Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

Disusun Oleh :
BURHANUL YAZID BASTOMI
( SN201102 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2020 / 2021
A. Definisi

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa


lambung, peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan
mukosa lambung sampai terlepasnya epitel, pelepasan epitel
merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung. Gastritis
merupakan salah satu masalah kesehatan pencernaan yang paling
sering terjadi, sekitar 10% orang yang datang di unit gawat darurat
pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah
epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa
gastritis, dimana untuk memastikannya dibutuhkan untuk
pemeriksaan penunjang lainnya seperti endoskopi (Sunarmi, 2018).
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan
gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab
terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat
merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
B. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori,
virus, atau parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis.
Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan,
infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan
kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti
NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun
Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di
antaranya:
a. Nyeri epigastrium
b. Mual
c. Muntah
d. Perut terasa penuh
e. Muntah darah
f. Bersendawa
C. Manifestasi Klinis
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan
perut penuh.
a. Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada
sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh
sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi
klinisnya adalah:
1) Dapat terjadi ulserasi diagnostik dan dapat menimbulkan
hemoragik
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,
kelesuan, mual, dan anoreksia. Disertai muntah dan
cegukan.
3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi
tidak dimuntahkan
4) Gastritis akut erosif, disebut erosif apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris
(otot-otot pelapis lambung). Gastritis akut hemoragic,
disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai
derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontunuitas
mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut ( Hirlan, 2011).
b. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun.
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai
berikut :
1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ;
edema , serta perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh
lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan
dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel parietal dan sel chief.
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodul- nodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular,
tipis, dan hemoragik.

Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ),


nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau
mual dan muntah. (Dirksen, Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011).

D. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah
perdahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis
dan melena, dapat berakhir dengan shok hemoragik. Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak peptic.
Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun pada
tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory,
sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi
(Hardi & Huda Amin, 2015).
b. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia
karena ganggguan absorpi vitamin B12 (Hardi & Huda Amin,
2015).
E. Patofisiologi dan Pathway

Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari


pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin
memberikan perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka
timbul peradangan pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier
ini rusak terjadilah perlukaan mukosa yang dibentuk dan
diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf cholinergic.
Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan
menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan
terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.Alkohol,
aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi
barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial.Manifestasi
patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada
membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan
perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan
mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik
menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk.

Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor


intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama,
dan penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata
yang mengakibatkan anemia yang berat.Degenerasi mungkin
ditemukn pada sel utama dan pariental sekresi asam lambung
menurun secara berangsur, baik jumlah maupun konsentrasi
asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko terjadinya kanker
gastrik yang berkembang dkatakan meningkat setalah 10 tahun
gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode
gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis
kronis (Dermawan & Rahayuningsih, 2010).
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Medis
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien
untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan
untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian
agen penyebab. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida
umum ( missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi
alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi
luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan
sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti
mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan
untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan
untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi
dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,
mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data
diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan
garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh
adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer, 2011).
b. Keperawatan
1) Tirah Baring
2) Mengurangi Stres
3) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian
diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang
sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan
kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan
secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial
yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga
harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau
berminyak (Dermawan, 2012).
Pathway
Helycobacter pylori Zat-zat korosif Stress

Infeksi mukosa Gangguan difus barier Stimulus Nervus Vagus


lambung
mukosa

Refleks enterik
dinding lambung

Hormon gastrin

Peningkatan asam lambung Stimulus sel


parietal

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung(Gastritis)

Hiperemis Nyeri Hipotalamus


Ansietas
epigastrum
Atrofi gaster/mukosa Kurang informasi Aktivitas lambung
menipis
Nyeri Akut meningkat

Kehilangan fungsi Kurang


kelenjar fundus Pengetahuan Kontraksi otot
lambung

Faktor instrinsik Anoreksia,


Masukan nutrient
inadekuat mual, muntah
Penurunan absorbsi
vitamin B12
Masukan
Ketidakseimbangan cairaninadekuat/k
Anemia pernisiosa Nutrisi Kurang dari ehilangan cairan
Kebutuhan Tubuh

Penurunan Volume Darah Merah Kekurangan Volume Cairan

Penurunan Suplai O2 ke Jaringan Kelemahan Fisik Intoleransi Aktivitas

Gambar 2.1 Pathway Penyakit Gastritis


(Mansjoer, 2009)
A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,
2012). Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data
sekunder), dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan
dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi
langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan
pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :
a. Identitas dasar(Identitas Klien)

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah

sakit, dan diagnosa medis. Data dasar pada pasien dengan

gastritis yaitu :

1) Umur : Menurut Wahyu dkk (2015) usia 26-36 tahun


mempunyai resiko lebih tinggi terkena gastritis.
2) Jenis kelamin : Perempuan mempunyai resiko lebih tinggi
daripada laki-laki untuk kejadian gastritis (Wahyu, dkk,
2015).
3) Alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
tanggal pengkajian, diagnosa medis (Sukarmin, 2012).
b. Keluhan Utama

Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama

merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan

pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk

rumah sakit. Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan mual

muntah, nyeri epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan iritasi


mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan lain yang

menyertai (Sukarmin, 2013).

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan

klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit.

Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan

muntah. Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan

sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan

tertentu atau alkohol. Gejala yang berhubungan dengan ansietas,

stress, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu

cepat. Gejala yang dirasakan berkurang atau hilang, terdapat

muntah darah, terdapat nyeri tekan pada abdomen (Margareth,

2012).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien

yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang

mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang

diderita klien saat ini. Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat

penyakit lambung sebelumnya, pola makan tidak teratur atau

pembedahan lambung (Sukarmin, 2013).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan

adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu

keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak


langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang

mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan

penyakit yang diderita pasien.Apakah hal ini ada hubungannya

dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya minum-

minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan

pola kesehatan berlebihan, penggunanaan obat-obatan, alkohol, dan

rokok (Sukarmin, 2013).

f. Genogram

Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui dengan

kebutuhan.Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka

dibuat dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka

dibuat generasi keatas (Sukarmin, 2013).

g. Pengkajian Pola Gordon

1) Pola Nutrisi

Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan

adalah diet khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi

diet sebelumnya, nafsu makan atau minum serta cairan yang

masuk, ada tidaknya mual-mual, muntah, stomatitis,

fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran

menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat

masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan

zat gizinya, dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien gastritis

cenderung menurun akibat mual dan muntah, bisa juga

karena terjadinya perdarahan saluran cerna.


2) Pola Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah

kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia,

urgensi, hematuria, retensi, inkontinensia, apakah kateter

indwelling atau kateter eksternal, dan lain-lain. Pada pasien

dengan gastritis didapatkan mengalami susah BAB,

distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat

terjadi (perubahan diet, dan penggunaan antasida).

3) Pola Istirahat dan Tidur

Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu ditanyakan

adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang,

apakah merasa tenang setelah tidur, adakah masalah selama

tidur, apakah terbangun dini hari, insomnia atau mimpi

buruk. Pada pasien dengan gastritis, adanya keluhan tidak

dapat beristirahat, sering terbangun pada malam hari karena

nyeri atau regurtisasi makanan.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan

kemampuan dalam menata diri, apabila tingkat

kemampuannya 0 berarti mandiri, 1 = menggunakan alat

bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang dengan

peralatan, 4 = ketergantungan/tidak mampu. Yang

dimaksud aktivitas sehari-hari antara lain seperti makan,

mandi, berpakaian, toileting, tingkat mobilitas ditempat


tidur, berpindah, berjalan, berbelanja, berjalan, memasak,

kekuatan otot, kemampuan ROM (Range of Motion), dan

lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami

penurunan kekuatan otot ekstremitas, kelemahan karena

asupan nutrisi yang tidak adekuat meningkatkan resiko

kebutuhan energi menurun.

5) Pola Kognisi-Perseptual

Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar bercinta,

berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada respon,

cara bicara normal atau tidak, bicara berputar-putar atau

juga afasia, kemampuan komunikasi, kemampuan mengerti,

penglihatan, adanya persepsi sensori (nyeri), penciuman,

dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami

depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya

(pada gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman

pada epigastrik dan nyeri ulu hati).

