Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUHAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

OLEH:

MADE EDI PRAMANA PUTRA


NIM. 1902621012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
KONSEP DASAR PENYAKIT GASTRITIS

I. Konsep Teori
A. Definisi
Gastritis didefinisikan sebagai inflamasi dari mukosa lambung (Azer &
Akhondi, 2019). Gastritis diartikan sebagai suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal
(Price & Wilson, 2016). Hal yang sama diungkapkan bahwa gastritis
merupakan peradangan (inflamasi) dari mukosa lambung yang disebabkan
oleh faktor iritasi dan infeksi (Rizky dkk., 2019). Gastritis dikenal di
masyarakat dengan istilah sakit maag atau sakit ulu hati, kondisi ini bisa
timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri,
pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala (Gobel,
2012).

B. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian WHO, insiden gastritis di dunia mengalami
peningkatan mencapai sekitar 1,8-2,1 juta jiwa per tahun. Sekitar empat juta
penduduk Amerika Serikat mengalami gangguan asam lambung dengan
tingkat mortalitas sekitar 15.000 orang per tahun. Di Indonesia pada tahun
2009 tercatat 30.154 penderita gastritis yang menjalani rawat inap di rumah
sakit, yang terdiri dari 12.378 orang laki-laki dan 17.396 orang perempuan
(Djoyoningrat, 2014; Suwitra, 2013).

C. Etiologi
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi non steroid
(AINS), penggunaan bahan kimia seperti lisol, alkohol, merokok, kafein
lada, steroid dan digitalis. Selain itu, gangguan mikrosirkulasi mukosa
lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis juga dapat menyebabkan
gastritis (Moita dkk., 2019).

b. Gastritis Kronik
Penyebab terjadinya gastritis kronik ini dapat tergantung pada tipe
gastritis. Gastritis kronik tipe A disebabkan oleh autoantibodi terhadap sel
parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik. Sedangkan gastritis kronik
tipe B disebabkan akibat dari infeksi oleh Helicobacter Pylori (Sipponen,
& Maaroos, 2015).
c. Penyebab lain adalah seperti diet yang sembrono (makan terlalu banyak
dan cepat serta makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
mengandung mikroorganisme), factor psikologi stress baik primer maupun
sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan
paristaltik lambung, infeksi virus atau jamur, dan mekanisme antibody
yang menyerang lapisan lambung (Gastritis atrofik), serta adanya penyakit
menetrier (Azer & Akhondi, 2019).

D. Klasifikasi
a. Gastritis Superficialis Akut
Gastritis akut biasanya bersifat jinak. Penyebab penyakit ini adalah
endotoksin bakteri, kafein, alkohol, dan aspirin (OAINS). Pada gastritis
superficialis didapatkan gambaran mukosa tampak memerah, edema,
ditutupi oleh mukus yang melekat serta sering disertai erosi kecil dan
perdarahan. Gastritis akut mereda bila agen penyebab dihilangkan.
Gastritis akut berupa peradangan akut mukosa lambung yang bersifat
sementara. Peradangan ini bisa disertai perdarahan mukosa. Pada keadaan
yang lebih berat dapat dijumpai terlepasnya permukaan epitel mukosa
(erosi). Gastritis akut dengan erosi yang berat merupakan penyebab utama
perdarahan gastrointestinal akut (Kaplan, 2018).
b. Gastritis Atrofik Kronis
Gastritis atrofi kronis ditandai oleh atrofi epitel kelenjar disertai
kehilangan sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan
permukaan mukosa menjadi rata. Ada dua jenis, pertama gastritis kronis
tipe A, merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh autoantibodi
terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik. Tidak adanya
sel parietal dan chief cell dapat menurunkan sekresi asam dan
meningkatnya kadar gastrin. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu
menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar
lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada
proses ini. Kedua adalah gastritis kronik tipe B atau disebut juga gastritis
antral karena umumnya mengenai daerah antrum dan lebih sering terjadi.
Penyebab utamanya adalah Helicobacter pylori (H.pylori). Selain itu dapat
juga disebabkan oleh alkohol, merokok, dan refluk empedu. Gastritis
kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Gastritis atrofi yang berupa penipisan lapisan mukosa lambung ini
ditandai dengan hilangnya kelenjar karena jejas mukosa yang berulang dan
kronis. Gambaran awal atrofi berupa fokus yang multipel (Multifokal
Atrophic Gastritis) pada daerah peralihan antrum dan korpus di daerah
kurvatura minor. Bila berlangsung kronis akan mengenai seluruh antrum,
namun korpus hanya relatif sedikit. Hilangnya kelenjar dapat diakibatkan
oleh erosi atau tukak pada mukosa yang disertai rusaknya lapisan kelenjar,
proses radang kronik dan kerusakan yang terjadi sedikit demi sedikit.
Pada gastritis tipe ini juga didapatkan adanya tanda-tanda
peradangan, mukosa tampak kemerahan, edema, dan tampak sebukan sel-
sel radang. Sering pula terjadi erosi dan perdarahan. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya gastritis dan tukak pada lambung adalah
ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif
meliputi asam lambung, pepsin, refluks asam empedu, nikotin, OAINS,
kotikosteroid, dan kuman Helicobacter pylori. Sedang yang dimaksud
dengan faktor defensif yaitu aliran darah mukosa, sel epitel permukaan,
prostaglandin, fosfolipid/surfaktan, musin, mukus, bikarbonat, motilitas,
impermeabilitas mukosa terhadap ion hidrogen, dan regulasi pH intrasel
(Kaplan, 2018).

E. Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrum yang ditambah dengan rasa mual. Nyeri
dapat timbul bila perut kosong, saat nyeri penderita berkeringat, gelisah,
sakit perut, dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi,
sianosis, perasaan seperti terbakar pada epigastrium dan lemah.
Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah:
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran.
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejalanya hampir sama dengan gastritis akut, hanya
disertai dengan penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri seperti
pada ulkus peptikum dan dapat terjadi alkohidrasi, kadar gastrium serum
tinggi.

F. Patofisiologi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
pasien yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di
dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun
makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercerna (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012).
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan
pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi
HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon
mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi
pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan (Kowalak dkk.,
2012).
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel
chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi
ulser (Price & Wilson, 2016).
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang (Kowalak dkk., 2012).
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan
peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul
kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan. (Price & Wilson,
2016). Pathway (Terlampir)

G. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik


1. Pemeriksaan Fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan
abdomen, dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering), dan
bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gejala gastritis.
a) Kesadaran: pada awalnya CM (compos mentis), perasaan tidak
berdaya.
b) Respirasi: tidak mengalami gangguan
c) Kardiovaskuler: hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat,
sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat (status syok, nyeri
akut)
d) Persyarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
e) Pencernaan: anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal,
nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan (coklat, pedas),
membrane mukosa kering. Factor pencetus: makanan, rokok,
alcohol, obat-obatan dan stressor psikologi.
f) Genetourenaria: biasanya tidak mengalami gangguan.
g) Muskuloskletal: kelemahan, kelelahan.
h) Intergritas ego: factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya,
adanya tanda ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a) Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan
ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau
terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.
b) Histopatologi.
c) Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi
tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan.
d) EGD (Esofagogastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat
ulkus jaringan / cedera.
e) Minum barium dengan foto rontgen: dilakukan untuk membedakan
diganosa penyebab / sisi lesi.
f) Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster,
dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-
Ellison
g) Angiografi: vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi
kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
h) Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis

2. Penatalaksanaan
a. Gastritis akut
Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet
lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk
mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2 , inhibitor
pompa proton, antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai
sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda
bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat
diberikan untuk meringankan mual dan muntah, jika keluhan diatas tidak
mereda maka koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD.
Pemberian penghambat H2 (ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk
mengurangi sekresi asam.
b. Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai
1) Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia
pernisiosa
2) Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian
kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic (tetrasiklin,
metronidasol, kolitromisin, amoxicillin).

H. Komplikasi Gastritis
Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak
fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung
hingga menyebabkan kematian (Azer & Akhondi, 2019).

I. WOC
(Terlampir)

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain.
2. Riwayat
Mengetahui riwayat urutan kejadian hingga pasien dibawa ke IGD
3. Survey Primer
a) A = Airway/Jalan Napas
Memeriksa adanya sumbatan jalan napas pada pasien. Umumnya
pasien dengan Gastritis tidak mengalami sumbatan jalan napas.
b) B = Breathing/ Pernapasan
Memeriksa status pernapasan pasien meliputi irama napas, kecepatan
napas, frekuensi napas, adanya tarikan dinding dada, adanya
penggunaan otot bantu napas, adanya suara napas tambahan seperti
snoring, stridor, wheeezing, gurgling dan lainnya. Umumnya pada
pasien dengan Gastritis akan mengalami sesak napas, napas cepat,
tanpa disertai suara napas tambahan.
c) C = Circulation/Sirkulasi
Memeriksa sirkulasi atau status peredaran darah, adanya perdarahan,
memeriksa tekanan darah, nadi, suhu tubuh. Umumnnya pasien
Gastritis bisa mengalami perdarahan saluran pencernaan, tekanan
darah meningkat, nadi meningkat, suhu tubuh meningkat akibat dari
nyeri yang dirasakan.
d) D = Disability/Ketidakmampuan
Memeriksa status neurologis seperti nyeri dengan pengkajian PQRST
dan status kesadaran dengan GCS. Umumnya pasien dengan gastritis
mengeluh nyeri dirasakan setelah mengonsumsi alkohol atau makanan,
nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri berlokasi di daerah
ulu hati, skala nyeri 0-10, dan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Status kesadaran pasien umumnya GCS 15 atau komposmentis.
e) E = Exposure/Paparan
Memeriksa adanya memar/trauma/lesi. Umumnya pasien dengan
gastritis tidak mengalami memar/trauma/lesi.
4. Survei Sekunder
a) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi status kesehatan anggota keluarga yang lain, apakah ada
keluarga yang mengalami sakit serupa yaitu gastritis dengan pasien
saat ini, atau penyakit keturunan lain yang berkontribusi terhadap
terjadinya penyakit yang pasien alami.
b) Riwayat Lingkungan Hidup
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien,
faktor lingkungan terkait sakit yang dialami dan kemungkinan masalah
yang dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan. Data pengkajian dapat
meliputi kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara,
keadaan kamar mandi dan WC, pembuangan air kotor, sumber air
minum, pembuangan sampah, sumber pencemaran, penataan halaman,
privasi, resiko injury.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perjalanan penyakit
yang sebelumnya pernah dialami oleh pasien, sehingga dapat dijadikan
acuan dalam analisis sakit yang saat ini pasien alami dan dalam
penentuan pengobatan selanjutnya. Data yang dapat dikaji berupa
penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, riwayat kecelakaan,
riwayat dirawat di RS, riwayat pemakaian obat. Apakah sewaktu sehat
pasien memiliki kebiasaan yang buruk misalnya merokok, minum
kopi, alcohol, sering makan daging atau makanan dengan kolesterol
tinggi.
d) Tinjauan Sistem dan Head to Toe
1). Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. Disorientasi
terjadi pada gangguan otak, stroke, dan trauma fisik. Pasien letargi
umumnya mengantuk dan mudah tertidur, dan merespon
pertanyaan dengan sangat lambat. Pasien stupor hanya merespon
jika digoncang dengan keras dan hanya dapat memberi jawaban
yang terdengar seperti menggerutu tidak jelas. Pasien koma tidak
merespon stimulus dari luar ataupun nyeri.
2). Sistem Integumen
Tujuan pengkajian adalah mengetahui kondisi kulit, rambut, dan
kuku. Data yang dikaji meliputi keluhan, inspeksi warna kulit,
jaringan parut, lesi, kondisi vaskularisasi superficial. Palpasi suhu
kulit, tekstur (halus/kasar) mobilitas/turgor. Inspeksi dan Palpasi
warna kuku, bentuk, rambut (jumlah, distribusi, dan tekstur), warna
pucat pada kulit.
3). Kepala
Data yang dapat ditemukan: pasien dapat mengeluhkan sakit
kepala, vertigo. Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji:
kesimetrisan wajah, tengkorak. Wajah normalnya simetris antara
kanan dan kiri.
4). Mata
Pemeriksaan pada mata mengetahui adanya kelainan atau
penurunan fungsi penglihatan.
5). Telinga
Pemeriksaan pada telinga secara lengkap mengetahui adanya
kelainan atau penurunan fungsi pendengaran pada klien.
6). Leher
Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: pembesaran
kelenjar tiroid, ditensi vena jugularis.
7). Dada
Memeriksa adanya luka pada dada, dan penggunaan otot bantu
napas.
8). Abdomen
Memeriksa luka pada perut, dan bising usus.
9). Ekstremitas
Data obyektif dapat dilakukan dengan mengukur kekuatan otot
pada semua ekstremitas, memeriksa adanya luka pada ekstremitas,
dan mengukur CRT pada kuku .
10). Sistem Respirasi
Data yang dapat ditemukan: pasien dapat mengeluhkan sesak
11). Sistem Kardiovaskuler
Data yang dapat ditemukan: pasien dapat mengeluhkan dada
berdebar (palpitasi), nyeri dada. Data obyektif dapat dilakukan
dengan mengkaji: adanya takikardia, pembesaran jantung, murmur,
gangguan irama jantung (aritmia) adanya bunyi jantung ke 3 atau
ke 4.
12). Gastrointestinal/Abdomen
Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: adanya
pembesaran ginjal, pulsasi aorta abdominalis, nyeri tekan pada
abdomen dan sebagainya.
13). Sistem Urinari
Data yang mungkin dapat ditemukan: pasien dapat mengeluhkan
rasa haus, banyak kencing (poliuria), sering kencing dimalam hari
(nokturia) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus bahkan sampai hematuria.
14). Sistem Muskuloskeletal
Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: pulsasi arteri
perifer yang melemah/menghilang, edema.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis ditandai dengan
perubahan selera makan, melaporkan nyeri secara verbal, perilaku
melindungi area nyeri.
2. Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan keengganan
terhadap makanan, melaporkan mual, dan sensasi tersedak.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan haus, penurunan turgor kulit, peningkatan suhu tubuh dan
kulit kering.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan kurang
minat pada makanan, diare, dan cepat kenyang setelah mencerna makanan
serta penurunan BB dan BB dibawah rentang ideal.
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
ditandai dengan klien berkeluh kesah mengenai keadaannya, gelisah,
merintih, merasakan kurang senang dengan situasi terkini, gangguan pola
tidur.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
tentang penyakit yang ditandai dengan klien kurang tahu akan penyakit
yang diderita
7. Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai dengan klien
tampak gelisah, menyatakan merasa cemas dengan keadaan.

C. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera ditandai dengan perubahan
selera makan, melaporkan nyeri secara verbal, perilaku melindungi area
nyeri.
2) Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan keengganan
terhadap makanan, melaporkan mual, dan sensasi tersedak.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan haus, penurunan turgor kulit, peningkatan suhu tubuh dan
kulit kering.
4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan kurang
minat pada makanan, diare, dan cepat kenyang setelah mencerna makanan
serta penurunan BB dan BB dibawah rentang ideal.

D. Rencana Keperawatan (terlampir)


Analisis Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


DS: Gastritis
1. - P = Pasien mengatakan nyeri dirasakan setelah minum
alkohol Peningkatan produksi HCL Nyeri Akut
- Q = Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
- R = Klien mengeluh nyeri di daerah ulu hati Menyebabkan iritasi/erosi lambung
- S = Skala nyeri 5 dari 0-10
- T = Nyeri yang dirasakan hilang timbul Merangsang hormone stimulasi nyeri

DO: klien tampak meringis dan melindungi area nyeri Menyebabkan sensasi nyeri

Nyeri Akut

2. DS: klien mengeluh mual, tidak selera terhadap makanan dan Gastritis Mual
merasakan sensasi muntah
Peningkatan produksi HCL
DO: klien tampak mual, pemeriksaan fisik menunjukan
lambung klien distensi, Rangsangan di medulla oblongata
Merangsang sensasi mual

Mual
3. DS: Gastritis Kekurangan volume cairan
Klien merasakan selalu haus, merasa letih, pusing
Peningkatan produksi HCL
DO:
Klien tampak lemah, membrane mukosa kering, turgor kulit Rangsangan di medulla oblongata
menurun, Tekanan Darah menurun, Denyut Nadi
meningkat/menurun, Suhu Tubuh meningkat Merangsang sensasi mual

Mual/muntah

Pengeluaran cairan berlebih

Kehilangan cairan aktif

Kekurangan volume cairan

4. DS: klien mengatakan cepat kenyang setelah makan, memiliki Gastritis Ketidakseimbangan nutrisi:
gangguan sensasi rasa ketika hendak menyantap makanan, kurang dari kebutuhan
kurnag minat pada makanan, nyeri perut Peningkatan produksi HCL tubuh

DO: Rangsangan di medulla oblongata


- tampak penurunan BB 20% atau lebih dibawah BB
ideal Merangsang sensasi mual
- Bising Usus Hiperaktif
Mual/muntah

Gangguan sensasi rasa

Kurang minat pada makanan

BB menurun

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang


dari kebutuhan tubuh
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Evaluasi

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Pain Management NIC Label: Pain Management S: pasien
berhubunga keperawatan selama ……x 1 mengatakan
n dengan jam, diharapkan nyeri yang 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1) Lokasi, karakteristik, durasi, bahwa rasa
termasuk lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas dan faktor
agens cidera dirasakan dapat berkurang durasi, frekuensi, kualitas dan presipitasi nyeri merupakan nyerinya sudah
ditandai dengan: faktor presipitasi. hal yang dijadikan ukuran berkurang
dengan untuk melihat kondisi klien. setelah
perubahan NOC label: Pain Level diberikan
selera 2. Observasi aspek nonverbal 2) Untuk menilai skala nyeri intervensi
Dengan kriteria hasil:
makan, terhadap nyeri yang dirasakan. yang dirasakan klien.
melaporkan a. Skala nyeri pasien O: pasien sudah
berkurang dari 4 menjadi 3. Ajarkan teknik non farmakologi: 3) Dapat meminimalisir tidak tampak
nyeri secara napas dalam, relaksasi, distraksi, penggunaan teknik
2 dari rentangan 0-10. meringis
verbal, dan kompres panas atau dingin. farmakologi untuk
b. Pasien melaporkan bahwa kesakitan dan
perilaku nyeri berkurang mengurangi skala nyeri klien.
berjaga-jaga tidak
c. Menyatakan rasa nyaman
melindungi 4. Kolaborasi penggunaan 4) Untuk mengoptimalkan memegang
setelah nyeri berkurang
area nyeri. analgetik dengan dokter. penanganan nyeri pada klien. lokasi nyeri

NOC label: Pain Control A: Tujuan


NIC Label: Analgesic NIC Label: Analgesic Tercapai
Dengan kriteria hasil: administration administration
P: Pertahankan
a. Pasien mampu mengontrol 1. Kaji lokasi, karakteristik, 1) Untuk dapat menentukan Kondisi Pasien,
dan menangani nyeri kualitas, dan derajat nyeri medikasi yang tepat agar lanjutkan
(mampu menggunakan sebelum memberikan pasien tujuan tercapai maksimal. intervensi Pain
tehnik nonfarmakologi medikasi
Management 2,
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan) 2. Lakukan pengecekan terhadap 2) Untuk mencegah terjadinya 3 dan 4 serta
b. Mampu mengenali nyeri riwayat alergi alergi ketika pemberian Analgesic
(skala, intensitas, medikasi. Administration
frekuensi dan tanda nyeri
3, 4, dan 5.
3. Pilih analgesic yang sesuai atau 3) Untuk mengoptimalkan
kombinasikan analgesic saat di penggunaan analgesik dalam
resepkan analgesik lebih dari upaya mengurangi skala
satu nyeri klien.

4. Monitor tanda-tanda vital 4) Untuk mengetahui adanya


sebelum dan setelah diberikan perubahan tanda-tanda vital
analgesic dengan satu kali dosis sebelum dan setelah
atau tanda yang tidak biasa diberikan analgesic sehingga
dicatat perawat dapat menentukan kondisi
klien saat ini.

5. Evaluasi keefektifan dari 5) Untuk menentukan


analgesic keberlanjutan pemakaian
analgesik.
2 Mual Setelah dilakukan tindakan NIC: Nausea Managament NIC: Nausea Managament S: pasien
berhubunga keperawatan selama .... x 1 mengatakan
jam mual klien berkurang 1) Observasi faktor-faktor yang 1) Mengetahui penyebab mual
n dengan bahwa nafsu
dapat menyebabkan mual pada klien, sehingga dapat
iritasi dengan kriteria hasil : klien. memberikan intervensi yang makan
lambung sesuai dengan klien. meningkat,
ditandai NOC Label: Nausea and sudah lebih
dengan Vomiting Control 2) Kontrol lingkungan yang dapat 2) Lingkungan yang baik akan nyaman dan
keengganan memicu mual klien. dapat membantu mengurangi dapat tertidur
 Tidak ada penurunan nafsu
terhadap mual klien. tenang.
makan
makanan,
melaporkan  Tidak ada penurunan intake 3) Eliminasi faktor personal yang 3) Mengurangi mual yang O: pasien sudah
dapat meningkatkan frekuensi dirasakan klien. tidak tampak
mual, dan cairan mual. mual, muntah (-
sensasi )
 Kualitas tidur klien 4) Anjurkan istirahat cukup dan 4) Tidur dan istirahat yang
tersedak.
meningkat tidur untuk mengurangi cukup akan membantu A: Tujuan
frekuensi mual. menghilangkan mual klien. Tercapai
 Status nutrisi klien
meningkat 5) Anjurkan makanan yang disukai 5) Mengurangi mual klien dan P: Pertahankan
 Frekuensi mual berkurang klien. meningkatkan nafsu makan Kondisi Pasien,
klien. Lanjutkan
 Frekuensi muntah intervensi
berkurang 6) Pastikan bahwa obat antiemetik 6) Obat yang efektif akan dapat
yang diberikan efektif untuk mengurangi mual klien. Nausea
mencegah mual (kecuali untuk Management 4,
mual yang berkaitan dengan 5, 7, 8, 9, dan
kehamilan). 10

7) Identifikasi strategi-strategi 7) Penggunaan strategi yang


yang telah berhasil dalam tepat akan dapat meredakan
meredakan mual. mual klien.

8) Ajarkan penggunaan teknik non 8) Penggunaan teknik non


farmakologi (misalnya farmakologi akan dapat
biofeedback, hipnosis, relaksasi, membantu selain penggunaan
guided imagery, terapi musik, farmakologi saja.
distraksi, akupresur) untuk
mengatasi mual.

9) Gunakan kebersihan mulut yang 9) Mulut yang bersih akan


sering untuk mendorong meningkatkan kenyamanan
kenyamanan, kecuali jika yang nantinya akan bisa
merangsang mual. mengurangi mual klien.
10) Timbang pasien secara berkala. 10) Mengetahui status kesehatan
klien.
3 Kekurangan Setelah diberikan asuhan NIC: Fluid Management NIC: Fluid Management S:
volume keperawatan selama …. x 1
jam diharapkan masalah 1) Kaji dan pantau TTV dan catat 1) Adanya perubahan TTV Pasien mengatakan
cairan
jika ada perubahan. menggambarkan status tidak ada muntah
berhubunga kekurangan volume cairan dehidrasi klien. Hipovolemia
n dengan teratasi dengan kriteria hasil: dapat dimanifestasikan oleh
kehilangan hipotensi dan takikardia.
cairan aktif NOC label : Fluid Balance Perkiraan berat ringannya O:
ditandai hipovolemia dapat dibuat
 Klien tidak muntah-muntah pasien sudah tidak
ketika tekanan darah sistolik
dengan  Turgor kulit elastic pasien turun lebih dari 10 tampak muntah,
haus,  Membran mukosa bibir mmHg dari posisi berbaring ke Elektrolit serum
penurunan lembab posisi duduk/berdiri. dalam batas
turgor kulit,  Elektrolit serum dalam
batas normal (Na = 136-145 2) Berikan cairan sesuai kebutuhan. 2) Memenuhi kebutuhan cairan normal
dan kulit
kering. mmol/L, K = 3,50-5,10 dalam tubuh.
mmol/L, dan Cl = 96-108
mmol/L) 3) Catat intake dan output cairan. 3) Memberikan hasil pengkajian A: Tujuan
yang terbaik dari status cairan Tercapai
yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan P: Pertahankan
cairan pengganti. Kondisi Pasien,
Lanjutkan
4) Monitor dan timbang berat badan 4) Mengetahui berapa cairan
setiap hari. yang hilang dalam tubuh. intervensi Fluid
Management 3,
5) Monitor status dehidrasi (suhu 5) Mengetahui tingkat dehidrasi. 4, dan 5
tubuh, kelembaban membran
mukosa, warna kulit).
4 Ketidaksei Setelah dilakukan tindakan NIC Label: NIC Label: Nutrition S:
mbangan keperawatan selama ……x 1 management
nutrisi: jam, diharapkan nutrisi pasien Nutrition Management klien mengatakan
kurang dari adekuat dengan: nafsu makannya
1. Kaji adanya alergi makanan 1) Menghindari pemberian meningkat.
kebutuhan makanan yang dapat
tubuh NOC label: Nutritional menyebabkan alergi
berhubunga Status
n dengan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi 2) Memenuhi nutrisi sesuai Klien mengatakan
Dengan kriteria hasil: untuk menentukan jumlah dengan kebutuhan
ketidakmam rasa mual sudah
kalori dan nutrisi yang
puan a. Intake nutrisi tercukupi hilang
dibutuhkan pasien.
mencerna b. Intake makanan tercukupi
c. Intake cairan tercukupi
makanan 3. Berikan makanan yang terpilih 3) Makanan yang diberikan
d. Energi adekuat
ditandai sesuai dengan jumlah kalori O:
e. BB klien tetap/tidak
dengan yang dibutuhkan klien.
terjadi penurunan berat
kurang badan BB klien
4. Monitor jumlah nutrisi dan 4) Mengetahui perkembangan tetap/tidak terjadi
minat pada
kandungan kalori nutrisi klien penurunan berat
makanan,
NOC Label: Nausea and badan, Intake
diare, dan 5. Berikan informasi tentang 5) Memberikan keleluasaan
Vomiting Control
cepat kebutuhan nutrisi keluarga untuk memberikan nutrisi pasien
kenyang makan yang sesuai adekuat\
Dengan kriteria hasil:
setelah
Sensasi mual (-)
mencerna a. Mual dan muntah 6. Berikan diit tinggi kalori, 6) Glukosa dalam karbohidrat
terkontrol rendah lemak cukup efektif untuk
makanan
b. Pasien mampu mengenal pemenuhan energi, sedangkan
serta lemak sulit untuk
tanda dan gejala awal A: Tujuan
penurunan mual diserap/dimetabolisme
BB dan BB Tercapai
c. Pasien dapat memahami
dibawah faktor penyebab mual
rentang d. Pasien mampu NIC Label: Nutrition Monitoring NIC Label: Nutrition monitoring
ideal. menghindari faktor 1. Monitor adanya penurunan 1) Mengkaji adanya penurunan P: Pertahankan
penyebab mual berat badan berat badan klien Kondisi Pasien,
Lanjutkan
intervensi
2. Monitor tipe dan jumlah 2) Mengetahui status
aktivitas yang biasa dilakukan perkembangan nutrisi klien Nutrition
Management 2, 3,
3. Monitor kulit kering dan 3) Mengkaji adanya kekurangan 4, 5, & 6,
perubahan pigmentasi cairan Nutrition
Monitoring 2, 3, 4,
4. Monitor mual dan muntah 4) Untuk mengetahui mual 5, & 6, Nausea
muntah px
Management 2 &
5. Monitor kadar albumin, total 5) Kadar albumin menunjukkan 3
protein, Hb, dan kadar Ht status nutrisi klien

6. Monitor kalori dan intake 6) Untuk menghindari


nutrisi terjadinya kelebihan ataupun
kekurangan intake dari kalori
dan nutrisi

NIC Label: Nausea Management NIC Label: Nausea Management


1. Kaji kondisi mual pasien 1) Untuk memberikan intervensi
termasuk durasi, frekuensi, dan yang sesuai dengan kondisi
faktor presipitasi pasien

2. Anjurkan klien untuk makan 2) Untuk mencegah timbulnya


sedikit tapi sering mual pada saat makan

3. Tingkatkan istirahat dan tidur 3) Untuk mengurangi rasa mual.


DAFTAR PUSTAKA

Azer, S. A., & Akhondi, H. (2019). Gastritis. Internet Books. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ (Diakses pada 23 Desember 2019).
Bulechek, G.M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M. M., & Wagner, C. (2018).
Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition. USA: Mosby an
Affiliate of Elsevier
Djoyoningrat, D. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
Gobel, S. A. (2012). Gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit
gastritis (maag) di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto.
Pharmacetical and Science Journal, 10(1)
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda International, Inc. Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. UK: Wiley
Blackwell
Kaplan. (2018). STEP 1 lecture notes 2018 pathology. E-book. Diunduh dari
https://books.google.co.id/ (Diakses pada 23 Desember 2019).
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:
EGC
Moita, L. A., Costa, D. S., Souza, B. S., Oliveira, J. S., & Vasconcelos, D. F. P.
(2019). Histopathological aspects of gastritis patients on gastric mucosa:
Mini-review of literature. Journal of Gastroenterology and Hepatology
Research Vol. 8 No. 1.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L, & Swanson, E. (2018). Nursing
Outcomes Classification (NOC), 5th Edition Measurement of Health
Outcomes. USA: Mosby an Affiliate of Elsevier
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2016). Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rizky, I. I., Kepel, B. J., & Killing, M. (2019). Hubungan penanganan awal
gastritis dengan skala nyeri pasien UGD rumah sakit GMIM Bethesda
Tomohon. E-Journal Keperawatan (e-Kep) Volume 7 Nomor 1.
Sipponen, P., & Maaroos, H. I. (2015). Chronic gastritis. Scandinavian journal of
gastroenterology, 50(6), 657-667.
Suwitra, M. (2013). Pedoman diagnosis dan terapi ilmu penyakit dalam.
Denpasar: Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah
PATHWAY GASTRITIS

Penyakit asam Kelainan motilitas Kondisi kejiwaan Infeksi Penggunaan Aerofagia


lambung (stress, cemas, Helicobacter pylori OAINS
depresi)

Pajanan keasaman ↓ relaksasi reflek Iritasi/peradangan Pg Blocker Kecemasan


↓ ambang batas
esofagus fundus kronik
sensoris pada
saluran
pencernaan Perlukaan
Peningkatan sekresi
Iritasi esofagus Keterlambatan Sekresi asam
asam lambung
pengosongan lambung lambung
meningkat

Pengikisan
dinding lambung
Iritasi lambung

Ketidaktahuan Perubahan status


Gastritis Disebabkan oleh
penatalaksanaan kesehatan
infeksi bakteri
gejala

Peningkatan Masuk Ke usus


Ansietas produksi HCL
Defisiensi
Pengetahuan Diare

1 2
1 2

Akibatnya erosi pada Mual,


Rangsangan di
lambung karena gesekan Mual Muntah
medula oblongata
dinding lambung

Nyeri akut Intake Nutrisi tidak Mual Pengeluaran cairan


mampu terpenuhi berlebih

Ketidaknyamanan
fisik Penurunan BB/ BB Kehilangan cairan
dibawah rentang
ideal
Gangguan
Gangguan rasa Rentan mengalami Mukosa bibir kering,
kuantitas dan
nyaman perubahan kadar mata cowong, turgor
kualitas tidur
elektrolit serum kulit tidak elastis
Ketidakseimbangan
cowong, turgor
Nutrisi kurang dari kulit tidak elastis
Insomnia kebutuhan tubuh
Kekurangan
Risiko Volume Cairan
ketidakseimbangan
elektrolit

Anda mungkin juga menyukai