Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek kerja industri (PRAKERIN) adalah kegiatan pendidikan, pelatihan dan
pembelajaran yang di laksanakan di dunia usaha dalam upaya pendekatan atau untuk
meningkatkan mutu pelajar dengan kompetensi sesuai bidangnya dan menambah
bekal untuk masa-masa mendatang guna memasuki dunia kerja yang semakin banyak
serta ketat dalam persaingan seperti masa sekarang ini.
Dalam pelaksanaan prakerin dilakukan dengan prosedur tertentu. Bagi siswa
yang akan melakukan prakerin di suatu tempat kerja setidaknya sudah memiliki
kemampuan dasar sesuai dengan bidangnya. Sebelum melakukan prakerin siswa
mwndapat bekal dari guru pembimbing disekolah untuk memiliki ilmu-ilmu dasar
yang akan diterapkan dalam dunia usaha atau dunia industri.
Saat ini dengan semakin modernnya zaman semakin banyak juga penyakit yang
timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri salah satunya adalah gastritis.
Gastritis terjadi karena inflamasi yang terjadi pada dinding lambung yang sering
menimbulkan rasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi
biasanya bakteri Helycobacter pylori dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan yang dapat mengakibatkan penyakit gastritis.
Gastritis adalah proses inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa dan sub
mukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi
bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut dan kronis.
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis
di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi
pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah
penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di

1
Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
jiwa penduduk.
Sedangkan di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman
Helicobacter Pylori tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat
menimbulkan ulkus lambung namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
gastritis sekitar 60-70% ditemukan kuman.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, pada tahun 2011 penyakit
Gastritis menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak, kasus Gastritis yaitu
sebesar 21.606 kasus.
Dengan bayaknya kasus gastritis yang terjadi di dunia, di Indonesia bahkan di
Tanjung Tabalong sendiri, maka saya tertarik untuk mengambil judul tentang analisis
pengobatan terhadap pasien gastritis.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana analisis interaksi obat terhadap pengobatan pasien gastritis di Apotek K-
24 ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana analisis interaksi obat terhadap pengobatan pasien
gastritis di Apotek K-24.

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Gastritis
1. Pengertian Penyakit Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif
mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat
atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang
lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
Dari defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah
suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh
faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat
makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu
dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis.
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis
dapat hanya superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa
lambung, dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi
mukosa lambung yang hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat
menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung
oleh sekresi peptik lambung sendiri.
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi
anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi
klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat walaupun
dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling
berhubungan. Gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut.

3
1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna. Gastritis akut terjadi akibat respons
mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa
lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
2. Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi
pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel
radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan
secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada
mukosa lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis
superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan
lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada
mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi
kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.

2. Patofisiologi
Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor
agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (ketahanan mukosa).
Penggunaan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid (AINS) lainnya, obat-
obatan kortikosteroid, penyalahgunaan alkohol, menelan substansi erosif,
merokok, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat mengancam ketahanan
mukosa lambung. Gastritis dapat menimbulkan gejala berupa nyeri, sakit, atau
ketidaknyamanan yang terpusat pada perut bagian atas.
Gaster memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan terpapar oleh
berbagai faktor endogen yang dapat mempengaruhi integritas mukosanya, seperti
asam lambung, pepsinogen/pepsin dan garam empedu. Sedangkan faktor
eksogennya adalah obat-obatan, alkohol dan bakteri yang dapat merusak
integritas epitel mukosa lambung. Oleh karena itu, gaster memiliki dua faktor
yang sangat melindungi integritas mukosanya,yaitu faktor defensif dan faktor
agresif. Faktor defensif meliputi produksi mukus yang didalamnya terdapat
prostaglandin yang memiliki peran penting baik dalam mempertahankan maupun
menjaga integritas mukosa lambung, kemudian sel-sel epitel yang bekerja

4
mentransport ion untuk memelihara pH intraseluler dan produksi asam bikarbonat
serta sistem mikrovaskuler yang ada dilapisan subepitelial sebagai komponen
utama yang menyediakan ion HCO3- sebagai penetral asam lambung dan
memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang adekuat saat
menghilangkan efek toksik metabolik yang merusak mukosa lambung. Gastritis
terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini hilang atau rusak, sehingga
dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung.

3. Etiologi
Berikut ini sejumlah hal yang dapat menyebabkan gastritis, di antaranya:
a. Infeksi bakteri
b. Efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen
dan aspirin) secara terus menerus
c. Stres
d. Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
e. Penyalahgunaan obat-obatan
f. Reaksi autoimun
g. Pertambahan usia
h. Infeksi bakteri dan virus
i. Penyakit HIV/AIDS
j. Refluks empedu
k. Anemia pernisiosa

4. Gejala
Beberapa gejala gastritis di antaranya:
a. Nyeri dan panas di dalam lambung,
b. Hilang nafsu makan,
c. Cepat merasa kenyang saat makan,
d. Perut kembung,
e. Cegukan,
f. Pusing,
g. Keringat dingin,
h. Mual,

5
i. Muntah,
j. Sakit perut,
k. Gangguan saluran cerna,
l. BAB dengan tinja berwarna hitam pekat,
m. Muntah darah.

5. Penatalaksanaan Terapi
a. Non Farmakologi
1) Konsumsi banyak cairan,
2) Konsumsi buah yang kaya akan serat,
3) Rajin berolahraga,
4) Hindari kebiasaan buruk seperti merokok, minuman beralkohol, minum
kopi, dan begadang,
5) Makan tepat waktu,
6) Mengurangi makanan yang bersifat asam dan makanan yang pedas,
7) Mengurangi stres,
8) Istirahat yang cukup.
b. Farmakologi
Beberapa obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung dan
mengurangi produksi asam la mbung antara lain :
1) Antasida
Obat ini umumnya berisi Aluminium hidroksida dan Magnesium
hidroksida, ada juga yang berisi kalsium karbonat yang bersifat basa,
dengan tujuan menetralkan keasaman lambung. Obatnya ada yang
berupa suspensi (cairan) dan ada yang berupa tablet kunyah. Untuk obat
bentuk suspensi, jangan lupa kocok dahulu sebelum diminum supaya
homogen. Untuk tablet kunyah, kunyah hingga halus sebelum ditelan
agar efeknya lebih cepat. Sebaiknya tidak dipakai lebih dari 2 minggu,
jika nyeri masih berlanjut, periksakan ke dokter.

6
2) Antagonis Histamin H2
Golongan berikutnya adalah yang bekerja memblok reseptor
histamin. Histamin adalah senyawa dari dalam tubuh yang bisa memicu
sekresi asam lambung. Jika reseptornya diblokade, maka histamin tidak
bisa bekerja, dan produksi asam lambung berkurang. Contoh obatnya
adalah Cimetidin, Ranitidin, dan Famotidin..
3) Penghambat pompa proton
Obat ini bekerja pada pompa proton yang merupakan tempat
keluarnya proton (ion H) yang akan membentuk asam lambung. Karena
bekerja langsung di pompa proton, obat ini lebih poten daripada
golongan antagonis H2, contohnya adalah Omeprazol, Lansoprazol,
dan Pantoprazol. Obat-obat ini harus diperoleh dengan resep dokter.
4) Pelindung mukosa lambung dan duodenum
Ada obat yang bekerja melapisi permukaan mukosa lambung,
sehingga melindunginya dari asam lambung. Contoh obatnya
adalah Sukralfat.
5) Analog Prostaglandin
Obat ini merupakan analog prostaglandin, suatu senyawa yang
dibutuhkan untuk perlindungan mukosa lambung. Obat ini menyerupai
prostaglandin sehingga meningkatkan pertahanan mukosa lambung.
Contohnya adalah Misoprostol.

B. Kelengkapan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter (umum/spesialis/gigi maupun
hewan) yang diberikan ijin menurut perundang undangan yang berlaku kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan kepada
penderita. umumnya resep ditulis dg bahasa latin dimulai dengan R/
(recipe=ambillah). Suatu resep harus memiliki kelengkapan agar legal untuk dilayani,
adapun kelengkapan komponen resep yaitu:
1. Nama dokter,izin praktik dokter, dan alamat praktik dokter,
2. Alamat dan tanggal penulisan resep (inscriptio),
3. Tanda buka penulisan resep R/ (invocatio),
4. Nama obat atau bahan obat, jumlah, dan cara menyiapkannya (ordinatio),

7
5. Aturan pakai obat (signatura),
6. Nama pasien,
7. Umur pasien,
8. Alamat pasien,
9. Paraf atau tanda tangan dokter (subscriptio).

C. Dosis
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yg dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seorang pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar.
1. Jenis-jenis dosis
a) Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam takaran tertentu untuk
mengobati pasien.
b) Dosis lazim : dosis yang merupakan petunjuk dan tidak mengikat tetapi
digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa/umum digunakan)
c) Dosis maksimum adalah dosis terbesar yang dapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari yang masih tidak membahayakan
pasien. Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat
dilakukan dengan membubuhi tanda seru dan paraf dokter pada resep. Nama
obat tersebut dan banyaknya obat hendaknya ditulis dengan jelas dan lengkap.
d) LD50 adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
e) LD100 adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.
f) Dosis inisiasi adalah dosis yang diberikan pada awal suatu terapi hingga
tercapai kadar kerja yang diinginkan. Disebut juga dosi awal.
g) Dosis pemeliharaan adalah dosis yang harus diberikan setelah tercapainya
kejenuhan untuk memelihara kerja serta konsentrasi obat dalam tubuh.
2. Perhitungan dosis
Dosis normal berlaku untuk orang dewasa usia 20-60 tahun. Orang lanjut
usia, anak, dan bayi memiliki perhitungan dosis obat tersendiri.
a) Dosis untuk orang lanjut usia
Orang yang sudah berusia lanjut, pertumbuhan fisiknya sudah mulai
menurun, maka pemberian dosis untuk mereka lebih kecil daripada dewasa.

8
Umur Dosis
60-70 tahun 4 x dosis dewasa
5
70-80 tahun 3 x dosis dewasa
4
80-90 tahun 2 x dosis dewasa
3
90 tahun ke atas 1 x dosis dewasa
2

b) Dosis untuk anak dan bayi


Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan
orang dewasa, maka dibuat perhitungan dosis untuk anak dan bayi.
1) Rumus young
n x dosis maksimal dewasa
n + 12
dimana n adalah usia anak 8 tahun ke bawah

2) Rumus dilling
n x dosis maksimal dewasa
20
dimana n adalah usia anak 8 tahun ke atas
3) Rumus fried
n x dosis maksimal dewasa
150
n adalah usia bayi dalam bulan
4) Rumus clark (amerika)
Berat badan anak dalam pon x dosis maksimal dewasa
150
atau
Berat badan anak dalam kg x dosis maksimal dewasa
68

9
5) Rumus thermich (jerman)
Berat badan anak dalam kg x dosis maksimal dewasa
70
3. Efek obat yang diberikan jika over dosis, under dosis, dan tepat dosis
a) Over dosis
1) Sering terjadi konstipasi.
2) Hepatotoksik: kerusakan ginjal akibat bahan kimia yang terkandung
dalam obat-obatan.
3) Iritasi sistem pencernaan sehingga bisa sakit perut, mual, dan muntah-
muntah atau diare.
4) Perubahan suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan detak jantung.
5) Nyeri pada dada dan sesak napas akibat gangguan pada paru dan
jantung.
6) Kulit menjadi panas dan kering, atau sebaliknya, dingin dan lembap.
7) Muntah darah.
8) Muncul darah pada tinja saat buang air besar.
9) Koma.
10) Meninggal dunia.
b) Under dosis
Jika dosis yang diberikan terlalu rendah maka efek terapi yang
diinginkan tidak tercapai dan kemungkinan sembuh hanya sedikit.
c) Tepat dosis
Dalam pemberian obat yang tepat dosis obat akan bereaksi sesuai dengan
yang diharapkan dan besar kemungkinan penyakit dapat disembuhkan serta
mencapai efek terapi yang diinginkan.

D. Interaksi Obat
1. Definisi Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi
obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat
terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah
oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi.

10
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah
efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat
potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya
beberapa efek lainnya.
2. Mekanisme Interaksi Obat
a) Interaksi Farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan
atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek
farmakologisnya.
b) Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara
obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini
biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat
yang berinteraksi.
3. Macam-Macam Interaksi Obat
a) Interaksi Obat dengan Obat.
Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling
penting dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya. Semua pengobatan
termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus di teliti terhadap
terjadinya interaksi obat, terutama bila berate secara klinik karena dapat
membahayakan pasien.
b) Interaksi Obat dengan Makanan
Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah
parameter farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi dan
eliminasi, ataupun efikasi dari obat. Contoh: Inhibitor dengan makanan yang
mengandung tiramin (keju, daging, anggur merah) akan menyebabkan krisis
hipertensif karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin sehingga terjadi
tekanan darah yang tidak normal, makanan berlemak meningkatkan daya serap
griseofulvin.

11
c) Interaksi Obat dengan Penyakit
Acuan medis sering kali mengacu pada interaksi obat dan penyakit
sebagai kontraindikasi relatif terhadap pengobatan. Kontraindikasi merupakan
resiko, pengobatan penyakit tertentu kurang jelas secara jelas
mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya. Pada tipe interaksi ini, ada
obat-obat yang dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang diderita
pasien. Misalnya kelainan fungsi ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang
sedang menyusui. Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester
pertama jangan diberikan obat golongan benzodiazepine dan barbiturate
karena akan menyebabkan teragonik yng berupa phocomelia, juga pada
pemberian anti inflamasi non steroid pada penderita riwayat tukak lambung.
d) Interaksi Obat dengan Hasil Lab
Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi
diagnostik tes sehingga dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu.
Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimiawi. Misalnya pada
pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada
uribilinogen tidak akurat atau dengan perubahan zat yang dapat diukur
contohnya perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan terapi estrogen. obat
setelah dikonsumsi, dan di absorbsi maka akan tersebar keseluruh tubuh
melalui darah. dalam darah atau jaringan biasanya mengandung protein. Obat-
obat tertentu akan berikatan dengan protein ini, obat yang berikatan dengan
protein tidak aktif alias tidak berkhasiat, obat yang aktif adalah obat bebas.
Obat yang berikatan dengan protein ada yang kuat ada yang lemah, yang
lemah gampang lepas, menjadi obat bebas terus menjadi berkhasiat, lepasnya
obat dari protein dapat disebabkan karena hadirnya senyawa baru yang
berkeinginan menempati tempat yg diduduki obat di protein, mana yang
dominan, jika obat tersebut lebih lemah maka akan terlepas. Jika banyak obat
yg terikat dengan protein dan diganggu senyawa lain menjadi terlepas semua
atau sebagian, maka kondisi ini sangat berbahaya, karena obat aktif akan
meningkat tajam, kondisi ini bisa menyebabkan toksik/keracunan obat.

12
E. Tabel Interaksi Obat

No Obat Obat Lain Interaksi Pengatasan


1. Antasida Yang Mengandung
Magnesium dapat secara signifikan
meningkatkan tingkat dan luasnya 1. Tidak ada tindakan
penyerapan asam mefenamat. pencegahan khusus yag
2. Perubahan ph lambung yang tampaknya diperlukan.
diinduksi oleh Antasid dapat 2. Sukralfate dan dosis antasida
mengurangi pengikatan sukralfat harus dipisahkan setidaknya
1. Asam dengan mukosa gastrointestinal setengah jam.
mefenamat sehingga efek terapi berkurang. 3. Minumlah Captopril 1 jam
1 Antasida Doen 2. Sucralfate 3. Antasida dapat mengikat sebelum makan dan antasida 1
3. Captopril Captopril sehingga penyerapannya jam setelah makan.
4.Dexamethason berkurang sampai dengan 45% yang 4. penggunaan antasida yang
mengakibatkan berkurangnya efek memiliki efek samping
penurunan tekanan darah dari pencahar dengan dexamethason
Captopril. pasien harus dinasihati untuk
4. Antasida dan agen dengan efek mengenali tanda-tanda potensi
asam-menetralkan dapat dan gejala hipokalemia
mengganggu penyerapan
deksametason
1. Simetidin dapat meningkatkan 1. Pemantauan klinis, respon
konsentrasi teofilin plasma pasien, toleransi, dan
sebanyak 70%. konsentrasi serum teofilin
1. Teofilin 2. Antasida dapat menurunkan sangat dianjurkan.
2. Antasida Doen konsentrasi plasma Cimetidin. 2. Cimetidin diberikan satu
2 Cimetidin
3. Natrium 3. Cimetidin dapat mengubah sampai dua jam sebelum
Diklofenak disposisi obat Anti Inflamasi Non pemberian antasida doen.
Steroid yang mengakibatkan 3. Pemantauan klinis dari
peningkatan atau penurunan respon pasien dan toleransi
konsentrasi plasma. pasien dianjurkan.
1. Famotidin dapat meningkatkan 1. Pemantauan klinis, respon
konsentrasi teofilin plasma pasien, toleransi, dan
1. Teofilin
sebanyak 70%. konsentrasi serum teofilin
2. Antasida Doen
3 Famotidine 2. Antasida dapat menurunkan sangat dianjurkan.
3. Natrium
konsentrasi plasma Famotidin. 2. Famotidin diberikan satu
Diklofenak
sampai dua jam sebelum
pemberian antasida doen.

13
3. Famotidin ini dapat mengubah 3. Pemantauan klinis dari
disposisi obat Anti Inflamasi Non respon pasien dan toleransi
Steroid yang mengakibatkan pasien dianjurkan.
peningkatan atau penurunan
konsentrasi plasma.
1. Ranitidin ini dapat mengubah 1. Pemantauan klinis dari
disposisi obat Anti Inflamasi Non respon pasien dan toleransi
Steroid yang mengakibatkan pasien dianjurkan.
peningkatan atau penurunan 2. Ranitidin diberikan satu
1. Ibuprofen
konsentrasi plasma. sampai dua jam sebelum
4 Ranitidin 2. Antasida
2. Antasida dapat menurunkan pemberian antasida doen.
3. Teofilin
konsentrasi plasma Famotidin. 3. Pemantauan klinis, respon
3. Ranitidin dapat meningkatkan pasien, toleransi, dan
konsentrasi teofilin plasma konsentrasi serum teofilin
sebanyak 70%. sangat dianjurkan.
1. Lansoprazole diberikan
1. Pemberian dengan sukralfat dapat
setidaknya 1 jam sebelum atau
menunda penyerapan dan
setelah pemberian sukralfat.
mengurangi bioavailabilitas
2. Respon dan serum digoxin
lansoprazole sebanyak 30%.
secara farmakologis harus
2. Lansoprazole dapat
1. Sukralfat dipantau lebih erat mengikuti
meningkatkan bioavailabilitas
5 Lansoprazole 2. Digoxin penambahan atau penghentian
digoxin.
3. Ampisillin terapi lansoprazole, dan dosis
3. Karena lansoprazole
digoxin disesuaikan seperlunya.
meningkatkan ph lambung, maka
3. Jika terapi lansoprazole
dapat menurunkan penyerapan obat
diperlukan, pertimbangan harus
seperti ampisilin yang memerlukan
diberikan untuk agen
lingkungan asam.
antimikroba alternatif.
1. Penggunaan omeprazole
1. Omeprazole mengurangi sebaiknya dihindari pada pasien
efektivitas clopidogrel dalam yang diobati dengan
mencegah serangan jantung atau clopidogrel.
stroke. 2. . Respon dan serum digoxin
1. Clopidrogel
2. Omeprazole dapat meningkatkan secara farmakologis harus
6 Omeprazole 2. Digoxin
bioavailabilitas digoxin. dipantau lebih erat mengikuti
3. Furosemide
3. Penggunaan omeprazole dapat pengurangan atau penghentian
menyebabkan hypomagnesemia, terapi omeprazole, dan dosis
dan risiko dapat meningkat selama digoxin disesuaikan seperlunya.
penggunaan bersama diuretik. 3. Penggantian magnesium serta
penghentian omeprazole

14
mungkin diperlukan pada
beberapa pasien.
1. Pada pasien yang diobati
dengan inhibitor pompa proton,
kemungkinan respon
farmakologis meningkat untuk
terapi berkelanjutan teofilin
1. Menggunakan teofilin bersama-
harus dipertimbangkan.
sama dengan pantoprazole dapat
2. Pasien harus dipantau lebih
meningkatkan efek teofilin.
1. Teofilin dekat saat peng gunaan
2. Pemberian Pantoprazole secara
7 Pantoprazole 2. Atorvastatin bersamaan dengan
bersamaan dapat meningkatkan
3. Digoxin pantoprazole..
konsentrasi plasma dari atorvastatin.
3. Respon dan serum digoxin
3. Pantoprazole dapat meningkatkan
secara farmakologis harus
bioavailabilitas digoxin.
dipantau lebih erat mengikuti
pengurangan atau penghentian
terapi pantoprazole, dan dosis
digoxin disesuaikan seperlunya.

1. Perubahan ph lambung yang 1. Pemberian sukralfate dengan


diinduksi Antasida dapat antasida harus dipisah paling
mengurangi pengikatan sukralfate tidak setenganh jam.
dengan mukosa gastrointestinal 2. Pemberian lansoprazole
1. Antasida Doen sehingga efek terapi berkurang. paling tidak satu jam sebelum
8 Sukralfate 2. Lansoprazole 2. Pemberian dengan sukralfat dapat atau sesudah pemberian
3. Teofilin menunda penyerapan dan sukralfate.
mengurangi bioavailabilitas 3. Pemberian teofilin minimal 2
lansoprazole sebanyak 30%. jam sebelum atau 6 jam sesudah
3. Sukralfat dapat menghambat sukralfate untuk meminimalkan
penyerapan oral teofilin. interaksi potensial.
1. Antasida secara umum dapat 1. Penggunaan misoprostol
mengurangi bioavailabilitas asam dengan antasida yang
9 Misoprostol 1. Antasida Doen.
misoprostol (metabolit aktif mengandung magnesium tidak
misoprostol). dianjurkan.

Tabel interaksi obat berguna untuk mengetahui interaksi obat gastritis dengan
obat lainnya. Dalam tabel ini dijelaskan tentang interaksi yang terjadi antara 2 obat
atau lebih dan bagaimana cara mengatasinya.

15
BABI III
METODELOGI

A. Tempat dan Waktu


Tempat dilaksanakannya prakerin bertempat di Apotek K-24 Tanjung Tabalong
yang terletak di Jl. Mabuun Raya Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong.
Waktu prakerin dilaksanakan dari tanggal 18 Juli 2016 sampai tanggal 18 Nopember
2016.

B. Pengenalan Lokasi dan Sejarak Apotek K-24


Apotek K-24 Tanjung Tabalong terletak di Ruko Prima Elok, Jl. Mabuun Raya,
Murung Pudak, Tabalong. Di sebelah kanan Bank Mandiri, di sebelah kiri Laudry
Family, di depan PROPERNAS, dan berdekatan dengan Hotel Aston Tanjung.
Apotek K-24 didirikan oleh dr. Gideon Hartono pada tanggal 24 Oktober 2002
di Yogyakarta, K-24 sendiri adalah kependekan dari komplit 24 jam. komplit dalam
artian komplit obatnya dan buka 24 jam sehari sepanjang tahun, gerai pertama
didirikan di Jl. Magelang mendapat sambutan yang luar biasa sehingga didirikan gerai
berikutnya pada tanggal 24 maret 2003 di Jl. Gejayan dan tanggal 24 Agustus 2003
gerai ke tiga didirikan di Jl. Kaliurang dan pada tahun 2004 Apotek K-24 membuka
gerai ketiga di Jl. Gondomanan dan gerai keempat di dirikan di Kota Semarang di Jl.
Gajah Mada.
Pada tanggal 6 April 2005 Apotek K-24 mendapat penghargaan dari Museum
Rekor Indonesia (MURI) sebagai “Apotek Jaringan Pertama di Indonesia Yang Buka
24 jam Non Stop Setiap Hari”. Karena keberhasilannya akhirnya pada tahun 2005
Apotek K-24 mulai di waralabakan dan pada ulang tahunnya yang ke 3 (tiga) Apotek
K-24 membuka secara serentak 7 gerai baru, 4 gerai berlokasi di Surabaya, 2 gerai di
Yogyakarta dan 1 gerai di Semarang, bersamaan pula MURI memberikan
penghargaan kembali yaitu untuk “Apotek Asli Indonesia Yang Pertama
Diwaralabakan”, dan “Pembukaan Gerai Apotek Terbanyak”.

16
C. Sampel
Semua resep pasien Gastritis selama bulan Juli 2016 sampai bulan November
2016 di Apotek K-24.

D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis resep pasien Gastritis selama
bulan Juli sampai bulan November 2016.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tabel Analisis Kelengkapan Resep

18
Dari beberapa resep yang telah di analisis yang membuat resep kurang
lengkap adalah tidak adanya nomor Surat Ijin Praktek Dokter dan paraf dokter, jadi
resep bisa dikatakan kurang lengkap karena dua komponen yang kurang tersebut.

19
B. Tabel Analisis Dosis

No Nama Pasien Analisis


Over Dosis Under Dosis Tepat Dosis
1 An. W 
2 Nn. HDS 
3 Nn. P 
4 Ny. D 
5 Ny. Ya 
6 Ny. Yi 
7 Ny. NA 
8 Ny. NE 
9 Ny. H 
10 Ny. M 
11 Ny. S 
12 Tn. AWH 
13 Tn. AS 
14 Tn. A 
15 Tn. HS 
16 Tn. M 
17 Tn. B 
18 Tn. E 
19 Tn. M 
20 Tn. SM 
21 Tn. TH 
22 Tn. M 
23 Tn. HB 
24 Ny. M 
25 An. N 

20
*Perhitungan Dosis Terlampir
Over dosis = 0/25 x 100% = 0%
Under dosis = 0/25 x 100% = 0%
Tepat dosis = 25/25 x 100% = 100%
Semua resep yang diterima pasien gastritis di Apotek K-24 dosisnya telah
disesuaikan dengan usia dan keadaan pasien. Dalam pemberian obat yang tepat dosis
obat akan bereaksi sesuai dengan yang diharapkan dan besar kemungkinan penyakit
dapat disembuhkan serta mencapai efek terapi yang diinginkan.

21
C. Tabel Analisis Interaksi Obat

No Nama Nama obat Interaksi


Pasien Resep Ada Tidak ada
1 An. W Paracetamol dan Antasida 
2 Nn. HDS Paracetamol dan Antasida 
3 Nn. P Spasminal dan Antasida 
Lansoprazole dan
4
Ny. D Domperidon 
5 Ny. Ya Lansoprazole dan Loratadine 
Lansoprazole, Antasida, dan
6
Ny. Yi Paracetamol 
Asam Mefenamat dan
7
Ny. NA Antasida 
8 Ny. NE Lansoprazole dan Ranitidine 
Natrium Diklofenak,
9 Ny. H Dexamethasone, dan
Antasida 
Betahistin, Asam
10
Ny. M Mefenamat, dan Antasida 
Lansoprazole,
11 Ny. S Dexamethasone, dan
Cetirizine 
Lansoprazole, Paracetamol,
12
Tn. AWH dan Antasida 
Lansoprazole, Paracetamol,
13 Tn. AS
dan domperidone 

14 Asam Mefenamat dan


Tn. A Antasida
15 Tn. HS Ibuprofen dan Ranitidine 
Natrium Diklofenak dan
16
Tn. M Ranitidine 

22
Lansoprazole, Natrium
17 Tn. B Diklofenak, dan Counter
Pain Gel 
Omeprazole, Paracetamol,
18
Tn. E dan Antasida 
Lansoprazole, Amlodipine,
19
Tn. M dan Antasida 
Paracetamol, Lansoprazole,
20
Tn. SM dan Antasida 
Amlodipine, Asam
21 Tn. TH Mefenamat,dan
Lansoprazole 
22 Tn. M Lansoprazole dan Antasida 
Paracetamol, Antasida, dan
23
Tn. HB Vit. B kompleks 
Lansoprazole, Antasida, dan
24
Ny. M Paracetamol 
Antasida, Dexamethasone,
25 An. N
dan Paracetamol 

Sebagian obat dapat berinteraksi jika diberikan secara bersama-sama, untuk


mengatasi hal tersebut maka telah dijelaskan pada Table Analisis Interkasi obat pada
halaman 12. Cara mengatasi interaksi tersebut contohnya adalah waktu pemberian
obat dan diberi selang agar penyerapan obat tidak terganggu oleh obat lainnya dan
mencapai efek terapi yang diinginkan.

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama pelaksanaan prakerin di Apotek K-24 Tanjung Tabalong dalam
melakukan analisis pengobatan terhadap pasien gastritis, pasien yang telah menerima
obat dari resep dokter yang dosisnya telah disesuaikan dengan keadaan
penderita gastritis dan berdasarkan ketepatan dosis obat gastritis yang digunakan.
Sebagian obat yang diberikan dengan salah satu obat gastritis dapat berinteraksi
oleh karena itu obat di sesuaikan dengan cara pemakaiannya.

B. Saran
Dalam pengobatan penyakit gastritis Apotek K-24 Tanjung Tabalong telah
menyediakan obat yang cukup lengkap untuk pelayanan resep gastritis, mulai obat
bebas, obat bebas terbatas sampai obat keras, untuk anak-anak dan dewasa. Tetapi ada
baiknya jika dilakukan pemberian informasi tentang pola hidup sehat terhadap pasien
gastritis saat melakukan penyerahan obat resep.

24
DAFTAR PUSTAKA

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS &


NANDA, 2015 Jilid 2.
http://www.alodokter.com/gastritis
Diakses pada tanggal 25 September 2016 pukul 23:12.
http://terapinonfarmakologi.blogspot.co.id/2015/04/terapi-non-farmakologi-
penyakit.html
Diakses pada tanggal 25 September 2016 pukul 23:15.
http://fyfha-cassieast.blogspot.co.id/2012/05/obat-antasida.html
Diakses pada tanggal 25 September 2016 pukul 23:22.
https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/penghambat-pompa-proton/
Diakses pada tanggal 25 September 2016 pukul 23:07.
https://willimhaveyou.files.wordpress.com/2014/03/dosis-obat.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26532/4/Chapter%20II.pdf
http://www.alodokter.com/risiko-mengonsumsi-obat-bebas

25
LAMPIRAN

Perhitungan Dosis
1. An. W (12 th) : : Antasida tab
DL : anak umur 6 - 12 tahun = 3-4 kali sehari ½ - 1 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

2. Ny. HDS (18 th) : Antasida syr


DL : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh
DP : 3 x 2 sendok teh (sebelum makan)
= Tepat dosis

3. Nn. P (16 th) : Antasida tab


DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

4. Ny. D (39 th) : Lansoprazole 30 mg


DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sebelum makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

5. Ny. Ya (58 th) : : Lansoprazole 30 mg


DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sebelum makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

26
6. Ny. Yi (34 th) : Lansoprazole 30 mg dan Antasida tab
Lansoprazole 30 mg
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis
Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

7. Ny. NA (42) : Antasida tab


DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

8. Ny. NE (20 th) : Lansoprazole 30 mg dan Ranitidine 150 mg


Lansoprazole
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sebelum makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis
Ranitidine
DL : 2 x 150 mg per hari
DP : 2 x 1 tab (sebelum makan)
= Tepat dosis

9. Ny. H ( 41 th) : Antasida tab


DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

27
10. Ny. M (37 th) : Antasida syr
DL : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh
DP : 3 x 2 sendok teh (sebelum makan)
= Tepat dosis

11. Ny. S (34 th) Lansoprazole 30 mg


DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sebelum makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

12. Tn. AWH (20 th) : Antasida tab dan Lansoprazole 30 mg


Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis
Lansoprazole 30 mg
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

13. Tn. AS (25 th) : Lansoprazole 30 mg


DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

14. Tn. A (57 th) : Antasida tab


DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

28
15. Tn. HS (33 th) : Ranitidine 150 mg
DL : 2 x 150 mg per hari
DP : 2 x 1 tab (sebelum makan)
= Tepat dosis

16. Tn. M (40 th) : Ranitidine 150 mg


DL : 2 x 150 mg per hari
DP : 2 x 1 tab (sebelum makan)
= Tepat dosis

17. Tn. B (48 th) : Lansoprazole 30 mg


DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sebelum makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

18. Tn. E (61 th) : Omeprazole 20 mg dan Antasida


Omeprazole
DL : 20 -120 mg 1 hari ( > 80 mg 2 kali sehari)
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 20 mg = 40 mg
= Tepat dosis
Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

19. Tn. M (45 th) : Lansoprazole 30 mg dan Antasida tab


Lansoprazole 30 mg
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

29
Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

20. Tn. SM ( 31 th) : Lansoprazole 30 mg dan Antasida tab


Lansoprazole 30 mg
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis

Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

21. Tn. TH (45 th) : Lansoprazole 30 mg


DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sebelum makan)
2 x 30 mg = 60 mg

22. Tn. M (31 th) : Lansoprazole 30 mg dan Antasida tab


Lansoprazole 30 mg
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis
Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 1 tablet (sebelum makan)

= Tepat dosis

30
23. Tn. HB (40 th) : Antasida syr
DL : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh
DP : 3 x 2 sendok teh (sebelum makan)
= Tepat dosis

24. Ny. M (42 th) : Lansoprazole 30 mg dan Antasida tab


Lansoprazole 30 mg
DL : 15 – 60 mg perhari
DP : 2 x 1 kapsul (sesudah makan)
2 x 30 mg = 60 mg
= Tepat dosis
Antasida
DL : 3-4 kali sehari 1-2 tablet
DP : 3 x 2 tablet (sebelum makan)
= Tepat dosis

25. An. N (10 th) Antasida syr


DL : anak 6 - 12 th = 3-4 kali sehari ½ - 1 sendok teh
DP : 3 x 1 ½ sendok teh (sebelum makan)
= Tepat dosis

31
Denah ruangan lantai 1 Apotek K-24 Tanjung Tabalong

1
3
2
4

5 6 7 5

10 8

11 12

14

16 15

17 1
5
22 23
18
13

19 24

20 24
25

21

26
24

27
28 39

32
Keterangan :
1. Pintu masuk
2. Kursi
3. Lemari pendingin
4. Tv
5. Komputer kasir
6. Etelase obat bebas dan obat bebas terbatas tablet
7. Multivitamin dewasa tablet
8. Alat kontrasepsi, obat bebas dan obat bebas terbatas salep
9. Sirup obat bebas dan obat bebas terbatas anak dan bagian pencernaan.
10. Sirup obat bebas dan obat bebas terbatas dewasa
11. Multivitamin sirup anak dan dewasa dan madu
12. Multivitamin dewasa dan tetes mata
13. Tangga lantai 2
14. Rak obat generik
15. Meja komputer dan tempat mengerjakan resep
16. Rak obat keras sirup
17. Rak drop
18. Rak tetes telinga, tetes mata dan salep mata
19. Rak hormon dan prekursor
20. Rak salep
21. Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika
22. Rak obat fast moving
23. Meja pelayanan pasien bpjs dan konsultasi obat
24. Rak obat paten
25. Meja rekap faktur dan loker
26. Gudang barang
27. Gudang obat bebas dan obat bebas terbatas
28. Dapur
29. Toilet

33
Denah Ruangan Lantai 2 Apotek K-24 Tanjung Tabalong

8
6

9 7

6
7

4
3
2
1

34
Keterangan :
1. Tangga
2. Loker karyawan
3. Tangga lantai 3
4. Toilet
5. Pintu masuk
6. Kursi
7. Ruang praktek dokter
8. Gudang
9. Tempat pandaftaran pasien

35
DENAH LOKASI APOTEK K-24 TANJUNG TABALONG

6
1

2
3 4 5

Keterangan :
1. Propernas Green Village
2. MeguMie Ramen
3. Family Loundry
4. Apotek K-24 Tanjung Tabalong
5. Bank Mandiri
6. Hotel Aston Tanjung
7. Obor

36

Anda mungkin juga menyukai