibatkan obstruksi
pylorus.
Gastritis kronik merupakan inflamasi yang diakibatkan oleh ulkus maligna dari lambung maupun
bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Menurut distribusi anatominya, gastritis kronis terbagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
Perubahan hispatologik pada korpus dan kardia lambung dan sering dihubungkan dengan proses
auto-imun dan berlanjut pada anemia pernisiosa
Gastritis kronik antrum (tipe B)
Tipe yang sering terjadi dan dikaitkan dengan infeksi bakteri Helycobacter pylori
Distribusi inflamasinya menyebar ke seluruh gaster. Pada penyebaran ke arah korpusnya terjadi
peningkatan seiring dengan pertambahan usia.
Epidemiologi
Menurut Budiana (2006), mengatakan bahwa gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan
diperkirakan diderita lebih dari 1.7 milyar. Menurut Fahrial (2009) dari hasil penelitian Divisi
Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ditemukan penderita yang mengalami
gangguan pencernaan di Indonesia selama tahun 2009 sebanyak 86,41% karena gastritis, 12.5%
terdapat ulkus, dan 1 % kanker lambung.
Infeksi H.pylori seringkali dijumpai pada anak-anak. Di negara berkembang, prevalensi infeksi
H.pylori pada anak-anak berusia dibawah 10 tahun besarnya sekitar 80%, sedangkan di negara maju
prevalensi infeksi H.pylori pada anak-anak prasekolah dan sekolah dasar besarnya sekitar 10%. Di
Indonesia, berdasarkan pemeriksaan serologi, prevalensi H.pylori pada anak sekolah dasar
ditemukan sebesar 13,5 26,8%. (Setiati dan Hegar (1999): Gambaran Epidemiologi Infeksi H. Pylori
Pada Siswa Sekolah Dasar)
Etiologi
Gastritis akut
1. Endokrin bakteri (Staphylococcus, Escherichia coli, dan salmonella) merusak mukosa lambun
7. Stresspada periode interdigestif (antar dua waktu pencernaan) sewaktu tidak ada pencernaan
dalam usus, sekresi asam klorida terus berlangsung dalam kecepatan lambat 1 sampai 5 mEq/jam.
Proses ini disebut pengeluaran asam basal (basal acid output, BAO) dan dapat diukur dengan
pemeriksaan sekresi cairan lambung selama puasa 12 jam. Rangsangan emosional kuat dapat
meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis (vagus). Produksi asam lambung akan meningkat pada
keadaan stress, misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang
meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat
menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stress umumnya tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara
diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Meski sel-sel mukosa lambung bisa pulih kembali karena adanya regenerasi sel, namun jika hal ini
selalu terjadi maka lama kelamaan jika dibiarkan akan menyebabkan gastritis.
Gastritis kronik
4. Imunologik: imun berkolerasi kuat terhadap auto-antibodi sel parietal (oxyntic) sehingga
diproduksi asam lambung (hidrocloric acid) penurunan produksi asam lambung
5. Aspek lain: refluk enterogaster, cairan pankreato-bilier, asam empedu, dan lisolestisin yang
memasuki lumen lambung dapat mengiritasi lambung mengiritasi lambung
Keluhan pokok:
Nyeri epigastrium
Anoreksia
Nausea, vomiting
Melena
Cegukan yang dapat terjadi dalam beberapa jam dan beberapa hari
Tanda utama:
Hematemesis
Lemah
Pucat
Gastritis Kronis
Anoreksia
Mual
Bersendawa
Muntah
Jika hal tersebut di rangkum dalam sebuah tabel yang dihubungkan dengan patofisiologinya akan
menjadi sebagai berikut.
MuntahAdanya penekanan terhadap saraf vagus, dan memberikan reflek ingin muntah
Tidak Nafsu Makan Karena lambung banyak terisi HCl maka lambung akan terasa penuh, selain
itu rasa mual juga dapat menyebabkan tidak nafsu makan
Dalam tinja terdapat darah Perdarahan lambung akibat erosi oleh agen iritasi lambung yang
mengenai pembuluh darah di lambung
Mulut terasa asam Lambung yang terisi HCl yang penuh dapat menyebabkan HCl terasa sampai
di rongga mulut
Patofisiologi
Menurut Suddarth (2009:1131) menyatakan bahwa patofisiologi gastritis terjadi karena membrane
mukosa menjadi edema dan hyperemic (terisi dengan cairan dan darah) dan terjadi undergous erosi
permukaan. Emedicine.medscape.com menjelaskan, bahwa pada gastritis akut terjadi disreactive
gastric.
Misnidiarly (2009:49) mengartikan gastritis sebagai luka pada lambung tejadi karena
ketidakseimbangan faktor agresif seperti sekresi asam lambung, pepsin, dan infeksi bakteri H.pylori
dengan faktor defensive/faktor pelindung mukosa seperti produksi prostaglandin, gastric mukus,
bikarbonat, dan aliran darah mukosa.
H.Pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang hidupnya di antrum gastric. Bakteri
ini bersifat patogen dan menghasilkan sitotoksin yang dapat memecah pertahanan mukus kemudian
menempel di permukaan sel epitel lambung dan usus 12 jari. Di lambung, bakteri akan menghasilkan
karbon dioksida, ammonia, dan produk lain seperti protease, katalase, dan fosfolipase yang bersifat
toksik. Produk-produk yang dihasilkanakan terakumulasi sehingga merusak pertahanan mukosa
lambung. Misnidiarly (2009:50)
Sebagaimana yang dikutip dalam Misnidiarly (2009:50) obat NSAIDs menjadi penyebab gastritis
melalui dua cara yaitu mengiritasi epitelium lambung secara langsung dan melalui penghambatan
sintesis prostaglandin. Namun, penghambatan terhadap sintesis prostaglandin merupakan faktor
dominan penyebab gastritis oleh NSAIDs. Prostaglandin merupakan senyawa yang di sintesis di
mukosa lambung untuk melindungi fungsi fisiologis tubuh seperti ginjal, homeostatis, dan mukosa
lambung.
Misnidiarly (2009:50) juga mengatakan bahwa mengkonsumsi rokok dapat memicu gastritis,
walaupun dalam studi literatur mekanisme yang terjadi belum di ketahui pasti, tetapi di duga rokok
menghambat sintesis prostaglandin pada lambung sehingga perlindungan terhadap mukosa
lambung menurun, dan risiko gastritis meningkat. Stress juga dapat menyebabkan tukak lambung
karena pada orang yang stress di mungkinkan dilakukan tindakan yang berisiko terjadinya gastritis
seperti merokok, mengkonsumsi NSAIDs, dan alkohol. Pendapat ini juga di dukung oleh pernyataan
Widjanarko dalam kabarbisnis.com stress itu terjadi karena tuntutan serta tekanan kerja sehingga
pola makan yang tak teratur, makan fast food, kurang olahraga sehingga berdampak pada
lambungnya. Dalam kondisi stress, hormone adrenalin akan meningkat produksinya mengakibatkan
produksi asam oleh reseptor asetilkolin meningkat pula, efeknya asam lambung pun meningkat.
Pengobatan
Menurut Suddarth (2009:1046) terapi obat yang di berikan meliputi obat-obatan antibiotic (seperti
Amoxcillin, Clarithromyein, Metronidazole, Tetracyline); antidiarrheal (seperti: Bismuth Sublicylate),
Histamin-2 Reseptor Antagonis (seperti: Cimetidine, Famotidine, Nitatidine dan Ranitidine), Proton
Pump Inhibitors of Gastric Acid (seperti : Esomepretazole). Menurut Misnidiarly (2009:52) bahwa
pengobatan yang diberikan kepada pasien dengan gastritis sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada pasien dengan gastritis adalah untuk mengurangi serta menetralkan asam
lambung, menghilangkan faktor penyebab, meringankan atau menghilangkan nyeri epigastrik,
Sasaran dari terapi gastritis adalah faktor penyebab terjadinya tukak yaitu bakteri H. pylori, asam
lambung berlebih, dan pertahanan mukosa. Mencapai tujuan terapi tersebut dapat di lakukan
beberapa strategi dalam terapi anataralain.
Penggunaan obat yang dpat mencegah senyawa pencetus dan faktor penyebab
Efek samping: diare, konstipasi, dan hiposfatemia (pemakaian jangka panjang) Menurut Misnidiarly
(2009:24).
Pemeriksaan Diagnostik
Billirubin
Albumin
Globulin
Total protein
Alkaline phosphatase
Cholesterol
Trigliserida
Amylase
Stool O & P
Stool occult blood (guaiac), Fecal occult blood test (FOBT), hemocult
Barium swallow
Abdominal X-rays
CT Scans
Ultrasound
Barium enema
Gallbladder series
Flexible sigmoidoscopy
Eshophagogastro-duodenoscopy (EGD)
Liver biopsy
Peritoneal aspiration
Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena gastritis :
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau
berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah
bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan
dengan santai.
2. Hindari alkohol
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan pendarahan
3. Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk
dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter
mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas
otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5. Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan
melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang
cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya
peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
Diit Gastritis
Syarat-syarat diit
Makanan harus mudah dicerna dan mengandung serat makanan yang halus
Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam disemur, dipanggang, telur direbus, diceplok dengan air.
Tahu direbus, tempe direbus, ditim, ditumis, kacang hijau direbus dan dihaluskan.
Sayuran dan banyak serat dan tidak menimbulkan gas: bayam, bit, labu siam, labu kuning, wortel,
tomat.
Beras ketan, mie, bihun, jagung, ubi, singkong, tales cake, dodol.
Daging, ikan, ayam yang diawetkan, digoreng, telur yang digoreng atau diceplok.
Buah yang tinggi serat yang menimbulkan gas: jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka.
Di publikasikan oleh Novaria Dyah Ayu Puspitasari Konsep dasar prnyakit Gastritis pada tahun 2015,
diperoleh tanggal 14 mei 2017
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.
Misnidiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastriti (Dysepsia atau maag, Infeksi
Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Nursalam. 2000. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Price & Wilson. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Alih bahasa oleh H. Y. Kuncara. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Terjemahan oleh Widyawati. Jakarta: EGC.
Williams, Lippicontt dan Wilkins.2008.Nurses 3 minute Clinical Reference Second Edition. Amblar
:Wolters Klower Health : 206
1) Stress dan koping keluarga
1. Diagnosa Keperawatan
tentang individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk
terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga, baik yang bersifat aktual,
resiko, maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab
masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang dikenal dengan PES :
d. Intoleransi aktivitas.
e. Resiko infeksi
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
4) Maturasional
kesalahan persepsi).
2) Ketidakmampuan (sikap dan motivasi).
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah actual apabila tidak segera mendapat bantuan
terhadap klien atau kelompok. Factor ini membedakan klien atau kelompok resiko
tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama mempunyai resiko.
dengan mempertahankan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluiarga,
berikut ini :
2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot.
Skor
Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan
seluruh bobot.
a) Sifat masalah
kurang sehat diberikan bobot yabg lebih tinggi karena masalah tersebut
atau disadari oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot
yang paling sedikit atau rendah karena factor kebudayaan biasanya dapat
dengan baik.
menangani masalah.
2. Intervensi Keperawatan
Menurut Rosentock (2009) Intervensi adalah merupakan salah satu tahap proses
sehat. Kesulitan, kebingungan dan ketidk mampuan yang dihadapi keluarga harus
menjadi perhatian perawat dan perawat diharapkan dapat memberikan kekuatan serta
minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, perawat harus memahami tekhnik
motivasi.
3. Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga
1) Memberikan Informasi.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara:
cara:
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau belum berhasil, maka perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan kep erawatan mungkin tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Oleh karna itu, kunjungan dapat dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan kelaurga. Langkah- langkah dalam
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evakuasi. Kriteria dapat berhubungan dengan
diinginkan.
d. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data
yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan
kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada
6. Dokumentasi keperawatan
pencatatan yang tidak standar yang tidak menunjukan adanya suatu perbedaan tindakan
a. Standar dokumentasi
keperawatan klien. Catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan bisnis
2008:148).