Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GASTRITIS

Disusun Oleh
RIZKY MUBAROK

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Horizon Karawang
Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 413116, Indonesia
2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep dasar
1. Pengertian
Menurut Mimh (2016), Gastritis adalah gangguan atau peradangan
dinding lambung yang disebabkan peningkatan produksi asam lambung.
Gastritis adalah adalah inflamasi dari mukosa lambung, keadaan
peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronis, difusi atau local merupakan inflamasi pada dinding gaster
terutama pada lapisan mukosa gaster. Gastritis merupakan peradangan
lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang di penuhi
bakteri, Gastritis disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih
atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi
atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu
hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.

Gastritis atau lebih sering kita sebut sebagai penyakit maag merupakan
infeksi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik (Yusfar
and Ariyanti, 2019). Dikatakan gastritis akut jika peradangan pada lapisan
lambung terjadi secara mendadak, sehingga akan merasa nyeri pada ulu
hati yang hebat, namun hanya bersifat sementara. Sedangkan pada
gastritis kronis, peradangan di lapisan lambung terjadi secara bertahap
dan terjadi dalam jangka waktu lama akibatnya akan merasa nyeri yang
lebih ringan dibandingkan dengan gastritis akut (Sidoarjo,2021).

Gastritis dapat terjadi secara tiba-tiba (gastritis akut) atau secara bertahap
(gastritis kronis). Kebanyakan kasus gastritis tidak secara permanen
merusak lambung tetapi seseorang yang menderita gastritis sering
mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri ulu hati
(Ehrlich, 2011).

1
2. Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau


parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis
akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi
makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga
dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen.
(Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).

Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :

a. infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun
Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di
antaranya:
1) Nyeri epigastrium
2) Mual
3) Muntah
4) Perut terasa penuh
5) Muntah darah
6) Bersendawa

3. Klasifikasi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
a. Gastritis Akut Sel pariental mengeluarkan asam lambung (HCl)
sedangkan sel peptik mengeluarkan pepsinogen oleh HCl diubah
menjadi pepsin, dimana pepsin dan HCl adalah faktor agresif,
terutama pepsin mileu pH< 4 sangat agresif terhadap mukosa
lambung, keduanya merupakan produk utama yang dapat

2
menimbulkan kerusakan mukosa lambung sehingga disebut sebagai
penyebab endogen (Vera Uripi, 2011).

Bahan iritan seperti rokok, alkohol, dan aspirin akan menimbulkan


efek mukosa barrier dan terjadi difusi balik ion histamin (H+),
histamin (H+) terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam
lambung, timbul dilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh
kapiler, kerusakan mukosa lambung, dan gastritis (Vera Uripi,
2011).

b. Gastritis kronik Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gastritis


kronik belum dapat diketahui secara pasti tetapi ada dua faktor
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis
kronik, yaitu infeksi dan non infeksi. Beberapa agen infeksi bisa
masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi peradangan
kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi antara lain bakteri H.
Pylori. Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis,
infeksi parasit dan infeksi virus. Gastritis non infeksi meliputi
gastropati akibat zat kimia dan gastropati uremik yang terjadi akibat
gagal ginjal. (Agus P dan Sri L, 2011)

4. Manifestasi klinis
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut
penuh. Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:
1) Dapat terjadi ulserasi diagnostic dan dapat menimbulkan
hemoragik.
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, dan anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.
3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan.
b. Gastritis kronis

3
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri
ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan
muntah. (Dirksen, Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011).

5. Patofisiologi
Zat iritatif yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa
lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Iritasi lambung sebagai kompensasi Lambung dimana setelah
mendapatkan zat iritatif akan meningkatkan sekresi mukosa yang
berupa HCO3, dimana zat ini akan berikatan dengan NaCl sehingga
terbentuk HCl dan NaCO3 yang meningkatkan asam lambung.
Peningkatan ini memberikan efek mual dan muntah, maka akan
terjadi gangguan nutrisi, cairan dan elektrolit.
b. Iritasi menyebabkan inflamasi mukosa Erosi mukosa lambung
menjadi penyebab utama perdarahan gastrointestinal bagian atas.
Erosi lambung terjadi karena kegagalan mukosa lambung
melindungi lambung dari kerusakan akibat HCl, jika erosi terjadi
sampai pada lampisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan
yang menyebabkan nyeri dan hipovolemik

Gastritis akut yang berulang-ulang sehingga terjadi iritasi mukosa


lambung yang berulang akan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atropi kelenjar epitel dan hilangnya
sel parietal dan sl chief. Kehilangan sel-sel tersebut akan
menurunkan produksi HCl dan Pepsin dimana fungsi intrinsiknya
akan menurun dan dinding lambung juga akan menipis serta
mukosanya rata. Hal ini memudahkan terjadinya perdarahan dan
ulserasi.

Aspirin dan obat antiinflamasi non steroid merusak lambung dengan


menghambat siklooksigenasi mukosa. Siklooksigenase merupakan
enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam

4
arakidonat. Prostaglandin merupakan salah satu faktor defensif
mukosa lambung yang sangat penting. Kerusakan topikal tersebut
terjadi karena kandungan asam yang bersifat korosif sehingga dapat
merusak sel sel epitel mukosa dan juga menurunkan sekresi
bikarbonat mukus oleh lambung sehingga kemampuan defensif
terganggu. (Hirlan, 2011).

6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan pada gastritis meliputi:
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit
diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan
sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah
diobati dengan antasida dan istirahat.
3) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambungdan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi (Ikatan Apoteker Indonesia.
2010)

Pengobatan Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu


mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti
mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan minum
minuman beralkohol dan mengkonsumsi antasida sebelum makan (Agus
P dan Sri L, 2011).

Upaya pengobatan gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang


terjadi dan menghindari penyebab yang dijumpai, serta pemberian obat-
obatan H2 blocking, antasid atau obat-obatan ulkus lambung lainnya.
Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman H. Pylori bertujuan untuk
mengeradikasi kuman tersebut. (Mimh, 2016).

5
Indikasi yang telah disetujui secara universal untuk melakukan eradikasi
adalah infeksi kuman H. Pylori yang ada hubungannya dengan tukak
peptik yaitu antibotik yang dianjurkan adalah klaritomisin, amoksisilin,
metronidazol dan tetrasiklin. (Hirlan, 2011).

b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:


Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dan ajurkan. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam
atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian
agen penyebab.
1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (contohnya:
alumunium hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus
lemon encer atau cuka encer
2) Bila korosi luas atau berat, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi

5. Pencegahan
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol
semua Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan
melakukan tindakan pencegahan seperti dibawah ini:
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi.
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding
lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan
tukak/ulkus. Dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan
memperlambat penyembuhan luka.
c. Atasi stress sebaik mungkin.

6
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari
sayur dan buah yang bersipat asam .
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung.
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercapat aliran
makanan melalui usus.
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk
sementara waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti
pisang,kacang-kacangan, dan kentang.
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rileks (Hardi & Huda Amin, 2015)

6. Komplikasi
a. Gastritis akut Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis
akut adalah perdahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
haematomesis dan melena, dapat berakhir dengan shok hemoragik.
Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak
peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun
pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory,
sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi
(Hardi & Huda Amin, 2015).
b. Gastritis kronis Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,
ferporasi dan anemia karena ganggguan absorpi vitamin B12
(Hardi & Huda Amin, 2015)

7
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Aktivitas atau Istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi,
takipnea, perubahan irama jantung.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan darah,
takikardi, penyakit serebrovaskular, distrimia, kulit pucat,
sianisis, diaforesis.
3) Integritas Ego
Berhubungan dengan faktor stres akut atau kronis dapat ditandai
dengan ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi
area gaster. Perubahan pola defekasi/karakteristik feses. Dapat
ditandai dengan nyeri tekan abdomen, distensi,
bunyi usus sering hiperaktif, diare, atau konstipasi dapat terjadi
(penggunaan antasida), haluaran urine menurun atau pekat. e.
5) Makanan atau cairan
Makanan yang menimbulkan gas, makanan pedas, anoreksia,
mual, muntah, masalah menelan seperti cegukan, nyeri ulu hati,
dan sendawa bau asam.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, perubahan keterjagaan, gangguan
pengelihatan, respon motorik (penurunan kekuatan genggaman
tangan), penurunan retina optik. g.
7) Nyeri atau kenyamanan

8
Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri di ulu hati melebar ke
kiri. h.
8) Pernapasan Dispnea, takipnea, dispnea noctural paroksimal,
ortopnea, riwayat merokok, bunyi nafas tambahan, sianosis,
distres respirasi.
b. Pengkajian Sekunder
1) Keluhan
a) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b) Palpitasi atau berdebar-debar.
c) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea,
sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus
pakai bantal lebih dari dua buah.
d) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e) Letargi (kelesuan) atau fatigue (peting) (kelelahan)
f) Insomnia
g) Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h) Jumlah urine menurun
i) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2) Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard
kronis, diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3) Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4) Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi
jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat
tertentu.
5) Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6) Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7) Postur, kegelisahan, kecemasan

9
8) Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD
yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dengan pendekatan head to toe
dapat mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pemeriksaan fisik
diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan, meliputi :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi
bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda
fisik yang signifikan. Perawat yang berpengalaman melakukan
beberapa observasi hampir secara bersamaan, sambal menjadi
sangat perseptif terhadap tanda dini adanya abnormalitas.
Dalam melakukan pemeriksaan inspeksi adalah selalu memberi
perhatian pada pasien. Perhatikan semua gerakan dan lihat
dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi.
Data yang didapat berupa, wajah tampak pucat, tampak
berhatihati pada daerah yang sakit, dan berkeringat.
2) Palpasi
Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian
tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap
tanda khusus fisik. Keterampilan ini sering kali digunakan
bersamaan dengan inspeksi. Selama palpasi, pasien diusahakan
dalam keadaan santai sehingga tidak terjadi ketegangan otot
yang dapat mempengaruhi optimalitas dari hasil pemeriksaan.
Pada pasien gastritis ulu hati akan terasa nyeri saat di palpasi.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan
melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna
mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ
tubuh yang bertujuan untuk menemukan adanya cairan di

10
dalam rongga tubuh. Dengan teknik perkusi lokasi, ukuran,
dan densitas struktur dapat ditentukan. Perkusi membantu
memastikan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-
X atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Pada pasien
gastritis suara perkusi abdomen timpani.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar
dengan telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagian bunyi
dapat didengar dengan stetoskop untuk mendengarkan bunyi
dan karakteristik. Pada pasien gastritis suara auskultasi bising
lambung dan usus sering terdengar hiperaktif.

2. Diagnosa keperawatan
a. nyeri akut b/d inflamasi mukosa lambung
b. Hipovolemia berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah)
c. Defisit nutrisi b/d anorexia

No Diagnosa intervensi rasional

hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan


intake yang tidak adekuat dan output keperawatan 3x24jam,
1. Penuhi kebutuhan
cair yang berlebih (mual dan Klien Dapat mencapai
individual. Anjurkan kli
muntah) Intake cairan membaik
untuk minum (dewasa :
Kriteria Hasil :
cc/kg/jam).
Mempertahankan volume
cairan adekuat dengan 2.Awasi tanda-tanda vita

dibuktikan oleh mukosa evaluasi turgor kulit, pen

bibir lembab, turgor kulit kapiler dan membran mu

baik, pengisian kapiler 3. Pertahankan tirah bari


berwarna merah muda, mencegah muntah dan

11
input tegangan pada defekasi

4. Berikan terapi IV line


sesuai indikasi

5. Kolaborasi pemberian
cimetidine dan ranitidine

Defisit nutrisi b/d malabsopsi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


keperawatan 3x24jam,
1. Anjurkan pasien untu
Klien Dapat mencapai :
makan sedikit demisedik
Intake nutrisi membaik
dengan porsi kecil namu
Kriteria Hasil
sering.
- Keadaan umum cukup
2. Berikan makanan yan
-Turgor kulit baik lunak dan makanan yang
sukai pasien/di gemari.
- BB meningkat
3. lakukan oral higyne 2
- Kesulitan menelan
sehari
berkurang
4. timbang BB pasien se
hari dan pantau turgor
kulit,mukosa bibir dll

5. Konsultasi dengan tim


gizi dalam pemberian m

nyeri akut b/d inflamasi mukosa 1. Puasakan pasien di 1. mengurangi inflama


lambung jam 6 pertama. mukosa lambung
2. Berikan makanan 2. dilatasi gaster dapat
tujuan:
lunak sedikit demi bila pemberian m
setelah dilakukan Tindakan
sedikit dan berikan setelah puasa terlalu
keperawatan selama 1 x2 4 jam
minuman hangat 3. posisi yang tepat dan
- nyeri klien berkurang atau
3. Atur posisi yang nyaman oleh klien
hilang.
nyaman bagi klien mengurangi resiko te
- Skala nyeri 0
4. Ajarkan tekhnik

12
- Klien dapat rileks distraksi dan relaksasi nyeri
- Keadaan umum klien baik 5. Kolaborasi dalam 4. dapat membuat
pemberian analgetik menjadi lebih nyama
5. analgetic dapat m
reseptor nyeri pada s
saraf pusat

DAFTAR PUSTAKA

13
Bidayatul H, (2017). Penanganan Gastritis Menggunakan Kombinasi Terapi
Akupunktur Pada Titik Zusanli (St36), Neiguan (Pc6), Neiting (St 44)
Dengan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica Val.). Unair. Surabaya.

Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik.


EGC. Jakarta.

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz


Media. Yogyakarta

Mimh. (2016). Gastritis basic and definition.


https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001150.htm diaks es 17
Juli 2020.

Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja.
Yogjakarta Potter dan Perry, 2016.

Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan praktik. Vol.1. edisi 9.
EGC. Jakarta Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publising.

14

Anda mungkin juga menyukai