6) Pola Toleransi – Koping Stres

Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping

mekanisme yang digunakan pada saat terjadinya masalah

atau kebiasaan menggunakan koping mekanisme serta

tingkat toleransi stress yang pernah dimiliki. Pada pasien

gastritis, biasanya mengalami stress berat baik emosional

maupun fisik, emosi labil.

7) Pola Persepsi diri dan Kopping


Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang

dirinya dari masalah yang ada seperti perasaan kecemasan,

ketakutan, atau penilaian terhadap diri mulai dari peran,

ideal diri, konsep diri, gambaran diri, dan identitas tentang

dirinya. Pada pasien gastritis, biasanya pasien mengalami

kecemasan dikarenakan nyeri, mual, dan muntah.

8) Pola Seksual Reproduktif

Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini

dapat ditanyakan periode menstruasi terakhir, masalah

menstruasi, masalah pap smear, pemeriksaan

payudara/testis sendiri tiap bulan dan masalah seksual yang

berhubungan dengan penyakit.

9) Pola Hubungan dan Peran

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan,

status pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan

klien atau keluarga dan gangguan terhadap peran yang

dilakukan. Pada pasien gastritis, biasanya tegang, gelisah,

cemas, mudah tersinggung, namun bila bisa menyesuaikan

tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan

anggota keluarga.

10) Pola Nilai dan Keyakinan

Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama

selama sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-

lain.Pada pasien gastritis, tergantung pada kebiasaan,


ajaran, dan aturan dari agama yang dianutnya.

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung

kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar

pengkajian pasien gastritis meliputi :

a) Keadaan Umum

i. Tanda – Tanda Vital

ii. Kesadaran

Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari

cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai koma

(tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).

b) Pemeriksan Fisik Head To Toe

i. Kepala dan Muka

Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah

berkerut (Sukarmin, 2013).

ii. Mata

Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis

(penurunan oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat

dan kering (Sukarmin, 2013).

iii. Mulut

Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel

mukosa), bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut

tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal


hygiene) (Sukarmin, 2013).

iv. Abdomen

- Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas,

kering, lembab, besar dan bentuk abdomen rata

atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai

dada sering merubah posisi, menandakan pasien

nyeri .

- Auskultasi : Distensi bunyi usus sering

hiperaktif selama perdarahan, dan hipoaktif

setelah perdarahan.

- Perkusi : Pada penderita gastritis suara

abdomen yang ditemukan hypertimpani (bising

usus meningkat).

- Palpasi : Pada pasien gastritis dinding

abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan pada

regio epigastik (terjadi karena distruksi asam

lambung) (Doengoes, 2014).

v. Integumen

Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah

kehilangan darah), kelemahan kulit/membran

mukosa berkeringan (menunjukkan status syok,

nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2014).


i. Pemeriksaan Penunjang

1). Endoscopy

Endoscopy adalah salah satu prosedur pemeriksaan medis

untuk melihat kondisi saluran pencernaan dengan

menggunakan alat endoskop yang merupakan suatu alat yang

berbentuk selang elastis dengan lampu dan kamera optik di

ujungnya.

2). Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan dari jaringan

tubuh manusia, dimana jaringan itu dilakukan pemeriksaan dan

pemotongan makroskopis, diproses sampai siap menjadi

slideatau preparat yang kemudian dilakukan pembacaan secara

mikroskopis untuk penentuan diagnosis. Pada pasien gastritis,

akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah

melewati mukosa muskularis.

3). Pemeriksaan Laboratorium

Pada klien dengan gastritis kronik, kadar serum vitamin B12

nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang

rendah merupakan anemia megalostatik. Darah lengkap,

diperiksa kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit,

dan albumin.

4). Analisa Gaster

Untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, biasanya sekresi HCl

menurun.
5). Gastrocopy

Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan),

mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk

biopsi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

dibuktikan dengan nafsu makan menurun (D.0019)

b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

dibuktikan dengan nafsu makan berubah (D.0077).

c. Resiko Ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan peradangan

pankreas (D.0036).

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam (I.03119)
berhubungan
diharapkan masalah defisit Observasi :
dengan kurangnya nutrisi dapat membaik dengan - Identifikasi status

asupan makanan kriteria hasil : nutrisi


Status Nutrisi (L.03030) - Monitor asupan
dibuktikan dengan
- Frekuensi makan dari makanan
nafsu makan memburuk menjadi - Monitor berat badan

menurun (D.0019) membaik Terapeutik


- Nafsu makan dari - Lakukan Oral Hygiene
memburuk menjadi sebelum makan
membaik - Sajikan makanan
- Nyeri abdomen dari secara menarik dan
meningkat menjadi suhu yang sesuai
menurun - Berikan makanan
- Porsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi
dihabiskan dari protein
menurun menjadi - Berikan makanan
meningkat. tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang
diprogamkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri ( I.08238)

berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi

dengan agen diharapkan masalah nyeri akut - Identifikasi lokasi,

pencedera dapat Menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,

fisiologis hasil : frekuensi, kualitas,

dibuktikan dengan Tingkat Nyeri (L.08066). intensitas nyeri.

nafsu makan - Keluhan nyeri dari - Identifikasi skala nyeri

berubah (D.0077). meningkat menjadi - Identifikasi respon


menurun nyeri non verbal
- Meringis dari Terapeutik
meningkat menjadi - Berikan teknik
menurun nonfarmakologis
- Gelisah dari meningkat untuk mengurasi rasa
menjadi menurun nyeri (Mis. Hipnosis,
- Kesulitan tidur dari akupresur, terapi
meningkat menjadi musik, aromaterapi)
menurun - Fasilitasi istirahat dan
tidur.
Edukasi
- Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan kurang keperawatan selama 3x24 jam (I.12383)
terpapar informasi ditandai masalah keperawatan defisit Observasi
dengan menunjukkan pengetahuan dapat Meningkat - Identifikasi kesiapan
perilaku tidak sesuai anjuran dengan kriteri Hasil : dan kemampuan
(D.0111) Tingkat Pengetahuan menerima informasi
(L.12111) - Identifikasi faktor-
- Perilaku sesuai anjuran faktor yang apat
dari menurun menjadi meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi
- Verbalisasi minat perilaku hidup bersih
dalam belajar dari dan sehat.
menurun menjadi Terapeutik :
meningkat - Sediakan materi dan
- Kemampuan media pendidikan
menjelaskan kesehatan.
pengetahuan tentang - Jadwalkan pendidikan
suatu topik dari kesehatan sesuai
menurun menjadi dengan kesepakatan.
meningkat - Berikan kesempatan
- Perilaku sesuai dengan untuk bertanya
pengetahuan dari Edukasi :
menurun menjadi - Jelaskan faktor risiko
meningkat yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan

Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam (I.03098)

cairan dibuktikan diharapkan masalah risiko Observasi

dengan peradangan ketidakseimbangan cairan - Monitor status hidrasi

pankreas (D.0036). dapat Meningkat dengan (Mis. Frekuensi nadi,


kriteria hasil : kekuatan nadi, akral,
Keseimbangan Cairan - Monitor berat badan
(L.03020). harian.
- Asupan cairan dari Terapeutik
menurun menjadi - Catat intake output
meningkat dan hitung balance
- Asupan makanan dari cairan
menurun menjadi - Berikan asupan cairan,
meningkat sesuai kebutuhan
- Haluaran urin dari - Berikan cairan
menurun menjadi intravena
meningkat Kolaborasi
- Tekanan darah dari - Kolaborasi pemberian
memburuk menjadi diuretik, jika perlu
meningkat

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai

apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak

untuk mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan


sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektifitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,
2011)

Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Dr. W Herdin Sibuea dkk (2013). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta .
Jakarta
Misnadiarly. (2018). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis
(Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulser
Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Mutakin Arif, Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta. 2011
Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta : Gosyen Publising.
Rohman & Walid. (2012). Proses Keperawatan: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: AR- RUZZ MEDISmeltzer, Suzanne C. (2011). Buku
Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.8,
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai