3. Etiologi
a Konsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, kortiko
steroid). Aseteminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi
pada mukosa lambung, NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs)
dan kortikosteroid menghambat sintesis prostatglandin, sehingga
sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi
sangat asam dan menimbulkan iritasi lambung.
b Konsumsi alkohol dapat menyebakan kerusakan mukosa gaster.
c Terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat
menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta
perdarahan.
d Kondisi stress atau tertekan akan meransang peningkatan produksi
HCL lambung.
e Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter pilori, Escerechia coli,
Salmonella, dan lain-lain.
f Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, dicurigai turut
mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karena antibiotik
tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobater pylori, walaupun
presentase keberhasilanya sangat rendah.
g Jamur dan spesis candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan
Mukonaceace dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien
imunocompromezed. Pada pasien yang sitem imunnya baik, biasanya
tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama
dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah
terkena infeksi parasit.
4. Manifestasi klinis
a Gastritis akut :
1). Anoreksia ( tidak nafsu makan ), karena terjadi iritasi mukosa
lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, dilambung
HCO3 akan berikatan dengan nAcL sehingga menghasilkan HCI
dan NaCO3. Hasil persenyawaan tersebut akan menigkatkan asam
lambung maka terjadilah mual muntah.
2). Nyeri pada epigastrum, karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.Mual dan muntah, dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
3). Perdarahan saluran cerna ( hemetemesis melena), karena mucus
gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada
mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan.
4). Anemia, karena terjadinya perdarahan. b
Gastritis kronis :
1) Nyeri ulu Hati, karena adanya peradangan atau iritasi pada
mukosa lambung.
2) Anoreksia ( tidak nafsu makan), karena peningkatan produksi
HCL atau peningkatan asam lambung.
3) Nausea, Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang
berupa HCO3, dilambung HCO3 akan berikatan dengan nAcL
sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil persenyawaan
tersebut akan menigkatkan asam lambung maka terjadilah mual
muntah.
5. Patofisiologi
1) Gastritris Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia
misalnya obat-obatan, alkohol, makanan yang pedas atau asam. Pada
penderita yang mengalami stress akan terjadi peransangan saraf
simpatis (nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCL) didalam lambung,
peningkatan HCL yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun
makanan yang meransang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Mucus berfungsi untuk memproteksi mukosa lambung
agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mucus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.
Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCL (
terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa
gaster menyebabkan produksi HCL meningkat, anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri ditimbulkan karena kontak HCL dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penerunan sekresi
mucus dapat berupa eksfeliasi (penglupasan). Eksfeliasi sel mukosa
gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa gaster, hilangnya
sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
2) Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobatery pylory.
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu tipe A dan
tipe B. Gastritis kronis tipe A (gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel parietal yang menimbulkan atropi dan infiltrasi
seluler. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa
yang terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Sedangkan gastritis tipe B (H Pylori), mempengaruhi antrum
dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum ) dan
dihubungkan dengan bakteri H Pylori . Faktor diet seperti makanan
pedas, penggunaan obat-obatan dan alcohol, merokok atau refluks isi
usus kedalam lambung, juga dapat menyebabkan gangguan ini.
6. Patway
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui
adanya anemia.
b. Pemeriksaan serum vitamin B12 yang bertujuaan untuk
mengetahui adanya defisiensi B12.
c. Analisis feses, yang bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam
feses.
d. Analisis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL
lambung.
e. Achlorhida ( kurang/ tidak adanya produksi asam lambung)
menunjukan adanya gastritis atropi.
f. Uji serum antibody, yang bertujuaan untuk mengetahui adanya
antibody sel parietal dan factor intrisik lambung.
g. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
h. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
8. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran
klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60- 90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah
antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak
terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-
sel di dinding lambung
9. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak
di abdomen, serta untuk menetralisir asam lambung.
2) Antagonis H2 (seperti rantine dan ranitidine, simetedin), karena
mampu menurunkan sekresi asam lambung.
3) Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh
Helicobater pylori.
b. Nonfarmakologi
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien.
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur atau tidak
memodifikasi diet mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat
perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong atau ditunda pengisianya,
asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga
timbul rasa nyeri.
2) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan meransang
system pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual muntah.
3) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol Karena
alcohol mempunyai kemampuan sebagai pelarut lipida yang
terdapat dalam membrane sel memungkinkanya cepat masuk
kedalam sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Konsumsi
alcohol secara berlebihan akan merusak mukosa lambung.
4) Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas
dalam.Dengan tehnik relaksasi akan mengurangi rasa nyeri.
5) Instruksikan pasien untuk tidak merokok Efek
rokok pada saluran gastrointertistinal antara lain melemahkan
katup esophagus dan pylorus, meningkatkan refluks, mengubah
kondisi alami dalam lambung dan memnurunkan PH duodenum
dan meningkatkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
semula.
Kualitas tidur 7 – 8 jam. Identifikasi penyebab kekurangan
Tidur nyenyak. tidur pasien.
Tidak gelisah Menambah waktu tidur pasien.
Tidur teratur setiap malam Diskusi dengan pasien dan
secara konsisten. keluarga pasien untuk
meningkatkan tekhnik
tidur.
Menentukan pola tidur pasien
DAFTAR PUSTAKA