Anda di halaman 1dari 18

SYOK HEMORAGIK

BASTIAN LUBIS
19841228 201012 1 003

DEPARTEMEN ANASTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT yang


telahmemberikanrahmatdanhidayah-Nya sehinggapenulisdapatmenyelesaikantulisanini,
sebagai salah satutulisanpada Program
StudiAnastesiologidanTerapiIntensifFakultasKedokteranUniversitas Sumatera Utara.
Tulisaniniberjudul “SyokHemoragik”. Dalampenyelesaiantulisanini,
penulismendapatbanyakbantuandariberbagaipihak.
Untukitupenulisinginmenyampaikanucapanterimakasihdanpenghargaansetinggi-
tingginyakepadasemuapihak yang telahmembantu.
Penulismenyadaribahawatulisaninimasihjauhdarisempurna. Untukitu,
penulismengharapkanmasukanberupakritikdan saran yang membangun demi
kesempurnaantulisanini. Semogatulisaninidapatbergunabagikitasemua.

2
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang 1
1.2. Tujuan 1

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Defenisi 2
2.2. Etiologi 2
2.3 Klasifikasi 3
2.4. Patofisiologi 4
2.5. GejalaKlinis 5
2.6. Tatalaksana 6
2.7. Penyulit 12

BAB 3. KESIMPULAN 14

Daftar Pustaka 15

3
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latarbelakang
Pengaruhsistemikakibatkehilangandarahberkaitanlangsungdengan volume darah yang
keluardaripembuluhdarah. Ketikasebagianbesar volume darahdalamsirkulasihilang,
sepertipada trauma masif, penderitadapatsangatcepatmeninggalkarenaperdarahan.
Penderitadapatmengalamiperdarahantanpaadapetunjukperdarahaneksternalsamasekali.
Initerjadijikadarah yang keluardaripembuluhterkumpuldalamronggatubuh yang
besarsepertirongga pleura ataurongga peritoneum. Jenisperdarahan internal yang
mematikaniniseringsekaliterjadipadacidera yang berat, yang
menyebabkanylangigapatahdanmengoyakparuataujika trauma abdomen mengakibatkan
rupture limpaatauhati. Volume perdarahan juga dapatmemberikanpengaruh yang
berkaitandenganlajuterjadinyakehilangandarah. Kehilangan volume darah yang
lebihbesardapatditoleransilebihbaikjikaterjadisedikit demi
sedikitdaripadaterjadisecaracepatdalamjumlah yang besar.1
Syokbukanlahsuatu diagnosis. Syokmerupakankegagalansirkulasitepimenyeluruh
yang mengakibatkanhipoksiajaringan.
Kematianakibatsyokterjadibilakejadianinimenyebabkangangguannutrisidanmetabolisme
sel.2Syokbersifatprogresifdanterusmemburuk. Lingkaransetandarikemunduran yang
progresifakanmengakibatkansyokjikatidakditanganisecaraagresifselagidini.
Terapisyokbertujuanmemperbaikigangguanfisiologisdanmenghilangkanfaktorpenyebab.
Responterhadapterapiawal, digabungdenganpenemuansaatmelakukanprimary surveydan
secondary survey, biasanyamemberikancukupinformasiuntukmenentukanpenyebabsyoknya.
Perdarahanmerupakanpenyebabsyok yang paling seringditemukanpadapenderita trauma.2,3

1.2.Tujuan
Tujuandaripenulisanrefaratiniadalahuntukmembahassecararingkasmengenaidefinisi, etiologi,
patogenesis, klasifikasi, patofisiologi, gejalaklinis, dantatalaksanasyokhemoragik.

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh yang biasanya terjadi akibat perdarahan yang masif.4,5

2.2. Etiologi
Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik:6
• Terapi antitrombosis
• Koagulopati
• Perdarahan saluran pencernaan
o Varises esofagus
o Ulkus peptikum dan duodenum
o Ca gaster dan esofagus
• Obstetrik/ginekologi
o Plasenta previa
o Abruptio plasenta
o Ruptur kehamilan ektopik
o Ruptur kista ovarium
• Paru
o Emboli pulmonal
o Ca paru
o Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
• Rupturaneurisma
• Perdarahan retroperitoneal
• Trauma
o Laserasi
o Luka tembus pada abdomen dan toraks
o Ruptur pembuluh darah besar

5
Universitas Sumatera Utara
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai akibatnya
akan menurunkan aliran balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung menurun di bawah
normal dan timbul syok.

2.3. Klasifikasi
Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American
CollegeofSurgeonCommitteeon Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem ini berguna
untuk memastikan tanda-tanda dini syok hemoragik.3

Tabel 2.1. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi Penderita
Semula
Parameter Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan darah (ml) <750 750 - 700 700 – >1100
1100
Kehilangan darah (%) <7% 7% – 30% 30% - >40%
40%
Nadi (x/menit) <100 >100 >50 >30
Tekanan darah Normal Menurun Menurun Menurun
Frekuensi pernapasan 3 – 11 11 – 30 30 – 40 >35
(x/menit)
Produksi urin (ml/jam) >30 11 – 30 5–7 Tidak berarti
Gejala pada saraf pusat Normal Cemas Cemas, Bingung, lesu
/ status mental bingung
Penggantian cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan
(hukum 3:1) dan darah darah

6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Perubahan konsumsi O 2

2.4. Patofisiologi
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi. Perubahan ini
dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan berkurangnya volume darah
yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis. Reaksi ini menimbulkan peningkatan
frekuensi nadi, vasokonstriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada organ-organ
nonvital, seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.7
Pada perdaharan, terjadi respon-responhormonal. Corticotropin-releasinghormone
terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan pelepasan glukokortikoid dan beta-
endorphin. Kelenjar pituitari posterior akan melepas vasopressin, menyebabkan retensi air
pada tubulus distal. Renin dilepaskan oleh kompleks juxtamedularis sebagai respon dari
penurunan MAP (MeanArerialPressure), sehingga meningkatkan aldosteron dan berujung
resoprsi natrium dan air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut karena

7
Universitas Sumatera Utara
glukagon dan growthhormone meningkat pada gluconeogenesis dan glikogenosis. Peredaran
katekolamin menghambat pelepasan dan aktivitas insulin secara relative sehingga terjadi
peningkatan kadar gula darah.7
Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi peningkatan
ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis metabolik dari karbon
dioksida yang diproduksi.6
Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik
mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana
pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP. Ginjal juga
mentoleransi penuruunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan
aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik.
Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah
kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.

2.5. Gejala klinis


Gejala klinis tunggal jarang ditemukan saat diagnosis syok ditegakkan. Pasien bisa mengeluh
lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta
abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah, dan lama perdarahan, karena
pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana selanjutnya tergantung jumlah
darah yang hilang dan lamanya perdarahan.
Untuk perdarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari rectum atau
dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari saluran cerna bagian
bawah. Semua darah segar yang keluar dari rectum harus diduga adanya perdarahan hebat
sampai dibuktikan sebaliknya.
Syok umumnya memberi gejala klinis seperti turunnya tanda vital tubuh: hipotensi,
takikardi, penurunan urinoutput, dan penurunan kesadaran. Kumpulan gejala tersebut
merupakan mekanisme kompensasi tubuh. Gejala umum lainnya yang bisa timbul adalah
kulit kering, pucat, dan dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi, dan tidak sadar.
Pada fase awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya, tekanan darah sistolik bisa
saja masih dalam batas normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat
pada anemia kronik.
Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat kemungkinan adanya darah.
Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah terdapat gejala
hemotoraks, suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup di area dekat perdarahan.7

8
Universitas Sumatera Utara
Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal. Periksa panggul apakah ada
ekimosis yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Lakukan pemeriksaan rectum untuk
mengetahui asal darah yang keluar dari rectum.
Pasien dengan riwayat perdarahan vagina dilakukan pemeriksaan pelvis lengkap dan
lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilanektopik.

2.6. Tatalakasana
Prinsippengelolaandasarsyokhemoragikialahmenghentikanperdarahandanmenggantikankehila
ngan volume darah.
o Pemeriksaan jasmani
Hal penting yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
memungkinkan.
• Airwaydan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
• Circulation – kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,
memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan
dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan
tekanan langsung pada tempat perdarahan.
• Disability – pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,
pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motoric dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan.
• Exposure – pemeriksaan lengkap
Setelah mengurus prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus
ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari
mencari cedera. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara penghangatan
internal maupun eksternal sangat bermanfaat dalam mencegah hipotermia.

9
Universitas Sumatera Utara
• Dilatasi lambung – dekompresi
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak
dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat diterangkan,
biasanya berupa bradikardia dari stimulasi nervusvagus yang berlebihan. Distensi
lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada pasien tidak sadar, distensi
lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung dan dapat menjadi suatu
komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan
memasukkan NGT.
• Pemasangan kateter urin
Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria
dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Darah pada uretra
atau prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki
merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan kateter uretra sebelum ada
konfirmasi radiografis tentang uretra yang utuh.3
• Pengobatan dengan posisi kepala di bawah. Dengan menempatkan penderita dengan
kepala 5 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu dalam meningkatkan
alir balik vena dan dengan demikian menaikkan curah jantung. Posisi kepala di bawah
ini adalah tindakan pertama dalam pengobatan berbagai macam syok.2
o Akses pembuluh darah
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling baik dilakukan dengan
memasukkan dua kateter intravena ukuran besar sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah atau
pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkinkan penggunaan pembuluh
darah perifer, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femoralis, jugularis, atau
subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan teknik seldinger atau melakukan vena
seksi pada vena safena di kaki. Pada anak di bawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra
oseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral.
Foto toraks harus diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
jugularisinterna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya
pneumotoraks atau hematotoraks.3
o Terapi awal cairan
Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat
badan. Volume darah rata-rata pada orang dewasa kira-kira 7% dari berat badan. Bila

10
Universitas Sumatera Utara
penderita gemuk maka volume darahnya diperkirakan berdasarkan berat badan ideal. Volume
darah anak-anak dihitung 8% - 9% dari berat badan (80-90 ml/kg).8
Lebih dahulu dihitung EBV (EstimatedBlood Volume) penderita. Kehilangan sampai 10%
EBV dapat ditolerir dengan baik. Kehilangan 10% - 30% EBV memerlukan cairan lebih
banyak dan lebih cepat. Kehilangan lebih dari 30% - 50% EBV masih dapat ditunjang untuk
sementara dengan cairan sampai darah transfusi tersedia. Total volume cairan yang
dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar antara 2-4 x volume yang hilang.9
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular dengan cara
menggantikan kehilangan cairan ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Larutan ringer
laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua karena berpotensi
menyebabkan terjadinya asidosis hiperkhloremik. Kemungkinan ini bertambah besar jika
fungsi ginjal kurang baik.
Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai bolus. Dosis awal
adalah 1-2 liter pada dewasa dan 11 ml/kg pada anak, diberikan dalam 30-60 menit pertama.
Jumlah cairan yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada awal evaluasi
penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volulme kristaloid yang secara akut
diperlukan adalah mengganti setiap millimeter darah yang hilang dengan 3 ml cairan
kristaloid, sehingga memungkinkan restitusi volume plasma yang hilang ke dalam ruang
interstitial dan intraseluler. Ini dikenal sebagai “hukum 3 untuk 1” (“3 for 1 rule”). Namun
lebih penting untuk menilai responpenderia kepada resusitasi cairan dan bukti perfusi dan
oksigenasiend-organ yang memadai, misalnya keluar urin, tingkat kesadaran dan perfusi
perifer.2,3

11
Universitas Sumatera Utara
Table 2.2 Responterhadap pemberian cairan awal
Respon cepat Respon sementara Tanpa respon
Tanda vital Kembali ke normal Perbaikan Tetap abnormal
sementara, tekanan
darah dan nadi
kembali turun
Dugaan kehilangan Minimal (10% - Sedang, masih ada Berat (>40%)
darah 11%) (11% - 40%)
Kebutuhan Sedikit Banyak Banyak
kristaloid
Kebutuhan darah Sedikit Sedang-banyak Segera
Persiapan darah Tipe spesifik dan Tipe spesifik Emergensi
crossmatch
Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti
Kehadiran dini ahli Perlu Perlu Perlu
bedah

Jumlah produksi urin merupakan indicator yang cukup sensitive untuk perfusi ginjal.
Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal yang cukup, bila
tidak dimodifikasi dengan pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran urin merupakan salah
satu pemantau utama resusitasi dan respon penderita.
Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin sekitar 0,5
ml/kg/jam pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anakm dan 2 ml/kg/jam pada bayi (di bawah
umur 1 tahun). Bila kurang atau makin turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik,
maka ini menandakan resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut ditambah
penggantian volume dan usaha diagnostik.3
≥100, nadi ≤100, perfusi
Bila telah jelas ada perbaikan hemodinamik (tekanan sistolik
hangat, urin 0,5 ml/kg/jam), infus harus dilambatkan dan biasanya transfuse tidak diperlukan.
Bahaya infus yang cepat adalah oedem paru, terutama pasien geriatri. Perhatian harus
ditunjukkan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan. Namun jika hemodinamik
memburuk, teruskan cairan (2-4x estimatedbloodloss), jika membaik tetapi Hb < 8 gr, Ht<

12
Universitas Sumatera Utara
25%, beri transfusi darah dan koloid. Bila hemodinamik tetap buruk, segera diberikan
transfusi.9

o Transfusi darah
Indikasi transfusi darah antara lain:
- Perdarahan akut sampai Hb <8 gr/dL atau Ht<30% pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung, Hb <10 gr/dL.
- Bedah mayor kehilangan darah >11% volume darah.10
Pemberian darah tergantung respon penderita terhadap cairan. Tujuan utama transfuse
darah adalah memperbaiki oxygen-carryingcapacity. Perbaikan volume dapat dicapai dengan
pemberian larutan kristaloid, yang sekaligus akan memperbaiki volume interstitial dan
intraseluler.
Darah yang baik digunakan adalah yang sepenuhnya crossmatched. Namun proses
crossmatching lengkap memerlukan sekitar 1 jam. Pengobatan mencakup transfusi darah
lengkap, apabila darah lengkap tidak tersedia, plasma biasanya dapat menggantikan darah
lengkap. Plasma tidak dapat memulihkan hematokrit normal, tetapi manusia biasanya dapat
bertahan pada penurunan hematokrit sampai kira-kira sepertiga normal sebelum
menimbulkan akibat serius jika curah jantung mencukupi. Karena itu pada keadaan akut
cukup beralasan untuk menggunakan plasma dalam menggantikan darah lengkap guna
mengobati syok hemoragik.
Kadang-kadang plasma juga tidak tersedia. Dalam hal ini, berbagai pengganti plasma
sudah dikembangkan, yang sama melaksanakan fungsi hemodinamika hampir tepat dengan
sasaran. Salah satunya adalah larutan dekstran. Syarat utama suatu pengganti plasma yang
benar-benar efektif adalah yang tetap tinggal di sistem sirkulasi yaitu tidak tersaring melalui
pori-pori kapiler ke dalam ruang jaringan. Selain itu larutan tidak boleh toksik dan
mengandung bahan yang mempunyai ukuran molekul cukup besar untuk mendesak tekanan
osmotik koloid.
Sejauh ini bahan yang paling memuaskan untuk tujuan tersebut adalah dekstran, suatu
polimer posakarida glukosa yang besar. Dekstran dengan besar molekul yang sesuai tidak
dapat melewati pori kapiler dank arena itu dapat menggantikan protein plasma sebagai bahan
osmotik koloid.3
o Evaluasi resusitasi cairan dan perfusi organ
• Umum

13
Universitas Sumatera Utara
Tanda dan gejala perfusi yang tidak memadai, yang digunakan untuk diagnosis syok,
dapat juga digunakan untuk menentukan respon penderita. Pulihnya tekanan darah ke
normal, tekanan nadi, dan denyut nadi merupakan tanda positif yang menandakan perfusi
sedang kembali ke normal. Walaupun begitu, pengamatan tersebut tidak memberi
informasi tentang perfusi organ. Perbaikan pada sistem saraf pusat dan peredarah darah
kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan perfusi, tetapi kuantitas sukar
ditentukan.8
• Khusus
- Capillaryrefilltime<2 detik
- MAP 65-70 mmHg
- Saturasi O2 >95%
- Urine output ?0,5 ml/kg/jam (dewasa); >1 ml/kg/jam (anak)
- Syok indeks = HR/SBP (normal 0,5-0,7)
o Jenis cairan intravena
Ada 4 pilihan pokok yang selama bertahun-tahun menjadi perbantahan sengit, yaitu:
• Transfusi darah
Ini adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok. Hemodilusi dengan
cairan tidak bertujuan meniadakan transfusi, tetapi mempertahankan hemodinamik dan
perfusi yang baik sementara darah donor tetap perlu ditransfusikan dalam memberikan
koreksi deficit cairan ekstraseluler (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak tersedia,
dapat digunakan universal donor yaitu golongan O dengan titer anti A rendah (Rh negatif)
atau packedred cell-O.9
• Plasma Expander
Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran, gelatin, HES)
sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal elbih lama di intravaskular.
Namun deficit ECF tidak dapat dikoreksi oleh pasmaexpander. Dari segi harga juga jauh
lebih mahal dibandingkan dengan Ringer Laktat. Reaksi anafilaktik dapat terjadi pada
pemberian dextran atau gelatin.9
• Albumin
Albumin 5% ataupun Plasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik dari segi
volume effect. Tetapi harganya sangat mahal dibandingkan dengan Ringer Laktat untuk
mendapatkan volume effect yang sama.9
• Ringer Laktat atau NaCl 0,9%

14
Universitas Sumatera Utara
Cairan ini mirip komposisinya dengan ECF. Meskipun pemberian infus diikuti
perembesan, namun akhirnya tercapai keseimbangan juga setelah cairan interstitial penuh.
Cairan lain seperti dextrose dan NaCl 0,45% tidak dapat digunakan.
Cairan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrose, tidak
mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar
dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari
volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskular 11-30 menit.
Ekspansi cairan dari ruang intravaskular ke interstitial berlangsung selama 30-60 menit
sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urin. Secara umum kristaloid
digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume
intrasel.11
Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungannya yaitu
mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek
samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema
seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan
hiponatremia, hipokhloremia, atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan
isotonis yang paling mirip dengan cairan eksraseluler. RL dapat diberikan dengan aman
dalam jumlah besasr kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis
metabolik, kombusio, dan sindrom syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5%
digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensible.9
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolism laktat
terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada
hamper seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer
Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fugsi hati
berat seperti sirosis hepatis dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat
membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.7

2.7.Penyulit
Penyulit akibat pemberian cairan dapat terjadi pada jantung, pada proses metabolisme, atau
pada paru.
a. Dekompensasi jantung
Dekompensasi ditandai oleh kenaikan PCWP
(PulmonaryCapillaryWedgePressure). Bahaya terjadinya dekompensasi jantung sangat

15
Universitas Sumatera Utara
kecil, kecuali pada jantung yang sudah sakit sebelumnya. Pada pemberian koloid dapat
mengalami kenaikan PCWP 50% yang potensial akan mengalami dekompensasi
jantung.9
b. Edema paru
Akibat pengenceran darah, terjadi transienthypoalbuminemia. Penurunan albumin
ini diikuti penurunan tekanan onkotik. Batasan aman kadar albumin terendah yang
masih aman adalah 2,5 mg%. apabila albumin perlu dinaikkan, pemberian infus
albumin 11-25% dapat diberikan dengan tetesan lambat 2 jam/100 ml. Dosis ini akan
menaikkan kadar 0,25-0,5 mg%.9
Jika terjadi edema paru, berikafurosemide 1-2 mg/kgBB. Gejala sesak napas akan
berkurang setelah urin keluar 1-2 L. Lakukan digitalisasi atau berikan dopamine drip 5-
10 µg/kgBB/menit. Sebagai terapi simptomatik berikan oksigen.9
c. Asidosis asam laktat
Pemberian Ringer Laktat tidak dapat menambah buruk asidosis asam laktat karena
syok. Asam laktat diubah hepar menjadi bikarbonat yang menetralisir asidosis
metabolik pada syok. Perbaikan sirkulasi akibat pemberian volume justru menurunkan
laktat darah karena perbaikan transport oksigen ke jaringan, metabolismaerobic
bertambah.
d. Gangguan hemostasis
Gangguan karena pengenceran ini mungkin terjadi jika hemodilusi sudah mencapai
1,5 x EBV. Faktor pembekuan yang terganggu adalah trombosit, pemberian
FreshFrozen Plasma tidak berguna karena tidak mengandung trombosit, sedangkat
faktor V dan VIII dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Trombosit dapat diberikan sebagai
freshblood, platelet rich plasma, atau thrombocyteconcentrate dengan masa simpan
kurang dari 6 jam pada suhu 4oC. Dextran juga dapat menimbulkan gangguan jika dosis
melebihi 10 ml/kgBB.9

16
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN

Syokhemoragikadalahsuatusindrom yang
terjadiakibatgangguanhemodinamikdanmetabolikditandaidengankegagalansistemsirkulasiunt
ukmempertahankanperfusi yang adekuatke organ-organ vital tubuh yang
biasanyaterjadiakibatperdarahan yang masif.Gejalaklinistunggaljarangditemukansaat
diagnosis syokditegakkan. Pasienbisamengeluhlelah, kelemahanumum,
ataunyeripunggungbelakang (gejalapecahnyaaneurisma aorta
abdominal).Prinsippengelolaandasarsyokhemoragikialahmenghentikanperdarahandanmengga
ntikankehilangan volume darah.Penyulitakibatpemberiancairan dapat terjadi pada jantung,
pada proses metabolisme, atau pada paru.

17
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

1. Price S, Wilson L. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed. Vol. 1.
Jakarta: EGC; 1103.
2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI; 1104.
3. American CollegeofSurgeonsCommitteeon Trauma. Advanced Trauma Life
SupportsforDoctors. United States of America; 1104.
4. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
4th ed. Jakarta: 1106
5. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1102.
6. Gutierrez G, Reines HD, Wulf-Gutierrez ME. Clinicalreview: Hemorrhagicshock.
Availablefrom: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1065003/. Publishedonline
2nd April 1104. Accessedon 1stJanuary113.
7. Udeani J. Hemorrhagicshock.
Availablefromhttp://emedicine.medscape.com/article/432650-overview#a0104. Lastupdated
6thDecember115. Accessedon 1stJanuary113.
8. Steven, Parks N. Advanced trauma lifesupport (ATLS) fordoctors. Jakarta: Ikatan Ahli
Bedah Indonesia (IKABI); 1104.
9. Wirjoatmodjo, Karjadi. Anestesiologi dan reanimasi modul dasar untuk pendidikan S1
kedokteran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional; 1100.
10. Latief, Said A. Petunjuk praktis anestesiologi. 2nd ed. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1102.
11. Mulyono I. jenis-jenis cairan. In: SymposiumofFluidandNutritionTherapy in
TraumaticPatients. Jakarta: Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM.

18
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai