Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
(Priyanto, 2008).
Gastritis adalah imflamasi mukosa yang melapisi lambung dan gastritis
dapat terjadi secara akut ataupun kronis (Broker, 2009).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun, 2010).

B. Epidemiologi
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai
diklinik Penyakit Dalam (IPD jilid II Edisi 3)
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak
dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang
dirawat di ICU menderita gastritis akut.

C. Etiologi
1. Gastritis Akut
a. Dapat terjadi tanpa diketahui
b. Gastritis erosive merupakan salah satu gastritis akut yang disebabkan oleh:
1) Trauma yang luas, luka bakar luas, septicemia
2) Operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati berat, renjatan,
trauma kepala.
3) Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi, nonsteroid, kafein,
alcohol, lada, cuka.
2. Gastritis Kronis
a. Aspek imunologis
b. Dapat dilihat dari ditemukannya auto antibody terhadap factor intrinsik
lambung dan sel partial pada pasien dengan anemia pernisiosa. Kasus ini
jarang ditemukan.
c. Aspek bakteriologi
d. Salah satu bakteri penyebab gastritis adalah “ Helicobacter pylori” dan
sering dijumpai berbentuk gastritis kronis aktif autrum.
e. Factor lain yang juga dapat menyebabkan gastritis kronis adalah refluk
kronik cairan pankreatobilier, asam empedu dan lisosetin, alcohol
berlebih, teh panas dan merokok.
D. Patofisiologi
Obat- obatan, alkohol, garam empedu atau enzim- enzim pancreas dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa
lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan
lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu
gangguan – gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat
terjadi perdarahan. Masuknya zat- zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif).
Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat
berikutnya perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kalenjar-
kalenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak- bercak penebalan
berwarna abu-abu atau abu kehijauan (gastritis atopik). Hilangnya mukosa
lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya
anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk
karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus
peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.
F. Klasifikasi
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan:
1. Manifestasi klinis
2. Gambaran hispatologi
3. Distribusi anatomi
4. Kemungkinan pathogenesis gastritis
Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1. Gambaran hispatology
a. Gastritis kronik superficial
b. Gastritis kronik atropik
c. Atrofi lambung
d. Metaplasia intestinal
e. Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar
mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
2. Distribusi anatomi
a. Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)
b. Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi
anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana
gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang
menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
c. Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)
d. Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter
pylori
e. Gastritis tipe AB
f. Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat
seiring bertambahnya usia

G. Gejala Klinis
1. Gastritis akut erosive sangat bervarias, mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus
yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalahi:
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan
dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
2. Gastritis kronis
a. Bervariasi dan tidak jelas
b. Perasaan penuh, anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Cepat kenyang

H. Komplikasi
Menurut Mansjoer, komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah :
1. Gastritis akut: gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian.
b. Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper sama
dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada tukak peptic
penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada
tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
2. Gastritis kronis: gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama yang
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri
H. Pylori.
a. Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap
vitamin.
b. Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik
dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap
vitamin B12.
c. Gangguan penyerapan zat besi.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori
b. CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosis H.pylori
c. Pemeriksaan serologi untuk H.pylori : sebagai diagnosis awal
d. Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis
2. Pemeriksaan radiologi
a. Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana
gambaran endoskopinya meliputi :
1) Eritematous / eksudatif
2) Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.
3. Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana
hasilnya meliputi :
a. Etiologi
Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylori
b. Topografi
Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi
antrum atau korpus.
c. Morfologi
Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal,
Helicobacter pylori.

J. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran: pada awalnya CM (compos mentis), perasaan tidak berdaya.
2. Respirasi: tidak mengalami gangguan
3. Kardiovaskule : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane
mukosa berkeringat (status syok, nyeri akut)
4. Persyarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
5. Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu
hati, tidak toleran terhadap makanan (coklat, pedas), membrane mukosa
kering. Factor pencetus: makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor
psikologi.
6. Genetourenaria: biasanya tidak mengalami gangguan.
7. Muskuloskletal: kelemahan, kelelahan.
8. Intergritas ego: factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya
tanda ansietas: gelisah, pucat, berkeringat.

K. Therapy / Tindakan Penanganan


1. Gastritis akut
Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung
dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa
sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda bila agen-agen penyebab
dapat dihilangkan. Obat anti muntah dapat diberikan untuk meringankan mual
dan muntah, jika keluhan diatas tidak mereda maka koreksi keseimbangan
cairan dan elektrolit dengan IVFD. Pemberian penghambat H2 (ranitidine),
antacid dapat berfungsi untuk mengurangi sekresi asam.
2. Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai
a. Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia
pernisiosa
b. Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian
kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic (tetrasiklin,
metronidasol, kolitromisin, amoxicillin)

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
DS: kelemahan / kelelahan
DO: takikardia
2. Sirkulasi
DS:
DO: hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat,
sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit /
membrane mukosa : berkeringat ( menunjukkan status syok, nyeri akut,
respon psikologik), takikardia, disritmia.
3. Integritas ego
DS: factor stress akut / kronis ( keuangan, hubungan kerja), perasaan tidak
berdaya.
DO: tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
DS: riwayat perawatan dirumah sakitkarena gastritis
DO: nyeri tekan abdomen
5. Makanan / cairan
DS: anoreksia, mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau
asam, tidak toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas, diet,
penurunan berat badan.
DO: muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat
jenis urine meningkat.
6. Neurosensori
DS: rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
DO: status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung, tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan lemas.
7. Nyeri/kenyamanan
DS : nyeri : digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat. Rasa ketidaknyamanan / distress samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan. Nyeri epigastrium kiri sampai tengah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang, output meningkat ( muntah ), gangguan absorpsi nutrient
2. Nyeri akut b/d iritasi pada mukosa gaster
3. Kekurangan volume cairan b/d intake yang kurang dan pengeluaran yang
berlebihan
4. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi, kesalahan interpretasi
C. Intervensi Keperawatan

TUJUAN &
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
NOC NIC
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari a. Nutritional status: fluid and food Nutrition management:
Kebutuhan Tubuh b. Fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk c. Nutritional status: nutrients intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
memenuhi kebutuhan metabolic d. Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan apsien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan Karakteristik: Kriteria Hasil: 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
1. Kram abdomen 1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 5. Berikan substansi gula
2. Nyeri abdomen 2. BB ideal sesuai dengan TB 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
3. Menghindari makanan 3. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
4. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dnegan ahli
5. Kerapuhan kapiler 5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari gizi)
6. Diare kehilangan rambut berlebihan menelan 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
7. Bising usus hiperaktif 6. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti 9. Monitor jumlah nutria dan kandungan kalori
8. Kurang makanan 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
9. Kurang informasi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
10. Kurang minat pada makanan dibutuhkan
11. Penurunan BB dengan asupan makanan
adekuat Nutrition monitoring:
12. Kesalahan konsepsi 1. BB pasien dalam batas normal
13. Kesalahan informasi 2. Monitor adanya penurunan BB
14. Membrane mukosa pucat 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
15. Ketidakmampuan memakan makanan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
16. Tonus otot menurun 5. Monitor lingkungan selama makan
17. Mengeluh gangguan sensasi rasa 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
18. Mengeluh asupan makanan kurang dari 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
RDA (recommended daily allowance) 8. Monitor turgor kulit
19. Cepat kenyang setelah makan 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
20. Sariawan rongga mulut 10. Monitor mual dan muntah
21. Steatorea 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
22. Kelemahan otot pengunyah 12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
23. Kelemahan otot untuk menenlan 13. Monitor pucat, kekeringan konjungtiva, dan kemerahan
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
Faktor-faktor yang berhubungan: 15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas
1. Factor biologis oral
2. Factor ekonomi 16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
3. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrient
4. Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
5. Ketidakmampuan menelan makanan
6. Factor psikologis
Nyeri (akut) a. Pain level Pain management:
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang b. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
tidak menyenangkan yang muncul akibat c. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian Kriteria Hasil: 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
rupa (International Association for the Study of 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, 4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari mampu menggunakan teknik nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 5. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 6. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
<6 bulan
menggunakan manajemen nyeri 7. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan control nyeri masa lampau
Batasan Karakteristik:
frekuensi dan tanda nyeri) 8. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
1. Perubahan selera makan
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang dukungan
2. Perubahan tekanan darah
3. Perubahan frekuensi jantung 9. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
4. Perubahan frekuensi pernapasan ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
5. Laporan isyarat 10. Kurangi factor presipitasi nyeri
6. Diaphoresis 11. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi,
7. Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar- dan interpersonal)
mandir mencari orang lain dana tau aktivitas 12. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
lain, aktivitas yang berulang) 13. Ajarkan teknik nonfarmakologi
8. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, 14. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
merengek, menangis) 15. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9. Masker wajah (mis.,mata kurang bercahaya, 16. Tingkatkan istirahat
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau 17. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tetap pada satu focus meringis) tidak berhasil
10. Sikap melindungi area nyeri 18. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
11. Focus menyempit (mis.,gangguan persepsi tidak berhasil
nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan 19. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
interaksi dengan orang lain dan lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat diamati Analgesic administration:
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
14. Sikap tubuh melindungi pemberian obat
15. Dilatasi pupil 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
16. Melaporkan nyeri secara verbal 3. Cek riwayat alergi
17. Gangguan tidur 4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari satu
Factor yang berhubungan: 5. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
Agen cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, 6. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
psikologis) 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi keefektifan analgesic, tanda dan gejala
Kekurangan Volume Cairan a. Fluid balance Fluid management:
Definisi: Penurunan cairan intravaskuler, b. Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu c. Nutritional status 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa d. Fluid intake 3. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi
perubahan pada natrium adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Kriteria Hasil: 4. Monitor vital sign
Batasan Karakteristik: 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan 5. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
1. Perubahan status mental BB, BJ urine normal, Ht normal 6. Kolaborasikan pemberian ca teriran IV
2. Penurunan tekanan darah 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 7. Monitor status nutrisi
3. Penurunann tekanan nadi 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
4. Penurunan volume nadi baik, membrane mukosa lembap, tidak ada rasa haus 9. Dorong masukan oral
5. Penurunan turgor kulit yang berlebihan 10. Berikan penggantian nesogastrik sesuai output
6. Penurunan turgor lidah 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
7. Penurunan haluaran urine 12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
8. Penurunan pengisian vena 13. Kolaborasi dengan dokter
9. Membrane mukosa kering 14. Atur kemungkinan transfusi
10. Kulit kering 15. Persiapan untuk transfusi
11. Peningkatan hematocrit
12. Peningkatan suhu tubuh Hypovolemia management:
13. Peningkatan frekuensi nadi 1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
14. Peningkatan konsentrasi urine 2. Pelihara IV line
15. Penurunan BB 3. Monitor tingkat Hb dan Ht
16. Haus 4. Monitor tanda vital
17. Kelemahan 5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
6. Monitor BB
Faktor yang berhubungan: 7. Dorong pasien untuk menambah intake oral
1. Kehilangan cairan aktif 8. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
2. Kegagalan mekanisme regulasi volume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal ginjal
Defisiensi Pengetahuan a. Anxiety level Ansiety reduction:
Definisi: Ketiadaan atau defisiensi informasi b. Social anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dana pa yang dirasakan selama prosedur
Batasan Karakteristik: 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
1. Perilaku hiperbola gejala cemas 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa
2. Ketidakakuratan mengikuti perintah 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan takut
3. Ketidakakuratan mengikuti tes teknik untuk mengontrol cemas 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
4. Perilaku tidak tepat (mis., hysteria, 3. Vital sign dalam batas normal 7. Lakukan back/neck rub
bermusuhan, agitasi, apatis) 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Pengungkapan masalah aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Factor yang berhubungan: 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
1. Keterbatasan kognitif 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
2. Salah interpretasi informasi 13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. Kurang pajanan
4. Kurang minat dalam belajar Relaxation therapy:
5. Kurang dapat mengingat 1. Jelaskan alasan untuk relaksasi dan manfaat, batas, dan jenis
6. Tidak familier dengan informasi relaksasi yang tersedia
2. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cahay redup dan shu
yang senyaman mungkin
3. Ajak pasien untuk bersantai dan membiarkan sensasi terjadi
4. Menunjukkan dan berlatih teknik relaksasi dengan pasien
D. Evaluasi Keperawatan

Dx. Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi pasien adekuat
kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang, output meningkat ( muntah ),
gangguan absorpsi nutrient

Nyeri akut b/d iritasi pada mukosa Nyeri terkontrol dan berkurang
gaster

Kekurangan volume cairan b/d intake Pemenuhan intake cairan pasien


adekuat
yang kurang dan pengeluaran yang
berlebihan

Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya Pasien menyatakan pemahaman


terhadap proses penyakit serta
informasi, kesalahan interpretasi
pengobatannya
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis,
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Mediaction:
Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis,
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus, Edisi 1.
Mediaction: Yogyakarta.
Sudoyo Aru, dkk. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1,2,3 Edisi Keempat. Internal
Publishing: Jakarta.
Pathway

Obat-obatan (NSAID, H. phylori Kafein


aspirin, sulfanomida,
steroid, digitalis)
Melekat pada −¿ ¿
Produksi HCO3
epitel lambung
menurun
Mengganggu
pembentukan sawar
mukosa lambung Menghancurkan lap. Kemampuan protektif
mukosa sel lambung terhadap asam menurun

Menurunkan barrier lambung


terhadap asam & pepsin

Difusi kembali asam


lambung & pepsin

Erosi mukosa Tonus &


GASTRITIS lambung peristaltic
lambung

Nyeri Mukosa lambung


Nyeri Akut Refluks isi
epigastrum kehilangan
duodenum ke
integritas jaringan
lambung
Sensori untuk Perdarahan
makan
Dorongan
Pasien kurang mengetahui ekspulsi isi
Anoreksia mengenai proses penyakit lambung ke mulut
& akibatnya

Mual Muntah
Defisiensi
Pengetahuan
Kekurangan
Volume Cairan

Anda mungkin juga menyukai