PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk, berbagai pemenuhan
kebutuhan juga semakin kompleks termasuk pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Pemenuhan kebutuhan kesehatan baik secara perorangan maupun sekelompok
orang didapatkan melalui instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara paripurna serta menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009).
Rumah sakit sebagai suatu instansi kesehatan dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat membutuhkan manajemen dalam
mencapai tujuan organisasinya. Manajemen merupakan metode seni dan ilmu
perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan
sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan suatu
organisasi atau institusi (Sucahyowati, 2017). Selain itu, guna meningkatkan
profesionalitas dan mutu rumah sakit dalam sebuah manajemen dibutuhkan
seseorang yang mampu mengelola dan memiliki pengetahuan serta keterampilan
manajemen yang disebut dengan manajer.
Manajer memiliki tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya
organisasi lainnya (Sagala, 2018). Peran manajer dalam rumah sakit diambil alih
oleh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya
yang lebih memahami kondisi rumah sakit. Pengorganisasian manajemen
perawatan di rumah sakit mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain
bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk
sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas
yang ada sehingga diperlukan pembagian tugas, kerja sama, dan koordinasi agar
pasien mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu manajer
keperawatan perlu untuk menetapkan kerangka kerja, yaitu dengan cara
mengelompokkan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan, menentukan
1
jalinan hubungan kerja antar tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala
dan staf melalui penugasan, delegasi dan wewenang.
Model pengembangan praktik keperawatan profesional (MPKP)
merupakan suatu sistem meliputi struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang
memfasilitasi perawat dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (RSUD Puri Husada, 2016). Ruang
Intensive Coronary Care Unit (ICCU) merupakan ruang rawat inap intensif yang
memerlukan manajemen MPKP untuk memberikan perawatan secara intensif di
bagian jantung (RSD Mangusada Kabupaten Badung, 2019). Peran dan fungsi
kepala ruang ICCU sebagai manajer sangatlah penting dalam melakukan
pengaturan organisasi di ruangan antara lain mengidentifikasi masalah,
merencanakan fungsi ketenagaan, merencanakan fungsi pengorganisasian,
melakukan pengarahan dan melakukan pengendalian organisasi ICCU.
Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada Kabupaten Badung merupakan
salah satu rumah sakit daerah yang mewilayahi Kabupaten Badung dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Badung termasuk
perawatan ICCU. Ruang ICCU di Rumah Sakit Mangusada Kabupaten Badung
dibentuk pada tahun 2015 dan sekarang sudah berlangsung selama 4 tahun. Usia
4 tahun ini dapat dikategorikan sebagai usia yang masih sangat muda dalam
suatu organisasi sehingga diperlukan penilaian, evaluasi, serta rekomendasi
dalam manajemen keperawatan yang sudah ada dan berlangsung di ruang ICCU.
Berdasarkan latar belakang inilah kami tertarik untuk melakukan penilaian,
evaluasi, serta rekomendasi dalam manajemen keperawatan di ruang ICCU
Rumah Sakit Mangusada Kabupaten Badung.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran manajemen keperawatan di ruang ICCU RSD
Mangusada Kabupaten Badung.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum RSD Mangusada Kabupaten Badung.
2
b. Mengetahui gambaran umum ruangan ICCU RSD Mangusada
Kabupaten Badung.
c. Mengetahui pelaksanaan empat pilar MPKP di ruang ICCU RSD
Mangusada Kabupaten Badung.
d. Mengetahui analisis SWOT masing-masing pilar MPKP
e. Mampu mengidentifikasi masalah di ruang ICCU
f. Mampu memprioritaskan masalah di ruang ICCU
g. Mampu membuat rencana strategi (Renstra) kegiatan
h. Mampu membuat perencanaan pelaksanaan program inovasi
i. Mampu menyusun Plan of Action (POA) penyelesaian masalah
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
Pasien mendapatkan pelayanan keperawatan yang komprehensif,
professional, dan optimal.
1.3.2 Bagi Perawat
Perawat dapat mengefesienkan tenaga, waktu, alat dan bahan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta perawat dapat mengoptimalkan
asuhan secara profesional.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit menjadi semakin terorganisir dengan baik sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
3
BAB II
PENGKAJIAN DAN ANALISIS DATA
4
a. Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan dilayani oleh 25 poliklinik yaitu Klinik fisioterapi,
jantung, mata, bedah, Bedah Digestif, Bedah Plastik, Bedah Saraf,
Kebidanan dan Kandungan, Anastesi, Psikiatri, THT, Urologi, kulit dan
kelamin, PMTCT, Filter, Saraf, Anak, Gigi dan mulut, VCT, Adiksi, TB
Dots, Orthopedi, penyakit dalam, Klinik paru dan geriatri. Untuk system
pelayanannya dibedakan menjadi poliklinik regular (ditangani oleh dokter
yang ahli dibidangnya pada pukul 08.00- 14.00 WITA), eksekutif
(ditangani oleh dokter spesialis) dan layanan praktek sore dokter spesialis
(melayani untuk non BPJS pukul 14.00-18.0 WITA).
b. Rawat Darurat/ IGD
IGD dan kamar bersalin melayani selama 24 jam khusunya untuk pasien
dengan kondisi gawat darurat. Tenaga medis dan paramedik telah
bersertifikat ATLS, ACLS, BTLS, dan BHD.
c. Rawat Inap
Pelayanan rawat inap dibedakan menjadi ruang rawat inap regular, intensif
dan rawat inap pavilion. Ruang rawat inap regular terdiri dari lima ruang
yaitu ruang Oleg, ruang Margapati, ruang Cilinaya, ruang Janger dan ruang
Kecak. Ruang rawat inap terdiri dari kelas I, II, dan III. Ruang rawat
Intensif terdiri dari NICU (Neonatal Intensive Care Unit), HCU (High Care
Unit), dan ICCU (Intensive Coronary Care Unit), sedangkan ruang rawat
pavilion terdiri dari Ruang VIP, VVIP, dan Super VIP.
d. Layanan Penunjang
Layanan penunjang yang tedapat di RSUD Mangusada yaitu laboratorium
yang terdiri dari laboratorium patologi klinik dan patologi anatomi;
radiologi yang terdiri dari USG 3G/ 4G, Automated Breast Volume
Scanning (ABVS), X-Ray Polymobil Plus, X-Ray Stasioner Multifusion,
CT-Scan 16 Slice, X-Ray Fluroscopy, Panoramic, Magnetic Resonance
Imaging (MRI) 1,5 Tesla; Instalasi farmasi dan Instalasi gizi.
e. Layanan Unggulan
Layanan unggulan yang dimiliki RSUD Mangusada yaitu hemodialisa,
endoscopy, laparoscopy, cath lab, trauma center, dan tim disaster
5
f. Fasilitas Lain
Adapun fasilitas lain yang dimiliki RSUD Magusada yaitu pelayanan
laundry, jasa boga/ dapur, gudang, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, ambulans 24 jam, teknik dan pemeliharaan fasilitas
(IPSRS), sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan air bersih dengan
Instalasi Pengelolaaan Air Limbah (IPAL), pengelolaan limbah
(Incenerator), dan pengelolaan gas medik.
6
d. Fasilitas
Tempat tidur (TT) langsung berhadapan dengan nurse station. Jumlah
tempat tidur sebanyak 4 TT dengan monitor pasien, O2 sentral, dan bed side
table. Beberapa fasilitas lainnya untuk menunjang pelayanan yaitu 1 TT
khusus tindakan fibrinolitik, mesin EKG, mesin USG, nebulizer, tabung O2,
tensimeter, timbangan, box emergency, defibrilator, rak obat pasien
disesuaikan perbed, tempat sampah medis, non medis, safety box, tempat
sampah kaca, tempat sampah botol infus, syring pump, dan rak alat.
ICU
P P
I I
N N
T T
U U
PINTU
I
G PMI/
B O LABORATORIUM
H
S A
C J L
U
K M N
F
D
PINTU
E
PINTU
7
Keterangan:
8
sesuai dengan kebutuhan ruangan.
6. Merencanakan pengadaan SAK dan SOP minimal 10
besar kasus di ruangan untuk diterapkan oleh seluruh
ketua tim dan perawat pelaksana.
7. Merencanakan penilaian kualitas pelayanan keperawata
di ruangan dengan menggunakan indicator mutu, seperti,
BOR, ALO, NDR, GDR, dan TOI.
8. Merencanakan pertemuan rutin dengan ketua tim da
perawat pelaksana secara terjadwal
9. Merencanakan supervisi keperawatan kepada ketua tim
dan peawat pelaksana secara terjadwal
10. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, alat, obat, dan
bahan yang diperlukan di unit rawat inap.
Fungsi Pengorganisasian
1. Membuat struktur organisasi ruangan yang dapat
menunjang pelaksanaan pelayanan keperawatan.
2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan
dan tenaga lainnya di ruangan rawat yang berada di
dalam wilayah tanggung jawabnya sesuai kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku.
3. Mengembangkan struktur organisasi dengan
menggunakan model pendekatan lini dan staf
4. Menyampaikan aspirasi perawat di ruangan yang
menjadi tanggung jawabnya melalui bidang keperawatan
atau komite keperawatan.
5. Melakukan penghitungan kebutuhan tenaga perawat di
ruangan yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Sistem penghitungan tenaga perawat yang digunakan
adalah standar Depkes, Gilies, atau Douglas.
Fungsi Kepersonaliaan
1. Berperan dalam pelaksanaan seleksi penerimaan tenaga
keperawatan sesuai jumlah dan jenis tenaga yang di
9
butuhkan rumah sakit
10
3. Mengendalikan pendayagunaan peralatan keperawatan
secara efektif dan efisien.
4. Menilai mutu pelayanan keperawatan dengan melakukan
audit dokumentasi keperawatan di ruangan.
5. Melakukan penilaian kualifikasi pelayanan rumah sakit
di ruangan yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menggunakan indikator mutu seperti BOR, ALOS, NDR,
GDR, dan TOI.
6. Menampung dan menanggulangi usul dan keluhan
tentang masalah-masalah tenaga perawatan dan
pelayanan.
7. Mengklarifikasi/mengelompokkan klien di ruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi, dan noninfeksi untuk
memudahkan perawatan.
Komentar :
Fungsi Perencanaan:
1. Kepala ruangan telah melaksanakan perannya untuk merencanakan dan
menghitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang ICCU. Metode
penghitungan yang digunakan adalah metode hasil lokakarya keperawatan
berdasarkan standar Depkes RI 1989. Saat ini perawat yang bertugas di ICCU
adalah sebanyak 16 perawat dan 6 orang perawat yang juga bertugas di cath lab.
2. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan perawatan sesuai dengan
kebutuhan pasien direncanakan dan dilakukan oleh masing-masing perawat
pelaksanan yang dikoordinasi oleh ketua tim setiap shiftnya. Kegiatan yang telah
dilakukan kemudian akan dilaporkan kepada kepala ruangan ataupun wakil
kepala ruangan.
3. Pengembangan karier bagi ketua tim dan perawat pelaksana di ruang ICCU
adalah berupa pemberian ijin belajar dan tugas belajar setiap sekali dalam satu
tahun. Perencanaan ini kemudian dilaporkan kepada pihak rumah sakit untuk
dipertimbangkan lebih lanjut. Pembiayaan izin belajar dan tugas belajar
tergantung dari jenis program yang diikuti. Selain itu terdapat juga pembinaan
11
ini berupa in house training, pelatihan ke luar daerah, seperti pelatihan
kardiologi dasar dan kardiologi lanjutan. Biaya pelatihan untuk perawat
sepenuhnya ditanggung oleh rumah sakit.
4. Fasilitas ruangan ICCU masih terbatas. Ruang ICCU terdiri dari 4 bed dengan 1
bed khusus untuk tindakan fibrinolitik, termasuk didalamnya nurse station.
Selain itu, monitor tidak dapat digunakan secara total karena sudah lama dan
terlalu sering kalibrasi, sehingga untuk pengukuran tekanan darah masih
dilakukan secara manual. Sedangkan pasien di ruang ICCU membutuhkan
monitoring TTV setiap jam. Untuk perencanaan penambahan peralatan
keperawatan dan kebutuhan rutin, alat, obat, dan bahan yan diperlukan serta
perbaikan di ruang ICCU tidak lagi dilakukan oleh kepala ruangan. Ruang ICCU
telah memiliki tim tersendiri yang terdiri dari beberapa perawat ICCU untuk
merencanakan penambahanan peralatan keperawatan di ruangan. Tim ini juga
bertugas untuk melaporkan setiap peralatan yang perlu diperbaiki dan dikalibrasi
kepada tim Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit (IPSRS).
Tetapi, perencanaan pengadaan penambahan dan perbaikan peralatan ini harus
dilaporkan dan diketahui oleh kepala ruangan.
5. Penyediaan SOP dan SAK tidak direncanakan oleh kepala ruangan melainkan
oleh POKJA yang merupakan tim dari rumah sakit. Pembaharuan SAK dan SOP
dilakukan sesuai dengan kebutuhan ruangan atau insidental. Saat ini, SOP yang
tersedia di ruangan sudah cukup memadai yaitu 282 SOP, namun masih
memiliki kekurangan yaitu tidak tersedianya form pengkajian nyeri khusus
pasien jantung dan form pasien paliatif/terminal.
6. Ruang ICCU telah menggunakan indikator mutu seperti BOR, ALOS, NDR,
GDR, dan TOI. Berdasarkan dokumentasi indikator mutu tersebut, didapatkan
hasil bahwa dalam dua bulan terakhir yaitu bulan Januari BOR (79%), ALOS
(1,5%), GDR (51,28%), NDR (0%), dan TOI (0,29%) dan di bulan Februari
BOR (84%), ALOS (1,93%), GDR (125%), NDR (93,75%), dan TOI (0,29%).
Selain itu, ruang ICCU memiliki indikator mutu tersendiri yang terdiri dari tiga
poin yaitu 100% menerapkan five moments cuci tangan dalam memberikan
pelayanan, kejadian decubitus ≤10%, dan 0% angka kejadian kecelakaan kerja.
12
7. Ruang ICCU rutin melakukan pertemuan antara kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksanana setiap sekali dalam sebulan. Pertemuan ini dilakukan untuk
membahas permasalahan yang terjadi di ruang ICCU, menyampaikan keluhan,
dan mencari solusinya. Selain itu, pertemuan ini juga dilakukan kegiatan
learning class untuk membahas mengenai isu terbaru mengenai penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan kardiologi.
8. Di ruang ICCU tidak terdapat perencanaan pelaksanaan supervisi secara
terjadwal. Supervisi yang telah berjalan selama ini, dilakukan sewaktu-waktu
oleh kepala ruangan dan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada ketua
tim atau perawat pelaksana.
Fungsi Pengorganisasian:
1. Ruang ICCU telah memiliki struktur organisasi ruangan yang menggunakan
metode tim. Berdasarkan hasil wawancara pemilihan metode ini didasarkan pada
setting ruangan ICCU yang tidak memiliki pembatas antar pasien dan jumlah
pasien yang berjumlah maksimal lima pasien, sehingga setiap perawat jaga dapat
mengobservasi seluruh pasien. Selain itu, kualifikasi pelatihan yang dimiliki
oleh perawat di ruang ICCU adalah empat perawat telah memiliki sertifikat
pelatihan kardiologi dasar dan belum ada yang mengikuti pelatihan kardiologi
lanjutan, sedangkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang terbaik cukup
tinggi sehingga menyebabkan beberapa masalah kardiologi lanjutan harus
dirujuk ke RSUP Sanglah.
2. Penyusunan daftar dinas tenaga keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan
dibantu oleh wakil kepala ruangan di setiap awal bulan. Di setiap shift di jadwal
dinas akan ditentukan satu ketua tim sebagai koordinator perawat pelaksana.
Ketua tim yang ditentukan oleh kepala ruangan merupakan perawat yang
dianggap mampu dan memiliki kompetensi menjadi seorang ketua tim. Di ruang
ICCU kepala ruang dan wakil kepala ruang ikut terlibat dalam jadwal dinas.
Kepala ruang, wakil kepala ruang, dan setiap perawat telah memiliki job desk
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Aspirasi perawat di ruangan sebelum disampaikan kepada bidang keperawatan
atau komite keperawatan akan terlebih dahulu didiskusikan di ruang ICCU oleh
kepala ruangan dan seluruh perawat. Apabila aspirasi yang disampaikan penting
13
dan memiliki dampak yang cukup besar maka akan disampaikan langsung
kepada bidang keperawatan atau komite keperawatan.
Fungsi Kepersonaliaan:
1. Kepala ruangan di ICCU tidak berperan dalam pelaksanaan seleksi penerimaan
tenaga keperawatan. Pelaksanaan seleksi dilakukan oleh tim dari rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara, hingga saat ini, perawat yang telah diterima
dengan seleksi yang dilakukan oleh tim dari rumah sakit telah sesuai kriterianya
dengan perawat yang dibutuhkan di ruang ICCU.
2. Tenaga keperawatan atau tenaga lainnya yang baru bergabung di ruang ICCU
selalu diberikan program orientasi selama satu bulan. Orientasi ini bertujuan
untuk membantu penyesuaian dan pengenalan ruang ICCU kepada anggota
tenaga keperawatan atau tenaga lainnya yang baru bergabung tersebut.
Fungsi Pengarahan:
1. Kepala ruangan selalu memberikan pengarahan dan motivasi kepada setiap
perawat yang ada di ruang ICCU. Pengarahan tersebut berupa instruksi tindakan
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Bentuk motivasi yang diberikan yaitu berupa
pengajuan pelatihan perawat yang berada di ruang ICCU kepada tim rumah
sakit, sehingga diharapakan akan ada penambahan skill dan kemampuan dari
setiap perawat di ICCU.
2. Kegiatan pengoordinasian seluruh kegiatan yang ada di ruang ICCU dilakukan
oleh kepala ruangan dengan cara rutin melakukan pengecekan rekam medis
pasien dan juga dengan memberikan pertanyaan langsung kepada tim yang
bertugas dalam perawatan pada pasien.
3. Mengatur dan mengordinasikan pemeliharaan peralatan serta pelaksanaan
inventarisasi dilakukan oleh tim yang sudah dibentuk di ruang ICCU. Tim yang
bertugas kemudian akan melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada kepala
ruangan.
4. Kepala ruangan rutin melakukan pengecekan rekam medis pasien untuk melihat
kelengkapan dari pencatatan dan pelaporan perkembangan pasien. Selain itu, di
ruang ICCU juga tersedia form yang harus diisi oleh perawat apabila terjadi
kesalahan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien. Hal ini
14
dilakukan agar dapat dilakukan evaluasi terhadap proses keperawatan yang
berada di ruang ICCU.
5. Pendelegasian di ruang ICCU biasanya hanya menggunakan media telepon dan
media sosial seperti Whatsapp untuk memberikan informasi terkait
pendelegasian dan tidak ada pendokumentasian secara tertulis mengenai delegasi
tersebut.
6. Tingkatan penyelesaian konflik yang terjadi ruang ICCU akan dilakukan di
internal dari ruang ICCU tersebut. Apabila konflik terjadi pada perawat
pelaksana maka ketua tim akan mencoba menyelesaikannya, apabila tidak ada
solusi, maka kepala ruangan akan berperan dalam mencari penyelesaiannya, dan
kemudian apabila konflik tersebut masih terjadi maka akan disampaikan kepada
bidang keperawatan atau komite keperawatan.
7. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala ruangan, supervisi
keperawatan kepada ketua tim dan perawat pelaksana sering dilaksanakan
sewaktu-waktu di ruang ICCU. Tetapi, hingga saat ini belum ada catatan tertulis
mengenai hasil dari supervisi yang dilakukan.
Fungsi Pengendalian:
1. Pengendalian pelaksanaan peraturan/tata tertib pelayanan keperawatan yang
berlaku di ruangan dilakukan dengan pemberian teguran langsung apabila
kesalahan yang dilakukan berupa pelanggaran seperti pemakaian seragam yang
tidak sesuai jadwal. Apabila pelanggaran yang dilakukan berupa pelanggaran
etik maka kepala ruangan akan memanggil perawat yang melanggar dan akan
diberikan sanksi dan teguran berdasarkan tingkat kesalahan yang dilakukan.
2. Pengendalian pendayagunaan peralatan keperawatan dilakukan dengan
pengecekan laporan yang diberikan oleh tim yang bertugas dalam proses
inventarisasi peralatan di ruangan serta dengan pengecekan langsung peralatan
yang berada di ruangan.
3. Kepala ruangan di ICCU berperan dalam menampung dan menanggulangi usul
dan keluhan tentang masalah tenaga keperawatan dan pelayanan. Apabila
terdapat insiden kecelakaaan kerja di ruangan, maka setiap perawat yang
mengalami insiden hanya perlu melaporkan kepada kepala ruanganuntuk
15
diberikan solusi. Selanjutnya, perawat akan mengisi form yang akan diserahkan
oleh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).
4. Ruang ICCU merupakan ruang perawatan intensif khusus pada pasien yang
mengalami pemasalahan kardiologi. Kepala ruangan ICCU tidak melakukan
pengelompokan lagi kepada klien berdasarkan tingkat kegawatan, karena pada
umumnya setiap pasien yang dirawat di ruang ICCU memiliki tingkat kegawatan
yang hampir sama dan memerlukan pemantauan rutin.
Komentar :
1. Dari hasil pengkajian, pemberian reward atau penghargaan dilakukan dengann
sistem pemilihan perawat teladan di masing-masing ruangan di Rumah Sakit
Daerah Mangusada. Pemilihan perawat teladan ini diadakan satu tahun sekali,
sistem pemilihan perawat teladan ini berdasarkan kedisiplinan dari perawat itu
sendiri dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, serta
penilaian dari rekan-rekan perawat.
2. Pembinaan dan pelatihan juga beberapa kali pernah dilakukan guna untuk
menambah wawasan dan memaksimalkan kinerja dari tenaga keperawatan di
Ruang ICCU yang berupa pelatihan dasar kardio.
16
3. Upaya peningkatan jenujang karier di Ruang ICCU dilakukan dengan cara
memberikan perawat yang masih berpendidikan D3 untuk melanjutkan ke S1
secara bergantian sesuai dengan kompetensi perawat dan akan diberikan izib
belajar dari pihak Rumah Sakit.
17
Komentar:
1. Tipe Kepemimpinan yang diterapkan karu kepada staf perawat di ICCU menurut
Gilies dan Robert menggunakan metode partisipatif. Karu dalam melakukan
perencanaan dan analisis berdasarkan saran, masukan, dan kritik dari staf.
Contohnya dalam penyusunan jadwal jaga, karu mempertimbangkan saran dan
masukan dari staf perawat.
2. Komunikasi yang diterapkan perawat dengan perawat lain antar ruangan tidak
menggunakan komunikasi SBAR. Komunikasi hanya menekankan pada
dokumentasi SOAP pada askep.
3. Kerjasama yang dilakukan oleh karu/wakaru ruangan ICCU dilakukan dalam
kegiatan morning report yang dilakukan sebanyak 3x (Senin, Rabu, Jumat)
dalam seminggu untuk membahas masalah pasien di ruangan masing-masing.
Hal ini membantu karu untuk mencari solusi terkait masalah di ruangan serta
membina hubungan yang baik dengan karu di ruangan lainnya.
4. Form kepuasan pasien diberikan pada setiap pasien dan keluarga serta dari hasil
kepuasan pasien yang mendapat perawatan di ruang ICCU sangat baik.
5. Kegiatan timbang terima tidak sesuai dengan prosedur di ruangan. Wakaru tidak
memimpin kegiatan timbang terima sehingga kegiatan timbang terima berjalan
sendiri-sendiri antarperawat.
6. Timbang terima tidak melakukan validasi kepada pasien langsung melainkan
hanya pelaporan dari salah satu perawat di shift sebelumnya ke salah satu
perawat yang shift selanjutnya.
7. Kegiatan ronde keperawatan di ruangan ICCU disebut dengan Rapat Tim. Pada
kegiatan ini perawat melibatkan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi,
dan tenaga medis lainnya yang bersangkut. Kegiatan ini ditujukan untuk pasien
yang dirawat lebih dari 1 minggu atau kasus sulit yang memerlukan penanganan
segera.
8. Koordinasi yang dilakukan wakaru terhadap staf nya dilakukan secara internal
dalam menyelesaikan masalah, namun apabila tidak menemukan solusi
koordinasi dilakukan secara eksternal melalui komisi etik.
18
Tabel 2.4 Pilar 4: Patient Care Delivery
No Jenis kegiatan Dilaksanakan
Ya Tidak
1 Menerapkan pemberian asuhan keperawatan
sesuai standar (SAK dan SOP) yang ada
diruangan
2 Mengembangkan model praktik keperawatan
professional (MPKP) sesuai dengan SDM
yang ada (Misal metode primer)
3 Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap klien
dalam batas wewenangnya
4 Mendampingi visite dokter untuk memeriksa klien
dan mencatat program pengobatan, serta
menyampaikan kepada staff untuk
melaksanakannya
Komentar :
1. Pemberian asuhan keperawatan di Ruang ICCU RSUD Mangusada telah sesuai
dengan Standar Asuhan Keperawatan yang berlaku di ruang tersebut. Setiap
tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan terintegrasi untuk
memantau kondisi pasien per 24 jam. Ruang ICCU telah memiliki SOP untuk
setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Setiap tindakan keperawatan
dilakukan telah sesuai dengan SOP yang berlaku diruangan . Perawat
menjelaskan maksud dan tujuan dari setiap tindakan kemudian meminta
keluarga untuk menandatangani form persetujuan sebelum tindakan dilakukan
(apabila tindakan invasive). Enam langkahcuci tangandan five moment
sangat diutamakan dalam melakukan setia p tindakan.
2. Pelaksanaan asuhan keperawatan berjalan kurang efektif karena fasilitas yang
kurang mendukung seperti monitor yang terpasang pada pasien tidak dapat
memantau status tekanan darah pasien sehingga harus dilakukan secara manual
setiap jam.
19
3. Pengkajian risiko jatuh pada pasien di ruang ICCU telah terdokumentasi dalam
Standar Asuhan Keperawatan yang berlaku diruangan serta fasilitas pendukung
untuk mengurangi risiko jatuh berupa bed rail dan gelang risiko jatuh.
4. Angka kejadian phlebitis dan dekubitus pada bulan januari hingga februari 2019
sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa asuhan keperawatan yang dilakukan di
Ruang ICCU telah sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan telah
mencapai target indicator mutu ruang ICCU (angka phlebitis dan dekubitus
kurang ≤ 0,5 %.
5. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang ditera pkan di
Ruang ICCU RSUD Mangusada adalah Metode Tim. Metode ini menggunakan
tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien. Metode tim memungkinkan setiap anggota tim
dalam hal ini perawat yang bertugas di Ruang ICCU dapat berkontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif dan tidak terfragmentasi. Selain itu ditinjau dari segi SDM,
perawat lebih banyak berkualifikasi pendidikan D3 sehingga ruangan lebih
cocok menerakan metode penugasan Tim.
6. Pemberian pendidikan kesehatan merupakan hal penting yang sangat di
perhatikan di Ruang ICCU mengingat kondisi pasien dengan masalah cardiac
dapat berubah dalam hitungan detik. Kepala ruangan memberikan edukasi pada
keluarga pasien pada saat pasien masuk ruang ICCU, pada saat masa perawatan
dan pada saat pasien sudah diperbolehkan pulang atau pindah ke ruang rawat
inap. Pemberian edukasi ini juga dapat dilakukan oleh perawat pelaksana.
7. HE lebih sering dilakukan secara lisan tanpa media. Media leaflet masih sangat
terbatas dan jarang digunakan dalam pemberian edukasi dan belum tersedia
media lembar balik.
8. Discharge Planning di ruang ICCU dilakukan sebelumpasien pulang. Asien dan
keluarga akan diberikan Health Education (HE) meliputi obat-obatan, diet,
waktu control dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama pasien dirumah.
Kemudian keluarga akan menandatangani form discharge planning sebagai
bukti telah mendapatkan discharge planning oleh perawat.
20
9. Pengelolaan sentralisasi obat telah terlaksana. Obat yang akan diberikan kepada
pasien sepenuhnya dikelola oleh perawat. Penanggung jawab pengelola obat
adalah kepala ruangan.
10. Kepala ruangan bersama dengan perawat yang bertugas mendampingi visite
dokter untuk memeriksa pasien.Perawat yang bertugas langsung mencatat
program pengobatan yang direncanakan.
21
c. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan
keluarga mengenai peyakit
9 Melaksanakan tindakan rehabilitasi klien agar klien dapat segera
mandiri
10 membantu merujuk klien kepada petugas kesehatan atau institusi √
pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu untuk memnuhi
kebutuhan kesehatan atau menyelesaikan masaah kesehatan yang
tidak dapat ditanggulanginya
11 Melakukan pertolongan pertama kepada klien dalam keadaan √
darurat secara tepat dan benar. Selanjjutnya segera melaporkan
tindakan yang telah dilakukan kepada dokter penanggung jawab
ruangan.
12 Melaksaakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai standar √
13 Memantau dan menilai kondisi klien. Selanjunya melakukan √
tindakan yang tepat berdasarkan hasil pemantauan tersebut
14 Membantu petugas yang lain dalam memelihara lingkungan yang √
sehat
15 Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan anggota tim √
kesehatan (dokter, ahli gizi, analis, pekarya kesehatan, dll di unit
kerjanya)
16 Membantu tim kesehatan dalam membahas kasus pelayanan √
keperawatan dan upaya peningkatan mutu di unit kerjanya
17 Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir √
sesuai jadwal dinas
18 Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antar √
petugas, klien, dan keluarganya sehingga tercipta ketenangan
19 Mengikuti pertemuan berkala yang dilaksanakan oleh kepala √
ruangan
20 Meningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang √
keperawatan misalnya melalui pertemuan ilmiah
21 melaksanakan dan memelihara sistem pencatatan dan pelaporan √
pelayanan keperawatan yang tepat dan benar, sehingga tercipta
22
suatu sistem informasi yang dapat dipercaya dan akurat
22 Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara √
lisan maupun tertulis saat pergantian dinas
23 melaksanakan perawatan klien yang dalan keadaan sakratul maut √
dan mearwat jenazah sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku
24 Menyiapkan klie yang akan pulang, meliputi: - -
a. Menyediakan formulir untuk penyelesaian administrative
seperti:
- Surat izin pulang
- Surat keterangan istirahat rumah sakit
- Petunjuk diet
- Resep obat untuk di rumah jika diperlukan
- Surat rujukan atau pemeriksaan ulang
- Surat keterangan lunas pembayaran dan lain-lain
b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien
mengenai:
- Diet
- Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara
penggunaannya
- Pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit,
puskesmas, atau institusi pelayanan kesehatan lainnya
- Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan
yang bergizi, atau bahkan pengganti sesuai dengan
keadaan sosial ekonomi
c. Melatih klien mengguanakan alat bantu yang
dibutuhkannya, seperti:
- Rolstoel
- Tongkat penyangga
- Protesa
d. Melatih klien melaksanakan tindakan keperawatan di
rumah, misalnya:
23
- Merawat luka
- Melatih anggota gerak
- Pengaturan diet
e. Mengntar klien yang akan pulang sampai di pintu keluar
ruang perawatan
25 Memegang teguh rahasia jabatan √
Komentar:
1. Penerimaan pasien baru
Saat penerimaan pasien baru keluarga pasien dijelaskan terkait perawatan
pasien, dan KIE seperti (pasien tidak boleh mengedan, pasie tidak boleh
banyak minum air, keluarga diharpkan menunggu diluar) dan dijelaskan apa
saja yang diperlukan untuk pasien (seperti perlengkapan mandi, pempers).
Tidak dijelaskan terkait tata tertib di ruangan, terkait cara cuci tangan,
fasilitas.
2. Discharge planning/ KIE
Saat KIE pasien, di ruang ICCU ada leafleat cara cuci tangan, penyakit
jantung, dan diet jantung, namun itu tidak digunakan secara maksimal.
3. Penanganan sakratul maut/ perawatan jenazah
Perawatan jenazah tidak dilakukan di ruangan, di ruang ICCU hanya
melepas alat–alat yang terpasang pada jenazah dan menutupnya dengan kain,
selanjutnya akan diambil oleh petugas kamar jenazah.
4. Penyiapan pasien pulang
Pasien di ruang ICCU yang sudah dalam kondisi baik seharusanya di
lakukan observasi terlebih dahulu dan dipindah ke ruang rawat biasa namun
jika ruang rawat biasa penuh dan pasien dalam kondisi baik bisa langsung
dipulangkan. Form yang digunakan jika pasien dipindahkan ke ruang rawat
biasa yaitu form rekonsiliasi obat, form pindah rawat, form KIE pasien, form
kepuasan pasien. Sedangkan jika pasien langsung dipulangkan pasien
diberikan surat kontrol, obat dan survei kepuasan pasien.
5. Ketergantungan pasien
24
Tingkat ketergantungan pasien di ruang ICCU RSD Mangusada adalah
ketergantungan total karena semua kebutuhan pasien seperti makan, minum,
mandi, dan toileting dipenuhi dan dibantu oleh perawat yang bertugas
6. Beban kerja
Beban kerja perawat rendah, karena berdasarkan total jumlah perawat di
ruang ICCU RSD Mangusada yang berjumlah 22 orang sudah mencukupi
7. Tingkat kepuasan
Berdasarkan hasil kuesioner tingkat kepuasan kerja perawat didapatkan hasil
bahwa perawat puas terhadap gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan,
hubungan antar pribadi, supervisi, prestasi, pengakuan, pekerjaan, tanggung
jawab, dan pengembangan karir
8. Kepatuhan cuci tangan
Rata-rata tingkat kepatuhan cuci tangan di ruang ICCU RSD Mangusda pada
bulan September hingga Desember 2018 adalah 97,12 %
9. Visi misi
Pihak Rumah Sakit mewajibkan stafnya untuk memahami dan mengingat
visi misi RSD Mangusada. Tetapi, saat diwawancarai, tidak semua perawat
hafal dengan visi-misi rumah sakit.
10. Rehabilitasi
Perawat yang ada di ruang ICCU tidak ada yang khusus untuk melakukan
rehabilitasi pada pasien. Rehabilitasi yang biasa dilakukan pada pasien di
ICCU terbatas pada posisi ROM mika-miki dan belajar duduk.
25
tim dan perawat pelaksana melalui
pendidikan dan pelatihan berjenjang
2. Kepala ruangan ICCU telah merencanakan
dan melaksanakan pertemua rutin dengan 0.10 3 0.3
ketua tim dan perawat pelaksana secara
terjadwal yaitu setiap awal bulan untuk
membahas setiap permasalahan yang ada di
ruang ICCU serta melakukan learning
class.
3. Daftar dinas perawat pelaksana disusun 0,10 4 0,4
oleh kepala ruangan dan di setiap shift
dinas memiliki ketua tim yang
mengkoordinasi setiap kegiatan perawatan
yang dilakukan
4. Aspirasi yang disampaikan oleh perawat 0,10 3 0,3
akan selalu didiskusikan secara internal di
ruang ICCU dan kemudian akan
disampaikan kepada bidang atau komite
keperawatan
5. Kepala ruang ICCU memberikan program 0.05 3 0.15
orientasi kepada staff baru selama kurang
lebh satu bulan
6. Kepala ruangan telah memberikan 0,10 3 0,3
pengarahan dalam bentuk instruksi yang
jelas kepada setiap ketua tim atau perawat
pelaksana dan motivasi kepada perawat di
ruang ICCU dalam bentuk memberikan
kesempatan mengikuti pelatihan atau
melanjutkan pendidikan.
7. Proses inventarisasi dan perencanaan 0,10 3 0,3
peralatan di ruang ICCU dilakukan oleh
tim khusus yang dibentuk oleh kepala
26
ruangan sehingga proses inventarisasi yang
dilakukan lebih maksimal serta terstruktur
dan kepala ruangan selalu mendapatkan
laporan rutin terhadap proses tersebut
8. Kepala ruangan rutin melakukan 0.05 4 0,2
melakukan pengecekan rekam medis
pasien dan juga dengan memberikan
pertanyaan langsung kepada tim yang
bertugas dalam perawatan pada pasien
yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem
pencatatan dan meningkatkan sistem
pencatatan perkembangan pasien di ruang
ICCU
9. Penyelesaian konflik yang dilakukan di 0.05 3 0.15
ruang ICCU telah sesuai dengan tingkatan
manajemen konflik yaitu dilakukan
penyelesaian secara internal yaitu melalui
ketua tim, kemudian apabila tidak
ditemukan solusi dilaporkan kepada kepala
ruangan, dan selanjutnya ke tingkat yang
lebih tinggi yaitu komite keperawatan
10. Kepala ruangan telah melakukan 0.10 4 0.4
pengendalian pelaksanaan peraturan yaitu
dengan memberikan teguran langsung atau
pemanggilan kepada staff yang melanggar
11. Kepala ruangan telah melakukan penilaian 0.10 4 0,4
kualitas pelayanan di ruang ICCU
berdasarkan indikator BOR, ALOS, NDR,
GDR, TOI, dan indikator mutu khusus
pada ruang ICCU
12. Metode penghitungan kebutuhan tenaga 0,10 4 0,4
perawat yang digunakan di ICCU telah
27
berdasarkan hasil lokakarya keperawatan
(Depkes RI tahun 1989).
Total 1 3,5
Weakness:
1. Tidak terdapat dokumentasi tertulis 0,10 3 0,30
terhadap perencanaan pelaksanaan
supervisi dan hasil dari supervisi yang telah
dilakukan
2. Hanya 4 perawat yang telah memiliki 0,25 3 0,75
sertifikat pelatihan kardiologi dasar dan
belum ada yang mengikuti pelatihan
kardiologi lanjutan.
3. Proses pendelegasian yang di ruang ICCU 0,25 4 1
hanya dilakukan secara lisan melalui
telepon atau melalui pesan Whatsapp, dan
belum ada dokumentasi tertulis mengenai
pendelegasian.
4. Ruang ICCU belum memiliki form 0,4 4 1,60
pengkajian khusus untuk pasien
paliatif/terminal.
Total 1 3,65
S-W 3,5 – 3,65 = - 0,15
External Factor
Opportunity:
1. RSD Mangusada Badung merupakan 1 4 4
rumah sakit tipe B, sehingga system
manajemen rumah sakit telah baik
Total 1 4 4
Treat:
1. Seleksi tenaga keperawatan baru dilakukan 1 3 3,0
oleh rumah sakit dan tidak melibatkan
kepala ruangan.
28
Total 1 3 3,0
O–T 4,0 – 3,0 = -1,0
Ratin Bobot x
No Analisis SWOT Bobot
g Rating
2 Compensatory Reward
Internal Factor
Strenght:
1. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan 0,3 3 0,9
perawat dengan cara melakukan studi lecture
terkait penyakit yang sering ada di Ruang
ICCU 0,3 3 0,9
2. Meningkatkan pendidikan perawat yang masih
D3 ke S1 dengan memberikan izin belajar 0,2 3 0,6
3. Mengupayakan dan memperhatikan
kesejahteraan tenaga perawatan dan tenaga lain
yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk meningkatkan semangat kerja 0,2 2 0,4
4. Memberikan reward bagi perawat dengan
kinerja baik/ berprestasi dengan memilih
perawat teladan setiap tahunnya.
Total 1 11 2,6
Weakness:
- - -
Total - - -
S-W 2,6-0 = 2,6
External Factor
Opportunity:
1. Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan di 0,2 3 0,6
Ruangan ICCU
29
2. Meningkatkan kesejahteraan petugas kesehatan 0,3 3 0,9
3. Ruangan ICCU sering mendapat penghargaan
terkait inovasi terbaik dari rumah sakit 0,5 3 1,5
Total 1 9 3,0
Treat:
-
Total - - -
O-T 3,0 – 0 = 3,0
Bobot
No Analisis SWOT Bobot Rating x
Rating
3 Profesional Relationship
Internal Factor
Strenght:
1. Memiliki sikap yang terbuka kepada seluruh 0,3 3 0,9
staf di ruangan
2. Koordinasi yang dilakukan wakaru terhadap 0,4 4 1,6
staf nya dilakukan secara internal dalam
menyelesaikan masalah, namun apabila
tidak menemukan solusi koordinasi
dilakukan secara eksternal melalui komisi
etik.
3. Tipe Kepemimpinan yang diterapkan karu 0,3 3 0,9
kepada staf perawat di ICCU menurut Gilies
dan Robert menggunakan metode
partisipatif. Karu dalam melakukan
perencanaan dan analisis berdasarkan saran,
masukan, dan kritik dari staf. Contohnya
dalam penyusunan jadwal jaga, karu
30
mempertimbangkan saran dan masukan dari
staf perawat.
Total 1 10 3,4
Weakness:
1. Kegiatan timbang terima tidak sesuai 0,3 3 0,9
dengan prosedur di ruangan. Wakil Kepala
Ruangan (Wakaru) tidak memimpin
kegiatan timbang terima sehingga kegiatan
timbang terima berjalan sendiri-sendiri
antarperawat.
2. Timbang terima tidak melakukan validasi 0,4 3 1,2
kepada pasien langsung melainkan hanya
pelaporan dari salah satu perawat di shift
sebelumnya ke salah satu perawat yang shift
selanjutnya.
3. Komunikasi yang diterapkan perawat 0,3 2 0,6
dengan perawat lain antar ruangan tidak
menggunakan komunikasi SBAR.
Komunikasi hanya menekankan pada
dokumentasi SOAP pada askep.
Total 1 9 2,7
S-W 3,4 - 2,7 = 0,7
External Factor
Opportunity:
1. Kerjasama yang dilakukan oleh 1 3 3,0
karu/wakaru ruangan ICCU dilakukan
dalam kegiatan morning report yang
dilakukan sebanyak 3x (Senin, Rabu,
Jumat) dalam seminggu untuk membahas
masalah pasien di ruangan masing-masing.
31
Hal ini membantu karu untuk mencari solusi
terkait masalah di ruangan serta membina
hubungan yang baik dengan karu di ruangan
lainnya.
Total 1 3 3,0
Treat:
-
Total 0 0 0
O-T 3,0 – 0 = 3,0
Bobot
No Analisis SWOT Bobot Rating x
Rating
4 Patient Care Delivery
Internal Factor
Strenght:
1. Pemberian asuhan keperawatan di Ruang 0,15 4 0,6
ICCU RSUD Mangusada telah sesuai dengan
Standar Asuhan Keperawatan yang berlaku di
ruang tersebut. Setiap tindakan keperawatan
didokumentasikan dalam catatan terintegrasi
untuk memantau kondisi pasien per 24 jam.
Setiap tindakan keperawatan telah dilakukan
sesuai dengan SOP yang berlaku. Enam
langkahcuci tangandan five
momentsangat diutamakan dalam
melakukan setiap tindakan.
2. Pelaksanaan asuhan keperawatan berjalan
kurang efektif karena fasilitas yang kurang 0,15 3 0,45
32
mendukung seperti monitor yang terpasang
pada pasien tidak dapat memantau status
tekanan darah pasien sehingga harus dilakukan
secara manual setiap jam.
3. Pengkajian risiko jatuh pada pasien di ruang
ICCU telah terdokumentasi dalam Standar 0,1 3 0,3
Asuhan Keperawatan yang berlaku diruangan
serta fasilitas pendukung untuk mengurangi
risiko jatuh berupa bed rail dan gelang risiko
jatuh.
4. Angka kejadian phlebitis dan dekubitus pada
bulan Januari dan Februari 2019 sebesar 0%. 0,1 4 0,4
Hal ini menunjukkan bahwa asuhan
keperawatan yang dilakukan di Ruang ICCU
telah sesuai dengan standar asuhan
keperawatan dan telah mencapai target
indicator mutu ruang ICCU (angka phlebitis
dan dekubitus kurang ≤ 0,5 %.
5. Model Praktik Keperawatan Profesional 0,15 4 0,6
(MPKP) yang ditera pkan di Ruang ICCU
RSUD Mangusada adalah Metode Tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap pasien. Metode
tim memungkinkan setiap anggota tim dalam
hal ini perawat yang bertugas di Ruang ICCU
dapat berkontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien secara komprehensif dan tidak
terfragmentasi.
6. Kepala ruangan memberikan edukasi pada 0,15 3 0,3
keluarga pasien pada saat pasien masuk ruang
33
ICCU, pada saat perawatan dan pada saat
pasien sudah diperbolehkan pulang atau pindah
ke ruang rawat inap. Pemberian edukasi ini
juga dapat dilakukan oleh perawat pelaksana.
7. Kepala ruangan bersama dengan perawat yang 0,1 4 0,4
bertugas mendampingi visite dokter untuk
memeriksa pasien. Perawat yang bertugas
langsung mencatat program pengobatan yang
direncanakan.
8. Pengelolaan sentralisasi obat telah terlaksana. 0,06 4 0,24
Obat yang akan diberikan kepada pasien
sepenuhnya dikelola oleh perawat.
9. Pelaksanaan Discharge Planning di ruang 0,04 3 0,16
ICCU, sebelum pasien pulang akan diberikan
Health Education (HE) meliputi obat-obatan,
diet, waktu control dan hal-hal yang perlu
diperhatikan selama pasien dirumah.
Kemudian keluarga akan menandatangani
form discharge planning sebagai bukti telah
mendapatkan discharge planning oleh perawat
Total 1 32 3,45
Weakness:
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan berjalan 0,4 2 0,8
kurang efektif karena fasilitas yang kurang
mendukung seperti monitor yang terpasang
pada pasien tidak dapat memantau status
tekanan darah pasien sehingga harus dilakukan
secara manual setiap jam.
2. HE lebih sering dilakukan secara lisan tanpa 0,6 2 1,2
media. Media leaflet masih sangat terbatas dan
jarang digunakan dalam pemberian edukasi dan
belum tersedia media lembar balik.
34
Total 1 4 2
S-W 3,35-2,6= 1,35
External Factor
Opportunity:
1. Adanya kebijakan rumah sakit yang 0,6 3 1,8
menetapkan indikator mutu berupa
kejadian dekubitus dan phlebitis sebesar ≤
0,5 % menuntut perawat bekerja lebih baik
untuk mengurangi risiko kejadian dekubitus
dan phlebitis
2. Hasil form kepuasan keluarga dan pasien di 0,4 3 1,2
Ruang ICCU menunjukkan kepuasan sangat
tinggi
Total 1 6 3,0
Treat:
-
Total 0 0
O-T 3,0 - 0 = 3,0
35
2.5 Diagram Cartesius
2.5.1.1 Pilar 1: Management Approach
Berikut merupakan hasil analisis kuadran berdasarkan pada komponen
lingkungan internal dan eksternal.
K.3 K.1
-0,15
K.4 K.2
36
2.5.1.2 Pilar 2:Compensatory Reward
Berikut merupakan hasil analisis kuadran berdasarkan pada komponen
lingkungan internal dan eksternal
K.3 K.1
2,6
K.4 K.2
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada Ruang Cilinaya didapatkan
data pengkajian padaProfessional Relationship berada pada kuadran 1 yang
artinya situasi ini sangat mengeuntungkan bagi organisasi di Ruangan ICCU.
Dalam strategi dapat mengupayakan dan memperhatikan kesejahteraan
tenaga perawatan dan tenaga lain yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk meningkatkan semangat kerja dengan memberikan kompensasi berupa
penghargaan bagi tenaga keperawatan yang dinilai disiplin dan mampu
memberikan pelayanan asuhan keperawatan terbaik. Dengan adanya
penghargaan yang diberikan tenaga keperawatan akan berlomba-lomba
untuk memaksimalkan dan meningkatkan kinerja pelayanan asuhan
keperawatan yang akan diberikan dan tenaga keperawatan akan memiliki
rasa kepuasan tersendiri karena mampu memberikan pelayanan asuhan
keperawatan secara maksimal tanpa komplain dari pasien, sehingga akan
berdampak pada kualitas dan mutu dari tenaga kesehatan yang bertugas di
Ruangan ICCU. Selain itu kekuatan internal berupa pelaksanaan pembinaan
37
dan pengembangan karier tenaga perawatan melalui pendidikan dan latihan
berjenjang dapat menambah wawasan dan pengalaman petugas keperawatan
sehingga tenaga keperawatan mampu menganalisis dan memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien yang akan berdampak pada kepuasan
pasien. Tidak ada startegi tambahan yang dapat dilakukan guna
meningkatkan pilar Compensatory Reward. Dalam hal ini diharapkan Kepala
Ruangan dapat mempertahankan kegiatan apresiasi yang sudah terjabar
sebelumnya dengan baik.
K.3 K.1
0,7
K.4 K.2
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada Ruang Cilinaya didapatkan
data pengkajian padaProfessional Relationship berada pada kuadran 1 yang
artinya situasi ini sangat mengeuntungkan bagi organisasi di Ruangan ICCU.
Dimna strategi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan
internal dalam ruangan antara lain dengan tetap mempertahankan
komunikasi yang efektif antara perawat dan kepala ruangan dalam
mendiskusikan masalah yang dialami pasien di ruangan ICCU serta gaya
38
kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruangan yang partisipatif dalam
melakukan perancangan dan analisa berdasarkan saran, masukan dan kritik
dari staf di ruangan ICCU. Contohnya dalam melakukan pengaturan jadwal
jaga ketua ruangan akan mempertimbangkan saran dan msaukan dari staf.
K.3 K.1
1,35
K.4 K.2
39
diterapkan di Ruang ICCU RSD Mangusada adalah Metode Tim. Metode
tim memungkinkan setiap anggota tim dalam hal ini perawat yang bertugas
di Ruang ICCU dapat berkontribusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien secara komprehensif dan tidak
terfragmentasi. Edukasi juga rutin diberikan kepada pasien dan keluarga
pasien mengingat kondisi pasien dengan masalah cardiac dapat berubah
dalam hitungan detik.Hal tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang optimal kepada seluruh pasien di ruang ICCU.
40
BAB III
PERENCANAAN
41
askep.
4. Patient Care 1. HE lebih sering dilakukan secara lisan tanpa
Delivery media. Media leaflet masih sangat terbatas dan
jarang digunakan dalam pemberian edukasi
dan belum tersedia media lembar balik.
3.2.Prioritas Masalah
3.3.Rencana Strategi
1. Melaksanakan sosialisasi dan roleplay supervisi
Supervisi keperawatan adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh kepala ruangan kepada perawat pelaksanan.
Supervisi keperawatan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja
perawat pelaksanan. Pendokumentasian merupakan salah satu bagian dari proses
pelaksanaan kegiatan supervisi. Kegiatan ini dilaksanakan agar proses
pelaksanaan berjalan sesuai dengan standar mulai dari proses perencanaan
sampai dengan hasil supervisi yang terdokumentasi dengan baik.
2. Mendiskusikan proses dan pendokumentasian pendelegasian sesuai standar
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya atau
bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas kepala ruangan yang
bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepada staf,
sehingga staf dapat melaksanakan tugas itu sebaik mungkindan
mempertanggungjawabkan hal yang telah didelegasikan. Proses pendelegasikan
42
sebaiknya disampaikan secara langsung ke stafnya untuk menghindari terjadinya
kesalahan persepsi terhadap tugas yang diberikan. Kegiatan ini dilaksanakan
bertujuan agar proses pendelegasian dapat berjalan dengan baik dan
terdokumentasi dengan baik.
3. Membentuk form pengkajian khusus untuk pasien dalam kondisi terminal
Pasien yang menderita penyakit kronis atau stadium lanjut, umumnya
membutuhkan perawatan paliatif. Perawatan paliatif adalah perawatan pada
seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan
aspek psikologis dan spiritual. Pengadaan form ini ditujukan untuk pasien
paliatif sehingga dengan dilakukan pengkajian palitiaf dapat menyesuaikan
perawatan yang sesuai untuk pasien paliatif.
4. Melaksanakan diskusi dan roleplay timbang terima sesuai SOP
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien pada asaat
pergantian shif. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan
kerja sama antar perawat, menjalin hubungan yang bertanggung jawab antar
perawat, dan meningkatkan kualitas dan kesinambungan dalam pelaksanaan
askep pada pasien. Kegiatan ini dipimpin oleh kepala ruangan, perawat
menyampaikan kondisi pasien, perawat melakukan validasi ke pasien secara
langsung dan ditutup kembali oleh kepala ruangan.
5. Mendiskusikan pelaksanaan komunikasi SBAR
Komunikasi teknik SBAR merupakan penggunaan kerangka komunikasi untuk
membakukan percakapan tentang perawatan pasien anatara penyedia pelayanan.
Komunikasi teknik ini memungkinkan untuk dokter dan perawat mendapatkan
komunikasi yang jelas, efisien dan aman. Komunikasi efektif oleh petugas
kesehatan merupakan salah satu solusi untuk menjaga keselamatan pasien.
Kesalahan komunikasi yang sering terjadi seperti perintah medis yang tidak
terbaca, kekeliruan prosedur yang dijalankan, kesalahan pelaporan perubahan
signifikan pasien, serta ketidaksesuaian standar komunikasi yang diterapkan.
43
Maka dari itu, komunikasi efektif perlu diterapkan salah satunya dengan cara
komunikasi tenik SBAR.
6. Mengadakan penyediaan media untuk melengkapi pelaksanaan edukasi
Media merupakan alat yang dapat digunakan sebagai perantara dalam
menstimulasi aspek kognitif. Pemberian edukasi dengan menggunakan media
dapat memperjelas pesan dan mempermudah penyampaian, sehingga diharapkan
dengan pengdaan media dapat mengefektifkan penyampaian pesan.
44
d. Deskripsi
Pengadaan form pengkajian pasien tahap terminal dan keluarga di ruang ICCU
merupakan sebuah program untuk membuat dan menyediakan form pengkajian
di ruang ICCU untuk mengoptimalkan pemberian pelayanan kesehatan kepada
pasien dan keluarga terutama dalam perencanaan perawatan paliatif kepada
pasien. Program ini akan membantu perawat untuk mengkaji kebutuhan pasien
terhadap jenis perawatan paliatif yang akan diberikan. Form pengkajian akan
dibuat efektif dan mencakup beberapa poin penting yaitu aspek fisik, psikologis,
spiritual, dan pengkajian pada keluarga. Selanjutnya berkaitan dengan sosialisasi
akan dilakukan dengam metode diskusi ceramah singkat kepada perawat
mengenai pengisian cara pengisian form, dan kemudian dilakukan uji coba
penggunaan form pengkajian di ruang ICCU.
e. Persiapan yang dilakukan antara lain:
Mencari literatur pembuatan form pengkajian dari guideline Palliative Care for
Adults dan The Palliative Care Handbook, dari form pengkajian yang sudah
tersedia yaitu form pengkajian dari RSU Daerah Pemangkat dan form
pengkajian yang disusun oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Pelita Harapan, dan jurnalhandout The Critical-Care
Pain Observation Tool (CPOT). Kemudian merancang poin penting dalam
pengkajian, dan menyusun form pengkajian. Setelah itu, sebelum melakukan
sosialisasi perlu dipersiapkan materi dan media untuk sosialisasi,
f. Pelaksanaan
Pembuatan form form pengkajian pasien tahap terminal dan keluarga di ruang
ICCU dimulai pada hari pertama dan kedua di minggu pertama, kemudian
dilanjutkan dengan sosialisasi penggunaan dan cara pengisian form pada hari
ketiga minggu pertama. Uji coba dari penggunaan dan pengisian form
pengkajian dilakukan dari hari keempat minggu pertama sampai hari ketiga
minggu kedua. Evaluasi dari kegiatan ini akan dilakukan pada hari keempat
minggu kedua.
45
PENGKAJIAN PASIEN TAHAP TERMINAL DAN KELUARGA
RUANG ICCU
Tanggal Pengkajian : / /
1. Pengkajian Aspek Fisik
a. Nyeri : Ada Tidak
Skala Nyeri :
Lokasi Nyeri :
Keterangan :
46
mengalami mulut terbuka
atau menggigit tabung
endotrakeal
Gerakan Tubuh Tidak adanya Tidak bergerak sama
gerakan atau posisi sekali (tidak berarti tidak
normal (0) adanya rasa sakit) atau
posisi normal (gerakan
tidak dilakukan terhadap
bagian yang terasa nyeri
atau tidak dilakukan
untuk tujuan
perlindungan)
Perlindungan (1) Lambat, gerakan hati-
hati, menyentuh atau
menggosok bagian yang
nyeri, mencari perhatian
melalui gerakan
Kegelisahan / Menarik tabung,
Agitasi (2) mencoba untuk duduk,
menggerakkan tungkai /
meronta-ronta, tidak
mengikuti perintah,
menyerang staf, mencoba
turun dari tempat tidur
Kepatuhan dengan Menoleransi Alarm tidak dimatikan,
ventilator (pasien ventilator atau ventilasi mudah
diintubasi) gerakan (0)
Batuk tapi Batuk, alarm dapat
menoleransi (1) diaktifkan tapi berhenti
secara spontan
Melawan ventilator Tidak ada sinkronisasi :
(2) menghalangi ventilasi,
47
alarm sering diaktifkan
Atau Berbicara dalam Berbicara dalam suara
Vokalisasi (Pasien nada normal atau normal atau tidak ada
diekstubasi) tidak ada suara (0) suara sama sekali
Menghela napas, Menghela napas,
merintih (1) merintih
Menangis, terisak- Menangis, terisak-isak
isak (2)
Ketegangan otot Santai (0) Tidak ada perlawanan
pada gerakan pasif
Tegang kaku (1) Perlawanan pada gerakan
pasif
Sangat tegang atau Perlawanan kuat sampai
kaku (2) gerakan pasif atau
ketidakmampuan mereka
untuk menyelesaikannya
48
Merasa cemas Kehilangan minat
Merasa putus asa Merasa panik
Keterangan :
b. Penyesuaian Terhadap Sakit
Bagaimanakah pemahaman anda terhadap kondisi anda saat ini?
49
Jika Ya, apa kegiatan tersebut:
Apakah perlu pelayanan spiritual?
Ya Tidak
Jika Ya, oleh siapa:
d. Effects of Beliefs on Medical Care and End-Life Isssues (Efek dari
kepercayaan terhadap perawatan)
Apakah ada larangan tertentu terkait dengan proses perawatan saat ini?
Ya Tidak
Jika Ya, apa saja larangannya :
Apakah yang anda harapkan dari kami sebagai tim kesehatan untuk
memfasilitasi kebutuhan dan proses perawatan anda?
50
Ya Tidak
c. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan bagi pasien dan keluarga
Pasien perlu didampingi keluarga
Keluarga dapat mengunjungi pasien di luar waktu berkunjung
Sahabat dapat mengunjungi pasien di luar waktu berkunjung
…………………………………………………………………
51
3.5 POA Penyelesaian Masalah
PLAN OF ACTION
PENYUSUNAN FORM PENGKAJIAN KHUSUS PASIEN TAHAP TERMINAL DI ICCU
Masalah : Penyusunan Form Pengkajian Khusus Untuk Pasien Tahap Terminal di ICCU
Bulan : April 2019
N TARGET PELAKSANAAN
URAIAN PENANGGUNG
O TUJUAN SASARAN PENCAPAIA 1 1
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JAWAB
. N 0 1
A PERSIAPAN Mahasiswa
1. Mencari literatur/ 1. Sebagai acuan 1. Materi/ 1. Tersedia
guideline/ form dalam literatur/ literature/
pengkajian terkait penyusunan guidelien/ guidline/
pengkajian tahap form form form yang
terminal pada pengkajian terkait relevan dan
pasien dengan khusus pasien pengkajian sesuai EBP
penyakit jantung tahap terminal khusus 2. Rancangan
2. Merancang poin- 2. Memudahkan pasien form
poin penting penyusunan terminal Pengkajian
dalam form form 2. Rancangan 3. Form
pengkajian pengkajian form pengkajian
3. Menyusun form 3. Untuk Pengkajian pasien tahap
pengkajian pengadaan 3. Form
form pengkajian
pengkajian pasien
pasien tahap tahap
52
terminal terminal
B PELAKSANAAN
1. Sosialisasi terkait 1. Mengenalkan 1. Staf 1. Staf perawat
form pengkajian form Keperawat mengerti dan
(isi dan cara pengkajian an mengetahui
penggunaan) pasien tahap cara
terminal dan penggunaan
cara form
penggunaan. pengkajian
khusus tahap
terminal
2. Uji coba 2. Untuk 2. Staf 2. Perawat
penggunaan form mengetahui perawat dapat
pengkajian khusus keefektifan menggunaka
pasien tahap dari form n form
terminal pengkajian, pengkajian
kevalidan dari
form Poin-poin
pengkajian dalam
pengkajian
dapat
mengkaji
koadaan
pasien
persepsi
perawat
sama satu
dengan yang
lainnya sama
53
C MONITORING DAN
EVALUASI
1. Monitoring 1. Untuk Uji coba form Persamaan
memantau uji pengkajian persepsi
coba pasien tahap penggunaan
penggunaan terminal form pengkajian
form tahap terminal
pengkajian
tahap terminal Form
pengkajian
efektif
digunakan
2. Evaluasi 2. Untuk Form Poin yang dikaji
mengetahui pengkajian sesuai lengkap
keberhasilan pasien khusus dan sesuai
penggunaan tahap terminal untuk mengkaji
form pasien tahap
pengkajian terminal
khusus pasien
tahap terminal Form mudah
digunakan dan
dimengerti oleh
perawat dan
persepsi
perawat sama
54
PLAN OF ACTION
PELAKSANAAN KEGIATAN PENDELEGASIAN
A PERSIAPAN Mahasiswa
1. Menyiapkan SOP 1. Untuk 1. Tenaga 1. Proses pendelegasian
pendelegasian menyediakan kesehatan sesuai dengan standar
2. Menyiapkan form sarana dalam di ruang 2. Proses pendelegasian
pendokumentasian proses ICCU terdokumentasi sesuai
pendelegasian pendiskusian 2. Tenaga standar
proses dan kesehatan
pendokumenta di ruang
sian ICCU
pendelegasian
2. Untuk sarana
pendokumenta
sian
pendelegasian
55
B PELAKSANAAN
1. Melakukan diskusi 1. Menyamakan 1. Tenaga 1. Proses pendelegasian
mengenai proses persepsi kesehatan sesuai dengan
pendelegasian mengenai di ruang standar
yang sesuai standar pendelegasian ICCU
yang sesuai
dengan standar
56
C MONITORING DAN
EVALUASI
1. MONITORING 1. Untuk 1. Tenaga 1. Proses pendelegasian
2. EVALUASI memantau kesehatan dapat di monitoring
kelangsungan di ruang dan sesuai dengan
diskusi dan ICC standar
pelaksanaan 2. Tenaga 2. Proses pendelegasian
pendokumenta kesehatan berjalan sesuai
sian di ruang dengan standard an
pendelegasia ICCU terdokumentasikan
2. Untuk
mengetahui
kesesuaian
pendelegasian
sesuai dengan
standar
57
PLAN OF ACTION
SOSIALISASI DAN ROLEPLAY SUPERVISI
58
dilakukan pentingnya staf keperawatan
supervisi supervisi, mampu
- Tujuan tujuan, melaksanakan
supervisi manfaat, supervisi
- Manfaat prosedur dan
supervise hal yang perlu
- Prosedur dipersiapkan
supervise untuk
- Hal yang perlu supervisi,
dipersiapkan meningkatkan
2. Melakukan pelaksanaan
roleplay supervisi/ supervisi.
mendeonstrasikan 2. Memepermud
ah penjelasan
terkait
supervise
C MONITORING DAN
EVALUASI
1. Monitoring 1. Untuk Pelaksanaan Supervisi dapat
2. Evaluasi memantau supervise dilaksanakan secara
pelaksanaan rutin, optimal, dan
supervisi sesuai SOP.
2. Untuk
mengetahui
keberhasilan
dari sosialisasi
dan roleplay
supervisi
59
PLAN OF ACTION
PELAKSANAAN KEGIATAN ROLE PLAY TIMBANG TERIMA SESUAI DENGAN SOP
A PERSIAPAN Mahasiswa
1. Menyiapkan buku 1. Untuk 1. Buku operan 1. Buku opran berisi
timbang terima mempermudah 2. SOP hal-hal yang akan
2. Menyiapkan SOP dalam disampaikan saat
timbang terima menyampaikan timbang terima
permasalahan 2. SOP berisi prosedur
pasien saat kegiatan timbang
melakukan terima
timbang terima
2. Sebagai acuan
pelaksanaan
timbang terima
60
B PELAKSANAAN
1. Melakukan 1. Kegiatan 1. Staff perawat di 1. Dapat melakukan
roletplay timbang timbang terima ruang ICCU kegiatan timbang
terima sesuai sesuai dengan 2. Staff perawat terima sesuai dengan
dengan SOP SOP diruang ICCU prosedur
2. Mendiskusikan 2. Untuk 2. Untuk menegtahui
prosedur kegiatan mengetahui pengertian, tujuan,
timbang terima pengertian, prosedur, hal-hal
tujuan, yang perlu
prosedur, hal- dipersiapkan
hal yang perlu
diprsiapkan
C MONITORING DAN
EVALUASI
1. MONITORING 1. Untuk Staff perawat Timbang terima dapat
2. EVALUASI memantau diruang ICCU dilakukan sesuai
kegiatan dengan SOP
timbang terima
2. Untuk
mngetahui
keberhasilan
dari role play
dan diskusi
dari timbang
terima
61
PLAN OF ACTION
PELAKSANAAN KEGIATAN KOMUNIKASI SBAR
A PERSIAPAN Mahasiswa
1. Menyiapkan SOP 1. Untuk menyediakan 1. Perawat di 1. Proses komunikasi
komunikasi SBAR sarana dalam proses ruang dalam timbang
2. Menyiapkan form pendiskusian proses ICCU terima menggunakan
pendokumentasian komunikasi SBAR 2. Perawat di SBAR
SBAR 2. Untuk sarana ruang 2. Proses komunikasi
pendokumentasian ICCU dalam timbang
pendelegasian terima menggunakan
SBAR
62
B PELAKSANAAN
1. Melakukan diskusi 1. Menyamakan 1. Perawat 1. Perawat memiliki
mengenai proses persepsi mengenai di ruang persepsi yang sama
komunikasi komunikasi SBAR ICCU mengenai pengertian
dengan SBAR 2. Menerapkan 2. Perawat di dan manfaat
2. Menerapkan komunikasi dengan ruang komunikasi SBAR
komunikasi SBAR standar SBAR ICCU 2. Komunikasi saat
dalam timbang (Situation, timbang terima
terima pasien Background, pasien menggunakan
Assessment, SBAR
Recommendation)
C MONITORING DAN
EVALUASI
1. MONITORING 1. Untuk memanta 1. Perawat di 1. Proses komunikasi
2. EVALUASI kelangsungan ruang SBAR dapat di
diskusi dan ICCU monitoring dan
pelaksanaan 2. Perawat sesuai dengan
komunikasi SBAR di ruang standar
saat timbang terima ICCU 2. Proses komunikasi
pasien SBAR berjalan
2. Untuk mengetahui sesuai dengan
pelaksanaan standard an
komunikasi SBAR terdokumentasikan
saat timbang terima
63
PLAN OF ACTION
PELAKSANAAN KEGIATAN PENYEDIAAN MEDIA UNTUK HEALTH EDUKASI
A PERSIAPAN Mahasiswa
Menyiapkan litertur Untuk Materi tentang : Tersedianya
untuk lembar balik mempermudah - Penyakit jantung literatur yang
dalam penyusunan - Diet pada pasien lengkap dan relevan
lembar balik dengan penyakit
jantung
- Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada
saat melakukan
perawatan dirumah
64
B PELAKSANAAN
Menyusun media Sebagai media untuk Media lembar balik Setiap pasien
lembar balik memberikan HE mendapatkan HE
pada pasien dengan
menggunakan
media lembar balik
C MONITORING DAN
EVALUASI
1. MONITORING 1. Efektifitas dari Media lembar balik HE dapat
2. EVALUASI lembar balik tersampaikan
sebagai media HE dengan baik serta
2. Untuk mengetahui pemahaman pasien
keefektifan dan keluarga
penggunaan meingkat
lembar balik
sebagai media HE
65
DAFTAR PUSTAKA
Gélinas et al. (2006). The Critical-Care Pain Observation Tool (CPOT). McGill
University School of Nursing.
Kalsium, U. (2016). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan
Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
Skripsi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.
ICSI. (2013). Health Care Guideline Palliatve Care for Adult: Institute for
Clinical Systemss Improvement.
Nova, H. (2015). Hubungan Kepuasan Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat
di Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya Jakarta Barat. Retrieved from
digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-901. Diakses pada 30
Maret 2019.
Rizki, M., N., Aeni., Q & Istioningsih. (2015). Gambaran Penerapan
Komunikasi SBAR di RSUD Dr Soewondo Kendal. ISBN 978-602-50761-
9-0.
Rod Mac Leod. (2016). The Palliative Care Handbook: guidelines for clinical
management and symptom control.
RSD Mangusada Kabupaten Badung. (2019). Website Resmi RS Daerah
Mangusada: Rawat intensif ICCU. Retrieved from:
https://rsudmangusada.badungkab.go.id/. Diakses pada 27 Maret 2019.
RSUD Puri Husada. Model praktik keperawatan profesional (MPKP). Retrieved
from: http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/. Diakses pada 25 Maret 2019.
Rumah Sakut Umum Daerah Pemangkot. (2015). Assement Awal dan Ulang
Pasien Tahap Terminal dan Keluarganya.
Sagala, S. (2018). Pendekatan & model kepemimpinan. Edisi 1. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP. Retrieved from: https://books.google.co.id/.
Diakses pada 25 Maret 2019.
Sucahyowati, H. (2017). Manajemen sebuah pengantar. Retrieved from:
https://books.google.co.id/. Diakses pada 25 Maret 2019.
66
Sugiyarto. (2016). Gambaran Pelaksanaan Supervisi Keperawatan. Retrieved
from eprints.ums.ac.id/41713/29/12.%20Naskah%20Publikasi. Diakses
pada April 2019.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Retrieved from:
http://www.depkes.go.id/. Diakses pada 25 Maret 2019.
Universitas Pelita Harapan. (2015). Form Pengkajian Keperawatan Paliatif.
67