Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA GASTRITIS

Oleh :
NI KADEK DEWI PERMANA SARI
NIM: 219012700
A11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN
GASTRITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Gastritis berasal dari Bahasa yunani yaitu gastro yang berarti perut/lambung dan itis
artinya inflamasi/peradangan (Sani et al., 2016). Gastritis atau “maag” atau sakit ulu hati
adalah peradangan pada dinding lambung, pada pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya
nyeri tekan daerah epigastrium dan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
endoskopi untuk memastikan diagnosis (Selviana, 2015). Gastritis adalah proses inflamasi
pada mukosa dan submukosa lambung, dan merupakan penyakit yang paling sering dijumpai
dalam praktek sehari - hari (Hirlan, 2015). Gastritis dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara faktor agresif (HCL dan pepsin) dan faktor defensif (pertahanan
mukosa lambung) (Widayat et al., 2018). Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan
mukosa lambung yang dapat bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia.
Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis atropik
kronik. (Hadi & Huda, 2015).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan
oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan
yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin,
refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2015)
Gastritis termasuk proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Penyakit gastritis
dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis
kelamin, akan tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif (Tussakinah dkk, 2018).
Gastritis dapat disebabkan oleh faktor internal yaitu kondisi yang memicu
produksi asam lambung berlebihan dan faktor eksternal yang menyebabkan iritasi dan
infeksi seperti penggunaan obat antiinflamasi non steroid, infeksi kuman Helicobacter
pylori, kebiasaan konsumsi alkohol, kopi, merokok dan (Selviana, 2015). Gastritis dalam
klasifikasi masuk pada kategori dispepsia organik. Dispepsia organik adalah dispepsia
dengan penyebab yang sudah di ketahui dapat berupa gastritis erosif, ulkus lambung, dan
juga ulkus duodenal.
2. Epidemiologi
Gastritis merupakan masalah terbesar di seluruh dunia, insiden Gastritis di dunia
sekitar 1,8 - 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun (Rika, 2016). Angka kejadian gastritis
berdasarkan data WHO South-East region menyatakan bahwa India tertinggi mencapai 43%
dan Indonesia menjadi negara dengan gastritis terbesar ke-2 di Asia mencapai 40,8%
(Farishal et al., 2018). Berdasarkan Penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia yang
tertinggi adalah kota Medan mencapai 91,6%, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2% (Novitasary et al., 2017). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk
(Antu, 2018). Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai dalam
praktik sehari – hari dengan angka kejadian lebih tinggi pada laki- laki daripada perempuan,
laki-laki lebih banyak terkena gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan rokok
(Jayanti, 2017). Prevalensi kejadian gastritis di Amerika Serikat juga dominan pada laki- laki
(13%) daripada perempuan (10%) (Jameson et al., 2018).
Berdasarkan hasil endoskopi di beberapa center rumah sakit di Indonesia ditemukan
kejadian gastritis sebesar 44.7% kasus, dan prevalensinya meningkat pada geriatri akibat
proses degeneratif dan pemakaian obat golongan NSAID dalam jangka waktu lama serta
tidak terkontrol (Farishal et al., 2018).

3. Penyebab/Etiologi
Gastritis umumnya terjadi pada kalangan remaja akhir dan usia produktif, namun
kini dijumpai peningkatan insidens prevalensi kejadian gastritis pada geriatri (> 65 tahun)
yang diakibatkan karena proses degenartif sehingga terjadi penurunan fungsi organ- organ
vital terutama organ pada sistem pencernaan, dan juga disebabkan karena pemakaian obat
golongan NSAID (Farishal et al., 2018). Beberapa penyebab gastritis, antara lain:
a. Infeksi bakteri Helycobacter pylori
Kejadian gastritis akibat infeksi Helycobacter pylori sangat tinggi di Asia, termasuk di
Indonesia (Dairi et al., 2018). Helycobacter pylori yang sebelumnya dinamakan
Campilobacter pyloridis merupakan bakteri golongan garam negative berbentuk
batang seperti huruf “S”, bersifat mikroaerofilik, dan mempunyai 3-6 flagella
berselaput yang membantu mobilisasinya. Penularannya terjadi secara oral atau fecal-
oral, dapat hidup dan berkembang biak pada makanan yang tidak higenis atau tidak
dimasak dengan benar. Faktor risiko terinfeksi kuman Helycobacter pylori yaitu
kondisi tempat tinggal yang tidak sehat, makanan dan minuman yang tidak bersih dan
terpapar dengan sekret lambung orang yang terinfeksi. Helycobacter pylori dapat
menghambat produksi asam lambung dan memproduksi protein yang merusak barier
pertahanan mukosa lambung sehingga menyebabakan peradangan. Selain kuman
Helycobacter pylori terdapat beberapa mikroorgaisme lain yang dapat menyebabkan
peradangan pada lambung, antara lain: Helicobacter heilmannii, jenis virus seperti
Cytomegalovirus dan Herpes simplex virus, jenis jamur seperti Candida species,
Histoplasma capsulatum, dan Mukonacea juga dapat menginfeksi mukosa gaster
namun hanya pada pasien immunocompromised (Hirlan, 2015).
b. Konsumsi obat golongan NSAID
NSAID merupakan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia, dan di
Amerika Serikat tercatat bahwa penggunaan NSAID menghabiskan 7 juta dollar
pertahun. Pemakaian NSAID dapat menginduksi morbiditas setiap tahun mulai dari
mual dan dispepsia (50 – 60%) kemudian gangguan saluran pencernaan yang lebih
serius seperti ulkus lambung (15 – 30%) hingga dapat menyebabkan komplikasi
seperti perdarahan dan perforasi (1,5%). Faktanya tidak ada dosis NSAID yang
sepenuhya aman digunakan dalam jangka waktu lama, obat golongan NSAID seperti
aspirin dalam dosis rendah sekalipun dapat menginduksi terjadinya ulserasi lambung
(Jameson et al., 2018). NSAID terbukti berisiko menyebabkan gastritis seperti pada
usia lanjut >60 tahun, penggunaan NSAID kombinasi dengan steroid, NSAID dosis
tinggi atau menggunakan dua jenis NSAID, dan menderita penyakit sistemik yang
berat (Hirlan, 2015). NSAID menginhibisi enzim siklooksigenase-1 (COX-1)
sehingga menghambat produksi prostaglandin yang berperan penting sebagai lapisan
proteksi mukosa lambung (Griffiths, 2012).
c. Autoimun
Gastritis terjadi akibat adanya autoantibodi terhadap secretory canalicular structure sel
parietal menyebabkan produksi asam lambung berkurang atau hipoklorhidria sehingga
rentan terhadap infeksi bakteri dan produksi faktor intrinsik juga berkurang
menyebabkan gangguan absorbsi vitamin B12. Vitamin B12 berperan dalam sintesis
DNA dan produksi sel darah merah, pada defisiensi vitamin B12 maturasi sel darah
merah relatif lambat menyebabkan nukleus belum terekstrusi saat diedarkan ke
sirkulasi mengakibatkn terjadinya anemia pernisiosa atau disebut anemia
megaloblastik yang beresiko menjadi kanker lambung. Insiden gastritis autoimun
meningkat pada individu dengan gen HLA-B8 dan HLA-DR3. Asam lambung
memegang peran penting terhadap produksi gastrin oleh sel G, kadar gastrin relatif
meningkat (>500 pg/mL) pada pasien anemia pernisiosa. Biasanya kondisi ini
berhubungan dengan penyakit autoimun lainnya seperti gangguan tiroid, penyakit
adison dan riwayat keluarga dengan anemia pernisiosa (Griffiths, 2012; Jameson et
al., 2018)
Menurut Smeltzer (2017) penyebab Gastritis yaitu:
a. Konsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, steroid kortikosteroid).
Aseteminofen dan kostikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung,
NSAIDS (nonsteroid anti inflamasi drugs) dan kostikosteroid menghambat sintesis
prostaglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung
menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung.
b. Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Terapi radiasi,
reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan kerusakan mukosa
lambung dan menimbulkan edema serta pendarahan.
c. Kondisi stress atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan susunan
saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.
d. Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter pylory, Eschericia coli, salmonella, dan lain-
lain.
e. Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi turut mempengaruhi penularan kuman
di komunitas, karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter
pylory, walaupun persentase keberhasilannya sangat rendah.
f. Jamur dari spesies Candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan Mukonaceace dapat
menginfeksi mukosa lambung hanya pada pasien immunocompromezed. Pada pasien
yang sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan
jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit.
g. Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylory dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika diabaikan dapat
menjadi kronik.

4. Klasifikasi
Klasifikasi gastritis menurut Amin & Hardhi (2015) adalah
a. Gastritis Akut
1) Gastritis akut tanpa pendarahan
2) Gastritis akut dengan perdarahan (Gastritis hemoragik atau Gastritis erosive)
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan
yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit,
iritasi bahan semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, refluks empedu atau cairan
pankreas.
b. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).
c. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga Gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari
duodenum.

5. Patofisiologi Terjadinya Penyakit


Inflamasi dalam waktu lama pada lambung disebabkan baik oleh bakteri H. phylori,
Obat obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dan Kafein. Obat-obatan
(NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dapat mengganggu pembentukan sawat
mukosa lambung, sedangkan H. phylori akan melekat pada epitel lambung yang berakibat
menghancurkan lapisan mukosa lambung sehingga menurunkan barrier lambung terhadap
asam dan pepsin. Salah satu yang menyebabkan inflamasi dalam waktu lama adalah kafein,
kafein dapat menurunkan produksi bikarbonat yang dapat berakibat menurunkan kemampuan
protektif terhadap asam (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).
Dari menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin akan berakibat difusi
kembali asam lambung dan pepsin. Setelah itu, akan terjadi inflamasi dan erosi mukosa
lambung. Inflamasi akan membuat nyeri epigastrium akan memunculkan masalah Nyeri akut
sehingga menurunkan sensori untuk makan dan akan berakibat menjadi anoreksia, mual,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, muntah, kekurangan volume cairan,
erosi mukosa lambung akan menurunkan tonus dan peristaltik lambung serta mukosa
lambung kehilangan integritas jaringan. Dari menurunnya tonus dan peristaltik lambung,
maka akan terjadi refluk isi duodenum kelambung yang akan menyebabkan mual, serta
dorongan ekspulsi isi lambung kemulut dan akhirnya muntah.
Dengan adanya anoreksia, mual dan muntah akan memunculkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu dengan adanya muntah,
mukosa lambung kehilangan integritas jaringan berakibat terjadinya perdarahan yang akan
memunculkan masalah kekurangan volume cairan (Joyce M Black & Jane Hokanson Hawks,
2014)
6. Pathway

Obat-obatan (NISAD, H. phylori Kafein


aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis)

Melekat pada epitel Menurunkan produksi


lambung bikarbonat (HCO3)
Mengganggu pembentukan
mukosa lambung
Menghancurkan lapisan Menurunkan kemampuan
mukosa lambung protektif terhadap asam

Kurang Defisit pengetahuan


Menurunkan barrier lambung informasi
terhadap asam dan pepsin

Ansietas
Menyebabkan difusi kembali
asam lambung dan pepsin

Inflamasi Erosi mukosa lambung

Nyeri epigastrium
Menurunkan tonus dan Mukosa lambung
peristaltik lambung kehilangan
integritas jaringan
Menurunkan sensori Nyeri akut
untuk makan Refluk isi duodenum
ke lambung Perdarahan

Anoreksia
Risiko
Dorongan ekspulsi isi
Hipovolemia
Mual
Defisit Nutrisi lambung ke mulut

Muntah
7. Gejala Klinis
a. Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala
yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan –
keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat
ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada
tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi
yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,
takikardia sampai gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam
di mulut.
b. Gastritis kronis
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12, sakit ulu hati
setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Rambut
1) Inspeksi : distribusi, kualitas, kuantitas, alopecia, inflamasi, odema, lesi
2) Palpasi : benjolan dan nyeri tekan
3) Perusi : perkusi dengan hati-hati tanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit atau
tidak
b. Mata
1) Inspeksi : bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera, pupil, kesimetrisan mata
kanan kiri
2) Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
c. Telinga
1) Inspeksi : kesimetrisan telinga kanan kiri, periksa serumen
2) Palpasi :periksa benjolan dan nyeri tekan
d. Rongga mulut dan Faring
1) Inspeksi : warna, karies, tekstur, lesi, dehidrasi, halitosis
2) Palpasi : periksa benjolan dan nyeri tekan
e. Hidung dan Sinus
1) Inspeksi : kesimetrisan hidung, periksa secret, rambut-rambut hidung,
menggunakan O₂ / tidak, terdapat cairan/tidak
2) Palpasi : periksa benjolan dan nyeri tekan
f. Leher
1) Inspeksi : kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar teroid, kelenjar limfe, lesi
2) Palpasi : periksa apakah terdapat krepitasi/tidak
g. Dada (Jantung dan paru-paru )
1) Inspeksi : kesimetrisan bentuk thoraks, kesimetrisan pergerakan dada, kesimetrisan
clavicula, lesi
2) Palpasi : periksa apakah terdapat krepitasi/tidak, nyeri tekan, vettebra servikalis 8-8
/ 9-9
3) Perkusi : untuk mendapatkan informasi batas-batas, ukuran,posisi dan kualita
jaringan atau alat (paru dan jantung), dengarkan perkusi apakah terdapat suara ,
udara dan cairan
4) Auskultasi : dengerkan irama dan frekuensi suara jantung
h. Abdomen
1) Inspeksi : periksa permukaan abdomen
2) Auskultasi : periksa 9 regio pada abdomen
3) Perkusi : berguna untuk orientasi abdomen untuk memperbaiki distribusi ukuran
hepar, menentukan asites, dan untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan
usus
4) Palpasi : untuk mengetahui adanya ketegangan otot nyeri tekan abdomen dan
beberapa organ dan masa supenical dan pemeriksaan ginjal.
i. Kulit
1) Inspeksi : warna, tekstur, tugor, ketebalan
2) Palpasi : suhu
j. Pemeriksan ektremits atas dan bawah
1) Inspeksi : kesimetrisan, tugor kulit,lesi odem, CRT
2) Palpasi : benjolan nyeri tekan

9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. EGD (Esofagogastroduodenoskopi); untuk melihat perdarahan GI bagian atas dengan
melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
b. Minum Barium dengan foto Rontgen; dilakukan untuk membedakan diagnosa
penyebab / lesi.
c. Analisa Gaster ; dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji alat vitas
sekretori mukosa gaster.
d. Angiografi ; Vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan
atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi
perdarahan.
e. Fesef ; akan positif.
f. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
1) HB/HT : penurunan kadar darah dalam tubuh setelah perdarahan. Jumlah darah
lengkap, dapat meningkat, menunjukkan respon tubuh terhadap cedera.
2) BUN : meningkat dalam 24-48 jam karena protein darah dipecah dalam saluran
pencernaan dan filtrasi ginjal menurun.
3) Kreatinin : tidak meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.
4) Amonia : dapat meningkat bila disfungsi hati berat mengganggu metabolisme dan
eksresi urine.
5) GDA : dapat menyatakan alkalosis respiratori dan asidosis metabolic.
6) Natrium : dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh. Kalium : dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster
berat/muntah/diare berdarah.
7) Amilase Serum : meningkat dengan penetrasi posterior ulkus duodenal.
8) Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronik.
(Alianto, 2015)
10. Komplikasi
Komplikasi menurut Sipponen dan Maaroos (2015) yaitu:
a. Komplikasi pada gastritis akut adalah :
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang
– kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Terjadi ulkus jika prosesnya hebat.
3) Jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi pada gastritis kronik adalah :
1) Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap
vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat
menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa.
Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibodi terhadap faktor
intrinsik.Selain vitamin B12 penyerapan besi juga dapat terganggu.
2) Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum
pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan lambung, terutama
gastritis kronik antrum pilorus.

11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
1) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
5) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6) Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet
dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
7) Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
b. Gastritis Kronis
1) Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2) Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara
teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-
obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate
yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3) Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah
omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini
juga menghambat kerja H. pylori.
4) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin)
dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi terhadap H.
Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling
sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa
sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh
H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi
kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat.
Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan
dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan
atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
b. Identitas pasien
Data biografi terkait pasien, meliputi biodata pasien dan penanngung jawab.
c. Keluhan utama
Pasien dengan gastritis biasanya keluhan berupa nyeri, mual dan muntah
d. Riwayat kesehatan saat ini
Pasien menderita gastritis sejak lama nyeri pada ulu hati, mual saat makan kleuhan
nyeri kaji menggunakan PQRST P (provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi
berat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti apakah rasa
tajam, tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi perjalanan nyeri. S
(Severity), yaitu skala/ keparahan atau intensitas nyeri. T (Time), yaitu lama/waktu
serangan atau frekuensi nyeri
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang penyakit apa saja
yang pernah di derita, riwayat operasiserta tanyakan apakah pernah masuk rumah
sakit sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Tanyakan pada pasien mengenai riwayat penyakit keluarga seperti (Diabetes Melitus,
Hipertensi, Asma) dan penyakit menular.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (lemah)
2) Tingkat kesadaran (composmentis)
3) Glasgow Coma Scale (GCS)
4) Tanda-Tanda Vital
5) Tinggi badan, Berat badan, IMT (Indeks Massa Tubuh)
6) Sistem Kardiovaskuler
7) Sistem Pernafasan
8) Sistem Integumen
9) Sistem Perkemihan
10) Sistem Musculoskeletal
- Look 
- Feel 
- Move 
11) Sistem Endokrin
12) Sistem Immun Hematologi
13) Sistem Gastrointestinal
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro
interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik /
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi /
karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan
diet, penggunaan antasida).
14) Sistem Reproduksi
15) Sistem Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi/bingung samapi pingsan dan koma (tergantung volume
sirkulasi/oksigenasi)
i. Pengkajian fungsional
1) ADL (Activity Daily Living)
- Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari/Activity Daily Living (ADL)
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
A
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
C
tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
D
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
E
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
F
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu

- Barthel Indeks
N Item yang
Skor Nilai
O dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bladder) tidak terkontrol
1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
(Bowel) perlu enema)
1 = Kadang inkotinensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

2) Pengkajian kognitif
- Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan
Kete
Skore
rang No Pertanyaan Jawaban
+ -
an
1 Tanggal berapa hari ini?
-
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya
sampai bilangan terkecil)

Kesal
- Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
- Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
- Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
- Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
- Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimu pasien
m
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan
masing-masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimu pasien
m
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau
tetapi (1 poin)
Nilai total
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
3) Pengkajian Status Emosional
- Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a) Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
b) Apakah klien sering merasa gelisah?
c) Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
b) Ada atau banyak pikiran?
c) Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
d) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e) Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”MASALAH EMOSIONAL
POSITIF (+)
4) Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien pada orang
lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
5) Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian,
harapan-harapan klien, dan lain-lain.
6) Pengkajian Depresi
Pengkajian depresi menggunakan Geriatric Depression Scale)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa
puas dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/
kosong di dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan?
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai
harapan yang baik di masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai
pikiran jelek yang mengganggu terus
menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat
yang baik setiap saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia
sebagian besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak
mampu berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah
dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal
dirumah daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir
tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini
sering pelupa?
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup
Bapak/ Ibu sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih
dan putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga
akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir
tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini
mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk
memulai kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh
semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi
sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang
lain lebih baik keadaanya daripada Bapak/
Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena
hal- hal yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin
menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi?
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu
bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul
di pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat
suatu keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap
mudah dalam memikirkan sesuatu seperti
dulu?
Ket: Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat

7) Pengkajian Risiko Jatuh


- Pengakjian dengan menggunakan MORSE Scale
Tgl
Jam
No Item Penilaian
I 1 2 3 4
Skor
A
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat
Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/ psikotropika/narkotika 2
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower
catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk 2
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ 2
ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson 3
c. Pasca bedah 0-24 jam

Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf

- Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)


NOLANGKAH
1P Posisi pasien duduk di kursi
Meminta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke
2 kursi, ukur waktu dalam detik

8) APGAR keluarga
NO ITEMS PENILAIAN SELALU (2) KADANG - TIDAK
KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman- teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)

2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya
(hubungan)

3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman)
saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas
(pertumbuhan)

4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai

5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama mengekspresikan afek dan
berespon

JUMLAH

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat.
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
e. Risiko Hoipovolemia berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
1. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 D. 0077 Nyeri
Setelah dilakukan tindakan SIKI: (I.08238) Manajemen Nyeri Observasi
akut berhubungan keperawatan selama … x … Observasi 1) Dengan mngetahi lokasi, karakteristik
dengan agen kunjungan diharapkan masalah 1) lokasi, karakteristik, durasi, dan durasi dan frekuensi, kualitas dan
pencedera keperawatan pasien dapat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri intensitas nyeri kita bisa memberikan
fisiologis teratasi dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi skala nyeri terapi yang sesuai untuk pasien.
(inflamasi) SLKI : (L.08066) Tingkat 3) Identifikasi respon nyeri non verbal 2) Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
Nyeri 4) Identifikasi faktor yang 3) Respon nonverbal dapat menunjukkan
1. Kemampuan menuntaskan memperberat dan memperingan indikasi nyeri pada pasien
aktivitas mningkat nyeri 4) Dengan mengetahui factor yang
2. Keluhan nyeri menurun 5) Identifikasi pengaruh nyeri pada memperberat nyeri perawat mampu
3. Meringis menurun kualitas hidup memberikan terapi yang tepat.
4. Sikap protektif menurun 6) Monitor keberhasilan terapi 5) Untuk mengetahui adanya kualitas
5. Gelisah menurun komplementer yang sudah diberikan hidup yang berkurang karena adanya
6. Sulit tidur menurun 7) Monitor efek samping penggunaan nyeri
7. Frekuensi nadi membaik analgetik 6) Untuk mengevaluasi tindakan yang
8. Pola nafas membaik Terapeutik telah diberikan
9. Tekanan darah membaik 8) Berikan teknik nonfarmakologis 7) Dengan mengetahui adanya efek
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. samping obat yang diberikan perawat
TENS, hypnosis, akupresur, terapi dapat memberikan terapi yang tepat
musik, biofeedback, terapi pijat, pada paisen.
aroma terapi, teknik imajinasi Terapeutik
terbimbing, kompres hangat/dingin, 8) Untuk mengurangi nyeri yang
terapi bermain) dirasakan pasien
9) Control lingkungan yang 9) Untuk mencegah peningkatan rasa
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu nyeri yang dirasakan pasien
ruangan, pencahayaan, kebisingan) 10) Untuk meningkatkan istirahat pasien
10) Fasilitasi istirahat dan tidur 11) Untuk menentukan tindakan yang
11) Pertimbangkan jenis dan sumber tepat untuk mengurangi nyeri
nyeri dalam pemilihan strategi Edukasi
meredakan nyeri 12) Agar pasien mngetahui nyeri yang
Edukasi dialami
12) Jelaskan penyebab, periode, dan 13) Agar pasien mampu meredakan nyeri
pemicu nyeri secara mandiri
13) Jelaskan strategi meredakan nyeri 14) Agar pasien mampu menggunakn
14) Ajarkan teknik nonfarmakologis teknik nofarmakologis secara mandiri
untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi 15) Untuk mengurangi nyeri yang
15) Kolaborasi pemberian analgetik, dirasakan pasien
jika perlu
2 D. 0019 Defisit Setelah diberikan asuhan SIKI (I.03119) Manajemen Nutrisi
nutrisi keperawatan selama …x Observasi
berhubungan kunjungan, diharapkan pasien 1. Identifikasi status nutrisi Observasi
dengan tidak mengalami defisit nutrisi 2. Identifikasi alergi atau intoleransi 1. Mengetahui status nutrisi pasien
ketidakmampuan dengan kriteria hasil: makanan 2. Menghindari alergi atau intoleransi
mengabsorbsi SLKI (L.03030) Status 3. Identifikasi makanan yang disukai makanan pada pasien
nutrient Nutrisi 4. Identifikasi perlunya penggunaan 3. Meningkatkan napsu makan pasien
1. Porsi makan yang selang nasogastric 4. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
dihabiskan meningkat 5. Monitor asupan makanan melalui selang nasogastric yang
2. Berat badan membaik 6. Indentifikasi perlunya langsung masuk ke dalam lambung
3. IMT membaik penggunaan selang nasogastric 5. Asupan nutrisi dapat
7. Monitor berat badan mempengaruhi berat badan pasien
8. Monitor hasil pemeriksaan 6. Makanan bisa masuk langsung ke
laboratorium lambung karena ketikdakmampuan
Terapeutik pasien untuk memasukan makanan
9. Lakukan oral hygine sebelum melalui oral
makan jika perlu 7. Mengetahui apakah pasien
10. Berikan suplemen makanan, jika mengalami penurunan/kenakan
perlu berat badan
11. Berikan makanan tinggi serat 8. Hasil pemeriksaan lab yang
untuk mencegah konstipasi menurun menunjukkan adanya
12. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein kekurangan kebutuhan ntrisi pasien
13. Hentikan pemberian makanan Terapeutik
melalui selang nasogastric jika 9. Memberikan rasa nyaman pada
asupan oral dapat ditoleransi mulut sebelum meulai makan
Edukasi 10. Menambah nafsu makan pasien
14. Anjurkan posisi duduk, jika 11. Konstipasi menyebabkan perut
mampu terasa penuh sehingga pasien tidak
Kolaborasi nyaman dan merasa perutnya penuh
15. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 12. TKTP mengandung banyak protein
menentukan jumlah kalori dan sehingga dapat memenuhi
jenis nutrisiyang dibutuhkan, Jika kebutuhan energy pasien
perlu 13. Jika pasien sudah bisa memasukan
pasien melalui oral
Edukasi
14. Posisi duduk bertujuan mencegah
terjadinya tersedak ketika pasien
sedang makan
Kolaborasi
15. tindakan kolaborasi dapat
membantu kesembuhan pasien
3 D. 0080 Ansietas
Setelah diberikan asuhan SIKI : (I.09314) Reduksi Ansietas Observasi
berhubungan keperawatan selama …x …
dengan kunjungan keperawatan pasien Observasi 1) Kondisi, waktu dan stressor tertentu
kekhawatiran diharapkan dapat teratasi 1) Identifikasi saat tingkat anxietas dapat meningkatkan ansietas pasien
mengalami dengan kriteria hasil berubah (mis. Kondisi, waktu, 2) Untuk mengetahui kemampuan klien
kegagalan SLKI : Tingkat ansietas stressor) dalam mengambil keputusan
(L.09093) 2) Identifikasi kemampuan mengambil 3) Tanda verbal dan noverbal dapat
1. Verbalisasi khawatir keputusan menjadi indikasi ansietas pasien
kondisi yang dihadapi 3) Monitor tanda anxietas (verbal dan
Terapeutik
menurun non verbal)
2. Perilaku gelisah menurun Terapeutik 4) Untuk membina hubungan saling
3. Peilaku tegang menurun 4) Ciptakan suasana terapeutik untuk percaya
4. Keluhan pusing menurun menumbuhkan kepercayaan 5) Untuk mengurangi rasa cemas pasien
5. Pucat menurun 5) Temani pasien untuk mengurangi 6) Dengan memahami situasi yang
6. Pola tidur membaik kecemasan , jika memungkinkan membuat pasien ansietas, perawat
7. Frekuensi pernafasan 6) Pahami situasi yang membuat mampu memberikan tindakan yang
membaik anxietas tepat
8. Frekuensi nadi membaik 7) Motivasi mengidentifikasi situasi 7) Agar pasien mengetahui penyebab
9. Tekanan darah membaik yang memicu kecemasan cemas yang dirasakan
Edukasi Edukasi
8) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami 8) Agar pasien mengetahui prosedur yang

9) Informasikan secara factual akan dilakukan

mengenai diagnosis, pengobatan,


dan prognosis 9) Agar pasien mengetahui kondisinya.
10) Anjurkan keluarga untuk tetap 10) Untuk mengurangi rasa cemas yang
bersama pasien, jika perlu dirasakan pasien
11) Anjurkan mengungkapkan perasaan 11) Untuk mengetahui perasaan pasien
dan persepsi 12) Agar pasien merasa lebih nyaman
12) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi
13) Kolaborasi pember ian obat anti 13) Untuk mengurangi rasa cemas pasien
anxietas, jika perlu
4 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
pengetahuan keperawatan selama … x Observasi
kunjungan diharapkan defisit 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui apakah klien siap
pengetahuan teratasi dengan menerima informasi menerima informasi yang akan
kriteria hasil: T Terapeutik diberikan
1. Verbalisasi minat dalam 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan 2. Agar klien mengetahui kapan akan
belajar meningkat sesuai kesepakatan diberikan pendidikan mengenai
2. Pertanyaan tentang kesehatan
masalah yang dihadapi 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 3. Memberikan kesempatan klien
menurun Edukasi mengetahui lebih banyak informasi
3. Persepsi yang keliru 4. Jelaskan faktor resiko yang dapat 4. Agar klien mengatahui faktor resiko
terhadap masalah menurun memperngaruhi kesehatan yang akan mempengaruhi
4. Menjalani pemeriksaan
yang tepat kesehatannya
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan 5. Membantu klien dalam menerapkan
sehat perilaku hidup bersih dan sehat
5 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan
S SIKI: Manajemen Hipovolemia
volume cairan keperawatan selama … x Observasi :
kunjungan diharapkan status 1. Periksa tanda dan gejalan 1. Untuk menegtahui tanda dan gejala
cairan pasien membaik , hipovolemia (mis. Frekuensi nadi hipovolemia
dengan kriteria hasil : meningkat, nadi teraba lemah,
SLKI: Status Cairan tekanan darah menurun, tekanan
1. TTV dalam batas nadi menyempit, turgol kulit
normal menurun, membrran mukosa kering,
TD : 90/60-120/80 volume urine menurun, hematokrit
mmHg meningkat, haus lemah)
N : 60-100 x/menit Terapiutik
S : 36,50C – 37,50C 2. Hitung kebutuhan cairan 2. Untuk mengetahui kebutuhan cairan
RR : 16-22 x/menit pada pasien
2. Turgol kulit elastis 3. Berikan asupan cairan oral 3. Untuk mengganti cairan elektrolit yang
3. Kadar HB normal 12- Edukasi : hilang
13 g/dL 4. Anjurkan memperbanyak asupan 4. Berikan asupan cairan oral
cairan oral
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian cairan iv 5. Untuk mengatasi hilangnya cairan
isotonis tubuh
6. Kolaborasi pemberian produk darah 6. Membantu pasien proses penyembuhan
pasien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan, terdiri dari data SOAP
(Subjektif: data dari pasien/keluarga, Objektif: outcome yang diharapkan, Assessment:
kriteria hasil tercapai, sebagian, tidak tercapai, Planning: Rencana tindak lanjut).
DAFTAR PUSTAKA

Alianto, R. 2015. Gambaran Histopatologi Karsinoma Hepatoseluler. Cermin Dunia


Kedokteran. 440-444

Antu, A. 2018, Hubungan Kecemasan dengan Kejadian Gastritis di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango, Skripsi. Program studi S1 Keperawatan, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo

Black, Joyce M., & Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Mediakl Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika

Brunner and Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2.
Jakarta : EGC

Dairi, L., Siregar, G. A., dan Sungkar, T. 2018, The Comparison of Serum Malondialdehyde
Level Between H. pylori Positive and H. pylori Negative Gastritis Patients, The
Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy,
vol.19, no.1, pp. 4.

Farishal, A., Vidial, E. R., Rina, dan Kriswiastiny. 2018, Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Kasus Gastritis Erosif Kronik Pada Geriatri Dengan Riwayat Konsumsi NSAID,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, vol. 6, no. 2, pp. 22- 34.

Hardi dan Huda Amin, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc ). Yogyakarta : Mediaction

Hirlan. 2015, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI, Interna Publishing, Jakarta.

Jameson, J. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Longo, D. L., dan Loscalzo, J.
2018, Harrison’s Principles of Internal Medicine. 20th edition, McGraw-Hill
Education.

Jayanti, R. P. 2017, Pola penggunaan obat pada pasien gastritis di RSUD Karanganyar pada
tahun 2015, Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi, Surakarta.

Novitasary, A., Sabilu, Y., dan Ismail, C. S. 2017, Faktor Determinan Gastritis Klinis Pada
Mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Tahun 2016,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, vol. 2, no.6.

Sani, W., Tina, L., dan Jufri, N. N. 2016, Analisis Faktor Kejadian Penyakit Gastritis Pada
Petani Nilam Di Wilayah Kerja Puskesmas Tiworo Selatan Kab. Muna Barat Desa
Kasimpa Jaya Tahun 2016, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, vol. 1,
no. 4, pp. 2.

Selviana, B. Y. 2015, Effect Of Coffee And Stress With The Incidence Of Gastritis, J.
Majority, vol. 4, no. 2, pp. 1-5.

Sipponen, P. dan Maroos, H. 2015. Chronic gastritis, Scandinavian Journal of


Gastroenterology, 50: 657-667.

Smeltzer, C. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Tussakinah, W., Masrul, M., & Burhan, I. R. (2018). Hubungan Pola Makan dan Tingkat
Stres terhadap Kekambuhan Gastritis. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 217–225.

Widayat, W., Ghassani, I. K., dan Rijai, L. 2018, Profil Pengobatan Dan DRP‟S Pada Pasien
Gangguan Lambung (Dyspepsia, Gastritis, Peptic Ulcer) Di RSUD Samarinda,
Jurnal Sains dan Kesehatan 2018, vol. 1, no. 10, pp. 539–547.
https://doi.org/10.25026/jsk.v1i10.100

Anda mungkin juga menyukai