Anda di halaman 1dari 12

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Asfiksia adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat)
dan asidosis (Utomo, 2012).
Asfiksia neonatrum adalah keadaan di mana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan
keadaan hipoksia, hiperkapnea dan berakhir dengan asidosis (Jumiarni dkk,
2006).
2. Epidemiologi
World Health Organization, dalam laporannya menjelaskan bahwa
asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus di
negara berkembang pada tahun 2007 yaitu sebesar 21,1%, setelah itu
pneumonia dan tetanus neonatorum masing-masing sebesar 19,0% dan
14,1%. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia neonatus (33%),
prematuritas (10%), BBLR (19%). Di negara maju, asfiksia menyebabkan
kematian neonatus 8-35%. Di daerah pedesaan Indonesia 31-56,5%
Menurut laporan kelompok kerja World Health Organization, dari 8
juta kematian bayi di dunia, 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh
kematian 7 hari pertama neonatal, sekitar 60% merupakan kematian bayi
umur disebabkan oleh gangguan perinatal yang salah satunya adalah
asfiksia. Insidensi asfiksia pada menit 1= 47/1000 lahir hidup dan pada
menit 5= 15,7/1000 lahir hidup (Saifuddin, 2010).
3. Etiologi
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari
(Jumiarni dkk, 2006) :
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini
sering ditemukan pada :
- Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
- Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-
lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan :
tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
- Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
- Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial
- Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
4. Patofisiologi
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke
dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol
pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu
maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan
pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen (Radityo, 2011).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol
pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah
ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan
pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong
kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika kekurangan
oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan
kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang
mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat
dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan
kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau
kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu
atau lebih tanda-tanda klinik (Radityo, 2011).

5. Klasifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR (Radityo, 2011).:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus
bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
kembali
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
6. Gejala Klinis
Gejala asfiksia neonatrum yang khas antara lain meliputi pernafasan
cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis dan nadi cepat (Jumiarni dkk,
2006).
a. Menurut Winkjosastro (1999), tanda dan gejala asfiksia yaitu:
1) Hipoksia
2) Respirasi > 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3) Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4) Bradikardia
5) Tonus otot berkurang
6) Warna kulit sianotik/pucat
b. Menurut Waspodo dkk (2007), tanda dan gejala asfiksia adalah:
1) Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali per menit)
2) Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)
3) Tangisan lemah atau merintih
4) Warna kulit pucat atau biru
5) Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
6) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100
kali per menit).
7. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) (Utomo, 2012).
Tabel 1. Penilaian APGAR
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tidak teratur Teratur
Refleks Tidak ada Lemah/lambat Kuat
(menangis)
Tonus otot Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi kuat
Warna Kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstremitas biru tubuh
a) Cairan amnion tercemar mekonium
b) Kulit bayi diliputi mekonium, sianosis
c) Tali pusat dan kulit bayi berwarna hijau kekuningan
d) Gangguan napas (merintih, sianosis, napas cuping hidung, retraksi,
takipnue)
e) Biasanya disertai tanda bayi lebih bulan
f) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
g) Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
h) Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
i) Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat
j) Neurology/reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Analisa gas darah (PH kurang dari 7,35)
b. Elektrolit darah
c. Gula darah
d. Baby gram (RO dada)
e. USG (Kepala)
f. Penilaian APGAR score (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,
tonus otot dan reflek)
g. Pemeriksaan EGC dan CT- Scan jika sudah timbul komplikasi
h. Pengkajian spesifik
9. Diagnosis
Menurut Wiknjosastro (2007) diagnosis asfiksia adalah sebagai berikut :
a. DJJ
Keadaan di mana denyut jantung janin frekuensi turun sampai di bawah
100/menit di luar his, atau denyut jantung tidak teratur elektro
kardiogram janin digunakan untuk terus menerus mengawasi jantung
janin.
b. Mekonium dalam air ketuban
Terdapatnya mekonium pada presentasi kepala, menunjukkan gangguan
oksigenasi, dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan.
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop diambil contoh darah janin, adanya
asidosis menyebabkan turunnya pH. Bila pH turun sampai di bawah 7,2
merupakan tanda bahaya bagi janin.
10. Komplikasi
Komplikasi dari asfiksia neonatrum adalah sebagai berikut (Wahyudi,
2009):
1. Otak : hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri
2. Jantung dan paru : disfungsi miokard dan penurunan kontraktilitas
miokard, syok kardiogenik, gagal jantung, hipertensi pulmonal
persisten dan perdarahan paru
3. Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut, gagal ginjal akut
5. Hematologi : DIC
11. Penatalaksanaan
Langkah Awal Resusitasi (Radityo, 2011) :
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4
pertanyaan:
1) apakah bayi cukup bulan?
2) apakah air ketuban jernih?
3) apakah bayi bernapas atau menangis?
4) apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi
memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara
berurutan.
Langkah awal dalam stabilisasi
a) Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer)
dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
b) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam
posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu
garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini
adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan
sungkup dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal
c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan
pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan
untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan penghisapan
mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning) (Wiswell
TE, 2000).
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar
(bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot kurang dan
frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan
penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah
sindrom aspirasi mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-
langkah pemasangan laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam
trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan pembersihan
daerah mulut, faring dan trakea sampai glottis.
d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada
posisi yang benar.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan,
bayi belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat
dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, atau
dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
e) Ventilasi tekanan positif
f) Kompresi dada
g) Pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume
expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya
ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan,
frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah
sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk melanjutkan ke
langkah berikutnya. Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung
setelah 10 menit, setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan
penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasi dapat dihentikan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
- Pasien
- Orang tua/wali
2. KELUHAN UTAMA
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
A. Prenatal
Berapa kali kunjungan ANC yang dilakukan ?
Dimana melakukan kunjungan ANC ?
Apa saja edukasi yang idperoleh saat kunjungan ?
HPHT, kenaikan BB saat hamil, komplikasi kehamilan, komplikasi obat, obat-
obatan yang didapat, riwayat hospitalisasi
Golongan darah ibu, pemeriksaan kehamilan maternal screening
Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
B. Natal
Kaji awal persalinan, lama persalinan, komplikasi persalinan, terapi yang
diperoleh, cara melahirkan, tempat persalinan.
Ada/tidaknya ketuban pecah dini
Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
C. Postnatal
Kaji usaha napas bayi, kebutuhan resusitasi cairan, skor APGAR, obat-obatan
yang diberikan pada neonatus, interaksi orang tua dan bayi, trauma, necrosis,
keluarnya urin dan BAB, respon fisiologis.
4. RIWAYAT KELUARGA
5. GENOGRAM
6. RIWAYAT SOSIAL
A. Sistem pendukung
B. Hubungan orang tua bayi
C. Lingkungan rumah
D. Problem sosial yang penting
7. KEADAAN KESEHTAN SAAT INI
A. Diagnosa medis
B. Tindakan operasi
C. Status nutrisi
D. Status cairan
E. Obat-obatan
F. Aktivitas
G. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
H. Hasil laboratorium
a. Analisa gas darah (PH kurang dari 7,35)
b. Elektrolit darah
I. Pemeriksaan penunjang
a. Gula darah
b. Baby gram (RO dada)
c. USG (Kepala)
d. Penilaian APGAR score (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,
tonus otot dan reflek)
e. Pemeriksaan EGC dan CT- Scan jika sudah timbul komplikasi
J. Lain-lain
8. PEMERIKSAAN FISIK
Kaji tanda dan gejala yang mungkin muncul pada bayi dengan asfiksia sebagai
berikut.
- Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang
dari 30 kali per menit)
- Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)
- Tangisan lemah atau merintih
- Warna kulit pucat atau biru
- Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
- Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100 kali
per menit).
9. INFORMASI LAIN
10. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H. K., Dotcherman, J.M., and Wagner, C.M., (2013) Nursing
intervenstion classification (NIC) sixth edition. United States of America:
Elsevier

Herdman, T.H and Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification 2015-2017. Oxford: Wiley-Blackwell.

Jumiarni, L., Mulyati, S dan Nurlina, S. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC

Morhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., and Swanson, E. (2013) Nursing outcome
classification (NOC) fifth edition. United States of America: Elsevier

Radityo, S. 2011. Asfiksia Neonatorum Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gagal Ginjal
Akut. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro

Saifuddin, A. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Utomo, M.T. 2012. Asfiksia Neonatrum. (online),


http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&
filepdf=0&pdf=&html=07110-skow264.htm, diakses 26 September 2016)

Wahyudi, S. 2009. Asfiksia Berat Pada Neonatus Aterm. Tesis tidak diterbitkan.
Semarang : Universitas Diponegoro

Waspodo dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.

Wiknjosastro, Hanifa dkk.1999. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirikardjo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai