Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DIAGNOSIS GASTRITIS DENGAN


DIAGNOSA UTAMA NYERI AKUT DI RUANG AL-QATAR RS DOMPET DUAFA
PARUNG BOGOR

Disusun oleh :

Riyan Maysanto 2010701057

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI D-3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

OKTOBER 2021
BAB 1

A. TINJAUAN TEORI
1. Pendahuluan
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut dan kronik. Penyebab gastritis meliputi : stress, alkohol, pola makan tidak teratur,
serta Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS). Tanda dan gejala dari gastritis adalah
nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa asam di mulut, dan anoreksia. Nyeri ulu hati
merupakan salah satu tanda gejala khas pada penderita gastritis. Gastritis merupakan
salah satu masalah kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat dan masalah kesehatan
saluran pencernaan yang banyak terjadi di masyarakat. (Rahayuningsih, 2012).

Badan penelitian kesehatan dunia Word Health Organization (WHO) (2017) mengadakan
tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka
kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, Cina 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, dan Prancis 29,5%. Sedangkan yang terjadi di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi
dari pada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (Tussakinah
ddk dalam Jurnal Kesehatan Andalas, 2018)

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO (2017) adalah 40,8%,
dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan angka
kejadian 274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Sunarmi, 2018). Berdasarkan
profil kesehatan Indonesia tahun 2018, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
30.154 kasus (4,9%). Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (2018)
angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6%
yaitu di kota Medan, dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,
Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%
(Depkes RI, 2018)
2. Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenal mukosa lambung sampai peradangan ini
dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung terlepasnya epitel akan gangguan
saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada
lambung ( Ratu & Adwan, 2013 )

Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung nya yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain. selain itu beberapa bahan yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya sawar
mukosa pelindung lambung. (Wijaya & Putri, 2013 )

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung, peradangan ini


mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan,
Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung ( sukarmin,
2013 )
3. Etiologi Gastritis
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sebagai berikut (1)
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgesi, anti inflamasi terutama aspirin ( aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung ). Bahan kimia, misalnya :
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis
2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui pasti dikasih ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi diduga pada peminum alkohol ( heater, 2011 )

Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi
lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab : (2)
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori
(bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Tidak ada
bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat
asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di
lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan
oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. Cederanya sendiri
mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera
yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari : bahan-bahan seperti obat-obatan,
terutama aspirin dan obat antiperadangan non-steroid lainnya, penyakit Crohn, infeksi
virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa
disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka,), paling sering
terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi  terhadap infestasi cacing
gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut gastritis ini
juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat
(menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia
pernisinosa kerena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan.
g. Panyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Dinding
lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista
yang berisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma
(salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ lainnya.
Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi
penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
(Dalam Wijaya & Putri, 2013)

4. Patofisologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat-obatan
antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat menimbulkan
reaksi peradangan.

Inflamasi mukosa lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung.
Ion H+ yang merupakan susunan utama asam lambung di produksi oleh sel parietal
lambung dengan bantuan enzim Na+/K+ ATPase. Peningkatan sekresi lambung dapat
dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stress,
marah melalui saraf parasimpatik vagus akan terjadi peningkatan transmitter asetikolin,
histamine, gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ion H+ yang tidak diikuti peningkatan penawarnya seperti prostaglandin,
HCO3+ mukus akan menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi reaksi
inflamasi.

Peningkatan sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut eferen nervus vagus
yang menuju medulla oblongata melalui kemoreseptor yang banyak mengandung
neurotransmitter epinefrin, serotonin, GABA sehingga lambung teraktivasi oleh rasa
mual dan muntah.

Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi. Sedangkan muntah


mengakibatkan penurunan asupan nutrisi juga mengakibatkan penurunan cairan tubuh
dan cairan dalam darah (hipovolemia). Kekurangan cairan merangsang pusat muntah
untuk meningkatkan sekresi antidiuretik hormon (ADH) sehingga terjadi retensi cairan,
kehilangan NaCL, NaHCO3 berlebihan di tambahkan dengan kehilangan natrium leawat
muntah maka penderita dapat jatuh hiponatremia. Muntah juga mengakibatkan penderita
kehilangan K+ (hipokalemia) dan penderita dapat jatuh pada kondisi alkalosis yang
diperburuk oleh hipokalemia. Muntah yang tidak terkontrol juga dapat mengancam
saluran pernafasan melalui aspirasi muntahan.
Perbaikan sel epitel dapat dicapai apabila penyebab yang menggerus di hilangkan.
Penutupaan celah yang luka dilakukan melalui migrasi sel epitel dan pembelahan sel
yang dirangsang oleh insulin like growth factore dan gastrin. (Ratu dan Adwan, 2013
5. Pathway

6. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis yang muncul berbeda sesuai dengan jenis gastritis. Gejala klinis itu
antara lain :
1) Gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai yang berat dan dapat menimbulkan kematian. Penyebab kemtaian yang
sangat penting adalah adanya perdarahan gaster. Gejala yang sangat mencolok
adalah :
a) Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati, biasanya ringan
dan tidak dapat di tunjuk dengan tepat lokasinya.
c) Mual-mual dan muntah.
d) Perdarahan saluran cerna.
e) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan di jumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f) Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
2) Gastritis kronis non erosi
a) Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan kadang tidak
jelas.
b) Perasaan penuh, anoreksia. Ini diakibatkan sekresi yang berlebihan pada
lambung ketika ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan
menjadi menurun karena sebagian besar telah diisi oleh mukus dan cairan
hasil sekresi
c) Distres epigastrik yang tdak nyata. Ini berkaitan dengan perasaan gaster
seperti penuh padahal kalau di lakukan pengecekan secara detail
lambung tidak mengalami peningkatan intralumennya. Respons ini
terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi penderita
seolah-olah terbawa emosi lambungnya terasa penuh terus.
d) Cepat keyang. Penjelasan mengenai cepat kenyang prosesnya seperti
lambung terasa cepat penuh.
3) Gastritis atropi
a) Nyeri epigastric Timbulnya nyeri pada epigastrik atropi akibat
peningkatan sekresi gastrin, tetapi justru mengalami penurunan getah
lambung akibat atropi parietal. Mukosa kehilangan banyak zat
pelindung sehingga mengalami iritasi yang mengenai nosiseptor.
b) Anemia pernisiosa Penurunan ikatan terhadap kobalamin pada
intestinum dapat mengakibatkan anemia pernisiosa sebagai dampak
penurunan faktor intrinsik dari lambung.
c) Mual dan muntah
4) Gastritis reaktif
a) Muntah yang berlebihan Kegagalan atau letidaksempurnaan hasil
operasi organ abdomen dapat mengakibatkan gangguan pada duktus
enzim pencernaan. Gangguan ini dapat merangsang refleks refluks
gastroesofageal seerti refluks enzim lipase dari pankreas dan garam
empedu dari hepar yang mengakibatkan pengikisan mukosa lambung.
Refluks tersebut dapat memicu peningkatkan sekresi labung dan
rangsangan saraf vagus yang berakibat kenaikan motalitas lambung
yang berakbat muntah.
b) Nyeri epigastric Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu
dapat menurunkan ambang nyeri. Penderita menjadi sensitif terhadap
nyeri.
c) Lemah dapat diakibatkan oleh penurunan cairan dan nutrisi oleh
muntah yang berlebihan. (Ratu dan Adwan, 2013)

7. Komplikasi
a) Gastritis akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA). Berupa hematemesis dan melena,yang berakhir dengan
shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun
jarang terjadi perforasi.
b) Gastritis kronis
Komplikasi yang timbul pada gastritis kronis adalah gangguan penyerapan
vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini, menyebabkan
timbulnya anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi, dan penyempitan
darah pilorus (peleoasan dari lambung ke usus dua belas jari). (Ardiansyah
Muhamad, 2012).

8. Pemeriksaan penunjang
a. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
c. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
d. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera
e. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas
sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan
asam noktura penyebab ulkus duodenal.
g. Feses: tes feses akan positifH. Pylory Kreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan.
h. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme dan
eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan.
i. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan cairan
tubuh.
j. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah atau
diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusi darah.
9. Penatalaksanaan
1 ) Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :
a. Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
b. Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk
gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
c. Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
f. Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.
2 ) Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan (2010) meliputi :
a. Tirah baring.
b. Mengurangi stress.
c. Diet
B. TEORI TINJAUN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Fokus pengkajian
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
(a) Kebiasaan-kebiasaan yang menggangu kesehatan : merokok, minum-minuman
keras atau obat-obatan.
(b) Tindakan yang sudah dilakukan.
2) Pola nutrisi dan Metabolik
(a) Adanya hematomisis dan regurgitasi makanan.
(b) Adanya sendawa dan rasa penuh di epigastrium setelah makan.
(c) Adanya mual, muntah, anoreksi/tidak dapat makan, kehilangan/penurunan
berat badan.
(d) Adanya riwayat minum alkohol, aspirin, merokok dan menelan zat-zat beracun.
(e) Adanya kebiasaan makan yang terlalu pedas atau pengiritasi, dan tidak teratur
makan.
(f) Kapan gejala muncul, apakah sebelum atau sesudah makan?
(g) Adanya riwayat diet yang salah.
3) Pola Eliminasi
(a) Adanya susah BAB, kembung, mual/muntah.
4) Pola Aktivitas
(a) Kemampuan beraktivitas sehari-hari normal atau berkurang tergantung kondisi
pasien.

5) Pola Tidur dan Istirahat


(a) Adanya keluhan tidak dapat beristirahat
(b) Adanya keluhan sering terbangun pada malam hari karena nyeri atau
regurgitasi makanan.
6) Pola persepsi-kognitif
(a) Depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya (pada gastritis akut
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik/nyeri uluhati), menelan
dan zat beracun dapat meyebabkan nyeri dan terlokalisir dan nyeri pada waktu
menelan.
(b) Adanya suara serak pada pagi hari (langiritis).
(c) Jika gejala dari menelan zat beracun, ditemukan adanya keluhan pengecapan.
7) Pola coping dan stress toleransi
(a) Adanya keluhan ansietas/stress tingkat tinggi di tempat kerja atau di rumah.
(Dermawan dan Rahayuningsih, 2010)
b) Pemeriksaan fisik
1) Kebiasaan : merokok satu bungkus/hari, mengkonsumsi makanan yang pedas
2) Inspeksi : conjungtiva palpebrae inferior : anemik, dehidrasi (perubahan turgor kulit,
membrane mukosa kering), terlihat menekuk lutut dengan posisi tidur miring.
3) Auskultasi : mendengarkan bising usus
4) Perkusi : hipertimpani
5) Palpasi abdomen : adanya nyeri tekan di daerah epigastrik.
(Dermawan dan Rahayuningsih, 2010)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan keluar/hilangnya cairan tubuh
secara berlebihan (muntah, perdarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak
memadai
c. Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
(Ardiansyah Muhamad, 2012)

3. Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang atau pendek),
penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah
keluarga. (Setiadi, 2008).
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta tindakan
untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang (tujuan umum)
dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). (Achjar, 2010).
1. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
2. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Pasien rileks
b. Pasien dapat tidur
c. Skala nyeri 0-2
Intervensi :
1) Kaji dan catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, dan intensitasnya (dengan
skala nyeri 0-10).
Rasional : untuk menentukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
2) Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering.
Rasional : makanan sebagai penetralisasi asam lambung.
3) Jelaskan agar pasien menghindari makanan yang dapat merangsang lambung,
seperti makanan yang pedas dan asam.
Rasional : makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
4) Atur posisi tidur yang nyaman bagi pasien.
Rasional : posisi yang nyaman dapat menurunkan nyeri.
5) Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti menarik nafas dalam,
mendengarkan musik, menonton TV, dan membaca.
Rasional : teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian pasien, sehingga dapat
menurunkan nyeri.
6) Berikan terapi obat analgesik dan antasida.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri lambung.
3. Diagnosa II : Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
keluar/hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah, perdarahan) ditambah dengan
asupan cairan yang tidak memadai.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pemenuhan
kebutuhan cairan tubuh tetap memadai dengan kriteria hasil :
a. Pasien tidak mual atau muntah
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Membran mukosa lembab
d. Turgor kulit baik

Intervensi :
1) Catat karakteristik muntah dan drainase.
Rasional : untuk membedakannya dengan gejala distres gaster
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi sebagai indikator terjadinya dehidrasi
3) Pertahankan tirah baring.
Rasional : untuk menurunkan kerja gaster, sehingga mencegah terjadinya muntah.
4) Berikan cairan untuk menetralisir asam lambung
Rasional : Agar keseimbangan tubuh bisa tetap terjaga
5) Jelaskan pada pasien untuk menghindari kopi.
Rasional : kopi dapat merangsang produksi asam lambung.
6) Berikan terapi antibiotik, antasida, dan vitamin K sesuai program medis.
Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis dan hematemesis.
4. Diagnosa III : Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kecemasan
berkurang dengan kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda kecemasan (seperti : muka pucat, berdebar-
debar, menunjukkan ekspresi ketakutan)
b. Pasien tampak lebih tenang
Intervensi :
1) Awasi respon fisiologi,misal takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi
kesemutan.
Rasional : dapat menjadi indikator untuk menilai derajat takut yang dialami pasien.
Tetapi, respons ini dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/status shock.
2) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan takut dan kecemasan yang ia hadapi
dengan memberikan umpan balik.
Rasional : membuat sebuah hubungan teraupetik.
3) Berikan informasi yang akurat.
Rasional : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan kecemasan
yang tak perlu akibat ketidaktahuan pasien.
4) Berikan lingkungan tenang untuk pasien beristirahat.
Rasional : memindahkan pasien dari pengaruh stresor luar, meningkatkan relaksasi,
serta dapat meningkatkan keterampilan coping.
5) Dorong orang terdekat untuk tinggal dengan/sering menemani pasien.
Rasional : membantu menurunkan rasa takut karena segala sesuatu tidak harus
dihadapi seorang diri.
6) Tunjukkan teknik relaksasi.
Rasional : belajar cara-cara untuk rileks, sehingga dapat membantu menurunkan
rasa takut dan cemas pada pasien.
4. Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan, yaitu perawat
melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan
interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien meliputi tindakan
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan,tindakan medis
yang dilakukan perawat (tugas limpah). (Suprajitno,2004)
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam hasil evaluasi dari tindakan
yang dilakukan dengan metode SOAP. Subjektif (S) adalah hal-hal yang di temukan
oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Objektif (O)
adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang telah di capai dengan mengacu
pada tujuan yang terkai dengan diagnosis, Perencanaan (P) adalah perencanaan yang
akan datang setelah melihat respons keluarga pada tahap evaluasi (Ekasari, 2007)
a. Melaporkan nyeri berkurang.
b. Mempertahankan keseimbangan cairan :
1) Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 L/hari
2) Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari
3) Menunjukkan turgor kulit yang adekuat
c. Menunjukkan berkurangnya ansietas.
d. Menghindari makan makanan yang pengiritasi atau minum-minuman yang
mengandung kafein atau alkohol.
e. Mematuhi program pengobatan :
1) Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi
2) Menggunakan obat-obatan sesuai resep.
(Ardiansyah Muhamad, 2012)
C. LAPORAN PENDAHULUAN II ( DIAGNOSA UTAMA )
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan sensasi sensori dari pengalaman subyektif yang dialami setiap
individu dan berbeda persepsi antara satu orang dengan yang lain yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman, tidak menyenangkan berkaitan dengan
adanya atau potensial kerusakan jaringan (Loue & Sajatovic, 2008).

Nyeri dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang sukar dipahami dan fenomena
yang kompleks meskipun universal, tetapi masih merupakan misteri. Nyeri adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang menunjukkan adanya
pengalaman masalah. Nyeri merupakan keyakinan individu dan bagaimana respon
individu tersebut terhadap sakit yang dialaminya (Taylor, 2011).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah fenomena


yang subyektif dimana respon yang dialami setiap individu akan berbeda untuk
menunjukkan adanya masalah atau perasaan yang tidak nyaman.

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang


muncul Akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang digambarkan
sebagai kerusakan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan berat dengan
berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi (Nanda internasional INC, 2015 –
2017 )
2. Pathway

3. Cara mengkaji Nyeri


Mnemonic PQRST untuk pengkajian nyeri
a) P : Provokes (penyebab)
Pertanyaan : Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri; apakah ada hal yang
menyebabkan kondisi memburuk/membaik; apa yang dilakukan jika sakit/nyeri
timbul; apakah nyeri ini sampai mengganggu tidur.
b) Q : Quality (kualitas)
Pertanyaan : Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah rasanya tajam, sakit,
seperti diremas, menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk
(biarkan pasien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).
c) R : Radiates (penyebaran)
Pertanyaan : Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.
d) S : Severety (keparahan)
Pertanyaan : Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0 berarti tidak
sakit dan 10 yang paling sakit. Cara lain adalah menggunakan skala FACES untuk
pasien anak-anak lebih dari 3 tahun atau pasien dengan kesulitan bicara
e) T : Time (waktu)
Pertanyaan : Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau tiba-tiba;
apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang; apakah pasien pernah
mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri yang muncul
merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Nelvawati. 2018. ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS PADA KLIEN NY.I DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO BARU. Accessed Oktober 18, 2021.
http://repo.stikesperintis.ac.id/176/1/58%20NELVAWATI.pdf.

Anda mungkin juga menyukai